Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

LAJU ENDAP DARAH PADA PENDERITA SUSPEKTUBERCULOSIS


DI PUSKESMAS TIMIKA JAYAKABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah Ini DiajukanUntuk Memenuhi Salah Satu Persayratan Dalam
Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah

NAMA : FIRMAN SALIHI


NIM : P071134532018027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
TAHUN 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

LAJU ENDAP DARAH PADA PENDERITA SUSPEKTUBERCULOSIS


DI PUSKESMAS TIMIKA JAYAKABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2019

OLEH

NAMA : FIRMAN SALIHI


NIM : P071134532018027

Telah Mendapat Persetujuan Untuk Ujian Proposal KTI

Kabupaten Timika, Februari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yohanna Sorontou, M.Kes Fajar B.Kurniawan, S.ST, M.Si


NIP. 19631021 198903 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
semua Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul : “Laju Endap Darah Pada Penderita
Suspektuberculosis Di Puskesmas Timika Jayakabupaten Mimika Tahun 2019”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada seluruh pihak atasbantuan yang telah diberikan dalam penyusunan
proposal Karya Tulis Ilmiah,kepada :
1. Bapak Dr. Arwam Hermanus Markus Zeth, SE, M.Kes, D.Min, Sebagai
Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura sekaligus sebagai
penguji utama Karya Tulis Ilmiah.
2. Ibu Dr. Yohanna Sorontou, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura dan juga sebagai
Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan,
motivasi, dan segala bantuan kepada penulis.
3. Bapak Fajar B.Kurniawan, S.ST, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan segala bantuan
kepada penulis.
4. Semua pihak yang telah berturut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini Penelitian ini, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini sangat penulis harapkan.

Kabupaten Timika, Februari 2019

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman
PROPOSAL PENELITIAN........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum..............................................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus.............................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5


2.1. Landasan Teori...................................................................................................5
2.2 Tuberculosis Paru (Tb Paru)................................................................................7
2.3.Kerangka Teori..................................................................................................14
2.5 Definisi Operasional..........................................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................17


3.2.TempatdanWaktuPenelitian...............................................................................17
3.2.1. Tempat Penelitian......................................................................................17
3.2.2. Waktu Penelitian........................................................................................17
3.3.Populasi dan sampel Penelitian.........................................................................17
3.3.1. Populasi Penelitian....................................................................................17
3.3.2. Sampel Penelitian......................................................................................17
3.4. Prosedur Penelitian...........................................................................................17
3.5. Sumber Data Penelitian....................................................................................18
3.6. Teknik Pengolahan Data...................................................................................18
3.7. Analisis Data....................................................................................................19
3.8 Alur Penelitian...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21

iv
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa Inggris disebut Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) atau Blood Sedimentation Rate (BSR) adalah
pemeriksaan untuk menentukan kecepatan eritrosit dalam darah yang tidak
membeku (darah berisi antikoagulan) pada suatu tabung vertikal dalam waktu
tertentu. LED pada umumnya digunakan untuk mendeteksi atau memantau
adanya kerusakan jaringan, inflamasi dan menunjukan adanya penyakit
(bukan tingkat keparahan) baik akut maupun kronis, sehingga pemeriksaan
LED bersifat tidak spesifik tetapi beberapa dokter masih menggunakan
pemeriksaan LED untuk membuat perhitungan kasar mengenai proses
penyakit sebagai pemeriksaan skrinning (penyaring) dan memantau berbagai
macam penyakit infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit yang
berdampak pada protein plasma. Nilai LED dapat di gunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien, LED sering meningkat pada pasien aktif
tatapi LED yang normal tidak menyingkirkan tuberculosis.1
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh Mycobakterium tuberkulosis (TBC) dan paling sering
bermanifestasidi paru. Mycobakterium tuberkulosis yaitu suatu bakteri yang
tahan terhadap asam sehingga sulit untuk di obati.penyakit menular
tuberculosis sampai sekrang masih menjadi masalah kesehatan yang utama
dan merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab utama kematian
pada jutaan orang di setiap tahun di seluruh dunia setelah Human
Immunodeficiency virus (HIV). Sebagian besar kuman tuberkulosis(TB)
menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.2
Dalam laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013
menyatakan bahwa di perkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012
dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien dengan HIV
positif.sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah afrika, pada tahun
2012 di perkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan

1
170.000 di antaranya meninggal dunia.pada tahun 2012 di perkirakan
proporsi kasus TB anak di antara seluruh kasus TB secaraglobal mencapai
6% atau 530.000 pasien TB anak pertahun,atau sekitar 8% dari total kematian
yang di sebabkan TB.2
Jumlah kasus Tuberculosis di Indonesia tahun 2017 sebesar 1.020.000
atau 391 per 100.00 penduduk . Sedangkan TBHIV Sebesar 45.000 kasus
pertahun Dengan insiden TBHIV sebesar 17 per 100.000 penduduk.
Kematian karena Tuberculosis di perkirakan sebesar 110.000 dengan tingkat
kematian sebesar 42 per 100.000 penduduk.3
Jumlah kasus Tuberculosis di Profinsi Papua terus mengalami kenaikan
pada tahun 2017 adalah 315 per 100.000 penduduk dengan angka insiden 304
per 100.000 dan angka jumlah kematian 26 per 1000 penduduk.Kabupaten
kota yang telah mencapai target 70% penemuan kasus TB di tahun 2017
berjumlah 9 kab/kota (31%) dari 29 kab/kota di Provinsi Papua. Penemuan
kasus TB anak tahun 2017 terus mengalami peningkatan dengan rata – rata
peningkatandari tahun 2015 hingga tahun 2018. Peningkatan penemuan
kasus Tb di ikuti pula dengan peningkatan kasus TB anak dan TBHIV.3
Di Kabupaten Mimika sendiri penyakit TB merupakan masalah
kesehatan yang harus di tanggulangi oleh pemerintah daerah itu sendiri . Data
dari dinas kabupaten mimika menyatakan bahwa jumlah kasus TB dari tahun
2014 sebanyak 942 kasus,tahun 2015 980 kasus,tahun 2016 1.498 kasus
tahun 2017 1.592 kasus. Menurut laporan dinas kesehatan kabupaten mimika
untuk capaian angka keberhasilan pengobatan penyakit TB dari tahun 2014-
2017. Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan TB sebanyak 37 % di
tahun 2015 naik menjadi 71%,sedangkan tahun 2016 turun menjadi 68% .dan
tahun 2017 naik menjadi 72%. Angka keberhasilan pengobatan TB pada
beberapa puskesmas di kabupaten mimika juga masih di bawah target yaitu
72%.4

2
Tabel 1.1
Data Pemeriksaan Pasien Tuberculosis di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika
Jumlah suspect Jenis Kelamin Jumlah TB
Tahun TB yang di positif %
periksa
L P
2015 29 15 14 6 20,7
2016 133 46 87 11 8,3
2017 90 56 34 13 14,4
(Data Sekunder)
Berdasarkan Latar Belakang Diatas Maka Peneliti Tertarik Untuk
Melakukan Penelitian Tentang “Laju Endap Darah Pada Penderita
Suspektuberculosis Di Puskesmas Timika Jayakabupaten Mimika Tahun
2019”
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan jenis kelamin Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019?
2. Bagaimana Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Usia Di Puskesmas Timika Jaya Kabupaten
Mimika Tahun 2019?
3. Bagaimana Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019?
4. Bagaimana Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis Di Puskesmas Timika Jaya Kabupaten Mimika Tahun
2019.

