Anda di halaman 1dari 45

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS


MALIGNANT NEOPLASM OF OVARY DI POLI KANDUNGAN
RSPAL dr. RAMELAN SURABAYA

Oleh:

Tsania Lyza Azzahra 2120035


Rosita Koirunnisak 2120038
Amin Tri Budiyono 2121022
Rhizky Hariyono 2121023
Dian Ramdhan 2121024
Riky Fatahillah 2121025
Prayitno S 2021021

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAHSURABAYA
TA. 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini,
orang tua dan teman-teman seperjuangan. Makalah berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan dengan diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary di Poli
Kandungan RSPAL dr. Ramelan surabaya”
Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini.
Penulis juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat
makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya. Penulis berharap makalah ini
memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi bagi
pembaca, terutama mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 07 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10
2.1 Konsep Penyakit Ca Ovarium .................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Ca Ovarium ..................................................................... 10
2.1.2 Etiologi ............................................................................................... 10
2.1.3 Manisfestasi klinis ............................................................................... 11
2.1.4 Patofisiologis ....................................................................................... 12
2.1.5 Penatalaksanaan .................................................................................. 13
2.1.6 Komplikasi .......................................................................................... 14
2.1.7 Pemeriksaan diagnostik ....................................................................... 15
2.1.8 WOC ................................................................................................... 16
2.2 Asuhan Keperawatan ................................................................................... 16
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................... 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 18
2.2.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 19
2.2.4 Implementasi ....................................................................................... 23
2.2.5 Evaluasi............................................................................................... 24
BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................ 25
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 25
3.1.1 Identitas............................................................................................... 25
3.1.2 Keluhan Saat Ini .................................................................................. 25
3.1.3 Riwayat Psikososial, Spiritual, dan Kepercayaan ................................. 27
3.1.4 Status Mental....................................................................................... 28
3.1.5 Pemeriksaan Fisik................................................................................ 29
3.1.6 Riwayat Obstetri.................................................................................. 30
3.1.7 Riwayat Keluarga Berencana ............................................................... 31
3.1.8 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 32
3.2 Analisa Data ................................................................................................ 33
3.3 Prioritas Masalah ......................................................................................... 34
3.4 Rencana Keperawatan .................................................................................. 35
3.5 Implementasi Keperawatan ......................................................................... 37
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................ 41
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 41
4.2 Saran............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan karna

tumbuhnya sel-sel abnormal yang menyebar dengan cepat dan tak terkendali,

sehingga menyebabkan jaringan tubuh yang normal akan rusak. Kanker

ovarium menjadi salah satu penyebab kematian yang paling umum dari

seluruh kanker ginekologi (ISTIGHOSAH & Yunita, 2019). Kanker ovarium

memiliki angka kematian tertinggi diantara kanker ginekologi lainnya

dengan prognosis yang buruk karena gejala yang tidak spesifik (Hariyono

Winarto & Andrew Wijaya, 2020).

Pelaporan diperoleh dari Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa

penderita kanker di Indonesia yang menjalani pengobatan menggunakan

tindakan pembedahan mencapai 61,8%, dengan kemoterapi 24,9% serta

dengan metode iradiasi 17,3%. Sedangkan untuk di Jawa Tengah sendiri

yaitu 68,0% untuk yang menjalani pengobatan dengan pembedahan/operasi,

kemoterapi 26,6% dan radiasi/penyinaran sebanyak 22,1% (Laporan

Riskesdas 2018 Nasional.Pdf, n.d.). Tiap tahunnya, kanker ovarium bisa

sampai 13.310 kasus. Angka ini merupakan 4,3% dari seluruh kasus jenis

kanker baru, dan menempati urutan ke- 10 pada kasus kanker baru di seluruh

Indonesia. Sedangkan, jika digolongkan ke jenis kanker yang diderita wanita,

kanker ovarium menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan

kanker serviks. Data ini diambil berdasarkan Globocan 2018 (Country-

specific et al., 2021).

4
Secara total, 125 artikel diterbitkan selama tahun 1925-2018 masuk ke

dalam studi. Kanker ovarium menjadi salah satu jenis kanker yang paling

umum di kalangan wanita. Meningkatnya faktor risiko kanker telah

menyebabkan kecenderungan peningkatan kejadian kanker di dunia. Pada

tahun 2018, 4,4% dari seluruh kematian terkait kanker di kalangan wanita

disebabkan oleh kanker ovarium. Berbagai faktor mempengaruhi kanker

ovarium yang paling utama adalah faktor genetik. Kehamilan, menyusui, dan

pil KB, semuanya berperan dalam mengurangi risiko penyakit ini

(Momenimovahed et al., 2022).

Di seluruh dunia, diperkirakan 6 juta wanita didiagnosa kanker setiap

tahunnya, dan sekitar 3 juta orang tidak dapat tertolong karenanya. Pada

tahun 2018, diperkirakan 300.000 kasus kanker muncul. Sebuah penelitian

telah mengumpulkan hasil data dari 1.000 wanita di 39 negara, dan jumlah

wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium kemungkinan akan

meningkat menjadi 371.000 setiap tahun pada tahun 2035. Meskipun kanker

payudara dianggap lebih umum dari kanker ovaium, namun kanker ovarium

tiga kali lebih mematikan dari yang dibayangkan. Dan pada tahun 2040,

jumlah kematian akibat kanker

ovarium diperkirakan akan meningkat tajam. Deteksi dini tertunda karena

kematian pada kanker ovarium disebabkan oleh pertumbuhan tumor, gejala

yang lambat muncul, dan tes yang kurang memadai untuk mendeteksi gejala

(Harsono, 2020).

Faktor penyebab kanker ovarium menurut penelitian epidemiologi

menunjukkan adanya faktor genetic, lingkungan, gaya hidup (lifestyle) yang

5
munkin meningkatkan atau bahkan menurunkan risiko terjadinya ca ovarium.

