Anda di halaman 1dari 7

VOL. 2 NO.

1 JUNI 2018

INDONESIAN JOURNAL OF

NURSING
PRACTICES

Nopi Nur Khasanah 1, Indra Tri GAMBARAN SKOR NYERI ANAK SAAT
Astuti1
1
Departemen Keperaw atan Anak, Fakultas Ilmu
PEMASANGAN INFUS DENGAN
Keperaw atan, Universitas Islam Sultan Agung, Kota
Semarang, Indonesia INTERVENSI GUIDED IMAGERY DAN
Korespondensi: Nopi Nur Khasanah
ETHYL CHLORIDE
Email korespondensi: nopi.khasanah@unissula.ac.id
Info Artikel : Abstrak
Online : http://journal.umy.ac.id/index.php/ijnp
Pemasangan infus merupakan tindakan invasif awal yang seringka li
ISSN : 2548 4249 (Print)
: 2548 592X (Online) dilakukan di Instalansi Gawat Darurat (IGD) untuk memenuhi
DOI : 10.18196/ijnp.2172 kebutuhan cairan dan elektrolit. Perawat perlu menggunakan
metode yang tepat untuk mengurangi nyeri hebat pada anak saat
pemasangan infus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
perbedaan skor nyeri anak saat pemasangan infus dengan intervensi
guided imagery dan ethyl chloride. Penelitian ini menggunakan
rancangan pre-eksperimental post-test design dengan 30 anak
sebagai responden yang diambil melalui consecutive sampling. Da ta
dikumpulkan dengan Wong-Baker face pain rating scale dan
dianalisis secara statistik dengan uj i post hoc Mann-whitney. Hasil
menunjukkan nilai ρ sebesar 0,530 (ρ>0,05) artinya tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara kedua intervensi. Guided imagery
dapat dijadikan alternatif penatalaksanaan nyeri pada anak saat
pemasangan infus di IGD.

Kata kunci: Ethyl chloride, Guided imagery, Nyeri pada anak,


Pemasangan infus

Abstract
Intravenous catheter insertion procedure is the first invasive
treatment in Emergency Room (ER) to fullfil the need of fluid and
electrolyte. Nurses need to used the right method to decrease pain in
children underwent IV insertion procedure. The aim of this study was
to analyze the differences of children pain score when they had IV
insertion with guided imagery and ethyl chloride intervention. This
study used pre-experimental post-test treatment with 30 children as
a participant by consecutive sampling technique The data was
collected using Wong-Baker face pain rating scale and analyzed by
post hoc Mann-Whitney test. The result showed that ρ value was
0,530 (ρ>0,05), in which can be concluded that there was no
significant differences on two intervention. Guided imagery could be
used as an alternative pain management on children when they had
IV insertion procedure at ER.

