Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN HIPERTENSI PADA

PASIEN PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT OLAHRAGA


NASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah

Disusun Oleh :

DWI HARTATI
NIP: 198210252014022001

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA


2023
PERSETUJUAN PERBAIKAN

NAMA : DWI HARTATI


PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1) PROFESI

NO HAL YANG DIPERBAIKI


1 Pergantian Judul Makalah menjadi:

“HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN HIPERTENSI PADA


PASIEN PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT OLAHRAGA
NASIONAL”kerena sesuai dengan Jurusan yang diambil yaitu S1
Keperawatan

II
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN HIPERTENSI PADA


PASIEN PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT
OLAHRAGA NASIONAL

Telah disetujui oleh:


Penguji I Penguji II

Drs. Imam Gunawan, MAP Dra. Marheni Dyah Kusumawati, M.Pd.


NIP. 196202071990031001 NIP. 196508281991032002

Penguji III Penguji IV

Hj. Suryati, S.Sos, M.Si Dr. Muhammad Aziz Ariyanto, S.Pd., M.Pd.
NIP. 196407171984032001 NIP. 196912091998021001

Penguji V

Yayat Suyatna, S.Pd., M.Pd.


NIP. 196810201992011001

III
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa permasalahan yang tertulis


dalam karya tulis ini adalah benar - benar permasalahan yang aktual pada
unit tempat saya bekerja .

Saya mempertanggung jawabkan bahwa apa yang tertulis dalam


karya tulis ini adalah benar adanya dan merupakan hasil karya saya
sendiri. Segala kutipan karya pihak lain telah saya tulis dengan
meyebutkan sumbernya.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi maka saya


bersedia hasil ujian /seleksi saya dibatalkan beserta segala
konsekuensinya.

Mengetahui dan Menyetujui Jakarta ,16 Juni 2023

Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Umum Penulis

Triyono, SP., M. Si. Dwi Hartati


197406052000121001 198210252014022001

IV
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala


berkatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul :“Hubungan Gaya Hidup Dengan Hipertensi Pada Pasien
Pegawai Negeri Sipil Rumah Sakit Olahraga Nasional”. Tujuan
penyusunan makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu selama pembuatan makalah. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi terhadap pembaca guna
meningkatkan kualitas Ilmu Keperawatan di Indonesia.

Jakarta, Juni 2023

Dwi Hartati

V
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PERBAIKAN ...................................................................II


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... III
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... IV
KATA PENGANTAR ................................................................................. V
DAFTAR ISI .............................................................................................. VI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Pokok Permasalahan ...................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
D. Metode Penelitian ........................................................................... 4
E. Ruang Lingkup pembahasan .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


A. Gambaran Kondisi Yang Diinginkan ............................................... 6
B. Gambaran kondisi kejadian hipertensi yang sebenarnya ..............11
C. Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi ..................... 11

BAB III ANALISIS KASUS .......................................................................15


A. Rumusan Masalah Gaya Hidup .................................................... 15
B. Analisis Permasalahan ..................................................................17
C. Alternatif pemecahan masalah ..................................................... 19

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 24


Kesimpulan ........................................................................................24
Saran .................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26

VI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan


tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan)
bila tidak dideteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan yang
memadai (Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular


yang menjadi masalah kesehatan penting diseluruh dunia karena
prevelensinya yang tinggi sebesar 22% pada kelompok usia > 18
tahun pada tahun 2014 dan terus meningkat,serta hubungannya
dengan penyakit kardiovaskuler,stroke, retinopati, dan penyakit
ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar
penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition
Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan
meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.

Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.


Betapa tidak, hipetensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan
masalah kesehatan dengan prevelensi yang tinggi.

1
2

Data Riskedas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa


Barat pravelensi hipertensi pada kelompok umur > 18 tahun
sebesar 29,4% ( Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa


faktor risiko antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah / dikontrol) dan gaya
hidup seperti merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol , obesitas, kurang aktifitas, stress, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2014).

