Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.

“MH” DENGAN
RENDAHNYA PENGETAHUAN IBU TENTANG HIPERTENSI DI RT
003/RW 002 JALAN KENANGA SP2 KELURAHAN MARIYAI
KABUPATEN SORONG

Disusun Sebagai Tugas Individu


Pada Praktik Kuliah Kerja Lapangan Semester VIII

DISUSUN OLEH:
M.WIJIHAN ADI SAPUTRA (11430117024)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D.IV KEPERAWATAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. “MH” DENGAN
RENDAHNYA PENGETAHUAN IBU TENTANG HIPERTENSI DI RT
003/RW 002 JALAN KENANGA SP2 KELURAHAN MARIYAI
KABUPATEN SORONG

Disusun Sebagai Tugas Individu


Pada Praktik Kuliah Kerja Lapangan Semester VIII

Dosen Pembimbing Institusi


Yogik Setia Anggraeni, M.Med,Ed

DISUSUN OLEH:
M.WIJIHAN ADI SAPUTRA (11430117024)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D.IV KEPERAWATAN
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

TUGAS INDIVIDU PRAKTIK KULIAH KERJA LAPANGAN SEMESTER


VIII

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. “MH” DENGAN


RENDAHNYA PENGETAHUAN IBU TENTANG HIPERTENSI DI RT
003/RW 002 JALAN KENANGA SP2 KELURAHAN MARIYAI
KABUPATEN SORONG

Sorong, Februari 2021


Pembimbing Institusi

Yogik Setia Anggraeni, M.Med,Ed


NIP.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat sehingga tugas Laporan Asuhan Keperawatan
komunitas keluarga Praktik Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Keluarga Ny. “Mh” Dengan Rendahnya Pengetahuan Ibu
Tentang Hipertensi Di Rt 003/Rw 002 Jalan Kenanga Sp2 Kelurahan Mariyai
Kabupaten Sorong” dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai oleh
penulis.
Penulis menyadari tak mungkin penulisan pengkajian ini dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ariani Pongoh, S.ST, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong.
2. Bapak Yazer Badarab selaku Ketua RT 003 / RW 002 Kelurahan Mariyai
3. Bapak Simon Lukas Momot, MPH selaku ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Sorong.
4. Ibu O. Mobalen, M.Kep selaku ketua Program Studi D.IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Sorong.
5. Ibu Yogik Setia Anggraeni, M.Med,Ed selaku dosen wali tingkat IV Program
Studi D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Sorong sekaligus dosen
pembimbing.
6. Seluruh pihak yang telah membantu, khususnya pada penyusunan laporan ini.
Semoga usaha pembuatan tugas Laporan Asuhan Keperawatan komunitas
keluarga Praktik Kuliah Kerja Lapangan yang telah dikerahkan ini dapat
membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan pengkajian ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan
itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Sorong, 25 Nopember 2016


Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Hipertensi............................................................... 3
B. Konsep Keluarga........................................................................... 13
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga........................................ 18
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data............................................................................. 27
II. Prioritas Masalah........................................................................... 34
III. Intervensi....................................................................................... 36
IV. Implementasi.................................................................................. 37
V. Evaluasi.......................................................................................... 38
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 40
B. Saran.............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 41
LEMBAR KONSUL................................................................................. 42

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan
yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan
menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi
kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot
jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit
pembuluh lain dan penyakit lainnya (Syahrini et al., 2012).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan
pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan
penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh
Yogiantoro (2006), hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering
tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600
juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008
(WHO, 2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada
peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya (Corwin,
2007).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari
total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang
menderita hipertensi (Riskesdas, 2008).