3
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek


Tuberculosis berdasarkan jenis kelamin Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019.
2. Mengetahui Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Usia Di Puskesmas Timika Jaya Kabupaten
Mimika Tahun 2019.
3. Mengetahui Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019.
4. Mengetahui Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita Suspek
Tuberculosis berdasarkan Pendidikan Di Puskesmas Timika Jaya
Kabupaten Mimika Tahun 2019.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi Terkait


Diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam
melakukan evaluasi serta mengambil kebijakan tentang program
pemberantasan Tuberculosis.
b. Bagi masyarakat
Memberikan informasi untuk membantu menegakkan diagnosis
Tubercolosis
c. Bagi Institusi
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan dalam
pengetahuan dan pengembangan ilmu khususnya Analis Kesehatan
mengenai pemeriksaan laju Endap darah Pada Pada Penderita Suspek
Tuberculosis.
d. Manfaat bagi peneliti

Dapat digunakan sebagai pengembangan kemampuan peneliti maupun


kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian.
.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian
Laju Endap Darah (LED), dalam bahasa inggris di sebut Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) atau Blood Sedimentation Rate (BSR) adalah
pemerikaan untuk menentukan kecepatan eritrosit mengendap dalam darah
yang tidak membeku(darah yang berisi antikoagulan) pada suatu tabung
vertikal dalam waktu tertentu.
Laju Endap Darah ( LED )atau juga biasa disebut Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit,
menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma.
LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi
bumi.1
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Endap Darah
1) Faktor Eritrosit
a) Jumlah eritrosit kurang dari normal.
b) Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga
lebih mudah atau cepat membentuk rouleax.
2) Faktor Plasma
a) Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat
pembentukan rouleax.
b) Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi
pada proses infeksi akut maupun kronis.
3) Faktor Teknik Pemeriksaan
a) Tabung pemeriksaan digoyang atau bergetar akan mempercepat
pengendapan.

b) Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (˃20 oC) akan
mempercepat pengendapan.

5
Pemeriksaan LED sering dilakukan untuk membantu menetapkan
adanya TB dan mengevaluasi hasil pengobatan atau proses
penyembuhan selama dan setelah pengobatan. Pemeriksaan LED
dilakukan dengan mengukur kecepatan mengendap sel darah dalam
pipet khusus (pipet westergren), pada orang normal nilai LED
dibawah 20 mm/jam. Pada penderita TB nilai LED biasanya
meningkat, pada proses penyembuhan nilai LED akan turun. Penilaian
hasil LED harus hati-hati, karena hasil LED juga dapat meningkat
pada penyakit infeksi bukan TBC. 1
2.1.3. Proses pengendapan darah
Darah dengan antikoagulan dalam tabung LED yang dibiarkan
tegak lurus dalam waktu tertentu akan mengalami pemisahan sehingga
menjadi dua lapisan, lapisan atas berupa plasma dan lapisan bawah berupa
eritrosit. Pemisahan tersebut ditentukan oleh masa jenis eritrosit yang
dipengaruhi oleh komposisi plasma. Proses pengendapan darah tersebut
terjadi dalam tiga tahap:

1) Tahap pertama pembentukan rouleaux, sel-sel eritrosit mengalami


agregasi dan membentuk tumpukan dengan kecepatan pengendapan
darah lambat yang berlangsung dalam waktu 10 menit.

2) Tahap kedua proses sedimentasi, eritrosit akan mengalami


pengendapan lebih cepat dan konstan yang berlangsung selama 40
menit, kecepatan sedimentasi tergantung pada tahap agregasi,
semakin besar pembentukan rouleaux maka semakin tinggi
kecepatan sedimentasi.

3) Tahap ketiga adalah tahap pemadatan, eritrosit yang mengendap


akan mengisi celah-celah atau ruang kosong pada tumpukan eritosit
lain dibawah tabung hingga eritrosit benar-benar memadat dan
terakumulasi, tahap ini berlangsung selama 10 menit dengan
kecepatan lambat.1

6
2.1.4. Nilai normal LED
Nilai normal untuk pria dan wanita berbeda ;5
Menurut cara wintrobe :
Laki – laki < 10 mm / 1 jam
Perempuan < 20 mm / 1 jam
Menurut cara westergren
Laki – laki < 10 mm / 1 jam
Perempuan < 15 mm / 1 jam
2.1.5. Metode Pemeriksaan LED
1) Metode Westergreen

Tabung Westergreen memiliki panjang kurang lebih 300 mm dengan


diameter dalam tabung kurang lebih 2,6 mm dengan kedua ujung
tabung berlubang dan memiliki skala 0-200 mm dengan interval skala
0,2 mm.