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat


mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup sangat
berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang.
Perubahan gaya hidup dan dan rendahnya perilaku hidup sehat
seperti pola makan yang tidak baik, proporsi istirahat yang tidak
seimbang dengan aktifitas yang dilakukan, minimnya olahraga,
kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-
minuman beralkohol, konsumsi obat-obatan tertentu dan stres
adalah salah satu dari penyebab hipertensi.

Penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan hipertensi


pernah dilakukan oleh Sthefhany diposbindu Kelurahan Depok
Jaya pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi,
kebiasaan konsumsi lemak dan kebiasaan konsumsi natrium
dengan hipertensi ( p< 0,05 ).

Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menghabiskan


waktu dikantor selama kurang lebih delapan jam dalam lima hari
kerja. Banyak yang tidak melakukan kebiasaan olahraga secara
3

teratur dengan alasan tidak ada waktu olahraga. Seseorang yang


tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30- 50 % lebih besar untuk
mengalami hipertensi. Peneliti yang dilakukan Darmadi dkk
menunjukan bahwa kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi.
Selain itu juga berdampak pada pola makan. Pola makan penduduk
dikota - kota besar cukup tinggi berubah, dimana fast food,
makanan mengandung garam tinggi, kaya kolesterol dan rendah
serat menjadi bagian yang dikonsumsi sehari- hari. Hal ini sejalan
dengan penelitian Darmadi dkk yang menunjukan bahwa pola
makan ditempat kerja dengan kejadian hipertensi didapat nilai p
value = 0,025 ( < 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna
antara pola makan ditempat kerja dengan kejadian hipertensi.

Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi


perhatian khusus karena jika hipertensi mengenai PNS sudah tentu
akan mengganggu aktifitas dan kinerja dari PNS itu sendiri dalam
mengemban tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
pemerintah apalagi disertai dengan komplikasi dari hipertensi
seperti stroke, jantung, dan ginjal (Rahmadani, 2014).

Dari kunjungan Rumah Sakit Olahraga Nasional tahun 2022


diperoleh data peringkat 8 dari 10 penyakit terbanyak di IGD. Jenis
penyakitnya adalah pasien penderita hipertensi.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka


peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil
Kementerian Pemuda dan Olahraga.
4

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi


rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan


kejadian hipertensi pada pasien Pegawai Negeri Sipil RSON.

2. Bagaimana hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian


hipertensi pada pasien Pegawai Negeri Sipil RSON.

3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan


kejadian hipertensi pada pasien Pegawai Negeri Sipil RSON.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan Makalah Ilmiah ini yaitu untuk


mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada
pasien Pegawai Negeri Sipil RSON

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini


adalah metode kualitatif kerena tidak menggunakan perhitungan.
Menurut Sugiyono (2018) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat yang digunakan
yang untuk meneliti pada kondisi ilmiah (ekperimen) dimana peneliti
sebagai instrument, tehnik pengumpulan data dan analisa yang
bersifat kualitatif lebih menekan pada makna.
5

E. Ruang Lingkup pembahasan

 Mengetahui gambaran hipertensi pada pasien Pegawai Negeri


Sipil
 Mengetahui gambaran gaya gidup (kebiasaan merokok,
aktifitas fisik, kebiasaan minum kopi) pada pasien Pegawai
Negeri Sipil
 Mengetahui hubungan gaya gidup dengan kejadian hipertensi
pada pasien Pegawai Negeri Sipil
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Kondisi Yang Diinginkan

1. Pengertian Hipertensi

Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik


lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Penyakit darah
tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolik
(angka 24 bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa alat cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi


badan, berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara
umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari- hari, tekanan
darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi
secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur
dan meningkat diwaktu beraktifitas atau olahraga (Pudiastuti, 2013).

2. Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam


aktivitas, minat, dan opininya. Menurut Kotler (2002) gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinte

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat


mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup juga merupaka

6
7

salah satu tujuan dari SDGs. SDGs adalah sebuah program


pembangunan yang berkelanjutan di mana di dalamnya terdapat 17
tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah
ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk
kemaslahatan manusia dan planet bumi, salah satu tujuannya
berkaitan tentang gaya hidup yaitu memastikan pola konsumsi dan
Produksi yang berkelanjutan serta memastikan kehidupan yang sehat
dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia.

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan


pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara
kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) Perilaku sehat adalah
perilaku- perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun


psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku
hidup sehat seperti minimnya olah raga, merokok, dan mengonsumsi
minuman kafein merupakan salah satu dari penyebab hipertensi.

1) Merokok

Merokok dapat menimbulkan beban kerja jantung dan


menaikkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan
penggumpalan pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran
pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap
jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot
jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada
koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
8

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan


tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak
dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan


ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh
lainnya (Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sriani dkk tahun


2016. Hasil uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku merokok dengan
kejadian hipertensi (p<0,05). Merokok merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi dengan nilai OR= 15,471. Hal ini menunjukkan
bahwa responden yang merokok berisiko 15 kali untuk terjadinya
hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak merokok.

Merokok sama halnya dengan membunuh diri secara pelahan-


lahan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa di dalam rokok terdapat
banyak bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh salah satunya
nikotin yang bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik. Selain berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya
bagi orang lain karena karbon monoksida dalam rokok dapat
meningkatkan tekanan darah. Selain itu rokok juga merupakan faktor
risiko berbagai macam penyakit yang mematikan diantaranya jantung
koroner, ginjal, hipertensi dan berbagai penyakit mematikan lainnya.

2) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat


kontraksi otot skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi.
9

Aktivitas fisik ini dapat berupa aktivitas di tempat kerja, aktivitas di


perjalanan, aktivitas di rumah, dan aktivitas di waktu luang (Quarino,
2014).

Aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.


Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung
mempunyai denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada kontraksi.
Aktifitas fisik membantu seseorang mengontrol berat badan. aktifitas
fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit setiap hari akan
membantu mengontrol tekanan darah.

Contoh aktifitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk


menurunkan tekanan darah tinggi adalah jalan pagi, jalan kaki, senam,
bersepeda dan berenang. Kegiatan aktivitas ini disarankan agar
dilakukan ≥30 menit per hari dan lebih dari ≥3 hari per minggu
(Kemenkes RI, 2013).

Berjalan adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang sederhana,


murah, hemat waktu dan dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi
membutuhkan pengukuran yang objektif. Jumlah langkah yang
diambil dapat direkam dengan menggunakan pedometer. Pedometer
adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghitung langkah
seseorang. Secara universal, jumlah langkah yang dianjurkan setiap
hari adalah 10.000 langkah (President’s Council on Physical Fitness
and Sports, 2007), walaupun untuk mencapai tujuan yang
sebenarnya masih perlu dilakukan penelitian berdasarkan usia. CDC
(Centers For Disease Control And Prevention) merekomendasikan
aktivitas fisik untuk orang dewasa yaitu 150 menit/minggu sebagai
kategori aktivitas fisik sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian
Tudor-Locke C. tahun 2011, menunjukkan bahwa saran aktivitas fisik
sedang-berat 150 menit/minggu dapat dikaitkan dengan kira-kira
7.000 langkah/hari. Peneliti menyimpulkan bahwa 7.000-8.000
10

langkah/hari adalah pesan sederhana dan sesuai dengan


rekomendasi aktivitas fisik yang fokus pada jumlah minimal aktivitas
fisik sedang - berat (Quarino, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hiroh tahun 2012, hasil


uji statistik chi square yaitu p=0,026 (p<0,05), nilai OR=3,33 dan 95%
CI=1, 134-9,801. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan olahraga dengan terjadinya hipertensi
pada pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar dan
responden yang tidak teratur olahraga berisiko 3,33 kali terkena
hipertensi dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan
olahraga teratur.