Tak hanya itu, indeks massa tubuh atau berat badan lebih dari normal juga

meningkatkan risiko kanker ovarium. Faktor-faktor inilah yang mungkin

berpengaruh pada pola dan kecenderungan yang berbeda terhadap angka

kejadian kanker ovarium di dunia. Ada dua faktor risiko yang diduga

menjadi faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker ovarium yaitu

faktor reproduksi dan hormonal (Pradjatmo, 2018). Kanker ovarium sangat

umum terjadi pada wanita dan pada stadium awal biasanya tidak

menimbulkan keluhan. Keluhan baru akan dirasakan ketika sudah memasuki

stadium II hingga stadium IV dimana penderita akan mulai merasakan nyeri,

anemia, asites hingga terjadi anoreksia. Nyeri yang dirasakan pada pasien

kanker ovarium biasanya bersifat kronis, akut hingga kronis dan intermiten.

Kondisi ini didasarkan pada stadium kanker yang dialami (Novitasari &

Yuliana, 2022).

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kanker ovarium adalah asites,

efusi pleura, cedera usus, cedera ureter, cedera vesika yang biasanya

disebabkan karena pemasangan kateter dalam waktu yang lama. Selain itu,

komplikasi yang muncul setelah dilakukan operasi adalah sepsis, ileus

paralitik, dan terjadinya infeksi pada luka operasi. Masalah yang paling

umum untuk pasien laparotomi adalah rasa sakit dari luka operasi (Purwoto

et al., 2022). Timbulnya nyeri pada luka menyebabkan pasien merasa takut

untuk bergerak sehingga dapat menyebabkan gangguan mobilitas fisik jika

terlalu lama dibiarkan tidak bergerak, selain itu juga dapat timbul resiko

infeksi pada luka. Untuk itu, diperlukan peran perawat agar tidak terjadi

6
komplikasi (Coll & Jones, 2020). Perawatan tersebut diharapkan dapat

mengurangi komplikasi pembedahan, mempercepat pemulihan dan secara

maksimal mengembalikan fungsi pasien seperti sebelum operasi. Aktivitas

fisik dipulihkan segera setelah operasi dengan mobilisasi dini (Yuliana et al.,

2021).

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam pemberian asuhan

keperawatan secara holistic diantaranya sebagai pemberi asuhan

keperawatan (care giver), pemberi dukungan emosiaonal, educator, dan

rehabilitator (Coll & Jones, 2020). Sebagai pemberi asuhan keperawatan,

perawat membantu klien sembuh secara holistic. Sebagai pemberi dukungan

emosional, perawat memberikan dukungan kepada pasien yang bertujuan

untuk meningkatkan manajemen koping. Sebagi educator, perawat dapat

memberikan Pendidikan Kesehatan pada pasien untuk meningkatkan

pengetahuan pasien terhadap penyakitnya. Sebagai rehabilitator, perawat

memfasilitasi klien dan membantu klien untuk beraktivitas seperti semula

(Coll & Jones, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Diagnosa Medis

Malignant Neoplasm Of Ovary di Poli Kandungan Rumah Sakit Pusat

Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya ?”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

7
Melaksanakan serta memaparkan tantang kasus Asuhan Keperawatan
pada Ny. E dengan diagnosa medis Malignant di Poli Kandungan, Rumah
Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui Konsep permulaan dari penyakit diagnosa medis Malignant


Neoplasm Of Ovary
b. Mengetahui Konsep permulaan Asuhan Keperawatan pada kalien
dengan diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary
c. Melakukan tindakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan pasien
diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary mulai dari mengkaji,
perumusan masalah, menentukan diagnosa, menentukan intervensi,
mengimplementasikan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil
intervensi keperawatan
1.4 Manfaat Penelitian

Seminar Kasus yang sudah penulis rangkai ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya “
1. Pihak Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai acuan meningkatkan keilmuan pelajar/mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Malignant Neoplasm Of Ovary
2. Pihak Mahasiswa Keperawatan
Bermanfaat sebagai penambah pemahaman, wawasan dan sebagai objek
atau informasi untuk mengunakan ilmu keperawatan khususnya pada
pasien dengan diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary
3. Pihak Rumah Sakit
Bermanfaat menjadi objek edukasi, masukan serta untuk menambah mutu
pelayanan keperawatan pada kondisi pasien dengan diagnosa medis
Malignant Neoplasm Of Ovary
4. Bagi Pihak Masyarakat

8
Dapat digunakan untuk bahan masukan pengetahuan dalam mencegah

serta memberikan perawatan pada pasien dengan kondisi diagnosa medis

Malignant Neoplasm Of Ovary

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Ca Ovarium

2.1.1. Definisi

Ovarium, atau indung telur, adalah kelenjar berbentuk almond yang berada

pada kedua sisi rahim tepatnya di bawah bukaan saluran tuba. Saluran tuba

yaitu sebuah saluran yang menjadi penghubung antara ovarium dan rahim,

berfungsi untuk membawa sel telur ke rahim saat terjadi ovulasi. Ovarim

memproduksi sel telur, hormon estrogen dan progesteron. Kanker ovarium

merupakan jenis tumor ganas yang berada di indung telur (ovarium) organ

reprodusi wanita dan merupakan jenis kanker ginokologi kedua yang paling

umum (Diah Novita, 2021). Kanker ovarium merupakan salah satu penyakit

yang ditimbulkan karna tumbuhnya sel-sel jaringan tubuh yang abnormal

pada ovarium (ISTIGHOSAH & Yunita, 2019).

2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penelitian ada faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan

kanker ovarium. Reproduksi (jumlah kelahiran dan kehamilan, laktasi dan

usia saat menopause), obat kesuburan, dan terapi pengganti hormon),

gangguan ginekologi, radang panggul dan sindrom ovarium polikistik,

lingkungan, dan faktor genetic (Purwoko, 2018). Hasil penelitian (Sembiring

et al., 2018) didapatkan :

1) Dalam penelitian ini, terdapat lebih banyak faktor keluarga tanpa adanya

penyakit keluarga dibandingkan dengan riwayat penyakit keluarga, yang

menyebabkan besar kasus kanker ovarium.

