Pendamping :
NIP: 198004222014021002
Disusun oleh:
SIP: 054/REK/IDI/III/2021
Dokter Pendamping
dr.Johannes H Sianipar
NIP: 198004222014021002
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas rahmat, hidayah serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Deteksi Dini
Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bontang
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Program Internsip Dokter
Indonesia di UPTD Puskesmas Bontang Barat. Penulis berharap agar laporan ini dapat
bimbingan dari berbagai pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan
II
I
DAFTAR ISI
I
V
BAB I
PENDAHULUAN
140/90 mmHg. Hipertensi dengan kenaikan sistolik , tekanan diastolik atau kedua-duanya
secara terus menerus (WHO dalam Kaplan, N, 2006). WHO memperkirakan 12.5% yang
mendapat pengobatan yang baik dari 50% penderita hipertensi yang diketahui (Depkes RI,
2007). Amerika Serikat memiliki sekitar 50 juta orang dengan prevalensi hipertensi
menderita hipertensi yang berusia 50 tahun. Sedangkan di India, pada tahun 2025
diperkirakan 107,3 juta orang penderita hipertensi. Jawa tengah 1,8% Lembah balim
Pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya 0,6% dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Kabupaten
Bombana belum mempunyai data lengkap mengenai prevalensi hipertensi, namun hasil
pengolahan data hipertensi tahun 2009 tercatat 690 kasus ( 5,38%) yang menempati urutan
kelima dari 10 jenis penyakit terbesar. Tahun 2010 tercatat sebanyak 30.369 kasus yang
profil puskesmas Rarowatu Utara tahun 2009 sebanyak 62 orang penderita penyakit
hipertensi, berada diurutan kelima dari sepuluh penyakit terbesar. Tahun 2010 sebanyak 93
orang berada diurutan ke 3 dari sepuluh penyakit terbesar. di wilayah kerja Puskesmas.
kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelamin, umur,
genetik, ras dan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola makan, kebiasaan olah raga,
konsumsi garam, kopi, alkohol dan stres. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko
tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor
V
risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). Berdasarkan
hipertensi tidak terkendali yaitu umur, IMT, merokok, diabetes melitus, dan kepatuhan
pengobatan. Penelitian Aris (2007), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang terbukti sebagai
faktor resiko hipertensi adalah Umur (OR=4,76), riwayat keluarga (OR=4,04), konsumsi asin
stress (OR=11,019), dan keturunan (OR=4,314). Dan berdasarkan penelitian Ayu (2012)
bahwa subjek yang mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko hipertensi
4,11 kali lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak minum kopi.
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan risiko morbiditas
dan mortalitas yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik yang
menjadi penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi disebut juga
sebagai “pembunuh diam–diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan
gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah di Indonesia memperkirakan separuh orang
menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi,
dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.
Maret 2018 menyatakan bahwa hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahunV sebesar
I
34,1%, dengan provinsi tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian
(0,7%).
dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi menjadi masalah utama karena
hipertensi yang tidak segera ditangani akan menimbulkan beberapa komplikasi dan menjadi
salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes,
stroke.
non farmakologi pada hipertensi dimulai dengan menjalani gaya hidup sehat. Menjalani gaya
hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola
hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6
bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan
V
II
1.2 Rumusan Masalah
Agustus 2021”
Bontang Barat
4.
