Veronika Sijabat
201015201044
SKRIPSI.......................................................................................................................................1
2022..............................................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................3
2.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum primer. 37
BAB 3.........................................................................................................................................38
1.5.1 Ratih Suci Wijaya, telah melakukan penelitian sebelumnya pada tahun
2013 dengan judul “Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi Periode 19 A pril 2013 – 31 Mei 2013” dengan hasil ada hubungan
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi Periode 19
April 2013 – 31 Mei 2013.
Yang membedakan dengan penelitian Sebelumnya adalah variabel
independent, waktu dan tempat penelitian. Persamaannya adalah Desain
penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional.
Penelitian ini tidak be risiko pada subjek penelitian secara langsung karena
penelitian ini menggunakan data sekunder (data rekam medik) di rumah sakit
yang dipakai penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-
organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr/dl ( Varney, 2012) . Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil
dengan kadar hemoglobin dibawah 11 g r% pada t rimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Hemoglobin ( Hb) yaitu kom ponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen keseeluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil
mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi
agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari ( Sin sin, 2017).
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari
protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme
tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya
ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi,
sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme.
(Masrizal, 2015)
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Seseorang dikatakan telah mendekati anemia walaupun belum
ditemukan gejala-gejala fisiologis apabila simpanan zat besi dalam tubuh orang
tersebut sudah sangat rendah. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun
tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
sehingga kadar hemoglobin terus mnurun di bawah batas normal, keadaan inilah
yang di sebut anemia gizi besi ( Masrizal, 2015) . Anemia defisiensi besi
adalahanemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan
ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin
serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini
diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai pe nurunan ku
antitatif pada sintesis hemoglobin. Defiensi besi merupakan penyebab utama
anemia. Wanita us ia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.(Evatt dalam
Masrizal, 2015)
Anemia defiensi zat besi (kejadian 6 2,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Anemia Megaloblastik ( kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia
yang
disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik ( kejadian 8, 0% )
pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Etiologinya belum diketahui dengan pasti
kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian
0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih c epat, yaitu p enyakit malaria (Mochtar, 20 11; Wiknjosastro,
2005).
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2012).
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan
disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan volume plasma yang
relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia
atau hipervolemia. Bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : pl asma 30% , sel darah 18 %, dan
hemoglobin 19% . Pengenceran darah di anggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam
masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung
(cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas
darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik
(Wiknjosastro, 2013 ).
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Pola makan yang
baik harus memenuhi konsep dasar gizi seimbang. Hal ini dapat di capai dengan
mengonsumsi beraneka ragam makanan setiap hari dalam jumlah yang tepat.
Pengelompokan bahan makanan di bagi menjadi tiga fungsi utama zat-zat gizi
yaitu sebagai sumber energi atau tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Makanan yang mengandung gizi seimbang harus mengandung
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral (Ayudhitya, 2012). Seringnya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat
besi seperti teh, kopi , kalsium ( K usumah, 2015 ) . Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan
zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin
sin, 2008) . Pada penelitian Djamilus dan Herlina ( 2010) m enunjukkan adanya
kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko
2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi
tablet Fe ( Jamilus dan Herlina 2010 ) . Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur
dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi
tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia ke kurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif
karena kandungan besinya yang di lengkapi asam folat yang sekaligus dapat
mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2015).
Departemen kesehatan RI mengatakan kematian ibu akibat perdarahan
postpartum primer dapat dicegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko.
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan pada
kehamilan, antara lain placenta previa, atonia uteri, infeksi penyakit, gizi buruk,
eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan,
umur ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan
terdahulu.(Manuaba,2010) Faktor umur merupakan f aktor risiko ke jadian
anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia <
20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan
diusia < 20 t ahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung l abil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi
selama kehamilannya. Pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat
gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung ( W iknjosastro, 2005; M ochtar, 20 13). Jarak kelahiran mempunyai
risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia ( A mirrudin dan
Wahyuddin, 2014)
Paritas adalah jumlah anak yang telah di lahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai
risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nut risi. Zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya selama hamil. Hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil
dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami
anemia dibanding yang paritas rendah ( Djamilus dan Herlina, 2015)
status ekonomi merupakan faktor yang menjadi penyebab anemia yakni
memiliki efek apabila status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka
nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia
defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkan peranan sebagai contoh rata-
rata orang kulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah daripada orang kulit
putih tanpa memperhatikan tingkat sosio-ekonomi.(Varney, 2010)
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran
prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi ( inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya
kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca
bersalin, serta anemia yang berat ( <4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan (Wiknjosastro, 2015; Saifuddin, ).
