Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI DENGAN


IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS PAGELARAN
KABUPATEN MALANG

Oleh :
RUPINAH, S.ST
NIM. 2082B0042

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2021

PERSETUJUAN
Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN

HOLISTIK PADA BAYI DENGAN IMUNISASI CAMPAK ” Di

Puskesmas Pagelaran Kabupaten Malang telah disetujui oleh pembimbing

penyusunan Asuhan pada :

Hari/tanggal :

Malang, ………..

Mahasiswa

RUPINAH.S.ST

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Candra Wahyuni, S.ST.,M.Kes. Norma Fajaria, S.Tr.Keb.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Rahmat, Taufik, Dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK

PADA BAYI DENGAN IMUNISASI CAMPAK ”. Sebagai salah satu


tugas pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan F2K IIK STRADA
INDONESIA.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
pengantar ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus –
tulusnya kepada :
1. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns., M.Kes, selaku Dekan IIK STRADA
INDONESIA
2. Ibu Yenny Puspitasari, S.Kep.,Ns., M.Kes, Selaku Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA
3. Ibu Candra Wahyuni, S.ST.,M.Kes. selaku pembimbing Institusi
4. Ibu Norma Fajaria, S.Tr.Keb, selaku Cilinical Instruture
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan Laporan
Praktik ini.

Penulis menyadari penyusunan Laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pembaca sangat penulis harapkan dalam rangka perbaikan.

Malang, 26 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERSETUJUAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................1
1.2. TUJUAN...................................................................................................2
1.3 MANFAAT..............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Kajian Dari Sumber Pustaka.................................................................4
2.2 Tori Imunisasi............................................................................................8
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan......................................15
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................23
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................29
BAB 5 PENUTUP................................................................................................32
5.1 Kesimpulan............................................................................................32
5.2 Saran.......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
DAFTAR SINGKATAN

PMB : Praktik Mandiri Bidan


WHO : World Health Organisation
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KH : Kelahira Hidup
KPD : Ketuban Pecah Dini
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi


Lampiran 2 SOAP NOTES
Lampiran 3 Satuan Acara Penyuluhan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak

ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan

yang panjang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Asuhan tidak hanya

diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL).

Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena proses

tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (Bayi) maka penatalaksanaan

persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang

dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan yang

segera, aman, dan bersih untuk BBL merupakan bagian esensial asuhan BBL

(Wahyuni, 2012).

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka

kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni

Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Perhatian

terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28hari) menjadi penting

karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.

(Kemenkes RI, 2016).

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap

suatu penyakitdengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun

cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga apabila kelak terpajang pada

penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuh dkk, 2017).


Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per

tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan

294.000 (20%); tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Indonesia

sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun

meninggal karena serangan campak. Jumlah kasus campak di Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2009 terdapat sebanyak 3.614 kasus. Ini berarti setiap dua

puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak (IDAI, 2010).

Penyakit campak secara klinik dikenal dengan memiliki 3 stadium yaitu

stadium kataral, stadium erupsi (keluar bercak-bercak) dan stadium konvalesensi.

Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus

Morbillivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Penyakit ini merupakan penyakit

yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui system pernafasan, terutama

percikan ludah (cairan yang keluar ketika seseorang berson batuk atau berbicara)

seorang penderita (Hidayat, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 26 Januari 2021 di Praktik

Mandiri Bidan (PMB) Sihani, Kecamatan Bantur pada periode Desember 2020

sampai Januari 2021 didapatkan 37 bayi mengikuti imunisasi campak.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI “K” USIA 9

BULAN DENGAN IMUNISASI CAMPAK.

1.1 TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum


Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia di PMB Sihani

Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

1.2.1 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data bayi K.

b. Mampu melakukan identifikasi diagnosis atau masalah aktual pada bayi K.

c. Mampu menentukan intervensi pada bayi K.

d. Mampu melakukan implementasi tindakan pada bayi K.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang diberikan pada bayi K.

1.1 MANFAAT

1.1.1 Manfaat Teoritis

Dapat untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar

pelayanan dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan imunisasi campak.

1.1.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Dapat menerapkan secara langsung ilmu yang telah didapat dari Institusi dalam

memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan imunisasi campak.

2. Bagi Institusi

Sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam

perkuliahan maupun praktek lapangan agar dapat menerapkan sesuai dengan

standar pelayanan asuhan kebidanan.

3. Bagi lahan praktik


Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan asuhan kebidanan

secara berkesinambungan serta membagikan ilmu, pengalaman, dan keterampilan

kepada penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang berkualitas.

4. Bagi klien

Mendapatkan asuhan kebidanan yang berkualitas sesuai dengan standar pelayanan

asuhan kebidanan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Bayi

A. Definisi

Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi

premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009). Bayi

(Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat

yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai

periode emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12bulan, namun

tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode

perkembangan yang panjang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Asuhan tidak

hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir

(BBL). Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi

karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (Bayi) maka

penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya,

bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan
asuhan yang segera, aman, dan bersih untuk BBL merupakan bagian esensial

asuhan BBL (Wahyuni, 2012).

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan

dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat

gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada

perawatan dan pemberian makan oleh ibunya. Nursalam, dkk (2005) mengatakan

bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus

dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan.

Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan

mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai

berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami

pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

B. Perubahan Fisiologi (Sondakh,2017)

1. Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah

kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf

pusat dan perifer yangdibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi

pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

2. Perubahan sistem Kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan

tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami

penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi


pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus

arteriosus tertutup.

3. Perubahan termoregulasi dan metabolik

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC, maka

bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan

radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi menderita

hipotermi dan trauma dingin (cold injury).

4. Perubahan Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang

sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah

terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

5. Perubahan Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 mL akan menurun menjadi 50

mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang

diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil

metabolisme asam lemak sehingga kadargula akan mencapai

120mg/100mL.

6. Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6

kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali

dalam 24 jam.

7. Perubahan Hati
Sselama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk

pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi

yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan

bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.

8. Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk.

Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko

infeksi pada periode bayi baru lahir.

C. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perubahan baik dari

segi jumlah, ukuran, dan dimensi padatingkat sel, organ yang di ukur maupun

individu. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang

bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak secara umum, pertumbuhan fisik

dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan

tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-

angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah

akan bertambah secara teratur (Chamidah, 2009).

Ada perbedaan antara konsep pertumbuhan dan perkembangan pada bayi,

konsep pertumbuhan lebih kearah fisik, yaitu pertambahan berat tubuh bayi.

Dalam hal ini terjadi pertumbuhan organ-organ bayi seperti tulang, gigi, organ-

organ dalam, dan sebagainya. Sementara itu, konsep perkembangan lebih

mengarah pada segi psikologis, yaitu menyangkut perkembangan sosial,


emosional, dan kecerdasan. Perkembangan pada bayi terdiri dari beberapa tahap

antara lain sebagai berikut (Chamidah, 2009):

1) Periode usia 0-1 bulan (periode neonatus/bayi awal): terjadi penyesuaian

sirkulasi darah dan insiasi pernapasan serta fungsi lain.

2) Periode usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun (periode bayi tengah): terjadi

pertumbuhan yang cepat dan maturasi fungsi terutama pada saraf. Maturasi

fungsi adalah pemataangan fungsi-fungsi organ tubuh, misalnya pada organ

pencernaan dari hanya bias mencerna susu hingga dapat mencerna makanan

padat.

3) Periode usia 1-2 tahun (periode bayi akhir): terjadi perkembangan motoric

besar dan halus, control fungsi ekskresi (buang air besar) dan pertumbuhan

lambat.

2.1 Imunisasi Dasar Pada Bayi

a. Pengertian imunisasi dasar

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap

suatu penyakitdengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya

namun cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga apabila kelak

terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuh dkk, 2017).

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Terdiri atas

imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri,

pertussis, tetanus, pneumonia dan meningitis, dan campak (Kemenkes RI,

2017).

b. Tujuan imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :


1. Meningkatkan kualitas hidup anak sehingga tidak terkena penyakit

2. Meningkatkan nilai kesehatan orang di sekitarnya

3. Menurunkan angka morbiditas, moralitas dan cacat serta bila mungkin

didapat eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri

(Ranuh dkk, 2017).

c. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian,

sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan

dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi yang

mendapat imunisasi dasar lengkap akan meningkatkan kualitas hidup anak

sehingga tidak terkena penyakit dan peningkatan nilai kesehatan orang

disekitarnya (Ranuh dkk, 2017).

d. Macam-macam imunisasi

Imunitas atau kekebalan dibagi menjadi dua hal yaitu aktif dan pasif. Aktif

apabila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan

pasif adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi

hanya menerimanya saja (Ranuh dkk, 2017).

1. Imunisasi aktif, adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri. Contohnya imunisasi polio atau campak.

Keuntungan imunisasi aktif yaitu pertahanan tubuh yang terbentuk akan

dibawa seumur hidup, murah dan efektif, tidak berbahaya, reaksi

yangserius jarang terjadi (Ranuh dkk, 2017).


2. Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan

untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi

sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. (Ranuh dkk, 2017).

e. Waktu pemberian Imunisasi Dasar

1) Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada umur <12 jam, namun

ditambahkan keterangan setelah penyuntikan vitamin K1. Hal tersebut

penting untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat defisiensi vitamin

K.Vaksin HB monovalen pada usia satu bulan tidak perlu diberikan

apabila anak akan mendapat vaksin DTP-HB-HiB pada umur dua bulan

(Ranuh dkk, 2017).

2) BCG (Bacillus Calmette Guerin).

Imunisasi BCG pada bayi optimal diberika pada bayi usia <3 bulan,

namun sebaiknya diberikan sesegera mungkin karena di Indonesia

penyakit TBC masih sangat tinggi. Apabila bayi berusia 3 bulan belum

diberikan imunisai BCG perlu dilakukan tes tuberculin untuk mendeteksi

bayi terinfeksi kuman TB atau belum (Ranuh dkk, 2017).

3) Pentavalen

Imunisasi pentavalen diberikan tiga kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin pentavalen tidak diberikan pada anak kurang dari usia 6 minggu,

disebabkan respons terhadap pertussis dianggap tidak optimal, sedang

respons terhadap toksoid tetanus dan difteria cukup baik tanpa

memperdulikan adanya antibodi maternal, disamping itu KIPI pada usia


<6 minggu lebih tinggi (Ranuh dkk, 2017). Jadwal pemberan imunisasi

pentavalen yang tidak diikuti akan memberikan tingkat kekebalan yang

berbeda (Kemenkes RI, 2014).

4) Polio

Imunisasi IPV (inactivated poliovirus vaccine) diberikan mulai dari umur

2-3 bulan dengan dosis tiga kali berturut-turut dengan interval waktu 6-8

minggu. Imunisasi IPV dapat diberikan bersamaan dengan suntikan

vaksin pentavalen (Ranuh dkk, 2017).

5) MR (Measles dan Rubella) Kementerian Kesehatan RI (2017) akan

mengupayakan penambahan vaksin untuk melengkapi Program Imunisasi

Nasional dasar, salah satu diantaranya yaitu vaksin Measles Rubella

(MR). Pemberian vaksin MR dilatarbelakangi oleh sindrom rubella

konginetal yang kejadiannya semakin meningkat. Vaksin ini digunakan

sebagai pengganti vaksin campak monovalen. Imunisasi MR diberikan

pada anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun mulai akhir

tahun 2017 secara bertahap (Kemenkes RI, 2017).

f. Jenis imunisasi dasar

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG tidak

mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi resiko tuberculosis berat

dan tuberkulosa primer. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan,

atau pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG diberikan

secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. Deltoideus


sesuai anjuran WHOdengan dosis 0,05 mL (Ranuh dkk, 2017).