Keywords: ethyl chloride, guided imagery, pain in children,


procedure of infusion.
Mukhripah i¹, Dwi R

1
INDONESIAN JOURNAL OF

NURSING
PRACTICES
Pendahuluan lain dalam mengatasi nyeri diteliti oleh Ismanto
Nyeri pada bayi merupakan satu hal yang (2011) mendapatkan hasil bahwa respon nyeri
kompleks, individual, subjektif, dan merupakan bayi saat imunisasi yang diukur dengan skala
hal yang umum terjadi. Nyeri dapat diartikan FLACC, terdapat perbedaan yang signifikan antara
sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau tidak kelompok intervensi ASI dengan kelompok topikal
menyenangkan yang sering dialami oleh individu anestesi (Fluori-Methane) spray, yaitu rata-rata
(Andarmoyo, 2013). Nyeri pada anak yang tidak respon nyeri pada bayi yang diberi ASI lebih
segera diatasi akan berdampak secara fisik rendah dari bayi yang diberi intervensi dengan
maupun perilaku. Dampak fisik dari nyeri terbagi topikal anestesi spray saat dilakukan imunisasi.
atas dampak akut (jangka pendek), yang ditandai
dengan peningkatan laju metabolisme dan curah Fenomena tersebut menarik peneliti untuk
jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan melakukan penelitian guna menemukan me tod e
produksi kortisol, dan meningkatnya retensi yang tepat dilakukan pada anak saat pemasangan
cairan. Adapun dampak kronis (jangka panjang), infus. Metode yang dipilih oleh peneliti yaitu
dimana nyeri berlangsung terus-menerus dan guided imagery, dengan menggunakan rekaman
dalam waktu yang lama, akan meningkatkan stres kaset imajinasi sehingga anak lupa terhadap nyeri
pada anak serta mengakibatkan ketidakmampuan yang dirasakan. Dengan pertimbangan guided
melakukan aktifitas. imagery mudah dibuat rekaman sendiri,
terjangkau, dan bisa dipakai sewaktu-waktu ol e h
Anak yang harus mendapatkan perawatan di anak. Adapun metode alternatif lain yang dipi lih
Rumah Sakit seringkali mendapatkan pengalaman peneliti yaitu dengan anestesi topikal dengan
dari berbagai prosedur invasif yang perlu dijalani. jenis Ethyl chloride. Meski telah banyak penelitian
Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan tentang efektifitas krim EMLA untuk menurunkan
invasif awal yang menentukan keberhasilan nyeri, namun karena krim EMLA membutuhkan
prosedur tindakan selanjutnya. Apabila kesan waktu cukup lama yaitu 30-60 menit, maka
pertama saat dilakukan prosedur tindakan anak peneliti memilih Ethyl chloride jenis anestesi
merasa nyaman, untuk dilakukan tindakan semprot dengan efek lebih cepat yaitu 15 detik
selanjutnya akan lebih mudah, karena dalam saja. Penelitian oleh Siregar (2007) tentang
presepsi anak tindakan sebelumnya tidak perbedaan anestesi semprot dengan anestesi
menyakitkan. Hal ini sebagaimana konsep oles, mendapatkan hasil bahwa tidak ada
atraumatic care yang seharusnya dilakukan perbedaan yang signifikan antara anestesi
perawat. Atraumatic care adalah ketentuan semprot dengan anestesi oles dalam menurunkan
dalam konsep perawatan terapeutik, yang intensitas nyeri pada pungsi arteri.
dilakukan perawat melalui tindakan
menghilangkan atau meminimalkan tekanan Fenomena yang tergambarkan di latar belakang
psikologis dan fisik yang dialami oleh anak dan menarik peneliti untuk bertanya “Apakah ada
keluarga dalam sistem perawatan kesehatan perbedaan respon nyeri pada anak usia 7-12
(Hockenberry & Wilson, 2009). tahun saat pemasangan infus setelah diberikan
intervensi ethyl chloride dan guided imagery?”
Berbagai penelitian kesehatan secara holistik
guna mengatasi nyeri telah banyak Metode
dikembangkan, baik berupa terapi farmakologi Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
maupun nonfarmakologi. Penelitian yang menggunakan desain penelitian eksperimen
dilakukan oleh Mariyam dan Widodo (2012) semu (quasi experiment) dengan pos-test
mengenai pengaruh guided imagery terhadap treatment pada kelompok kontrol non-ekuivalen
tingkat nyeri anak saat dilakukan pemasangan (after only nonequivalent control group design),
infus, dengan hasil rata-rata tingkat nyeri pada dimana pada rancangan ini kelompok eksperimen
kelompok yang dilakukan guided imagery lebih maupun kontrol tidak dipilih secara random
rendah dibanding kelompok kontrol. Penelitian (Creswell, 2010). Rancangan ini menggunakan

