Anda di halaman 1dari 40

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI


TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BAYI TENTANG
IMUNISASI DASAR LENGKAP DI KECAMATAN SANANWETAN,
KOTA BLITAR,
PROVINSI JAWA TIMUR

OLEH:
dr. Septalisa Marsha Dea Natasia

PEMBIMBING:
dr. Nunik Chusniati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


UPTD PUSKESMAS KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR
PROVINSI JAWA TIMUR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan kasih dan
sayang kepada hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mini
Project di UPTD Puskesmas kecamatan Sananwtan sebagai salah satu tugas akhir
selama menjalani rotasi internship di wanahan UPTD Puskesmas Kecamatan
Sananwetan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak


terhinga kepada semua pihak yang telah membantu penulisa dalam menyelesaikan
tugas ini.

Jika ada kesalahan dalam penulisan tugas ini, penulis berharap saran dan
kritik yang membangun demi kebaikan bersama. Semoga tugas ini berguna bagi
penulis dan pembaca.

Blitar, Januari 2017

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATAPENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

1. PENDAHULUAN.............................................................................................3
1.1. Latar Belakang...........................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3.Tujuan.........................................................................................................4
1.3.1. Tujuan Umum...................................................................................4
1.3.2. Tujuan Khusus..................................................................................4
1.4.Manfaat.......................................................................................................4
1.4.1. Manfaat bagi Penulis........................................................................4
1.4.2. Manfaat bagi Puskesmas..................................................................5
1.4.3. Manfaat bagi Masyarakat.................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1.Pengetahuan................................................................................................7
2.2.Imunisasi....................................................................................................9
2.3.Gambaran Wilayah Kecamatan Sanan Wetan.............................................17
2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ).............................................22
2.5.Profil Puskesmas Sanan Wetan................................................................23
3. METODOLOGI.............................................................................................30
3.1.Identifikasi Penyebab Masalah.................................................................30
Analisis Masalah.......................................................................................31
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................33
5. PENUTUP ............................................................................................35
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditunjukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, setelah dilahirkan,
dan sampai usia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara lain
diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka
kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) (DepKes
RI,2014).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) AKB tahun 2012


adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dalam penurunan AKB memerlukan akses
seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi dasar
(DepKes, RI 2013). Upaya yang dapat yang dapat dilakukan dalam menurunkan
angka kematian adalah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukan
kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan
memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh menghasilakan
eat anti yang akhirnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau bibit penyakit
yang menyerang tubuh (Marimbi, 2010).

Menurunkan angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Indonesia


maka perlu ditingkatkan peran pos pelayanan terpadu (posyandu), serta
penempatan bida-bidan desa di Pos Persalinan desa (Polindes) mengingat beban
wilayah Indonesia yang sangat luas. Untuk itu, program pemerintah dalam
memperbanyak bidan desa merupakan hal yang sangat urgent untuk memantau
dan membantu kesehatan bayi dan balita yang jauh dari fasilitas kesehatan, hal ini

4
karena membawa bayi/ balita yang sakit kerumah sakit bukanlah pemecahan yang
baik, tetapi juga harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan, termasuk bidan tingkat desa yang adapt menjangkay masyarkat luas
(Maryunani, 2010).

Cakupan imunisasi dasar di Indonesia pada tahun 2013 untuk imunisasi


lengkap adalah 90,0%, dimana terdiri dari BCG 97,8%, HB0 86,8%, DPT/HB 1
96,3%, DPT/HB3 95,8%, Polio 97,7% dan campak 97,9% (DepKes RI, 2013).
Cakupan imunisasi sampai sekarang masih belum 100% hal ini dapat disebabkan
karena ibu yang belum mengetahui tentang imunisasi terutama pada jadwal
imunisasi, salah faham mengenai kontra indikasi dan kerisauan tentang efek
samping sehingga menyebabkan banyak anak-anak yang tidak diberikan imunisasi
(Marimbi, 2010).