2) Metode Wintrobe

Tabung wintrobe memiliki bentuk hampir sama dengan tabung sahli


dengan panjang kurang lebih 110 mm dan diameter 2,5 mm dan
berskala 0-10 mm dengan interval skala 1 mm.5

2.2 Tuberculosis Paru (Tb Paru)

2.2.1 Pengertian

Tuberculosis paru ialah Suatu penyakit infeksi menular yang di


sebabkan oleh bakteri mycobakterium Tuberculosis,yang dapat menyerang
bebagai organ,terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak di obati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya
hingga kematian.6

2.2.2 Etiologi

Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering di sebut
sebagai basil tahan asam, untuk di ketahui bahwa manusia adalah sebagai
inang (host) terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri

7
tersebut. penyebaran penyakit TBC terjadi melalui udara (droplet)yang
berasal dari pasien yang terinfeksi TB positip.7

2.2.3 Morfologi

a. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan panjang 1 – 10


mikron dan lebar 0,2 – 0,6 mikron.
b. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.
c. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4 ֯ C sampai minus 70֯ C.
d. Kuman sangat peka terhadap panas,sinar matahari dan sinar ultraviolet.
e. Dalam dahak pada suhu antara 30 – 37 ֯ C akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.
f. Kuman dapat bersifat dorman (tidur /tidak berkembang ).2
2.2.4 Penularan Penyakit
a. Penularan penyakit yang di sebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
melalui udara(droplet muclei) yaitu saat pasien TB BTA positif
batuk,bersin dan berbicara dengan orang lain, sehingga percikan ludah
yang mengandung bacteri mycobacteriumtuberculosis tersebut terhisap
ke dalam paru – paru orang sehat maka orang sehat tersebut akan
menjadi sakit TBC.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif
adalah 65%. Paien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah
26%. Sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
positif adalah 17 %.
c. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan bakteri ke udara
dalam bentuk percikan dahak (drople nuclei).sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 bakteri.2
2.2.5 Patogenesis
1. Tuberculosis primer

Kuman Tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan


bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut primer atau afek primer. Afek primer bersama
sama dengan linfangitis regional di kenal sebagai kompleks primer.
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

8
a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas

Menyebar dengan cara :

1) Penyebaran secara bronkogen ,baik di paru bersangkutan


maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.
2) Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman.sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan
akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang ade kuat.
Penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat
seperti tuberkulosis miller,meningitis tuberkulosis.
Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada
alat tubuh lainnya,misalnya, tulang, ginjal, genitalia dan
sebagainya.
c. Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis
tuberkuloma)
d. Meninggal
2. Tuberculosis Postprimer

Tuberculosis postprimer akan muncul bertahun – tahun kemudian


setelah tuberkulosisprimer,biasanya terjadi pada usis15 – 40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam – macam yaitu
tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,tuberkulosis menahun
dan sebagainya.bentuk tuberculosis inilah yang terutama menjadi masalah
kesehatan masyarakat, karena menjadi sumber penularan.8

2.2.6 Gejala Tuberculosis

Gejala utama pasien TBC yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat di kuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah ,batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan.6

2.2.7. Klasifikasi Tuberculosis

9
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru di bagi dalam :

1) Tuberculosis Paru BTA positif (+)

a) Sekurang kurannya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya


menunjukan hasil BTA positif.
b) Hasil pemeriksaan atau spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukan gambaran
tuberkulosis aktif.
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan biakan positif.
2) Tuberculosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjikan BTA negatif,


gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukan
tuberkulosis aktif.

b. Berdasarkan Tipe Pasien

Tipe pasien di tentukan berdasarkan riwayat pengobatan


sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :

1) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan


dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1
bulan.