10
2) Pada penelitian ini, faktor usia menstruasi dini lebih banyak pada usia

menstruasi dini ≥ 11 tahun dibandingkan usia 7 menstruasi dini < 11 tahun,

sebagian besar hasil menunjukkan tidak ada kanker ovarium.

3) Penggunaan kontrasepsi hormonal pada penelitian ini tidak

lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal dibandingkan dengan

yang menggunakan kontrasepsi hormonal, sehingga mayoritas menderita

kanker ovarium.

4) Faktor merokok pada penelitian ini lebih banyak bukan perokok

dibandingkan yang perokok sehingga mayoritas tidak terkena kanker

ovarium. Pada penelitian epidemiologi menunjukkan adanya faktor

genetic, lingkungan, gaya hidup (lifestyle) yang mungkin meningkatkan

atau bahkan menurunkan risiko terjadinya ca ovarium. Tak hanya itu,

indeks massa tubuh atau berat badan lebih dari normal juga meningkatkan

risiko kanker ovarium. Faktor-faktor inilah yang mungkin berpengaruh

pada pola dan kecenderungan yang berbeda terhadap angka kejadian

kanker ovarium di dunia. Ada dua faktor risiko yang diduga menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker ovarium yaitu faktor

reproduksi dan hormonal (Pradjatmo, 2018).

2.1.3. Manisfestasi Klinis


Gejala mungkin termasuk berat panggul, poliuria, rasa sakit dan nyeri

saat buang air kecil, serta perubahan pada system pencernaan seperti

kembung, mual, sakit perut, cepat kenyang, dan sembelit. Beberapa wanita

juga mungkin mengalami perdarahan vagina abnormal. Gejala penyakit

perut yang berlebihan bisa muncul secara tiba-tiba jika tumor berdarah,

11
ovarium pecah atau terpuntir. Gejala lain yang mungkin muncul seperti

kelelahan, gangguan pencernaan, sakit punggung, menstruasi yang tidak

teratur, terasa sakit saat berhubungan intim dan juga perut membesar

(Harsono, 2020).

2.1.4. Patofisiologis
Penyebab pasti Ca Ovarium belum ketahui, ada faktor yang mungkin

dapat mempengaruhi perkembangan kanker ovarium. Reproduksi (jumlah

kelahiran dan kehamilan, laktasi dan usia saat menopause), obat kesuburan,

dan terapi pengganti hormon), gangguan ginekologi, radang panggul dan

sindrom ovarium polikistik, lingkungan, dan faktor genetic (Purwoko, 2018).

Ada banyak teori untuk menjelaskan penyebab kanker ovarium, antara lain

hipotesis ovulasi terus menerus, teori yang menjelaskan asal mula kerusakan

lapisan permukaan pada ovarium yang digunakan untuk menyembuhkan

luka pada saat terjadinya siklus menstruasi wanita.8 Jika dalam proses

penyembuhan pada lapisan permukaan tubuh terganggu, maka hal tersebut

dapat memicu munculnya sel neoplastik (Nababan et al., 2021). Hipotesis

androgen memainkan peran penting dalam perkembangan kanker ovarium.

Berdasarkan hasil penelitian, lapisan permukaan pada ovarium mengandung

reseptor androgen. Dalam percobaan laboratorium menghasilkan

bahwasannya androgen dapat merangsang pertumbuhan lapisan permukaan

pada ovarium normal dan sel kanker pada ovarium (Ferawati, 2022).

Meskipun saat menggunakan kontrasepsi oral tidak meningkatkan risiko

ca ovarium, namun kemungkinan terjadinya ca ovarium dapat dicegah.

Terapi pengganti estrogen pascamenopause selama setidaknya 10 tahun,

12
dikaitkan dengan adanya kenaikan korban yang meninggal karna menderita

Ca ovarium. Gen yang menekan tumor seperti BRCA- 1 dan BRCA-2 telah

terbukti memainkan peran penting dalam perkembangan tumor di banyak

keluarga. Pewaris Ca ovarium autosomal dominan dengan mutasi penetran

telah dibuktikan dalam keluarga dengan Ca ovarium. Jika seorang wanita

menderita kanker pada ovarium sebelumnya, maka dia memiliki peluang 50%

kemungkinan terkena kanker ovarium. Tumor ganas kemudian dapat

menyebar ke seluruh struktur apapun di perut. Limfosit yang diarahkan ke

ovarium juga termasuk salah satu saluran tempat sel-sel ganas menyebar.

Semua kelenjar panggul dan perut juga dapat terlibat. Difusi awal kanker ke

dalam ovarium melalui jalur intra-abdomen dan limfatik, terjadi tanpa

menimbulkan gejala atau tanda-tanda yang mungkin tidak dirasakan secara

keseluruhan (Laili Fauzia, 2020).

Gejala yang kemungkinan dialami oleh penderita Ca ovarium adalah

rasa berat pada pelvis, polyuria, dysuria, mual, merasa cepat kenyang,

bahkan sembelit. Gejala lain yang mungkin muncul seperti kelelahan,

gangguan pencernaan, sakit punggung, menstruasi yang tidak teratur, terasa

sakit saat berhubungan intim dan juga perut membesar (Harsono, 2020)

2.1.5. Penatalaksanaan
Tindakan atau pengobatan utama untuk kanker ovarium adalah operasi.

Selama operasi, pemeriksaan histopatologi juga dilakukanuntuk mengetahui

ada tidaknya keganasan dan jenis kanker, serta standium kanker. Kemoterapi

juga dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi, kecuali jika

13
penyakitnya hanya terdapat pada ovarium, dan untuk kanker yang sudah

tidak memungkinkan untukdilakukan tindakan pembedahan.

a. Pembedahan dengan Sitoderuksi

Pembedahan ini biasa digunakan untuk mengetahui derajat stadium pada

kanker. Sitoreduksi dilakukan pada pasien dengan kanker ovarium yang

sudah stadium lanjut. Dengan dilakukannya operasi, harapannya pasien

dengan kanker ovarium dapat memperpanjang dan menikmati waktu

kelangsungan hidup mereka. Tindakan pembedahan seringkali melibatkan

reseksi makroskopis organ lain yang ada didekatnya, seperti dilakukannya

11 pemotongan pada sebagian organ usus (usus halus atau usus besar),

rahim, massa adneksa, dan pengangkatan peritoneum.

b. Penambahan kemoterapi

Kemoterapi tambahan setelah operasi, direkomendasikan untuk pada

penderita kanker ovarium yang masih stadium awal stadium 2 dan lebih

tinggi) dan pada penderita dengan gambaran histologis spesifik.

