Anda di halaman 1dari 12

Mini Project

EDUKASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA


ORANG TUA BALITA DENGAN STUNTING DI
PUSKESMAS TAROGONG KABUPATEN GARUT
PADA BULAN JANUARI-JUNI 2019

Disusun untuk menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia


Kementerian Kesehatan RI

Oleh:
dr. Dinieta Indiarni

Pembimbing:
dr. Winardi Kahdar

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
UPT PUSKESMAS DTP TAROGONG
KABUPATEN GARUT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Penulis:
dr. Dinieta Indiarni

Program Penugasan:
Program Internsip Dokter Indonesia

Judul Mini Project:


Edukasi Pemberian ASI Eksklusif pada Orang Tua Balita dengan Stunting di
Puskesmas Tarogong pada Bulan Januari-Juni 2019

Kegiatan ini diajukan sebagai tugas mini project pada Program Internsip Dokter
Indonesia yang telah dipresentasikan dihadapan dokter pembimbing, kepala UPT
Puskesmas DTP Tarogong, dan karyawan UPT Puskesmas DTP Tarogong.

Garut, Oktober 2019

Kepala UPT Dokter Pendamping


Puskesmas DTP Tarogong, Puskesmas DTP Tarogong

dr. H. Eddy Kusmayadi dr. H. Winardi Kahdar


NIP. 19610429 198903 1 003 NIP. 19630216 1990 0 31007
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan mini project sebagai salah satu syarat menempuh
Program Internsip Dokter Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mini project ini berjudul “Edukasi Pemberian ASI Eksklusif pada Orang Tua Balita
dengan Stunting di Puskesmas Tarogong pada Bulan Januari-Juni 2019”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberi kesempatan, saran, bimbingan, serta motivasi hingga terlaksananya mini
project ini:
1. dr. H. Eddy Kusmayadi, selaku Kepala UPT Puskesmas DTP Tarogong.
2. dr. H. Winardi Kahdar, selaku dokter pendamping internsip UPT
Puskesmas DTP Tarogong.
3. dr. Mepy Nurana, selaku dokter fungsional UPT Puskesmas DTP
Tarogong.
4. Ibu Lilik beserta seluruh karyawan UPTD Puskesmas DTP Tarogong yang
telah membantu terlaksananya mini project ini.
5. Teman Sejawat Dokter Internsip RS Tk.IV Guntur - Puskesmas Tarogong
serta seluruh pihak yang turut berperan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna karena
untuk merealisasikan semua strategi yang dipaparkan perlu kerja sama dari
berbagai pihak dan waktu yang lama. Untuk itu, kritik yang membangun serta saran
untuk perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga mini project ini bermanfaat bagi
UPT Puskesmas DTP Tarogong, masyarakat yang ada di wilayah kerja UPT
Puskesmas DTP Tarogong, serta pihak terkait.

Garut, Oktober 2019


Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan program yang diselenggarakan

oleh Kementerian Kesehatan Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup rakyat Indonesia. Program Indonesia Sehat menjadi program

utama pembangunan kesehatan yang rencana pencapaiannya dituangkan dalam

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 dan ditetapkan

melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/52/2015.

Adapun sasaran utama dari program ini adalah meningkatkan derajat kesehatan

dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan

pelayanan kesehatan.1

Upaya pencapaian pembangunan kesehatan dalam Program Indonesia

Sehat dilaksanakan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada, baik dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah, kabupaten/kota, masyarakat umum,

hingga keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat. Berdasarkan Undang-

Undang No.52 tahun 2009 mengenai Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, pembangunan keluarga merupakan upaya mewujudkan

terciptanya keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan sehat. Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga merupakan salah satu upaya

puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan meningkatkan akses

pelayanan kesehatan melalui integrasi upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat secara berkesinambungan.1

Dalam upaya pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga, Puslitbang Kemenkes telah melakukan pengkajian sehingga

disepakati 12 indikator utama untuk status kesehatan keluarga yang

selanjutnya disebut sebagai Indeks Keluarga Sehat. Adapun salah satu

indikator Indeks Keluarga Sehat adalah balita mendapatkan pemantauan

pertumbuhan.1 Indikator ini sangat penting untuk dilakukan mengingat

permasalahan gizi masih menjadi isu nasional kesehatan Indonesia, baik

berupa stunting, wasting, ataupun overweight.2

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang terjadi

akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Anak tergolong stunting

apabila panjang atau tinggi badan berada di bawah minus dua standar deviasi

panjang pada tinggi anak standar sesuai usia. Pada tahun 2017, sekitar 22,2%

atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting, lebih dari

setengahnya berasal dari Asia (55%) dan lebih dari sepertiganya (39%) berasal

dari Afrika.3 Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health

Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan

prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional

(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017

adalah 36,4%.4 Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan telah

adanya penurunan angka balita stunting di Indonesia dari 37,2% pada tahun

2013 menjadi 30,8 pada tahun 2018. Namun, angka balita stunting masih

terbilang cukup tinggi mengingat rekomendasi WHO mengenai prevalensi

stunting harus kurang dari 20%.