2) Kasus kambuh

Adalah Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah


mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap,kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau
biakan posistif.

3) Kasus defaulted atau drop aut

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1bulan dan


tidak mengambil obat 2 bulan berturut turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.

10
4) Kasus Gagal

Adalah Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau


kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengbatan.

5) Kasus Kronik

Adalah pasien dengan hasil dengan hasil pemeriksaan BTA


masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan
pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

6) Kasus bekas TB

Adalah Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif


bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukan lesi TB
yang tidak aktif atau foto menunjukan gambaran yang
menetap.
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening,
selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain- lain.
Diagnosis sebaiknya di dasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus – kasus yang tidak dapat di
lakukan pengambilan spesimen maka di perlukan buktiklinis yang
kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif.8
2.2.8 Pemeriksaan Dahak
1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,menilai


keberhasilan pengobatan dan menumkan potensi penularan.Pemeriksaan
dahak untuk penegakkan diagnosis di lakukan dengan mengumpulkan 3
contoh uji dahak yang di kumpulkan dalam dua harikunjungan yang
berurutan berupa dahak sewaktu – pagi – sewaktu (SPS)

a. S (sewaktu) : dahak di tampung pada saat terduga pasien TB


datang berkunjung pertama kali ke fasyangkes.pada saat

11
pulang,terduga pasien membawasebuah pot dahak untuk
menampung dahak pagi pada hari kedua.
b. P ( pagi ) : Dahak di tampung di rumah pada pagi hari
kedua,segerah setelah bangun tidur. Pot di bawa dan di serahkan
sendiri kepada petugas di fasyankes.
c. S (sewaktu) : Dahak di tampung di fasyankes pada hari
kedua,saat menyerahkan dahak pagi.
2. Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium


Tuberculosis. Dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada
pasien tertentu misal :

a) Pasien TB ekstraparu
b) Pasien TB Anak
c) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
langsung BTA negatif.pemeriksaan tersebut di lakukan di sarana
laboratorium yang terpantau mutunya . Apabila di mungkinkan
pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang di
rekomendasikanWHO maka untuk memastikan diagnosis di
anjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.2
2.2.9. Diagnosis Tuberculosis
1. Diagnosis TB paru
a) Diagnosis TB paru harus di tegakkan terlebih dahuludengan
pemeriksaan bakteriologis.pemeriksaan bakteriologis yang di
maksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung,biakan,dan
tes cepat.
b) Apabila pemeriksaansecara bakteriologis negatif ,maka
penegakkan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis
menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang ( setidak-
tidaknya pemeriksaan foto toraks).9
2. Diagnosis TB Ekstra Paru
a) Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang
terkena,misalnya : Meningitis TB, nyeri dada pada TB
pleura(pleuritis) dan lain-lainnya.
b) Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru di tegakkan dengan
pemeriksaan klinis,bakteriologis dan atau histopatologis dari
ontoh uji yang di ambil dari organ tubuh yang di ambil.

12
c) Di lakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan
keluhan dan gejala yang sesuai, untuk menemukan
kemungkinan adanya TB paru.
2.2.10 Pembacaan BTA
1. Cari lebih dahulu lapang pandang dengan objektif 10x.
2. Teteskan satu tetes minyak emersi diatas hapusan dahak.
3. Periksa dengan menggunakan lensa okuler 10x untuk menentukan fokus
dan objektif 100x. Untuk melakukan pembacaan di sepanjang garis
horisontaldari ujung kiri ke ujung kanan atau sebaliknya. Dengan
demikian akan di baca minimal 100 lapangan pandang.
4. Carilah Basil Tahan Asam (BTA) yang berbentuk berwarna merah.
5. Periksa paling sedikit 100 lapang pandang atau dalam waktu kurang lebih
10 menit, dengan cara menggeserkan sediaan menurut arah.
6. Sediaan dahak yang telah diperiksa kemudian direndam dalam xylol
selama 15-30 menit untuk membersihkan minyak imersi, lalu disimpan
dalam kotak sediaan.9
2.2.11 Interprestasi Hasil BTA
Tabel 2.1
Interpretasi Hasil Pemeriksaan BTA Skala IUATLD
Hasil Hasil
Negatif Tidak di temukan BTA dlm 100 lapangan pandang
Scanty Di Temukan BTA 1-9 BTA dlm 100 lapangan pandang
1+ Ditemukan 10-99 BTA dlm 100 lapangan pandang
2+ Ditemukan 1-10 BTA dlm setiap lapangan pandang (periksa
minimal 50 lapangan pandang)
3+ Ditemukan ≥10 BTA dlm 1 lapangan pandang(periksa minimal 20
lapangan pandang)
(Kemenkes RI, 2012)
2.3. Kerangka Teori

