Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

KOMPREHENSIF PADA KELUARGA BINAAN DI DESA JANTHO BARU


KECAMATAN KOTA JANTHO

DI SUSUN OLEH

ZARIFA ISRA'

NIM. PO7124418040

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D IV KEBIDANAN BANDA ACEH

2021
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas Komprehensif Pada Keluarga


binaan di di desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2021.

Disusun oleh :

Mahasiswa
Zarifa Isra
P07124418040

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Praktik Kebidanan Komprehensif Prodi D-IV Kebidanan


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh.

1. Gustiana, SSiT, M. Kes ………….....

Mengetahui
Ka. Prodi D-IV Kebidanan

AdriIdiana, S,SiT, MPH


NIP. 197010211994032002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan laporan kegiatan Praktik Kebidanan
Komunitas Komprehensif 1 di Desa Jantho Baru Kecamatan Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas akademik
sebagai bukti Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas Komprehensif 1 yang
diadakan selama hari mulai tanggal 07 September s.d 4 Oktober 2018. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kegiatan Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas Komprehensif 1 .
Penulis banyak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak T. Iskandar Faisal, S.Kp, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Aceh
2. Bapak Ir. Mawardi selaku Bupati Aceh Besar.
3. Bapak Azhar, Sos selaku camat kecamatan Jantho.
4. Ibu Fitriany S.SiT, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Aceh.
5. Ibu Adri Idiana S.SiT, MPH selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Banda Aceh
6. Ibu Hj. Yarlina, SKM selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Jantho Kabupaten
Aceh Besar.
7. Ibu selaku Kepala Desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh
Besar.
8. Ibu Nova Mardiana, Amd.Keb selaku bidan Desa Jantho Baru Kecamatan Kota
Jantho Kabupaten Aceh Besar.
9. Ibu Isnaini Putri, S.SiT, M.Kes, Ibu Eva Purwita, SST, M. Kes, Ibu Hj. Rahmi,
SKM, M. Kes, Ibu Satrinawati, S. SiT, M. Kes, Ph.D, Ibu Gustiana, SsiT,
M.Kes, Ibu Cut Yuniwati, SKM, M. Kes selaku pembimbing dilahan praktek.
10. Tokoh masyarakat dan masyarakat desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar.
11. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat

Dalam penulisan dan kegiatan yang tertera dalam laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Banda Aceh, 16 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ........................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................. iv
Daftar Lampiran................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................. 4
BAB II HASIL KEGIATAN
A. Data Geografi..........................................................................
B. Data Demografi......................................................................
C. Hasil Pendataan......................................................................
D. Skoring....................................................................................
E. Analisa Data...........................................................................
F. Analisa Kasus..........................................................................

BAB III PEMBAHASAN


A. Imunisasi................................................................................. 19
B. Asi Eksklusif................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 42
B. Saran ...................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 45
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 42% kematian bayi
baru lahir disebabkan oleh berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas,
tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, dan infeksi gastrointestinal. Penyebab
kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri.
Sebanyak 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan
imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk
menghapus kantong kantong wilayah dimana banyak anakbanak tidak terlindungi
dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk bekerja lebih intensif bersama
mencapai target cakupan imunisasi. Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013,
1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa
menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019.
Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu
ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional, kita
mengharapkan target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir
tahun 2015.

Hasil Riskesdes (2018) menunjukkan cakupan imunisasi lengkap pada anak


umur 12-23 bulan pada tahun 2018 yaitu yang mendapatkan imunisasi lengkap
mencapai 57,9 %, ini tidak mencapai target yang telah di tentukan yaitu 93%, yang
tidak mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 32,9%, serta yang tidak
mendapatkan imunisasi sebesar 9.2%. Cakupan imunisasi dasar pada anak umur 12-
23 bulan menurut jenis imunisasi pada tahun 2018, Hb-0 mencapai 83.1%, BCG
mencapai 86, 9%, DPT-HB-HiB mencapai 61,3%, Polio mencapai 67,7%, serta
Campak mencapai 77,3%.

Asi merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling
sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan untuk
memerangi penyakit. Dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting,
Karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan morbiditas dan
mortalitas, mengurangi risiko penyakkit kronis, dan mensorong perkembangan yang
lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberian ASI yang optimal yaitu
saat anak berusia 0-23 bulan sangat penting karena dapat menyelamatkan nyawa
lebih dari 820.000 anak dibawah usia 5 than setiap tahun (WHO,2020).

Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi
dan ibu. Manfaat diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi gestrasional baik
dinegara berkembang dan di Negara industry. Menyusui meningkatkan kecerdasan,
kehadiran disekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika
kehidupan dewasa ( Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan


pemberian ASI eksklusif di dunia berkisar 38%. Di Indonesia, sebanyak 96%
perempuan telat menyusui anak dalam kehidupan mereka, namun hanya 42% yang
mendapatkan ASI eksklusif (PAS, 2018). Pada tahun 2020 WHO kembali
memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif secara global, walaupun
telah ada peningkatan, namun angka ini tidak meningkat cukup signifikan, yaitu
sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif
selama periode 2015-2020 dari 50% target pemberian ASI eksklusif menurut WHO.
Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya
hidup generasi penerus. Secara global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan
stunting, 47 juta diperkirakan kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan
atau obesitas (WHO,2020).

