A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. UU RI nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. UU no.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
c. Undang undang no.24 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
d. Peraturan menteri kesehatan No.45 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan.
e. Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021
tentang Panduan Pelaksanaan pemeriksaan, pelacakan, Karantina dan Isolasi
dalam rangka Percepatan Pencegahan pengendalian Corona Virus Desease
2019.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
g. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
19/PMK.07/2020 tentang penyaluran dan penggunaan dana bagi hasil, dana
alokasi umum, dan dana insentif daerah dalam rangka penanggulangan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
h. Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
i. Surat Edaran Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor
PR.01.01/l/18 370/2021 tentang Penyampaian Rincian Kegiatan DAK Nonfisik
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2022.
2. Gambaran umum
Corona virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan telah ditetapkan sebagai pandemi global
oleh World Health Organization. Sampai saat ini situasi penularan COVID-19 di
tingkat global maupun nasional masih sangat tinggi. Ancaman varian baru virus
SARS-CoV2 membutuhkan respon yang cepat untuk mencegah penularan
berkelanjutan. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah strategis untuk
mempercepat pencegahan dan pengendalian COVID-19 dengan mempercepat
dan meningkatkan kapasitas pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi
kasus COVID-19.
Pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi merupakan satu proses
rangkaian kegiatan yang berkesinambungan yang akan berhasil dilakukan jika
dilakukan dengan cepat dan disiplin. Untuk itu, proses ini membutuhkan
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya dan koordinasi antara unit
pemerintah pada berbagai level.
Sistem pencatatan dan pelaporan COVID-19 yang berlaku sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 adalah Aplikasi Online All
Record TC-19 dan Sistem Online Pelaporan Harian COVID-19.
Sedangkan Pelacakan Kontak (contact tracing) adalah proses untuk
mengidentifikasi, menilai dan mengelola orang-orang yang berkontak erat
dengan kasus konfirmasi covid19 / probable untuk mencegah penularan
selanjutnya. Kegiatan ini penting karena kasus konfirmasi dapat menularkan
penyakit sejak 2 hari sebelum hingga 14 hari sesudah timbulnya gejala. Untuk
melakukan tracing pertama kali adalah melakukan komunikasi resiko kemudian
melakukan Wawancara kasus konfirmasi, wawancara kontak erat, wawancara
pemantauan harian 10 – 14 hari. Untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) untuk tim tracer harus mengutamakan wawancara melalui telepon / aplikasi
pesan instan untuk memperkecil risiko penularan. Setelah melakukan tracing
dilanjutkan dengan penginputan laporan online pada aplikasi SILACAK. Oleh
karena itu, dibutuhkan dukungan pembiayaan komunikasi dan pelaporan untuk
pelaksanaan pelacakan kontak / Tracing Covid19.
Fungsi utama pelaporan harian adalah sebagai alat monitoring dan evaluasi
manajemen surveilans dan penghitung indikator epidemiologi di wilayah
kabupaten/kota. Pelapor pada sistem pelaporan harian ini adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota oleh petugas yang sudah ditunjuk sebagai
penanggung jawab (PJ) Data. Sementara Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan berperan sebagai supervisor dan verifikator data.
B. PENERIMA MANFAAT
No Nama Kegiatan Jumlah Penerima Manfaat
1. Belanja APD dan Handsanitizer 450 Tim Tracer Covid-19 kota tidore
untuk pelacakan kontak dan
faskes di wilayahnya.
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang – Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan No 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan
imunisasi
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 Tentang
perubahan indicator dari Imunisasi Dasar Lengkap ke Imunisasi Rutin
Lengkap
2. Gambaran umum
Program imunisasi merupakan salah satu teknologi yang sangat efektif dalam
mencegah PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) yang secara
langsung berhubungan dengan menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Kualitas pelayanan imunisasi yang kurang optimal tentunya akan membuat sia-sia
sumber daya yang telah dikeluarkan seperti biaya operasional, vaksin, logistik, tenaga,
dan waktu. Bahkan yang paling memprihatinkan untuk kita semua adalah kegagalan
imunisasi akan mengancam terjadinya kesakitan, kecacatan, atau kematian pada anak
yang diakibatkan PD3I. Berdasarkan data cakupan pelayanan imunisasi 5 tahun
terakhir, untuk indicator cakupan imunisasi lanjutan pada Anak Baduta masih rendah.
Mengacu pada hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan Workshop Imunisasi
Rutin Lengkap bagi pengelola program imunisasi yang ada di fasilitas layanan
kesehatan se Kota Tidore Kepulauan seluruhnya.
Indikator Keberhasilan program imunisasi menurut RPJMN dan Renstra
Kemenkes 2015 – 2019 di antaranya adalah persentasi usia anak 0 – 11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar lengkap dengan target pada tahun 2020 adalah
sebesar 93%. Indikator tersebut bisa di capai dengan target desa UCI sebesar
92%.
Untuk bisa menghitung pencapaian dan penentuan status suatu desa atau
kelurahan termasuk kategori capai UCI (Universal Child Imunization ) atau tidak,
maka di perlukan instrumen pencatatan imunisasi berupa buku kohort bayi desa
dan buku register imunisasi di puskesmas.
Selanjutnya oleh Tim di verifikasi tiap desa mengenai jumlah sasaran by
name by adress serta memfollow up riwayat imunisasi, ini membutuhkan
keterlibatan seluruh pelaksana imunisasi baik di puskesmas maupun di desa
sehingga dapat di peroleh hasil yang akurat dan dapat di pertanggungjawabkan.
B. PENERIMA MANFAAT