Gejala:
Tersangka Suspect TBC Batuk, Berdahak, Kelelahan, Demam,
berkeringat malam hari, kehilangan nafsu
makan

Pewarnaan Zn Idividu HIV + tersangka


penderita TB

Ditemukan:
Negatif Bentuk: Bacil
Warna : Merah
Sifat : Tahan
Asam 13
Pemeriksaan LED
Laki-laki : 0 -10
mm/jam
Perempuan :0 – 15
mm/jam

Negatif : tidak di temukan BTA dalam 100 lapangan


pandang
Scanti : Di temukan BTA 1-9 dalam !00 lapangan
pandang
Positif 1+ : Di temukan 10-99 BTA dalam 100
lapangan pandang
Positif 2+ : Di temukan 1-10 BTA dalam setiap
lapangan pandang ( periksa minimal 50 lapangan
pandang)
Positif 3+ : Di temukan ≥ 10 BTA dalam 1 lapangan
pandang ( periksa minimal 20 lapangan pandang).

Positif 3

14
2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Karakteristik

1. Usia
2. Pekerjaan Variabel Terikat
3. Jenis Kelamin
4. Nilai LED
5. Pekerjaan Gambaran Laju Endap Darah Pada Penderita

Suspec TB di Puskesmas Timika Jaya

Variabel Antar

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) Metode Westergren

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Variabel Antar

15
2.5 2.5. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat& Cara HasilUkur Skala


Ukur
Umur Umurdalampeneliti Kuesioner 0-15Tahun Rasio
aniniadalahjumlahu 16-30Tahun
murresponden yang 31-45Tahun
bersediaditeliti. 46-60Tahun
› 60 Tahun
Pekerjaan Pekerjaandalampen Kuesioner Tidak Bekerja Ordinal
elitianiniadalahpek Petani
erjaan yang PNS/POLRI
dimilikiresponden. Swasta
Jenis Jenis Kelamin Kuesioner Laki-laki Nomina
Kelamin dalam penelitian ini Perempuan l
adalah jenis
kelamin responden
Nilai LED Nilai Westergren < 10 mm/jam Nomina
LEDadalahHasilPe Laki-laki l
meriksaan LED < 15 mm/jam
pada responden. Perempuan

BAB III METODE PENELITIAN


METODE PENELITIAN

16
3.1. JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif non eksperimental dengan
menggunakan desain cross sectional study.
3.2.TempatdanWaktuPenelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Timika Jaya Kabupaten
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan bulan Februari - Maret 2019.

3.3.Populasi dan sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalahs emua pasien yang berkunjung dan melakukan
pemeriksaan di laboratorium Puskesmas Timika Jaya Kabupaten Bulan
Februari-Maret 2019
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah semua pasien yang melakukan pemeriksaan
hitung Laju Endap Darah Bulan Februari-Maret 2019 di laboratorium
Puskesmas Timika Jaya Kabupaten.