3) Kebiasaan Minum Kopi

Kafein merupakan zat yang dapat mengatasi kelelahan dan


meningkatkan konsentrasi serta menggembirakan suasana hati
(Sheps 2005 dalam Rustiana, 2014). Namun konsumsi kafein yang
berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang banyak
diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi atau penyakit
kardiovaskuler. ( Crea, 2008 dalam Pusparani 2016).

Contoh makanan atau minuman yang mengandung kafein


yaitu kopi, teh, soft drink, dan cokelat (Sheps 2005 dalam Rustiana,
2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang
mengonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
mengonsumsi sama sekali. Hal ini terbukti dengan mengonsumsi
kafein di dalam dua sampai tiga cangkir kopi (200-250 mg) terbukti
meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 3-14 mmHg dan
tekanan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai
hipertensi (Crea, 2008 dalam Pusparani, 2016).
11

Beberapa peneliti menyatakan bahwa kafein dapat membuat


pembuluh darah menyempit karena kafein dapat memblokir efek
adenosine yaitu hormon yang menjaga agar pembuluh darah tetap
lebar. kafein juga merangsang kelenjar adrenal untuk melepas lebih
banyak kortisol dan adrenalin yang dapat memicu tekanan darah
meningkat (Sheps, 2005 dalam Rustiana, 2014).

B. Gambaran kondisi kejadian hipertensi yang sebenarnya

Berdasarkan data riset Data Riskedas 2013 setiap propinsi di


Indonesia, di Jawa Barat pravelensi hipertensi pada kelompok umur > 18
tahun sebesar 29,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013). Dengan demikian, perlu diperhatikan agar tidak berlanjut kearah
komplikasi dan berujung kematian. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (Kemenkes RI, 2014). Hal ini dapat dilakukan melalui
pengendalian faktor risiko hipertensi.

C. Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi

1. Kebiasaan merokok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang


signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Stefhany pada tahun 2012
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Rokok mengandung senyawa kimia yang sangat berbahaya,


terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut dihisap dan
kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat tersebut dapat merusak
pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis yang
12

menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan


tekanan dalam dinding arteri meningkat (Depkes. 2008). Karbon
monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam
darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke
dalam organ dan jaringan tubuh lainnya. (Thomas, 2000 dalam Hanafi,
2016). Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin yang dapat
menyebabkan rangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang
bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama
jantung.

Rokok mengandung berbagai zat kimia yang beracun, selain itu kita
menjatuhkan diri kita ke dalam kebinasaan karena zat kimia beracun
yang terkandung dalam rokok dapat membahayakan kesehatan kita dan
merokok juga merupakan faktor risiko hipertensi.

2. Kebiasaan minum kopi

Orang yang minum kafein secara teratur sepanjang hari


mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak minum sama sekali. Hal ini terbukti dengan minum kafein di
dalam dua sampai tiga cangkir kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan
tekanan darah sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolic 4-13
mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008 dalam
Pusparani, 2016).

Berbagai penelitian tentang hubungan konsumi kopi dengan


kejadian hipertensi yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak
konisten. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam
mengkategorikan konsumsi kopi.
13

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat


kontraksi otot skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas
fisik ini dapat berupa aktivitas di tempat kerja, aktivitas di perjalanan,
aktivitas di rumah, dan aktivitas di waktu luang (Quarino, 2014).

Aktivitas fisik pada penelitian ini diukur menggunakan pedometer


dengan kategori cukup apabila >7000 langkah/hari dan kurang apabila
< 7000 langkah/hari dibandingkan dengan responden yang memiliki
kategori aktivitas fisik yang cukup yaitu >7000 langkah/hari. Hal ini
disebabkan karena Responden dalam penelitian ini kurang aktif dalam
aktivitas olahraga. Selain itu, karena pekerjaan responden adalah dosen
dan pegawai dimana sebagian besar pekerjaannnya tidak
membutuhkan aktivitas fisik atau pergerakan tubuh yang banyak.