Kontraindikasi imunisasi BCG antara lain bayi yang mengalami defisiensi

sistem kekebalan,reaksiuji tuberkulin >5 mm, demam tinggi, terinfeksi

HIV asimtomastis maupun simtomatis, adanya penyakit kulit yang

berat/menahun, atau sedang menderita TBC (Ranuh dkk, 2017). KIPI

yang terjadi yaitu reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah

ulkus lokal yang superfisial pada 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus

tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut

bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus

yang timbul lebih besar, namun apabilapenyuntikkan terlalu dalam maka

parut yang terjadi tertarik ke dalam (Ranuh dkk, 2017).

2) Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah

dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi ini

bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B.

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara

intramuskuler, sebaiknya anteroateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis,

dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan

interval minimum 4 minggu (Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi yaitu

reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari. Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis B pada bayi

yangmemiliki riwayat anafilaksis setelah vaksinasi hepatitis B

sebelumnya (Ranuh dkk, 2017).


3) Imunisasi Pentavalen

Vaksin Pentavalen (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B Rekombinan,

Haemophilus influen-zae tipe (b) berupa suspensi homogen yang

mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk

rejan) inaktif, antigen permukaan Hepatitis B (HbsAg) murni yang tidak

infeksius dan komponen HiB sebagai vaksin bakteri sub unit berupa

kapsul polisakarida Haemophilus influenza tipe B tidak infeksius yang

dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Indikasi digunakan untuk

pencegahan terhadap difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, dan infeksi

Haemophilus influenza tibe b secara simultan (Ranuhdkk, 2017). Vaksin

ini harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas,

dengan dosis anak 0,5 ml. kontraindikasi pemberian vaksin ini adalah

riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya, ensefalopati

sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya, keadaan lain dapat

dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). Riwayat kejang dalam

keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian vaksin

sebelumnya bukanlah suatu kontraindikasi terhadap pemberian vaksin ini

(Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi reaksi local kemerahan, bengkak,

dan nyeri pada lokasi injeksi, demam ringan, anak gelisah dan menangis

terus menerus, dan lemas (Ranuh dkk, 2017).

4) Imunisasi Polio

Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit

polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang

berisis virus polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan


panas dan formal dehid. Vaksin IPV meningkatkan antibodi humoral

dengan cepat. Namun, Vaksin IPV sedikit memberikan kekebalan lokal

pada dinding usus sehingga virus polio masih dapat berkembang biak

dalam usus orang yang telah mendapat IPV saja. Hal ini memungkinkan

terjadinya penyebaran virus ke sekitarnya, yang membahayakan orang-

orang disekitarnya, sehingga vaksin ini tidak dapat mencegah penyebaran

virus polio liar. IPV tidak dipergunakan untuk eradikasi polio, namun

dapat mencegah kelumpuhan baik akibat virus polio liar atau virus polio

vaksin sabin (Ranuh dkk, 2017). Kontraindikasi umumnya pada imunisasi

: vaksinasi harus ditunda pada mereka yang sedang menderita demam,

penyakit atau penyakit kronis progresif. Hipersensitif pada saat pemberian

vaksin ini sebelumnya. Penyakit demam akibat infeksi akut : tunggu

sampai sembuh (Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi reaksi lokal pada

tempat penyuntikan antara lain nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak

bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan

selamasatu atau dua hari. Kejadian dan tingkat keparahan dari reaksi lokal

tergantung pada tempat dan cara penyuntikan serta jumlah dosis yang

sebelumnya diterima. Reaksi sistemik yang ditimbulkan demam dengan

atau tanpa disertai myalgia, sakit kepala atau limfadenopati (Ranuh dkk,

2017).

5) Imunisasi MR (Measles dan Rubella)

Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran

nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan

komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang


otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian. Rubella biasanya berupa

penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada

trimester pertama dapat menyebabkan keguguran atau kececatan pada

bayi yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal segabai Sindroma

Rubella Konginetal di antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata,

ketulian dan keterlambatan perkembangan (Kemenkes RI, 2017).

Kontraindikasi pemberian vaksin Mr adalah anak dengan penyekit

keganasan yang tidak diobati atau gangguan imunitas, yang mendapat

pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid

dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau neomisin. Anak yang

mendapat vaksin hidup yang lain harus di tunda minimal 1 bulan setelah

imunisasi yang terakhir. Vaksin MR tidak boleh diberikan dalam waktu 3

bulan setelah pemberian immunoglobulin atau transfusi darah (Ranuh

dkk, 2017). KIPI yang terjadi yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam

dan ruam yang berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi dan pada

umumnya berlangsung selama 1-2 hari (Ranuh dkk, 2017).

g. Status Imunisasi

Kemenkes RI mengubah status imunisasi lengkap menjadi imunisasi rutin

lengkap. Kelengkapan imunisasi dasar diberikan pada bayi <12 bulan.

Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar yaitu HB0, BCG, polio,

DPT-HB-HiB, dan MR, pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak

(Kemenkes RI, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan Nugroho (2012)

status imunisasi dibagi menjadi dua yaitu sesuai jadwal dan tidak sesuai

jadwal.
2.1 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan

dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O

adalah data Objektif, A adalah Analisis/Assesment, jelas, logis dan singkat.

Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan

manajemen kebidanan (Muslihatun,2010).

1) Data Subjektif

Adalah data yang di dapat dari subjek berisi keluhan atau

kekhawatiran, jika dihubungkan dengan kasus asfiksia sedang maka

data subjektif yang diperoleh adalah bayi menangis spontan atau tidak,

gerakan aktif atau lemah, warna kulit kemerahan atau tidak.

2) Data Objektif.

a. Pemeriksaan Khusus

Segera setelah lahir dilakukan dengan pemeriksaan Appearance,

Pulse, Gremace, Aktivity, Respiration pada menit pertama, dan

kelima. Pada penilaian awal terdiri dari tiga tahap, diantaranya

apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap, apakah tonus

otot bayi baik/bergerak aktif, dan apakah warna kulit kemerahan

atau sianosis.

b. Pemeriksaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran

(sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan

ketegangan otot (Muslihatun, 2010).

c. Pemeriksaan Tanda-tandaVital :
1) Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas

2) Laju jantung 120-160 kali per menit

3) Suhu normal 36,5-37,5 ℃

d. Pemeriksaan fisik sistematis

menurut Dewi (2010) adalah:

Kepala: Adakah kelainan cephal hematoma, caput succedaneum.

