Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT

DETEKSI DINI HIPERTENSI DENGAN FAKTOR RISIKO YANG


MEMPENGARUHI
KOTA BONTANG PERIODE FEBRUARI – NOVEMBER 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer


Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun oleh:

dr. Sri Uminingsih


SIP: 054/REK/IDI/III/2020

Pendamping :

dr. Johannes H Sianipar

NIP: 198004222014021002

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


UPTD PUSKESMAS BONTANG BARAT – KOTA
BONTANG
, KALIMANTAN TIMUR 2021
LEMBAR PENGESAHAN
DETEKSI DINI HIPERTENSI DENGAN FAKTOR RISIKO YANG
MEMPENGARUHI
KOTA BONTANG PERIODE FEBRUARI – NOVEMBER 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer

Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh:

dr. Sri Uminingsih

SIP: 054/REK/IDI/III/2021

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 6 Agustus 2021

Dokter Pendamping

dr.Johannes H Sianipar

NIP: 198004222014021002

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas rahmat, hidayah serta karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Deteksi Dini

Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bontang

Barat, Bontang, Kalimantan Timur Periode Februari – November 2021”

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Program Internsip Dokter

Indonesia di UPTD Puskesmas Bontang Barat. Penulis berharap agar laporan ini dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh pihak puskesmas untuk membantu menyempurnakan

kinerja Puskesmas. Selama penyusunan laporan ini penulis mendapatkan banyak

bimbingan dari berbagai pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan masih banyak kekurangan, oleh karena

itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan

ini. Penulis ucapkan terima kasih atas semua perhatian.

Bontang, 6 Agustus 2021

II
I
DAFTAR ISI

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA........................................................i


UPTD PUSKESMAS BONTANG BARAT....................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................9
1.3 Tujuan Kegiatan.................................................................................................9
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................11
2.1.1 Gambaran umum puskesmas ...........................................................................11
2.1.2 Profil puskesmas.............................................................................................12
2.2 Tinjauan teori...................................................................................................14
2.2.1 Penyakit tidak menular...................................................................................14
2.2.2 Klasifikasi PTM.............................................................................................16
2.2.3 Hipertensi.......................................................................................................16
2.2.4 Faktor resiko.....................................................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................25
3.1 Kerangka Teori.................................................................................................25
3.2 Kerangka konsep..............................................................................................25
BAB IV METOLOGI PENELITIAN ……………………………………………….27
4.1 Ruang lingkup Penelitian …………………………………………………..27
4.2 Jenis Data …………………………………………………………………..28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………..29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….43
REFERENSI....................................................................................................................44
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………45

I
V
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari

140/90 mmHg. Hipertensi dengan kenaikan sistolik , tekanan diastolik atau kedua-duanya

secara terus menerus (WHO dalam Kaplan, N, 2006). WHO memperkirakan 12.5% yang

mendapat pengobatan yang baik dari 50% penderita hipertensi yang diketahui (Depkes RI,

2007). Amerika Serikat memiliki sekitar 50 juta orang dengan prevalensi hipertensi

meningkat sesuai peningkatan usia, penelitian Fragmighan memperkirakan 90% individu

menderita hipertensi yang berusia 50 tahun. Sedangkan di India, pada tahun 2025

diperkirakan 107,3 juta orang penderita hipertensi. Jawa tengah 1,8% Lembah balim

Pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya 0,6% dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Kabupaten

Bombana belum mempunyai data lengkap mengenai prevalensi hipertensi, namun hasil

pengolahan data hipertensi tahun 2009 tercatat 690 kasus ( 5,38%) yang menempati urutan

kelima dari 10 jenis penyakit terbesar. Tahun 2010 tercatat sebanyak 30.369 kasus yang

tersebar di 10 kecamatan (Dinas kesehatan Kabupaten Bombana 2010). Berdasarkan data

profil puskesmas Rarowatu Utara tahun 2009 sebanyak 62 orang penderita penyakit

hipertensi, berada diurutan kelima dari sepuluh penyakit terbesar. Tahun 2010 sebanyak 93

orang berada diurutan ke 3 dari sepuluh penyakit terbesar. di wilayah kerja Puskesmas.