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama kurangnya pengetahuan ibu tentang Hipertensi pada Ny. MH di
RT 003/RW 002 Kelurahan Mariyai Kabupaten Sorong.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diproleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny. MH di RT 003/RW 002
Jalan Kenanga Kelurahan Mariyai.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa  mampu  :
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny. MH
di RT 003/RW 002 Jalan Kenanga Kelurahan Mariyai.
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Ny. MH di RT 003/RW 002 Jalan Kenanga
Kelurahan Mariyai.
c. Mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada
Ny. MH di RT 003/RW 002 Jalan Kenanga Kelurahan Mariyai.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut
(Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut
jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa
oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke
jantung (Anies, 2006).
2. Klasifikasi Hipertensi
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi Maligna) ≥210 mmHg ≥120 mmHg

3
3. Etiologi Hipertensi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan
menjadi dua yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer artinya hipertensi yang
belum diketahui penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut
berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia,
sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas
(keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam
kategori ini.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di
ketahui, umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang
berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi,
pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon
yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung.
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak
dapat dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
a. Faktor yang dapat dikontrol :
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Kegemukan (obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun
mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan
wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui secara
pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi dengan berat badan
normal.

4
2) Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.
Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah
bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.
3) Konsumsi garam berlebihan
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi
garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam
merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan
volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga
kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu,
disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.
a) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak
mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata
setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam
adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.
Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua makanan
mengandung garam natrium termasuk didalam bahanbahan pengawet
makanan yang digunakan.
b) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali, cairan
intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada
timbulnya hipertensi.

5
4) Merokok dan mengonsumsi alcohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan
kesehatan karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya
katekholamin memicu naik tekanan darah.
5) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka
tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi
respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau
pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas)
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres
berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal
tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang percobaan yang
diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan (Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar
terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada
kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot
(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang
yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak
melakukan penanganan atau pengobata maka ada kemungkinan
lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam
waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan
gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

6
2) Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan
dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang
mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang
nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko
hipertensi setelah masa menopause.
3) Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan
yang erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor
penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria
terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah
berumur 45 tahun.
5. Patofisiogi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap
denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara
waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah.
Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak

7
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah
akan menurun. 10 Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan
oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari
sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan
fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah (Triyanto 2014).
Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya , aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan
meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).

8
6. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah
tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut
mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah,
mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan
(palpasi), suara 11 berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala,
pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh
para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan
kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya
tekanan kapiler.
7. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan
sebaga berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti
orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

9
iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
12 dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di
jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuronneuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi antara lain :
a. General check up
Jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa
pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat
keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium,
pemeriksaan 13 ECG, jika perlu pemeriksaan khusus, seperti USG,
Echocaediography (USG jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan
pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan.

10
Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan darah
agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu :
1) Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera
setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
2) Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan
terapi.
9. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan
hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut :
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa
obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan
tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku
hidup sehat seperti :
1) Pembatasan asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5) Mengurangi/ tidak merokok
6) Menghindari stress
7) Menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran
garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi
pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan
tekanan pada dinding pembuluh darah.

11
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa
darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan
sebagai obat hipertensi sebai berikut :
1) Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih,
kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat
dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut :
a) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus
seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air
rebusannya sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan
tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi
pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai 15
vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya.
Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan
dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).

12
B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman dalam Achjar, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan anaknya (UU
No. 10 dalam APD Salvari, 2013). .
2. Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga sebagai berikut :
a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, dan adek.
d) Mempunyai tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.
3. Bentuk / Type Keluarga
a) Keluarga inti (nuclear family Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi atau keduanya.
b) Keluarga besar (extended family) Keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman bibi).
c) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) Keluarga baru yang bentuk
terbentuk dari pasangan yang bercerai atau kehilangan pasangannya.
d) Orang tua tunggal (single parent family) Keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
e) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

13
f) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone.
g) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexsual cobabiting family).
h) Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
and lesbian family).
i) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
j) Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti
dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes RI dalam Achjar, 2010).
4. Tujuan Asuhan Kebidanan Keluarg
Struktur keluarga sebagai berikut :
1) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3) Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
saudarah istri.
4) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
saudarah suami.
5) Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa anak saudara yang menjadi bagaian
keluarga karna adanya hubungan dengan suami istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a) Fungsi Afektif Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap
anggota keluarga yang sakit akan mempercepat proses penyembuhan.

