Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN


PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER PRIMER
DI RS CHARIS MEDIKA BATAM TAHUN 2021

Veronika Sijabat
201015201044

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
2022
Daftar Isi

SKRIPSI.......................................................................................................................................1

DI RS CHARIS MEDIKA BATAM TAHUN 2022.....................................................................1

2022..............................................................................................................................................1

DAFTAR TABEL.......................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR...................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................7

1.5 Keaslian Penelitian...........................................................................................................7

1.6 Risiko Penelitian...............................................................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................9

2.2 Perdarahan Postpartum primer........................................................................................22

Penyebab yang harus dipikirkan.................................................................................................35

2.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum primer. 37

BAB 3.........................................................................................................................................38

3.1 Kerangka Konseptual......................................................................................................38

BAB 4 METODE PENELITIAN...............................................................................................72

4.2. Rancangan Penelitian......................................................................................................72

4.3. Populasi dan Sampel.......................................................................................................73

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................................76

4.5. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Cara Pengukuran Variabel...........................77

8.6. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data........................................................................79

8.7. Pengolahan dan Analisis Data.........................................................................................80

Karakteristik Sampel Frekuensi Persentase Usia :....................................................................83

8.8. Kerangka Operasional.....................................................................................................86


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status


kesehatan. Dalam literatur demografi, Angka Kematian Ibu ( AKI) merupakan
indikator yang menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup ( BKKBN, 2019) . Hasil
SDKI menyebutkan, sepanjang periode 20015 -2020 kasus kematian ibu melonjak
cukup tajam. Diketahui, pada 2015, AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk
atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada 2010, yang
hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk. ( SDKI, 2015 ). Rendahnya status
kesehatan di Kota Batam akibat pembangunan kesehatan yang kurang memuaskan
tersebut dapat dilihat pada trend jumlah kematian ibu yang meningkat dari tahun
2015 (18 kematian) sampai pada tahun 2020 ( 24 kematian), meskipun pada tahun
2018 angka kematian ibu turun ( 10 kematian). Pada tahun 2013 dan 2014
kematian ibu kembali meningkat masing-masing 19 ke matian dan kembali turun
pada tahun 2015 (18 kematian).
Angka Kematian Ibu di Indonesia terjadi karena perdarahan, hipertensi,
infeksi, komplikasi abortus, persalinan lama dan lain-lain. Penyebab terbesar
kematian Ibu selama tahun 2015-2020 masih tetap sama yaitu pendarahan
(30,3%) ( Kementrian Kesehatan RI, 2022) . Menurut data Dinas Kesehatan Kota
Batam pada tahun 2019, perdarahan cukup berperan menjadi penyebab kematian
Ibu di Kota Batam( 31,58%). Kasus perdarahan di pada tahun 2015 hingga 2020
tetap tinggi yakni 306 kasus (tahun 2015), 305 kasus (tahun 2016), dan 307
kasus (tahun 2015). Case Fatality Rate (CFR) tertinggi akibat perdarahan
postpartum primer terjadi pada tahun 2014 yakni 1,97% ( 6 orang meninggal).
Data laporan tahunan Rs Charis Medika Batam menyebutkan pada tahun 2015
terdapat 663 persalinan dengan komplikasi dari 947 persalinan, terdapat 120
kasus perdarahan postpartum primer pada tahun yang sama.
Penyebab terjadinya perdarahan postpartum primer diantaranya adalah
atonia uteri, laserasi jalan lahir, hematoma, sisa plasenta, ruptura uteri, inversio
uteri, sub involusi di daerah insersi plasenta, dan luka bekas seksio sesarea.
(Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2015; Walyani, 2017). Penyebab utama
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta
dan robekan jalan lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer sekunder
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba, 2015).
Menurut departemen kesehatan RI, kematian ibu akibat perdarahan
postpartum primer dapat dicegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko. Faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pascapersalinan pada kehamilan,
antara lain pl acenta previa, atonia uteri, infeksi penyakit, giziburuk, eklamsia,
paritas
ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan, umur ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan terdahulu.(Manuaba,2012)
Kadar hemoglobin yang kurang menjadi faktor tidak langsung terjadinya
perdarahan postpartum primer. Ibu hamil dengan anemia keadaan Hb dalam darah
kurang, sehingga oksigen yang diikat dalam darah dan dikirim ke seluruh tubuh
juga kurang. Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
di bawah 11 gr% pada t rimester 1 dan3 ataukadar <10,5gr% pada trimester 2.
Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita t idak hamil terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Wiknjosastro, 2010). Kerja jantung
akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O 2 ke semua organ tubuh
apabila terjadi anemia, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat
lelah (Sin sin, 2012). Tindakan operatif dalam persalinan dilakukan apabila ibu
cepat lelah dalam persalinan, sehingga dapat menyebabkan robekan jalan lahir,
ruptur uteri, dan inversio uteri yang merupakan penyebab perdarahan. Kekurangan
suplai oksigen dapat menyebabkan persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam be rkontraksi ( inersia uteri) dan pe rdarahan pasca melahirkan
karena atonia uteri yakni tidak adanya kontraksi otot rahim. (Wiknjosastro, 2015;
Saifuddin, 2017 ).

Angka kejadian anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar


67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing.
Sekitar 1 0-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi
tumbuh kembang janin dalam rahim (Depkes, 2015).
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative
terhahap janin yang di kandung da ri ibu dalam ke hamilan, pe rsalinan maupun
nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
partus prematur, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini
tersebut berkaitan dengan banyak faktor antara lain; status gizi, umur, dan
pekerjaan (Sarwono Prawirohardjo, 2015).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Batam, kasus anemia di Kota Batam
mengalami trend yang meningkat yakni 555 kasus ( tahun 2018), 682 kasus
(tahun 2019), dan mencapai 998 kasus (tahun 2020).
Tingginya angka kematian ibu akibat perdarahan postpartum primer di Kota
Batam dan angka anemia pada kehamilan yang terus bertambah setiap tahunnya
menjadikan penulis ingin lebih mengetahui apakah terdapat hubungan antara
anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum primer.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian


perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian


perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi kejadian pe rdarahan post partum di RS Charis


Medika tahun 2021.
2) Mengidentifikasi Anemia dalam kehamilan di RS Charis Medika
tahun 2021.
3) Menganalisis hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pembanding dan acuan bagi


penelitian selanjutnya berkaitan dengan anemia pada ibu hamil dengan
kejadian perdarahan postpartum primer .
1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan anemia pada


ibu hamil dengan kejadian perdarahan postpartum primer dan pentingnya
penanganan anemia pada ibu hamil untuk meminimalkan resiko terjadinya
perdarahan postpartum primer .