Sekitar 40% kematian di usia muda diakibatkan karena hipertensi tidak

terkendali. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua

kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelamin, umur,

genetik, ras dan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola makan, kebiasaan olah raga,

konsumsi garam, kopi, alkohol dan stres. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko

tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor
V
risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). Berdasarkan

penelitian E Degli et al (2003), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

hipertensi tidak terkendali yaitu umur, IMT, merokok, diabetes melitus, dan kepatuhan

pengobatan. Penelitian Aris (2007), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang terbukti sebagai

faktor resiko hipertensi adalah Umur (OR=4,76), riwayat keluarga (OR=4,04), konsumsi asin

(OR=3,95), konsumsi lemak jenuh (OR=7,72), jelantah (OR=5,34), olahraga (OR=4,73),

obesitas (OR=4,02), dan penggunaan pil KB (OR=5,38). Penelitian Sulistiyowati (2009)

menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan yaitu umur (OR=3,42), tingkat pendidikan

(OR=1,861), konsumsi garam (OR=0,438), obesitas (OR=0,192), aktifitas fisik (OR=2,38),

stress (OR=11,019), dan keturunan (OR=4,314). Dan berdasarkan penelitian Ayu (2012)

bahwa subjek yang mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko hipertensi

4,11 kali lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak minum kopi.

Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan

kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan risiko morbiditas

dan mortalitas yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik yang

menjadi penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi disebut juga

sebagai “pembunuh diam–diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan

gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah di Indonesia memperkirakan separuh orang

yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3

orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi,

dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas pada bulan

Maret 2018 menyatakan bahwa hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahunV sebesar
I
34,1%, dengan provinsi tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di

Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620

orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian

(0,7%).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum

dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi menjadi masalah utama karena

hipertensi yang tidak segera ditangani akan menimbulkan beberapa komplikasi dan menjadi

salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes,

stroke.

Dalam mengatasi hipertensi dapat dilakukan terapi farmakologi dan terapi

non farmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan obat-obatan, sedangkan terapi

non farmakologi pada hipertensi dimulai dengan menjalani gaya hidup sehat. Menjalani gaya

hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat

menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang

menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola

hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6

bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang

diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan

untuk memulai terapi farmakologi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut ke


dalam suatu penelitian yang berjudul “Deteksi Dini Faktor Risiko dengan kejadian Hipertensi
di UPTD Puskesmas Bontang Barat, Kalimantan Timur periode Februari – Agustus 2021”

V
II
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu

“Bagaimanakah Deteksi Dini Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Bontang Barat, Bontang, Kalimantan Timur Februari-

Agustus 2021”

1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Secara Dini Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Bontang Barat,

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Terlaksananya program deteksi faktor risiko hipertensi di Puskesmas

Bontang Barat

2. Mengetahui gambaran distribusi faktor risiko apa saja yang

memengaruhi kejadian hipertensi sehingga dapat mencegah terjadinya

hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bontang Barat.

3. Mengetahui faktor risiko dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Bontang Barat.

4.

8
1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis

 Berperan serta dalam upaya deteksi faktor risiko hipertensi

 Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi faktor risiko

hipertensi

 Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

b. Bagi Puskesmas

 Menambah pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas mengenai

karakteristik dan deteksi faktor risiko hipertensi.

 Bertambahnya pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas

mengenai deteksi dan intervensi faktor risiko hipertensi dalam mendukung upaya

pemantauan tekanan darah dan pengendalian komplikasi hipertensi

 Tersedianya data tertulis tentang faktor risiko hipertensi di Puskesmas Bontang Barat

c. Bagi Masyarakat

 Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi faktor risiko hipertensi.

 Program deteksi dan intervensi faktor risiko hipertensi diharapkan dapat mencegah

dan meminimalisasi adanya kejadian hipertensi.

 Masyarakat dapat mengetahui faktor risiko dan melakukan pengobatan sedini

mungkin terhadap penyakit hipertensi

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ( PUSKESMAS )

2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi

pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan

keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam

melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis,

demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber

daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus

memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas

tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan

sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan. Apabila dalam satu

wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai

koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan.