2
VOL. 2 NO. 1 JUNI 2018

pos-tes pada kelompok kontrol maupun sampai kurun waktu tertentu, sampai jumlah
intervensi tanpa dilakukan pre-tes terlebih klien yang diperlukan terpenuhi (Dahlan, 2009).
dahulu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian harus
Intervensi dalam penelitian ini dilakukan de ngan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
pemberian ethyl chloride pada kelompok inklusi dari penelitian ini yaitu: (1) Anak usia 7-12
intervensi I, pemberian guided imagery pada tahun; (2)Orang tua setuju anaknya menjadi
kelompok intervensi II dilakukan dengan responden, yang dibuktikan dengan surat
memasang headset di telinga responden untuk persetujuan menjadi responden; (3) Anak yang
memperdengarkan rekaman imajinasi tentang akan menjalani prosedur pemasangan infus; (4)
menggali rasa sakit. Tindakan dilakukan 2 menit Anak dalam keadaan sadar penuh. Sedangkan
sebelum prosedur pemasangan infus. kriteria eksklusinya adalah: Kriteria eksklusi
Pengukuran yang dilakukan sesudah intervensi pemberian ethyl chloride: (1) Anak alergi
meliputi skala nyeri pada menit kelima setelah terhadap krim ethyl chloride; (2) Tiba-tiba anak
dilakukan pemasangan infus. Skala nyeri menolak sebelum prosedur selesai. Kriteria
menggunakan Wong Baker Face Rating Scale eksklusi guided imagery: (1) Tiba-tiba anak
dengan rentang nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 5 menolak sebelum prosedur selesai; (2) Anak tul i
(sangat nyeri). Berdasarkan hal tersebut, skala atau tidak dapat mendengar dengan baik; (3)
data yang digunakan adalah numerik (rasio). Anak menolak menggunakan earphone
Skala nyeri tersebut ditampilkan pada gambar 1
berikut. Hasil
Gambar 2.1 Skala Nyeri Wajah Wong-Baker Hasil Penelitian terkait perbedaan respon nyeri
pada anak usia 7-12 tahun saat pemasangan infus
setelah diberikan intervensi ethyl chloride dan
guided imagery dilakukan selama bulan maret
sampai juli 2017 akan dijelaskan dalam tabel-
tabel berikut.
Sumber : Graham, 2013. The purpose of pain scale ,
http://www.intelihealth.com/article/the-purpose-of-
pain-scales Hasil penelitian terkait karakteristik responden
meliputi usia, jenis kelamin, pengalaman di i nfus
Populasi pada penelitian ini adalah dengan sebelumnya serta respon nyeri pada masing-
populasi terjangkau, yaitu populasi yang dibatasi masing kelompok intervensi. Karakteristik
oleh karakteristik klinis dan karakteristik responden berdasarkan usia akan dijelaskan pada
demografis serta dibatasi tempat dan waktu. table 1 adapun karakteristik responden
Populasi dari penelitian ini adalah rata-rata berdasarkan jenis kelamin dan pengalaman
jumlah anak usia 7-12 tahun yang akan dilakukan diinfus sebelumnya akan disajikan dalam tabel 2.
prosedur pemasangan infus di IGD RS Swasta Tipe
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada
B yang ada di Kota Semarang. Rumah Sakit ini
Bulan Maret - Juli 2017 (n:30)
telah menerapkan prinsip atraumatic care pada
pasien anak saat pemasangan infus dengan Median (Minimum-Maksimum)
menggunakan EMLA, namun teknik Us i a 9 (7-12)
nonfarmakologi seperti guided imagery belum
pernah dilakukan.. Data pada tabel 1 menjelaskan bahwa nilai
tengah dari distribusi responden berdasarkan
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan usia adalah 9 tahun.
teknik nonprobability sampling dengan
pendekatan consecutive sampling, yaitu dengan
memilih subjek yang memenuhi kriteria
penelitian dan dimasukkan dalam penelitian

