Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini,
orang tua dan teman-teman seperjuangan. Makalah berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan dengan diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary di Poli
Kandungan RSPAL dr. Ramelan surabaya”
Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini.
Penulis juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat
makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya. Penulis berharap makalah ini
memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi bagi
pembaca, terutama mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
tumbuhnya sel-sel abnormal yang menyebar dengan cepat dan tak terkendali,
ovarium menjadi salah satu penyebab kematian yang paling umum dari
dengan prognosis yang buruk karena gejala yang tidak spesifik (Hariyono
sampai 13.310 kasus. Angka ini merupakan 4,3% dari seluruh kasus jenis
kanker baru, dan menempati urutan ke- 10 pada kasus kanker baru di seluruh
4
Secara total, 125 artikel diterbitkan selama tahun 1925-2018 masuk ke
dalam studi. Kanker ovarium menjadi salah satu jenis kanker yang paling
tahun 2018, 4,4% dari seluruh kematian terkait kanker di kalangan wanita
ovarium yang paling utama adalah faktor genetik. Kehamilan, menyusui, dan
tahunnya, dan sekitar 3 juta orang tidak dapat tertolong karenanya. Pada
telah mengumpulkan hasil data dari 1.000 wanita di 39 negara, dan jumlah
meningkat menjadi 371.000 setiap tahun pada tahun 2035. Meskipun kanker
payudara dianggap lebih umum dari kanker ovaium, namun kanker ovarium
tiga kali lebih mematikan dari yang dibayangkan. Dan pada tahun 2040,
yang lambat muncul, dan tes yang kurang memadai untuk mendeteksi gejala
(Harsono, 2020).
5
munkin meningkatkan atau bahkan menurunkan risiko terjadinya ca ovarium.
Tak hanya itu, indeks massa tubuh atau berat badan lebih dari normal juga
kejadian kanker ovarium di dunia. Ada dua faktor risiko yang diduga
umum terjadi pada wanita dan pada stadium awal biasanya tidak
anemia, asites hingga terjadi anoreksia. Nyeri yang dirasakan pada pasien
kanker ovarium biasanya bersifat kronis, akut hingga kronis dan intermiten.
Kondisi ini didasarkan pada stadium kanker yang dialami (Novitasari &
Yuliana, 2022).
efusi pleura, cedera usus, cedera ureter, cedera vesika yang biasanya
disebabkan karena pemasangan kateter dalam waktu yang lama. Selain itu,
paralitik, dan terjadinya infeksi pada luka operasi. Masalah yang paling
umum untuk pasien laparotomi adalah rasa sakit dari luka operasi (Purwoto
et al., 2022). Timbulnya nyeri pada luka menyebabkan pasien merasa takut
terlalu lama dibiarkan tidak bergerak, selain itu juga dapat timbul resiko
infeksi pada luka. Untuk itu, diperlukan peran perawat agar tidak terjadi
6
komplikasi (Coll & Jones, 2020). Perawatan tersebut diharapkan dapat
fisik dipulihkan segera setelah operasi dengan mobilisasi dini (Yuliana et al.,
2021).
7
Melaksanakan serta memaparkan tantang kasus Asuhan Keperawatan
pada Ny. E dengan diagnosa medis Malignant di Poli Kandungan, Rumah
Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Seminar Kasus yang sudah penulis rangkai ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya “
1. Pihak Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai acuan meningkatkan keilmuan pelajar/mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Malignant Neoplasm Of Ovary
2. Pihak Mahasiswa Keperawatan
Bermanfaat sebagai penambah pemahaman, wawasan dan sebagai objek
atau informasi untuk mengunakan ilmu keperawatan khususnya pada
pasien dengan diagnosa medis Malignant Neoplasm Of Ovary
3. Pihak Rumah Sakit
Bermanfaat menjadi objek edukasi, masukan serta untuk menambah mutu
pelayanan keperawatan pada kondisi pasien dengan diagnosa medis
Malignant Neoplasm Of Ovary
4. Bagi Pihak Masyarakat
8
Dapat digunakan untuk bahan masukan pengetahuan dalam mencegah
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Ovarium, atau indung telur, adalah kelenjar berbentuk almond yang berada
pada kedua sisi rahim tepatnya di bawah bukaan saluran tuba. Saluran tuba
yaitu sebuah saluran yang menjadi penghubung antara ovarium dan rahim,
berfungsi untuk membawa sel telur ke rahim saat terjadi ovulasi. Ovarim
merupakan jenis tumor ganas yang berada di indung telur (ovarium) organ
reprodusi wanita dan merupakan jenis kanker ginokologi kedua yang paling
umum (Diah Novita, 2021). Kanker ovarium merupakan salah satu penyakit
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penelitian ada faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
1) Dalam penelitian ini, terdapat lebih banyak faktor keluarga tanpa adanya
10
2) Pada penelitian ini, faktor usia menstruasi dini lebih banyak pada usia
kanker ovarium.
