DI SUSUN OLEH
ZARIFA ISRA'
NIM. PO7124418040
2021
LEMBARAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mahasiswa
Zarifa Isra
P07124418040
Mengetahui
Ka. Prodi D-IV Kebidanan
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan laporan kegiatan Praktik Kebidanan
Komunitas Komprehensif 1 di Desa Jantho Baru Kecamatan Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas akademik
sebagai bukti Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas Komprehensif 1 yang
diadakan selama hari mulai tanggal 07 September s.d 4 Oktober 2018. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kegiatan Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas Komprehensif 1 .
Penulis banyak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak T. Iskandar Faisal, S.Kp, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Aceh
2. Bapak Ir. Mawardi selaku Bupati Aceh Besar.
3. Bapak Azhar, Sos selaku camat kecamatan Jantho.
4. Ibu Fitriany S.SiT, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Aceh.
5. Ibu Adri Idiana S.SiT, MPH selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Banda Aceh
6. Ibu Hj. Yarlina, SKM selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Jantho Kabupaten
Aceh Besar.
7. Ibu selaku Kepala Desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh
Besar.
8. Ibu Nova Mardiana, Amd.Keb selaku bidan Desa Jantho Baru Kecamatan Kota
Jantho Kabupaten Aceh Besar.
9. Ibu Isnaini Putri, S.SiT, M.Kes, Ibu Eva Purwita, SST, M. Kes, Ibu Hj. Rahmi,
SKM, M. Kes, Ibu Satrinawati, S. SiT, M. Kes, Ph.D, Ibu Gustiana, SsiT,
M.Kes, Ibu Cut Yuniwati, SKM, M. Kes selaku pembimbing dilahan praktek.
10. Tokoh masyarakat dan masyarakat desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar.
11. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat
Dalam penulisan dan kegiatan yang tertera dalam laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ........................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................. iv
Daftar Lampiran................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................. 4
BAB II HASIL KEGIATAN
A. Data Geografi..........................................................................
B. Data Demografi......................................................................
C. Hasil Pendataan......................................................................
D. Skoring....................................................................................
E. Analisa Data...........................................................................
F. Analisa Kasus..........................................................................
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 42% kematian bayi
baru lahir disebabkan oleh berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas,
tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, dan infeksi gastrointestinal. Penyebab
kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri.
Sebanyak 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan
imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk
menghapus kantong kantong wilayah dimana banyak anakbanak tidak terlindungi
dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk bekerja lebih intensif bersama
mencapai target cakupan imunisasi. Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013,
1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa
menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019.
Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu
ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional, kita
mengharapkan target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir
tahun 2015.
Asi merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling
sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan untuk
memerangi penyakit. Dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting,
Karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan morbiditas dan
mortalitas, mengurangi risiko penyakkit kronis, dan mensorong perkembangan yang
lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberian ASI yang optimal yaitu
saat anak berusia 0-23 bulan sangat penting karena dapat menyelamatkan nyawa
lebih dari 820.000 anak dibawah usia 5 than setiap tahun (WHO,2020).
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi
dan ibu. Manfaat diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi gestrasional baik
dinegara berkembang dan di Negara industry. Menyusui meningkatkan kecerdasan,
kehadiran disekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika
kehidupan dewasa ( Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar pada
tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pendidikan kesehatan tentang imunisasi pada bayi dan
B. Manfaat
1. Bagi Keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan yang baru kepada
keluarga binaan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
2. Bagi Masyarakat
a. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program
intervensi yang dilakukan oleh masyarakat
b. Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan
anak.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengalaman dan pengajaran untuk mahasiswa dalam
TINJAUAN TEORI
1. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang untuk
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio) (Hidayat, 2008). Imunisasi merupakan salah satu cara
pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak
masih bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa (Kemenkes RI,
2016).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila terpapar pada penyakit tersebut tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al, 2011).Vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkkan
kedalam tubuh melalui suntikan ataupun melalui oral. Imunisasi yang
diberikan pada bayi yang berumur 0-11 bulan meliputi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis dan campak. Idealnya bayi harus mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 Kali, Hepatitis 3
kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar
lengkap bayi dapat dinilai dari status imunisasi campak yang dilakukan
paling akhir setelah keempat imunisasi dasar bayi yang lain diberikan
(Hidayat, 2012).