3.4. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Reagens


a) Pipet wetergren
b) Rak westergren
c) Push ball
d) Tabung reaksi
e) Timer
a. Reagen
1) Natrium Citrat 3,8 %
1) Darah + antikoagulan EDTA

17
2. Prosedur Kerja
a) Isaplah dalam semprit steril 0,4 ml natrium sitrat 3,8 % yang steril
b) Lakukan fungsi vena dengan semprit itu dan isaplah1,6 ml darah
sehingga endapatkan 2,0 ml campuran
c) Masukkan campuran itu kedalam tabung dan campurlah baik- baik.
d) Isaplah darah itu kedalam pipet westergren sampai garis bertanda 0
mm,kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak
westergren selama 60 menit.
e) Bacalah tinggi lapisan plasma dengan milimeter dan laporkan
angka itu sebagai laju endap darah.
3. Pelaporan
Hasil di laporkan Dalam mm / jam
4. Nilai Normal
Laki – laki : 0 - 10 mm / jam
Perempuan : 0 - 15 mm / jam
3.5. Sumber Data Penelitian
1. Data Primer adalah data dari objek penelitian yang didapat secara langsung
melalui pemeriksaan laboratorium.
2. Data sekunder adalah datadari objek penelitian yang didapat secara tidak
langsung. Peneliti mendapatkan sumber data pasien yang telah tersimpan
dalam dokumen di RSUD Timika
3.6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan dengan komputer yang


dilengkapi dengan program statistik melalui beberapa langkah :
a. Coding (pengkodean)
Usahauntukmenerjemahkandata yang dikumpulkan selama penelitian
kedalam symbol-simbol yang sesuai untukkeperluananalisis.
b. Data entry
Memasukandata-data penelitian kedalamsistem komputer.
c. Clearing data
Merapikan data-datapenelitian kedalamsistem komputer.
d. Editing (pengeditan)
Peneliti melihat apakah hasil wawancara sudah lengkap atau belum
sehingga jika ada kekurangan data-data dapat segera dilengkapi.

18
3.7. Analisis Data
Data-data yang telah disusun, dianalisa secara deskripsi dan
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Data hasil pengukuran
ditabulasi dan disajikan dalam bentuk presentase dan kemudian
diuraikan secara Deskriptif dengan rumus sebagai berikut
LED = Jumlah spl meningkat/menurun dan tidak berbeda x 100
Jumlah Responden

19
3.8 Alur Penelitian

20
DAFTAR PUSTAKA

Bakti Husada, 2012, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.

Bakti Husada, 2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.

Dinkes Profinsi Papua, 2017, Profil Data Tuberculosis Provinsi Papua

Dinkes Kabupaten Mimika, 2018, Capaian Program Tuberculosis Di Kabupaten


Mimika.

https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-paru/etiologi

https://www.klikpdpi.com/konsensus tb/tbhtml

Melhax Rahmalillah, 2016, Gambaran Nilai Laju Endap Darah Pada Penderita
Tuberkulosis Paru Dengan BTA Positif Di RSUD Ciamis

https://studylibid.com/doc/981342/gambaran-nilai-laju-endap-darah-pada-
penderita-tuberkulos...

Prof. Dr. R. Ganda Soebrata, 1968, Penuntun Laboratorium Klinik Di Terbitkan


Oleh Dian Rakyat – Jakarta Anggota IKAPI
.

21
Bakti Husada, 2012, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Bakti Husada, 2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
3. Dinkes Profinsi Papua, 2017, Profil Data Tuberculosis Provinsi Papua
4. Dinkes Kabupaten Mimika, 2018, Capaian Program Tuberculosis Di
Kabupaten Mimika.
5. https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-
paru/etiologi
6. https://www.klikpdpi.com/konsensus tb/tbhtml
7. Melhax Rahmalillah, 2016, Gambaran Nilai Laju Endap Darah Pada
Penderita Tuberkulosis Paru Dengan BTA Positif Di
RSUD Ciamis
https://studylibid.com/doc/981342/gambaran-nilai-laju-
endap-darah-pada-penderita-tuberkulos...
8. Prof. Dr. R. Ganda Soebrata, 1968, Penuntun Laboratorium Klinik Di
Terbitkan Oleh Dian Rakyat – Jakarta Anggota IKAPI

22

Anda mungkin juga menyukai