Kemoterapi biasanya dilakukan setelah menjalani tindakan operasi, atau

bisa juga diberikan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk

menjalani operasi. Kemoterapi tambahan ini diharapkan dapat

memperpanjang kelangsungan hidup penderita ca ovarium (Syarifatunnisa,

2021).

2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu :

a. Asites

14
Kanker ovarium dapat menyebar secara langsung ke area perut dan

panggul yang saling berdekatan, sel kanker akan berkembang biak dengan

cepat melalui cairan peritoneal ke dalam rongga perut dan panggul. Cairan

yang berlebihan pada abdomen inilah yang menyebabkan terjadinya asites.

b. Efusi pleura

Penumpukan cairan tidak normal yang mengandung sel-sel ganas ini,

kemudian akan mengalir dari perut melalui kelenjar getah bening dan

masuk ke dalam pleura hingga menyebabkan terjadinya penumpukan

cairan yang berlebihan (Laili Fauzia, 2020). Komplikasi lain yang

mungkin terjadi pada kanker ovarium adalah cedera usus, cedera ureter,

cedera vesika yang biasanya disebabkan karena pemasangan kateter dalam

waktu yang lama. Selain itu, komplikasi yang muncul setelah dilakukan

operasi adalah sepsis, ileus paralitik, dan terjadinya infeksi pada luka

operasi (Purwoto et al., 2022).

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium

1) Tes asam deoksiribonukleat (DNA) dilakukan untuk mendeteksi atau

mendiagnosis apakah seseorang mengalami penyakit tertentu karena

adanya penyakit keturunan atau karena faktor lain.

2) Penanda tumor digunakan sebagai salah satu tes awal untuk menemukan

adanya pertumbuhan kanker atau tumor.

b. Pemeriksaan radiologi

1) USG perut digunakan untuk memeriksa organ tubuh bagian dalam perut,

sehingga akan terdeteksi apakah terdapat adanya kelainan atau penyakit.

15
2) Pemeriksaan CT scan juga dapat dilakukan untuk memberikan informasi

mengenai seberapa besar atau lebar kanker, dan juga dimana letak pastinya

(Laili Fauzia, 2020)

2.1.8 WOC

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengakjian
a. Anamnesa
1) Identisan Klien
Meliputi Nama Klien, Usia Klien, jenis Gender Klien, Tempat Tinggal
Klien, Agama Klien, Pendidikan Terkahir Klien, Pekerjaan Klien,
Status Perkawinan,, nomor rekam medis, Tanggal Mulai di rawat di RS
dan diagnose medis.
2) Penanggung Jawab Klien

16
Meliputi nama penanggung jawab klien, usia penanggung jawab klien,
gender penanggung jawab klien, tempat tinggal penanggung jawab
klien, pekerjaan penanggung jawab klien, status ikatan pada klien.
3) Riwayat Keperawatan
Meliputi keluhan yang di rasakan klien, Latar Belakang datang ke RS,
keadaan penyebab penyakit, durasi keluhan, timbulnya keluhan,
tindakan yang sudah di coba dalam upaya mengurangi rasa sakit.
4) Riwayat Kesehatan Lama
Meliputi pernah mengalami sakit apa, kecelakaan, sudah di rawat
sebelumnya, imunisasi, alergi.
5) Riwayat Keluarga
Mencakup, genogram, keluarga pernah mengalami sakit apa, sakit yang
sedang diderita keluarga.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Meliputi kebersihan Kesehatan lingkungan, kemungkinan terjadinya
bahaya.
7) Pola Kesehatan Fungsional
pola istirahat dan tidur, pola nutrisi metabolic, pola kognitif - persepsual
sensori, pola seksual reproduksi.
b. Pemeriksaan Fisik
1.)Status Kesehatan
Berisi gambaran umum penampilan pasien, GCS, TB, BB dan TTV.
2) Kepala dan leher
Observasi bagaimana bentukan kepala, rambut, observasi adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, observasi adanya gangguan telinga,
observasi jika adanya gangguan menelan, Observasi jika adanya
pembengkakan dan nyeri tekan pada gusi, observasi jika adanya
penglihatan kabur atau ganda, diplopia, sclera ikterik atau tidak.
3) Sistem intergumen

17
Kaji apakah ada Turgor kulit melemah, terdapat cedera atau
penghitaman akibat luka, kelembaban, suhu kulit didaerah jahitan,
tekstur kulit.
4) Sistem pernafasan
Observasi jika ada tanda nafas tersesak, sputum, batuk, sakit dada yang
biasanya terjadi oleh pasien post op salpingoovarektomi yang gampang
terkena infeksi.
5) Sistem Kardiovaskular
Kaji apakah ada perfusi jaringan melemah, nadi perifer melemah atau
menurun, takikardi atau bradikardi, anemia,tekanan darah tinggi.
6) Sistem gastrointestinal.
Observasi jika adanya tanda polidipsi, mual dan muntah, diare, susah
BAB, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem perkemihan
Observasi jika adanya tanda poliuria, retensi urin, inkontensia urin, rasa
nyeri saat berkemih.
8) Sistem muskolokeletal
Observasi persebaran lemak, persebaran masa otot, bertambah atau
berkurangnya tinggi badan, kelelahan, dan rasa sakit. (Ii and Penyakit
2010)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan hasil dari kesimpulan klinis
perihal atau tentang seorang, kelompok maupun komunitas yang
diakibatkan oleh persoalaan Kesehatan ataupun system kehidupan yang
sebenarnya dan kemungkinan yang terjadi. Diagnose Keperawatan
adalah Langkah permulaan proses perancangan dari asuhan
keperawatan. Asuhan Keperawatan searah dengan diagnose
keperawatan karena saat proses pengumpulan data – data pengkajian
keperawatan dibutuhkan demi mengangkat diagnose keperawatan yang
dilihat dari kondisi penyakit pada diagnose medis. (Novieastari 2014)