Aktivitas fisik secara teori memengaruhi tekanan darah seseorang,


semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik maka semakin kecil
risiko terkena penyakit hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur dan tepat dengan frekuensi dan lamanya waktu yang sesuai
akan membantu seseorang dalam menurunkan tekanan darahnya.
Aktifitas yang cukup dapat membantu menguatkan jantung sehingga
dapat memompa darah lebih baik tanpa harus mengeluarkan energi
yang besar. Semakin ringan kerja jantung semakin sedikit tekanan pada
pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah
menurun (Suiraoka, 2012).

Aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko kegemukan


yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi dan penyakit
degeneratif lainnya. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang
cenderung memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih tinggi, sehingga
otot jantung memompa darah lebih keras dan sering. Hal ini akan
14

menyebabkan tekanan pada dinding arteri semakin besar (Pusparani,


2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Mahfudah, dkk (2015) yang


menunjukkan bahwa hasil uji chi square antara aktifitas fisik dengan
kejadian hipertensi ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik
BAB III

ANALISIS KASUS

A. Rumusan Masalah Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang


diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut (Sustrani, 2006), gaya hidup
sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada
upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan
positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian
berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga
secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy


behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk
mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik
dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan
ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang
mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung oleh pendapat (Maulana,
2009) yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang
prima jalan terbaik adalah dengan merubah gaya hidup yang terlihat dari
aktifitasnya dalam menjaga kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan gaya hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari
yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya untuk
mempertahankan hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan

15
16

sebagai serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari


untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya
hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup
menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya
memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur,
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-
minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang


sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak
sehat, dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya:
makanan, aktivitas fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009). Jenis
makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji
yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam
makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011). Untuk mengendalikan
dan mencegah hipertensi, selain pola makan sehat juga harus melakukan
gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya hidup sehat akan
membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan olahraga teratur,
berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi, dan
mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk
mengendalikan kadar kolestrol, diabetes, berat badan dan pemicu
penyakit lainnya (Susilo, 2011).

Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi


ini memicu berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag,
jantung dan hipertensi. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya
tubuhnya melepaskan adrenalin dan kortison, sehingga menyebabkan
tekanan darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih siaga menghadapi
bahaya. Bila kondisi ini berlarut - larut, tekanan darahnya akan tetap tinggi.
Gaya hidup modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik
17

(olahraga), konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua


prilku tersebut merupakan pemicu tekanan darah tinggi (Sutomo, 2009).

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola


makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau
rokok. Adapun beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah
kolestrol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang
diterapakan bisa disesuaikan dengan kondisi hipertensi. Dengan
mengatur makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih
cepat (Sutomo, 2009). Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik,
gaya hidup yang tidak aktif (kurang gerak) bisa memicu terjadinya
hipertensi bagi orang-orang memiliki kepekaan yang di turunkan. kurang
aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak jantung lebih cepat dan otot
jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan
yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008)

B. Analisis Permasalahan

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat


mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup tidak sehat, akan
dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya: makanan,
aktifitas fisik, stres, dan merokok. Kebiasaan bergadang atau pola tidur
tidak teratur juga dapat menyebabkan stres yang tinggi, sehingga dapat
mempengaruhi tekanan darah serta jarangnya berolahraga juga dapat
terjadinya penumpukan lemak yang menyumbat aliran darah sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Rahmawati, 2012). Hasil
penelitian Nuraisa (2012), menyimpulkan ada hubungan antara gaya
hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka. Penelitian Ekowatiningsih
(2014) juga menyimpulkan adanya hubungan tingkat pengetahuan dan
18

gaya hidup dengan kejadian upaya pencegahan stroke pada penderita


hipertensi di ruang rawat jalan RSU Haji Makassar.