Berdasarkan data yang di dapatkan di desa Jantho Baru ditemukan adanya


bayi yang tidak imunisasi dan tidak di berikan asi eksklusif untuk di lakukan
intervensi pada ibu dan bayi.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada keluarga binaan di

Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar pada

tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pendidikan kesehatan tentang imunisasi pada bayi dan

balita dalam bentuk SOAP.

b. Mampu melakukan pendidikan kesehatan tentang Asi eksklusif pada bayi

dalam bentuk SOAP

c. Mampu melakukan intervensi kesehatan tentang imunisasi pada bayi dan

balita dalam bentuk SOAP.

d. Mampu melakukan intervensi kesehatan tentang Asi eksklusif pada bayi

dalam bentuk SOAP

B. Manfaat
1. Bagi Keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan yang baru kepada
keluarga binaan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
2. Bagi Masyarakat
a. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program
intervensi yang dilakukan oleh masyarakat
b. Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan
anak.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengalaman dan pengajaran untuk mahasiswa dalam

berinteraksi dengan masyarakat dan penerapan ilmu asuhan kebidanan

komunitas dalam lingkungan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang untuk
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio) (Hidayat, 2008). Imunisasi merupakan salah satu cara
pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak
masih bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa (Kemenkes RI,
2016).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila terpapar pada penyakit tersebut tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al, 2011).Vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkkan
kedalam tubuh melalui suntikan ataupun melalui oral. Imunisasi yang
diberikan pada bayi yang berumur 0-11 bulan meliputi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis dan campak. Idealnya bayi harus mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 Kali, Hepatitis 3
kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar
lengkap bayi dapat dinilai dari status imunisasi campak yang dilakukan
paling akhir setelah keempat imunisasi dasar bayi yang lain diberikan
(Hidayat, 2012).
Cakupan adalah suatu pengukuran, biasanya dinyatakan dalam persentase
terhadap semua orang atau rumah tangga yang memperoleh pelayanan
dibandingkan dengan total orang atau rumah tangga yang seharusnya
mendapatkannya, misalnya persentase bayi yang mendapat imunisasi
lengkap DPT (Hadianti, 2014).
Dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak. Imunisasi telah
terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat
penting (Hartati dkk, 2019). Sebagai upaya persiapan dan perbaikan
kualitas manusia dimasa depan, pemberian imunisasi di lakukan mulai
dari imunisasi dasar, lanjutan dan ulangan. Imunisasi juga merupakan
bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka
kematian bayi dan balita (Ariyani, 2019).
b. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan

perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Menurut Permenkes RI (2017), program imunisasi

di Indonesia memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka

kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan, tujuan

khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan

imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN

(target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child

Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang

mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh

desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi, eliminasi, dan

eradikasi penyakit yang dapat dicegah denganimunisasi.


c. Manfaat Imunisasi
Ada 3 manfaat imunisasi bagi anak, keluarga dan negara adalah sebagai
berikut :
1) Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderitaan yang di
sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.; 2)
Manfaat untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan
biaya pengobatan apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila
orang tua yakin menyalani masa kanak-kanak dengan aman.
3) Manfaat untuk negara adalah untuk mamperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara
segenap bangsa di dunia (Dompas, 2014). Imunisasi juga bermanfaat
mencegah penyakit pada generasi mendatang. Cakupan Imunisasi yang
rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin
meluas pada generasi yang akan datang dan dapat menyebabkan epidemi.
Sebaliknya, jika cakupan imunisasi tinggi, penyakit akan dapat
dihilangkan dari dunia. Hal ini sudah dibuktikan dengan dihilangkannya
penyakit cacar (smallpox). Manfaat lain imunisasi adalah menghemat
biaya kesehatan dengan menurunya angka kejadian penyakit biaya
kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit- penyakit tersebut
akan berkurang (Rivani dkk, 2019).
d. Jenis-Jenis Imunisasi
Jenis Penyelenggaraan Imunisasi Program Imunisasi program adalah
Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi
program terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus (Permenkes RI 12, 2017).
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus menerus dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12, 2017).
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan
kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini,
diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan untuk
mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak
usia sekolah, dan wanita usia subur (Permenkes RI 12, 2017).
a. Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar
untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan imunisasi dasar yaitu dengan diberikan 1
dosis DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan dan 1 dosis
campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari
pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan apabila
anak tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap (Kemenkes RI, 2018).
b. Imunisasi Anak Sekolah
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD
diberikan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) yang diintegrasikan dengan kegiatan UKS.
Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak,
tetanus, dan difteri. Imunisasi ini diberikan pada kelas 1
(campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas 5 (Td)
(Kemenkes RI, 2018).
c. Imunisasi Pada Wanita Usia Subur
Imunisasi yang diberikan pada wanita usia subur adalah
imunisasi tetanus toksoid difteri (Td) yang berada pada
kelompok usia 15-39 tahun baik itu WUS hamil (ibu
hamil) dan tidak hamil (Kemenkes RI, 2018).
2. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu (Kemenkes RI, 2018).
3. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan
kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu (Kemenkes RI,
2018).
e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi dasar sangat penting diberikan pada bayi yang berusia 0-11
bulan untuk memberikan kekebalan dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) antara lain penyakit Tuberkulosis, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak (Winarsih dkk,2013).
Salah satu penyebab kematian bayi dan balita adalah penyakit infeksi.
Adanya penyakit tersebut salah satunya disebabkan oleh rendahnya
kekebalan bayi dimana ini dapat dicegah dengan imunisasi. Ada beberapa
macam Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Penyakitpenyakit yang termasuk dalam PD3I tersebut adalah penyakit
tuberkulosis (TBC), difteri, tetanus, pertusis, polio, hepatitis B dan
campak (Khotimah, 2015). Imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit
infeksi yang paling efektif untuk meningkatkan mutu kesehatan
masyarakat akan diikuti dengan pemakaian vaksin dalam dosis besar.
Seiring dengan penggunaan vaksin secara masal, kejadian ikutan pasca
imunisasi akan semakin kerap dijumpai. Kewaspadaan dan ketelitian
dalam melaksanakan imunisasi akan mengurangi KIPI yang terjadi.
Penanganan segera disertai pelaporan dan pencatatan kasus KIPI akan
sangat berguna dalam memperbaiki pelaksanan program imunisasi dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap manfaat imunisasi di
negara kita (Hadinegoro, 2016).
Setelah anak di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain karena itu imunisasi harus
diberikan secara lengkap. Beberapa imunisasi dapat membentuk
kekebalan tubuh seumur hidup, seperti campak namun ada bentuk
imunisasi yang memberikan kekebalan tubuh dalam jangka waktu tertentu
misalnya DTP dan polio. Apabila bayi mau di imunisasi bayi harus dalam
kondisi sehat karena imunisasi diberikan pada bayi yang tidak sehat akan
menjadi tidak efektif atau menjadi penyakit jadi harus menunggu sampai
bayi sehat (Yuniarto, 2010).
f. Jadwal pemberian imunisasi