14
Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
b) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi Fungsi keluarga
mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada
batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan
mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap
memperhatikan kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat
mengurangi stress bagi penderita.
c) Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga dan juga tempat
mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks
yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
d) Fungsi Ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk
berlindung ( rumah) dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan Berfungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.
6. Ciri-ciri Keluarga
a) Terorganisir adalah : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b) Ada keterbatasan adalah : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
c)  Ada perbedaan dan kekhususan adalah : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsi-masing-masing (APD Salvari, 2013).
7. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

15
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan.
Ada 5 tugas keluarga  dalam bidang kesehatan yang harus di
lakukan( Fridman dalam Achjar, 2010).
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun
yang di alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan
perlu segera di catat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa perubahannya.
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siap diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segeralah
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai keterbatasan agar
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit  atau yang tidak
dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah.
Perawat ini dapat di lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi (Suparyanto , 2012).
d) Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi
bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak
pada kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan

16
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga,
adakah pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga (Achjar,
2010)
8. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
a. Patrikal Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ayah.
b. Matrikal Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
c. Equaltarial Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah
dan ibu (APD Salvari, 2013)
9. Dimensi Dasar Struktur Keluarga
Menurut APD Salvari  (2013), dimensi dasar struktur keluarga sebagai
berikut :
a. Pola dan proses komunikasi :
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
3) Berpikiran positif.
4) Tidak mengulang-ulang issu dan pendapat sendiri.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan dapat bersifat format dan informat. Peranan dalam
keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang lain kearah positif.
Tipe struktur kekuatan :
1) Legitimate power (hak)
2)  Referent power (ditiru)

17
3) Expert power (keahlian)
4) Reward power (hadiah)
5) Coercive power (paksa)
6) Affective power.
d. Nilai-nilai keluarga
1) Nilai, merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga jaga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman
bagi perkembangan norma dan peraturan.
2) Norma, adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3) Budaya, adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, di bagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
C. Konsep Keperawatan Keluarga
Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan
pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori
atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi
dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap
keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa
keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan
sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan
keluarga terdiri dari lima langkah dasar meliputi :

18
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian
yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
1. Pengumpulan data
a) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan  tipe keluarga.
b) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
1) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat
pengawet, serta emosi yang tinggi.
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan
penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
3) Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi
tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional
dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi
dan sore.
2. Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan

19
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga
dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya.
berpengaruh pula terhadap pola pikir  dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat
dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan
pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan
bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
3. Tingkat Perkembangan Riwayat Keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai
lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian
serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan
kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
4. Aktivitas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga
(Friedman, 1998:9).
5. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita
stroke fase rehabilitasi.

20
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
6. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien
stroke.
c. Struktur Peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang
menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor
tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan

21
hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi
labil dan mudah stress.
c. Fungsi Kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
8. Pola Istirahat Tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang
mengalami masalah yang belum terselesaikan.
9. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut
sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah ditemukan
masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
10. Koping Keluarga
11. Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota
keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut APD Salvari, (20013) Diagnosa  keperawatan adalah pernyataan
yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi
potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi
dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi

22
dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa  keperawatan meliputi sebagai berikut :
a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami oleh keluarga aatau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
kepada lima tugas keluarga yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor  yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan
persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3) Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik
finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan
psikologis).
c. Symtom
Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.

23
2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul.
Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan
dicapai melalui segala upaya, dimana masalah (Problem) digunakan
untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang
akan dilakukan, dimana penyebab (Etiologi) digunakan untuk
merumuskan tujuan (TUK).
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah.

24
d. Menentukan kriteria dan standart criteria
Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedanhgkan standart menunjukkan
tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa
perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu
kepada 3 hal, yaitu :
1) Pengetahuan (Kognitif)Intervensi
Ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan
saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
2) Sikap (Afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon
emosional, sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah
yang dihadapi
3) Tindakan (Psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam
perubahan perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien
sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan ke arah
perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatn keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.