10
2.1.2 Profil Puskesmas dan Posyandu

Puskesmas Bontang Barat yang terletak di Jl. Damai Rt.7 Kelurahan

Kanaan Kecamatan Bontang Barat merupakan Puskesmas yang resmi

menjadi Puskesmas induk memiliki luas wilayah 118,72 km 2 dan terdiri atas

3 kelurahan, yaitu kelurahan Kanaan, Gunung Telihan, dan Belimbing.

Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Bontang Barat terdiri

dari kelurahan Kanaan terdapat 2 posyandu, Gunung Telihan terdapat 10

posyandu, dan Belimbing terdapat 11 posyandu.

No Kelurahan Nama Posyandu

Sejahtera I
1 Kanaan
Sejahtera IV

Taman Hati

Tulip

Jasmine

Sejahtera II
Gunung
2 Sejahtera III
Telihan
Sejahtera V

Bakung

Cendrawasih 1

Anggrek

3 Belimbing Cendrawasih 2

Anggrek 2

Permata Bunda

11
Mawar

Mekar Sari

Suka Makmur

Anyelir

Sakura

Kusuma

Sri Kandi

Harapan Bunda

Tabel 2.1 Posyandu Balita di Wilayah Puskesmas Bontang Barat

2.1.3 Jumlah Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas

Bontang Barat

N Nama Jumlah Balita


Kelurahan
o Posyandu L P Total

Sejahtera I 32 40 72
1 Kanaan
Sejahtera IV 44 43 87

Taman Hati 47 44 91

Tulip 61 50 111

Jasmine 10 7 17

Sejahtera II 50 40 90
Gunung
2 Sejahtera III 43 46 89
Telihan
Sejahtera V 38 45 83

Bakung 39 31 70

Cendrawasih 1 46 49 95

Anggrek 1 61 63 124

3 Belimbing Cendrawasih 2 15 18 33

12
Anggrek 2 32 26 58

Permata Bunda 7 16 23

Mawar 44 28 72

Mekar Sari 37 36 73

Suka Makmur 17 21 38

Anyelir 35 36 71

Sakura 17 21 38

Kusuma 68 69 137

Sri Kandi 22 21 43

Harapan Bunda 35 23 58

TOTAL 157

Data tahun 2020

Tabel 2.2 Jumlah Balita di berbagai Posyandu Wilayah

Puskesmas Bontang Barat

2.2 Tinjauan teori

2.2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM)

PTM merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan sehingga

dianggap tidak mengancam kondisi orang lain. PTM merupakan beban

kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara industri.

Berdasarkan laporan WHO, di kawasan Asia Tenggara paling sering

ditemui lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat

tinggi, beberapa di antaranya adalah penyakit Jantung

(Kardiovaskuler), DM, kanker, penyakit pernafasan obstruksi kronik

13
dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM dikategorikan

sebagai penyakit degeneratif dan cenderung diderita oleh orang yang

berusia lanjut. Istilah Penyakit Tidak Menular memiliki kesamaan arti

dengan : 1. Penyakit Kronik Penyakit kronik juga merujuk pada PTM

mengingat kasus PTM yang umumnya bersifat kronik/menahun/lama.

Akan tetapi, beberapa PTM juga bersifat mendadak atau akut,

misalnya keracunan. 2. Penyakit Non–Infeksi Sebutan penyakit non-

infeksi digunakan mengingat PTM umumnya tidak disebabkan oleh

mikro-organisme. Meskipun demikian, mikro-organisme juga

merupakan salah satu penyebab PTM. 3. New Communicable Disease

Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular melalui gaya

hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa dikatakan sebagai penyebab

penularan berbagai penyakit, beberapa contoh di antaranya yaitu:

1. pola makan

2. kehidupan seksual

3. Komunikasi global.

4. Asupan makan dengan kandungan kolestrol tinggi merupakan

salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung

(Irwan, 2017).