Umur Jenis Imunisasi Yang Diberikan Persentase


0-24 jam Hepatitis B

1 bulan Bcg, polio1


2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 4, IPV


9 bulan Campak

Sumber: Permenkes RI 12, 2017


Catatan:
a. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam
pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam
sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B
masih diperkenankan sampai <7 hari.
b. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
c. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
d. Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
g. Kelengkapan Imunisasi Dasar
Seorang bayi dikatakan telah memperoleh imunisasi lengkap apabila
sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi
dasar lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi
<24 jam atau sampai <7 hari pasca persalinan, satu kali imunisasi BCG
diberikan ketika bayi berumur 1-2 bulan tiga kali imunisasi DPT-HB-HiB
diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal empat
minggu, empat kali imunisasi polio diberikan pada bayi ketika berumur
1,2,3,4 dengan interval minimal empat minggu, dan satu kali imunisasi
campak/MR diberikan pada bayi berumur 9 bulan.
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal (Depkes dalam Mulyati,
2013). Adapun jenis-jenis imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada
bayi sebelum berusia satu tahun, yaitu :
a. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu
penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Efek samping imunisasi
umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan yang disusul demam dan pembengkakan, reaksi ini
akan menghilang dalam waktu dua hari. Kontra-indikasi imunisasi
hepatitis B yaitu tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit
berat (Maryunani, 2010 : 221-222).
b. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit
paru-paru yang sangat menular. Efek samping umumnya tidak ada,
namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah
bening di ketiak atau leher bagian bawah dan biasanya akan sembuh
sendiri. Kontra-indikasi imunisasi BCG yaitu tidak dapat diberikan
pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan uji mantoux positif
atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun
(Maryunani, 2010 : 215-217).
c. Imunisasi DPT-HB-Hib
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus, pneumonia
(radang paru), dan meningitis (radang selaput otak). Efek samping
biasanya berupa bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan
disertai demam dapat timbul. Kontra-indikasi imunisasi yaitu tidak
dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau kelainan
saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsy, menderita
kelainan saraf, anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah
mendapatkan kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau
asma (Maryunani, 2010 : 217-218).
d. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang
yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh dan tidak
diberikan pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan,
HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, serta pada anak yang
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum
(Maryunani, 2010 : 218-219).
e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Efek
samping mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek
kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, kemungkinan terdapat pembengkakan pada
tempat penyuntikan. Kontra-indikasi imunisasi campak yaitu pada
anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, gangguan
kekebalan, TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit
keganasan, serta pada anak dengan kerentanan tinggi terhadap protein
telur, kanamisin, dan eritromisin (antibiotik) (Maryunani, 2010 : 219-
220).
2. ASI EKSKLUSIF
1. Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim
(Roesli, 2015).
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI
dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kristiyansari, 2017).
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama
kehidupan (Depkes RI, 2019). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan
oleh kelenjar payudara Ibu melalui proses menyusui (Khasanah, 2011).
ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa
kehamilan payudara sudah mengalami perubahan untuk memproduksi
ASI. Makanan-makanan yang diramu menggunakan teknologi modern
tidak bisa menandingi keunggulan ASI karena ASI mempunyai nilai gizi
yang tinggi dibandingkan dengan makanan buatan manusia ataupun susu
yang berasal dari hewan sapi, kerbau atau kambing. b. Kandungan ASI
Menurut Suradi (2015) kandungan ASI terdiri dari :
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori
ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%.
Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh
bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar
kolestrol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat
ASI seharusnya mempunyai kadar kolestrol darah lebih tinggi.
Disamping kolestrol, ASI mengandung asam lemak essensial yaitu
asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam
lemak tersebut adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai
panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3
dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi
sangat penting untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur
dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5
menit pertama) disebut foremilk kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl)
dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir
menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai
3 kali dibandingkan dengan foremilk.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling
tinggi dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai
menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang
sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa
mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan
merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.
3) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI
sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah
dicerna dibanding kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam
amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk
pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat
diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim
pengurai tirosin ini belum ada.
4) Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K
yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna.
Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI
juga terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur atau yang kurang
mendapat sinar matahari dianjurkan pemberian suplementasi vitamin
D.