Cakupan adalah suatu pengukuran, biasanya dinyatakan dalam persentase
terhadap semua orang atau rumah tangga yang memperoleh pelayanan
dibandingkan dengan total orang atau rumah tangga yang seharusnya
mendapatkannya, misalnya persentase bayi yang mendapat imunisasi
lengkap DPT (Hadianti, 2014).
Dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak. Imunisasi telah
terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat
penting (Hartati dkk, 2019). Sebagai upaya persiapan dan perbaikan
kualitas manusia dimasa depan, pemberian imunisasi di lakukan mulai
dari imunisasi dasar, lanjutan dan ulangan. Imunisasi juga merupakan
bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka
kematian bayi dan balita (Ariyani, 2019).
b. Tujuan Imunisasi
5) Zat Besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16- 22
gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari
pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga
memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk
setidaknya 4-6 bulan. meskipun jumlah zat besi yang terkandung
dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung dalam susu formula,
bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi. 70% zat besi
dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat
diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan rangkaian
interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu sapi
segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan
kecil di usus.
6) Seng
Defisiensi mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan
bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat
pada susu formula dibanding ASI, bioavalabilirasnya lebih besar pada
ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar seng
dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula,
bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali
lebih banyak daripada ASI.
7) Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI
karena perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula
bayi yang berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki kandungan
fosfor lebih tingi dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko
tetanus pada neonatus.
8) Mineral
9) ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih
rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium
terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi
bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa
kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga
menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal
neonatus dari pada susu pengganti ASI (Prasetyo, 2016).
2. Manfaat Asi
1. Bagi bayi
a) mengandung komposisi yang tepat ASI Berbagai bahan makanan
yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan
cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6
bulan pertama (Kristiyansari, 2017).
b) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi Lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel
otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan
tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel
saraf otak (Kristiyansari, 2017).
c) Mengandung zat protektif Bayi yang mendapat ASI lebih jarang
menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI (Sunardi,
2015).
d) Lactobasillus bifidus Laktobasillus bifidus berfungsi mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung
faktor ini (Sunardi, 2008).
e) Lactoferin
Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan
mengikat zat besi, maka Lactoferin bermanfaat menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu staphylococus, E.coli, dan
Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya bakteri tersebut, lactoferin dapat pula menghambat
pertumbuhan jamur Candida (Sunardi, 2015). f) Lizozim
Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida dan
askorbat untuk menyerang bakteri E.coli dan sebagian keluarga
salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa kali lebih tinggi
dibanding susu sapi. Keunikan lizozim lainnya adalah bila faktor
protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut ASI, maka lizozim justru
meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan
keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan
padat dan lizozim merupkan faktor protektif terhadap kemungkinan
serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini
(Sunardi, 2015).
g) Komponen C3 dan C4
Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai
daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan
oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI (Sunardi, 2015). h)
Faktor antistreptococus Dalam ASI terdapat faktor antistreptococus
yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptococus (Sunardi,
2015).
i) Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay terbukti
bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobin yaitu IgA
sekretorik (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin
tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat
bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam
dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada
mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus
masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI
terdapat bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah
bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI
selain antibodi terdapat E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi
terhadap Salmonella typhi, Shigella, dan antibodi terhadap virus
seperti rotavirus, polio dan campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi
dalam kolostrum yang kemudian turun pada minggu pertama dan
bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga didapatkan antigen
terhadap Helicobacter jejuni penyabab diare. Kadarnya dalam
kolostum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian
menetap selama menyusui (Sunardi, 2015).
j) Imunitas seluler ASI yang mengandung sel-sel.
Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa makrofag yang
berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,
membentuk C3 dan C4, lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri
dari limfosit B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira
5000/ml setara dengan angka leukosit darah tepi tetapi komposisinya
berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa
polimorfonuklear dan mononuklear. Dengan meningkatnya volume
ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian
kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi
faktor-faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA,
lactoferin, lizozim dan sel seperti makrofag,
neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI
matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi
faktor anti infeksi dalam ASI (Sunardi, 2015).
k) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang
ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi
(Sunardi, 2015).
l) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak
kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan
bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang
yang besar dengan memberikan susu formula tetapi menyusui sendiri
akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto infra
merah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu
yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2017). Interaksi yang timbul
waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman
bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar
kepercayaan pada bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat
mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada
diri sendiri (Sunardi, 2015). Mengurangi kejadian karies dentis dan
maloklusi
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI karena kebiasaan
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada
anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan
mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab
maloklusi rahang adalah lidah yang mendorong ke depan akibat
menyusu dengan botol dan dot (Sunardi, 2015).