indeks massa tubuh atau berat badan lebih dari normal juga meningkatkan
kanker ovarium di dunia. Ada dua faktor risiko yang diduga menjadi
saat buang air kecil, serta perubahan pada system pencernaan seperti
kembung, mual, sakit perut, cepat kenyang, dan sembelit. Beberapa wanita
perut yang berlebihan bisa muncul secara tiba-tiba jika tumor berdarah,
11
ovarium pecah atau terpuntir. Gejala lain yang mungkin muncul seperti
teratur, terasa sakit saat berhubungan intim dan juga perut membesar
(Harsono, 2020).
2.1.4. Patofisiologis
Penyebab pasti Ca Ovarium belum ketahui, ada faktor yang mungkin
kelahiran dan kehamilan, laktasi dan usia saat menopause), obat kesuburan,
Ada banyak teori untuk menjelaskan penyebab kanker ovarium, antara lain
hipotesis ovulasi terus menerus, teori yang menjelaskan asal mula kerusakan
luka pada saat terjadinya siklus menstruasi wanita.8 Jika dalam proses
pada ovarium normal dan sel kanker pada ovarium (Ferawati, 2022).
12
dikaitkan dengan adanya kenaikan korban yang meninggal karna menderita
Ca ovarium. Gen yang menekan tumor seperti BRCA- 1 dan BRCA-2 telah
menderita kanker pada ovarium sebelumnya, maka dia memiliki peluang 50%
ovarium juga termasuk salah satu saluran tempat sel-sel ganas menyebar.
Semua kelenjar panggul dan perut juga dapat terlibat. Difusi awal kanker ke
rasa berat pada pelvis, polyuria, dysuria, mual, merasa cepat kenyang,
sakit saat berhubungan intim dan juga perut membesar (Harsono, 2020)
2.1.5. Penatalaksanaan
Tindakan atau pengobatan utama untuk kanker ovarium adalah operasi.
ada tidaknya keganasan dan jenis kanker, serta standium kanker. Kemoterapi
juga dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi, kecuali jika
13
penyakitnya hanya terdapat pada ovarium, dan untuk kanker yang sudah
11 pemotongan pada sebagian organ usus (usus halus atau usus besar),
b. Penambahan kemoterapi
penderita kanker ovarium yang masih stadium awal stadium 2 dan lebih
2021).
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu :
a. Asites
14
Kanker ovarium dapat menyebar secara langsung ke area perut dan
panggul yang saling berdekatan, sel kanker akan berkembang biak dengan
cepat melalui cairan peritoneal ke dalam rongga perut dan panggul. Cairan
b. Efusi pleura
kemudian akan mengalir dari perut melalui kelenjar getah bening dan
mungkin terjadi pada kanker ovarium adalah cedera usus, cedera ureter,
waktu yang lama. Selain itu, komplikasi yang muncul setelah dilakukan
operasi adalah sepsis, ileus paralitik, dan terjadinya infeksi pada luka
2) Penanda tumor digunakan sebagai salah satu tes awal untuk menemukan
b. Pemeriksaan radiologi
1) USG perut digunakan untuk memeriksa organ tubuh bagian dalam perut,
15
2) Pemeriksaan CT scan juga dapat dilakukan untuk memberikan informasi
mengenai seberapa besar atau lebar kanker, dan juga dimana letak pastinya
2.1.8 WOC
2.2.1 Pengakjian
a. Anamnesa
1) Identisan Klien
Meliputi Nama Klien, Usia Klien, jenis Gender Klien, Tempat Tinggal
Klien, Agama Klien, Pendidikan Terkahir Klien, Pekerjaan Klien,
Status Perkawinan,, nomor rekam medis, Tanggal Mulai di rawat di RS
dan diagnose medis.
2) Penanggung Jawab Klien
16
Meliputi nama penanggung jawab klien, usia penanggung jawab klien,
gender penanggung jawab klien, tempat tinggal penanggung jawab
klien, pekerjaan penanggung jawab klien, status ikatan pada klien.
3) Riwayat Keperawatan
Meliputi keluhan yang di rasakan klien, Latar Belakang datang ke RS,
keadaan penyebab penyakit, durasi keluhan, timbulnya keluhan,
tindakan yang sudah di coba dalam upaya mengurangi rasa sakit.
4) Riwayat Kesehatan Lama
Meliputi pernah mengalami sakit apa, kecelakaan, sudah di rawat
sebelumnya, imunisasi, alergi.