Maka sebagai upaya nyata pemerintah bersama orang tua mempunyai


kewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, dan
imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit infekdi
yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan (Ranuhdkk, 2011)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui


bagaimana gambaran pengetahuan ibu mengenai imunisasi bayi di Kecamatan
Sananwetan, Kota Blitar.

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai bayi
terhadap imunisasi dasar lengkap pada bayi di kecamatan Sananwetan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas
Sananwetan.

1.3.2 Tujuan Khusus


- Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap untuk
bayi di Puskesmas Sananwetan.

5
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya program imunisasi dasar lengkap.
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program imunisasi dasar lengkap.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter
Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


- Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Sananwetan tentang gambaran
pengetahuan para kader kesehatan mengenai imunisasi dasar lengkap.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


- Masyarakat terfasilitasi dalam program imunisasi dasar lengkap.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1Pengertian
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge dalam Encylopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu dalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu
(Bakhtiar, 2012)
Menurut Mubarak (2011), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya
pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses
pengalaman manusia yang di alami
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilau yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Jenis pengetahuan menurut Bakhtir (2012), pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu :
Pertama, pengetahuan biasa, adalah pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena sesorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common
sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk

7
menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar musim kemarau akan
mengeringkan sawah tadah hujan dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemah dari sciene. Dalam
pengertian yang sepit sciene diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan
alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari penikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan
uiversalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan
cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan
lewat para utusan-Nya, pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama.
2.1.3 Faktor-faktor yang mepengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Dewi dan Wawan
(2011), antara lain:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang termasuk pula prilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
2) Faktor Eksternal

8
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan prilaku orang atau kelompok.
b) Faktor budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.2 Imunisasi
2.2.1 Pengertian
Menurut Hidayat (2008), imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan
yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya
vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kekebalan atau resisten (Lisnawati, 2011).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai
penyakit seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis,
dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010).
2.2.2 Tujuan Imunisasi
Menurut Maryunani (2010), tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :
1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu di dunia.
2. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak
Program imunisasi juga bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak disebabkan oleh
penyakit yanga sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara lain
melalui imunisasi tubuh tidak mudah terserang menular, imunisasi sangat efektif

9
untuk mencegah penyakit menular, dan imunisasi dapat menurunkan angka
morbilitas (angka kesakitan) dan imunisasi dapat menurunkan angka mortalitas
(angka kematian) pada balita (Proverawati, 2010).
Sedangkan menurut IDAI (2011) tujuan imunisasi adalah mencegah
penyakit pada seseorang dan mencegah penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau bajkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar
bopeng (variola).
2.2.3 Manfaat Imunisasi
Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi ada tiga, yaitu :
Pertaman, untuk anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
Kedua, untuk keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjadi masa kanak-kanak yang nyaman.
Ketiga, untuk negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehaan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
2.2.4 Macam-macam Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi dua macam menurut Maryanti, dkk (2011) yaitu:
1) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang dapat seseorang karena tubuh
yang secara aktif membentuj zat antibodi.
2) Imunisasi Pasif
Imunisasi ini adalah kekebalan tubuh yang diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
2.2.5 Jenis imunisasi dasar
Imunisasi dasar yang wajib diperoleh sebelum 12 bulan adalah sebagai
berikut :
1) BCG
a)Pengertian
Menurut Proverawati (2010), imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang
diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit Tubercolusis (TBC).
Tuberculosis disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama Mycobacterium