8
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
hipertensi
b. Bagi Puskesmas
mengenai deteksi dan intervensi faktor risiko hipertensi dalam mendukung upaya
Tersedianya data tertulis tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Bontang Barat
c. Bagi Masyarakat
Program deteksi dan intervensi faktor risiko hipertensi diharapkan dapat mencegah
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus
wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas
10
2.1.2 Profil Puskesmas dan Posyandu
menjadi Puskesmas induk memiliki luas wilayah 118,72 km 2 dan terdiri atas
Sejahtera I
1 Kanaan
Sejahtera IV
Taman Hati
Tulip
Jasmine
Sejahtera II
Gunung
2 Sejahtera III
Telihan
Sejahtera V
Bakung
Cendrawasih 1
Anggrek
3 Belimbing Cendrawasih 2
Anggrek 2
Permata Bunda
11
Mawar
Mekar Sari
Suka Makmur
Anyelir
Sakura
Kusuma
Sri Kandi
Harapan Bunda
Bontang Barat
Sejahtera I 32 40 72
1 Kanaan
Sejahtera IV 44 43 87
Taman Hati 47 44 91
Tulip 61 50 111
Jasmine 10 7 17
Sejahtera II 50 40 90
Gunung
2 Sejahtera III 43 46 89
Telihan
Sejahtera V 38 45 83
Bakung 39 31 70
Cendrawasih 1 46 49 95
Anggrek 1 61 63 124
3 Belimbing Cendrawasih 2 15 18 33
12
Anggrek 2 32 26 58
Permata Bunda 7 16 23
Mawar 44 28 72
Mekar Sari 37 36 73
Suka Makmur 17 21 38
Anyelir 35 36 71
Sakura 17 21 38
Kusuma 68 69 137
Sri Kandi 22 21 43
Harapan Bunda 35 23 58
TOTAL 157
ditemui lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat
13
dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM dikategorikan
Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular melalui gaya
hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa dikatakan sebagai penyebab
1. pola makan
2. kehidupan seksual
3. Komunikasi global.
(Irwan, 2017).
penyakit keganasan
14
penyakit sistem saraf
2.2.3 Hipertensi
gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII)
persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks
umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,
15
zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
meningkat karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume
miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi
stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal
hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung
16
Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan
Indonesia, 2021).
antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.8 Selain itu didapatkan
17
pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita
bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung
18
5. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas
fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
6. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
19
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
2.2.5 Pencegahan
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan
namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD
atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan
konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan
tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1
20
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang
rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak
zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas 2018.
kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/ m2)
perempuan.
Olahraga teratur
Berhenti merokok
21
BAB III
ubah (genetic, usia, jenis kelamin), dan faktor yang dapat diubah (konsumsi
sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko
darah dan faktor risiko hipertensi adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko
Bagan 3.1 Kerangka Teori Deteksi DiniFaktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi
HIPERTENSI
22
yang tidak dapat di ubah(genetic, usia, jenis kelamin) dan faktor yang dapat
stress, obesitas). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
KIE
23
DEFINI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Faktor Faktor yang tidak dapat di ubah kuesioner wawancara 1. Ada Skala Ordinal
yang (genetic, usia, jenis kelamin), dan 2. Tidak
dapat di faktor yang dapat diubah (konsumsi
ubah dan makanan asin/garam/tinggi natrium,
tidak makanan kaleng, makanan
dapatdi berlemak, konsumsi kopi, aktivitas
ubah fisik, olahraga, merokok, alcohol,
stress, obesitas)
3 Tekanan Tensi meter Tensi meter 1. Hipertensi Skala Nominal
darah 2. Tidak Hipertensi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
melakukan survei faktor risiko serta penyakit dalam sekali waktu. 6 Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional dengan pengumpulan data yang dilakukan satu
kali dalam waktu yang bersamaan. dengan mewawancarai dan mengukur tekanan darah
50 orang responden dengan alat bantu tensimeter dan kuisioner penilaian faktor risiko
hipertensi.
kuesioner
Kriteria Inklusi :
November 2021
c. Pasien dewasa dengan kriteria usia >18 tahun karena dibawah 18 tahun
termasuk anak-anak
Kriteria Esklusi :
a. Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
b. Pasien yang jarang melakukan pengobatan rutin (tidak berobat >3 bulan)
Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer dan
1. Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh dari responden
dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan tertulis . data
Kalimantan Timur yang sedang dalam masa pengobatan. Data yang telah didapat
kemudian dianalisis dengan tujuan mengetahui adakah hubungan antara faktor risiko
5.1 Hasil Pemeriksaan Hb sebelum dan sesudah pemberian tablet tambah darah
Berdasarkan hasil wawancara terhadap penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Barat pada
Jenis Kelamin
Berdasarkan diagram 5.1 menunjukan bahwa
Perempuan Laki-laki
terdapat 50 responden pasien hipertensi dengan
Diagram 5.2 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan faktor risiko obesitas
Berdasarkan diagram 5.3 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi dengan 30
responden pasien hipertensi memiliki riwayat
Genetik
keluarga dengan hipertensi dan 20 responden
ada keluarga HT
tidak ada keluarga HT pasien hipertensi tidak memiliki riwayat
responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium ≤3x/bulan dan 0
responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium. Sehingga paling
banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium
≥1x/hari.