18
Diagnose Keperawatan pertama yang bisa ditegakkan pada
pasien dengan Malignant Neoplasm Of Ovary diantaranya adalah
diagnose ke satu yaitu Nyeri akut b.d (berhubungan dengan) agen
pecedera fisiologis ( prosedur operasi ) d.d ( di tandai dengan ) terdapat
ringisan di muka pasien, pasien nampak cemas, meningkatnya , keluhan
kurang istirahat/tidur. Nyeri akut masuk pada bagian psikologis dan sub
bagian nyeri dan kenyamanan (Akut 2019). Diagnosa keperawatan
kedua yang bisa diangkat atas klien keadaan diagnosa medis Malignant
Neoplasm Of Ovary adalah Intoleransi aktivitas b.d (berhubungan
dengan) kelemahan fisik. Selanjutnya diagnose ketiga yang bisa
diangkat oleh klien keadaan pasien diagnosa medis Malignant
Neoplasm Of Ovary adalah Defisit pengetahuan b.d (berhubungan
dengan) kurangnya paparan informasi Selanjutnya diagnose keempat
yang dapat diangkat atas klien keadaan dengan Post Operasi kista
ovarium adalah Resiko infeksi b.d (berhubungan dengan) Prosedur
invasi (Ike and Novianti 2020).
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berupa perawat memberikan penjelasan
mengenai program kegatan pengarahan yang terikat pada perkara
kesehatan yang di alami klien, supaya klien makin memahami,
senantiasa merasa tenang dan di dapatkan respon yang baik (Napitu
2020).
a. Diagnose : Nyeri akut b.d (berhubungan dengan) agen pecedera
fisik (prosedur operasi) ( D .0077 )
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
nyeri menurun.
Kriteria Hasil : ( L .08066 )
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun

19
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :

20
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik. (D.0060)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka toleransi
aktivitas meningkat
Kriteria Hasil : (L.05047)
1. Keluhan Lelah menurun
2. Dispnea saat aktivitas menurun
3. Dispnea setelah aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Energi (I.05178)
Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi

21
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
c. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi (D.0111)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil : (L.12111)
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
d. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur invasi

22
(D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
infeksi menurun
Kriteria Hasil : (L.14137)
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
Intervensi : Pencegahan Infeksi ( I. 14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2.2.4. Implementasi
Implementasi keperawatan ialah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan yang telah ditetap kan beserta sasaran dengan kesesuaian
dan digunakan untuk mencukupi keperluan klien selain itu juga untuk

23
menambah status kesehatan klien. Implementasi Keperawatan adalah
pengaturan kegiatan antara klien, keluarga klien, dan kelompok yang
memberi asuhan kesehatan guna melakukan pengawasan dan
pencatatan respon klien saat pemeberian pemeliharaan kesehatan.
Tujuan dari implementasi keperawatan adalah untuk membantu
meningkatkan status kesehatan pasien (Beatrik Yeni Sampang 2017).
2.2.5. Evaluasi
Menurut (Deswani,2009) dalam (Af’ida 2017) Evaluasi
keperawatan adalah memeriksa dan mendalami reaksi atau tanggapan
klien sesudah diberikannya intervensi keperawatan dan meninjau kembali
asuhan keperawatan yang sudah di lakukan.

24
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Bab 3 menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada Ny. E dengan

diagnosa medis Maligant Neoplasm Of Ovary , maka penulis menyajikan satu

kasus yang diamati pada tanggal 2 Desember 2023 dengan data pengkajian yang

dilakukan pada tanggal 2 Desember 2023 pada pukul 10.00 WIB. Anamnesa

diperoleh dari Pasien dan SIM RS No. File 7417xx

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. E usia 49 tahun

beragama Islam, Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia,

pekerjaan sebagai penjual kue dan pendidikan terakhir pasien adalah SMA.

Pasien menikah dengan dengan Tn. M yang berusia 55 Tahun, pekerjaan

sebagai Wiraswasta, pendidikan terakhir adalah SMA mempunyai 2 orang

anak, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan . Pasien tinggal di kota

Mojokerto bersama suami dan anaknya.

3.1.2 Keluhan Saat Ini

1. Pasien mengatakan masih merasakan nyeri dan gatal di bagian post op

hari ke 12

25
26

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan sejak bulan November 2023 mengalami perut kembung

dan nyeri yang berkepanjangan. Pasien berobat ke rumah sakit Mojokerto.

pasien disarankan untuk USG dan didapatkan bahwa pasien mengidap Kista

Ovarium sebelah kanan berdiamter 6 cm dan pasien dirujuk ke RSPAL dr.

Ramelan Surabaya. Setelah sampai di rumah sakit pasien di sarankan untuk

USG dan hasilnya didapatkan ca Ovarium. Pasien datang ke Poli Kandungan

pada tanggal 11 Desember 2023 dan disarankan untuk melakukan tindakan

operasi pengangkatan kista ovarium. Sebelum dilakukan Tindakan operasi

pasien dikonsulkan ke poli anastesi dan poli jantung. Setelah itu pada tanggal

19 Desember 2023 pasien masuk F1 dan direncanakan operasi pada tanggal

20 Desember 2023. Kemudian pada tanggal 2 Januari 2024 pasien kontrol ke

Poli Rawat RSPAL dr. Ramelan Surabaya post op kista ovarium hari ke 12.

