Tuberkulosis Paru
Oleh:
dr. Nursahara Harahap
Pembimbing:
dr. Afnia Rika
dr. Afriady Effendy
LAPORAN KASUS
Tuberkulosis Paru
Disusun Oleh:
Telah diajukan dan disajikan sebagai salah satu syarat dalam kegiatan Program
Internsip Dokter Indonesia Angkatan III tahun 2019 Periode Oktober 2019 s.d
Agust 2020 wahana RSUD Encik Mariyam, Kota Daik, Kabupaten Lingga,
Kepulauan Riau.
Pendamping Pendamping
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan laporan kasus dengan judul
“Tuberkulosis Paru ”.
Laporan kasus ini ditulis bertujuan untuk mendiskusikan kasus
Tuberkulosis paru mulai dari pengertian hingga penatalaksanaannya pada pasien
yang dirawat inap selama Program Internsip Dokter Indonesia penulis di RSUD
Encik Mariyam, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dr. Afnia Rika dan dr. Afriady
Effendi sebagai pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis menerima dengan senang hati segala kritik dan saran yang
membangun.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................5
1.1 Latar belakang ................................................................................................5
1.2 Tujuan .............................................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum .....................................................................................7
1.2.2 Tujuan khusus .....................................................................................7
1.3 Manfaat ...........................................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8
2.1 Definisi ..........................................................................................................8
2.2 Morfologi dan Struktur Bakteri.......................................................................8
2.3 Patogenesis .....................................................................................................9
2.4 Klasifikasi .......................................................................................................12
2.5 Diagnosa .........................................................................................................15
2.6 Penatalaksanaan ..............................................................................................19
BAB 3 LAPORAN KASUS...............................................................................22
3.1 Identitas Pasien ...............................................................................................22
3.2 Anamnesis ......................................................................................................22
3.3 Pemeriksaan Fisik ...........................................................................................23
3.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................26
3.5 Diagnosa..........................................................................................................27
3.6 Penatalaksanaan ..............................................................................................27
3.7 SOAP ..........................................................................................................28
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................38
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TB di Negara yang Memiliki
Paling Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016 .....................................................................5
Gambar 1.2 Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 penduduk, 2016 .....................5
Gambar 1.3 Insidens TB menurut Regional, 2016.........................................................6
Gambar 2.1 TB pathogenesis.........................................................................................9
Gambar 2.2 Skema perkembangan sarang tuberkulosis post primer dan perjalanan
penyembuhannya ...........................................................................................................12
Gambar 2.3 Skema diagnosis TB ..................................................................................18
Gambar 2.4 Panduan OAT.............................................................................................20
Gambar 2.5 Dosis OAT KDT ........................................................................................21
Gambar 2.6 Dosis OAT kategori 2 ................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia, terutama negara-negara berkembang. Secara
global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB (CI 8,8 juta – 12, juta)
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden
kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang
terlihat pada gambar berikut ini.1,2,3
Gambar 1.1 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TB di Negara yang Memiliki
Paling Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016
Gambar 1.2 Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 penduduk, 2016
5
Sebagian besar estimasi insiden TB pada tahun 2016 terjadi di kawasan
Asia Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan
25% nya terjadi di kawasan Afrika.3
6
merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara
sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Penyebab uatam
meningkatnya beban masalah TB anatar lain1:
Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara
yang sedang berkembang
Pertumbuhnan ekonomi yang tinggi tetapi disparitas terlalu lebar, sehingga
masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan,
sandang dan pangan yang buruk.
Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran,
pendidikan yang rendah, pendapatan perkapita yang rendah.
Kegagalan program TB
Perubahan demografi karena semakin padatnya penduduk
Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa memengaruhi tetap tingginya
beban TB seperti merorok, gizi buruk, dan DM
Dampak pandemi HIV
Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit TB paru
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk dapat mengetahui dan memahami definisi, epidemiologi, etiologi,
faktor resiko, patofisiologi, manifestasi atau gejala klinis, cara mendiagnosa,
diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari penyakit TB.