3
INDONESIAN JOURNAL OF

NURSING
PRACTICES
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis yang bermakna antara ethyl chloride dan guided
Kelamin Dan Pengalaman Diinfus Sebelumnya pada imagery terhadap respon nyeri saat pemasangan
Bulan Maret - Juli 2017 (n:30) infus pada anak.
n (%)
Jeni s Kelamin La ki -laki 17 (56.7)
Perempuan 13 (43.3) Pembahasan
Penga laman sebelumnya Perna h 2 (6,7)
Intervensi ethyl chloride efektif digunakan untuk
Ti da k Pernah 28 (93,3)
Tota l 30 (100) mengurangi nyeri pada anak saat dilakukan
Data pada tabel 2 menjelaskan bahwa responden pemasangan infus. Hal tersebut terbukti dari data
terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu respon nyeri yang menunjukkan tidak ada
sebanyak 17 responden (56,7%), adapun terkait responden yang mengalami nyeri hebat saat
pengalaman diinfus sebelumnya terbanyak diberikan ethyl chloride. Hasil ini didukung oleh
adalah responden yang tidak pernah diinfus yaitu penelitian yang dilakukan oleh Novianti,
28 responden (93,3%). Novayelinda, dan Utomo (2012) tentang
pengaruh pemberian anestesi lokal terhadap
Analisis bivariat digunakan untuk penurunan nyeri pada anak prasekolah yang
membandingkan antara dua variabel untuk dilakukan prosedur pengambilan darah vena.
membuktikan hipotesis penelitian. Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
bivariat pada penelitian ini yaitu untuk anestesi lokal pada area pengambilan darah vena
membandingkan antara ethyl chloride dan guided dapat menurunkan atau menghilangkan tingkat
imagery terhadap respon nyeri pada anak. Uji nyeri.
analisis yang digunakan adalah uji Mann Whitney.
Adapun hasil analisis bivariat akan dijelaskan Anestesi lokal adalah keadaan dimana sebagian
pada tabel di bawah ini: tubuh tertentu (lokalisasi) mengalami kehilangan
sensasi. Anestesi lokal dapat dioleskan atau
Tabel 3. Distribusi Perbandingan Tingkat Nyeri Antara diinjeksikan di bagian kulit atau tubuh tertentu
Kelompok Intervensi Ethyl Chloride Dengan Kelompok (Potter & Perry, 2006). Kerja dari anestesi lokal ini
Intervensi Guided Imagery pada Bulan Maret sampai adalah dengan memblokir syaraf, yaitu pada
Juli 2017 ( n = 30 ) fungsi motorik, sensorik, dan saraf otonom.
Median Nilai
Intervensi n
(minimum-maksimum) ρ
Anestesi lokal lebih kecil risikonya dari pada
Ethyl Chloride 15 2 (1-4) 0,530 anestesi umum. Jenis anestesi lokal ethyl chloride
Guided Imagery 15 3 (2-3) dapat menyebabkan pendinginan pada kulit,
sehingga dapat mengganggu kemampuan tubuh
untuk merasakan sakit (Siregar, 2007). Oleh
Tabel 3. merupakan tabel hasil uji Mann-Whitney
karena itu ethyl chloride, efektif digunakan untuk
dengan hasil median tingkat nyeri responden
mengurangi nyeri saat pemasangan infus.
pada kelompok ethyl chloride pada skala 2
dengan rentang antara skala 1 sampai 4,
Intervensi guided imagery efektif digunakan
sedangkan pada kelompok guided imagery pada
untuk mengurangi nyeri pada anak saat
skala 3 dengan rentang antara skala 2 sampai 3,
pemasangan infus. Data respon nyeri responden
hal ini dapat diartikan bahwa pada kelompok
yang diberikan guided imagery menunjukkan
guided imagery berada pada skala 3 kebawah
respon nyeri tertinggi berada pada skala 3. Hasil
sedangkan pada kelompok ethyl chloride berada
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ol e h
pada skala 3 keatas. Dimana skala 1 adalah
Apóstolo dan Kolcaba (2009), mengenai pengaruh
“nyeri sedikit”, skala 2 adalah “sedikit lebih
guided imagery terhadap kenyamanan, depresi,
nyeri”, skala 3 adalah “lebih nyeri lagi”, skala 4
kecemasan, dan stres pada pasien dengan
adalah “nyeri sekali”. Nilai signifikasinya se be sar
gangguan depresif, mendapatkan hasil bahwa
0,530 (ρ >0,05), artinya hipotesis pada peneliti an
guided imagery adalah salah satu metode yang
ini ditolak, dimana hasil tersebut dapat
efektif dalam meningkatkan kenyamanan anak,
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