5) Zat Besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16- 22
gr/dl), yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari
pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga
memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk
setidaknya 4-6 bulan. meskipun jumlah zat besi yang terkandung
dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung dalam susu formula,
bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi. 70% zat besi
dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat
diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan rangkaian
interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu sapi
segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan
kecil di usus.
6) Seng
Defisiensi mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan
bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat
pada susu formula dibanding ASI, bioavalabilirasnya lebih besar pada
ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar seng
dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula,
bahkan meskipun konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali
lebih banyak daripada ASI.
7) Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI
karena perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula
bayi yang berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki kandungan
fosfor lebih tingi dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko
tetanus pada neonatus.
8) Mineral
9) ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih
rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium
terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi
bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa
kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga
menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal
neonatus dari pada susu pengganti ASI (Prasetyo, 2016).
2. Manfaat Asi
1. Bagi bayi
a) mengandung komposisi yang tepat ASI Berbagai bahan makanan
yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan
cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6
bulan pertama (Kristiyansari, 2017).
b) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi Lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel
otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan
tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel
saraf otak (Kristiyansari, 2017).
c) Mengandung zat protektif Bayi yang mendapat ASI lebih jarang
menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI (Sunardi,
2015).
d) Lactobasillus bifidus Laktobasillus bifidus berfungsi mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung
faktor ini (Sunardi, 2008).
e) Lactoferin
Lactoferin adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan
mengikat zat besi, maka Lactoferin bermanfaat menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu staphylococus, E.coli, dan
Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya bakteri tersebut, lactoferin dapat pula menghambat
pertumbuhan jamur Candida (Sunardi, 2015). f) Lizozim
Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida dan
askorbat untuk menyerang bakteri E.coli dan sebagian keluarga
salmonella. Keaktifan lizozim ASI beberapa kali lebih tinggi
dibanding susu sapi. Keunikan lizozim lainnya adalah bila faktor
protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut ASI, maka lizozim justru
meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan
keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan
padat dan lizozim merupkan faktor protektif terhadap kemungkinan
serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini
(Sunardi, 2015).
g) Komponen C3 dan C4
Kedua komponen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai
daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan
oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI (Sunardi, 2015). h)
Faktor antistreptococus Dalam ASI terdapat faktor antistreptococus
yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptococus (Sunardi,
2015).
i) Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay terbukti
bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobin yaitu IgA
sekretorik (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin
tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat
bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam
dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada
mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus
masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI
terdapat bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah
bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI
selain antibodi terdapat E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi
terhadap Salmonella typhi, Shigella, dan antibodi terhadap virus
seperti rotavirus, polio dan campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi
dalam kolostrum yang kemudian turun pada minggu pertama dan
bertahan sampai umur 2 tahun. Dalam ASI juga didapatkan antigen
terhadap Helicobacter jejuni penyabab diare. Kadarnya dalam
kolostum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian
menetap selama menyusui (Sunardi, 2015).
j) Imunitas seluler ASI yang mengandung sel-sel.
Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa makrofag yang
berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,
membentuk C3 dan C4, lizozim dan lactoferin. Sisanya (10%) terdiri
dari limfosit B dan T. Angka leukosit pada kolostrum kira-kira
5000/ml setara dengan angka leukosit darah tepi tetapi komposisinya
berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa
polimorfonuklear dan mononuklear. Dengan meningkatnya volume
ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian
kapasitas anti bakterinya sama sepanjang stadium laktasi. Konsentrasi
faktor-faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA,
lactoferin, lizozim dan sel seperti makrofag,
neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI
matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi
faktor anti infeksi dalam ASI (Sunardi, 2015).
k) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang
ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi
(Sunardi, 2015).
l) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak
kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan
bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang
yang besar dengan memberikan susu formula tetapi menyusui sendiri
akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto infra
merah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu
yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2017). Interaksi yang timbul
waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman
bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar
kepercayaan pada bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat
mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada
diri sendiri (Sunardi, 2015). Mengurangi kejadian karies dentis dan
maloklusi
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI karena kebiasaan
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada
anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan
mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab
maloklusi rahang adalah lidah yang mendorong ke depan akibat
menyusu dengan botol dan dot (Sunardi, 2015).
Menyebabkan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapatkan ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI
dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama
kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan.
Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak
dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang
dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya
sedikit (Sunardi, 2015).

2. Bagi Ibu
a) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid
dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui (Kristiyansari,
2017).
b) Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan
yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi
bekerja untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda
kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban
sendiri juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan
penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat
persalinan (Suryoprajogo, 2016). c) Aspek psikologis Keuntungan
menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Ibu
akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia (Sunardi, 2015).
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Gambaran Umum Lokasi Desa
1. Data Geografi
Desa : Jantho Baru
Kecamatan : Kota Jantho
Kabupaten : Aceh Besar
Provinsi : Aceh
Luas Gampong : 4375 hg
Jumlah Dusun : 5 Dusun
Batas – Batas wilayah Gampong :
 Sebelah utara : Bukit Meusara
 Sebelah Selatan : Bukit Barisan
 Sebelah Timur : Gampong Bueng
 Sebelah Barat : Gampong Tereubeh
2. Data Demografi
a. Jumlah KK desa : 350 KK
b. Jumlah KK Binaan : 30 KK
c. Jumlah Anggota Keluarga : 1.220 orang
d. Jumlah Laki-laki : 561 orang
e. Jumlah Perempuan : 659 orang
f. Jumlah PUS : 199 pasangan
g. Jumlah WUS : 357 orang
h. Jumlah Balita : 142 orang
i. Jumlah Lansia : 244 orang
Perempuan : 130 orang
Laki-laki : 114 orang
j. Jumlah KB Aktif : 140 orang
k. Jumlah Ibu Hamil : 6 orang
l. Jumlah Ibu Nifas : 5 orang
B. Hasil Pendataan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Di Gampong
Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2020

No Umur Jumlah Penduduk Total

Laki-Laki Perempuan F %

F % F %

1 0-11 Bulan 3 100% 0 0% 3 100%

2 1-5 Tahun 5 33% 10 66,6% 15 13%

3 6-11 Tahun 11 78,5% 3 21,4% 14 12%

4 12-15 Tahun 7 58% 5 41,6% 12 10%

5 16-20 Tahun 5 62,5% 3 37,5% 8 6,9%

6 21-25 Tahun 3 37,5% 5 62,5% 8 6,9%

7 26-30 Tahun 1 20% 4 80% 5 4,3%

8 31-35 Tahun 3 33,3% 6 66,6% 9 7,8%

9 36-40 Tahun 9 50% 9 50% 18 15%

10 41-45 Tahun 2 100% 2 50% 4 3,4%

11 46-50 Tahun 3 75% 1 25% 4 3,4%

12 51-55 Tahun 1 20% 4 80% 5 4,3%

13 56-60 Tahun 1 33,3% 2 66,6% 3 2,60%

14 > 60 Tahun 6 60% 4 40% 10 8,69%

115

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa penduduk berdasarkan umur yang


paling banyak adalah 36-40 tahun yaitu 18 orang (%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Tingkat Pendidikan F %
1 Pendidikan Dasar 13 43,3%
2 Pendidikan Menengah 13 43,3%
3 Pendidikan Tinggi 4 13,3%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk berdasarkan tingkat
pendidikannya paling banyak adalah Pendidikan Menengah 13 dan pendidikan Dasar
13 orang (43,3%)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk di Gampong Jantho Baru


Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Pekerjaan F %
1 PNS/TNI/Polri 2 6,6%
2 Wiraswasta 13 43,3%
3 Petani 9 30%
4 Swasta 6 20%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas Pekerjaan Penduduk adalah
wiraswasta yaitu 13 orang (43,3%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Buku KIA Dalam Masa Kehamilan di


Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021

Jumlah
No Penggunaan Buku KIA
F %

1 Ada 1 100%
2 Tidak - -
Total 1 100%
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Ibu Hamil yang memiliki Buku KIA di Desa
Jantho Baru yaitu 1 orang (100 %).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC di Gampong Jantho Baru
Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021

Jumlah
No Kunjungan ANC
F %

1 K1 0 0% 
2 K2  1 100 %
Total 1  100%
Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa terdapat 1 orang ibu hamil, dan ibu hamil
tersebut telah melakukan kunjungan ANC lengkap.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tempat Pemeriksaan Kehamilan di Gampong


Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Tempat Pemeriksaan F %
1 Posyandu 0 0%
2 Puskesmas 1 50%
3 Rumah Sakit 0  0%
4 Praktik Mandiri Bidan  1  50%
Total 2  100%
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa ada dua tempat pemeriksaan yang di
datangi oleh ibu hamil yaitu Praktik mandiri bidan (50%) dan puskesmas (50%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Imunisasi TT selama Hamil di Gampong Jantho


Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Imunisasi TT
F %
1 Sudah mendapatkan TT  0 0%
2 Belum mendapatkan TT  1 100%
Total    0
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa 1 ibu hamil belum mendapatkan TT
dikarenakan masih 5 bulan (100%).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Ibu hamil di
Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Kepatuhan Konsumsi Fe F %
1 Patuh 1 100%
2 Tidak diberikan 0 0%
Total 1 0% 
Berdasarkan table 8 diatas didapatkan 1 orang ibu hamil tidak dibrikan tablet Fe.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Status Kekurangan Energi Kronis (KEK) Ibu


Hamil di Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Status KEK F %
1 KEK 0 0%
2 Tidak KEK 1 100%
Total 0% 
Berdasarkan tabel 10 menunjukan bahwa sebanyak ibu hamil tidak mengalami
kekurangan energi kronis (KEK).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Ibu Hamil di Gampong Jantho
Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Tekanan Darah F %
1 Normal (120/80 mmHg) 1 1%
2 Hipertensi (140/90 mmHg) 0  0%
3 Hipotensi (<120/80 mmHg) 0 0%
Total 1   100%
Berdasarkan table 10 didapatkan bahwa 1 ibu hamil dengan tekanan darah normal
(100%)

Tabel 11. Distribusi Frekuensi jarak kehamilan di Gampong Jantho Baru


Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021

Jumlah
No Jarak Kehamilan
F %

1 < 2 Tahun 0 0%
2 ≥ 2 Tahun 1 100% 
Total 1 100% 
Berdasarkan tabel 11 didapatkan dari 1 orang ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih
dari 2 tahun (100%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Akseptor KB di Gampong Jantho Baru


Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Akseptor F %
1 Akseptor KB 13 76,4%
2 Non Akseptor KB 4 23,5%
Total 17 100%
Berdasarkan Tabel 15 didapatakan dari 17 pasang PUS, sebanyak 4 orang (23,5%)
merupakan non akseptor KB.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi di Gampong Jantho Baru


Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Kontrasepsi F %
1 Kondom 0 0%
2 Pil 2 15,3%
3 Suntikan 7 53,8%
4 AKBK/Implan 1 7,6%
5 AKDR/IUD 2 15,3%
6 MOW/MOP 1 7,6%
Total 13 100%
Berdasarkan Tabel 13 didapatakan dari 13 orang akseptor KB, Penggunaan KB paling
banyak adalah sebanyak 7 (53,8%) Yang menggunakan KB suntik.

Tabel 14. Distribusi Riwayat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Gampong Sumbok
Rayeuk Kecamatan Nibong Tahun 2020
Jumlah
No Riwayat IMD F %
1 IMD 10 66,6%
2 Tidak IMD 5 33.3%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 14 didapatkan 15 orang anak, yang tidak mendapatkan Inisiasi
Menyusu Dini hanya 5 orang (33,3%)
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Gampong Jantho
Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Riwayat ASI Ekslusif F %
1 ASI Ekslusif 9 60%
2 Tidak ASI Ekslusif 6 40%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 15 didapatkan dari 15 orang bayi , sebanyak 9 orang (60%)
mendapatkan ASI Ekslusif

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASI Gampong Jantho Baru


Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Riwayat MP-ASI F %
1 < 6 bulan 9 53,3%
2 > 6 bulan 6 46,6%
Total 15 100%%
Berdasarkan Tabel 16 didapatkan dari 15 orang bayi dan balita , sebanyak 9 orang
(53,3%) mendapatkan MP-ASI setelah 6 bulan

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Imunisasi Dasar Pada Keluarga Binaan di


Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021

No Imunisasi Jumlah
F %
1 Lengkap 4 26,6%
2 Tidak Lengkap 5 33,3%
3 Tidak Imunisasi 6 40%
Total 15 100%
Berdasarkan Tabel 17 didapatkan bayi dan balita yang mendapatkan imunisasi
lengkap sebanyak 4 orang (26,6%).

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Deteksi Dini Pemantauan Perkembangan Anak di


Gampong Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho Tahun 2021
Jumlah
No Klasifikasi F %
1 Sesuai Usia 18 100%
2 Meragukan 0 0%
3 Penyimpangan 0 0%
Total 18  100%
Berdasarkan Tabel 18 didapatkan tidak ada penyimpangan perkembangan pada anak
dengan presentase sebanyak (100%).

C. SKORING

A. ANALISIS DATA BERDASARKAN HASIL PENDATAAN DAN MASALAH


IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA YANG DI TEMUKAN PADA DESA
JANTHO BARU KECAMATAN KOTA JANTHO

DATA MASALAH

60% ibu melakukan imunisasi kepada Ibu yang memiliki bayi dan balita yang tidak
bayinya 40% ibu tidak melakukan dilakukan imunisasi secara lengkap
imunisasi kepada bayinya, 27% ibu
melakukan imunisasi secara lengkap
dan 33% ibu tidak melakukan
imunisasi secara lengkap.