1.5 Keaslian Penelitian

1.5.1 Ratih Suci Wijaya, telah melakukan penelitian sebelumnya pada tahun
2013 dengan judul “Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi Periode 19 A pril 2013 – 31 Mei 2013” dengan hasil ada hubungan
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi Periode 19
April 2013 – 31 Mei 2013.
Yang membedakan dengan penelitian Sebelumnya adalah variabel
independent, waktu dan tempat penelitian. Persamaannya adalah Desain
penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional.

1.6 Risiko Penelitian

Penelitian ini tidak be risiko pada subjek penelitian secara langsung karena
penelitian ini menggunakan data sekunder (data rekam medik) di rumah sakit
yang dipakai penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anemia dalam Kehamilan

2.1.1 Definisi anemia dalam kehamilan

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-
organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr/dl ( Varney, 2012) . Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil
dengan kadar hemoglobin dibawah 11 g r% pada t rimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Hemoglobin ( Hb) yaitu kom ponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen keseeluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil
mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi
agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari ( Sin sin, 2017).
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari
protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme
tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya
ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi,
sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme.
(Masrizal, 2015)
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Seseorang dikatakan telah mendekati anemia walaupun belum
ditemukan gejala-gejala fisiologis apabila simpanan zat besi dalam tubuh orang
tersebut sudah sangat rendah. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun
tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
sehingga kadar hemoglobin terus mnurun di bawah batas normal, keadaan inilah
yang di sebut anemia gizi besi ( Masrizal, 2015) . Anemia defisiensi besi
adalahanemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan
ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin
serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini
diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai pe nurunan ku
antitatif pada sintesis hemoglobin. Defiensi besi merupakan penyebab utama
anemia. Wanita us ia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.(Evatt dalam
Masrizal, 2015)
Anemia defiensi zat besi (kejadian 6 2,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Anemia Megaloblastik ( kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia
yang
disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik ( kejadian 8, 0% )
pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Etiologinya belum diketahui dengan pasti
kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian
0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih c epat, yaitu p enyakit malaria (Mochtar, 20 11; Wiknjosastro,
2005).

2.1.2 Jenis anemia dalam kehamilan

Pembagian anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2005) adalah


anemia defisiensi besi ( 62,3%), anemia megaloblastik ( 29,0%), anemia
hipoplastik (8,0%), anemia hemolitik (0,7%).

(1) Defisiensi Besi

Anemia Defiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang p aling


sering di temukan di du nia dan menjadi maslah kesehatan masyarakat
yang bersifat epidik. Anemi Jenis ini menyerang lebih dari 2 mil yar
penduduk dunia. Di negara berkmbang,terdapat 370 juta wanita menderita
anemia karena defiensi zat beis. P revalensi rata-rata lebih tinggi pada ibu
hamil (51%) dibandingkan pada wanita tidak hamil (41%) (Gibney dkk,
2009).
Anemia dalam kehamilan karena kekurangan besi ni disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
tesorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi
keluar dari badan, misalnya perdarahan. (Wiknjosastro, 2005)
Anemia Defiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam
darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah
akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi
dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut
mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis.
Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga
kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah
yang di sebut anemia gizi besi (Masrizal, 2015) . Menurut Evatt dalam
Masrizal ( 2015) anemia defiensi besi adalah anemia yang disebabkan
oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan
menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau
hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini
diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan
kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defiensi besi merupakan penyebab
utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena
kehilangan darah sewaktu menstruasi peningkatan kebutuhan besi
sewaktu hamil.
(2) Defisiensi Asam Folat

Asam folat adalah vitamin yang penting untuk pembentukan sel


darah merah normal. Defisiensi terjadi pada individu yang jarang makan
sayuran atau buah dimasak, terutama individu lansia yang tinggal sendiri
atau i ndividu a lkoholisme. A lkohol meningkatkan kebutuhan asam folat
dan alkoholik biasanya mempunyai diit kurang vitamin. Kebutuhan asam
folat juga meningkat pada anemia hemolitik dan kehamilan. Pasien
dengan pemberian makan IV atau nutrisi parenteral jangka panjang akan
mengalami defiensi folat setelah beberapa bulan tanpa suplemen IM.
Beberapa pasien penyakit usus halus tidak menyerap asam folat dengan
normal. (Baughman, 2015)
Kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kalil ipat pada
kehamilan karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan
dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan besar terjadi pada
kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi dan anemia hemolitik. Kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan juga menghambat
penyerapan asam folat. Defiensi asam folet oleh karenanya sangat umum
terjadi pada kehamilan dan penyebab utama penyebab anemia
megaloblastik pada kehamilan.(Wiknjosastro,2013)
(3) Anemia Hipoplastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsung


tulang kur ang m ampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoplastik dalam kehamilan. Wiknjosastro (2013).
Etiologi anemia h ipoplastik karena kehamilan hingga kini be lum
diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rentgen,
racun, atau obat-obat. (Wiknjosastro, 2013)
(4) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah


merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya
biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia. (Wiknjosastro, 2013)

2.1.3 Penyebab anemia dalam kehamilan

Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2012).
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan
disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan volume plasma yang
relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia
atau hipervolemia. Bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : pl asma 30% , sel darah 18 %, dan
hemoglobin 19% . Pengenceran darah di anggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam
masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung
(cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas
darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik
(Wiknjosastro, 2013 ).
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Pola makan yang
baik harus memenuhi konsep dasar gizi seimbang. Hal ini dapat di capai dengan
mengonsumsi beraneka ragam makanan setiap hari dalam jumlah yang tepat.
Pengelompokan bahan makanan di bagi menjadi tiga fungsi utama zat-zat gizi
yaitu sebagai sumber energi atau tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Makanan yang mengandung gizi seimbang harus mengandung
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral (Ayudhitya, 2012). Seringnya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat
besi seperti teh, kopi , kalsium ( K usumah, 2015 ) . Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan
zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin
sin, 2008) . Pada penelitian Djamilus dan Herlina ( 2010) m enunjukkan adanya
kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko
2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi
tablet Fe ( Jamilus dan Herlina 2010 ) . Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur
dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi
tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia ke kurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif
karena kandungan besinya yang di lengkapi asam folat yang sekaligus dapat
mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2015).
Departemen kesehatan RI mengatakan kematian ibu akibat perdarahan
postpartum primer dapat dicegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko.
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan pada
kehamilan, antara lain placenta previa, atonia uteri, infeksi penyakit, gizi buruk,
eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan,
umur ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan
terdahulu.(Manuaba,2010) Faktor umur merupakan f aktor risiko ke jadian
anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia <
20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan
diusia < 20 t ahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung l abil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi
selama kehamilannya. Pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat
gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung ( W iknjosastro, 2005; M ochtar, 20 13). Jarak kelahiran mempunyai
risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia ( A mirrudin dan
Wahyuddin, 2014)
Paritas adalah jumlah anak yang telah di lahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai
risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nut risi. Zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya selama hamil. Hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil
dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami
anemia dibanding yang paritas rendah ( Djamilus dan Herlina, 2015)
status ekonomi merupakan faktor yang menjadi penyebab anemia yakni
memiliki efek apabila status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka
nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia
defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkan peranan sebagai contoh rata-
rata orang kulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah daripada orang kulit
putih tanpa memperhatikan tingkat sosio-ekonomi.(Varney, 2010)