2.2.2 Klasifikasi PTM

Menurut Permenkes RI Nomor 71 tahun 2015, Kelompok PTM berdasarkan

sistem dan organ tubuh meliputi (Kemenkes RI, 2015):

 penyakit keganasan

 penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolic

14
 penyakit sistem saraf

 penyakit sistem pernapasan

 penyakit sistem sirkulasi

 penyakit mata dan adnexa

 penyakit telinga dan mastoid

 penyakit kulit dan jaringan subkutanius

 penyakit sistem musculoskeletal dan jaringan penyambung

 penyakit sistem genitourinaria

 penyakit gangguan mental dan perilaku

 penyakit kelainan darah dan gangguan pembentukan organ darah.

2.2.3 Hipertensi

Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan

gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang

kompleks dan saling berhubungan, WHO menyatakan hipertensi merupakan

peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan

atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII)

berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90

mmHg. hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang

persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks

dan saling berhubungan. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang

munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya

umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,

dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan

15
zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-

angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat

karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan

umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat

sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung

menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas

simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut

sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah

berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan

resistensi vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah

meningkat karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume

sekuncup) x Tahanan perifer.

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi

stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal

kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif.

Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang

sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas

hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD

≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.

16
Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan

menjadi sesuai dengan tabel 1 berikut (Perhimpunan Dokter Hipertensi

Indonesia, 2021).

Tabel 2.1 Pengukuran TDS dan TDD

Sumber: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2021)

2.2.4 Faktor Risiko

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi antara lain :

1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio

antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang

yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.8 Selain itu didapatkan

70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah

17
pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for

Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk

wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita

bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan

antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi

insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,

dan perubahan fisik pada ginjal.

3. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan

wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL

yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,

yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

4. Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon

adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung

memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

18
5. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan

melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan

pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas

fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk

menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak

jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula

kekuaan yang mendesak arteri.

6. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World

Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan

adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)

perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya

volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

7. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna

dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.14

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.

19
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts

terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek

tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14

batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.

Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam

penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan

kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

2.2.5 Pencegahan

Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan

dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat

memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi derajat 1,

namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD

atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan

tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan

konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan

ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok.

Pembatasan konsumsi garam

Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi. Konsumsi

garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan

prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na) sebaiknya

tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1

sendok teh garam dapur). Sebaiknya menghindari makanan dengan

kandungan tinggi garam.

Perubahan pola makan

20
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang

mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu

rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak

zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal

Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari 14,8%

berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas 2018.

Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25

kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/ m2)

dengan lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada

perempuan.

Olahraga teratur

Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan

hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular.

Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek

penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang

atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga

setidaknya 30 menit latihan aerobic dinamik berintensitas sedang (seperti:

berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.

Berhenti merokok

Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status

merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita

hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.

21
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA TEORI

Adapun faktor-faktor risiko hipertensi adalah : faktor yang tidak dapat di

ubah (genetic, usia, jenis kelamin), dan faktor yang dapat diubah (konsumsi

makanan asin/garam/tinggi natrium, makanan kaleng, konsumsi kopi, makanan

berlemak, aktivitas fisik, olahraga, merokok, alcohol, stress, obesitas)

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,

sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko

tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Tujuan skrining / pemeriksaan tekanan

darah dan faktor risiko hipertensi adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko

dengan kejadian hipertensi.

Bagan 3.1 Kerangka Teori Deteksi DiniFaktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi

Puskesmas Bontang Barat

Faktor tidak dapat di ubah Faktor yg dapat di ubah

HIPERTENSI

3.2 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori diatas dapat dirumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut : variabel dependen dalam penelitian ini adalah

hipertensi, sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah faktor

22
yang tidak dapat di ubah(genetic, usia, jenis kelamin) dan faktor yang dapat

diubah (konsumsi makanan asin/garam/tinggi natrium, makanan kaleng,

makanan berlemak, konsumsi kopi, aktivitas fisik, olahraga, merokok, alcohol,

stress, obesitas). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.2 Kerangka Konsep Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan

Perkembangan Balita di Puskesmas Bontang Barat

Pengukuran tekanan darah pada 2x


pengukuran dengan jarak >30 menit
dengan keadaan responden stabil

Tekanan Darah TDS ≥140mmHg atau


Normal TDD ≥90mmHg
dan/atau keduanya

Deteksi dini faktor risiko terkait hipertensi


(faktor risiko yang dapat di ubah dan tidak
dapat di ubah)