10
tuberculosis complex.
Menurut Marimbi (2010), imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan
untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis(TBC) yaitu
penyakit paru-paru yang sangat menular.
b) Usia Pemberian
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.vaksin disuntikkan
secara intracutan pada lengan atas, untuk bayi yang berumur kurang dari satu
tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 ml (Proverawati, 2010).
c) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas. Disuntikan ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intracutan agar dapatdilakukan dengan tepat harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerja sama antara ibu dengan petugas
imunisasi sangat diharapkan agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat
(Proverawati, 2010).
Pemberian imunisasi atau dosis yang diberikan untuk bayi berumur kurang
dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 mL (Proverawati, 2010).
d) Efek samping
Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain.
Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan
imunisasi,akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule,kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan
khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang
terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini
terasa padat, namun tidak menimbulkan demam (Proverawati, 2010).
e) Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi seorang anak
menderita penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim, furunkolosis, dan
sebagainya. Serta Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC (Proverawati, 2010). Selain itu menurut Maryunani (2012)

11
imunisasi BCG tidap dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukkan uji mantoux positif atau pada anak yang mempuntai penyakit kulit
berat yang menahun.
2) DPT-Hb-HiB (Pentavalen)
a) Pengertian
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu
difteri, pertusis, tetanus (Proverawati, 2010).
1) Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium
diphteriae
2) Pertusis adalah penyakit batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari
adalah penyakit saluran yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis
(Marimbi, 2010)
3) Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuro maskular akut berupa trismus
(Maryunani, 2012).
Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza tipe b) merupakan
suatu bakteri gram negative. Hib terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak
berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya
menyebabkan infeksi ringan misalnya faringitis atau otitis media. Tipe yang
berkapsul merupakan yang paling ganas dan salah satu penyebab yang paling
sering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak kurang dari 5 tahun.
Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib adalah usia 4-8 bulan.
b) Waktu Pemberian
Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir Pemberian
pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi
usia 2 bulan, 3bulan, dan 4 bulan
(1) Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,
campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen vitamin A
(2) Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan
pada lokasi yang berlainan. (DinKes Prov Jateng, 2013).
c) Cara pemberian dan Dosis
(1) Dosis Imunisasi DPT-Hb-Hib
(a) Dosis pemberian 0,5 ml

12
(b) Disuntikkan secara intramuscular di anterolateral paha atas pada bayi dan
lengan kanan pada anak usia 1,5 bulan
(c) Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90 terhadap permukaan kulit
(DinKes Prov Jateng, 2013).
(2) Tidak dianjurkan pada:
(a) Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf siatik
(b)Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi local. (DinKes Prov
Jateng, 2013).
(c) Efek samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara
bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara
terpisah. Bebrapa reaksi local sementara seperti : bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam jumlah besar kasus.
Kadang- kadang reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas (rewel), dan
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Episode hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan, kejang demam telah
dilaporkan dengan angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya
demam. Studi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk United states
Institute of Medicine, The Advisory Commitee on imunization Practices, dan
asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Kanada, inggris, dan Amerika,
menyimpulkan bahwa data tidak menunnjukkan adanya hubungan kausal antara
DPT dan disfungsi sistem syaraf kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada
bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada anak.
Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik, dalam studi
menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal, dilaporkan kejadian
seperti myalgia dan demam ringan tidak sering dibandingkan dengan kelompok
plasebo. Laporan mengenai reaksi analfilaksis berat sangat jarang. Data yang ada
tidak menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan
sindoma Gullian Barre atau kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis
multipel, dan juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal
antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan

13
aotomun, asma, sindroma kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam
setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara, pada umumnya
akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan
tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem ringan termasuk demam, jarang terjadi
setelah penyuntikan vaksin Hib, reaksi berat lainnya jarang hubungan kausalitas
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan (DinKesProv
Jateng, 2013).
e) Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis
vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya.
Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang atau gejala kelainan otak
pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan kontraindikasi
terhadap komponen pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai
vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DPT,
vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah (DinKes Prov Jateng, 2013).
3) Hepatitis B
a) Pengertian
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi tubuh kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus yang telah
mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh.
Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kangker hati atau
kerusakan pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani (Proverawati, 2010).
a) Cara pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskuler. Imunisasi hepatitis B aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1
dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun
setelah imunisasi dasar (Proverawati, 2010).
b) Efek samping