B. SKORING UNTUK MASALAH IMUNISASI

N KRITERIA PERHITUNGAN PEMBENARAN


O SKOR

1 Sifat masalah : 3/3x1=1 Masalahnya dapat menghambat


tidak/kurang pertumbuhan anak dan kurangnya
sehat system imunitas.

2 Kemungkinan 1/2x2=1 Masalah seharusnya dapat diubah


masalah dapat akan tetapi harus secara bertahap dan
diubah : hanya Sebagian yang dapat diubah.
Sebagian

3 Potensi masalah 2/3x1=2/3 Masalah ini dapat diubah dengan


untuk diubah : Pendidikan Kesehatan.
Cukup

4 Menonjolnya 0/2x1=0 Ibu merasakan imunitas bukan


masalah : sebagai masalah dan ini perlu di
masalah tidak tangani.
dirasakan

5 JUMLAH 2 2/3

A. YANG DI TEMUKAN PADA DESA JANTHO BARU KECAMATAN KOTA


JANTHO

DATA MASALAH

60% bayi dan balita mendapatkan Asi Ibu yang memiliki bayi dan balita yang tidak
Ekslusif dan 40% bayi dan balita tidak mendapatkan Asi Ekslusif.
mendapatkan Asi Eklusif.

B. SKORING UNTUK MASALAH ASI EKSLUSIF


N KRITERIA PERHITUNGAN PEMBENARAN
O SKOR

1 Sifat masalah : 2/3x1=2/3 Bayi yang tidak mendapatkan ASI


Ancaman Ekslusif rentan terhadap penyakit dan
Kesehatan (2) infeksi

2 Kemungkinan 1/2x2=1 Bayi yang selama 6 bulan


masalah dapat mengkonsumsi makanan selain ASI
diubah: hanya tidak disebut ASI Ekslusif
sebagian (1)

3 Potensi masalah 3/3x1=1 dapat ditangani dengan memberikan


dapat di cegah penyuluhan dan pemantauan bagi ibu
rendah (1) yang tidak memberikan ASI Ekslusif

4 Menonjolnya 0/2x1=0
masalah
Bayi mengalami sakit dan
Masalah tidak menurunnya status gizi
perlu di tangani
(1)

2,3

C. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 4 oktober 2021 yang dilakukan di
Gampong Jantho Baru kecamatam Jantho Kabupaten Aceh Besar didapatkan beberapa
masalah tentang kesehatan ibu dan anak, antara lain yaitu:

1. Imunisasi
2. Asi Eksklusif

Tabel Urutan Skoring

No Masalah Scoring

1 Imunisasi 2 2/3

2 Asi eksklusif 2,3

SOAP IMUNISASI

Kunjungan Pertama
Tanggal :21-09-2021

Jam :16.30

Tempat : Dusun

S: Ibu berusia 25 tahun mengatakan mempunyai 1 orang anak berusia 9 bulan. Ibu
mengatakan anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak diizinkan oleh ayah nya
untuk melakukan imunisasi

O: keadaan umum: Baik

BB : 6,8 kg

RR : 50x/i

T : 36,5°C

KMS : Tidak lengkap

A: Balita dengan tidak imunisasi. Keadaan balita baik

P:

1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan


2. Menjelaskan pada ibu bahwa imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat
zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
3. Menjelaskan pada ibu tentang tujuan imunisasi yaitu mengurangi suatu penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya
4. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat imunisasi yaitu untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit, seperti Tetanus, Difteri,
Pertusis, Polio, Campak, TBC, Hepatitis, dan sebagainnya
5. Menjelaskan pada ibu tentang jenis dan kegunaan imunisasi yaitu:
a. Imunisasi BCG: diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit TBC
b. Imunissi DPT: diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis, dan
Tetanus.
c. Imunisasi Polio: diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit polio
d. Imunisasi Campak: diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
campak
e. Imunisasi Hepatitis B: diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit hepatitis B
dan radang hati.
6. Menjelaskan kepada ibu efek samping dari imunisasi, yaitu:
a. DPT ringan : bengkak/nyeri pada daerah suntikan dan berat: menangangis hebat
lebih dari 4 jam, syok
b. Campak, kemerahan pada daerah suntikan, panas, borok
c. BCG, borok
d. Hepatitis B, panas, merah, dan akan hilang 2 hari
7. Menjelaskan penanganan terhadap efek samping jenis imunisasi, diantaranya:
a. Imunisasi BCG dapat di tangani dengan membersihkan luka atau mengompresnýa
dengan air hangat
b. Imunisasi DPT dapat di tangani dengan pemberian obat penurun panas dan
kompres dingin jika bayi rewel karena panas, begitu pula dengan campak.
8. Ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan.

Kunjungan kedua

Tanggal: 24-09-2021

Jam: 17.00

Tempat: Dusun 5

S: ibu mengatakan sudah memahami tentang manfaat imunisasi

O: keadaan umum: Baik

BB : 6,8 kg

RR : 50x/i
T : 36,5°C

KMS : Tidak lengkap

A: Balita dengan tidak imunisasi. Keadaan balita baik

P:

1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan


2. Mengobservasi pengetahuan ibu
3. Menanyakan kembali tentang keinginan ibu untuk mengimunisasi anaknya
4. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan.
5. Menganjurkan ibu untuk ke posyandu
6. Ibu mengerti dan mengatakan akan membawa anaknya ke posyandu, dan ibu masih
enggan memberikan anaknya ibu untuk imunisasi.

Soap Asi Eksklusif

Kunjungan pertama

Tanggal : 21-09-2021

Jam : 16.30

Tempat: Dusun 5

S : ibu berusia 29 tahun mengatakan mempunyai 1 orang anak berusia 9 bulan. Ibu
mengatakan anaknya tidak mendapatkan asi eksklusif karena bayi nya rewel, bayi nya di
berikan makanan tambahan sejak berumur 3 bulan.