KIE

23
DEFINI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Faktor Faktor yang tidak dapat di ubah kuesioner wawancara 1. Ada Skala Ordinal
yang (genetic, usia, jenis kelamin), dan 2. Tidak
dapat di faktor yang dapat diubah (konsumsi
ubah dan makanan asin/garam/tinggi natrium,
tidak makanan kaleng, makanan
dapatdi berlemak, konsumsi kopi, aktivitas
ubah fisik, olahraga, merokok, alcohol,
stress, obesitas)
3 Tekanan Tensi meter Tensi meter 1. Hipertensi Skala Nominal
darah 2. Tidak Hipertensi
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode cross sectional yaitu penelitian yang

melakukan survei faktor risiko serta penyakit dalam sekali waktu. 6 Penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional dengan pengumpulan data yang dilakukan satu

kali dalam waktu yang bersamaan. dengan mewawancarai dan mengukur tekanan darah

50 orang responden dengan alat bantu tensimeter dan kuisioner penilaian faktor risiko

hipertensi.

Lokasi : UPTD Puskesmas Bontang Barat, Kalimantan Timur

Waktu : Wawancara pasien dan pengukuran tekanan darah responden

dilakukan selama bulan Juni 2021

Sasaran : Pasien hipertensi

Metode : Survei, wawancara, pengamatan, pencatatan, dan pengisian

kuesioner

Kriteria Inklusi :

a. Pasien yang mengidap penyakit hipertensi dan sedang melakukan pengobatan

di UPTD Puskesmas Bontang Barat, Kalimantan Timur periode Februari-

November 2021

b. Bersedia secara sukarela menjadi responden

c. Pasien dewasa dengan kriteria usia >18 tahun karena dibawah 18 tahun

termasuk anak-anak

Kriteria Esklusi :
a. Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik

b. Pasien yang jarang melakukan pengobatan rutin (tidak berobat >3 bulan)

c. Pasien tidak bersedia bekerjasama dalam penelitian

d. Pasien dengan rekam medic tidak lengkap

4.2 Jenis Data

Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer dan

sekunder didapatkan dari:

1. Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh dari responden

dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan tertulis . data

primer dari pengisian kuisioner oleh pasien hipertensi

2. Data sekunder dari catatan medis pasien

Pengisian kuesioner dilakukan di UPTD Puskesmas Bontang, Kalimantan Timur.

Responden diambil sebanyak seluruh penderita hipertensi di Puskesmas Bontang,

Kalimantan Timur yang sedang dalam masa pengobatan. Data yang telah didapat

kemudian dianalisis dengan tujuan mengetahui adakah hubungan antara faktor risiko

dengan kejadian hipertensi.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pemeriksaan Hb sebelum dan sesudah pemberian tablet tambah darah

Berdasarkan hasil wawancara terhadap penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Barat pada

tanggal 8Juni sampai dengan 26 Juni didapatkan hasil sebagai berikut :