1.3 Manfaat
a. Dapat memberikan khasanah ilmu pengetauan tentang TB paru
b. Dapat menjadi referensi dan rujukan untuk mendiagnosis serta melakukan
penatalaksanaan TB paru bagi para tenaga kesehatan.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara
lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb yang juga dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other than Tuberculosis) yang terkadang
bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.1,3
8
mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.tuberculosis dalam
kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen
yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen
30.000a, protein MTP 40 dan lain lain.4
2.3 Patogenesis
9
TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :4
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang
yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
10
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma )
atau
Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberculosis primer.
TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib
sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:4
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih
keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya
dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan
diatas
11
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin
pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya
mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan
menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
Gambar 2.2 Skema perkembangan sarang tuberculosis post primer dan perjalanan
penyembuhannya
A. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru).4
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) 4
a. Tuberkulosis Paru BTA (+), sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif
12
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberculosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak
respons dengan pemberian antibiotic spektrum luas
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
13
d. Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan). Penderita
dengan hasil BTA negative gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya
perburukan.
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif
dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologic meragukan lesi TB aktif, namun
setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada
perubahan gambaran radiologik.
14
2.5 Diagnosis
Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.4,5
1. Gejala respiratorik
batuk >3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.4
b. Gejala sistemik4
Demam
gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit
umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen
15
posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.4
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada
auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi
“cold abscess”.4
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar
lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).4
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).4
16
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon
humoral berupa prosesantigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam
teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang
cukup lama.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi
d. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik
untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum.
3. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini.
18
2.6 Penatalaksanaan
a. Tujuan Pengobatan:4,6
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup;
2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya;
3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB;
4) Menurunkan penularan TB;
5) Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat.
19
Gambar 2.4 Panduan OAT
20
Gambar 2.5 Dosis OAT KDT
21
BAB3
LAPORAN KASUS
3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang rujukan dari puskesmas Sei Pinang dengan demam sejak 10 hari yang
lalu. Demam dirasakan terus menerus. Os juga mengeluhkan batuk berdahak sejak
1 bulan ini. Dahak bisa dikeluarkan dan berwarna putih kekuningan. Nafsu
makan os berkurang selama keluhan tersebut. Os juga merasa berat badan
semakin turun. Os mengeluhkan sedikit sesak napas. BAK dan BAB dalam batas
normal.
Riwayat penyakit terdahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu. Pasien baru kali ini dirawat di
rumah sakit. Alergi (-), Asma (-), HT (-), DM (+).
Riwayat pengobatan
Os belum ada berobat selama muncul keluhan.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus pada keluarga disangkal. Keluarga dan
tetangga sekitar rumah dengan keluhan serupa juga disangkal.
22
Riwayat kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-)
23
perdarahan, polip (-).
Palpasi: nyeri
Rongga Mulut dan Tenggorok
Inspeksi: tumor, gusi, gigi, lidah, faring, Tumor (-), gusi tidak ada pendarahan,
tonsil infeksi (-), lidah, faring, tonsil dalam
Palpasi: Nyeri, tumor, kelenjar ludah batas normal.
Nyeri (-), tumor (-), kalenjar ludah dalam
batas normal.
Mata
Inspeksi: Ptosis, sklera, ikterus, pucat, Konjungtiva anemik (-/-), sklera ikterik
kornea, arkus, merah, infeksi, air mata, (-/-), sklera mata eritem (-/-), infeksi (-),
tumor, perdarahan, pupil (kanan dan air mata dalam batas normal, tumor (-),
kiri), lapangan pandang pendarahan (-), pupil dalam batas normal,
reflek cahaya (+)/(+).