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa
intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal,
shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang
dapat terjadi padan eonatus : premature, apgarscor rendah, gawat janin
(Anonim,”tt”). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia in trapartum sampai kematian, gestosis
dan mudah terkena infeksi, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu
(Wiknjosastro, 2015; Manuaba, 2013 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his – kekuatan mengejan, kala dua berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala tiga dapat
diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum primer akibat atonia uteri,
kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum primer sekunder dan atonia uteri. ,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi
karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
(Manuaba, 2007). Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga akan m empengaruhi ibu s aat m engedan untuk melahirkan
bayi ( Smith et.al., 2012).
Pertumbuhan plasenta dan janin t erganggu disebabkan karena terjadinya
penurunan H b yang di akibatkan karena selama hamil volume darah 50 %
meningkat da ri 4 ke 6 L , vol ume pl asma meningkat sedikit yang menyebabkan
penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil
pada ibu ha mil yang mengkonsumsi zat besi. K enaikan vol ume darah be rfungsi
untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan
saat kehilangan darah w aktu m elahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan
janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
(Smitht et.al., 2012 ).
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara: meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk i tu diperlukan alternatif yang lain
untuk
mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat
gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100
dan 250 m g dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 ka li.
Buah-buahan segar dans ayuran s umber vi tamin C , namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang
bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin (Wiknjosastro,
2015 ; Masrizal, 2017).
Penanganan anemia defiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
perbulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 m g (20 m l) intravena atau2× 10 m l secara i ntramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2 gr%. Pemberian secara p arenteral
ini ha nya berdasarkan indikasi, dimana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama
masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak
protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
(Wiknjosastro 2013).
2.2 Perdarahan Postpartum primer
1) Atonia uteri
(1) Ruptura spontanea : karena dinding rahim yang lemah dan cacat
serta peregangan yang luar biasa pada rahim.
(2) Ruptura uteri violenta ( traumatika) : karena tindakan dan trauma
lain seperti ekstraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi
braxton hicks, sindroma tolakan ( pushing syndrome), manual
plasenta, kuretase, ekspressi kristeller atau crede, pemberian pitosin
tanpa indikasi dan pengawasan, trauma tumpul dan tajam dari luar.
7) Lain-lain
(1) Hematoma
80x/ <600ml
120 Hangat <10% (asumsi berat
menit badan 60 kg)
100x/
100 Pucat ±15% 900ml 2000-3000ml
>120x
<90 menit Dingin ±30% 1800ml 3500-5500ml
/menit
>140x
<60-70 Basah ±50% 3000ml 6000-9000ml
/menit
Hb kurang, oksigen yang diikat dalam darah dan dikirim ke seluruh tubuh kurang
Kadar Hb rendah Saat hamil terjadi Pengenceran darah
Tindakan Operatif
Status Ekonomi Pola makan tidak teratur
Kurang Gizi (Malnutrisi)
Sekunder
Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Perdarahan Postpartum primer .
(Wiknjosastro,2015; Mansjoer dkk, 2013; Kemenkes RI, 2015)
Hipotesis pada penelitian ini adalah Ada Hubungan Anemia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Perdarahan Postpartum primer di RS Charis Medika tahun
2021
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
pendekatan retrospektif. Dalam penelitian ini yang menjadi kelompok kasus adalah
ibu bersalin yang mengalami kejadian perdarahan Postpartum primer dan yang
menjadi ke lompok kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian
perdarahan Postpartum primer , kemudian dilihat secara retrospektif apakah terdapat
hubungan anemia pada kehamilan.
Penelitian ini akan dilakukan secara analitik dan mengunakan rancang bangun
case control.
Ibu
Bersalin
Gambar 4.1 Desain penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan
postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2020.
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dan
karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2015). Sampel pada penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu kelompok kasus dan kontrol.