Kemudian dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil: 120/80mmHg, N:

88 /menit, S: 36,0 c, RR: 21x/menit, SpO2: 99%, GCS: 456, Kesadaran:

Compos Mentis, pasien mengatakan nyeri dibagian post op hari ke 12 dengan

hasil: P: Post op hari ke 12, Q: Seperti cenut-cenut , R: Perut bagian bekas

operasi , S: Skala 3 (0-10), T: Hilang timbul.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan Post Op luka operasi hari ke 12

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak mempunyai Riwayat penyakit keturunan, tidak ada

Riwayat hipertensi, Dm, Asma dan hepatitis.


27

3.1.3 Riwayat Psikososial, Spiritual, dan keperacayaan

1. Status Psikologis

Pasien mengatakan penyakit saat ini yang dialaminya adalah cobaan dari

Allah SWT. Penyakit yang dideritanya tidak menimbulkan perubahan

terhadap kehidupan sehari-hari dan pasien berharap agar penyakitnya bisa

segera sembuh. Pasien tinggal Bersama suami dan kedua anaknya

dirumahnya sendiri. Orang yang sangat penting bagi pasien adalah keluarga

dan keluarga pasien selalu mensupport keadaan pasien dan memberikan

semangat terhadap pasien.

2. Status Fungsional

a. Pola Nutrisi pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan nasi, lauk dan

pauk, nafsu makan baik.

b. Pasien BAK 4-5 x sehari, warna kuning jernih dan tidak ada keluhan saat

BAK. Pasien BAB 1 x sehari dipagi hari warna kuning kecoklatan,

konsistensi lunak, baunya khas dan tidak ada keluhan saat BAB.

c. Pola personal hygiene pasien mengatakan mandi 2 x sehari menggunakan

sabun, mencuci rambut 1 x sehari menggunakan shampoo. Menggosok

gigi 2 x sehari saat mandi.

d. Pola istirahat dan tidur pasien mengatakan istirahat dan tidur kurang

lebih 6 jam perhari, sebelum tidur biasanya pasien mendengarkan

pengajian lewat handphone dan tidak ada keluhan saat tidur.

e. Pola aktivitas pasien mengatakan membuat kue untuk dijual, keluhan

saat pasien banyak beraktivitas mudah Lelah.


28

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan pasien mengatakan tidak

pernah merokok, tidak meminum minuma keras, dan tidak

ketergantungan terhadap obat.

g. Persepsi Sensori, pasien mengatakan tidak ada masalah pada

pendengaran dan pengliatan.

3.1.4. Status mental

Pasien mengatakan tidak ada masalah terkait statsus mentalnya. Pasien juga

tidak ada masalah dengan perilakunya. Pasien tidak pernah mengalami

kekerasan dilingkungan keluarga maupun Masyarakat. Hubungan dengan

anggota keluarganya harmonis tidak ada masalah. Pasien tinggal Bersama

suami dan kedua anaknya dirumah sendiri tidak ngontrak atau ngekos.

Kerabat yang bisa dihubungi : suami

Kontak kerabat yang bisa dihubungi : 082xxxxx

Pasien sudah menikah selama 20 tahun, pekerjaan pasien yaitu membuat kue

untuk dijual, penghasilan perbulan pasien kurang lebih Rp. 1.000.000

perbulan. Pendidikan terakhir pasien yaitu SMA. Pasien beragama islam.

Biasanya dirumah pasien mengikuti kegiatan agama seperti pengajian setiap

hari jum at.

3.1.5. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vitalSaat dilakukan pengkajian di dapatkan keadaan umum

pasien tampak baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah pasien

120/80 mmHg, Nadi 88x/menit, suhu 36,0 C, RR 21x/menit. Berat badan

pasien 51 Kg, Tinggi badan pasien 156 cm.

2. Kepala, mata, telinga, hidung dan tenggorokan


29

a. Kepala

Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk simetris, tidak ada lesi dan

benjolan, tidak ada kerontokan rambut, tidak ada ketombe.

b. Mata

Pada pemeriksaan mata didapatkan kelopak mata simetris, tidak ada

benjolan, gerakan mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, pupil isokor, akomodasi normal segala arah

c. Hidung

Pada pemeriksaan hidung tidak ada alergi, tidak ada sekret, tidak ada

polip.

d. Mulut dan Tenggorokan

Pada pemeriksaan mulut dan tenggorokan pasien mengatakan

menggunakan gigi palsu 2 dibagian depan atas, gigi tidak tampak karies,

tidak didapatkan luka dalam mulut, tidak kesulitan menelan.

3. Dada dan Axilla

Pada pemeriksaan dada dan axilla didapatkan mammae simetris, tidak

membesar, areolla mammae berwarna coklat, papilla mamma menonjol,

colostrum tidak keluar.

4. Pernafasan

Pada pemeriksaan didapatkan jalan nafas bebas tidak ada sumbatan, suara

nafas vesikuler, tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan

5. Sirkulasi jantung
30

Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasil kecepatan denyut apical

88x/menit, irama jantung regular, tidak ada kelainan apada bunyi jantung,

tidak ada nyeri dada.

6. Abdomen

Pada pemeriksaan didapatkan hasil perut membesar dengan massa lingkar

perut 14 cm

7. Genitourinary

Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak terdapat gumpalan darah, dan

didapatkan hasil kondisi vagina bersih, tidak ada luka, tidak ada flek – flek,

tidak ada distensi vesika urinaria, tidak ada hemorrhoid.

8. Ekstremitas ( Integumen / musculoskeletal)

Pada pemeriksaan didapatkan hasil turgor kulit normal, kulit berwarna sawo

matang, CRT <2, tidak ada kesulitas dalam pergerakan

3.1.6. Riwayat Obstetri

Riwayat menstruasiKlien mengatakan pertama kali haid (menarche) pada

usia 13 tahun, siklusnya teratur, banyaknya ganti pembalut 1 – 2 kali,

lamanya 6 – 7 hari, keluhan nyeri perut kadang kadang.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, nifas :


31

3.1.7. Riwayat Keluarga Bencana

Pasien mengatakan pernah menggunakan KB. jenis KB yang digunakan

adalah KB pil . Pasien menggunakan KB saat anak pertama sudah lahir dan 5

bulan yang lalu sudah selesai.

