OLEH:
dr. Septalisa Marsha Dea Natasia
PEMBIMBING:
dr. Nunik Chusniati
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan kasih dan
sayang kepada hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mini
Project di UPTD Puskesmas kecamatan Sananwtan sebagai salah satu tugas akhir
selama menjalani rotasi internship di wanahan UPTD Puskesmas Kecamatan
Sananwetan.
Jika ada kesalahan dalam penulisan tugas ini, penulis berharap saran dan
kritik yang membangun demi kebaikan bersama. Semoga tugas ini berguna bagi
penulis dan pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATAPENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
1. PENDAHULUAN.............................................................................................3
1.1. Latar Belakang...........................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3.Tujuan.........................................................................................................4
1.3.1. Tujuan Umum...................................................................................4
1.3.2. Tujuan Khusus..................................................................................4
1.4.Manfaat.......................................................................................................4
1.4.1. Manfaat bagi Penulis........................................................................4
1.4.2. Manfaat bagi Puskesmas..................................................................5
1.4.3. Manfaat bagi Masyarakat.................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1.Pengetahuan................................................................................................7
2.2.Imunisasi....................................................................................................9
2.3.Gambaran Wilayah Kecamatan Sanan Wetan.............................................17
2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ).............................................22
2.5.Profil Puskesmas Sanan Wetan................................................................23
3. METODOLOGI.............................................................................................30
3.1.Identifikasi Penyebab Masalah.................................................................30
Analisis Masalah.......................................................................................31
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................33
5. PENUTUP ............................................................................................35
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
karena membawa bayi/ balita yang sakit kerumah sakit bukanlah pemecahan yang
baik, tetapi juga harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan, termasuk bidan tingkat desa yang adapt menjangkay masyarkat luas
(Maryunani, 2010).
5
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya program imunisasi dasar lengkap.
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program imunisasi dasar lengkap.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter
Indonesia
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1Pengertian
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge dalam Encylopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu dalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu
(Bakhtiar, 2012)
Menurut Mubarak (2011), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya
pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses
pengalaman manusia yang di alami
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilau yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Jenis pengetahuan menurut Bakhtir (2012), pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu :
Pertama, pengetahuan biasa, adalah pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena sesorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common
sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk
7
menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar musim kemarau akan
mengeringkan sawah tadah hujan dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemah dari sciene. Dalam
pengertian yang sepit sciene diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan
alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari penikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan
uiversalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan
cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan
lewat para utusan-Nya, pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama.
2.1.3 Faktor-faktor yang mepengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Dewi dan Wawan
(2011), antara lain:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang termasuk pula prilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
2) Faktor Eksternal
8
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan prilaku orang atau kelompok.
b) Faktor budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.2 Imunisasi
2.2.1 Pengertian
Menurut Hidayat (2008), imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan
yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya
vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kekebalan atau resisten (Lisnawati, 2011).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai
penyakit seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis,
dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010).
2.2.2 Tujuan Imunisasi
Menurut Maryunani (2010), tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :
1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu di dunia.
2. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak
Program imunisasi juga bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak disebabkan oleh
penyakit yanga sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara lain
melalui imunisasi tubuh tidak mudah terserang menular, imunisasi sangat efektif
9
untuk mencegah penyakit menular, dan imunisasi dapat menurunkan angka
morbilitas (angka kesakitan) dan imunisasi dapat menurunkan angka mortalitas
(angka kematian) pada balita (Proverawati, 2010).
Sedangkan menurut IDAI (2011) tujuan imunisasi adalah mencegah
penyakit pada seseorang dan mencegah penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau bajkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar
bopeng (variola).
2.2.3 Manfaat Imunisasi
Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi ada tiga, yaitu :
Pertaman, untuk anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
Kedua, untuk keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjadi masa kanak-kanak yang nyaman.
Ketiga, untuk negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehaan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
2.2.4 Macam-macam Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi dua macam menurut Maryanti, dkk (2011) yaitu:
1) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang dapat seseorang karena tubuh
yang secara aktif membentuj zat antibodi.
2) Imunisasi Pasif
Imunisasi ini adalah kekebalan tubuh yang diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
2.2.5 Jenis imunisasi dasar
Imunisasi dasar yang wajib diperoleh sebelum 12 bulan adalah sebagai
berikut :
1) BCG
a)Pengertian
Menurut Proverawati (2010), imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang
diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit Tubercolusis (TBC).
Tuberculosis disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama Mycobacterium
10
tuberculosis complex.
Menurut Marimbi (2010), imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan
untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis(TBC) yaitu
penyakit paru-paru yang sangat menular.
b) Usia Pemberian
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.vaksin disuntikkan
secara intracutan pada lengan atas, untuk bayi yang berumur kurang dari satu
tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 ml (Proverawati, 2010).
c) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas. Disuntikan ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intracutan agar dapatdilakukan dengan tepat harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerja sama antara ibu dengan petugas
imunisasi sangat diharapkan agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat
(Proverawati, 2010).
Pemberian imunisasi atau dosis yang diberikan untuk bayi berumur kurang
dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 mL (Proverawati, 2010).
d) Efek samping
Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain.
Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan
imunisasi,akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule,kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan
khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang
terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini
terasa padat, namun tidak menimbulkan demam (Proverawati, 2010).
e) Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi seorang anak
menderita penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim, furunkolosis, dan
sebagainya. Serta Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC (Proverawati, 2010). Selain itu menurut Maryunani (2012)
11
imunisasi BCG tidap dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukkan uji mantoux positif atau pada anak yang mempuntai penyakit kulit
berat yang menahun.
2) DPT-Hb-HiB (Pentavalen)
a) Pengertian
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu
difteri, pertusis, tetanus (Proverawati, 2010).
1) Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium
diphteriae
2) Pertusis adalah penyakit batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari
adalah penyakit saluran yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis
(Marimbi, 2010)
3) Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuro maskular akut berupa trismus
(Maryunani, 2012).
Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza tipe b) merupakan
suatu bakteri gram negative. Hib terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak
berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya
menyebabkan infeksi ringan misalnya faringitis atau otitis media. Tipe yang
berkapsul merupakan yang paling ganas dan salah satu penyebab yang paling
sering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak kurang dari 5 tahun.
Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib adalah usia 4-8 bulan.
b) Waktu Pemberian
Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir Pemberian
pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi
usia 2 bulan, 3bulan, dan 4 bulan
(1) Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,
campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen vitamin A
(2) Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan
pada lokasi yang berlainan. (DinKes Prov Jateng, 2013).
c) Cara pemberian dan Dosis
(1) Dosis Imunisasi DPT-Hb-Hib
(a) Dosis pemberian 0,5 ml
12
(b) Disuntikkan secara intramuscular di anterolateral paha atas pada bayi dan
lengan kanan pada anak usia 1,5 bulan
(c) Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90 terhadap permukaan kulit
(DinKes Prov Jateng, 2013).
(2) Tidak dianjurkan pada:
(a) Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf siatik
(b)Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi local. (DinKes Prov
Jateng, 2013).
(c) Efek samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara
bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara
terpisah. Bebrapa reaksi local sementara seperti : bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam jumlah besar kasus.
Kadang- kadang reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas (rewel), dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Episode hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan, kejang demam telah
dilaporkan dengan angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya
demam. Studi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk United states
Institute of Medicine, The Advisory Commitee on imunization Practices, dan
asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Kanada, inggris, dan Amerika,
menyimpulkan bahwa data tidak menunnjukkan adanya hubungan kausal antara
DPT dan disfungsi sistem syaraf kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada
bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada anak.
Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik, dalam studi
menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal, dilaporkan kejadian
seperti myalgia dan demam ringan tidak sering dibandingkan dengan kelompok
plasebo. Laporan mengenai reaksi analfilaksis berat sangat jarang. Data yang ada
tidak menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan
sindoma Gullian Barre atau kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis
multipel, dan juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal
antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan
13
aotomun, asma, sindroma kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam
setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara, pada umumnya
akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan
tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem ringan termasuk demam, jarang terjadi
setelah penyuntikan vaksin Hib, reaksi berat lainnya jarang hubungan kausalitas
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan (DinKesProv
Jateng, 2013).
e) Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis
vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya.
Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang atau gejala kelainan otak
pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan kontraindikasi
terhadap komponen pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai
vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DPT,
vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah (DinKes Prov Jateng, 2013).
3) Hepatitis B
a) Pengertian
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi tubuh kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus yang telah
mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh.
Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kangker hati atau
kerusakan pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani (Proverawati, 2010).
a) Cara pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskuler. Imunisasi hepatitis B aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1
dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun
setelah imunisasi dasar (Proverawati, 2010).
b) Efek samping
14
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya akan hilang
setelah 2 hari (Proverawati, 2010).
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya dengan vaksin-
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang (Proverawati, 2010).
4) Polio
a) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat di kombinasikan dengan vaksin DPT.
Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu:
(1) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
(2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat
parah. Penyakit ini dapat menyerang system pencernaan dan system syaraf. Polio
menyebabkan demam, muntah-muntah dan kekakuan otot yang dapat menyerang
saraf- saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit polio dapat
ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air dan tangan (Proverawati,
2010).
b) Cara pemberian dan Dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali yaitu polio I, II, III, IV dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun
setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung kemulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
(Proverawati, 2010).
c) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping (Proverawati,
15
2010).
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh
(Proverawati, 2010).
5) Campak
a) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak lkarena penyakit ini sangat menular
(Maryunani, 2012).
b) Cara pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali,dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan,dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subcutan
(Proverawati, 2010).
c) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati, 2010).
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan
respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010).
e) Jadwal pemberian imunisasi dasar
Jadwal pemberian imunisasi dasar yang baru adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi
16
Menurut Maryunani (2010), lima jenis imunisasi dasar yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun, yaitu :
1. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
2. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
3. Imunisasi Polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
4. Imunisasi Campak, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
5. Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu.