2.1.4 Gejala anemia pada kehamilan

Pada anamnese sering didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,


mataberkunang-kunang, nafsu makan berkurang dan keluhan muntah muntah
lebih hebat pada kehamian muda (Manuaba,2012)
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu di curigai anemia defisiensi besi. Ibu dengan
anemia defisiensi besi secara klinis dapat di lihat tubuh yang pucat dan tampak
lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau
tidak, maka di kerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah
tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar
(Wiknjosastro, 2013).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin
di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertininilah yang
diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan
hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari sumber nabati
1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan O 2 ke semua organ tubuh, akibatnya pendrita sering berdebar dan
jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang
kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2015).

2.1.5 Derajat anemia pada kehamilan

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin ataudarah merahnya


kurang dari 11,00 g r%. Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
Hb < 11 % menurut Word Health Organization (WHO). Anemia pada ibu hamil di
Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidakanemia : Hb ≥11 gr%, Anemia ringan :
Hb 9 -10.9 gr%, Anemia s edang : H b 7 -8.9 gr%, Anemia b erat : H b < 7gr %
(Depkes, 2015).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,
namun cara ox yhaemoglobin dapat pula di pakai asal di standarisir terhadap cara
cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih
menggunakan alat S ahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan
minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III ( Depkes
2015).

2.1.6 Pengaruh anemia pada kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran
prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi ( inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya
kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca
bersalin, serta anemia yang berat ( <4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan (Wiknjosastro, 2015; Saifuddin, ).
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa
intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal,
shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang
dapat terjadi padan eonatus : premature, apgarscor rendah, gawat janin
(Anonim,”tt”). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia in trapartum sampai kematian, gestosis
dan mudah terkena infeksi, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu
(Wiknjosastro, 2015; Manuaba, 2013 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his – kekuatan mengejan, kala dua berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala tiga dapat
diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum primer akibat atonia uteri,
kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum primer sekunder dan atonia uteri. ,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi
karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
(Manuaba, 2007). Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga akan m empengaruhi ibu s aat m engedan untuk melahirkan
bayi ( Smith et.al., 2012).
Pertumbuhan plasenta dan janin t erganggu disebabkan karena terjadinya
penurunan H b yang di akibatkan karena selama hamil volume darah 50 %
meningkat da ri 4 ke 6 L , vol ume pl asma meningkat sedikit yang menyebabkan
penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil
pada ibu ha mil yang mengkonsumsi zat besi. K enaikan vol ume darah be rfungsi
untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan
saat kehilangan darah w aktu m elahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan
janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
(Smitht et.al., 2012 ).

2.1.7 Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil

Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara: meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk i tu diperlukan alternatif yang lain
untuk
mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat
gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100
dan 250 m g dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 ka li.
Buah-buahan segar dans ayuran s umber vi tamin C , namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang
bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin (Wiknjosastro,
2015 ; Masrizal, 2017).
Penanganan anemia defiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
perbulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 m g (20 m l) intravena atau2× 10 m l secara i ntramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2 gr%. Pemberian secara p arenteral
ini ha nya berdasarkan indikasi, dimana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama
masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak
protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
(Wiknjosastro 2013).
2.2 Perdarahan Postpartum primer

2.2.1 Definisi perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 5 00-600 ml dalam


masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan
karena retensio plasenta ( Mochtar, 2011 ). Wiknjosastro (2010) m engatakan
perdarahan postpartum primer adalah perdarahan 500cc atau lebih setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar sukar untuk di
lakukan secara tepat.
Perdarahan setelah melahirkan atau hemmorrhagic postpartum (HPP)
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma
di traktus genetalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya ( Walyani, 2015) .
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai ke hilangan 500 m l atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria
(Kenneth, 2009).

2.2.2 Jenis perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian menurut waktu terjadinya


(Manuaba, 2012):

1) Perdarahan pos tpartum ( early postpartum primer hemorrhage)


ialah perdarahan >500 cc yang terjadi dalam 2 4 j am pertama
setelah bayi lahir.
2) Perdarahan postpartum primer sekunder (late postpartum
primer hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc setelah 24 jam
pasca persalinan.
Selaras dengan Mochtar ( 2013) juga mengklasifikasikan perdarahan
postpartum primer menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:

1) Perdarhan postpartum primer (early postpartum primer hemorrhage) yang


terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
2) Perdarahan pos tpartum s ekunder (late postpartum primer hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15
postpartum primer.

Kemenkes R I ( 2015) juga mengatakan, perdarahan pascasalin primer


terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan, sementara perdarahan pascasalin
sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24
jam hingga 12 minggu setelah persalinan.

2.2.3 Penyebab perdarahan postpartum primer

Perdarahan setelah melahirkan menurut Walyani ( 2015), disebabkan


karena atonia uteri, retensio plasenta, danr obekan jalan lahir. Mochtar ( 2011)
menyebutkan, etiologi perdarahan postpartum primer yakni atonia uteri, sisa
plasenta dan selaput ketuban, robekan jalan lahir ( robekan perineum, vagina
serviks, f orniks dan rahim), serta penyakit darah.
Penyebab utama p erdarahann p ostpartum p rimer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Penyebab utama
perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta
(Manuaba, 2001 ). Etiologi perdarahan postpartum dini di antaranya atonia uteri,
laserasi jalan lahir, hematoma, dan lain-lain ( sisa plasenta atau selaput janin,
ruptura uteri, inversio uteri), serta etiologi perdarahan postpartum primer lambat
yakni
tertinggalnya sebagian plasenta, subinvolusi di daerah insersi plasenta, luka bekas
seksio sesarea. (Winkjosastro, 2013)
Faktor Predisposisi terjadinya atonia uteri adalah umur yang terlalu tua
atau muda, paritas yang sering dijumpai pada multipara dangrandemultipara,
partus l ama dan partus terlantar, obs tetrioperatif dan narkoba, uterus terlalu
regang dan besar ( misalnya pada gemeli, hidramnion, dan janin besar), kelainan
pada uterus (seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta) dan
faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi. (Mochtar, 2015)
Departemen kesehatan RI menyebutkan bahwa kematian ibu akibat
perdarahan post partum dapat di cegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko.
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan pada
kehamilan, antara lain placenta previa, atonia uteri, infeksi penyakit, giziburuk,
eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan,
umur ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan
terdahulu.(Manuaba,2012)