Menyebabkan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapatkan ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI
dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama
kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan.
Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak
dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang
dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya
sedikit (Sunardi, 2015).
2. Bagi Ibu
a) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid
dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui (Kristiyansari,
2017).
b) Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan
yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi
bekerja untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda
kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban
sendiri juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan
penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat
persalinan (Suryoprajogo, 2016). c) Aspek psikologis Keuntungan
menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Ibu
akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia (Sunardi, 2015).
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Gambaran Umum Lokasi Desa
1. Data Geografi
Desa : Jantho Baru
Kecamatan : Kota Jantho
Kabupaten : Aceh Besar
Provinsi : Aceh
Luas Gampong : 4375 hg
Jumlah Dusun : 5 Dusun
Batas – Batas wilayah Gampong :
Sebelah utara : Bukit Meusara
Sebelah Selatan : Bukit Barisan
Sebelah Timur : Gampong Bueng
Sebelah Barat : Gampong Tereubeh
2. Data Demografi
a. Jumlah KK desa : 350 KK
b. Jumlah KK Binaan : 30 KK
c. Jumlah Anggota Keluarga : 1.220 orang
d. Jumlah Laki-laki : 561 orang
e. Jumlah Perempuan : 659 orang
f. Jumlah PUS : 199 pasangan
g. Jumlah WUS : 357 orang
h. Jumlah Balita : 142 orang
i. Jumlah Lansia : 244 orang
Perempuan : 130 orang
Laki-laki : 114 orang
j. Jumlah KB Aktif : 140 orang
k. Jumlah Ibu Hamil : 6 orang
l. Jumlah Ibu Nifas : 5 orang
B. Hasil Pendataan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Di Gampong
Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2020
Laki-Laki Perempuan F %
F % F %
115
Jumlah
No Penggunaan Buku KIA
F %
1 Ada 1 100%
2 Tidak - -
Total 1 100%
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Ibu Hamil yang memiliki Buku KIA di Desa
Jantho Baru yaitu 1 orang (100 %).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC di Gampong Jantho Baru
Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Kunjungan ANC
F %
1 K1 0 0%
2 K2 1 100 %
Total 1 100%
Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa terdapat 1 orang ibu hamil, dan ibu hamil
tersebut telah melakukan kunjungan ANC lengkap.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Ibu Hamil di Gampong Jantho
Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Tekanan Darah F %
1 Normal (120/80 mmHg) 1 1%
2 Hipertensi (140/90 mmHg) 0 0%
3 Hipotensi (<120/80 mmHg) 0 0%
Total 1 100%
Berdasarkan table 10 didapatkan bahwa 1 ibu hamil dengan tekanan darah normal
(100%)
Jumlah
No Jarak Kehamilan
F %
1 < 2 Tahun 0 0%
2 ≥ 2 Tahun 1 100%
Total 1 100%
Berdasarkan tabel 11 didapatkan dari 1 orang ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih
dari 2 tahun (100%).
Tabel 14. Distribusi Riwayat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Gampong Sumbok
Rayeuk Kecamatan Nibong Tahun 2020
Jumlah
No Riwayat IMD F %
1 IMD 10 66,6%
2 Tidak IMD 5 33.3%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 14 didapatkan 15 orang anak, yang tidak mendapatkan Inisiasi
Menyusu Dini hanya 5 orang (33,3%)
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Gampong Jantho
Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Riwayat ASI Ekslusif F %
1 ASI Ekslusif 9 60%
2 Tidak ASI Ekslusif 6 40%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 15 didapatkan dari 15 orang bayi , sebanyak 9 orang (60%)
mendapatkan ASI Ekslusif
No Imunisasi Jumlah
F %
1 Lengkap 4 26,6%
2 Tidak Lengkap 5 33,3%
3 Tidak Imunisasi 6 40%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 17 didapatkan bayi dan balita yang mendapatkan imunisasi
lengkap sebanyak 4 orang (26,6%).