25
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan, system penulisan evaluasi formatif
ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan system
SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk
catatan naratif atau laporan ringkasan.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
1. DATA UMUM
A. DATA DEMOGRAFI
Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Ny. MH
2. Umur : 69 Tahun
3. Status : Menikah
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Pendidikan : SLTA/Sederajat
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. Kenanga SP2 RT 003/RW 002 Kelurahan Mariyai
Kecamatan Mariat Kabupaten Sorong

27
RT : 003 RW : 002
KELURAH : MARIYAI KECAM : MARIAT
AN ATAN
KOTA/KA : SORONG PROVIN : PAPUA BARAT ANGGOTA
B SI KELUARGA
NAMA KK : MARYAM HAROTA 1 2
NIK : 9201075106520001 NAMA WARGA : Maryam Intan C
H
No. : 0813-4347-2989 UMUR : 69 Tahun 25
WA/HP Tahun
ALAMAT : JL.KENANGA
No Pertanyaan 0=Tdk/1= 0=Tdk/1
Ya =Ya
Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki riwayat melakukan perjalanan domestik/internasional 0 0
1
dalam 14 hari terakhir
2 Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah bertemu dengan turis asing dalam 14 hari terakhir 0 0
Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki riwayat kontak dengan orang rumah (misalnya 1 1
3
berjabat tangan, mengobrol lama, berada satu ruangan)
Apakah saat ini Bapak/Ibu/Saudara mengalami demam (Apabila jawaban YA, lakukan 0 0
4
pemeriksaan)
5 Apakah Bapak/Ibu/Saudara ada gejala batuk (Apabila jawaban YA, lakukan pemeriksaan) 0 0
6 Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasakan nyeri di tenggorokan 0 0
7 Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai riwayat atau saat ini sedang merasakan sesak napas 0 0

28
(Apabila jawaban YA, lakukan pemeriksaan)
8 Apakah Bapak/Ibu/Saudara sedang batuk/pilek 0 0
9 Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki riwayat penyakit sebagai berikut :
a. Diabetes Mellitus (Kencing manis) 0 0
b. Hipertensi (darah tinggi) 1 0
c. Jantung 0 0
d. Ginjal 0 0
e. Penyakit Paru/Asma 0 0
10 Apakah saat ini sedang hamil (Apabila jawaban YA, lakukan pemeriksaan pada ibu hamil) 0 0
Apakah ada anggota keluarga yang menyusui saat pandemi ini (Apabila jawaban YA, 0 0
11
lakukan pemeriksaan pada ibu nifas)
12 Apakah saudara mengetahui cara menyusui bayi di masa pandemi covid-19 0 0
13 Apakah saudara (ibu hamil) melakukan pemeriksaan secara online (Daring/WA) 0 0
14 Apakah Bapak/Ibu/Saudara bertempat tinggal di area kabupaten/kota zona merah 0 0
15 Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah kontak dengan penderita covid-19 0 0
16 Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah menerima tamu di rumah dari luar kota / zona merah 0 0
17 Apakah Bapak/Ibu/Saudara tahu tata cara prosedur pencegahan covid-19 1 1
Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah mengunjungi orang sakit di Rumah Sakit dalam kurun 0 0
18
waktu 14 hari terakhir
Apakah di depan rumah Bapak/Ibu/Saudara menyediakan fasilitas cuci tangan dengan air 1 1
19
mengalir yang dilengkapi sabun didepan rumah
20 Dalam meelakukan cuci tangan, apakah Bapak/Ibu/Saudara melakukan dengan 6 langkah 0 0
21 Apakah Bapak/Ibu/Saudara memiliki APD (masker) 1 1
22 Apakah Bapak/Ibu/Saudara selalu memakai APD (masker) ketika beraktifitas di luar rumah 1 1
23 Apakah Bapak/Ibu/Saudara memahami tentang penyakit covid-19
a. Pengertian 1 1

29
b. Penyebab 0 0
c. Cara Penularan 1 1
d. Pencegahan 1 1
Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengkonsumsi makanan yang lebih baik (gizi seimbang) pada 1 1
24
masa covid-19
25 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju dengan pengucilan penderita covid-19 0 0
Apakah Bapak/Ibu/Saudara berjemur setiap pagi hari (jam 09.00 – 10.00 WIT) selama 1 1
26
pandemi covid-19
Apakah Bapak/Ibu/Saudara ketika mengalami keluhan gigi melakukan pemeriksaan ke 1 1
27
saranan pelayanan kesehatan atau berupaya melakukan pengobatan mandiri
Apakah Bapak/Ibu/Saudara masih melakukan pertemuan dengan teman/tetangga/saudara 0 0
28
dalam perkumpulan yang lebih dari 10 orang
DATA PEMERIKSAAN FISIK UMUM
BAIK BAIK
CM CM
Keadaan Umum :
140/90m 120/80m
Kesadaran :
mHg mHg
Tekanan Darah :
80x/menit 74x/men
Nadi :
36,5oC it
Suhu :
18x/menit 36,7ºC
Pernapasan :
22x/men
it