Penelitian Kim dan Kong (2015) menyimpulkan gaya hidup adalah


langkah pertama dalam manajemen hipertensi. Penelitian ini untuk menilai
kepatuhan terhadap rekomendasi gaya hidup oleh individu yang sadar
tentang hipertensi yang dideritanya dan untuk mengidentifikasi
karakteristik yang terkait dengan ketidakpatuhan. Penelitian dengan
membandingkan kepatuhan pada enam rekomendasi gaya hidup dari
subjek hipertensi. Setengah dari total subyek mempertahankan berat
badan normal dan terlibat dalam aktivitas fisik. Pengurangan asupan
garam sedikit lebih umum di antara mereka yang sadar akan status
hipertensi. Penderita hipertensi tidak mengikuti rekomendasi gaya hidup
untuk manajemen hipertensi.

(Akbarpour et al., 2018) menemukan sebanyak 27,79% pasien


patuh untuk memiliki gaya hidup yang baik. Pasien yang mempunyai gaya
hidup yang baik tidak mempunyai ketergantungan pada obat antihipertensi.
Prevalensi gaya hidup yang baik lebih tinggi daripada pasien yang tidak
mengontrol hipertensi. Pasien yang mengkonsumsi obat antihipertensi
tidak memperhatikan gaya hidup sehat. Kesimpulan penelitian ini
menunjukkan bahwa kesadaran hipertensi tidak meningkatkan gaya hidup
orang. Namun, mereka yang sadar, tetapi tidak menggunakan obat
antihipertensi apapun mampu mengendalikan tingkat tekanan darahnya
lebih baik daripada mereka yang menggunakan obat-obatan. Penelitian
(Duraimani et al., 2015) dengan mengamati dua kelompok penderita
hipertensi. Kelompok pertama adalah penderita yang tidak menunjukkan
perilaku hidup sehat, sedangkan kelompok kedua adalah penderita yang
menunjukkan perilaku hidup sehat. Hasil penelitian menunjukkan
pengobatan hipertensi pada pasien dengan populasi resiko tinggi dan
berperilaku hidup sehat terjadi penurunan tekanan darah.
19

Iyalomhe dan Iyalomhe (2010) meneliti upaya mengoptimalkan


kebutuhan kesehatan dan perawatan penderita hipertensi melalui
peningkatan pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik gaya hidup pasien
hipertensi. Penelitian dilakukan terhadap 108 pasien hipertensi yang
dipilih secara acak dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur dan
wawancara. Hasil analisis menunjukkan 36% pasien yang patuh terhadap
pengobatan hipertensi adalah pasien dengan morbiditas yang serius dan
sedikit berlatih untuk merubah perilaku hidup tidak sehat. One dan Vol
(2015) menemukan target tekanan darah dicapai oleh 71,4% pasien usia
setengah baya. Hasil penelitian menemukan tingkat pencapaian yang
rendah untuk tujuan pengobatan di antara pasien dengan penyakit
hipertensi. Mempertahankan berat badan ideal dan konsumsi alkohol yang
memadai dapat membantu tekanan darah kontrol. Modifikasi gaya hidup
mungkin diperlukan untuk manajemen hipertensi yang lebih baik.

Tekanan darah tinggi dapat ditekan dengan perubahan gaya hidup


terapeutik seperti modifikasi pola makan, aktivitas fisik, dan manajemen
berat badan. Persoalannya merubah gaya hidup tidak mudah sehingga
harus ada intervensi warisan budaya, keyakinan, dan norma perilaku. Di
tingkat pasien, intervensi budaya sensitif dengan menerapkan strategi
yang mengoptimalkan keterlibatan masyarakat. Penelitian tersebut
didukung oleh penelitian Okwuonu dan Emmanuel (2014), yang
menemukan 87,1% pasien tidak menyadari bahwa latihan teratur adalah
bagian dari modifikasi gaya hidup yang dapat menunrunkan tekanan
darah. Pasien kebanyakan tidak mengontorl asupan makanan harian.
Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi negatif antara pola hidup sehat
latihan dan tekanan darah sistolik dan diastolik.