3.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium anatomi

a. Hasil pemeriksaan histopatologi

Uterus + 2 adnexa, operasi :

ENDOMETRIUM HYPERPLASIA WITHOUT ATYPIA. Ovarium

dextra : MUCINOUS CARCINOMA.

Diameter 20 x 16.5 X 7 cm. Ovarium sinistra : MUCINOUS CYST

ADENOMA.

Diameter 11.5 X 7.5 X 6 cm.

b. Cairan, sitologi :

TIDAK DIDAPATKAN SEL GANAS PADA SEDIAAN INI .

Tabel 3. 1 Terapi yang diberikan


Tanggal Terapi obat Dosis Rute Indikasi
obat
02 Januari Paracetamol 3xsehari oral Obat penurun panas dan
2024 500mg nyeri
Becomse 1xsehari oral Membantu memenuhi
sanbe kebutuhan multivitamin
pada masa pertumbuhan
dan masa penyembuhan
Etabion 1kapsul/ oral Untuk mencegah dan
hari mengobati kekurangan
vitamin dan mineral
seperti kekurangan
darah dan membantu
pembentukan darah
32

GENOGRAM :
33

3.2 ANALISA DATA

Tabel 3. 2 Analisis data


No Data Etiologi Problem

1. Ds : - pasien mengeluh nyeri Post op ca ovarium Nyeri Akut


P : nyeri bagian post op hari ke (SDKI. D.0077)
12
Q : cenut – cenut
R : Bagian perut
S : skala 3 (ringan)
T : hilang timbul

Do : pasien meringis
TD : 120/80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 21x/menit
2. Faktor risiko : post op hari ke 12 Risiko Infeksi
(SDKI, D.0142)
(pengangkatan ca ovarium)
34

3. Ds : pasien mengatakan belum Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan


(SDKI, D.0111)
sepenuhnya mengetahui
penyakit yang dialaminya yaitu
kista ovarium.
Do : pasien terlihat bertanya –
tanya kenapa bisa terjadi
penyakit kista ovarium dan
setelah operasi bekas jahitan
terasa nyeri

1.3 Prioritas Masalah

Tabel 3. 3 Prioritas Masalah


NO Prioitas Masalah Paraf

1. Nyeri kronis Ts

2. Risiko Infeksi Ts

3 Defisit Pengetahuan Ts
35

3.4 Rencana Keperawatan

Tabel Rencana Keperawatan

No Masalah Tujuan dan kriteria Intervensi


Keperawatan hasil
1. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (SLKI, Managemen Nyeri (SIKI,
post op kista
L. 08066) I. 08238)
ovarium d.d.
pasien mengeluh Setelah dilakukan Observasi :
nyeri intervensi keperawatan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(SDKI, D.0077) selama 1x8 jam, maka
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
1. pasien toleransi
Edukasi :
terhadap nyeri
3. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2. pasien tau
Kolaborasi
penatalaksanaan
4. Kolaborasikan pemberian analgetik (paracetamol 500 mg)
tentang nyeri
berkurang
36

2. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi (SLKI, Pencegahan infeksi (SIKI, I.14539)


d.d. post op hari L.14137) Setelah
Observasi :
ke 12 dilakukan intervensi
(pengangkatan keperawatan selama 1x8 1. monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan iskemik
kista ovarium) jam maka tingkat infeksi
Terapeutik :
(SDKI, D.0142) menurun dengan kriteria
hasil : 2. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
- Kemerahan menurun
lingkungan pasien
- Nyeri menurun
Edukasi :
3. jelaskan tanda dan gejala infeksi
4.ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5. ajarkan cara memeriksa kondisi luka/luka oprasi
3. Defisit (SLKI, L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan b.d Setelah dilakukan
Observasi
kurang terpapar intervensi keperawatan
informasi d.d selama 1x8 jam maka, 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
pasien terlihat Tingkat pengetahuan
Terapeutik
bertanya2 tentang meningkat dengan
penyakit yang kriteria hasil : 2. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
dialaminya -kemampuan tentang
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
(SDKI, D.0111)
menjelaskan penyakit
Edukasi
kista ovarium meningkat
4. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
37

3.5 Implementasi Keperawatan

Tabel Intervensi Keperawatan


NO Waktu Tindakan TTD Waktu SOAP TTD
(Tgl &jam) (Tgl &jam)
1 Selasa, 02 Selasa, 02 S : pasien toleransi terhadap nyeri
Januari 2024 1. Mengidentifikasi lokasi, Ts Januari 2024 Ts
dengan indicator :
pukul pukul
karakteristik, durasi, frekuensi,
10.00 WIB 10.30 WIB -P: nyeri bagiah post op hari ke 12
kualitas, intensitas nyeri
-Q : cenut – cenut
R/
-R : bagian perut
-P : bagian post op hari ke 12
-S : skala 1
-Q : cenut-cenut
-T : hilang timbul
-R : bagian perut
O : pasien dapat menjelaskan
-S : skala 3
penyebab nyeri
-T : hilang timbul
TD : 120/80 mmHg
2. Mengidentifikasi faktor yang
Nadi : 88x/menit
memperberat dan memperingan nyeri
Suhu : 36,2C
R/ pasien mengatakan nyeri saat
RR : 21x/menit
banyak beraktifitas dan nyeri
A : masalah teratasi
berkurang saat istirahat
P: paracetamol diminum saat nyeri, 2
kali sehari sesudah makan dan
38