14
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya akan hilang
setelah 2 hari (Proverawati, 2010).
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya dengan vaksin-
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang (Proverawati, 2010).
4) Polio
a) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat di kombinasikan dengan vaksin DPT.
Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu:
(1) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
(2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat
parah. Penyakit ini dapat menyerang system pencernaan dan system syaraf. Polio
menyebabkan demam, muntah-muntah dan kekakuan otot yang dapat menyerang
saraf- saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit polio dapat
ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air dan tangan (Proverawati,
2010).
b) Cara pemberian dan Dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali yaitu polio I, II, III, IV dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun
setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung kemulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
(Proverawati, 2010).
c) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping (Proverawati,

15
2010).
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh
(Proverawati, 2010).
5) Campak
a) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak lkarena penyakit ini sangat menular
(Maryunani, 2012).
b) Cara pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali,dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan,dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subcutan
(Proverawati, 2010).
c) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati, 2010).
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan
respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010).
e) Jadwal pemberian imunisasi dasar
Jadwal pemberian imunisasi dasar yang baru adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi

16
Menurut Maryunani (2010), lima jenis imunisasi dasar yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun, yaitu :
1. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
2. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
3. Imunisasi Polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
4. Imunisasi Campak, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
5. Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu.
Menurut Proveewati dan Andhini (2010), jadwal imunisasi pada anak,
yaitu :
1. MMR : 15-18 bulan, apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, MMR dapat diberikan sampai umur 12 bulan.
Hib-4 : diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP)
2. DPT-4 : 18 bulan, DPT-4 (DTwp atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio-4 : diberikan bersamaan dengan DTP-4
3. Hepatitis A : 2 tahun, vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun,
diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
4. Tifoid : 2-3 tahun, vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakrida injeksi perlu diulang
setiap 3 tahun.
5. DTP-5 : 5 tahun, DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/Dtap).

17
Polio-5 : diberikan bersama dengan DTP-5
6. MMR : 6 tahun, diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang
belum mendapatkan MMR
7. dT/TT : 10 tahun, menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (Dt atau TT)
diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun
Varisela : vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

2.3 Gambaran Wilayah Kecamatan Sanan Wetan


2.3.1 Batas wilayah

Kecamatan Sananwetan berbatas wilayah sebelah utara dengan


Kecamatan.Kepanjenkidul Kota Blitar , sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Garum Kabupaten Blitar dan Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar,
sebelah selatan dengan Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar dan Kec.
Kanigoro Kabupaten Blitar, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Kepanjenkidul Kota Blitar dan Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.

18
2.3.2 Pembagian wilayah administrasi

Kecamatan Sananwetan terdiri dari 7 Kelurahan pada lahan seluas 12,149


km2 yang merupakan kecamatan dengan wilayah yang paling luas di kota Blitar.

Sumber : BPS Kab. Blitar, 2013

Wilayah Kecamatan Sananwetan terletak pada ketinggian 156 meter


dpl,suhu rata-rata 29 0C, dan curah hujan rata-rata 13,75 mm per tahun. Secara
administratif wilayah Kecamatan Sananwetan terbagi dalam 7 Kelurahan, 74 RW
dan 249 RT. Dilihat dari komposisi RW dan RT, Kelurahan Sananwetan memiliki
jumlah RW dan RT terbanyak, yaitu 17 RW dan 60 RT, sedangkan kelurahan yang
memiliki wilayah paling besar adalah Kelurahan Gedog yakni 2,65 km2.

2.3.3 Data penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Sananwetan pada tahun 2013 telah mencapai


54.945 jiwa, bertambah 382 jiwa dibandingkan dengan tahun 2012. Jumlah

19
penduduk laki-laki sebesar 27.389 jiwa atau sebesar 49,84 persen danpenduduk
perempuan 27.556 jiwa atau sebesar 50.16 persen dari total penduduk kecamatan
Sananwetan.