HIPERTEN J USI GENETI SERING MENGKONSUMSI JUMLAH
NO SI K A K MAKANAN ASIN/ KONSUMSI MENGKONSUMSI
OBESITA
MAKANAN/
S
MINUMAN
(TD) TINGGI NATRIUM/ GARAM? GARAM/HARI KALENG?
Y TIDA tida ≤3x/ 1- ≥1x/ <1/2ct >1/2ct
A K k bulan 6x/mg hari h h YA TIDAK
1 158/113 P 54 V V V V
2 165/106 L 38 V V V V V
3 161/88 P 50 V V V V V
4 143/94 P 39 V V V V V
5 150/90 P 50 V V V V
6 158/100 P 37 V V V V V
7 162/87 P 48 V V V V
8 155/90 P 35 V V V V V
9 149/95 P 38 V V V V
10 150/91 P 48 V V V V
11 162/103 L 38 V V V V
12 150/93 P 50 V V V V V
13 160/70 L 46 V V V V
14 144/101 L 54 V V V V
15 180/109 P 48 V V V V
16 176/102 P 59 V V V V
17 141/95 P 23 V V V V V
18 160/90 P 44 V V V V V
19 150/90 P 40 V V V V
20 175/125 P 58 V V V V
21 153/104 P 36 V V V V
22 150/70 P 49 V V V V V
23 154/94 L 51 V V V V V
24 155/80 P 53 V V V V V
25 207/105 P 57 V V V V V
26 155/90 P 59 V V V V V
27 160/87 P 51 V V V V V
28 187/82 P 55 V V V V V
29 160/93 P 45 V V V V
30 151/129 P 50 V V V V V
31 158/111 P 51 V V V V V
32 148/114 P 53 V V V V V
33 150/95 P 60 V V V V V
34 163/84 P 30 V V V V V
35 143/98 P 30 V V V V V
36 164/97 P 50 V V V V V
37 164/95 P 59 V V V V V
38 145/96 P 45 V V V V
39 170/104 L 54 V V V V V
40 161/99 P 51 V V V V
41 144/94 L 56 V V V V V
42 164/107 P 67 V V V V
43 189/123 P 64 V V V V
44 200/121 P 62 V V V V V
45 144/97 P 49 V V V V
46 148/110 P 50 V V V V V
47 143/104 P 38 V V V V
48 202/110 L 58 V V V V V
49 158/92 P 58 V V V V V
50 177/116 P 47 V V V V V
NO HIPERTENSI
KONSUMSI MAKANAN BERLEMAK? JENIS AKTIVITAS RUTIN OLAHRAGA?
(TD)
≤3x/ tidak
tidak bulan 1-6x/mg ≥1x/hari ringan sedang berat 3-5x/mg 1x/mg pernah
1 158/113 V V V
2 165/106 V V V
3 161/88 V V V
4 143/94 V V V V
5 150/90 V V V
6 158/100 V V V
7 162/87 V V V
8 155/90 V V V
9 149/95 V V V
10 150/91 V V V
11 162/103 V V V
12 150/93 V V V
13 160/70 V V V
14 144/101 V V V
15 180/109 V V V
16 176/102 V V V
17 141/95 V V V
18 160/90 V V V
19 150/90 V V V
20 175/125 V V V
21 153/104 V V V
22 150/70 V V V
23 154/94 V V V
24 155/80 V V V
25 207/105 V V V
26 155/90 V V V
27 160/87 V V V
28 187/82 V V V
29 160/93 V V V
30 151/129 V V V
31 158/111 V V V
32 148/114 V V V
33 150/95 V V V
34 163/84 V V V
35 143/98 V V V
36 164/97 V V V
37 164/95 V V V
38 145/96 V V V
39 170/104 V V V
40 161/99 V V V
41 144/94 V V V
42 164/107 V V V
43 189/123 V V V
44 200/121 V V V
45 144/97 V V V
46 148/110 V V V
47 143/104 V V V
48 202/110 V V V
49 158/92 V V V
50 177/116 V V V
Diagram 5.1 diagram persebaran jenis kelamin responden pasien hipertensi

Jenis Kelamin
Berdasarkan diagram 5.1 menunjukan bahwa
Perempuan Laki-laki
terdapat 50 responden pasien hipertensi dengan

16% 42 responden perempuan dan 8 responden laki-

laki. Sehingga didapatkan paling banyak

responden pasien hipertensi berjenis kelamin


84% perempuan.

Diagram 5.2 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan faktor risiko obesitas

Berdasarkan diagram 5.2 menunjukan bahwa


Obesitas
terdapat 50 responden pasien hipertensi
Obesitas Tidak obesitas
dengan 20 responden pasien hipertensi

dengan obesitas dan 30 responden pasien

40% hipertensi tidak obesitas berdasarkan dari

pengukuran IMT. Sehingga didapatkan


60%
responden paling banyak pasien hipertensi

memiliki IMT ≥25kg/m2 (obesitas).

Diagram 5.3 diagram persebaran

responden pasien hipertensi dengan riwayat keluarga yang menderita hipertensi

Berdasarkan diagram 5.3 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi dengan 30
responden pasien hipertensi memiliki riwayat
Genetik
keluarga dengan hipertensi dan 20 responden
ada keluarga HT
tidak ada keluarga HT pasien hipertensi tidak memiliki riwayat

keluarga menderita hipertensi, riwayat

40% keluarga yang dimaksud disini adalah

60% kakek/nenek/ayah/ibu/saudara ayah/saudara

ibu/saudara responden. Sehingga didapatkan

paling banyak responden pasien hipertensi

memiliki riwayat genetik keluarga menderita hipertensi juga.