2.2.4 Patofisiologi perdarahan postpartum primer

1) Atonia uteri

Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya


setelah plasenta lahir. Perdarahan pos tpartum secara fisiologis di kontrol
oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi
(Wiknjosastro, 2013) . Atonia uteri yakni keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir dan
plasenta lahir. Pada atonia uteri, uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik, dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum
primer. (Walyani, 2015)
Uterus yang sangat teregang ( hidramnion, kehamilan g anda atau
kehamilan dengan j anin besar), partus lama dan pemberian narkosis
merupakan predisposisi terjadinya atonia uteri. (Wiknjosastro, 2013)
2) Retensio plasenta

Retensio plasenta yakni plasenta tetap tertinggal dalam uterus 30


menit setelah anak lahir. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus (Walyani, 2015). Perdarahan akibat Retensio plasenta
yakni perdarahan yang disebabkan karena plasenta belum lahir hingga atau
melebihi w aktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan
tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2013)
Menurut Mochtar ( 2012), Retensio plasenta adalah keadaan
dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Sebab-
sebabnya adalah :
(1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat
lebih dalam, yang menurut tingkat pelekatannya dibagi menjadi (a)
Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam; ( b) Plasenta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih
dalam dan menembus desidua sampai ke miometrium; (c) Plasenta
akreta, yang menembus lebih dalam kedalam mio metrium tetapi
belum menembus serosa; ( d) Plasenta parkreta, yang menembus
sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.
(2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri
danakan menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena
adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat ke
salahan penanganan kala III, yang menghalangi plasenta keluar
( plasenta inkarserata)

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi


perdarahan, tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi
perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh, karena itu keduanya harus dikosongkan.(Mochtar 2013)
Pada ka sus retensio plasenta, plasenta harus di keluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai
benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip
plasenta danterjadi degenerasi sel ganas korio karsinoma ( Manuaba,
2013).

3) Robekan jalan lahir

Perdarahan akibat robekan jalan lahir bisa disebabkan karena


robekan di perineum, vagina serviks, forniks, dan rahim (Mochtar, 2011).
Perdarahan akibat robekan jalan lahir adalah perdarahan yang terjadi
karena adanya robekan pada jalan lahir ( perineum, vulva, vagina, portio,
atau ut erus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan portio biasa
terjadi pada persalinan pervaginam ( Manuaba,2013). Perdarahan dalam
keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan
lahir. (Walyani, 2015)
Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak di reparasi dengan segera
(Wiknjosastro, 2013) . Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak
dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa di jahit.
Oleh sebab itu bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan
melalui polindes, sehingga peran dukun berangsur-angsur berkurang.
Dengan demikian komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan
perdarahan pun akan dapat berkurang (Manuaba,2013).
4) Penyakit darah

Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan


darah. Sebab tersering perdarahan post partum adalah atonia uteri, yang
disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum primer.
Hal ini disebabkan karena defiensi faktor pembekuan dan atau
penghancuran fibrin yang berlebihan (Wiknjosastro, 2010).
Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hi pofibrinogenemia
yang sering di jumpai pada perdarahan yang banyak, solusio plasenta ,
kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklamsi danek lamsi,
infeksi, hepatitis, dan septik syok. (Mochtar, 2011)
5) Sisa plasenta
Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus,
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka sehingga terjadi
perdarahan.(Wiknjosastro, 2010)
6) Ruptura uteri

Ruptura uteri menurut waktunya dibagi menjadi ruptura uteri


gravidarum (terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi di korpus) dan
ruptura uteri durante partum ( terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya
sering pada segmen bawah rahim) . Jenis ruptura uteri durante partum
inilah yang terbanyak. (Mochtar, 2011)
Ruptura uteri menurut lokasinya, yakni : (Mochtar, 2011)

(1) Korpus uteri : biasanya terjadi padarahim yang sudah pernah


mengalami operasi, seperti seksio sesar eklasik (korporal) atau
miomektomi.
(2) Segmen bawah Rahim ( SBR) : Biasanya terjadi pada partus yang
sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah regang dan
tipis dan akhirnya terjadilah ruptura uteri.
(3) Serviks u teri : Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi
forsep atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
(4) Kolpoporeksis-kolporeksis : Robekan-robekan diantara serviks dan
vagina.

Ruptura uteri menurut etiologinya : (Mochtar, 2011)

(1) Ruptura spontanea : karena dinding rahim yang lemah dan cacat
serta peregangan yang luar biasa pada rahim.
(2) Ruptura uteri violenta ( traumatika) : karena tindakan dan trauma
lain seperti ekstraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi
braxton hicks, sindroma tolakan ( pushing syndrome), manual
plasenta, kuretase, ekspressi kristeller atau crede, pemberian pitosin
tanpa indikasi dan pengawasan, trauma tumpul dan tajam dari luar.
7) Lain-lain

(1) Hematoma

Hematoma sering menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah


yang cukup besar. Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-
daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
(Wiknjosastro, 2010)
(2) Inversio uteri

Inversio uteri sangat jarang terjadi. Menurut kepustakaan angka


kejadiannya adalah 1 : 5000-20000 persalinan. Sebab inversio uteri
yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu
menekan fundus terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta
yang belum terlepas dari insersinya.(Wiknjosastro, 2010)
(3) Sub involusi

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim


dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-
60 gr 6 minggu kemudian. Pengecilan ini apabila kurang baik atau
terganggu di sebut sub involusi. Faktor-faktor penyebabnya antara
lain adalahin feksi (endometritis), sisa uri, mioma uteri, bekuan-
bekuan darah, dan sebagainya. Sub involusi dapat menyebabkan
perdarahan postpartum primer. (Mochtar, 2011)
2.2.5 Diagnosis