30
31
No Nama Umur JK Pekerjaan Status Pendidi Gol
kan Darah
1 Ny. 69 thn PR IRT Istri SLTA Belum
MH periksa

2 Ny. IC 26 thn PR Mahasiswa Anak SLTA Belum


periksa

Anggota Keluarga

Genogram Keluarga

Ny. MH Tn. RR
69 thn 69 thn

Ny. IC
26 thn

Keterangan:
: Garis Perkawinan
---------------- : Garis Keturunan
: Perempuan
: Laki – Laki Meninggal

32
1. Suku dan Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Ambon atau Indonesia kebudyaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Indonesia.
2. Agama
Ny. MH beragama Islam beserta dengan anaknya, setiap hari Ny. MH
melaksanakan ibadah 5 waktu bersama anaknya.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b) Nadi : 80x/menit
c) Suhu : 36,5oC
d) Respirasi : 18x/menit
e) Kepala : Simetris, berambut bersih berwarna hitam, muka
tidak pucat.
f) Mata : konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat
gambaran tipis pembuluh darah
g) Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan
vesikuler
h) Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomalitis
i) Telinga : pendengaran normal, tidak ada keluar cairan
dari telinga
j) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan
vene jugularis
k) Dada : simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal
feminus dada kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada
semua lapang paru, suara jantung pekak, suara nafas vesikuler
l) Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan,
terdengar suara tympani, tidak ada nyeri tekan.
m) Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
n) Eliminasi : BAB biasanya1x perhari, BAK 4-5 kali/hari
4.

33
II. PRIORITAS MASALAH
1. Susunan prioritas masalah
Kemungkina Potensi
Sifat
n Masalah Masala Menonjolny
No Masalah Masala Total
untuk h untuk a Masalah
h
Diubah Dicegah
1. Ibu memiliki Riwayat 1 1 2 1 1
3
3 2 6
tekanan darah tinggi
2. Keluarga belum paham 2 2 1 1 1
3
3 3 2 2
teknik cuci tangan 6
langkah

Keterangan Nilai:
 1 = Sangat Rendah
 2 = Rendah
 3 = Cukup
 4 = Tinggi
 5 = Sangat Tinggi

Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah diatas, maka dapat disimpulkan urutan
prioritas masalah sebagai berikut:
a. Keluarga belum paham teknik cuci tangan 6 langkah
b. Ibu memiliki Riwayat tekanan darah tinggi

34
2. Analisa Data
No Data Subjektif Masalah Penyebab
1 DS Kurang kurang informasi
- Ny. MH mengatakan memahami cuci
belum mengetahui cara tangan 6 langkah
mencuci tangan 6 langkah
DO
klien kooperatif dan
konsentrasi baik

2 DS : Kurang Kurang informasi


- Ny. MH mengatakan : - pemahaman
kurang mengetahui tentang mengenai resiko
hipertensi terpaparnya
- DO : Klien kooperatif, covid-19
konsentrasi terhadap
penderita
hipertensi

35
III. INTERVENSI

Diagnosa keperawatan tujuan intervensi rasional


keluarga
1. Kurang memahami cuci 1. Setelah melakukan 1. 1 Mencuci tangan adalah teknik
tangan 6 langkah kunjungan rumah Teknik 6 langkah pengontrolan dan pencegahan
2. Kurang diharapkan keluarga dengan media infeksi bekteri
pemahaman dapat mengerti leaflet dan video 2 menambah pengetahuan
mengenai resiko tentang cara cuci 2. tentang pencegahan dan
terpaparnya tangan 6 langkah tentang kurang pengendalian hipertensi
covid-19 terhadap 2. Setelah melakukan pemahaman
penderita kunjungan rumah mengenai resiko
hipertensi diharapkan keluarga terpaparnya covid
dapat mengerti 19 terhadap
tentang resiko penderita
terpaparnya covid- hipertensi
19 terhadap
penderita hipertensi