4
VOL. 2 NO. 1 JUNI 2018

selain itu metode ini relatif mudah untuk Guided imagery merupakan salah satu teknik
dipelajari dan digunakan oleh anak. Pengaruh yang berpengaruh terhadap perilaku kognitif
guided imagery terhadap nyeri telah banyak anak. Dimana tingkat kognitif anak tergantung
diteliti. Penelitian sebelumnya oleh Broome, Lillis, pada tingkatan usia anak tersebut. Oleh karena
McGahee, dan Bates (1994) menemukan bahwa itu pada guided imagery akan semakin efektif
terjadi penurunan skor nyeri dan anak menjadi digunakan pada anak yang lebih besar dengan
lebih kooperatif selama pemberian intervensi kecenderungan tingkat kognitif lebih tinggi. Hal
guided imagery saat mendapatkan prosedur ini didukung oleh teori perkembangan menurut
menyakitkan. Piaget yang menjelaskan mengenai tahap
Othman, Buang, Taib, Mohamad, dan Nasir, perkembangan kognitif pada anak usia 7-11
(2013) mengembangkan imagery menggunakan tahun, yaitu pada tahap ‘Konkret Operasional’,
bahasa Malaysia, hasilnya 88,8% anak merasa dengan ciri-ciri anak memiliki kemampuan dal am
menikmatinya dan 83,3% anak ingin memahami aturan dan percakapan sehingga
mendengarkan lagi. Penelitian ini menunjukkan menghasilkan suatu pemikiran yang logis dan
bahwa imagery efektif diberikan pada anak. mental operasional, misal seperti pemusatan,
Namun, penelitian oleh Forsner, Norstrom, pembagian transformasi, klasifikasi dari dua
Nordyke, Ivarsson, dan Lindh (2013) atribut atau lebih, serta alasan deduktif dan
menunjukkan hasil yang kontradiktif dengan induktif (Potter & Perry, 2006).
penelitian sebelumnya maupun penelitian yang
kami lakukan, dimana guided imagery selama Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada
venipuncture tidak mengurangi rasa sakit perbedaan antara kelompok ethyl chloride dan
ataupun mempengaruhi skor nyeri. guided imagery terhadap respon nyeri anak saat
pemasangan infus. Artinya intervensi guided
Peneliti mengamati perbedaan pengaruh gui de d imagery dapat dilakukan pada lingkup perawatan
imagery dapat terjadi karena setting penelitian gawat darurat dan cukup efektif untuk mencegah
yang berbeda. Forsner dkk (2013) memberikan trauma pada anak saat pemasangan infus. Hasil
intervensi di sekolah dengan sejumlah 60 yang diperoleh diharapkan dapat membantu
responden anak yang tidak merasa sakit/lemah, pelayanan keperawatan agar bisa memilih
karena tujuan venipuncture yang dilakukan metode yang tepat untuk mengatasi nyeri pada
adalah skrining. Sedangkan pada penelitian ini anak saat dilakukan tindakan infus. Salah satu
dilakukan di IGD pada anak yang mengalami tujuanya adalah untuk mengurangi trauma pada
kelemahan fisik, sehingga lebih mudah mengikuti anak, saat dilakukan tindakan invasif pertama
arahan imagery dan juga membutuhkan relaksasi diharapkan anak akan lebih kooperatif untuk
saat dilakukan pemasangan infus. dilakukan tindakan invasif berikutnya.