Menurut Proveewati dan Andhini (2010), jadwal imunisasi pada anak,
yaitu :
1. MMR : 15-18 bulan, apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, MMR dapat diberikan sampai umur 12 bulan.
Hib-4 : diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP)
2. DPT-4 : 18 bulan, DPT-4 (DTwp atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio-4 : diberikan bersamaan dengan DTP-4
3. Hepatitis A : 2 tahun, vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun,
diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
4. Tifoid : 2-3 tahun, vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakrida injeksi perlu diulang
setiap 3 tahun.
5. DTP-5 : 5 tahun, DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/Dtap).
17
Polio-5 : diberikan bersama dengan DTP-5
6. MMR : 6 tahun, diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang
belum mendapatkan MMR
7. dT/TT : 10 tahun, menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (Dt atau TT)
diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun
Varisela : vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
18
2.3.2 Pembagian wilayah administrasi
19
penduduk laki-laki sebesar 27.389 jiwa atau sebesar 49,84 persen danpenduduk
perempuan 27.556 jiwa atau sebesar 50.16 persen dari total penduduk kecamatan
Sananwetan.
20
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
di Wilayah Kecamatan Sananwetan merupakan masyarakat non gakin (88.23%),
sedangkan jumlah masyarakat miskin sebesar 11,77% untuk data tahun 2010
belum diadakan pendataan ulang maskin 2010.
21
koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan.2
Visi
22
disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Misi
Kepala Puskesmas
3. Keuangan
23
5. Pengelola sarpras
6. Loket
7. Caraka
2. Laboratorium
3. Apotik
1. PONED
2. MTBS
3. PKPR/Jiwa
Puskesmas Pembantu
a. Susunan Kepegawaian
Adapun Distribusi jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang ada di UPTD.
Puskesmas Kecamatan Sananwetan Kota Blitar dapat dilihat pada tabel berikut :
24
Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di UPTD. Puskesmas Kecamatan
Sananwetan Kota Blitar tahun 2014
25
a. Perlengkapan
Sarana Fisik Gedung Puskesmas
a. Alat-alat Kesehatan
Alat alat kesehatan yang ada di UPTD puskesmas Sananwetan terdiri dari :
26
6. PERALATAN UNTUK PENYULUHAN
7. PERALATAN NON-MEDIK
27
h. Bina Kesehatan Tradisional
i. Bina Kesehatan Kerja
j. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs
k. Pengembangan Ukbm
l. ProgramGizi
28
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN
PEMILIHAN INTERVENSI
29
Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil
intervensi.Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
30
BAB IV
HASIL
Berdasarkan hasil test yang diperoleh dari total dua puluh orang
subjek, dari dua puluh responden di dapatkan kriteria responden sebagai
berikut:
31
No karakteristik Kategori frekuensi Presentase (%)
1 Umur 16-20thn - -
21-25tahun 3 15
26-30tahun 9 45
31-35tahun 6 30
36-40tahun 2 10
2 Pendidikan SLTP 5 25
SLTA 12 60
SARJANA 3 15
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 20 responden sebagian besar
responden berumur 26 sampai 30 tahun sebanyak 9 responden (45%), pendidikan
terakhir ibu yang paling banyak adalah SMA yaitu 12 responden (60%).
Hasil tes yang diperoleh dari total dua puluh responden tingkat
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi di Kelurahan Klampok tahun 2017 sebagi
berikut :
32
dalam pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap. Pada penelitian ini
responden rata-rata lulusan SMA. Pada penelitian tersebut nilai terendah banyak
di temukan pada ibu dengan pendidikan SLTP, sedangkan nilai terbaik ditemukan
pada ibu dengan pendidikan SARJANA. Hal tersebut sesuai dengan dasaran teori,
walaupun tingkat pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
BAB V
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Lampiran
35
LEMBAR KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR
LENGKAP
A. DATA UMUM
Petunjuk pengisian :
- Isilah biodata dibawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya
- Apa bila kurang jelas tanyakan pada peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah anak :
Pengetahuan Responden
1. Apakah ibu tahu tentang program imunisasi dasar lengkap?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui?
a. BCG
b. DPT
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B
3. Apakah ibu tahu tentang imunisasi BCG?
a. Tahu
b. Tidak tahu
4. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG?
a. TBC (Tuberculosis)
b. Polio
36
c. Campak
d. Hepatitis B
e. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
5. Berapa kali imunisasi BCG diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
6. Kapan imunisasi BCG diberikan?
a. Saat bayi berumur 2 bulan
b. Saat bayi berumur 1 bulan
c. Saat bayi berumur 3 bulan
7. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B?
a. Tahu
b. Tidak tahu
37
c. Saat bayi berusia 2 bulan
11. Apakah ibu tahu tentang imunisasi DPT?
a. Tahu
b. Tidak tahu
12. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT?
a. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
b. Hepatitis B
c. Campak
d. Polio
e. TBC (Tuberculosis)
38
e. Hepatitis B
39
24. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi?
a. Kantor Kelurahan
b. Posyandu/Puskesmas
c. Dukun
25. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar?
a. Orang dewasa
b. Bayi umur 0 11 bulan
c. Anak umur lebih dari 1 tahun
40