Toraks
Pulmo
Inspeksi: simetri, gerakan, respirasi, I : Simetris
irama, payudara, tumor P : SFD = S
Palpasi: Stem fremitus P:S S
Perkusi: resonansi S S
Auskultasi: suara nafas, rales, ronki, S S
wheezing A : V V Rh + + Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
Jantung
Inspeksi: iktus I : Iktus tidak terlihat
Palpasi: iktus, thrill P : Iktus teraba di ICS V MCL (S)
Perkusi: batas kiri, batas kanan, pinggang P : RHM ~ SL (D)
jantung LHM ~ iktus
Auskultasi: denyut jantung (frekuensi, A : S1, S2 single, murmur (-), gallop (-)
24
irama) S1, S2, S3, S4, gallop, murmur,
efection click, rub
Abdomen
Inspeksi: kontur, striae, sikatrik, vena, Flat, soefl, liver dan limpa tidak teraba,
caput medusae, hernia nyeri tekan (-), timpani (+), peristaltik (+)
Palpasi: nyeri, defans/rigiditas, massa, dalam batas normal
hernia, hati, limpa, ginjal
Perkusi: resonansi, shifting dullness,
undulasi
Perkusi: peristaltik usus, bruit, rub
Punggung
Inspeksi: postur, mobilitas, skoliosis, Dalam batas normal
kifosis, lordosis
Palpasi: nyeri, gybus, tumor
Ekstremitas
Inspeksi: gerak sendi, pembengkakan, Pembengkakan pada ekstremitas (-),
merah, deformitas, simetri, edema, edema (-), pucat (-), panas (-), nyeri (-),
sianosis, pucat, ulkus, varises, kuku massa (-), CTR <2”.
Palpasi: panas, nyeri, massa, edema,
denyut nadi perifer
Alat Kelamin
Laki-laki: sirkumsisi, rash, ulkus, sekret, Tidak dievaluasi
massa, nyeri
Perempuan: introitus, vagina, serviks,
uterus, adneksa, nyeri, tumor
Rektum
Hemoroid, fisura, kondiloma, darah, Tidak dievaluasi
sfingter ani, massa, prostat
Neurologi
Berdiri, gaya jalan, tremor, koordinasi, Gaya jalan normal, tremor (-), koordinasi
25
kelemahan, flaksid, spatik, paralisis, baik, flaksid (-), spastik (-), paralisis (-),
fasikulasi, saraf kranial, reflek fisiologis, fasikulasi (-), saraf kranial tidak
reflek patologis menunjukkan kelainan, reflek fisiologis
normal, reflek patologis (-)
Bicara
Disartria, apraksia, afasia Disartria (-), apraksia (-), afasia (-).
Bicara normal orientasi baik.
26
LPCR 13,8 0,1 – 99,9
Asam urat 6,5 mg/dl 0 – 7,0
GDS 257 mg/dl 100 – 120
Cholesterol total 269 mg/dl 150 – 200
3.5 DIAGNOSA
Diagnosis awal:
Obs Febris + susp Tb Paru + Hiperkolesterolemia + DM tipe II
DIAGNOSA BANDING
Bronkhitis akut
Pneumonia
3.6 PENATALAKSANAAN
Rawat ruang isolasi
O2 5 lpm via NC
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Omeprazole 40 mg/24 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam
Atorvastatin 1 x 20 mg (PO)
Metformin 3 x 500 mg (PO)
Paracetamol 3 x 500 mg PO (k/p demam ≥ 38°C)
Pantau TTV
Diet Makanan Lunak, Diet DM, tinggi protein, rendah lemak
KIE mengenai penyakit dan prognosis, intake oral yang baik
27
3.7 SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Planning)
Tanggal 29/06/2020
28
-Lab Pantau TTV
Hb 15,4 gr%
Hct 50,0 % Diet Makanan Lunak,
Leukosit 11,2rb/mm3 Diet DM, tinggi
Trombosit 655rb/mm3
GDS 257 mg/dl protein, rendah lemak
Choleterol total 269 mg/dl
Tanggal 30/06/2020
29
vesikuler (+/+), ronkhi (+/+) Metformin 3 x 500 mg
-Abdomen
(PO)
Flat, soefl, BU (+) dalam batas
normal, nyeri tekan (-). Paracetamol 3 x 500 mg
-Ekstremitas
Akral hangat (-), edema (-), PO (k/p demam ≥
pucat (-), CTR <2” 38°C)
Tanggal 01/07/2020
30
-Kepala dan Leher (PO)
Konjungtiva anemis (-)
Paracetamol 3 x 500 mg
Sklera ikterik (-)
-Thoraks Curcuma 3 x I tab (PO)
Cor: S1, S2 single, murmur (-),
gallop (-) TB FDC kategori 1
Pulmo: Simetris, sonor (+/+), Edukasi minum obat 6
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-)
-Abdomen bulan dengan PMO
Flat, soefl, BU (+) dalam batas Edukasi dapat menjaga
normal, nyeri tekan (-).