Berikut merupakan tabel data penduduk di 7 desa di Kecamatan


Sananwetan

Jumlah Penduduk sampai dengan tahun 2014 berdasarkan data statistik


tiap kelurahan di Kecamatan Sananwetan sejumlah 53.821 jiwa dengan jumlah
KK 17.995 serta mayoritas penduduk memeluk agama Islam. Adapun jumlah
Penduduk Gakin / non Gakin dapat dilihat pada tabel berikut :

Distribusi jumlah penduduk gakin dan non gakin di Wilayah Kecamatan


Sananwetan tahun 2014 (berdasarkan data survei tahun 2009)

20
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
di Wilayah Kecamatan Sananwetan merupakan masyarakat non gakin (88.23%),
sedangkan jumlah masyarakat miskin sebesar 11,77% untuk data tahun 2010
belum diadakan pendataan ulang maskin 2010.

2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas )


2.4.1 Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatankabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan
kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bermutu.

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam


melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi,
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban
kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk
meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam
wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam wilayah
kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila
dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai

21
koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan.2

Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan


kesehatan kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan
pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik
untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang
dijalankan oleh setiap Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh
pada perubahan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara prilaku sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.3

2.5 Profil Puskesmas Sanan Wetan

2.5.1 Keadaan Geografi

UPTD. Puskesmas Sananwetan terletak di Kelurahan Sananwetan


dengan alamat Jl. Jawa No 07 Blitar. Akses transportasi ke Puskesmas
Sananwetan cukup mudah karena bersebelahan dengan jalan raya Bali
sehingga mempermudah jangkauan masyarakat untuk menggunakan
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sananwetan.

2.5.2 Visi dan Misi Puskesmas Sanan Wetan

Visi

UPTD Puskesmas Kecamatan Sananwetan Kota Blitar sebagai salah satu


dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi : Terwujudnya
pelayanan kesehatan dasar yang bermutu untuk mencapai masyarakat berPerilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Sananwetan tahun 2015. Pelayanan
kesehatan dasar yang bermutu adalah pelayanan kesehatan dasar yang ramah,
profesional dan partisipatif sedangkan Masyarakat yang Berperilaku Hidup Bersih
dan sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Kota Blitar menyadari, mau,
dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan
yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang

22
disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

Misi

Berdasarkan Visi UPTD. Kesehatan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar,


maka misi pembangunan kesehatan di Kota Blitar khususnya Wilayah Kecamatan
Sananwetan adalah :

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar yang transparan dan profesional

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau


dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif

3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

4. Membangun citra pelayanan dengan memberlakukan pengguna layanan


sebagai pusat perhatian

2.5.3. Struktur Organisasi Puskesmas Sananwetan

Struktur Organisasi Puskesmas menurut Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia no : 128/MENKES/SK/III/2004 tergantung dari kegiatan dan
beban tugas masing-masing Puskesmas. Pola struktur organisasi Puskesmas
adalah sebagai berikut :

Kepala Puskesmas

Ka Subbag Tata Usaha

Unit Tata Usaha

1. Data dan informasi

2. Perencanaan dan Penilaian

3. Keuangan

4. Umum dan kepegawaian

23
5. Pengelola sarpras

6. Loket

7. Caraka

Upaya Kesehatan Masyarakat dan Perorangan

Upaya Kesehatan Wajib

Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya pelayanan Penunjang

1. Unit GAwat darurat 24 jam dan Rawat Inap

2. Laboratorium

3. Apotik

Upaya Pelayanan Inovasi

1. PONED

2. MTBS

3. PKPR/Jiwa

Jaringan Pelayanan Puskesmas

Puskesmas Pembantu

2.5.4.Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan

a. Susunan Kepegawaian

Adapun Distribusi jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang ada di UPTD.
Puskesmas Kecamatan Sananwetan Kota Blitar dapat dilihat pada tabel berikut :