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir atau


yang berpotensi mempengaruhi he modinamik ibu ( Kemenkes R I, 2013) .
Diagnosis perdarahan postpartum primer yang dibuat perlu diperhatikan ada
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. Kejadia tersebut apabila di
biarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan
postpartum primer tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi,
tetapi pada setiap persalinan. (Walyani, 2015)
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. Perdarahan yang
deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani
sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak seringkali tidak
mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama
akan menghasilkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah
perdarahan, makadarah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
(Winkjosastro, 2010)
Perdarahan postpartum primer ada kalanya merupakan perdarahan yang
hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat itu dapat jatuh kedalam
keadaan syok. Perdarahan postpartum juga dapat berupa perdarahan yang menetes
perlahan- lahan tetapi terus-menerus yang juga berbahaya karena kita tidak
menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak sehingga ibu menjadi lemas
dan juga jatuh dalam subsyok atau syok. Penting sekali pada setiap ibu yang
bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan
darah, nadi,
pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
(Mochtar, 2011)
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi
menumpuk di vagina dan didalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena
adanya kenaikan f undus uteri setelah ur i keluar. Etiologi dapat di tentukan dari
perdarahan postpartum primer diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. (
Walyani, 2015)
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi
abdomen uterus di dapatkan membesar dan lembek. Laserasi jalan lahir uterus
berkontraksi dengan baik pada palpasi teraba uterus yang keras. E ksplorasi
vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo di lakukan pada pemeriksaan dalam
sehingga dapat di temukan robekan dari serviks, vagina, hematoma, dan adanya
sia-sisa plasenta.(Wiknjosastro, 2010)
Diagnosis biasanya tidak sulit bila timbul perdarahan banyak dalam waktu
pendek. Tetapi apabila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa disadari
penderita telah kehilangan banyak darah. Beberapa gejala yang bisa menunjukkan
perdarahan pos tpartum yakni terdapat pe ngeluaran darah yang tidak terkontrol,
penurunan tekanan darah, peningkatan detak jantung, penurunan hitung sel darah
merah (hematokrit) dan pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan
sekitar perineum (Wiknjosastro, 2010) :
Pada tiap-tiap perdarahan pos tpartum harus dicari apa penyebabnya.
Secara ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan dibawah ini : ( Mochtar,
2011)
1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi
uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah
1. Atonia uteri
lengkap atau tidak
2. Sisa-sisa plasenta
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk
dan ketuban
mencari : sisa plasenta dan ketuban,
3. Robekan jalan lahir
robekan rahim, plasenta suksenturiata.
4. Penyakit darah
4. Inspekulo : untuk melihat robekan
(kelainan pembekuan
pada vagina, serviks, dan varises yang
darah)
pecah
5. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan
darah, Hb, clot observation test (COT),
dan lain-lain.
Gambar 2.1 Cara membuat diagnosis perdarahan postpartum primer
menurut penyebabnya

2.2.6 Pencegahan dan penanganan perdarahan postpartum primer

Cara t erbaik unt uk mencegah terjadinya perdarahan pos tpartum adalah


memimpin kala I I dank ala I II persalinan secara lege artis. Apabila persalinan
diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetri-ginekologi ada yang menganjurkan
untuk memberikan suntikan ergometrin secara intervena stelah anak lahir, dengan
tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi. (Wiknjosastro, 2005)
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap s iaga pada kasus-kasus y ang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah di mulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau
riwayat pe rdarahan pos tpartum sangat di anjurkan unt uk be rsalin di r umah s
akit. (Mochtar, 2011)
Dirumah sakit di periksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar H b,
golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi
persalinan, di persiapkan ke perluan unt uk i nfus dan oba t-obatan pe nguat r
ahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva,
infus dipasang dan sewaktu bayi lahir di berikan ampul methergin atauk ombinasi
dengan 5 s atuan s intosinom ( =sintometrinintravena). H asilnya b iasanya
memuaskan. (Mochtar, 2011)
Tindakan pada perdarahan pos tpartum mempunyai dua tujuan, yaitu: 1)
mengganti darah yang hilang; 2) menghentikan perdarahan. Pada umumnya kedua
tindakan di lakukan be rsama-sama, tetapi ap abila keadaan tidak mengijinkan
makan penggantian darah yang hilang diutamakan. (Wiknjosastro, 2005)
Penanganan umum pada perdarahan postpartum primer yakni : 1) ketahui
dengan pasti kondisi pasien sejak awal ( saat masuk); 2) memimpin persalinan
dengan mengacu pada persalinan bersih danaman ( termasuk upaya pencegahan
perdarahan pasca persalinan); 3 ) melakukan observasi melekat pada 2 jam
pertama pascapersalinan ( di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan
terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung); 4) selalu menyiapkan
keperluan tindakan gawat darurat; 5) Segera melakukan penilaian klinik dan
upaya pertolongan apabila di hadapkan dengan masalah dan komplikasi; 6)
mengatasi syok; 7) memastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan be kuan
darah, l akukan piatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM di lanjutkan i nfus 20
IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit; 8) memastikan plasenta telah
lahir dan l engkap, e ksplorasi ke mungkinan r obekan j alan l ahir; 9) l akukan uj
i beku darah apabila perdarahan terus berlangsung; 10) memasang kateter tetap
dan lakukan pe mantauan i nput-output c airan. 11) m encari pe nyebab pe
rdarahan dan lakukan penanganan spesifik. (Walyani, 2015)

Tabel 2.1 Jumlah cairan infus pengganti berdasarkan perkiraan volume


kehilangan darah.

Penilaian Klinis Volume Perkiraan Jumlah


Tekanan Freku Perfusi Perdarah Kehilangan cairan infus
Darah ensi Akral an (% Darah (ml) kristaloid
Sistolik Nadi dari (volume pengganti (2-
(mmHg) volume darah ibu 3xjumlah
total hamil ≈ kehilangan
darah 100ml/kgBB darah

80x/ <600ml
120 Hangat <10% (asumsi berat
menit badan 60 kg)
100x/
100 Pucat ±15% 900ml 2000-3000ml
>120x
<90 menit Dingin ±30% 1800ml 3500-5500ml

/menit
>140x
<60-70 Basah ±50% 3000ml 6000-9000ml

/menit

Tatalaksana aw al perdarahan postpartum menurut Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia ( 2013) yakni: 1) memanggil bantuan tim untuk tatalaksana
secara simultan; 2 ) menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien;
3)lakukan penatalaksanaan syok apabila menemukan tanda-tanda syok;
4)Memberikan oksigen; 5) memasang infus intravena dengan kanul berukuran
besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Lakukan juga pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan pada saat memasang infus; 6) mengambil sampel
darah apabila fasilitas tersedia dan lakukan pemeriksaan Kadar hemoglobin
(pemeriksaan he matologi r utin), P enggolongan ABO dantipe R h s erta s ampel
untuk pencocokan silang dan P rofil H emostasis ( Waktu pe rdarahan ( Bleeding
Time/BT), W aktu P embekuan ( Clotting Time/CT), Prothrombin time (PT),
Activated partial thromboplastin time (APTT), hitung trombosit, F ibrinogen);
7)Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu; 8) Memeriksa
kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi f undus
uteri; 9 ) Memeriksa jalan lahir danar ea p erineum u ntuk melihat perdarahan
laserasi (jika ad a, m isal: r obekan serviks danr obekan va gina); 10) M emeriksa
kelengkapan plasenta dan selaput ke tuban; 11) Memasang kateter Folley untuk
memantau volume urin di bandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.
(produksi urin normal 0.5 -1 ml/k gBB/jam ataus ekitar 3 0 ml/jam);
12)Menyiapkan transfusi darah jika kadar H b < 8 g /dl atausecara kl inis
ditemukan keadaan anemia berat (1 unit whole blood (WB) atau packed red cells
(PRC) da pat menaikkan hemoglobin 1 g /dl atauhe matokrit s ebesar 3 % pada
dewasa no rmal dan melakukan transfusi darah setelah informed consent di
tandatangani untuk pe rsetujuan transfusi); 13) M enentukan penyebab dari
perdarahan dan lakukan penataksanaan spesifik sesuai penyebab.