O:

K/U: Baik

RR: 45x/m

T: 36,5°C

BB: 8,5 kg

PB:
A : Bayi dengan riwayat tidak mendapatkan asi eksklusif. Keadaan bayi baik

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


2. Memberi Pendidikan pada ibu tentang ASI Eksklusif
 Pengertian ASI Ekslusif
 Manfaat ASI Ekslusif bagi ibu dan bayi dan mengapa bayiharus diberikan ASI
saja sampai usia 6 bulan
 Efek samping jika tidak diberi ASI Ekslusif
3. Mengajarkan kepada ibu tentang cara pemberian ASI yang baik
4. Menjelaskan pada ibu posisi menyusui yang benar
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif yaitu memberikan ASI saja pada
bayi sampai usia bayi 6 bulan dan makanan pendamping setelah 6 bulan dan ASI
sampai 2 tahun
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan porsi yang
lebih banyak agar produksi ASI lancar
7. Menganjurkan ibu untuk minuk air putih yang banyak minimal 8 gelas sehari
8. Ibu mengerti apa yang dijelaskan dan mampu mengulang kembali.
9. Ibu akan memberikan ASI saja pada bayinya tanpa makanan pendamping

Kunjungan kedua

Asi eksklusif

Tanggal: 24-09-2021

Jam: 17.00

Tempat:

S: ibu R mengatakan untuk kedepannya tidak memberikan makanan lain selain Asi untuk
bayi nya

O:

BB: 8,5 kg

RR: 39x/m
T: 36,5°c

Jenis kelamin: perempuan

A: Bayi berusia 9 bulan dengan riwayat tidak asi eksklusif. Keadaan bayi baik.

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


2. Memberi pendidikan pada ibu tentang efek samping jika tidak di beri asi eksklusif
3. Menganjurkan kepada ibu tentang cara pemberian Asi yang baik
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan asi ekslusif, makanan pendamping setelah 6
bulan dan Asi sampai 2 tahun.
5. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulannya untuk memantau
tumbuh kembang bayinya.
6. Ibu mengerti apa yang dijelaskan dan mampu mengulang kembali
7. Ibu sudah mau melakukan Asi ekslusif kembali kepada bayinya kedepan dan akan
memberikan makanan pendamping Asi ketika bayi sudah 6 bulan
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Pendataan yang didapatkan di Gampong Jantho Baru Kecamatan Jantho
Kabupaten Aceh Besar pada KK Binaan didapatkan 15 orang bayi dan balita. Frekuensi
pemberian imunisasi pada bayi dan balita di dapatkan sebanyak 4 orang (26,6%) bayi balita
mendapatkan imunisasi, sedangkan 5 orang (33,3%) bayi balita tidak mendapatkan imunisasi
lengkap dan 6 orang (40%) bayi balita tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Setelah
dilakukan pendataan pada balita usia 9 bulan didapatkan alasan mengapa ibu tidak melakukan
imunisasi pada anaknya. Ibu tidak memberikan imunisasi kepada anaknya dikarenakan
adanya isu-isu mengenai imunisasi haram serta suaminya tidak mengizinkan anaknya

untuk di imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau sudah dimatikan. Imunisasi adalah proses memberikan sesuatu zat (vaksin)
untuk menjadi imun bagi tubuh Sedangkan vaksin adalah produk biologi yang berasal dari
virus, bakteri atau kombinasi keduanya yang dilemahkan (Hardianti, DN, dkk, 2015).
Manfaat vaksin untuk merangsang munculnya kekebalan tubuh yang dapat mencegah dari
infeksi penyakit tertentu dalam tubuh. Sedangkan

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit,
dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau sudah
dimatikan. Imunisasi adalah proses memberikan sesuatu zat (vaksin) untuk menjadi imun
bagi tubuh. Sedangkan vaksin adalah produk biologi yang berasal dari virus, bakteri atau
kombinasi keduanya yang dilemahkan (Hardianti, DN, dkk, 2015).

Manfaat vaksin untuk merangsang munculnya kekebalan tubuh yang dapat mencegah dari
infeksi penyakit tertentu dalam tubuh. Sedangkan imunisasi memberikan perlindungan
kekebalan terhadap penyakit secara spesifik sesuai vaksin yang diberikan (Hardianti, DN,
dkk, 2015).

Hasil Penelitian yang di lakukan oleh Vivi Triana (2015) dengan judul "Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2015"
didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tinggi hampir sama banyak dengan ibu
yang memiliki pengetahuan rendah, akan tetapi masih terdapat sedikit perbedaan yaitu ibu
yang memiliki pengetahuan tinggi 4,75% lebih baanyak dari pada ibu yang memilki
pengetahuan rendah. Orang tua yang memiliki pengetahuan rendah berisiko 2,02 kali lebih
besar tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki
pe- ngetahuan tinggi.

Orang tua/ ibu dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi maka mereka akan memberikan
imunisasi dasar yang lengkap pada banyinya serta memperhatikan kapan waktu yang tepat
untukmemberikan imunisasi tersebut. Begitu juga sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan
rendah maka mereka tidak akan mengetahu apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya
terutama masalah imunisasi. Oleh karena itu tindakan yang dapat dilakukan untuk mening-
katkan pengetahuan orang tua adalah me- ngupayakan agar terlaksananya penyuluhan rutin
kepada masyarakat terutama ibu yang memiliki bayi, penyuluhan ini dapat dilaksanakan di
Puskesmas, Posyandu baik secara individu maupun kelompok. Penyuluhan juga dapat
dilakuan dengan penyebarab leaflet/poster ataupun media sosial.(Vivi Triana (2015)

Menurut Sulistiyani Pratiwi (2017) Penolakan terhadap imunisasi dasar lengkap juga
dikarenakan kesalahpahaman terhadap informasi tentang imunisasi yang mereka dapatkan.
Menurut subjek penelitian vaksin yang digunakan haram karena mengandung babi. Menurut
dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSI, Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan
dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio dan
meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 -
20 tahun lalu, ketika panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi
untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin
tersebut dicuci dan dibersihkan total, sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak
mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin
itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya

Untuk mengatasi hal tersebut, diberikan pendidikan kesehatan pada KK binaan yaitu tentang
Imunisasi, mfaat imunisasian, jenis-jenis imunisasi Setelah penulis melakukan intervensi
kunjungan rumah 3 kali ibu memajami manfaat imunisasi dan akan berdiskusi dengan suami
terlebih dahulu.