C. SKORING
DATA MASALAH
60% ibu melakukan imunisasi kepada Ibu yang memiliki bayi dan balita yang tidak
bayinya 40% ibu tidak melakukan dilakukan imunisasi secara lengkap
imunisasi kepada bayinya, 27% ibu
melakukan imunisasi secara lengkap
dan 33% ibu tidak melakukan
imunisasi secara lengkap.
5 JUMLAH 2 2/3
DATA MASALAH
60% bayi dan balita mendapatkan Asi Ibu yang memiliki bayi dan balita yang tidak
Ekslusif dan 40% bayi dan balita tidak mendapatkan Asi Ekslusif.
mendapatkan Asi Eklusif.
4 Menonjolnya 0/2x1=0
masalah
Bayi mengalami sakit dan
Masalah tidak menurunnya status gizi
perlu di tangani
(1)
2,3
C. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 4 oktober 2021 yang dilakukan di
Gampong Jantho Baru kecamatam Jantho Kabupaten Aceh Besar didapatkan beberapa
masalah tentang kesehatan ibu dan anak, antara lain yaitu:
1. Imunisasi
2. Asi Eksklusif
No Masalah Scoring
1 Imunisasi 2 2/3
SOAP IMUNISASI
Kunjungan Pertama
Tanggal :21-09-2021
Jam :16.30
Tempat : Dusun
S: Ibu berusia 25 tahun mengatakan mempunyai 1 orang anak berusia 9 bulan. Ibu
mengatakan anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak diizinkan oleh ayah nya
untuk melakukan imunisasi
BB : 6,8 kg
RR : 50x/i
T : 36,5°C
P:
Kunjungan kedua
Tanggal: 24-09-2021
Jam: 17.00
Tempat: Dusun 5
BB : 6,8 kg
RR : 50x/i
T : 36,5°C
P:
Kunjungan pertama
Tanggal : 21-09-2021
Jam : 16.30
Tempat: Dusun 5
S : ibu berusia 29 tahun mengatakan mempunyai 1 orang anak berusia 9 bulan. Ibu
mengatakan anaknya tidak mendapatkan asi eksklusif karena bayi nya rewel, bayi nya di
berikan makanan tambahan sejak berumur 3 bulan.
O:
K/U: Baik
RR: 45x/m
T: 36,5°C
BB: 8,5 kg
PB:
A : Bayi dengan riwayat tidak mendapatkan asi eksklusif. Keadaan bayi baik
P:
Kunjungan kedua
Asi eksklusif
Tanggal: 24-09-2021
Jam: 17.00
Tempat:
S: ibu R mengatakan untuk kedepannya tidak memberikan makanan lain selain Asi untuk
bayi nya
O:
BB: 8,5 kg
RR: 39x/m
T: 36,5°c
A: Bayi berusia 9 bulan dengan riwayat tidak asi eksklusif. Keadaan bayi baik.
P:
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil Pendataan yang didapatkan di Gampong Jantho Baru Kecamatan Jantho
Kabupaten Aceh Besar pada KK Binaan didapatkan 15 orang bayi dan balita. Frekuensi
pemberian imunisasi pada bayi dan balita di dapatkan sebanyak 4 orang (26,6%) bayi balita
mendapatkan imunisasi, sedangkan 5 orang (33,3%) bayi balita tidak mendapatkan imunisasi
lengkap dan 6 orang (40%) bayi balita tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Setelah
dilakukan pendataan pada balita usia 9 bulan didapatkan alasan mengapa ibu tidak melakukan
imunisasi pada anaknya. Ibu tidak memberikan imunisasi kepada anaknya dikarenakan
adanya isu-isu mengenai imunisasi haram serta suaminya tidak mengizinkan anaknya
untuk di imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau sudah dimatikan. Imunisasi adalah proses memberikan sesuatu zat (vaksin)
untuk menjadi imun bagi tubuh Sedangkan vaksin adalah produk biologi yang berasal dari
virus, bakteri atau kombinasi keduanya yang dilemahkan (Hardianti, DN, dkk, 2015).
Manfaat vaksin untuk merangsang munculnya kekebalan tubuh yang dapat mencegah dari
infeksi penyakit tertentu dalam tubuh. Sedangkan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit,
dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau sudah
dimatikan. Imunisasi adalah proses memberikan sesuatu zat (vaksin) untuk menjadi imun
bagi tubuh. Sedangkan vaksin adalah produk biologi yang berasal dari virus, bakteri atau
kombinasi keduanya yang dilemahkan (Hardianti, DN, dkk, 2015).
