1. Fasyankes yang tidak memiliki akses terhadap TCM dapat mendiagnosis TBC menggunakan
pemeriksaan mikroskopis. Semua pasien TBC yang ditemukan melalui pemeriksaan
mikroskopis harus dilanjutkan dengan pemeriksaan TCM untuk mengetahui status resistansi
terhadap rifampisin.
2. Peran pemeriksaan mikroskopis tidak dapat digantikan sebagai sebagai sarana untuk
pemantauan pengobatan pasien TBC.
3. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen di laboratorium yang
terjamin mutunya secara berjenjang sesuai jejaring laboratorium.
4. Penjaminan mutu pemeriksaan mikroskopis TBC melalui Pemantapan Mutu Internal (PMI),
Pemantapan Mutu Eksternal (PME), dan Peningkatan Mutu.
5. PME utama bagi pemeriksaan mikroskopis TBC adalah uji silang yang melibatkan beberapa
komponen yaitu fasyankes mikroskopis, dinas kesehatan kabupaten/kota, laboratorium rujukan
intermediet (LRI), dinas kesehatan provinsi, laboratorium rujukan provinsi (LRP), dan
laboratorium rujukan nasional (LRN).
Terkait hal di atas kami mohon petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, fasyankes, dan laboratorium di wilayah Saudara.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi dr. Retno Kusuma Dewi, MPH (Hp 0812-1598-309) dan
Qanita Syakiratin (Hp 0859-5657-7765).
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami sampaikan terima kasih.
Tembusan:
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 1
Nomor : PM.01.03/2/6067/2022
Tanggal : 16 Oktober 2022