Ada banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya stunting, mulai


dari pola asuh dan pola makan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan

termasuk pelayanan ibu hamil dan ibu melahirkan, kurangnya pembelajaran

dini yang berkualitas, kurangnya akses untuk pemenuhan kebutuhan gizi,

hingga kurangnya akses sanitasi keluarga.5 Stunting dan permasalahan gizi

lainnya yang terjadi secara kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan

beresiko menyebabkan kerentanan anak terhadap penyakit dan hambatan

pertumbuhan fisik serta kognitif yang dapat berpengaruh pada tingkat

kecerdasan dan produktivitas anak dimasa depan. Stunting dan masalah gizi

diperkirakan menurunkan produk domestik bruto (PDB) sekitar 3%

pertahunnya.4

Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan dari permasalahan

stunting, berbagai intervensi dan program perlu dilakukan. Pencegahan dan

penatalaksanaan stunting memerlukan intevensi yang terpadu, mecakup

intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan

penyelenggaraan intervensi yang terpadu merupakan kunci utama dari

keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.4

BIKIN PARAGRAF SENDIRI TENTANG LATAR BELAKANG

TOPIK MASING-MASING.

Berdasarkan latar belakang itulah, penulis tertarik untuk meneliti

implementasi konseling gizi dan asuhan mandiri terhadap perubahan pola asuh

ibu dan pola makan balita dengan stunting. Diharapkan melalui penelitian ini,

konseling gizi dan asuhan mandiri melalui TOGA dan akupresur dapat

disosialisasikan secara intensif sehingga lebih dikenal oleh masyarakat umum.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kami melakukan

intervensi berupa:

1. Edukasi pemberian ASI eksklusif pada orang tua balita dengan

stunting di Puskesmas Tarogong

2. Edukasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada orang tua

balita dengan stunting di Puskesmas Tarogong

3. Edukasi pencegahan penyakit infeksi tersering pada orang tua balita

dengan stunting di Puskesmas Tarogong

4. Edukasi pencegahan penyakit kongenital pada orang tua balita dengan

stunting di Puskesmas Tarogong

5. Edukasi pentingnya …….. pada orang tua balita dengan stunting di

Puskesmas Tarogong

6. Membandingkan antropometri balita stunting di Puskesmas Tarogong

menggunakan kurva WHO dan kurva ……

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Memberikan edukasi kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Tarogong, khususnya orang tua balita dengan stunting agar dapat

memberikan perhatian dan dukungan dalam upaya memperbaiki

status nutrisi anak.

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Tarogong, khususnya orang tua balita dengan stunting

bahwa pemberian ASI eksklusif, sanitasi lingkungan, penyakit

infeksi dan kongenital, beserta …. memiliki kaitan yang erat dengan


stunting sehingga dapat ikut memperhatikan aspek tersebut.

3. Mengetahui hasil perbandingan antropometri balita stunting di

wilayah kerja Puskesmas Tarogong menggunakan kurva

pertumbuhan WHO dan kurva …..

4. Melengkapi kegiatan Mini Project Program Dokter Internsip di

Puskesmas Tarogong.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penyusun, kegiatan Mini Project merupakan salah satu bagian

dari Program Dokter Internship di Puskesmas Tarogong. Dengan

kegiatan Mini Project diharapkan dokter internship dapat memiliki

pengalaman melaksanakan upaya kesehatan promotif dan preventif di

lingkungan masyarakat secara langsung.

2. Bagi masyarakat sasaran, kegiatan Mini Project diharapkan dapat

ikut meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya peran keluarga,

khususnya orang tua balita dengan stunting sehingga upaya perbaikan

faktor-faktor yang mempengaruhi stunting dapat diaplikasikan

dengan lebih menyeluruh.

3. Bagi Puskesmas Tarogong selaku fasilitator, kegiatan Mini Project

diharapkan dapat memberikan hasil secara langsung terhadap target

maupun tidak langsung seperti masukan dan saran untuk

implementasi program puskesmas selanjutnya berkaitan dengan

upaya pencegahan stunting di masyarakat.


12

Anda mungkin juga menyukai