Manfaat vaksin untuk merangsang munculnya kekebalan tubuh yang dapat mencegah dari
infeksi penyakit tertentu dalam tubuh. Sedangkan imunisasi memberikan perlindungan
kekebalan terhadap penyakit secara spesifik sesuai vaksin yang diberikan (Hardianti, DN,
dkk, 2015).
Hasil Penelitian yang di lakukan oleh Vivi Triana (2015) dengan judul "Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2015"
didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tinggi hampir sama banyak dengan ibu
yang memiliki pengetahuan rendah, akan tetapi masih terdapat sedikit perbedaan yaitu ibu
yang memiliki pengetahuan tinggi 4,75% lebih baanyak dari pada ibu yang memilki
pengetahuan rendah. Orang tua yang memiliki pengetahuan rendah berisiko 2,02 kali lebih
besar tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki
pe- ngetahuan tinggi.
Orang tua/ ibu dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi maka mereka akan memberikan
imunisasi dasar yang lengkap pada banyinya serta memperhatikan kapan waktu yang tepat
untukmemberikan imunisasi tersebut. Begitu juga sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan
rendah maka mereka tidak akan mengetahu apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya
terutama masalah imunisasi. Oleh karena itu tindakan yang dapat dilakukan untuk mening-
katkan pengetahuan orang tua adalah me- ngupayakan agar terlaksananya penyuluhan rutin
kepada masyarakat terutama ibu yang memiliki bayi, penyuluhan ini dapat dilaksanakan di
Puskesmas, Posyandu baik secara individu maupun kelompok. Penyuluhan juga dapat
dilakuan dengan penyebarab leaflet/poster ataupun media sosial.(Vivi Triana (2015)
Menurut Sulistiyani Pratiwi (2017) Penolakan terhadap imunisasi dasar lengkap juga
dikarenakan kesalahpahaman terhadap informasi tentang imunisasi yang mereka dapatkan.
Menurut subjek penelitian vaksin yang digunakan haram karena mengandung babi. Menurut
dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSI, Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan
dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio dan
meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 -
20 tahun lalu, ketika panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi
untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin
tersebut dicuci dan dibersihkan total, sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak
mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin
itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya
Untuk mengatasi hal tersebut, diberikan pendidikan kesehatan pada KK binaan yaitu tentang
Imunisasi, mfaat imunisasian, jenis-jenis imunisasi Setelah penulis melakukan intervensi
kunjungan rumah 3 kali ibu memajami manfaat imunisasi dan akan berdiskusi dengan suami
terlebih dahulu.
ASI EKSLUSIF
A. ASI Eksklusif
Hasil pengumpulan data yang penulis lakukan pada keluarga Binaan Desa Jantho baru
Kecamatan Jantho Kabupaten Besar pada tanggal 7 s/d 4 Oktober 2021 terdapat 6 orang
(45,4%) riwayat bayi yang tidak ASI Eksklusif kemudian diambil 1 orang yang akan
dijadikan keluarga binaan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
dan ibu merasa bayinya tidak puas apabila diberikan ASI saja. Ibu merasa anaknya tidak
kenyang hanya dengan pemberian ASI saja karena anaknya yang sering menangis.
Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
ASI diberikan sesering mungkin tanpa dijadwal sampai bayi usia 6 bulan. Telah terbukti
bahwa ASI saja tanpa ditambah apa pun, telah memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
(Kemenkes RI, 2010).
Hasil anamnesa, ibu mengatakan telah memberikan susu formula pada bayinya sejak usia
bayi 3 hari. Ibu tidak mengetahui bahwa penting pemberian asi ekslusif. Sehingga penulis
memberikan konseling tentang asi ekslusif.
Penelitian Giri et al. (2013) menyebutkan bahwa ada kecenderungan ibu yang memberikan
ASI eksklusif, mempunyai balita dengan status gizi lebih baik daripada ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif akan memberikan perlindungan pada bayi dan
memperkecil risiko terhadap berbagai penyakit antara lain diare, ISPA, dan penyakit alergi.