Mata: Adakah kotoran di mata, adakah warna kuning di sklera dan

warna pucat di konjungtiva.

Telinga: Adakah kotoran atau cairan, simetris atau tidak.

Hidung: Adakah nafas cuping hidung, kotoran yang menyumbat

jalan nafas pada asfiksia sedang tidak ada cuping hidung.

Mulut: Adakah sianosis dan bibir kering. Adakah kelainan seperti

labioskizis atau labio palatoskizis, pada asfiksia masih normal.

Leher: Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah

kelainan. Pada kasus asfiksia sedang frekuensi jantung lebih dari

100x/ menit.

Dada: Periksa bunyi nafas dan detah jantung. Lihat adakah tarikan

dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).

Abdomen: Bentuk, adakah pembesaran hati dan limpa.

Ekstremitas: Adakah oedema, tanda sianosis, apakah kuku sudah

melebihi jari-jari, apakah ada kelainan poli diktil atau sindaktil.

Pada kasus asfiksia sedang bayi tampak sianosis atau biru.

Genetalia: Jika laki-laki, apakah testis sudah turun kedalam

scrotum. Untuk bayi perempuan, periksa labia mayor sudah


menutupi labia minor, apakah vagina berlubang dan uretra

berlubang.

Punggung: Untuk mengetahui keadaan tulang belakang, apakah ada

pembengkakan atau cekungan.

Anus: Periksa lubang anus, berlubang atau tidak. Apabila bayi

sudah mengeluarkan mekonium maka langkah ini tidak usah

dikerjakan.

Kulit: Warna, apakah kulit kencang atau keriputdan rambut lanugo,

warna pada asfiksia sedang bayi tampak sianosisatau biru.

e. Pemeriksaan reflek:

a. Reflek morro: Untuk mengetahui gerakan memeluk bila

dikagetkan.

b. Reflek rooting: Untuk mencari puting susu dengan rangsangan

taktil pada pipi dan daerah mulut.

c. Reflek sucking: Untuk mengetahui reflek hisap dan menelan.

d. Reflek tonick neck: Untuk mengetahui otot leher bayi akan

mengangkat leher dan menoleh ke kanan dan ke kiri jika

diletakkan pada posisi tengkurap (Rohani, 2011).

f. Pemeriksaan Antopometri menurut Dewi (2010), pemeriksaan

antopometri meliputi :

a. Lingkar Kepala: Untuk mengetahui pertumbuhan otak

(normal 33-38 cm)

b. Lingkar Dada: Untuk mengetahui keterlambatan

pertumbuhan (normal 33-35 cm)


c. Panjang badan: Normal (48-52cm)

d. Berat badan: Normal ( 2500-4000 gram).

3) Analisa

1) Diagnosa: Asuhan Kebidanan pada neonatus dengan asfiksia

sedang

2) Diagnosa Potensial: AsfiksiaBerat ( Varney, 2007)

3) Kebutuhan: Mempertahankan suhu tubuh, menghisap lendir bayi,

memberikan O2 setengah liter (Dewi,2010).

4) Penatalaksanaan

a) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara

memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi

dengan selimut dan memastikan bayi tetap hangat dengan

memeriksa telapak kaki setiap 15 menit. Apabila telapak kaki

teraba dinding, periksa suhu aksila bayi.

b) Perawatan mata: obat mata gentamicin 0,3% dianjurkan untuk

mencegah penyakit mata. Obat mata perlu diberikan pada jam

pertama setelah persalinan.

c) Personal hygiene: dapat diartikan sebagai kesehatanatau kebersihan

perorangan. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk

meemlihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene berikut ditunjukan

agar perawat dapat menangani pasien bayi dengan personal hygiene

yang baik dan benar dengan cara memandikan bayi, menggunakan


waslap atau mandi rendam pada bayi. Kebersihan badan bayi yang

sedang dirawat menjadi salah satu faktor yang sangat penting

dalam menunjang kesembuhannya (Sitiatava, 2012).

d) Merawat tali pusat: Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran

kehidupan bagi janin selama didalam kandungan dikatakan saluran

kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari

menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi, saat bayi lahir,

saluran ini sudah tidak diperlukan lagi, sehingga harus dipotong

dan diikat atau dijepit. Setelah dipotong, tindakan berikutnya

adalah perawatan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat.

Sebab, jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan infeksi

(Sitiatava, 2012).

e) Memperlihatkan bayi pada orang tuanya/keluarga

f) Mempasilitasi kontak dini bayi dengan ibu:

1) Berikan bayi kepada ibu sesegera mungkin. Kontak dini antara

ibu dan bayi penting untuk : mempertahankan suhu bayi baru

lahir, ikutan batin bayi terhadap ibu dan pemberian ASI dini.

2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap

(reflek rooting positif). Jangan paksakan bayi untuk menyusui.

3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, biarkan

bayi bersama ibu paling tidak 1 jam setelah bayi lahir.

g) Memberikan vitamin K

1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi

vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari


2) Bayi risiko tinggi diberikan vitamin K1dengan dosis 0,5 mg

IM.

h) Konseling Ajarkan pada ibu/orang tua bayi untuk :

1) Menjaga kehangatan bayi

2) Pemberian ASI

3) Perawatan tali pusat

4) Mengawasi tanda-tanda bahaya:

a) Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat

dari retraksi dinding dada pada waktu bernafas

b) Suhu, terlalu panas > 38℃ (febris), atau terlalu dingin < 36

℃ (hipotermia)

c) Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau pucat,

memar atau bayi sangat kuning (terutama pada 24 jam

pertama), biru

d) Pemberian ASI sulit, hisap lemah, mengantuk berlebihan,

banyak muntah.

e) Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah.

f) Infeksi, suhu meningkat, merah bengkak, keluar cairan

(pus), bau busuk, pernafasan sulit.

g) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidakmengeluarkan

mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus

menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau

berdarah/berlendir.
h) Tidak berkemih dalam 24 jam

i) Menggigil atau suara tangis tidak bisa, lemas, mengantuk,

lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis

terus menerus.

j) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan.

k) Imunisasi

Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi

dipulangkan, berikan imunisasi BCG, atau polio oral dan

hepatitis B.

i) Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah menilai apa ada kemajuan atau tidak

pada pasien setelah dilakukan tindakan (Varney, 2007).