Tabel 2.2 Penyebab Perdarahan Postpartum primer

Penyebab yang Gejala dan Tanda


harus dipikirkan
Atonia uteri Perdarahan segera setelah anak lahir
Uterus tidak berkontraksi atau
lembek
Retensio Plasenta Plasenta belum dilahirkan dalam 3 0 m enit
setelah kelahiran bayi
Sisa plasenta Plasenta atau selaput ( mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap
Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin
subinvolusi uterus
Robekan j alan Perdarahan segera
lahir Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
Ruptura uteri Perdarahan segera (perdarahan intraabdominal
dan/atau pervaginam)

Nyeri perut yang hebat


Kontraksi yang hilang
Inversio uteri Fundus uteri t idak t eraba pada pa lpasi
abdomen
Lumen vagina terisi massa
Nyeri ringan atau berat
Gangguan Perdarahan tidak terhenti, encer, tidak terlihat
pembekuan darah gumpalan darah
Kegagalan t erbentuknya g umpalan pada u ji
pembekuan darah sederhana
Terdapat faktor predisposisi: solusio plasenta,
kematian j anin dalam u terus, ek lampsia,
emboloi air ketuban

2.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan


Postpartum primer

Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative


terhahap janin yang di kandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun
nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
partus prematur, abortus, pendarahan post p artum, partus lama dan syok. Hal ini
berkaitan dengan banyak f aktor antara l ain; status gizi, kadar hb, um ur, dan
pekerjaan (Sarwono Prawirohardjo, 2011).
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini
mempengaruhi jumlah ha emoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah
haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit,
sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital.
(Anderson,1994)
Kekurangan H b dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek
buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang di lahirkan ( Manuaba, 2001).
Kekurangan suplai oksigen dapat menyebabkan persalinan yang lama akibat
kelelahan otot r ahim di dalam be rkontraksi ( inersia uteri) dan pe rdarahan pa sca
melahirkan karena atonia uteri yakni tidak adanya kontraksi otot rahim.
(Wiknjosastro, 2005; Saifuddin, 2006)
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan antara lain paritas


ibu ( sering dijumpai padamu ltipara dangrandemultipara), anemia kehamilan,
jarak persalinan, usia kehamilan, umur ibu (umur yang terlalu tua atau muda),
riwayat pemeriksaan kehamilan ( ANC), riwayat persalinan terdahulu dan faktor
sosio ekonomi yaitu malnutrisi. (Mochtar, 2013)
Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum
primer sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit ( Mochtar, 2013). Anemia
dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam ke hamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. ( Wiknjosastro,2015). Penyebab
anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2013).
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang di jumpai selama
kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan
bertambah danterjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan volume
plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan v
olume sel darah merah. Bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah
(Wiknjosastro, 2015 ).
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini
mempengaruhi jumlah hamoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah
haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit,
sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen keorgan-organ vital Kekurangan
Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel
tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun
pada bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2013).
Kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke
semua organ tubuh ap abila terjadi anemia, akibatnya penderita sering berdebar
dan jantung cepat lelah ( Sin s in, 2015) . Tindakan operatif dalam persalinan
dilakukan apabila ibu cepat lelah dalam persalinan, sehingga dapat menyebabkan
robekan jalan lahir, ruptur uteri, dan inversio uteri yang merupakan penyebab
perdarahan. Kekurangan suplai oksigen dapat menyebabkan persalinan yang lama
akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi ( inersia uteri) danp erdarahan
pasca m elahirkan karena a tonia uteri yakni tidak adanya kontraksi otot rahim.
(Wiknjosastro, 2015).
Status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisiburuk yang
lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi lebih
tinggi.(Varney, 2010)
Umur s eorang ibu be rkaitan dengan alat – alat r eproduksi wanita. U
mur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan
diusia < 20 tahun dan diatas 35 t ahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara bi ologis be lum opt imal e mosinya
cenderung l abil, mentalnya belum m atang s ehingga m udah m engalami ke
guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Pada u sia > 3 5 t ahun t erkait
dengan k emunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini. (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).
Penyakit m alaria d apat m enyebabkan anemia hemolitik ( kejadian 0
,70%) yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
danberlangsung lebih cepat ( Mochtar, 2011) . Gangguan pembekuan darah da pat
pul a m enyebabkan p erdarahan pos tpartum. Hal ini disebabkan karena de
fisiensi f aktor pe mbekuan dan ataupe nghancuran fibrin yang b erlebihan
(Wiknjosastro, 2015) . Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hi
pofibrinogenemia yang s ering di jumpai pada p erdarahan yang b anya (Mochtar,
2013).
Jarak k elahiran yang terlalu d ekat d apat m enyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi be lum opt imal, s udah ha rus m emenuhi ke butuhan nut risi j
anin yang dikandung (M ochtar, 20 13). K asus pe rdarahan pos tpartum sering
dijumpai pada paritas multipara dan grandemultipara(Mochtar, 2013)
Mencegah atau s ekurang-kurangnya bersiap s iaga pada kasus-kasus y
ang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak
saja dilakukan s ewaktu be rsalin, na mun s udah di mulai s ejak ibu ha mil dengan
melakukan antenatal care yang baik. (Mochtar, 2013) Pada antenatal care dapat
mendeteksi k omplikasi kehamilan mis alnya u terus te rlalu r egang danbesar
(misalnya pada gemeli, hidramnion, dan janin besar), kelainan pada uterus (seperti
mioma uteri, ut erus couvelair pada s olusio pl asenta) danf aktor s osio e konomi
yaitu malnutrisi. (Mochtar, 2013)
Faktor Predisposisi Perdarahan Postpartum primer
Riwayat Perdarahan Persalinan lalu

Anemia Kehilangan banyak darah di persalinan lalu

Hb kurang, oksigen yang diikat dalam darah dan dikirim ke seluruh tubuh kurang
Kadar Hb rendah Saat hamil terjadi Pengenceran darah

Tindakan Operatif
Status Ekonomi Pola makan tidak teratur
Kurang Gizi (Malnutrisi)