5) Riwayat Keluarga
Mencakup, genogram, keluarga pernah mengalami sakit apa, sakit yang
sedang diderita keluarga.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Meliputi kebersihan Kesehatan lingkungan, kemungkinan terjadinya
bahaya.
7) Pola Kesehatan Fungsional
pola istirahat dan tidur, pola nutrisi metabolic, pola kognitif - persepsual
sensori, pola seksual reproduksi.
b. Pemeriksaan Fisik
1.)Status Kesehatan
Berisi gambaran umum penampilan pasien, GCS, TB, BB dan TTV.
2) Kepala dan leher
Observasi bagaimana bentukan kepala, rambut, observasi adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, observasi adanya gangguan telinga,
observasi jika adanya gangguan menelan, Observasi jika adanya
pembengkakan dan nyeri tekan pada gusi, observasi jika adanya
penglihatan kabur atau ganda, diplopia, sclera ikterik atau tidak.
3) Sistem intergumen
17
Kaji apakah ada Turgor kulit melemah, terdapat cedera atau
penghitaman akibat luka, kelembaban, suhu kulit didaerah jahitan,
tekstur kulit.
4) Sistem pernafasan
Observasi jika ada tanda nafas tersesak, sputum, batuk, sakit dada yang
biasanya terjadi oleh pasien post op salpingoovarektomi yang gampang
terkena infeksi.
5) Sistem Kardiovaskular
Kaji apakah ada perfusi jaringan melemah, nadi perifer melemah atau
menurun, takikardi atau bradikardi, anemia,tekanan darah tinggi.
6) Sistem gastrointestinal.
Observasi jika adanya tanda polidipsi, mual dan muntah, diare, susah
BAB, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem perkemihan
Observasi jika adanya tanda poliuria, retensi urin, inkontensia urin, rasa
nyeri saat berkemih.
8) Sistem muskolokeletal
Observasi persebaran lemak, persebaran masa otot, bertambah atau
berkurangnya tinggi badan, kelelahan, dan rasa sakit. (Ii and Penyakit
2010)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan hasil dari kesimpulan klinis
perihal atau tentang seorang, kelompok maupun komunitas yang
diakibatkan oleh persoalaan Kesehatan ataupun system kehidupan yang
sebenarnya dan kemungkinan yang terjadi. Diagnose Keperawatan
adalah Langkah permulaan proses perancangan dari asuhan
keperawatan. Asuhan Keperawatan searah dengan diagnose
keperawatan karena saat proses pengumpulan data – data pengkajian
keperawatan dibutuhkan demi mengangkat diagnose keperawatan yang
dilihat dari kondisi penyakit pada diagnose medis. (Novieastari 2014)
18
Diagnose Keperawatan pertama yang bisa ditegakkan pada
pasien dengan Malignant Neoplasm Of Ovary diantaranya adalah
diagnose ke satu yaitu Nyeri akut b.d (berhubungan dengan) agen
pecedera fisiologis ( prosedur operasi ) d.d ( di tandai dengan ) terdapat
ringisan di muka pasien, pasien nampak cemas, meningkatnya , keluhan
kurang istirahat/tidur. Nyeri akut masuk pada bagian psikologis dan sub
bagian nyeri dan kenyamanan (Akut 2019). Diagnosa keperawatan
kedua yang bisa diangkat atas klien keadaan diagnosa medis Malignant
Neoplasm Of Ovary adalah Intoleransi aktivitas b.d (berhubungan
dengan) kelemahan fisik. Selanjutnya diagnose ketiga yang bisa
diangkat oleh klien keadaan pasien diagnosa medis Malignant
Neoplasm Of Ovary adalah Defisit pengetahuan b.d (berhubungan
dengan) kurangnya paparan informasi Selanjutnya diagnose keempat
yang dapat diangkat atas klien keadaan dengan Post Operasi kista
ovarium adalah Resiko infeksi b.d (berhubungan dengan) Prosedur
invasi (Ike and Novianti 2020).
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berupa perawat memberikan penjelasan
mengenai program kegatan pengarahan yang terikat pada perkara
kesehatan yang di alami klien, supaya klien makin memahami,
senantiasa merasa tenang dan di dapatkan respon yang baik (Napitu
2020).
a. Diagnose : Nyeri akut b.d (berhubungan dengan) agen pecedera
fisik (prosedur operasi) ( D .0077 )
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
nyeri menurun.