C. Alternatif pemecahan masalah

Pengobatan hipertensi sangat penting, tapi tidak lengkap tanpa


dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko.
20

Pencegahan sebenarnya merupakan dari pengobatan hipertensi, karena


mampu memutus mata rantai hipertensi dan komplikasinya. Pencegahan
hipertensi dilakukan melalui 2 pendekatan:

1. Pemberian edukasi tentang hipertensi.

Munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi tidak hanya


disebabkan kelalaian individu, namun dapat juga disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi
tentang suatu penyakit. Dari penelitian yang dilakukan oleh
(Armilawaty, 2009) 50% dari penderita hipertensi dewasa tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui faktor resiko. Masih kurangnya informasi tentang
perbaikan pola makan bagi penderita hipertensi juga membuat
pengetahuan masyarakat tentang perbaikan pola makan masih
rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan mampu
mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan
sebagai sarana promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai
hipertensi terbukti efektif dalam pencegahan hipertensi.

2. Modifikasi gaya hidup.

Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi


kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi
penyebab terjadi hipertensi misalnya aktifitas fisik, pola makan dan
stress, dll. Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat
dikurangi dengan cara memeriksa tekanan darah secara teratur,
menjagaa berat badan ideal, Mengonsumsi makanan sehat, rendah
lemak dan seimbang, termasuk makan banyak buah-buahan segar
dan sayuran. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu
sendok teh per hari, jangah merokok, berolah raga secara teratur,
hidup secara teratur, mengurangi stress dan menghindari makanan
21

berlemak. Kurangi konsumsi kopi, teh, atau minuman kaya kafein lain
seperti cola Meminum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa
meningkatkan tekanan darah Anda..

Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4-6 terbukti


dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat
menurunkan resiko permasalahan kardiovaskuler. Perubahan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah bisa terlihat dampaknya
hanya dari beberapa minggu setelah memulainya.

 Pencegahan Primer yaitu tidur yang cukup antara 6-8 jam


perhari, kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak
aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan, kurangi konsumsi
alkohol, konsumsi minyak ikan, supplai kalsium, meskipun
hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga
cukup membantu.

 Pencegahan Sekunder yaitu pola makan yang sehat,


mengurangi garam dan natrium di diet anda, fisik aktif,
mengurangi alkohol intake, berhenti merokok.

 Pencegahan Tersier yaitu mengontrol tekanan darah secara


rutin, olahraga dengan teratur disesuaikan dengan kondisi
tubuh.

 Pencegahan dengan melakukan Terapi Relaksasi Tekanan


darah bisa dikurangi dengan terapi relaksasi dan olahraga.
Relaksasi antara lain: yoga, meditasi, atau manajemen stress,
Terapi Perilaku Kognitif (CBT), berfokus pada bagaimana
pikiran dan keyakinan bisa memengaruhi cara Anda
merasakan dan menghadapi masalah. Tanyakan kepada
dokter Anda mengenai cara mendapatkan terapi ini.
22

3. Pengobatan Hipertensi

Perubahan pada gaya hidup dan konsumsi obat anti-hipertensi


bisa menjadi langkah yang efektif untuk menurunkan tekanan darah
tinggi. Tingginya tekanan darah dan risiko pasien untuk mengalami
penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, akan
menentukan jenis pengobatan yang sesuai. Jika tekanan darah Anda
sangat tinggi (180/100mmHg atau lebih), harus dilakukan perawatan
secepatnya. Mungkin diperlukan juga tes lebih lanjut, tergantung
kepada kondisi kesehatan Anda.