4. Menjelaskan penyebab dan kontrol ke poli setiap 1 bulan sekali


jika masih ada keluhan.
pemicu nyeri
R/penyebab nyeri karena post op hari
ke 12
5. Kolaborasikan pemberian
analgetik (paracetamol 500 mg)
R/Pemberian obat paracetamol
500mg
2. Selasa, 02 1. Memonitor tanda dan gejala Ts Selasa, 02 S : - pasien mengatakan kondisi luka Ts
Januari 2024 Januari 2024
infeksi lokal dan iskemik sudah membaik
pukul pukul
10.00 WIB R/ tanda dan gejala infeksi bisa 10.30 WIB O : terlihat kondisi luka post op
terjadi pada bagian post op jika tidak sudah membaik, tidak lembek
dirawat A : Masalah teratasi
2. Mencuci tangan sebelum dan P : Intervensi dihentikan
sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
R/ Memberitahu pasien untuk selalu
cuci tangan sesudah maupun
sebelum melakukan makan ataupun
melaksanakan aktivitas
39

3. Menjelaskan tanda dan gejala


infeksi
R/ menjelaskan tanda dan gejala
infeksi bisa muncul ketika post op
tidak dirawat dengan baik
4. ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
R/Mengajarkan pasien cara cuci
tangan yang baik dan benar
5. ajarkan cara memeriksa kondisi
luka/luka oprasi
R/Memberitahu pasien kondisi luka
yang baik dan kondisi luka yang
buruk

3. Selasa, 02 1.Mengidentifikasi kesiapan dan Ts Selasa, 02 S : Pasien mengatakan sudah Ts


Januari 2024 Januari 2024 mengetahui tentang penyakit yang
kemampuan menerima informasi
pukul 10.00 pukul 10.30 dideritanya yaitu kista ovarium,
R/Pasien terlihat antusias seperti pengertian, penyebab dan
tanda gejala serta risiko penyakit
mendengarkan edukasi
O : pasien terlihat kooperatif Ketika
dijelaskan tentang penyakitnya.
40

2. Menyediakan materi dan media A : Masalaha teratasi


P : Intervensi dihentikan
Pendidikan Kesehatan
R/Pasien menerima informasikan
yang diberikan
3. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
R/Pasien terlihat tertarik terhadap
topik pembahasan
4. Menjelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi Kesehatan
R/Pasien terlihat antusias Ketika
dijelaskan
5. Mengejarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
R/pasien terlihat antusias Ketika
dijelaskan
BAB 4

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien Ny. E dengan diagnosa medis Maligant

Neoplasm Of Ovary di Ruang Poli Kandungan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, maka

penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat

dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Maligant

Neoplasm Of Ovary

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

Ny. E dengan diagnosa medis Maligant Neoplasm Of Ovary maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengakajian didapatkan data fokus, mengatakan cemas dengan operasi yang

akan dilakukan

2. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan

post op hari ke 12

3. Diagnosa keperawatan nyeri akut b.d. post op hari ke 12 dilakukan tindakan

dengan mengajarkan pasien untuk teknik relaksasi napas dala

41
42

4. Pada akhir evaluasi tujuan sudah tercapai nyeri yang dirasakan Ny.E menjadi

skala 1, resiko infeksi teratasi karena luka tidak ada rembesan, pasien

memahami edukasi yang diberikan oleh petugas ruangan.

5. Pada akhir dokumentasi berisi kegiatan pencatatan dan laporan otentik.

Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengolahan pasien dapat

dipergunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang actual dan bisa

dipertanggung jawabkan

1.2 Saran

1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, ketrampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim

kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan diagnose medis Maligant Neoplasm Of Ovary

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah

baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang membahas

tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan.

5. Kembangkan dan tingkatkan pemahan perawat terhadap konsep manusia

secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Af’ida, Syakina Noor. 2017. “Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka.” Convention

Center Di Kota Tegal: 6–25.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB

II.pdf?sequence=6&isAllowed=y.

Akut, Nyeri. 2019. “D.0077 Nyeri Akut.” : 1–11.

Beatrik Yeni Sampang. 2017. “Latar Belakang : Metode : Hasil : Pembahasan :

Tujuan :” Hubungan Berfikir Kritis Dengan Perilaku Caring Dalam

Pendidikan Keperawatan Untuk Menjalankan Asuhan Keperawatan: 1–7.

Budiana, dr I Nyoman Gede Sastra SPOG. 2015. “Pendidikan Kedokteran

Berkelanjutan Obstetri Dan Ginekologi Ke-7.” Pkb Obstetri Dan

Ginekologi

Ke-7: 129–44.

Dewinta, Ni Made Nanda. 2020. “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post

Operasi Kista Ovarium Dengan Nyeri Akut.” : 1–3.

Kista, Menderita, and Ovarium Di. 2010. “HUBUNGAN ANTARA

DUKUNGAN SUAMI DENGAN MEKANISME KOPING ISTRI YANG

MENDERITA KISTA OVARIUM DI PURWOKERTO Endang Triyanto

Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.”

43
5(1): 1–7.

Lavinia, Clarissa et al. 2020. “Perancangan Interactive Website Sebagai Media

Pengetahuan Penyakit Kista Ovarium Pada Perempuan.” Jurnal DKV

47Adiwarna 1(16): 11.

http://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/10349.

Napitu, Januarizkah. 2020. “Pengaruh Perencanaan Keperawatan Terhadap

Kepuasan Pasien.” Osf.Io/Xswpq/ 1(1).

Novieastari, Enie. 2014. “Diagnosa Keperawatan Sejahtera.” Jurnal Keperawatan

Indonesia 7(2): 77–80.

Ovarium, Kista, D I Ruang, and Irna I Rsup Sardjito. 2019. “GAMBARAN

DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN DENGAN Oleh : SUKMA

LAILLI YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA AKADEMI

KEPERAWATAN ‘ YKY ’ YOGYAKARTA.”

Reza, Rezita Rahma, and Nurul Islamy. 2021. “Burst Abdomen Paska Operasi

Laparatomi Kista Ovarium 2 Bulan Lalu ( Di RS Luar ) Case Report : Burst

Abdomen Post Operative Laparatomy Ovarian Cyst 2 Months Ago at

External Hospital.” Majority 10(2): 16–21

44
45

Anda mungkin juga menyukai