Kriteria Hasil : ( L .08066 )
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
19
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
20
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik. (D.0060)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka toleransi
aktivitas meningkat
Kriteria Hasil : (L.05047)
1. Keluhan Lelah menurun
2. Dispnea saat aktivitas menurun
3. Dispnea setelah aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi membaik
Intervensi : Manajemen Energi (I.05178)
Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
21
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
c. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi (D.0111)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil : (L.12111)
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
d. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur invasi
22
(D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat
infeksi menurun
Kriteria Hasil : (L.14137)
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
Intervensi : Pencegahan Infeksi ( I. 14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2.2.4. Implementasi
Implementasi keperawatan ialah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan yang telah ditetap kan beserta sasaran dengan kesesuaian
dan digunakan untuk mencukupi keperluan klien selain itu juga untuk
23
menambah status kesehatan klien. Implementasi Keperawatan adalah
pengaturan kegiatan antara klien, keluarga klien, dan kelompok yang
memberi asuhan kesehatan guna melakukan pengawasan dan
pencatatan respon klien saat pemeberian pemeliharaan kesehatan.
Tujuan dari implementasi keperawatan adalah untuk membantu
meningkatkan status kesehatan pasien (Beatrik Yeni Sampang 2017).
2.2.5. Evaluasi
Menurut (Deswani,2009) dalam (Af’ida 2017) Evaluasi
keperawatan adalah memeriksa dan mendalami reaksi atau tanggapan
klien sesudah diberikannya intervensi keperawatan dan meninjau kembali
asuhan keperawatan yang sudah di lakukan.
24
BAB 3
TINJAUAN KASUS
kasus yang diamati pada tanggal 2 Desember 2023 dengan data pengkajian yang
dilakukan pada tanggal 2 Desember 2023 pada pukul 10.00 WIB. Anamnesa
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
pekerjaan sebagai penjual kue dan pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
hari ke 12
25
26
pasien disarankan untuk USG dan didapatkan bahwa pasien mengidap Kista
pasien dikonsulkan ke poli anastesi dan poli jantung. Setelah itu pada tanggal
Poli Rawat RSPAL dr. Ramelan Surabaya post op kista ovarium hari ke 12.
1. Status Psikologis
Pasien mengatakan penyakit saat ini yang dialaminya adalah cobaan dari
dirumahnya sendiri. Orang yang sangat penting bagi pasien adalah keluarga
2. Status Fungsional
a. Pola Nutrisi pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan nasi, lauk dan
b. Pasien BAK 4-5 x sehari, warna kuning jernih dan tidak ada keluhan saat
konsistensi lunak, baunya khas dan tidak ada keluhan saat BAB.
d. Pola istirahat dan tidur pasien mengatakan istirahat dan tidur kurang
Pasien mengatakan tidak ada masalah terkait statsus mentalnya. Pasien juga
suami dan kedua anaknya dirumah sendiri tidak ngontrak atau ngekos.
Pasien sudah menikah selama 20 tahun, pekerjaan pasien yaitu membuat kue
a. Kepala
Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk simetris, tidak ada lesi dan
b. Mata
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung tidak ada alergi, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
menggunakan gigi palsu 2 dibagian depan atas, gigi tidak tampak karies,
4. Pernafasan
Pada pemeriksaan didapatkan jalan nafas bebas tidak ada sumbatan, suara
5. Sirkulasi jantung
30
88x/menit, irama jantung regular, tidak ada kelainan apada bunyi jantung,
6. Abdomen
perut 14 cm
7. Genitourinary
Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak terdapat gumpalan darah, dan
didapatkan hasil kondisi vagina bersih, tidak ada luka, tidak ada flek – flek,
Pada pemeriksaan didapatkan hasil turgor kulit normal, kulit berwarna sawo
adalah KB pil . Pasien menggunakan KB saat anak pertama sudah lahir dan 5
1. Laboratorium anatomi
ADENOMA.
b. Cairan, sitologi :
GENOGRAM :
33
Do : pasien meringis
TD : 120/80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 21x/menit
2. Faktor risiko : post op hari ke 12 Risiko Infeksi
(SDKI, D.0142)
(pengangkatan ca ovarium)
34
1. Nyeri kronis Ts
2. Risiko Infeksi Ts
3 Defisit Pengetahuan Ts
35
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada pasien Ny. E dengan diagnosa medis Maligant
Neoplasm Of Ovary di Ruang Poli Kandungan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat
Neoplasm Of Ovary
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
Ny. E dengan diagnosa medis Maligant Neoplasm Of Ovary maka penulis dapat
akan dilakukan
post op hari ke 12
41
42
4. Pada akhir evaluasi tujuan sudah tercapai nyeri yang dirasakan Ny.E menjadi
skala 1, resiko infeksi teratasi karena luka tidak ada rembesan, pasien
dipertanggung jawabkan
1.2 Saran
yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB
II.pdf?sequence=6&isAllowed=y.
Ginekologi
Ke-7: 129–44.
Dewinta, Ni Made Nanda. 2020. “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post
43
5(1): 1–7.
http://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/10349.
Reza, Rezita Rahma, and Nurul Islamy. 2021. “Burst Abdomen Paska Operasi
44
45