24
Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di UPTD. Puskesmas Kecamatan
Sananwetan Kota Blitar tahun 2014

25
a. Perlengkapan
Sarana Fisik Gedung Puskesmas

No. BANGUNAN KONDISI FISIK TAHUN DAYA


JML
BUA LUAS LUAS DIBANG
H TANAH BANGUNAN UN LISTRIK
m2 m2 ( WATT )
1 Pusk.Induk 1 2136.4 496.5 1975 1300
2 Rawat Inap 1 420 2005 3000
3 Puskesmas Pembantu 6
a. Pustu Bendil 1 336 70 1980 1300
b. Pustu Bendogerit 1 660 70 1990 900
c. Pustu Gedog 1 0 0 0 0
d. Pustu Plosokerep 1 155.26 56 1979 900
e. Pustu Klampok 1 450 70 1996 900
f. Pustu Rembang 1 308 70 1990 900
4 Poskesdes 7
5 Posyandu 59

Sarana Transportasi Puskesmas

NO Jenis Jumlah KONDISI KELAYAKAN


SEDAN
BAIK G RUSAK YA TIDAK
1 Kendaraan 4 2 1 1 4
Roda 4 ( Empat )
2 Kendaraan Roda 9 3 5 1 8 1
2 ( dua )

a. Alat-alat Kesehatan
Alat alat kesehatan yang ada di UPTD puskesmas Sananwetan terdiri dari :

1. PERALATAN UNTUK DIAGNOSTIK KLINIK


2. PERALATAN UNTUK KESEHATAN GIGI
3. PERALATAN UNTUK LABORATORIUM
4. PERALATAN UNTUK TINDAKAN MEDIS
5. LINEN

26
6. PERALATAN UNTUK PENYULUHAN
7. PERALATAN NON-MEDIK

2.5.5 Program Kesehatan Puskesmas Kecamatan Sananwetan


Berdasarkan Penilaian Kinerja Puskesmas program pelayanan
kesehatan Puskesmas dapat dibagi menjadi 3 Program dasar sebagai berikut :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib puskesmas di Puskesmas Sananwetan terdiri
dari :
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Upaya Perbaikan gizi
d. Kesehatan Ibu Dan Anak Termasuk Keluarga Berencana
e. Upaya Pencegahan Dan Pemberantaasan Penyakit Menular
f. Pengobatan
2. Program Manajemen Puskesmas
Program manajemen puskesmas di Puskesmas Sananwetan terdiri dari :
a. Manajemen Operasional Puskesmas
b. Manajemen Alat Dan Obat
c. Manajemen Keuangan Di Puskesmas
d. Manajemen Ketenagaan
e. Manajemen Pengolahan Barang/Aset
3. Program Pengembangan / inovatif
Program pengembangan / inovatif di Puskesmas Sananwetan terdiri dari
:
a. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
b. Upaya kesehatan Mata/pencegahan kebutaan
c. Upaya Kesehatan Telinga / Pencegahan Gangguan Pendengaran
d. Kesehatan Jiwa
e. Kesehatan Olah Raga
f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi
g. Perawatan Kesehatan Masyarakat

27
h. Bina Kesehatan Tradisional
i. Bina Kesehatan Kerja
j. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Phbs
k. Pengembangan Ukbm
l. ProgramGizi

28
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN
PEMILIHAN INTERVENSI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai imunisasi bagi para ibu yang memiliki bayi di Kelurahan Klampok.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.1.2 Populasi dan Sampel


a. Populasi target adalah seluruh ibu yang memiliki balita di kelurahan klampok
b. Sampel
Kriteria sampel yang memenuhi syarat yaitu :
1. Kriteria inklusi
Sampel merupakan seluruh ibu yang memiliki bayi di kelurahan klampok
2. Kriteria eksklusi
- Sampel yang tidak mengikuti pertemuan
- Sampel yang tidak bersedia mengisi kuisioner
Jadi total sampel dalam mini project ini adalah 20orang

3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan ketika kegiatan Posyandu Kelurahan Klampok
yaitu tanggal 12 Januari 2017 bertempat di Ruang Posyandu Kelurahan Klampok.