36
IV. IMPLEMENTASI

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Implementasi


1. Kurangnya memahami Setelah melakukan kunjungan rumah Membuat leaflet, video dan memberikan
mencuci tangan 6 langkah diharapkan keluarga dapat mengerti penyuluhan serta mendemonstrasikan teknik cuci
tentang cra cuci tangan 6 langkah tangan 6 langkah pada keluarga

2. Kurang pemahaman Setelah melakukan kunjungan rumah Memberikan leafleat Memberikan Penyuluhan
mengenai resiko diharapkan keluarga dapat mengerti kepada keluarga tentang pemahaman resiko
terpaparnya covid-19 tentang resiko terpaparnya covid-19 terpaparnya covid-19 terhadap penderita
terhadap penderita terhadap penderita hipertensi hipertensi
hipertensi

37
V. EVALUASI
Tanggal 16 Februari 2021, Jam : 10.30 WIT
1. Keluarga menerima dan bersedia dilakukan wawancara oleh mahasiswa KKL
Terpadu Poltekkes Kemenkes Sorong.
2. Keluarga telah paham dan dapat mengulang kembali terkait teknik cuci tangan
6 langkah
3. Ibu telah paham terkait masalah resiko terpaparnya covid-19 terhadap
penderita hipertensi

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Tanggal 16 februari 2021 jam 10.45 WIT penulis telah melakukan


kunjungan rumah pada keluarga Ny. MH. Penulis melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada keluarga Ny. MH yang diawali dengan melakukan pengkajian
data subyektif dan obyektif, menentukan diagnosa dari masalah yang dihadapi
keluarga Ny. MH, menetukan prioritas dari masalah tersebut dan merencanakan
asuhan yang tepat pada kelauraga Ny. MH.
Pada tanggal 16 Februari 2021 jam 10.45 WIT penulis melakukan
kunjungan rumah yang kedua kalinya untuk melakukan implementasi dari rencana
asuhan yang telah di tentukan. Setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas
kepada keluarga Ny. MH terdapat 2 hal yang menjadi permasalahan penting yang
mereka alami, permasalahan tersebut meliputi
1. Belum memahami teknik 6 langkah cuci tangan yang baik dan benar
2. Ibu memiliki resiko terpaparnya covid-19 terhadap penderita hipertensi
Dari ketiga permasalahan tersebut yang menjadi prioritas utama dalam
Keperawatan adalah Belum memahami teknik 6 langkah cuci tangan dan ibu
memiliki resiko terpaparnya covid-19 terhadap penderita hipertensi. Penulis
telah melakukan asuhan sesuai dengan ke dua masalah tersebut dan melakukan
evaluasi.

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
hipertensi pada Ny. MH di wilayah kerja Puskesmas Mariat, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ibu dan keluarga Belum adanya pemahaman terkait teknik cuci tangan 6
langkah yang baik dan benar
2. Ibu memiliki riwayat penyakit turunan yaitu Tekanan Darah Tinggi
Dari dua permasalahan yang ada, penulis melakukan analisa untuk
menentukan prioritas masalah. Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun
berdasarkan keadaan yang dialami oleh keluarga Ny. ”MH” diberikan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan teori. Implementasi yang dilakukan pada
keluarga berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran
1. Mahasiswa
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas pada
Keluarga Ny. I diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan potensi serta
pengetahuannya dalam memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan
masalah yang dihadapi tiap keluarga.
2. Keluarga
Dengan memberikan asuhan yang tepat diharapkan keluarga yang
dibina mengatasi masalah yang dihadapinya serta dapat meningkatkan
status kesehatan keluarga tersebut.

40
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta. CV. Sagung Seto.
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).
Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Ranomut Kota Manado.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta. TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta: Graha Ilmu

41
LEMBAR KONSULTASI
Tanggal Perbaikan Saran Pembimbing Paraf

42

Anda mungkin juga menyukai