Diagram 5.5 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan jumlah konsumsi
garam per-hari
94%
dengan jumlah >1/2 sendok teh dan 3 responden memiliki kebiasaan konsumsi garam
dengan jumlah <1/2 sendok teh. Sehingga paling banyak di dapatkan responden
pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi garam dengan jumlah >1/2 sendok
teh.
Diagram 5.6 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan kebiasaan konsumsi
makanan/minuman kaleng
10%
90%
dan 5 responden tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan/minuman kaleng. Sehingga paling
makanan berlemak
16%
46%
38%
dengan 23 responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak ≥1x/hari,
responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak ≤3x/bulan dan 0
responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak. Sehingga paling
Jenis Aktivitas
Ringan Sedang Berat
12% 10%
78%
dengan 5 responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas ringan, 39 responden pasien
hipertensi memiliki jenis aktivitas sedang, 6 responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas
berat. Sehingga paling banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas
olahraga
Frekuensi Olahraga
3-5x/mg 1x/mg tidak pernah
8%
32%
60%
frekuensi kuantitas rutin olahraga 1x/mg, 4 responden pasien hipertensi memiliki frekuensi
kuantitas rutin olahraga 3-5x/mg. Sehingga paling banyak di dapatkan responden pasien
hipertensi memiliki frekuensi kuantitas olahraga tidak pernah olahraga. Yang dimaksud disini
6.1 Kesimpulan
Pada pasien hipertensi di Puskesmas Bontang Barat dengan kebanyakak kasus memiliki faktor
risiko Berjenis kelamin perempuan, memiliki riwayat genetic keluarga penderita hipertensi, tidak
obesitas, konsumsi asin/tinggi natrium ≥1x/hari, konsumsi garam dengan jumlah >1/2 sendok teh,
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta mengacu pada manfaat penelitian,
a. Bagi Masyarakat :
permasalahan hipertensi dan faktor risiko nya sehingga dapat mencegah dan mengatur
2. Masyarakat terutama remaja putri diharapkan untuk lebih aware terhadap bahaya
1. Peran aktif dari tenaga kesehatan serta kader untuk memberikan sekaligus
1. Melakukan kegiatan program agar masyarakat lebih peduli terhadap faktor risiko
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak menular.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. (2021). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021: Update
Konsensus PERHI 2019. Jakarta: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2017). Panduan Tata Laksana Dislipidemia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
P2PTM Kemenkes RI. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan
Darahmu dengan CERDIK. http://p2ptm.kemkes.go.id/
Nama:
Umur:
Alamat:
No hp:
Jenis kelamin:
TD:
Berat badan:
Tinggi badan:
1. Apakah orang tua penderita hipertensi? a.Ya b.Tidak
2. Jika ya ? a.ibu b. ayah
3. Apakah saudara anda ada yang punya penyakit hipertensi?a.Ya b.tidak
4. Jika iya ? a. kakak b. adik
5. Apakah saudara ayah atau ibu menderita hipertensi? a. ya b. tidak
6. Apakah kakek atau nenek anda menderita hipertensi? a. ya b. tidak
7. Apakah anda mengkonsumsi makanan asin? a. ya b. tidak
8. Jika iya ? a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
9. Berapa banyak anda mengkonsumsi garam dalam sehari? a.<1/2 sendok teh perhari
b.>1/2 sendok teh perhari
10. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan yangg mengandung tinggi natrium/garam?
a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
11. Apakah anda mengkonsumsi makanan dan minuman kaleng(sarden, sosis, korned, soft
drink)? a.ya b. tidak
12. Apakah anda mengkonsumsi makanan berlemak (makanan yang digoreng/gorengan,
santan, jeroan, gajih, otak)? a.ya b. tidak
13. Jika iya? a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
14. Apakah jenis aktivitas anda?
a. Ringan (bekerja didepan computer,menullis,bermusik,dll)
b. Sedang (bekerja cepat, berkebun,tennis meja dll)
c. Berat (berjalan menanjak,jogging, angkat-angkat, mencngkul)
15. Apakah anda berolahraga? a. ya b. tidak
16. Jika iya ? a.1 kali seminggu b.3-5 kali dalam seminggu c.Tidak pernah