Diagram 5.4 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan frekuensi kuantitas

konsumsi asin/tinggi natrium

Berdasarkan diagram 5.4 menunjukan


Frekuensi konsumsi asin/tinggi na-
trium bahwa terdapat 50 responden pasien

tidak ≤3x/bulan 1-6x/mg ≥1x/hari hipertensi dengan 32 responden pasien


6%
hipertensi memiliki kebiasaan

konsumsi asin/tinggi natrium ≥1x/hari,


30% 15 responden pasien hipertensi
64% memiliki kebiasaan konsumsi

asin/tinggi natrium 1-6x/minggu, 3

responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium ≤3x/bulan dan 0

responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium. Sehingga paling

banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi asin/tinggi natrium

≥1x/hari.
Diagram 5.5 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan jumlah konsumsi

garam per-hari

Jumlah konsumsi garam


<1/2cth >1/2cth
6%

94%

Berdasarkan diagram 5.5 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien

hipertensi dengan 47 responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi garam

dengan jumlah >1/2 sendok teh dan 3 responden memiliki kebiasaan konsumsi garam

dengan jumlah <1/2 sendok teh. Sehingga paling banyak di dapatkan responden

pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi garam dengan jumlah >1/2 sendok

teh.
Diagram 5.6 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan kebiasaan konsumsi

makanan/minuman kaleng

Konsumsi makanan/minuman kaleng


YA TIDAK

10%

90%

Berdasarkan diagram 5.6 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi

dengan 45 responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan/minuman kaleng

dan 5 responden tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan/minuman kaleng. Sehingga paling

banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki memiliki kebiasaan konsumsi

makanan/minuman kaleng(sarden, sosis, korned, soft drink)/kemasan/siap saji.


Diagram 5.7 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan kebiasaan konsumsi

makanan berlemak

Frekuensi konsumsi makanan berlemak


tidak ≤3x/bulan 1-6x/mg ≥1x/hari

16%

46%

38%

Berdasarkan diagram 5.7 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi

dengan 23 responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak ≥1x/hari,

19 responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak 1-6x/minggu, 8

responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak ≤3x/bulan dan 0

responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak. Sehingga paling

banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki kebiasaan konsumsi makanan

berlemak≥1x/hari. Yang dimaksud disini makanan berlemak (makanan yang digoreng/gorengan,

santan, jeroan, gajih, otak)


Diagram 5.8 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan jenis aktivitas harian

Jenis Aktivitas
Ringan Sedang Berat

12% 10%

78%

Berdasarkan diagram 5.8 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi

dengan 5 responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas ringan, 39 responden pasien

hipertensi memiliki jenis aktivitas sedang, 6 responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas

berat. Sehingga paling banyak di dapatkan responden pasien hipertensi memiliki jenis aktivitas

sedang. Yang dimaksud disini jenis aktivitas Ringan (bekerja didepan

computer,menullis,bermusik,dll), Sedang (bekerja cepat, berkebun,tennis meja dll), dan Berat

(berjalan menanjak,jogging, angkat-angkat, mencangkul)


Diagram 5.9 diagram persebaran responden pasien hipertensi dengan frekuensi rutinitas

olahraga

Frekuensi Olahraga
3-5x/mg 1x/mg tidak pernah

8%

32%
60%

Berdasarkan diagram 5.9 menunjukan bahwa terdapat 50 responden pasien hipertensi

dengan 30 responden pasien hipertensi tidak pernah berolahraga, 16 responden memiliki

frekuensi kuantitas rutin olahraga 1x/mg, 4 responden pasien hipertensi memiliki frekuensi

kuantitas rutin olahraga 3-5x/mg. Sehingga paling banyak di dapatkan responden pasien

hipertensi memiliki frekuensi kuantitas olahraga tidak pernah olahraga. Yang dimaksud disini