ASI eksklusif menjadikan perkembangan fisik, mental, dan emosional bayi akan lebih
optimal. Pemberian ASI eksklusif pada masa bayi juga terbukti memiliki dampak jangka
panjang, misalnya pada penurunan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada masa
dewasa (Kemenkes RI, 2010).
ASI (Air Susu Ibu), merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi, ASI tak dapat
digantikan oleh makanan ataupun minuman manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang
paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. ASI
Eksklusif hanya memberikan ASI saja tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula,
jeruk, madu, air putih maupun makanan lain sampai usia 6 bulan.
ASI (Air Susu Ibu), merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi, ASI tak dapat
digantikan oleh makanan ataupun minuman manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang
paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Eveline
dan Nanang, 2010). Banyak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya
dikarenakan ibu mengatakan tidak banyak keluar ASI, Ibu merasa anaknya tidak kenyang
hanya dengan pemberian ASI saja, dan kondisi ibu yang bekerja di luar rumah. Sebagian
masyarakat Desa Sua Bakong kurang mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif sendiri.
BAB V
Penutup
1. KESIMPULAN
a. Imunisasi
Berdasarkan pendataan Keluarga binaan yang telah dilakukan pada penduduk di
Gampong Jantho baru kecamatan kota Jantho Kabupaten Aceh Besar yang
berjumlah 30 KK didapatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan munisasi.
Kunjungan rumah binaan pada bayi dengan masalah tidak imunisasi dilakukan
pada tanggal 21 September 2021, didapatkan bayi usia 9 bulan tidak diberikan
imunisasi karena ibu mengatakan tidak diizinkan oleh suami, kemudian diberikan
konseling tentang pentingnya imunisasi dan dampak kalau tidak dilakukan
imunisasi, Kunjungan kedua pada tanggal 24 September 2021, mengevaluasi
kembali tentang Imunisasi, ibu mengerti apa yang sebelumnya telah disampaikan ,
dan ibu mau imunisasi lanjut anaknya.
b. Asi Eksklusif
Kunjungan rumah binaan pada bayi riwayat tidak Asi eksklusif pada tanggal 21
September 2021, kemudian diberikan konseling tentang Asi Eksklusif, manfaat
KB, dan pentingnya Asi eksklusif. Kunjungan kedua pada tanggal 24 September
2021, mengevaluasi kembali tentang konseling Asi eksklusif yang telah diberikan,
ibu mengerti apa yang sebelumnya telah disampaikan , dan ibu mau kedepannya
untuk melakukan Asi eksklusif.
2. Saran
a. Bagi Keluarga
b. Diharapkan pada keluarga dapat lebih produktif dalam meningkatkan kesehatan
dan pengetahuan yang baru kepada keluarga binaan sesuai dengan masalah yang
di temukan.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan pada masyarakat dapat lebih proaktif dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat dengan merubah pola pikir yang salah
d. Bagi Institusi
Diharapkan institusi dapat mengadakan program praktek kebidanan komunitas I
dengan lebih baik kedepannya karena program ini sangat membantu mahasiswa
dalam belajar secara nyata bagaimana menghadapi masyarakat secara langsung.
Praktik kebidanan kominitas juga membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan
ilmu kebidanan di masyarakat secara umum.
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Badan Pusat Statistik (BPS]. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Umbulharjo 2016: Badan
Pusat Statistik Kota Yogyakarta.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi; 2017
Kementrian Kesehatan RI 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan. indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Ankas,A Rubella Dan Rubeola 2015, [Online] makalah rubella dan Tersedia: rubeola.
[2https://www.academia.edu/17640009/si April 2019].
Dhananjaya dan Arya, J. 2012: Pernafasan (Bronchitis), diakses tanggal 2 Mei 2016, dari
avoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html.
Sahroni RZ, Hubangan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga degan Kejadian ISPA pada
Balita di Puskesmas Ajung Kabupaten Jember: Universitas Jember 2012.
Kathpalia. S. 2018. Awareness About Contraceptives. Their Benefits And Side Effects Among
Indian Armed Forces Married Individuals. EC gynaecology. Vol 7(4): 126.
Kementrian Kesehatan RI 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan. indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Kathpalia, S. 2018. Awareness About Contraceptives. Their Benefits And Side Effects Among
Indian Armed Forces Married Individuals. EC gynaecology. Vol 7(4): 126.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009: 523-529.