Guided Imagery adalah salah satu metode Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
pengontrolan nyeri yang termasuk kedalam penggunaan guided imagery lebih efektif
teknik perilaku kognitif (cognitive-behavioral), dibanding penggunaan ethyl chloride. Hal ini
tujuan dari teknik ini yaitu untuk memberikan terlihat dari respon nyeri yang didapatkan pada
kenyamanan, mengubah respon psikologi untuk penggunaan ethyl chloride terdapat satu
mengurangi persepsi nyeri dan mengoptimalisasi responden yang mengalami nyeri dengan skala 4
fungsi tubuh (Kozier & Erb’s, 2012). Penelitian sedangkan pada penggunaan guided imagery
oleh van der Veek, Derkx, Benninga, Boer, dan de respon nyeri tertinggi berada pada skala 3. Hal ini
Haan, (2013), mendapatkan hasil bahwa cognitive dapat terjadi karena usia responden yang masuk
behavior therapy (CBT) efektif dalam kelompok guided imagery paling banyak pada
menurunkan nyeri pada anak-anak dengan nyeri usia 9 tahun ke atas. Temuan ini menegaskan
fungsi abdomen (Functional Abdominal Pain). bahwa intervensi guided imagery akan efektif jika
diberikan pada anak yang lebih besar karena
tingkat kognitifnya cenderung lebih tinggi. Fungsi

5
INDONESIAN JOURNAL OF

NURSING
PRACTICES
kognitif memiliki beberapa tingkatan (skema, Kesimpulan
asimilasi, akomodasi, organisasi, dan ekuili brasi ) Perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan
yang dapat dipengaruhi oleh ‘pengaturan sendiri’ dapat lebih memperhatikan manajemen nyeri
(Faridah, 2015). Meskipun anak usia sekolah (6- pada anak sehingga dampak negatif akibat nyeri
12 tahun) sama berada dalam tahap operasional dapat diminimalkan. Perawat dapat melakukan
konkrit menurut Piaget, namun anak usia 9 tahun modifikasi bila penatalaksanaan nyeri tersebut
ke atas dapat memiliki ‘pengaturan sendiri’ yang mengalami hambatan misalnya karena harga
lebih baik dibandingkan dengan anak usia 6-9 yang mahal, penatalaksanaan yang sulit, tidak
tahun. Jika pengaturan sendiri sudah dimiliki tersedianya sarana atau prasarana.
anak, ia mampu menjelaskan hal-hal yang
dirasakan anak dari lingkungannya (equilibrium). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
Namun ketika anak menghadapi situasi baru yang perbedaan yang bermakna antara ethyl chloride
tidak bisa dijelaskan dengan pengaturan diri yang dan guided imagery, sehingga guided imagery
sudah ada, anak mengalami sensasi disequlibrium dapat dijadikan sala satu metode untuk
yang tidak menyenangkan. Sensasi disequlibrium mengurangi nyeri karena lebih mudah dan dari
ini yang peneliti harapkan untuk tidak dialami segi biaya lebih murah. Bagi rumah sakit hal
anak dengan pemberian distraksi guided imagery. tersebut dapat dijadikan kebijakan untuk
Selain itu, guided imagery diharapkan mampu mengurangi trauma pada anak saat diinfus dan
menciptakan equilibrium yang menenangkan meminimalkan dampak negatif lainnya. Penelitian
anak, sehingga ketika mendapatkan prosedur ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian
menyakitkan anak tidak merasa trauma. selanjutnya, misalnya dengan menambah juml ah
responden, serta melakukannya pada usia yang
Penggunaan ethyl chloride dapat digunakan di berbeda dengan teknik yang berbeda.
Rumah sakit, karena metode ini cukup efektif,
dan dapat mempermudah serta mempercepat
perawat untuk melakukan pemasangan infus Ucapan Terima Kasih
pada anak. Sedangkan penggunaan guided Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
imagery juga bisa digunakan untuk pilihan DRPM Diten Penguatan Risbang yang telah
alternatif, karena lebih terjangkau dan anak serta mendanai riset ini sehingga bisa terlaksana
orang tua lebih banyak memilih metode ini dengan lancar dan Iwan Ardian, SKM., M.Kep
karena lebih aman tanpa bahan kimia, dan anak selaku Dekan FIK Unissula yang telah
cenderung lebih tenang. memberikan ijin dan supportnya untuk dapat
melakukan penelitian dengan baik.
Penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan
di dunia pendidikan, sehingga dapat menambah Referensi
wawasan terutama metode penanganan nyeri Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses
yang tepat dilakukan pada anak usia 7-12 tahun. keperawatan nyeri. Jogjakarta: Arruz Media.
Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi Apóstolo, J. L. A., & Kolcaba, K. (2009). The effects
rujukan untuk dilakukan penelitian selanjutnya, of guided imagery on comfort, depression,
terutama yang terkait dengan menejemen nyeri anxiety, and stress of psychiatric inpatients
pada anak. with depressive disorders. Archives of
Psychiatric Nursing, 23(6), 403–411.
Keterbatasan penelitian ini yaitu jumlah sampel http://doi.org/10.1016/j.apnu.2008.12.003
yang terbatas dan sampel datang ke rumah sakit Broome, M. E., Lillis, P. P., McGahee, T. W., &
tidak bersamaan sehingga membutuhkan waktu Bates, T. (1994). The use of distraction and
yang lama dalam pengumpulan data. imagery with children during painful
procedures. European Journal of Cancer
Care, 3(1), 26–30.