Robekan Jln Lahir Ruptura uteri Inversio uteri


Usia <20th, rahim dan mental belum siap Kerja jantung dipacu lebih
>35th,degenerasi rahim, rentan penyakit cepat untuk penuhi ke-
Atonia Uteri
butuhan O2 shg cepat lelah
Penyakit Kronis
TBC, paru, cacing usus, malaria, dll
Persalinan lama karena
Penyakit darah (a/hipofibrinogemia)
gangguan his (inersia uteri)

Tidak ada kontraksi otot


Jarak Kelahiran Dekat Kondisi belum pulih dan kebutuhan gizi belum optimal
rahim
Paritas

Tidak rutin ANC Deteksi dini Kompliksi kehamilan


Antenatal Care

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


Perdarahan Post
Partum

Sekunder

Terlalu regang dan besar (Gemeli, Hidramnion, janin besar)


Kelainan Uterus (mioma uteri, uterus couvelair)
Keterangan
Keadaan Uterus
: Diteliti
:Tidak Diteliti

Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Perdarahan Postpartum primer .
(Wiknjosastro,2015; Mansjoer dkk, 2013; Kemenkes RI, 2015)

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


3.2 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah Ada Hubungan Anemia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Perdarahan Postpartum primer di RS Charis Medika tahun
2021

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


36

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


72

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian obs ervasional yang bersifat analitik.


Penelitian observasional yaitu penelitian yang tidak memberikan perlakuan sama
sekali tetapi hanya melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian.
(Swarjana, 2015)
Penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana
danmengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis di namika
korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo,
2015). Sehingga yang dimaksud penelitian analitik obs ervasional adalah suatu
pengamatan ataupun pengukuran yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi tanpa di lakukan manipulasi ataui ntervensi apapun
yang kemudian di analisis.

4.2. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, untuk menelaah hubungan anemia dalam ke hamilan


dengan kejadian perdarahan Postpartum primer menggunakan analisis data sekunder
dengan pendekatan case control. Pendekatan case control dipilih pada penelitian ini
untuk melihat seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi penyakit.
Menurut Sugiyono (2011) penelitian case control merupakan suatu penelitian
(survey) analitik yang m enyangkut ba gaimana faktor resiko di pelajari dengan
membandingkan ke lompok ka sus dan kelompok kontrol dan m enggunakan

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


73

pendekatan retrospektif. Dalam penelitian ini yang menjadi kelompok kasus adalah
ibu bersalin yang mengalami kejadian perdarahan Postpartum primer dan yang
menjadi ke lompok kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian
perdarahan Postpartum primer , kemudian dilihat secara retrospektif apakah terdapat
hubungan anemia pada kehamilan.
Penelitian ini akan dilakukan secara analitik dan mengunakan rancang bangun

case control.

Anemia dalam kehamilan


KASUS
Mengalami Perdarahan Post
Partum
Tidakanemia dalam kehamilan

Ibu
Bersalin

Anemia dalam kehamilan

Tidak Mengalami Perdarahan Post Partum

Tidakanemia dalam kehamilan KONTROL

Gambar 4.1 Desain penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan
postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2020.

4.3. Populasi dan Sampel


SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...
74

4.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayahnya generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang


mempunyai kualitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011).

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


75

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RS Charis


Medikadari 1 Januari 2022 – 31 Desember 2021 yakni 947 ibu bersalin.

4.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dan
karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2015). Sampel pada penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu kelompok kasus dan kontrol.
1) Kelompok kasus

Sampel kelompok kasus pada penelitian ini adalah ibu bersalin dengan
Perdarahan Postpartum Primer berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan sampel kasus menggunakan sampel kuota yakni suatu
proses di mana peneliti menggunakan sekelompok kriteria pada prosedur
penelitian. (Lusiana, 2015)
Kriteria inklusi : Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan
ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi
( Nursalam, 2013 ). Kriteria inklusi tersebut yakni : 1 ) ibu dengan persalinan
pe rvaginam; 2) Ibu be rsalin dengan perdarahan > 500cc selama
<24 jam post partum; 3) Terdapat pemeriksaan Hb selama kehamilan; 4) Ibu
yang be rusia 20-35 tahun; 5) Ibu dengan Paritas ≤ 4; 6)Tercatat lengkap
dalam catatan rekam medis RS Charis Medika tahun 2021.
Kriteria eksklusi : Kriteria eksklusi adalah keadaan yang m enyebabkan
subyek m emenuhi kr iteria i nklusi namun t idak dapat di ikutsertakan
dalam

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


76

penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi tersebut yakni : 1) Ibu bersalin


dengan penyakit kronis; 2) Ibu bersalin dengan usia kehamilan preterm; 3)
Ibu dengan kehamilan ganda; 4) Kematian janinintrauterine.
2) Kelompok kontrol

Sampel pada kelompok control pada penelitian ini adalah ibu bersalin
yang t idak m engalami pe rdarahan pos t p artum pr imer yang m emenuhi
criteria inklusi dan eksklusi di RS Charis Medika tahun 2021. Teknik
pengambilan sampel dengan cara perbandingan 1:1.
Kriteria inklusi tersebut yakni : 1) Ibu dengan persalinan pervaginam; 2) Ibu
bersalin dengan perdarahan <500cc selama 24 jam post partum; 3) Terdapat
pemeriksaan Hb pada kehamilan; 4) Ibu yang b erusia 20 -35 t ahun; 5) Ibu
dengan Paritas ≤ 4; 6) Tercatat lengkap dalam catatan rekam medis RS
Charis Medika tahun 2021.
Kriteria e kslusi yakni: 1) Ibu be rsalin dengan pe nyakit kr onis; 2) Ibu
bersalin dengan usia kehamilan preterm; 3) Ibu dengan kehamilan ganda; 4)
Kematian janinintrauterine.

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1. LokasiPenelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Charis Medika tahun 2021

4.4.2. WaktuPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2021.

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


77

4.5. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Cara Pengukuran Variabel

8.5.1. Variabel penelitian

Menurut N otoadmodjo ( 2012), variabel adalah ukuran atau ciri yang


dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu kelompok yang berbeda dengan ciri
yang dimiliki kelompok lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel yakni
independent variable atau yang biasa disebut variabel bebas, merupakan
variabel resiko, sebab danbe rsifat bebas; dan dependent variable atau yang
biasa disebut variabel terikat atau tergantung, merupakan varibel yang
dipengaruhi atau akibat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Anemia
dalam Kehamilan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Perdarahan
Postpartum primer . Sesuai dengan penelitian diatas, maka penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat

Anemia
dalam
Kehamilan
Perdarahan
Postpartum
primer
Gambar 4.2 Variabel penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan
perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2021
8.5.2. Definisi operasional

Definisi operasional di gunakan untuk menjelaskan semua variabel


yang digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian. (Nursalam, 2013)
Tabel 4.1 Defenisi ope rasional hubunga n anemia dalam kehamilan
dengan pe rdarahan pos tpartum primer di RSUD Sampang Kabupaten
Sampang
Variabel Definisi Parame Instru Kriteria Skala