Jika tekanan darah Anda mencapai 145/95mmHg atau lebih


dan telah dikalkulasikan bahwa Anda berisiko terkena penyakit
kardiovaskular pada 10 tahun ke depan, maka Anda perlu
mengonsumi obat-obatan dan melakukan beberapa perubahan gaya
hidup agar lebih sehat. Jika tekanan darah Anda sedikit di atas
130/80mmHg, tapi risiko terkena penyakit kardiovaskular rendah,
Anda bisa menurunkan tekanan darah dengan mengubah gaya hidup
Anda saja.

Dengan disiplin dalam menerapkan gaya hidup sehat, dampak


positif dalam tekanan darah Anda bisa terlihat secara signifikan.
Beberapa penderita bahkan menjadi tidak perlu mengonsumsi obat-
obatan sama sekali karena perubahan gaya hidup mereka telah
berhasil menurunkan tekanan darah menjadi normal.

Jika seorang penderita tidak dapat mengatasi atau merasa


sangat terganggu dengan efek samping dari obat tertentu, dia bisa
dengan mudah memilih jenis obat anti-hipertensi lain yang tersedia.
Beberapa efek samping yang umum dirasakan:
23

 Merasa mengantuk

 Pusing, lemah atau pening

 Rasa sakit di sekitar area ginjal (punggung bawah bagian


samping)

 Batuk kering

 Kulit gatal-gatal
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderita, tetapi


melalui timbulnya berbagai penyakit serius. Dengan kata lain komplikasi
dari hipertensi itulah yang sebenarnya banyak mengakibatkan kematian
pada penderitanya. Hipertensi baru disadari ketika telah menyebabkan
gangguan organ, seperti gangguan fungsi jantung koroner, gangguan
ginjal, gangguan fungsi kognitif ataupun stroke. Hipertensi pada dasarnya
akan mengurangi harapan hidup pada penderitanya.

Saran

 Perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin minimal


sekali dalam setahun untuk mendeteksi kasus hipertensi dan pegawai
negeri sipil RSON yang mengalami hipertensi untuk selalu mengontrol
tekanan darahnya dua kali sehari.

 Mengkonsumsi makanan sehat, rendah lemak dan seimbang,


termasuk makan banyak buah - buahan segar dan sayuran.

 Kurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh perhari.

 Aktif secara fisik adalah hal yang paling penting yang bisa dilakukan
untuk mencegah atau mengendalikan tekanan darah tinggi

 Menurunkan berat badan

 Berhenti merokok, merokok sangat meningkatkan resiko penyakit


jantung dan paru- paru

 Mengurangi konsumsi minuman keras

24
25

 Kurangi konsumsi kopi, teh, atau minuman kaya kafein lain seperti
cola- cola. Minum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa,
meningkatkan tekanan darah tinggi

 Melakukan terapi relaksasi seperti yoga, meditasi, dan majemen stres


DAFTAR PUSTAKA

Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, dkk. 2017. Peningkatan Pengetahuan


tentang Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak
Muda Dusun Japanan. Margodadi. Sayegn. Sleman. Yogyakarta.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 3. September 2017
Hal 26 - 38.
Hanafi, A. 2016. Gambaran Gaya Hidup Hipertensi di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Lisnawati. 2001. Kepribadian, Nilai dan gaya Hidup. Diakses 19 April 2017.

Mahmudah, S, dkk. 2015. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan


Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan
Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015. Biomedika. Vol; 7
No. 2.
Notoatmojo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Ciptra.

Pudiastuti, R. D. 2013. Penyakit - penyakit Mematikan. Yogyakarta. Nuha


Medika.
Pusparani, L. D. 2016. Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi
di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten
Bogor. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Quarino, A. 2014. Perbandingan Rerata Jumlah Langkah Sebagai
Penanda Aktifitas Fisik antara Pekerja dengan Sindroma
Metabolik dan Tanpa Sindroma Metabolik. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

26
27

Rahmadhani, T. 2014. Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan


Ukuran Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai
UIN Alauddin Makassar Tahun 2014. Al-Sihah: Public Health
Science Journal. Vol. 7 No. 1.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung. CV Alfabeta.
Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif, Mengenal, Mencegah dan
Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2014. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai