Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

HUBUNGAN KONTROL BERAT BADAN DAN KEBIASAAN MEROKOK

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PAMULANG

BARAT KOTA TANGERANG SELATAN

OLEH :

FATIMAH

181030100037

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2022
SKRIPSI

HUBUNGAN KONTROL BERAT BADAN DAN KEBIASAAN MEROKOK

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PAMULANG

BARAT KOTA TANGERANG SELATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Memperoleh Gelar Sarjana S1 Keperawatan

OLEH :

FATIMAH

181030100037

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2022
LEMBARAN PERSETUJUAN

Skripsi:
HUBUNGAN KONTROL BERAT BADAN DAN KEBIASAAN MEROKOK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PAMULANG
BARAT KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program Studi
S-1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Pamulang,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. Ns. Rahayu Nawang Wulan. S.Kep., M.Kep.
NIDN. 0417108201 NIDN. 0407097604

Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M,Kep


NIDN. 0317107603
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fatimah

NIM : 181030100037

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 14 april 2000

Menyatakan Bahwa Kaya Ilmiah (Proposal Penelitian) Yang Berjudul

“HUBUNGAN KONTROL BERAT BADAN DAN KEBIASAAN

MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

PAMULANG BARAT KOTA TANGERANG SELATAN “ Kecuali Dalam

Bentuk Kutipan Yang Telah Disebutkan Sumbernya.

Demikian lah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

Tangerang, maret 2022

Yang Membuat Pernyataan

Fatimah

(181030100037)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunianya

sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan

Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan ” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi

tugas akhir. Dalam pembuatan proposal ini penulis menyadari bahwa masih

banyak bantuan dalam berupa bimbingan, arahan serta saran dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan. Ucapan terima kasih ini

penulis tunjukan kepada :

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Widya Dharma

HusadaTangerang

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep, M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang sekaligus selaku

Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan memberi arahan dalam

penulisan proposal ini.

3. Drs. Hasan M.Kes. Selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang

4. Siti Novi Romlah, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua II Bidang

Administrasi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

ii
5. Ida Listiana, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep, M.Kes. selaku Kepala Program Studi S1

Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

7. Ns. Rahayu Nawang Wulan, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan yang baik dan benar

dalam penyusunan Proposal Penelitian

8. Bapa, Ibu, kakak , Adik serta keluarga besar yang telah mendoakan dan

mendukung yang luar biasa selama penyusunan proposal penelitian ini

9. Teman-Teman kelas 8B Keperawatan dan rekan sekalian yang saling

mendukung satu sama lain

10. Wanita moeslimah, (Desi,Tria,Rida) yang selalu support saya dalam

mengerjakan hingga menyelesaikan proposal ini.

11. Anak komplek (Nuriska,prastio,fadil,dhelvia,nike).

12. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

sudah memberikan semangat dalam penyusunan proposal ini.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan proposal penelitian ini,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dari profesi keperawatan

khususnya

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
LAMPIRAN.....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................viii
DAFTAR BAGAN............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................9
C. Manfaat Penelitian................................................................................................10
BAB II...............................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................11
A. Konsep teori.........................................................................................................11
B. Penelitian Terkait.................................................................................................36
C. Kerangka teori penelitian.....................................................................................38
BAB III.............................................................................................................39
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS...
.....................................................................................................................39
A. Kerangka Konsep.................................................................................................39
B. Definisi Operasional.............................................................................................40
C. Hipotesis...............................................................................................................42
BAB IV.............................................................................................................43
METODE PENELITIAN...............................................................................43
A. Desain penelitian..................................................................................................43
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................................43
C. Populasi dan sampel.............................................................................................43
D. Instrument dan cara pengumpulan data......................................................46
E. Pengolahan dan analisa data.................................................................................50
F. ETIKA PENELITIAN.......................................................................................52

iv
G. KETERBATASAN PENELITIAN...............................................................53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................55

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi…………………..

………………………………...13

Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………………………

40

vi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ………………………………………………………38

Bagan 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………………….39

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Motto
Lampiran II : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran III : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran IV : Surat Pernyatan Kesediaan Menjadi Responden Peneliti
(Informed Concert)
Lampiran V : Lembar Observasi Kuesioner Hipertensi
Lampiran VI : Lembar Penelitian Kuesioner Berat Badan
Lampiran VII : Surat Permohonan Izin
Lampiran VIII : Surat Pendahuluan
Lampiran IX : Surat Balasan Permohonan Izin Studi Di Pendahuluan

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular atau dikenal dengan new communicable diseases

merupakan penyebab utama kematian diseluruh dunia. Penyakit tidak

menular membunuh lebih banyak orang setiap tahun dibandingkan dengan

gabungan semua penyebab kematian lainnya. Sebagai penyebab utama

kematian global, penyakit tidak menular bertanggung jawab untuk 38 juta

(68%) dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012. Lebih dari 40%

kematian (16 juta) merupakan kematian dini yaitu dibawah usia 70 tahun

(WHO,2018).

WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu contributor

paling penting untuk penyakit jantung dan stroke yang bersama – sama

membentuk penyebab nomor satu kematian dini dan kecacatan dunia

(WHO,2018). Data world health organization (WHO) menunjukkan

bahwa hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5 juta kematian atau 12,8%

dari total kematian tahunan. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki

tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg. Tingginmya

angka mortalitas disebabkan oleh faktor resiko utama, yaitu peningkatan

tekanan darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan

resiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner (WHO,2017).

9
Menurut WHO (2017), Sekitar satu milyar penduduk di seluruh dunia

menderita hipertensi dimana dua pertiganya terdapat di negara – negara

berkembang. Hipertensi menyebabkan delapan juta penduduk denia

meninggal setiap tahunnya, dimana hampir 1,5 juta penduduk diantaranya

terdapat di Kawasan asia tenggara (Triyanto,2018) dalam (Dedullah et

al.,2018).

Hipertensi merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama di

masyarakat bahkan di dunia. Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus

mengalami peningkatan. Hipertensi makin meningkat seiring dengan

meningkatnya usia. Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan

oleh kelalaian individu namun dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan

masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi yang benar mengenai

suatu penyakit.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena

termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala terlebih

dahulu (Sustain dan Alam,2004).

10
11

Dari data berdasarkan WHO 2019 memberitahukan kurang lebih 1,13 juta

orang di dunia yang mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan data dari kemenkes tahun 2017 pada usia >18 tahun

prevalensi hipertensi nya yaitu sebanyak 27,3% (Kemenkes RI, 2017).

Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi hipertensi nya yaitu sebanyak 3,1%

(Riskesdas, 2018). Di Indonesia pada tahun 2019 orang yang menderita

hipertensi menurut data dari kemenkes RI tercatat prevalensi hipertensi

nya naik dari tahun sebelumnya menjadi 38,7% (Kemenkes RI, 2019).

Kejadian hipertensi di provinsi Banten meningkat tahun 2013 sebanyak

25,8%, dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 31,7%. Berdasarkan hasil

data di atas pengendalian hipertensi relatif sedikit teratasi pada setiap

penderita hipertensi (Riskesdas, 2018).

Prevalensi pada penderita hipertensi di provinsi Banten di tahun 2019

sebanyak 19,2% dengan berdasarkan pengukuran tekanan darah kepada

penduduk >18 tahun. Jumlah tersebut yaitu pada penderita laki-laki

sebanyak 131.008 (15,6%) dan perempuan sebanyak 250.948 (21,9%).

Sedangkan penderita hipertensi di kota Tangerang Selatan di tahun 2019

sebanyak 182.447 (22,2%) dengan berdasarkan pengukuran tekanan darah

kepada penduduk >18 tahun. Jumlah tersebut yaitu penderita laki-laki

sebanyak 61.258 (15,2%) dan perempuan sebanyak 121.189 (28,9%)

(Dinkes provinsi Banten, 2019).


12

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah dimana tekanan darah individu

pada atas nilai normal, peristiwa dimana pembuluh darah secara peristen

tekanannya naik. Hipertensi tak jarang diklaim menjadi pembuluh gelap

(silent killer), lantaran termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai

gejala-gejalanya (WHO, 2018). Hipertensi yang ditimbulkan lantaran

rendahnya pencerahan warga untuk memeriksakan tekanan darahnya

secara dini tanpa menunggu timbulnya gejala.

Factor sosio demografi yang mempengaruhi peristiwa hipertensi

merupakan umur, jenis kelamin, Pendidikan dan pekerjaan sebagai

akibatnya jumlah penderita bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia

juga usia belia tak jarang diikuti dengan meningkatnya penyakit

degenerative dan perkara kesehatan lain (phihartono, 2019).

Penyebab hipertensi lainnya seperti gaya hidup yang mencangkup berat

badan yang dianggap sangat mempengaruhi meningkatnya angka kejadian

hipertensi. Kasus berat badan telah menjadi masalah epidemi bagi semua

dunia, khususnya bagi negara Indonesia. Kegemukan atau obesitas

merupakan salah satu factor resiko yang sering dijumpai penyakit

hipertensi. Menurunkan berat badan secara berlebihan itu sangatlah tidak

baik. Berkurangnya berat badan berefek dalam penurunan salah satunya

tekanan darah.
13

Orang dengan berat badan berlebih berisiko besar terhadap serangan

banyak sekali penyakit utama degenerative atau nonfiksi yang salah

satunya adalah hipertensi. Dengan pertimbangan orang yang kegemukan

mempunyai risiko besar untuk berbagai penyakit. Dengan itu perlu

adanaya mengontrol berat badan untuk mencegah berbagai macam

penyakit.

Faktor resiko terjadi hipertensi diantaranya adalah usia, jenis kelamin,

keturunan, obesitas, merokok (WHO,1996). Factor resiko hipertensi ada

yang dapat diperbaiki dan ada yang tidak dapat diperbaiki. Factor yang

tidak dapat diperbaiki adalah usia, jenis kelamin dan keturunan sedangkan

factor yang dapat diperbaiki adalah obesitas, pola makan, merokok dan

konsumsi alcohol (Syahrini dkk.,2

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi merupakan factor resiko yang

cukup besar untuk seseorang akan menderita hipertensi dimasa yang akan

datang ( WHO, 1996). Seseorang yang memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarganya memiliki resiko 9,2 kali menderita hipertensi dibandingkan

yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi (widyartha dkk.,

2018).

Saat ini merokok merupakan suatu pandangan yang sangat tidak asing

lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi


14

perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi

perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya

telah diketahui oleh masyarakat, bahwa merokok itu sangat menggangu

kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah

nasional (Setiyanto, 2013).

Pada ahli kesehatan termasuk World health organization (WHO) telah

lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan

dampak negatif, terlebih bagi anak-anak dan masa depannya. Rokok

mengandung 400 zat kimia dengan 200 jenis diantaranya bersifat

karsiogenik (dapat menyebabkan kanker), bahan racun ini didapatkan pada

asap pertama yaitu asap rokok yang terhiap langsung masuk ke paru- paru

bagi perokok maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh

ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren dan

amoniak (KPAI / Komisi perlindungan anak indonesia, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2013

Kementrian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi perokok di

Indonesia tahun 2013 laki – laki sebanyak 68,8%, perempuan 6,9%, dan

total prevalensi di Indonesia sebanyak 36,3%. Hasil ringkasan Riskesdas

menyebutkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas

meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Pada tahun 2007 usia 15-19

tahun sebanyak 36,3%, usia 20-24 tahun 16,3%, usia 25-29 tahun
15

sebanyak 4,4% dan usia >30 tahun sebanyak 3,2%. Jumlah perokok aktif

yang meningkat ini didominasikan oleh remaja dan anak- anak. Sejak

2011 hingga saat ini terjadi peningkatan perokok aktif di kalangan remaja

dan anak- anak, yaitu dari 5% menjadi 17%(Depkes, 2013).

Factor resiko merokok merupakan masalah yang sering ditemui, penelitian

yang dilakukan oleh setyanda, dkk (2015) di kota padang menyebutkan

bahwa kebiasaan merokok pada laki- laki usia 36-65 tahun ada hubungan

dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,003). Penelitian lain juga

yang dilakukan di rumkit ramelan Surabaya tahun 2015 menyebutkan

bahwa perilaku merokok pada TNI memiliki nilai OR yang bermakna

terhadap hipertensi (Oktavia dan Martini, 2016).

Merokok salah satu masalah di masyarakat yang tidak hanya menyebabkan

kerugian dari segi ekonomi dan kesehatan namun juga dapat menyebabkan

kematian. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu. Merokok didefnisikan

menjadi aktifitas membakar tembakau yang lalu dihisap asapnya, baik

eksklusif memakai rokok juga memakai pipa. Merokok adalah norma yang

membahayakan kesehatan lantaran bisa memicu aneka macam macam

penyakit sampai bisa menyebabkan kematian. Zat -zat yang terkandung

dalam asap rokok menyebabkan peningkatan tekanan darah ketika

menghisap sebatang rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan
16

200 diantaranya beracun, antar lain Karbon Monoksida (CO) yang

dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah

kramp, sehingga tekanan darah meningkat dan dinding pembuluh darah

dapat menjadi robek (Eirmawati, Wiratmo, dan Budi, 2014).

Merokok merupakan masalah global yang sangat berbahaya bagi

kesehatan, secara global di tahun 2015 sebanyak 942 juta laki- laki dan

175 juta perempuan usia 15 tahun keatas mengkonsumsi rokok. Tiga

negara dengan konsumsi rokok paling besar adalah China, India, Indonesia

dan jumlah korban yang meninggal karena penyakit akibat tembakau di

Indonesia lebih dari 225.700 orang. Masalah konsumsi rokok di Indonesia

sangat memperihatinkan dimana terdapat 469.000 orang anak usia 10-14

tahun dan 53.248.000 orang usia 15 tahun ke atas yang mengkonsumsi

tembakau setiap hari di Indonesia di tahun 2015 (Drope dkk.,2018).

Seorang peneliti jantung terkemuka di Mayo Clinic bernama Doktor Grace

M. Roth, bahwa rokok dapat berarti hidup atau mati bagi penderita

penyakit jantung. Tekanan darah untuk orang dewasa normal yang sehat

rata – rata 120 sistolis. Penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic

memperlihatkan, tekanan darah akan meningkat setelah merokok. Tekanan

darah orang yang normal meningkat 21 sistolis setelah mengisap 2 batang

rokok, 56 orang penderita hipertensi mengalami kenaikan sampai 31

sistolis. (Ernest Caldwell,2009).


17

Selama masih merokok, tembakau akan menjadi musuh yang mengancam

kesehatan. Akan menyerang dengan berbagai cara. Jika tidak menyerang

secara langsung melalui penyakit jantung atau kanker, akan mencari jalan

dengan cara menghalangi kesembuhan penyakit – penyakit yang di derita.

(Ernest Caldwell,2009). Berat badan memiliki hubungan yang linear

dengan tinggi badan. Keadaan normal, perkembangan berat badan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Alat yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang

berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan berat badan adalah Indeks

Massa Tubuh (IMT). (Supariasa, 2014)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang barat terdapat 15 orang yang mengalami Berat Badan Tidak

Terkontrol dan memiliki Kebiasaan Merokok.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik ingin

melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kontrol

Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan


18

B. Rumusan masalah

Berdasarkan masalah diatas rumusan masalahnya adalah untuk mengetahui

ada atau tidak Hubungan Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok

Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mengenai Hubungan

Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan

Pendidikan) di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

b. Mengidentifikasi Kontrol Berat Badan pada pasien Hipertensi di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

c. Mengidentifikasi Kebiasaan Merokok pada pasien Hipertensi di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

d. Mengidentifikasi Pasien Hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan.


19

e. Mengidentifikasi Adakah Hubungan Kontrol Berat Badan dengan

pasien hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan.

f. Mengidentifikasi Adakah Hubungan Kebiasaan Merokok dengan

pasien hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan.

g. Mengidentifikasi Adakah Hubungan Kontrol Berat Badan, Kebiasaan

Merokok, dan pasien Hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi,

sumber, data dan juga informasi

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan perawat yang

dijadikan dasar dalam mengembangkan dan juga memperkarya

literatur yang berkaitan dengan Hubungan Kontrol Berat Badan

dan Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi di Puskesmas

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini bagi masyarakat dapat memberikan

informasi, menambah pengetahuan yang dari tidak tahu hingga

menjadi tahu, memberikan pemahaman Hubungan Kontrol Berat


20

Badan dan Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi di Puskesmas

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai tambahan referensi atau sumber dan sebagai bahan

masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan dan

menerapkan ilmu keperawatan di Indonesia.


21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep teori

1. Hipertensi

a. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah

diastolic(Hapsari, 2016). Hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140

mmHg dan atau tekanan darah diastolic >90 mmHg

(Kemenkes,2020). Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan

darah yang meningkat karena jantung yang bekerja terlalu

keras dalam memompa darah untuk memenuhi kecukupan

oksigen dan nutrisi dalam tubuh, proses ini berlangsung secara

kronis. (Damayantie dkk.,2018). Hipertensi merupakan

masalah kesehatan yang mendunia. Saat ini hipertensi tidak

hanya diderita oleh masyarakat di daerah kota, namun juga

diderita oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan (Diana

dkk.,2018).

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang

persisten (Nurarif,2013).Hipertensi adalah keadaan tekanan

darah meningkat melebihi batas nomal (>120/80 mmHg).

Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan


22

kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari

pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah

(Hamzah PK,2015).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,2014)

memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90

mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang dapat

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan

juga angka kematian (mortalitas). Tekanan darah fase 140

mmHg menunjukkan fase darah yang sedang di pompa oleh

jantung dan fase diastolic 90 mmHg menunjukkan fase darah

yang kembali (Triyanto, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis

ketika tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah

bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh

diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu –

satunya cara mengetahui apakah seseorang itu memiliki

hipertensi adalah dengan melakukan pengukuran tekanan darah

(Anies, 2018).
23

Hipertensi merupakan meningkatan tekanan darah arteri yang

persisten diatas 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup Istirahat

atau tenang. Hipertensi atau tekanan darah adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat

atau tenang (Kemenkes,2014).

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang

dinyatakan mengalami peningkatan tekanan darah di atas batas

normal.seseorang dinyatakan mengalami penyakit hipertensi

bila tekanan sistolik mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan

diastolik di atas 90 mmHg (Junaidi,2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di

pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat

terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika

dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ

lain, terutama organ – organ vital seperti jantung dan ginjal

(kemenkes RI, 2013).


24

2. Klasifikasi hipertensi.

Tekanan darah dapat diukur dalam mmHg dan dicatat sebagai

dua angka yang biasa ditulis satu di atas yang lain. Nomor atas

merupakan tekanan darah sistolik, yaitu tekanan darah tertinggi

pada pembuluh darah yang dapat terjadi saat jantung

berkontraksi. Adapun tekanan darah diastolik, yaitu tekanan

darah terendah pada pembuluh darah di antara detak jantung saat

otot jantung rileks. Tekanan darah normal pada orang dewasa

yaitu tekanan darah sistolik 120 mmHg, dan diastolik 80 mmHg

(WHO, 2013).Berdasarkan penyebab hipertansi menurut Nurarif

(2013) dibagi menjadi 2 golongan :

A. Hipertensi primer (esensial).

Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui Penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu:

genetik, lingkungan, Hiperaktifitas saraf simpatis sistem

renin,angiotensin dan peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-

faktor yang meningkatkan resiko adalah obesitas, merokok,

alkohol, dan polisitemia.

B. Hipertensi sekunder

Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen,penyakit ginjal,

sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis


25

Kardiovaskuler Indonesia.

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Optimal <120 Dan < 80

Normal 120-129 Dan/ atau 80-84

Normal tinggi 130-139 Dan/ atau 84-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Dan/ atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160-179 Dan/ atau 100-109

Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/ atau ≥ 110

Hipertensi sistol ≥ 140 Dan/ atau < 90

terisolasi

(Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler

Indonesia, 2015). Dalam (Apriyani Puji Hastuti,M.Kep).

3. Penyebab hipertensi.

Banyak penyebab terjadinya hipertensi seperti usia, jenis kelamin,

genetika (Riwayat Genetik), Obesitas, Stres, minum alkohol,

merokok, komplikasi penyakit lainnya dan asupan kafein. Faktor

penyebab hipertensi sangat umum menjadi kebiasan atau gaya

hidup masyarakat Medan. Meminum alkohol seperti tuak

merupakan kebiasaan penduduk di Medan. Selain itu, tingginya

penduduk yang merokok dapat menyebabkan tingginya angka

kejadian penderita hipertensi (Anisa et al., 2014).

Berdasarkan penyebab hipertensi terbagi menjadi 2 golongan

menurut Irianto (2014), yaitu :


26

1. Hipertensi esensial / Primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial / primer yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).

Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi ini ialah sebagai berikut :

a) Genetik

Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi

beresiko tinggi mendapatkan penyakit hipertensi ini. Faktor

genetik ini tidak dapat dikendalikan, apabila memiliki

riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi.

b) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause dapat

beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat, faktor ini tidak

dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki beresiko

lebih tinggi daripada perempuan.

c) Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

dapat berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana jika seseorang bisa

menjaga berat badannya dalam keadaan normal atau ideal.

Obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan


27

berkembangnya peningkatan tekanan darah.

e) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan pada seseorang dengan pola

hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi

itu sendiri, yaitu seperti merokok. Merokok berkaitan

dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan

bisa menghabiskan beberapa putung rokok dan lama

merokok juga bisa berpengaruh dengan tekanan darah

seseorang. Konsumsi alkohol yang telalu sering atau

berlebihan secara terus menerus dapat meningkatkan

tekanan darah. Sebaiknya jika memiliki tekanan darah

tinggi harus menghindari alkohol agar tekanan darah dalam

batas normal dan menjaga gaya hidup sehat sangat penting

agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus

hipertensi, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder diantaranya :

penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik

(tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan,

peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress. Stress

bisa memicu sistem saraf simpatis sehingga dapat


28

meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh

darah.

4. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung

di paksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Dimana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklirosis

(Triyanto, 2014).

Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada

saat

terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau

hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi

bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi

jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume


29

darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat (Triyanto, 2014).

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuain terhadap faktor-

faktor tersebut dilaksankan oleh perubahan di dalam fungsi

ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang

mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan

fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui

beberapa cara, jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

ke normal (Triyanto, 2014).

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf

otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan

tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh

terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di daerah

tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh

ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh

melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah.


30

Faktor stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya

peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone

epinefrin dan norepinefrin (Triyanto, 2014).

5. Tanda dan gejala

Tahap awal hipertensi biasanya ditandai dengan asimtomatik,

hanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan

darah pada awalnya sementara tetapi pada akhirnya menjadi

permanen. Gejala yang muncul seperti sakit kepala di tengkuk dan

leher, dapat muncul saat terbangun yang berkurang selama siang

hari. Gejala lain yaitu nokturia, bingung, mual, muntah dan

gangguan penglihatan (Lemone, et al., 2015).

Gejala hipertensi Biasanya orang yang menderita hipertensi akan

mengalami sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat

tekanan darahnya naik melebihi normal. Wajah akan menjadi

kemerahan, pada sebagian orang akan mengalami detak jantung

yang berdebar-debar. Orang yang menderita tekanan darah tinggi

akan mengalami gejala seperti pandangan mata menjadi kabur atau

tidak jelas, sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi, mudah

mengalami kelelahan saat melakukan aktifitas, sering terjadi

pendarahan di hidung atau mimisan. Gejala hipertensi yang parah

dapat menyebabkan seseorang mengalami vertigo. Orang yang

mempunyai tekanan darah yang tinggi biasanya akan sensitive dan


31

mudah marah terhadap hal-hal yang sepele dan tidak disukainya.

Beberapa gejala tersebut adalah gejala-gejala yang umum yang

dialami penderita hipertensi, oleh karena itu dianjurkan untuk

berkonsultasi pada dokter untuk pemeriksaan tekanan darah

(Anies, 2018).

6. Faktor – faktor hipertensi

Penyakit hipertensi ini mempunyai 2 faktor resiko diantaranya dari

internal dan dari eksternal. Faktor internal ini merupakan faktor

yang tidak dapat diubah seperti genetik (keturunan), usia, ras dan

gender. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari lingkungan

atau faktor yang dapat diubah seperti kelebihan berat badan, sering

merokok, minum alkohol, serta sedikitnya aktivitas untuk

berolahraga (Setyanda et al., 2015).

Menurut (Situmorang, 2015) bahwa ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu usia lanjut, adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga, kelebihan berat badan yang

diikuti dengan kurangnya berolahraga. Fenomena ini disebabkan

karena gaya hidup masyarakat di dunia, seperti semakin mudahnya

memperoleh makanan siap saji yang menjadikan seseorang kurang

dalam memakan. sayur-sayuran segar serta kurang konsumsi serat,

kemudian tingginya konsumsi garam, gula, lemak dan kalori.


32

Hipertensi di pengaruhi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan

tidak dapat diubah menurut (Nurrahmani, 2011) :

1. Faktor yang tidak dapat diubah

a. Usia

Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90mmHg. Hal ini pengaruh degenerasi yang terjadi pada

orang yang bertambah usia. Organisasi kesehatan dunia

menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan 45-59

tahun, lanjut usia 60-70 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, usia

sangat tua di atas 90 tahun. Selain itu pada usia

lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu reflex

baroreseptor mulai berkurang, demikian juga halnya dengan

peran ginjal dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi

glomerulus menurun, hal ini memicu terjadinya hipertensi.

Berdasarkan usia terbanyak untuk kelompok hipertensi adalah

usia ≥55 tahun (53,3%). Usia terbanyak untuk kelompok non

hipertensi adalah < 55 tahun (83,3%). Selanjutnya dianalis

dengan uji multivariat dan didapatkan nilai signifikansi

(p=0,010), yang berarti terdapat hubungan yang bermakna

secara statistik antara umur dengan kejadian hipertensi. (Idha

Kurniasih, dkk, 2011).


33

b. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi

lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar

terhadap morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit

kardiovaskuler, sedangkan usia diatas 50 tahun hipertensi lebih

banyak terjadi pada perempuan.

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita,

namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap

sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause.

Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi

sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur 45-

55 tahun. (Bianti Nuraini, 2015). Penelitian yang dilakukan di

Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan bahwa, untuk


34

distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin

perempuan sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin aki-laki sebanyak 7

responden (8,0%) (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan

kejadian hipertensi didapatkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi

(p=1,000). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan

Prasetyaningrum (2014) yang mengatakan laki-laki lebih

beresiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan saat

usia < 45 tahun. Tetapi saat usia >65 tahun, perempuan lebih

beresiko mengalami hipertensi dibanding laki-laki setelah

wanita memasuki masa monopouse prevalensi pada wanita

akan semakin meningkat dikarenakan factor hormonal.

c. Keturunan

Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang

diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai

riwayat hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai

resiko besar menderita hipertensi.

d. Riwayat Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita


35

hipertensi.Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga. (Bianti Nuraini, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Airmadidi menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji chi

square menghasilkan nilai probabilitas 0,000 dengan tingkat

kesalahan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi. Orang

yang mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17,71

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak

mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi.

(Merlisa C Talumewo, 2014).

2. Faktor yang dapat diubah

a. Stres

Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan

meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ

sehingga meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu


36

dengan mengurangi stress seseorang dapat mengontrol

tekanan darahnya (Nurahmani,2018).

Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak

ginjal untuk mengeluarkan adrenalin dan memacu jantung

berdenyut kuat. Akibatnya tekanan darah meningkat. Stess

dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone

adrenalin akan meningkat sewaktu kita stress, dan hal itu

dapat meningkatkan jantung memompa darah lebih cepat

sehingga tekanna darah pun meningkat (Nuraini, 2015)

b. Berat Badan

Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah

karena mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup

(Aspiani,2015). Penderita hipertensi yang mengalami

kelebihan berat badan (obesitas) dianjurkan untuk

menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal

18,5 – 22,9 kg/m, lingkar pinggang <90 cm untuk laki –

laki dan < 80 cm untuk perempuan (kemenkes RI, 2013b).

Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya

menganggu penampiIan seseorang, tetapi juga tidak baik

kesehatan. Meraka yang memiliki berat badan lebih

cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi di banding

mereka yang kurus. Pada orang yang gemuk, jantung akan


37

bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat

dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang

yang gemuk terjepit kulit yang berlemak.

Pada orang yang gemuk pembakaran kalori akan bekerja

lebih karena untuk membakar kalori yang masu.

Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam

darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar,

semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.

Pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih

keras.

Berat badan merupakan factor determinan pada tekanan

darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur.

Menurut National Institutes For Health USA, prevalensi

tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan

32% untuk wanita, dibandingkan dengan pravelansi 18%

untuk pria dan 17 % untuk wanita bagi yang memiliki IMT

<25 (Status gizi normal menurut standar internasional).

c. Pengunaan Kontrasepsi Oral Pada Wanita

Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada

wanita yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang

askontrasepsi selama 5 tahun, atau pada orang obese.


38

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan volume plasma

akibat peningkatan aktivitas renninangiotensin-aldosteron

yang muncul ketika kontrasepsi oral digunakan. Kalainan

ini bersifat masih bisa diperbaiki, namun membutuhkan

waktu beberapa minggu setelah obat kontrsepsi tersebut

berhenti diminum.

d. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam hal yang tidak baik dalam tekanan darah,

tetapi kandungan natrium (Na) dalam darah dapat

mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na)

bersama klorida (CI) dalam garam dapur (NaCl)

sebenarnya bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah.

Namun, natrium yang masuk dalam darah secara berlebihan

dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah.

Meningkatnya volume darah mengakibatkan meningkatnya

tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja

jantung dalam memompa darah semakin meningkat.

e. Kebiasaan Merokok

Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia

melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah

satu batang atau lebih sekurang-kurangnya selama satu


39

tahun. Merokok dapat salah satu faktor hipertensi melalui

mekanisme pelepasan Norepinefrin dari ujung-ujung saraf

adrenergik yang dipacu oleh nikotin.

Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka Panjang

hipertensi karena asap rokok yang mengandung zat – zat

kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang

dihisap melalui rokok dapat menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan meningkatkan kerja jantung. (Aspiani,

2015).

f. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka makin mudah dalam

memperoleh suatu pekerjaan sehingga semakin banyak pula

penghasilan yang di peroleh dan menyebabkan tingkat

pengetahuan kesehatan dari seseorang tersebut tinggi

sehingga menimbulkan rasa pentingnya untuk menjaga

kesehatan. Pendidikan memiliki tingkatan yaitu :

1. Pendidikan rendah (TAMAT SD,SMP/MTS)

2. Pendidikan menangah (TAMAT SMA,SMK)

3. Pendidikan tinggi (TAMAT D3,S1,S2,S3)


40

b. Pekerjaan

Manisfestasi kardiovaskuler yang berkaitan dengan

paparan kerja sering dicetuskan oleh patofisiologi

bukan akibat kerja yang mendasarinya. Pada pekerja

individual sulit membuktikan faktor-faktor kerja

bertanggung jawab atas kelainan kardiovaskuler dengan

faktor-faktor kerja (WHO, 2005). Jenis pekerjaan yang

terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler adalah

pekerjaan yang tidak aktif secara fisik yang terlalu

banyak bekerja, kurang berolahraga, tidak

memperhatikan gizi yang seimbang, konsumsi lemak

tinggi dapat menimbulkan hipertensi pada pekerja. Stres

pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya

hipertensi berat.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Tatalaksana Hipertensi ada 3 antara lain menurut (Triyanto, 2014)

yaitu :

1. Penatalaksanaan Farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

takanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah

komplikasi akibat hipertensi agar penderita bertambah kuat.

Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli


41

Hipertensi (Joint Commite On Detection, Evaluation and

Treatment Of High Blood Preasure, USA, 2010)

menyimpulkan bahawa obat diuretik, antagonis kalsium,

atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita

dan penyakit lain yang ada pada penderita (Padila, 2013

dalam Nafiah, 2018). Terapi farmakologis dilakukan

dengan pemberian obat-obatan seperti berikut (Triyanto,

2014) :

a. Golongan Diuretik

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal

membuang garam dan air, yang akan mengurangi

volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran

pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya

kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan

tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik

sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,

kegemukan, penderita gagal ginjal jantung atau

penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat Adrenargik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

bloker, beta bloker labetol, yang menghambat efek


42

sistem saraf simpatis. System saraf simpatis adalah

sistem saraf yang dengan segera akan memberikan

respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah

beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia

muda, penderita yang mengalami serangan jantung.

c. ACE – inhibitor

Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia

muda, penderita gagal jantung. Angiotensin converting

enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan

arteri.

d. Angiotensin-II-Bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Vasodilator

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan

terhadap obat anti- hipertesi lainnya. Antagonis

Kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif

diberikan kepada orang kulit hitam, lanjut usia, nyeri

dada, sakit kepala (migren).


43

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pengobatan secara nonfarmokologi atau lebih dikenal

dengan pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya

merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau

perseorangan. Pada pengobatan hipertensi tanpa obat-

obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan

dan gaya hidup. Berikut pengobatan nonfarmakologi

menurut (Triyanto, 2014):

a. Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena itu,

tindakan mengurangi garam juga merupakan usaha

mencegah sedikit natrium yang masuk kedalam tubuh.

Mengurangi konsumsi garam pada awalnya memang

tarasa sulit. Keadaan ini terjadi karena individu terbiasa

dengan makanan berasa asin selama puluhan tahun.

Tentu memerlukan usaha yang keras untuk mengurangi

garam.

b. Mengendalikan Minum (Kopi Dan Alkohol)

Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan

hipertensi karena, senyawa kafein dalam kopi dapat

memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak

pada peningkatan tekanan darah Minuman beralkohol

dapat menyebabkan hipertensi karena, bila di konsumsi

dalam jumlah yang berlebihan akan meningkatkan


44

tekanan darah. Pada dasarnya pada penderita hipertensi

perlu meninggalkan minuman beralkohol.

c. Mengendalikan Berat Badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan

yang masuk kedalam tubuh atau mengimbangi dengan

melakukan banyak aktivitas, penurunan 1kg berat badan

dapat menyebabkan tekanan darah turun 1 mmHg.

d. Berolahraga Teratur

Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk

berolahraga, tetapi dianjurkan olahraga secara teratur.

Bagi penderita hipertensi semua olahgara baik

dilakukan asal tidak menyebabkan kelelahan fisik dan

selain itu olahraga ringan yang dapat sedikit

meningkatkan denyut jantung dan mengeluarkan

keringat.

2. Kontrol berat badan

a. Pengertian kontrol berat badan

Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau

menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini bergantung

pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dan

jumlah tenaga yang digunakan. Sedikit yang dimakan dan lebih


45

banyak tenaga yang dikeluarkan, maka timbunan lemak akan

berkurang. (Widiyanto, 2015).

b. Berat badan

1) Pengertian Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan

semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui

keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap

perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi

(Febrianti, Wahyuni, & Dale, 2019: 19).

Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang

ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa

perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur

berat badan dengan satuan kilogram. Dengan mengetahui berat

badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat

kesehatan atau gizi seseorang (surono 2000, Mabella, 2010

dalam Febriana . F., 2015).

2) Factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan.

Factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan

(menurut Chamidah, 2009 dalam Mumpuni. E. A., 2012)

yaitu :

a) Factor dalam :

1) Ras/etnik atau bangsa

2) Keluarga/ genetic/keturunan
46

3) Umur

4) Jenis kelamin

b) Factor luar :

1) Gizi (pada saat ibu hamil), dan gizi masa pertumbuhan

2) Racun/zat kimia dan radiasi

3) Kekurangan hormone

4) Penyakit infeksi

5) Sosio – ekonomi yang kurang. Berdasarkan pendapatan dan

pekerjaan orangtua.

6) Lingkungan pengasuhan

7) Stimulasi/rangsangan

8) Pendidikan dan pengetahuan ibu

9) Jumlah anggota keluarga

c) Cara menghitung berat badan ideal untuk pria dan wanita.