1) Kelompok kasus
Sampel kelompok kasus pada penelitian ini adalah ibu bersalin dengan
Perdarahan Postpartum Primer berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan sampel kasus menggunakan sampel kuota yakni suatu
proses di mana peneliti menggunakan sekelompok kriteria pada prosedur
penelitian. (Lusiana, 2015)
Kriteria inklusi : Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan
ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi
( Nursalam, 2013 ). Kriteria inklusi tersebut yakni : 1 ) ibu dengan persalinan
pe rvaginam; 2) Ibu be rsalin dengan perdarahan > 500cc selama
<24 jam post partum; 3) Terdapat pemeriksaan Hb selama kehamilan; 4) Ibu
yang be rusia 20-35 tahun; 5) Ibu dengan Paritas ≤ 4; 6)Tercatat lengkap
dalam catatan rekam medis RS Charis Medika tahun 2021.
Kriteria eksklusi : Kriteria eksklusi adalah keadaan yang m enyebabkan
subyek m emenuhi kr iteria i nklusi namun t idak dapat di ikutsertakan
dalam
Sampel pada kelompok control pada penelitian ini adalah ibu bersalin
yang t idak m engalami pe rdarahan pos t p artum pr imer yang m emenuhi
criteria inklusi dan eksklusi di RS Charis Medika tahun 2021. Teknik
pengambilan sampel dengan cara perbandingan 1:1.
Kriteria inklusi tersebut yakni : 1) Ibu dengan persalinan pervaginam; 2) Ibu
bersalin dengan perdarahan <500cc selama 24 jam post partum; 3) Terdapat
pemeriksaan Hb pada kehamilan; 4) Ibu yang b erusia 20 -35 t ahun; 5) Ibu
dengan Paritas ≤ 4; 6) Tercatat lengkap dalam catatan rekam medis RS
Charis Medika tahun 2021.
Kriteria e kslusi yakni: 1) Ibu be rsalin dengan pe nyakit kr onis; 2) Ibu
bersalin dengan usia kehamilan preterm; 3) Ibu dengan kehamilan ganda; 4)
Kematian janinintrauterine.
4.4.1. LokasiPenelitian
4.4.2. WaktuPenelitian
Anemia
dalam
Kehamilan
Perdarahan
Postpartum
primer
Gambar 4.2 Variabel penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan
perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2021
8.5.2. Definisi operasional
menggunakan sumber Buku Register dan Rekam Medik Pasien RS Charis Medika
tahun 2021. Peneliti mengambil data sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
(1) Usia
a. 20-25 1
b. 26-30 2
c. 31-35 3
(2) Paritas
a. Primigravida 1
b. Multigravida 2
(3) Pendidikan
a. Dasar (SD/MI-SMP-MTS) : 1
b. Menengah (SMA/MA) 2
(4) Anemia
a. Ya 1
b. Tidak 2
a. Ya 1
b. Tidak 2
a. Atonia uteri 1
b. Retensio Plasenta 2
c. Sisa plasenta 3
e. Ruptura uteri 5
f. Lain-lain 6
Jumlah
Pendidikan:
Dasar (SD/MI-SMP/MTS)
Menengah (SMA/MA)
Tinggi (Diploma, Sarjana, Magister)
Jumlah
Paritas:
Primigravida
Multigravida
Jumlah
Penyebab Perdarahan
Anemia Tidakanemia
Perdarahan + a b
Postpartum primer - c d
Total
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di
Ruang Bersalin RS Charis Medika tahun 2022 sebanyak 947
Sampel
Sampel kasus adalah ibu bersalin yang mengalami perdarahan
postpartum primer dengan teknik quotasampling yakni 68 sampel
dan kelompok kontrol dengan perbadingan 1:1 yakni 68 sampel
ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum primer
Laporan Penelitian
SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM...
88
Gambar 4.3 Kerangka operasional penelitian hubungan anemia dengan kejadian
perdarahan postpartum primer di RS Charis Medika tahun 2022.
Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sampel maka dalam penelitian ini tidak
dicantumkan identitas. Peneliti hanya menulis nomer dan kode pada masing-masing
lembar pengumpul data.(Hidayat, 2013)
8.9.2. Confidentiality (kerahasiaan)