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


78
Operasional ter men Hasil
Anemia Diagnosis Kadar Lembar 1.Anemia Nominal

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


79

dalam Anemia Hb Pengum Dalam


Kehami dalam <11gr/dl pul Data Kehamilan
lan kehamilan pada jika seusai
dengan Trimes- parameter.
kadar H b ter I dan 2.Tidak
<11gr/dl III atau Anemia
pada <10,5gr/ Dalam
Trimester dl pada Kehamilan
I danIII Trimes- jika tidak
atau ter II seuai para-
<10,5gr/dl Meter
pada
Trimester
II ya ng
tertulis
dalam
rekam
medik
Perdara- Diagnosis Perdara- Lembar 1.Perdara- Nominal
han Post HPP yang han Pengum han Post
Partum tertulis ≥500cc pul Data Partum
dalam pada 24 Jika
rekamedik jam Sesuai
pertama Parameter
post 2.Tidak
partum Perdarahan
Postpartum primer
Jika
tidak sesuai
parameter

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


80

8.6. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan dan proses pengumpulan


karakteristik sampel yang diperlukan dalam suatu penelitian yang terbagi menjadi
data dan data sekunder. (Nursalam, 2013)
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Peneliti
mengumpulkan data variabel terikat dan variabel bebas yang dibutuhkan dengan

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


81

menggunakan sumber Buku Register dan Rekam Medik Pasien RS Charis Medika
tahun 2021. Peneliti mengambil data sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

8.7. Pengolahan dan Analisis Data

8.7.1. Pengolahan Data

Hidayat ( 2013) menjelaskan setelah data terkumpul, maka di lanjutkan


dengan langkah-langkah berikut :
1) Editing, merupakan upaya untuk memeriksa kembali ke benaran yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat di lakukan pada t ahap sebelum
atau setelah data terkumpul.
2) Coding, setelah data di edit maka akan dilakukan coding, yaitu mengubah
data yang ada dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan dandi masukkan dalam kategori yang sama. Coding yaitu
memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih mudah dalam
analisa data.

(1) Usia

a. 20-25 1

b. 26-30 2

c. 31-35 3

(2) Paritas

a. Primigravida 1

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


82

b. Multigravida 2

(3) Pendidikan

a. Dasar (SD/MI-SMP-MTS) : 1

b. Menengah (SMA/MA) 2

c. Tinggi (Diploma,Sarjana, Magister): 3

(4) Anemia

a. Ya 1

b. Tidak 2

(5) Perdarahan Postpartum primer

a. Ya 1

b. Tidak 2

(6) Penyebab Perdarahan

a. Atonia uteri 1

b. Retensio Plasenta 2

c. Sisa plasenta 3

d. Robekan Jalan Lahir 4

e. Ruptura uteri 5

f. Lain-lain 6

3) Entry, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


83
table atauda taba secomputer kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat table kontingensi.

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


84

4) Cleaning, mengecek kembali data untuk melihat kemungkinan-


kemungkinan adanya kesalahan kode , ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan dan koreksi.
8.7.2. Analisis univariat

Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk melihat karakteristik


masing-masing variabel yang diteliti, dimana hasil analisis ini adalah distribusi
frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang ada.(Hidayat,2013)
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sampel

Karakteristik Sampel Frekuensi Persentase


Usia :
20-25
26-30
31-35

Jumlah

Pendidikan:
Dasar (SD/MI-SMP/MTS)
Menengah (SMA/MA)
Tinggi (Diploma, Sarjana, Magister)

Jumlah
Paritas:
Primigravida
Multigravida

Jumlah

Penyebab Perdarahan

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


85
Atonia uteri
Retensio Plasenta
Sisa plasenta
Robekan Jalan Lahir
Ruptura uteri
Lain-lain
Jumlah

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


86

8.7.3. Analisis bivariat

Analisis dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki hubungan


yaitu Anemia dalam kehamilan (variable bebas) dengan Perdarahan post partum
( variable t erikat). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi
Square (x2). Uji Chi Square (x2) akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua
va riabel p enelitian bermakna ataut idak b ermakna ( Notoatmodjo, 2 012).
Hasil yang diperoleh tabel Contigency 2 x 4 di terapkan dengan menggunakan
Chi – Square dan dibatu dengan SPSS 16for Windows.
Tabel 4.3 Kontigensi 2 x 4 Pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap
kejadian Perdarahan Postpartum primer

Anemia dalam Kehamilan


Variabel Total

Anemia Tidakanemia

Perdarahan + a b
Postpartum primer - c d
Total

Penelitian a kan m enggunakan analisa ini untuk mengetahui atau uji


kemaknaan hubungan kejadian Perdarahan Postpartum primer dengan Anemia
dalam kehamilan. Dasar dalam pengambilan keputusannya
adalahmembandingkan adalahm embandingkan nilai signifansi ( p) dengan ni
lai tingkat kesalahan (α = 0.05).
Kesimpulan :

– Apabila p < 0,05 m aka hasilnya signifikan artinya Ho ditolak dan Ha


diterima.
– Apabila p > 0,05 m aka hasilnya t idak s ignifikan artinya Ho di
terima dan Ha ditolak.
Jika uji Chi square tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji Fisher.
SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...
87

8.8. Kerangka Operasional

Kerangka operasional merupakan l angkah-langkah y ang a kan dilakukan


dalam pe nelitian yang be rbentuk ke rangka ataua lur pe nelitian. P enulisan
kerangka kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari desain hingga
analisis data (Hidayat, 2013).

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di
Ruang Bersalin RS Charis Medika tahun 2022 sebanyak 947

Sampel
Sampel kasus adalah ibu bersalin yang mengalami perdarahan
postpartum primer dengan teknik quotasampling yakni 68 sampel
dan kelompok kontrol dengan perbadingan 1:1 yakni 68 sampel
ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum primer

Pengambilan data sekunder yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi


dari Buku Register dan RekamMedik

Pengolahan data dengan langkah-langkah editing, coding, tabulasi dan


clean

Analisis data dengan menggunakan ujichi-square

Penyajian data hasil penelitian

Laporan Penelitian
SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...
88
Gambar 4.3 Kerangka operasional penelitian hubungan anemia dengan kejadian
perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2022.

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


8.9. Ethical Clearance

8.9.1. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sampel maka dalam penelitian ini tidak
dicantumkan identitas. Peneliti hanya menulis nomer dan kode pada masing-masing
lembar pengumpul data.(Hidayat, 2013)
8.9.2. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian,


baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah di
kumpulkan, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2013).
Pengambilan data sekunder terlebih dahulu memohon ijin ke pada RS Charis Medika.

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...


SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...

Anda mungkin juga menyukai