ASI EKSLUSIF
A. ASI Eksklusif

Hasil pengumpulan data yang penulis lakukan pada keluarga Binaan Desa Jantho baru
Kecamatan Jantho Kabupaten Besar pada tanggal 7 s/d 4 Oktober 2021 terdapat 6 orang
(45,4%) riwayat bayi yang tidak ASI Eksklusif kemudian diambil 1 orang yang akan
dijadikan keluarga binaan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
dan ibu merasa bayinya tidak puas apabila diberikan ASI saja. Ibu merasa anaknya tidak
kenyang hanya dengan pemberian ASI saja karena anaknya yang sering menangis.

Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
ASI diberikan sesering mungkin tanpa dijadwal sampai bayi usia 6 bulan. Telah terbukti
bahwa ASI saja tanpa ditambah apa pun, telah memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
(Kemenkes RI, 2010).

Hasil anamnesa, ibu mengatakan telah memberikan susu formula pada bayinya sejak usia
bayi 3 hari. Ibu tidak mengetahui bahwa penting pemberian asi ekslusif. Sehingga penulis
memberikan konseling tentang asi ekslusif.

Penelitian Giri et al. (2013) menyebutkan bahwa ada kecenderungan ibu yang memberikan
ASI eksklusif, mempunyai balita dengan status gizi lebih baik daripada ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif akan memberikan perlindungan pada bayi dan
memperkecil risiko terhadap berbagai penyakit antara lain diare, ISPA, dan penyakit alergi.
ASI eksklusif menjadikan perkembangan fisik, mental, dan emosional bayi akan lebih
optimal. Pemberian ASI eksklusif pada masa bayi juga terbukti memiliki dampak jangka
panjang, misalnya pada penurunan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada masa
dewasa (Kemenkes RI, 2010).

ASI (Air Susu Ibu), merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi, ASI tak dapat
digantikan oleh makanan ataupun minuman manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang
paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. ASI
Eksklusif hanya memberikan ASI saja tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula,
jeruk, madu, air putih maupun makanan lain sampai usia 6 bulan.

ASI (Air Susu Ibu), merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi, ASI tak dapat
digantikan oleh makanan ataupun minuman manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang
paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Eveline
dan Nanang, 2010). Banyak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya
dikarenakan ibu mengatakan tidak banyak keluar ASI, Ibu merasa anaknya tidak kenyang
hanya dengan pemberian ASI saja, dan kondisi ibu yang bekerja di luar rumah. Sebagian
masyarakat Desa Sua Bakong kurang mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif sendiri.

BAB V

Penutup

1. KESIMPULAN
a. Imunisasi
Berdasarkan pendataan Keluarga binaan yang telah dilakukan pada penduduk di
Gampong Jantho baru kecamatan kota Jantho Kabupaten Aceh Besar yang
berjumlah 30 KK didapatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan munisasi.
Kunjungan rumah binaan pada bayi dengan masalah tidak imunisasi dilakukan
pada tanggal 21 September 2021, didapatkan bayi usia 9 bulan tidak diberikan
imunisasi karena ibu mengatakan tidak diizinkan oleh suami, kemudian diberikan
konseling tentang pentingnya imunisasi dan dampak kalau tidak dilakukan
imunisasi, Kunjungan kedua pada tanggal 24 September 2021, mengevaluasi
kembali tentang Imunisasi, ibu mengerti apa yang sebelumnya telah disampaikan ,
dan ibu mau imunisasi lanjut anaknya.
b. Asi Eksklusif
Kunjungan rumah binaan pada bayi riwayat tidak Asi eksklusif pada tanggal 21
September 2021, kemudian diberikan konseling tentang Asi Eksklusif, manfaat
KB, dan pentingnya Asi eksklusif. Kunjungan kedua pada tanggal 24 September
2021, mengevaluasi kembali tentang konseling Asi eksklusif yang telah diberikan,
ibu mengerti apa yang sebelumnya telah disampaikan , dan ibu mau kedepannya
untuk melakukan Asi eksklusif.
2. Saran
a. Bagi Keluarga
b. Diharapkan pada keluarga dapat lebih produktif dalam meningkatkan kesehatan
dan pengetahuan yang baru kepada keluarga binaan sesuai dengan masalah yang
di temukan.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan pada masyarakat dapat lebih proaktif dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat dengan merubah pola pikir yang salah
d. Bagi Institusi
Diharapkan institusi dapat mengadakan program praktek kebidanan komunitas I
dengan lebih baik kedepannya karena program ini sangat membantu mahasiswa
dalam belajar secara nyata bagaimana menghadapi masyarakat secara langsung.
Praktik kebidanan kominitas juga membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan
ilmu kebidanan di masyarakat secara umum.
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS]. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Umbulharjo 2016: Badan
Pusat Statistik Kota Yogyakarta.

Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun
2017 tentang penyelenggaraan imunisasi; 2017

Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika, Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan. indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Ankas,A Rubella Dan Rubeola 2015, [Online] makalah rubella dan Tersedia: rubeola.
[2https://www.academia.edu/17640009/si April 2019].

Dhananjaya dan Arya, J. 2012: Pernafasan (Bronchitis), diakses tanggal 2 Mei 2016, dari
avoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html.
Sahroni RZ, Hubangan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga degan Kejadian ISPA pada
Balita di Puskesmas Ajung Kabupaten Jember: Universitas Jember 2012.

Kathpalia. S. 2018. Awareness About Contraceptives. Their Benefits And Side Effects Among
Indian Armed Forces Married Individuals. EC gynaecology. Vol 7(4): 126.

Kementrian Kesehatan RI 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan. indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Kathpalia, S. 2018. Awareness About Contraceptives. Their Benefits And Side Effects Among
Indian Armed Forces Married Individuals. EC gynaecology. Vol 7(4): 126.

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009: 523-529.

Anda mungkin juga menyukai