Cara menghitung berat badan dengan kalkulator BMI. BMI

merupakan kepanjangan dari Body Mass Index.BMI

merupakan perhitungan kalkulasi berdasarkan tinggi dan berat

badan anda yang kemudian dihitung dan diketahui apakah berat

badan anda yang sekarang ideal atau masuk dalam kategori

kurus atau gemuk. Cara menghitung berat badan dengan

menggunakan kalkulator BMI dapat dimulai pada umur 20

tahun perhitungan untuk dibawah usia 20 tahun berbeda.


47

Namun cara menghitung berat badan ideal dengan

menggunakan kalkulator BMI akan sedikit menyesatkan bagi

atlet atau olahragawan. Hal ini dikarenakan berat badan berasal

dari massa otot. Jadi bisa saja BMI menunjukkan kegemukkan,

padahal tidak. Adapun berat badan ideal berdasarkan hasil IMT

yang didapatkan telah dibandingkan dengan skala yang

dikemukakan oleh WHO, yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

1) Angka BMI yang normal berkisar dari 18,5 sampai 25

2) Ketika angka BMI anda terletak di atas 25, anda memiliki

resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit jantung,

osteoarthritis, kanker, dan diabetes level 2.

3) Dan jika angka BMI berada di bawah 18, akan berisiko

tinggi terhadap osteoporosis.

4) Sebaiknya anda dengan angka BMI di atas 27 dan di bawah

18 meminta saran dokter atau memperbaiki pola hidup anda

agar berat badan menjadi ideal.

5) Terutama bagi anda dengan angka BMI di atas 40, berhati-

hatilah karena situasinya sangat berbahaya.

Cara menghitung :

Berat tubuh ideal = BB (kg) : (TB x TB) (m)

Contoh :

BB anda 50 kg dengan tinggi 1,68 m maka 50 kg : (1,68 x


1,68) = 45 : 2,82 = 17.0 maka nilai BMI anda 17.0
48

Keterangan :

1) Angka BMI normal adalah 18,5 – 25

2) Di bawah 17 anda termasuk dalam kategori kekurangan

berat badan

3) Di atas 25 termasuk kategori kelebihan berat badan ringan

4) Sedangkan di atas 40 maka anda sebaiknya hati – hati

karena anda termasuk dalam kategori kelebihan berat badan

berbahaya.

Sedangkan cara menghitung berat badan dengan menggunakan

rumus Brosca ini ditemukan oleh Pierre Paul Brosca. Rumus

brosca terbagi menjadi 2, untuk perempuan dan laki- laki :

1) Laki – laki : BB ideal (kg) = {TB (cm) – 100} – {[TB (cm)


– 100] x 10%}
2) Perempuan : BB ideal (kg) = {TB (cm) – 100} – {[ TB
(cm) – 100] x 15%}
Contoh :

Laki – laki dengan TB 172, Maka BB ideal adalah (172-100) –


{(172 – 100) x 10%} = 72 7.2 = 64.8 (Merdeka,2017)

c. Tinggi Badan

1) Pengertian tinggi badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi

badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive

pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh


49

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak dalam

waktu yang relative lama (Riswatularyah, 2016).

Tinggi atau Panjang badan ialah indikatator umum dalam

mengukur tubuh dan Panjang tubuh. Alat yang biasa dipakai

disebut stadiometer. Ada dua macam yaitu: “stadiometer

portable” yang memiliki kisaran pengukuran 840 – 2060 mm

dan “harpenden stadiometer digital “ yang memiliki kisaran

pengukur 600 – 2100 mm.

Tinggi badan adalah parameter yang dapat melihat status gizi

sekarang dan masa lampau. Pertumbuhan tinggi badan tidak

signifikan berat badan serta relative kurang sensitive untuk

masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat (Anggraini,

2012).

Cara mengukur tinggi badan :

1) Lepas sepatu atau alas kaki

2) Berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, telapak kaki

menapak pada alas.

3) Ukur tinggi badan mulai dari tumit sampai puncak

tengkorak dengan tongkat pengukur.

4) Catat hasil yang ditunjukkan tongkat pengukur dalam

satuan (cm). (Riswatularyah, 2016)


50

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh :

Tabel 2.2 klasifikasi IMT

Kategor Keterangan IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat tingan 17,0 – 18,5

Normal >18,5 –

25,0

Gemuk Gemuk kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 –

Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0

>27,0

Sumber : Supariasa, 2012

3. Kebiasaan merokok

Dalam Permenkes No. 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga memutuskan dalam Upaya Pengendalian Penyakit Tidak

Menular agar dilakukan kegiatan penyuluhan tentang dampak buruk

rokok dan penyelenggaraan layanan upaya berhenti merokok.

Peraturan pemerintah RI No. 109 tahun 2012 menyebutkan bahwa

rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan diisap dan atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
51

nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

sintesisinya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau

tanpa bahan tambahan.

a. Merokok.

Salah satu penyebab hipertensi adalah gaya hidup, peningkatan ini

yang mengakibatkan terjadinya hipertensi salah satunya merokok.

Saat ini merokok merupakan suatu pandangan yang sangat tidak

asing lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan

kenikmatan bagi perokok, namun dapat menimbulkan dampak

buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang orang disekitarnya.

Hal ini sebenarnya telah diketahui oleh masyarakat bahwa

merokok itu sangat menganggu kesehatan. Masalah rokok pada

hakekatnya sudah menjadi masalah nasional (setiyanto,2018).

Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Sebagai

penyakit kronis, hipertensi akibat merokok tidak hanya dapat

mengurangi harapan hidup tetapi juga berdampak buruk pada

kualitas hidup. Tembakau yang terkandung dalam rokok

merupakan salah satu penyebab utama hipertensi yang dapat

dicegah, yang berarti bahwa penyakit ini dapat dikendalikan

sebagian besar dengan berhenti merokok (Geo et al., 2017).

Merokok adalah kebiasaan yang dapat mengakibatkan berbagai

macam penyakit (proverawati & rahmawati, 2012). Merokok


52

merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan. Rokok

memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada

perokok, walaupun perilaku merokok merupakan perilaku yang

membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam

sebatang rokok (Roschayati, 2015).