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir dengan asfiksia sedang adalah :

1) Bayi sudah dapat menangis kuat.

2) Sudah dilakukan pembersihan jalan napas dan bayi

sudah bisa bernapas dengan spontan.

3) Sudah dilakukan pemotongan tali pusat, lakukan inisiasi

menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri,

injeksi vitamin K sudah diberikan pada paha kiri, salep

mata sudah diberikan dan sudah dilakukan rawat gabung

antara bayi dan ibu.

4) Bayi tidak hipotermi.

5) Ibu sudah mengetahui keadaan bayi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2021

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Puskesmas Pagelaran

Oleh : Rupinah S.ST

A. Data Subjektif

a. Biodata

Nama Anak : By “E”

Usia : 9 bulan 1 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 (satu)

Nama Ibu : Ny “A” Nama Suami : Tn “I”

Umur : 26 th Umur : 32 th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Rp 5.000.000/bln

Alamat : Desa Banjarejo RT 04/ RW 02

b. Keluhan Utama

Ibu bayi mngatakan ingin mengimunisasikan anaknya yang berusia 9

bulan dan tidak sedang sakit

c. Riwayat Natal
Umur Kehamilan : 39-40 minggu

Jenis Persalinan : Spontan

Penolong Persalinan : Bidan

Keadaan Saat Persalinan : Bayi menangis kuat

BB saat Lahir : 3200 gram

PB saat lahir : 50 cm

d. Riwayat Imunisasi

1. Hb 0 : 25 april 2020

2. BCG + Polio : 2 mei 2020

3. DPT1 + Polio : 27 juni 2020

4. DPT2 + Polio : 29 juli 2020

5. DPT3 + Polio : 30 agustus 2020

II. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : cukup

Kesadaran : Composmentis

BB : 10 kg

PB : 69 cm

Nadi : 104x/menit

RR : 42x/menit

Suhu : 36,6 ° C

b. Pemeriksaan Fisik

Kulit : warna kulit merah dan bersih

Kepala : bersih, tidak terdapat benjolan abnormal


Mata : simetris, seklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis

Telinga : simetris, bersih

Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada benjolan

Mulut : tidak terdapat labioskisis, tambak sianosis

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

Dada : simetris, puting susu terbentuk, tidak terdapat benjolan.

Abdomen : tidak kembung

Ekstremitas : simetris, jumlah jari lengkap, tampak sianosis

c. Auskultasi

Wheezing : tidak ada

Ronchi : tidak ada

Stridor : tidak ada

d. Reflek

Moro : ada

Rooting : ada

Sucking : ada

Swalowing : ada

III. ANALISA

By “E” usia 9 bulan dengan imunisasi campak

IV. INTERVENSI

Tanggal : 26 Januari 2021

Pukul : 09.10 WIB

1. Lakukan pendekatan terapiutik pada klien.


2. Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan.

3. Lakukan pemeriksaan pada bayi berupa tanda-tanda vital, pemeriksaan

fisik head to toe.

4. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

5. Melakukan persiapan untuk melakukan imunisasi campak dan vaksin olio

6. Melakukan imunisasi campak secara SC pada lengan kiri dan vaksin polio

sebanyak 2 tetes

7. Memberikan paracetamol untuk mengatasi demam

8. Memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib telah selesai

9. Menganjurkan ibu untuk datang ke petugas kesehatan apabila terdapat

keluhan

V. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 26 Januari 2021

Pukul : 09.20 WIB

1. Lakukan pendekatan terapiutik pada klien.

a) Berbicara dengan kontak mata

b) Senyum dan ramah pada Ibu

c) Santai dan sikap bersahabat

2. Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan.

Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan bidan.

3. Lakukan pemeriksaan pada bayi berupa tanda-tanda vital, pemeriksaan

fisik head to toe.

BB : 10 kg

PB : 69 cm
Nadi : 104x/menit

RR : 42x/menit

Suhu : 36,6 ° C

4. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Anak dalam kondisi sehat

dan ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

5. Melakukan persiapan untuk melakukan imunisasi campak dan vaksin polio.

Mengambil dan melihat label vaksin campak dan polio apakah rusak atau

tidak, ambil vaksin campak sebanyak 0,5ml dalam spuit 1cc, kapas alkohol.

6. Melakukan imunisasi campak secara SC dengan sudut 45 derajat dan

suntikkan hingga habis pada lengan kiri dan berikan vaksin polio sebanyak

2 tetes pada mulut bayi.

7. Memberikan paracetamol untuk mengatasi demam sebanyak 125ml atau

2x1 sendok makan. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

8. Memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib telah selesai. Dan dapat

melakukan imunisasi ulangan pada saat bayi berusia 18 bulan dan 24 bulan.

Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

9. Menganjurkan ibu untuk datang ke petugas kesehatan apabila terdapat

keluhan. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

VI. EVALUASI

Tanggal : 26 Januari 2021

Pukul : 09.40 WIB


S : ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya yang berusia 9

bulan, dan bayi dalam kondisi sehat

O : BB : 10 kg

PB : 69 cm

Nadi : 104x/menit

RR : 42x/menit

Suhu : 36,6 ° C

A : Bayi “E” usia 9 bulan dengan imunisasi campak

P :

1. Lakukan pendekatan terapiutik pada klien.

2. Beritahu orang tua bayi bahwa akan dilakukan pemeriksaan.

3. Lakukan pemeriksaan pada bayi berupa tanda-tanda vital, pemeriksaan

fisik head to toe.

4. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

5. Melakukan persiapan untuk melakukan imunisasi campak dan vaksin

polio

6. Melakukan imunisasi campak secara SC pada lengan kiri dan vaksin

polio sebanyak 2 tetes

7. Memberikan paracetamol untuk mengatasi demam

8. Memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib telah selesai

9. Menganjurkan ibu untuk datang ke petugas kesehatan apabila terdapat

keluhan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelasan tentang kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi antara praktek yang dilakukan di PMB Sihani Desa

Wonokerto Kecamatan Bantur Kab. Malang dengan teori yang ada. Disini

penulis akan meenjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah

dalam manajemen kebidanan menurut SOAP Notes yang meliputi 5 langkah.

Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesimpulan dan

pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga

dapat digunakan sebagai tindakan lanjut dalam penerapan Asuhan Kebidanan

yang meliputi :

1. Pengkajian

Pada kasus By.E usia 9 bulan datang ke Puskesmas Pagelaran

untuk imunisasi campak.

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

terhadap suatu penyakitdengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak

berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga apabila

kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuhdkk,

2017). Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun.

Terdiri atas imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis,


tuberkulosis, difteri, pertussis, tetanus, pneumonia dan meningitis, dan

campak (Kemenkes RI, 2017).

Pada dat objektif didapatkan BB : 10 kg, PB : 69 cm, Nadi : 104x/menit,

RR : 42x/menit, Suhu : 36,6 ° C

2. Analisis

MR (Measles dan Rubella) Kementerian Kesehatan RI (2017) akan

mengupayakan penambahan vaksin untuk melengkapi Program Imunisasi

Nasional dasar, salah satu diantaranya yaitu vaksin Measles Rubella (MR).

Pemberian vaksin MR dilatarbelakangi oleh sindrom rubella konginetal

yang kejadiannya semakin meningkat. Vaksin ini digunakan sebagai

pengganti vaksin campak monovalen. Imunisasi MR diberikan pada anak

usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun mulai akhir tahun 2017

secara bertahap (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan hasil pengkajian data Subyektif dan Data Obyektif

maka didapatkan diagnosis Bayi “E” 9 bulan Dengan imunisasi campak.

Hal ini sudah sesuai dengan teori

3. Perencanaan (Intervensi)

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan

kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan

kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit.

Bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan meningkatkan kualitas

hidup anak sehingga tidak terkena penyakit dan peningkatan nilai

kesehatan orang disekitarnya (Ranuh dkk, 2017).


Dalam kasus ini By. E akan dilakukan pemberian imunisasi campak.

4. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada By.E, imunisasi

campak merupakan rencana tindakan yang menyeluruh. Semua rencana

sudah dilaksanakan dengan baik sesuai rencana. Sehingga tidak ada

kesenjangan pada pelaksanaan kasus ini.

5. Evaluasi

Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi menular melalui

saluran nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan

komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang

otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian. Rubella biasanya berupa

penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada

trimester pertama dapat menyebabkan keguguran atau kececatan pada bayi

yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal segabai Sindroma Rubella

Konginetal di antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian

dan keterlambatan perkembangan (Kemenkes RI, 2017). Kontraindikasi

pemberian vaksin Mr adalah anak dengan penyekit keganasan yang tidak

diobati atau gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan

imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi. Anak

dengan alergi berat gelatin atau neomisin. Anak yang mendapat vaksin

hidup yang lain harus di tunda minimal 1 bulan setelah imunisasi yang

terakhir. Vaksin MR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah

pemberian immunoglobulin atau transfusi darah (Ranuh dkk, 2017). KIPI

yang terjadi yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam dan ruam yang
berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi dan pada umumnya berlangsung

selama 1-2 hari (Ranuh dkk, 2017).

Evaluasi dari studi kasus diperoleh hasil bahwa bayi sudah

mendapatkan imunisasi campak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada tanggal 26 januari 2021 jam 08.45 WIB dilakukan pengkajian data

subjektif dan obyektif pada By.“E” dengan imunisasi campak di Puskesmas

Pagelaran Dari hasil pengkajian data subyektif didapatkan keluhan utama : ibu

ingin mengimunisasikan anaknya yang berusia 9 bulan dan bayi dalam kondisi

sehat. Pada pemeriksaan objektif didapatkan hasil BB : 10 kg, PB: 69 cm, Nadi:

104x/menit, RR: 42x/menit, Suhu: 36,6 ° C.

Dari hasil pengekajian data subjektif dan objektif didapatkan analisa bayi usia

9 bulan dengan imunisasi campak. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang

dilakukan yaitu, melakukan pendekatan pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik,

menyiapkan perlatan, menuntikkan vaksin campak secara SC sebanyak 0,5 ml di

lengan kiri dan vaksin polio sebanyak 2 tetes pada mulut, memberikan

paracetamol untuk demam sebanyak 3x1 sendok takar.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan bagi yang

membutuhkan asuhan bayi dengan imunisasi campak diharapkan untuk


lebih menyediakan banyak sumber atau literatur-literatur untuk

mengerjakan asuhan kebidanan.

5.2.2 Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengalaman serta dapat menerapkan

teori manajemen kebidanan dalam praktek kebidanan.

5.2.3 Bagi Lahan Praktek

Diharapkan dengan adanya kesempatan praktek bagi mahasiswa

lahan praktek makin memberikan barbagai pengalaman untuk

penatalaksanaan suatu asuhan.

5.2.4 Bagi Klien

Diharapkan klien dapat mengetahui pentingnya asuhan bayi baru

lahir yang berkesinambungan. Sehingga ibu lebih perduli dengan

imunisasi dasar anak.


DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Kemenkes, 2017. Permenkes No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan

Imunisasi. Available in :

https://drive.google.com/file/d/0Bw3gr3_wn1NoYzk4c3VVLWxOd

00/view. Diakses tanggal 26 januari 2021 pukul 19.00 WIB

Kemenkes, 2018. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap. Available in :

http://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-

imunisasi-rutin-lengkap-ini-rinciannya. Html. Diakses tanggal 26

januari 2021 pukul 19.45 WIB.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ranuh, I.G.N.Gde, Hadinegoro, S, Ismoedijanto, dkk. 2017. Pedoman Imunisasi

di Indonesia Edisi 6. Jakarta : IDAI

WHO, 2016. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.


SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN : IMUNISASI


SUB POKOK BAHASAN : mengenali imunisasi dasar
PENYULUH : Rupinah S;ST
HARI, TANGGAL : Kamis, 28 Januari 2021
TEMPAT : Puskesmas Pagelaran
JAM : 09.00 WIB
SASARAN : Ibu menyusui

I. Tujuan Umum:

Setelah mengikuti pertemuan ini diharapkan ibu dapat memahami tentang


imunisasi dasar lengkap

Tujuan Khusus:

Pada akhir pertemuan peserta dapat:

1. Menjelaskan pengertian imunisasi

2. Memahami jadwal imunisasi.

3. Memahami macam-macam atau jenis imunisasi.

II. Materi :

Konsep Dasar Imunisasi

a. Pengertian imunisasi dasar

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap

suatu penyakitdengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya

namun cukup untuk menyiapkan respons imun, sehingga apabila kelak

terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Ranuh dkk, 2017).

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Terdiri atas
imunisasi terhadap penyakit hepatits B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri,

pertussis, tetanus, pneumonia dan meningitis, dan campak (Kemenkes RI,

2017).

b. Tujuan imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi antara lain :

1. Meningkatkan kualitas hidup anak sehingga tidak terkena penyakit

2. Meningkatkan nilai kesehatan orang di sekitarnya

3. Menurunkan angka morbiditas, moralitas dan cacat serta bila mungkin

didapat eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri

(Ranuh dkk, 2017).

c. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian,

sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan

dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi yang

mendapat imunisasi dasar lengkap akan meningkatkan kualitas hidup anak

sehingga tidak terkena penyakit dan peningkatan nilai kesehatan orang

disekitarnya (Ranuh dkk, 2017).

d. Macam-macam imunisasi

Imunitas atau kekebalan dibagi menjadi dua hal yaitu aktif dan pasif. Aktif

apabila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan

pasif adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi

hanya menerimanya saja (Ranuh dkk, 2017).

1. Imunisasi aktif, adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh


memproduksi antibodi sendiri. Contohnya imunisasi polio atau campak.

Keuntungan imunisasi aktif yaitu pertahanan tubuh yang terbentuk akan

dibawa seumur hidup, murah dan efektif, tidak berbahaya, reaksi

yangserius jarang terjadi (Ranuh dkk, 2017).

2. Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan

untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi

sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. (Ranuh dkk, 2017).

e. Waktu pemberian Imunisasi Dasar

6) Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada umur <12 jam, namun

ditambahkan keterangan setelah penyuntikan vitamin K1. Hal tersebut

penting untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat defisiensi vitamin

K.Vaksin HB monovalen pada usia satu bulan tidak perlu diberikan

apabila anak akan mendapat vaksin DTP-HB-HiB pada umur dua bulan

(Ranuh dkk, 2017).

7) BCG (Bacillus Calmette Guerin).

Imunisasi BCG pada bayi optimal diberika pada bayi usia <3 bulan,

namun sebaiknya diberikan sesegera mungkin karena di Indonesia

penyakit TBC masih sangat tinggi. Apabila bayi berusia 3 bulan belum

diberikan imunisai BCG perlu dilakukan tes tuberculin untuk mendeteksi

bayi terinfeksi kuman TB atau belum (Ranuh dkk, 2017).

8) Pentavalen
Imunisasi pentavalen diberikan tiga kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin pentavalen tidak diberikan pada anak kurang dari usia 6 minggu,

disebabkan respons terhadap pertussis dianggap tidak optimal, sedang

respons terhadap toksoid tetanus dan difteria cukup baik tanpa

memperdulikan adanya antibodi maternal, disamping itu KIPI pada usia

<6 minggu lebih tinggi (Ranuh dkk, 2017). Jadwal pemberan imunisasi

pentavalen yang tidak diikuti akan memberikan tingkat kekebalan yang

berbeda (Kemenkes RI, 2014).

9) Polio

Imunisasi IPV (inactivated poliovirus vaccine) diberikan mulai dari umur

2-3 bulan dengan dosis tiga kali berturut-turut dengan interval waktu 6-8

minggu. Imunisasi IPV dapat diberikan bersamaan dengan suntikan

vaksin pentavalen (Ranuh dkk, 2017).

10) MR (Measles dan Rubella) Kementerian Kesehatan RI (2017) akan

mengupayakan penambahan vaksin untuk melengkapi Program Imunisasi

Nasional dasar, salah satu diantaranya yaitu vaksin Measles Rubella

(MR). Pemberian vaksin MR dilatarbelakangi oleh sindrom rubella

konginetal yang kejadiannya semakin meningkat. Vaksin ini digunakan

sebagai pengganti vaksin campak monovalen. Imunisasi MR diberikan

pada anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun mulai akhir

tahun 2017 secara bertahap (Kemenkes RI, 2017).

f. Jenis imunisasi dasar

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)


Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG tidak

mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi resiko tuberculosis berat

dan tuberkulosa primer. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan,

atau pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG diberikan

secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. Deltoideus

sesuai anjuran WHOdengan dosis 0,05 mL (Ranuh dkk, 2017).

Kontraindikasi imunisasi BCG antara lain bayi yang mengalami defisiensi

sistem kekebalan,reaksiuji tuberkulin >5 mm, demam tinggi, terinfeksi

HIV asimtomastis maupun simtomatis, adanya penyakit kulit yang

berat/menahun, atau sedang menderita TBC (Ranuh dkk, 2017). KIPI

yang terjadi yaitu reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah

ulkus lokal yang superfisial pada 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus

tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3 bulan, dan meninggalkan parut

bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus

yang timbul lebih besar, namun apabilapenyuntikkan terlalu dalam maka

parut yang terjadi tertarik ke dalam (Ranuh dkk, 2017).

2) Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah

dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi ini

bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B.

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara

intramuskuler, sebaiknya anteroateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis,

dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan
interval minimum 4 minggu (Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi yaitu

reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari. Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis B pada bayi

yangmemiliki riwayat anafilaksis setelah vaksinasi hepatitis B

sebelumnya (Ranuh dkk, 2017).

3) Imunisasi Pentavalen

Vaksin Pentavalen (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B Rekombinan,

Haemophilus influen-zae tipe (b) berupa suspensi homogen yang

mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk

rejan) inaktif, antigen permukaan Hepatitis B (HbsAg) murni yang tidak

infeksius dan komponen HiB sebagai vaksin bakteri sub unit berupa

kapsul polisakarida Haemophilus influenza tipe B tidak infeksius yang

dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Indikasi digunakan untuk

pencegahan terhadap difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, dan infeksi

Haemophilus influenza tibe b secara simultan (Ranuhdkk, 2017). Vaksin

ini harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas,

dengan dosis anak 0,5 ml. kontraindikasi pemberian vaksin ini adalah

riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya, ensefalopati

sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya, keadaan lain dapat

dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). Riwayat kejang dalam

keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan pemberian vaksin

sebelumnya bukanlah suatu kontraindikasi terhadap pemberian vaksin ini

(Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi reaksi local kemerahan, bengkak,
dan nyeri pada lokasi injeksi, demam ringan, anak gelisah dan menangis

terus menerus, dan lemas (Ranuh dkk, 2017).

4) Imunisasi Polio

Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit

polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang

berisis virus polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan

panas dan formal dehid. Vaksin IPV meningkatkan antibodi humoral

dengan cepat. Namun, Vaksin IPV sedikit memberikan kekebalan lokal

pada dinding usus sehingga virus polio masih dapat berkembang biak

dalam usus orang yang telah mendapat IPV saja. Hal ini memungkinkan

terjadinya penyebaran virus ke sekitarnya, yang membahayakan orang-

orang disekitarnya, sehingga vaksin ini tidak dapat mencegah penyebaran

virus polio liar. IPV tidak dipergunakan untuk eradikasi polio, namun

dapat mencegah kelumpuhan baik akibat virus polio liar atau virus polio

vaksin sabin (Ranuh dkk, 2017). Kontraindikasi umumnya pada imunisasi

: vaksinasi harus ditunda pada mereka yang sedang menderita demam,

penyakit atau penyakit kronis progresif. Hipersensitif pada saat pemberian

vaksin ini sebelumnya. Penyakit demam akibat infeksi akut : tunggu

sampai sembuh (Ranuh dkk, 2017). KIPI yang terjadi reaksi lokal pada

tempat penyuntikan antara lain nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak

bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan

selamasatu atau dua hari. Kejadian dan tingkat keparahan dari reaksi lokal

tergantung pada tempat dan cara penyuntikan serta jumlah dosis yang

sebelumnya diterima. Reaksi sistemik yang ditimbulkan demam dengan


atau tanpa disertai myalgia, sakit kepala atau limfadenopati (Ranuh dkk,

2017).

5) Imunisasi MR (Measles dan Rubella)

Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran

nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan

komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang

otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian. Rubella biasanya berupa

penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada

trimester pertama dapat menyebabkan keguguran atau kececatan pada

bayi yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal segabai Sindroma

Rubella Konginetal di antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata,

ketulian dan keterlambatan perkembangan (Kemenkes RI, 2017).

Kontraindikasi pemberian vaksin Mr adalah anak dengan penyekit

keganasan yang tidak diobati atau gangguan imunitas, yang mendapat

pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid

dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau neomisin. Anak yang

mendapat vaksin hidup yang lain harus di tunda minimal 1 bulan setelah

imunisasi yang terakhir. Vaksin MR tidak boleh diberikan dalam waktu 3

bulan setelah pemberian immunoglobulin atau transfusi darah (Ranuh

dkk, 2017). KIPI yang terjadi yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam

dan ruam yang berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi dan pada

umumnya berlangsung selama 1-2 hari (Ranuh dkk, 2017).

g. Status Imunisasi
Kemenkes RI mengubah status imunisasi lengkap menjadi imunisasi rutin

lengkap. Kelengkapan imunisasi dasar diberikan pada bayi <12 bulan.

Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar yaitu HB0, BCG, polio,

DPT-HB-HiB, dan MR, pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak

(Kemenkes RI, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan Nugroho (2012)

status imunisasi dibagi menjadi dua yaitu sesuai jadwal dan tidak sesuai

jadwal.

a. MEDIA

LCD

b. METODE

Ceramah dan tanya jawab

c. Pelaksanaan

waktu acara Penyuluh sasaran

09.00- 09.10 Pembukaan Sihani Ibu Menyusui

09.10- 09.30 Inti (penyampaian Sihani Ibu Menyusui

Materi)

09.30-09.45 Penutup dan tanya Sihani Ibu Menyusui

jawab

d. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan, ibu hamil dan nifas diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian imunisasi

2. Memahami jadwal imunisasi.


3. Memahami macam-macam atau jenis imunisasi.

PERTANYAAN BAYI

FISIOLOGIS

1. Sebutkan jadwal imunisasi dasar lengkap !

2. Jelaskan macam-macam imunisasi !

3. Sebutkann jenis-jenis imunisasi dan cara pemberiannya !

4. Sebutkan KIPI pada imunisasi pentavalen !

5. Mengapa pada saat anak sakit tidak boleh dilakukan imunisasi ?

PATOLOGIS

1. Jelaskan pengertian ISPA !

2. Apa tanda dan gejala ISPA pada bayi ?

3. Sebutkan dan jelaskan ada berapa jenis ISPA pada bayi ?

4. Tindakan apa yang anda lakukan sebagai bidan apabia terdapat bayi dengan

ciri-ciri ISPA sedang ?

5. Konseling apa yang anda lakukan sebagai bidan kepada keluarga untuk bayi

yang mengalami ISPA ringan atau sedang ?

Anda mungkin juga menyukai