6
VOL. 2 NO. 1 JUNI 2018

Creswell, J. W. (2010). Research design: Othman, A., Buang, M. J., Taib, M. N. A.,
Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mohamad, N., & Nasir, A. (2013). Guided
mixed. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. imagery and relaxation audio for children
Dahlan, M. S. (2009). Besar sampel dan cara with cancer: Development and evaluation.
pengambilan sampel dalam penelitian Open Journal of Medical Psychology, 02(03),
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: 101–106.
Salemba Medika. http://doi.org/10.4236/ojmp.2013.23016
Faridah, H. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Potter, A. P., & Perry, G. P. (2006). Buku Ajar
Jean Piaget. Jurnal Intelektualita, 3(1), 27– Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.
38. Siregar, I. A. (2007). Perbandingan efektifitas
http://doi.org/10.3109/02841851.2010.495 anestesi oles dengan anestesi semprot
350 dalam menurunkan intensitas nyeri pada
Forsner, M., Norstrom, F., Nordyke, K., Ivarsson, pungsi arteri. Universitas Sumatera Utara.
A., & Lindh, V. (2013). Relaxation and guided Retrieved from
imagery used with 12-year-olds during http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
venipuncture in a school-based screening 6789/6263/1/Ira Aliza1.pdf
study. Journal of Child Health Care, 18(3), van der Veek, S. M. C., Derkx, B. H. F., Benninga,
241–252. M. A., Boer, F., & de Haan, E. (2013).
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s Cognitive behavior therapy for pediatric
essentials of pediatric nursing (8th ed.). St. functional abdominal pain: A randomized
Louis Missouri: Mosby Elsvier. controlled trial. Pediatrics, 132(5), e1163–
Ismanto, A. Y. (2011). Studi komparatif e1172. http://doi.org/10.1542/peds.2013-
pemberian ASI dan topikal anestesi 0242
terhadap respon nyeri imunisasi pada bayi
di Puskesmas Bahu Manado. Universitas
Indonesia. Retrieved from
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/de
tail.jsp?id=20280168&lokasi=lokal
Kozier, & Erb’s. (2012). Fundamentals of nursing.
America: Person PLC.
Mariyam, & Widodo, S. (2012). Pengaruh guided
imagery terhadap tingkat nyeri pada anak
usia 7-13 tahun saat dilakukan pemasangan
infus di RSUD Kota Semarang. In Seminar
Hasil-Hasil Penelitian (p. 978 (6), 6).
Semarang: LPPM UNIMUS.
Novianti, Novayelinda, R., & Utomo, W. (2012).
Pengaruh pemberian eutetic mixture of local
anestetic terhadap penurunan nyeri pada
anak prasekolah yang dilakukan
pengambilan darah vena. Universitas Riau.
Retrieved from
http://repository.unri.ac.id/bitstream/1234
56789/1889/1/MANUSCRIPT.pdf.

Anda mungkin juga menyukai