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah kuisioner, yang
terdiri atas data tentang pengetahuan terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
responden terhadap imunisasi dasar lengkap.

3.1.5 Cara Pengumpulan Data

29
Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil
intervensi.Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pelaksana dalam hal ini dokter internship Puskesmas Sananwetan meminta


persetujuan responden untuk melakukan pengisian kuesioner.
b. Memberikan penjelasan tentang tujuan pengumpulan data dan sifat keikut
sertaan responden dalam hal ini.
c. Membagikan kuesioner kepada responden yaitu ibu yang memiliki bayi
Kelurahan Klampok.
d. Memberikan penjelasan kepada responden pada masing-masing pertanyaan
yang belum jelas dan mendampingi selama pengisian kuesioner.
e. Kuesioner yang telah diisi, dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya.

3.2 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


3.2.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan
group discussion dengan alat bantu leflet dengan kuesioner yang dibagikan
sebelumnya. Kuesioner akan diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda.

3.2.2 Petugas Penyuluhan


Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :
1. Dokter Internship Puskesmas Sananwetan periode November 2016 Maret
2017 dalam hal ini dr.Septalisa Marsha Dea Natasia selaku narasumber.
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Sananwetan

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan


Kegiatan mini project ini bertempat di Posyandu Kelurahan Klampok.
Pelaksanaan pada tanggal 12 Januari 2017, pukul 09.00-11.00 WIB.

3.2.4 Sasaran Penyuluhan


Sasaran kegiatan mini project ini adalah ibu yang mempunya bayi di Kelurahan
Klampok.

30
BAB IV
HASIL

Berdasarkan hasil test yang diperoleh dari total dua puluh orang
subjek, dari dua puluh responden di dapatkan kriteria responden sebagai
berikut:

31
No karakteristik Kategori frekuensi Presentase (%)
1 Umur 16-20thn - -
21-25tahun 3 15
26-30tahun 9 45
31-35tahun 6 30
36-40tahun 2 10

2 Pendidikan SLTP 5 25
SLTA 12 60
SARJANA 3 15

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 20 responden sebagian besar
responden berumur 26 sampai 30 tahun sebanyak 9 responden (45%), pendidikan
terakhir ibu yang paling banyak adalah SMA yaitu 12 responden (60%).
Hasil tes yang diperoleh dari total dua puluh responden tingkat
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi di Kelurahan Klampok tahun 2017 sebagi
berikut :

Berdasarkan hasil tes dapat diketahui bahwa 9 responden (45%) yang


diteliti memiliki pengetahuan yang cukup. Sebanyak 5 responden (25%) memiliki
pengetahuan baik. Sedangkan 6 responden (30%) memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai imunisasi dasar lengkap.
Secara umum orang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memliliki
pengetahuan yang lebih banyak dari pada yang berpendidikan rendah, termasuk

32
dalam pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap. Pada penelitian ini
responden rata-rata lulusan SMA. Pada penelitian tersebut nilai terendah banyak
di temukan pada ibu dengan pendidikan SLTP, sedangkan nilai terbaik ditemukan
pada ibu dengan pendidikan SARJANA. Hal tersebut sesuai dengan dasaran teori,
walaupun tingkat pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa:

Tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu yang


memiliki bayi di kelurahan klampok kecamatan sananwetan sudah cukup
baik. Meskipun begitu terdapat peserta yang masih belum mengerti
sepenuhnya tentang tujuan pemberian imunisasi, waktu pemberian
imunisasi serta penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dasr
lengkap. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
pendidikan ibu yang berbeda.
Selain faktor pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu, pemberian
imunisasi dasar lengkap dipengaruhi beberapa faktor lain seperti umur ibu
saran
Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menjaga dan meningkatkan
pengetahuan ibu yang memliki bayi di kelurahan klampok antara lain
dengan melakukan penyuluhan berkala.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta
2. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Mengacu Indonesia Sehat 2010.
Jakarta, 2003.
3. DinKes Prov Jateng, 2013. Petunjuk taknis Intruksi Imunisasi DPT-HB-
Hib(Pentavalen) Pada Bayi dan Pelaksanaan imunisasi lanjut pada anak
balita.Jakarta : DepKes.
4. Hidayat, A.A.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
5. IDAI. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi ke 4. Jakarta : IDAI
6. Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi dasar pada Balita
Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Maryunani. 2012. Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Trans Info Media
8. Proverawati. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

34
Lampiran

35
LEMBAR KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR
LENGKAP

A. DATA UMUM
Petunjuk pengisian :
- Isilah biodata dibawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya
- Apa bila kurang jelas tanyakan pada peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah anak :

Pengetahuan Responden
1. Apakah ibu tahu tentang program imunisasi dasar lengkap?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui?
a. BCG
b. DPT
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B
3. Apakah ibu tahu tentang imunisasi BCG?
a. Tahu
b. Tidak tahu
4. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG?
a. TBC (Tuberculosis)
b. Polio

36
c. Campak
d. Hepatitis B
e. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
5. Berapa kali imunisasi BCG diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
6. Kapan imunisasi BCG diberikan?
a. Saat bayi berumur 2 bulan
b. Saat bayi berumur 1 bulan
c. Saat bayi berumur 3 bulan
7. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B?
a. Tahu
b. Tidak tahu

8. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi Hepatitis B?


a. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
b. Hepatitis B
c. TBC (Tuberculosis)
d. Campak
e. Polio
9. Berapa kali imunisasi Hepatitis B 0 diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
10. Kapan imunisasi Hepatitis B 0 diberikan?
a. Segera setelah bayi lahir
b. Saat bayi berusia 1 bulan

37
c. Saat bayi berusia 2 bulan
11. Apakah ibu tahu tentang imunisasi DPT?
a. Tahu
b. Tidak tahu
12. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT?
a. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
b. Hepatitis B
c. Campak
d. Polio
e. TBC (Tuberculosis)

13. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Combo DPT-HB?


a. Tahu
b. Tidak tahu
14. Berapa kali imunisasi Combo DPT-HB diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
15. Kapan imunisasi Combo DPT-HB diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan
b. Saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan
c. Saat bayi berumur 5 bulan dan 6 bulan
16. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Polio?
a. Tahu
b. Tidak tahu
17. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi Polio?
a. TBC (Tuberculosis)
b. Polio
c. Campak
d. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus

38
e. Hepatitis B

18. Berapa kali imunisasi Polio diberikan ?


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
19. Kapan imunisasi Polio diberikan?
a. Saat bayi berumur 5 bulan dan 6 bulan
b. Saat bayi berumur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan
c. Saat bayi berumur 5 bulan, 6 bulan, 7 bulan
20. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Campak?
a. Tahu
b. Tidak tahu
21. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi Campak?
a. Polio
b. Difteri, Batuk 100 hari (batuk rejan), Tetanus
c. Campak
d. Hepatitis B
e. TBC (Tuberculosis)
22. Berapa kali imunisasi Campak diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali

23. Kapan imunisasi Campak diberikan?


a. Saat bayi berumur 8 bulan
b. Saat bayi berumur 6 bulan dan 7 bulan
c. Saat bayi berumur 9 bulan

39
24. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi?
a. Kantor Kelurahan
b. Posyandu/Puskesmas
c. Dukun
25. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar?
a. Orang dewasa
b. Bayi umur 0 11 bulan
c. Anak umur lebih dari 1 tahun

40

Anda mungkin juga menyukai