-Ekstremitas hygiene tubuh dan
Akral hangat (-), edema (-), lingkungan, serta cara
pucat (-), CTR <2”
batuk, menggunakan
Lab: masker dan jangan
TCM (+)
membuang dahak
sembarangan.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Anamnesa:
Os datang rujukan dari puskesmas Sei Basil tuberkulosis terhirup dalam
Pinang dengan demam sejak 10 hari bentuk aerosol, masuk ke paru-paru
yang lalu. Demam dirasakan terus dan, ketika pertahanan kekebalan gagal
menerus. Os juga mengeluhkan batuk untuk menghilangkan bakteri, Mtb
berdahak sejak 2 minggu ini. Dahak mulai mengalikan di dalam makrofag
bisa dikeluarkan dan berwarna putih alveolar dan kemudian menyebar ke
kekuningan. Nafsu makan berkurang jaringan dan organ lain melalui aliran
selama keluhan tersebut. Os juga darah dan limfatik. Setelah respons
merasa berat badan semakin turun. imun yang diperantarai sel muncul,
Os mengeluhkan sedikit sesak napas. replikasi bakteri biasanya terkontrol
BAK dan BAB dalam batas normal. dan pada 90-95% kasus, tanda atau
Riwayat penyakit terdahulu: gejala tidak jelas muncul setelah gejala
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit penyakit (TB laten). Gejala klinik
terdahulu. Pasien baru kali ini dirawat tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2
di rumah sakit. Alergi (-), Asma (-), HT golongan, yaitu gejala respiratorik
(-), DM (+). (atau gejala organ yang terlibat) dan
Riwayat pengobatan gejala sistemik.5
Os belum ada berobat selama muncul Gejala respiratorik:4
keluhan. Batuk >3 minggu
Riwayat penyakit keluarga batuk darah
Riwayat Hipertensi dan Diabetes sesak napas
Melitus pada keluarga disangkal. nyeri dada
Keluarga dan tetangga sekitar rumah Gejala respiratorik ini sangat bervariasi,
dengan keluhan serupa juga disangkal. dari mulai tidak ada gejala sampai
Riwayat kebiasaan gejala yang cukup berat tergantung dari
32
Merokok (-), minum alkohol (-) luas lesi. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka penderita
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk
yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke
luar.4
Gejala sistemik :4
Demam
gejala sistemik lain: malaise,
keringat malam, anoreksia, berat
badan menurun
33
terdapat cairan. Pada limfadenitis
-Abdomen tuberkulosa, terlihat pembesaran
Flat, soefl, BU (+) dalam batas normal, kelenjar getah
nyeri tekan (-). bening, tersering di daerah leher
-Ekstremitas (pikirkan kemungkinan metastasis
Akral hangat (-), edema (-), pucat (-), tumor), kadang-kadang di daerah
CTR <2” ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut
dapat menjadi “cold abscess”4
34
Pemeriksaan Penunjang lainnya:4
1. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi
canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah
satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi.
Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai, kendati masih
memerlukan ketelitian dalam
pelaksanaannya.
2. Pemeriksaan serologi, dengan
berbagai metoda:
a. Enzym linked immunosorbent assay
(ELISA), teknik ini merupakan salah
satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respon humoral berupa prosesantigen-
antibodi yang terjadi. Beberapa masalah
dalam teknik ini antara lain adalah
kemungkinan antibodi menetap dalam
waktu yang cukup lama.
b. Mycodot, uji ini mendeteksi antibodi
antimikobakterial di dalam tubuh
manusia
c. Uji peroksidase anti peroksidase
(PAP), uji ini merupakan salah satu
jenis uji yang mendeteksi reaksi
serologi yang terjadi
d. ICT, tuberculosi, adalah uji serologik
untuk mendeteksi antibodi Mtb dalam
serum.
35
Pengobatan selama dirawat: Tujuan Pengobatan:4,6
IVFD RL 20 gtt/i 1) Menyembuhkan pasien dan
Inj. Omeprazole 40 mg/24 jam memperbaiki produktivitas serta
36
penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama 2 minggu.
2) Tahap lanjutan : Pengobatan tahap
lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38