Oleh:
dr. Dinieta Indiarni
Pembimbing:
dr. Winardi Kahdar
Penulis:
dr. Dinieta Indiarni
Program Penugasan:
Program Internsip Dokter Indonesia
Kegiatan ini diajukan sebagai tugas mini project pada Program Internsip Dokter
Indonesia yang telah dipresentasikan dihadapan dokter pembimbing, kepala UPT
Puskesmas DTP Tarogong, dan karyawan UPT Puskesmas DTP Tarogong.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan mini project sebagai salah satu syarat menempuh
Program Internsip Dokter Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mini project ini berjudul “Edukasi Pemberian ASI Eksklusif pada Orang Tua Balita
dengan Stunting di Puskesmas Tarogong pada Bulan Januari-Juni 2019”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberi kesempatan, saran, bimbingan, serta motivasi hingga terlaksananya mini
project ini:
1. dr. H. Eddy Kusmayadi, selaku Kepala UPT Puskesmas DTP Tarogong.
2. dr. H. Winardi Kahdar, selaku dokter pendamping internsip UPT
Puskesmas DTP Tarogong.
3. dr. Mepy Nurana, selaku dokter fungsional UPT Puskesmas DTP
Tarogong.
4. Ibu Lilik beserta seluruh karyawan UPTD Puskesmas DTP Tarogong yang
telah membantu terlaksananya mini project ini.
5. Teman Sejawat Dokter Internsip RS Tk.IV Guntur - Puskesmas Tarogong
serta seluruh pihak yang turut berperan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna karena
untuk merealisasikan semua strategi yang dipaparkan perlu kerja sama dari
berbagai pihak dan waktu yang lama. Untuk itu, kritik yang membangun serta saran
untuk perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga mini project ini bermanfaat bagi
UPT Puskesmas DTP Tarogong, masyarakat yang ada di wilayah kerja UPT
Puskesmas DTP Tarogong, serta pihak terkait.
PENDAHULUAN
Adapun sasaran utama dari program ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
pelayanan kesehatan.1
Sehat dilaksanakan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada, baik dari
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badan berada di bawah minus dua standar deviasi
panjang pada tinggi anak standar sesuai usia. Pada tahun 2017, sekitar 22,2%
atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting, lebih dari
setengahnya berasal dari Asia (55%) dan lebih dari sepertiganya (39%) berasal
dari Afrika.3 Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
adalah 36,4%.4 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan telah
adanya penurunan angka balita stunting di Indonesia dari 37,2% pada tahun
2013 menjadi 30,8 pada tahun 2018. Namun, angka balita stunting masih
lainnya yang terjadi secara kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan
kecerdasan dan produktivitas anak dimasa depan. Stunting dan masalah gizi
pertahunnya.4
TOPIK MASING-MASING.
implementasi konseling gizi dan asuhan mandiri terhadap perubahan pola asuh
ibu dan pola makan balita dengan stunting. Diharapkan melalui penelitian ini,
konseling gizi dan asuhan mandiri melalui TOGA dan akupresur dapat
intervensi berupa:
Puskesmas Tarogong
Puskesmas Tarogong.