rutinitas olahraga dilihat dari sebulan terakhir.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada pasien hipertensi di Puskesmas Bontang Barat dengan kebanyakak kasus memiliki faktor

risiko Berjenis kelamin perempuan, memiliki riwayat genetic keluarga penderita hipertensi, tidak

obesitas, konsumsi asin/tinggi natrium ≥1x/hari, konsumsi garam dengan jumlah >1/2 sendok teh,

memiliki kebiasaan konsumsi makanan/minuman kaleng(sarden, sosis, korned, soft

drink)/kemasan/siap saji, kebiasaan konsumsi makanan berlemak≥1x/hari, mmeiliki jenis

aktivitas Ringan, dan tidka pernah berolahraga dalam sebulan terakhir.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta mengacu pada manfaat penelitian,

maka saran peneliti adalah sebagai berikut :

a. Bagi Masyarakat :

1. Masyarakat diharapkan untuk lebih memahami dan mawas diri terhadap

permasalahan hipertensi dan faktor risiko nya sehingga dapat mencegah dan mengatur

pola hidup sehat

2. Masyarakat terutama remaja putri diharapkan untuk lebih aware terhadap bahaya

hipertensi serta komplikasinya

3. Mempererat tali silaturahmi antar sesama warga guna membantu mengatasi

permasalahan kesehatan yang ada

b. Bagi Petugas Puskesmas

1. Peran aktif dari tenaga kesehatan serta kader untuk memberikan sekaligus

memberikan penyuluhan kepada warga

2. Mempererat tali silaturahmi antara petugas dengan kader serta masyarakat.

3. Memaksimalkan program yang ada dan menambah program kunjungan ke

desa-desa terkait posbindu penyakit tidak menular


4. Menjalin hubungan lintas sektoral

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Melakukan kegiatan program agar masyarakat lebih peduli terhadap faktor risiko

hipertensi dan dapat kontrol tekanan darah rutin


REFERENSI

Irwan. (2017). Buku Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: Absolute Media.

Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak menular.

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. (2021). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021: Update
Konsensus PERHI 2019. Jakarta: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2017). Panduan Tata Laksana Dislipidemia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

P2PTM Kemenkes RI. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan
Darahmu dengan CERDIK. http://p2ptm.kemkes.go.id/

Kemenkes RI. (2019). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018. www.depkes.go.id.


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LEMBAR QUISIONER

Nama:
Umur:
Alamat:
No hp:
Jenis kelamin:
TD:
Berat badan:
Tinggi badan:
1. Apakah orang tua penderita hipertensi? a.Ya b.Tidak
2. Jika ya ? a.ibu b. ayah
3. Apakah saudara anda ada yang punya penyakit hipertensi?a.Ya b.tidak
4. Jika iya ? a. kakak b. adik
5. Apakah saudara ayah atau ibu menderita hipertensi? a. ya b. tidak
6. Apakah kakek atau nenek anda menderita hipertensi? a. ya b. tidak
7. Apakah anda mengkonsumsi makanan asin? a. ya b. tidak
8. Jika iya ? a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
9. Berapa banyak anda mengkonsumsi garam dalam sehari? a.<1/2 sendok teh perhari
b.>1/2 sendok teh perhari
10. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan yangg mengandung tinggi natrium/garam?
a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
11. Apakah anda mengkonsumsi makanan dan minuman kaleng(sarden, sosis, korned, soft
drink)? a.ya b. tidak
12. Apakah anda mengkonsumsi makanan berlemak (makanan yang digoreng/gorengan,
santan, jeroan, gajih, otak)? a.ya b. tidak
13. Jika iya? a.>= 1 kali perhari b.1-6 kali dalam seminggu c.<= 3 kali dalam sebulan
14. Apakah jenis aktivitas anda?
a. Ringan (bekerja didepan computer,menullis,bermusik,dll)
b. Sedang (bekerja cepat, berkebun,tennis meja dll)
c. Berat (berjalan menanjak,jogging, angkat-angkat, mencngkul)
15. Apakah anda berolahraga? a. ya b. tidak
16. Jika iya ? a.1 kali seminggu b.3-5 kali dalam seminggu c.Tidak pernah

Anda mungkin juga menyukai