Rokok bisa dikatakan sebagai narkoba karena adanya efek yang

mendatangkan perasaan nikmat, rasa nyaman, dan menjadikan

kecanduan. (partodihardjo,2010). Rokok merupakan sumber dari

berbagai masalah kesehatan seperti kanker, jantung, gangguan

pernafasan serta bisa menjadi salah satu penyebab kematian

terbesar.(Aulia, 2010).

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau yang terbungkus dari

tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya

atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar tanpa bahan

tambahan (heryanti,2014).

Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam rokok ada

banyak zat yang berbahaya bagi tubuh diantaranya adalah nikotin,

tar dan karbon monoksida. Nikotin yang terdapat dalam rokok

dapat meningkatkan resiko terjadinya pengumpulan darah dalam

pembuluh darah dan juga nikotin dapat menyebabkan pengapuran

pada dinding pembuluh darah. Nikotin dalam asap rokok


53

merangsang tubuh melepaskan adrenalin yang menyebabkan

peningkatan detak jantung dan tekanan darah (suiraoka, 2012).

Rokok bisa dikatakan sebagai narkoba karena adanya efek yang

mendatangkan perasaan nikmat, rasa nyaman, dan menjadikan

kecanduan (Partodihardjo, 2010). Rokok adalah hasil olahan dari

tembakau yang terbungkus dari tanaman Nicotiana Tobacum,

Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nikotin dan tar tanpa bahan tambahan (Heryani,

2014). Aulia (2010) rokok merupakan sumber dari berbagai

masalah kesehatan seperti kanker, jantung, gangguan pernafasan

serta bisa menjadi salah satu penyebab kematian terbesar.

Merokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok

berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi

maligna dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami

ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.

Thomas S. Bowman dari Brigmans and Woman’s Hospital,

Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada

riwayat hipertensi , 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan

perokok pemula, 5 % subyek merokok 1 – 14 batang rokok perhari

dan 8 % subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.

Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi


54

terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih

dari 15 batang perhari (Nuraini, 2015).

b. Komponen dalam rokok

Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012), komponen zat racun

dalam rokok terdiri dari :

1. Zat Kimia

Komponen gas dalam asap rokok yaitu berupa karbon monoksida,

amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formal dehit.

Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbazol, dan kresol. Zat-zat

ini beracun, mengiritasi, dan meninmbulkan kanker (karsinogen).

2. Nikotin

Zat yang paling sering dibicarakan karena dapat meracuni saraf

tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan

pembuluh darah tepi, mengganggu kerja saraf otak dan

menyebabkan ketagihan

3. Timah hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan dari sebatang rokok sebanyak 0,5 μg.

sedangkan ambang batas bahaya timah yang masuk ke dalam tubuh

adalah 20 μg per hari.

4. Gas karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang cukup kuat

untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.


55

5. Tar

Tar adalah kumpunan ribuan bahan kimia dalam komponen padat

asap rokok, dan bersifat karsinogen, pada saat muali menghisap

rokok, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat, tetapi

setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk sebuah endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, paru-paru, dan saluran

pernafasan.

c. Jenis – jenis rokok

Berdasarkan bahan bakunya, rokok terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Rokok putih, rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan

aroma tertentu.

2. Rokok kretek, rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan

efek rasa aroma tertentu.

3. Rokok klembak, yaitu rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. (Tawbariah

et al,2014).

Berdasarkan penggunana filter, rokok terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Rokok filter, rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

gabus.
56

2. Rokok non filter, rokok yang pada bagian pangkalnya tidak

terdapat gabus.

Berdasarkan bahan pembungkus rokok juga dibedakan menjadi

tiga :

1. Kawung, adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun aren.

2. Sigaret, adalah rokok yang bahan pembungkusya berupa kertas.

3. Cerutu, adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

d. Kategori perokok

1) Perokok pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang

yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan

polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok

lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada perokok

aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya

terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat

tertutup. Menurut wardoyo(1996) asap rokok yang dihembusan

oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali

lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih

banyak mengandung tar dan nikotin.

2) Perokok aktif

Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan

perokok atu asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream).


57

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok

aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap

rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri

sendiri maupun lingkungan sekitar.(Bustan,2007)

e. Klasifikasi Perokok

Menurut warma dkk. (2015) tipe perokok dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Perokok ringan, perokok yang merokok <10 batang per hari.

2. Perokok sedang, perokok yang merokok 10 – 20 batang per

hari.

3. Perokok berat, perokok yang merokok lebih dari 20 batang per

hari.

f. Dimensi perilaku merokok

Terdapat 4 dimensi dalam perilaku yang dapat diukur menurut

sodik, (2018), yaitu :

1) Intesitas

Intensitas merupakan dimensi untuk menghitung dan

mengetahui seberapa banyak jumlah batang rokok yang dihirup

seseorang dalam satu harinya. Perilaku merokok dibagi

menjadi 3 klasifikasi berdasarkan intensitas merokok setiap

harinya yaitu:

a) Perokok ringan, yang mengkonsumsi atau menghisap rokok

1 – 4 batang dalam satu hari.


58

b) Perokok sedang, yang mengkonsumsi atau menghisap

rokok 5 – 14 batang setiap harinya.

c) Perokok berat, yang mengkonsumsi atau menghisap rokok

lebih dari 15 batang dalam satu hari penuh

2) Fungsi merokok

Merupakan salah satu indicator merokok yang ditunjukkan

dengan perasaan yang dialami perokok seperti perasaan positif

maupun perasaan yang negative.

3) Tempat merokok

Tipe merokok berdasarkan tempat dibagi menjadi 2 jenis, yang

pertama adalah perilaku merokok di tempat – tempat umum

dan perilaku merokok ditempat – tempat yang bersifat pribadi.

4) Waktu dan durasi merokok

Durasi merupakan dimensi yang mengukur pada lamanya

waktu dalam melakukan tindakan atau kebiasaan tertentu.

Durasi digunakan dalam menghitung waktu yang dibutuhkan

seseorang dalam mengkonsumsi sebatang rokok (Martin dan

Pea, 2015)

g. Tipe Kondisi Merokok

Terdapat 4 macam tipe kondisi merokok yaitu (Oktavia, 2011):

1. Kondisi seseorang yang sedang dalam pengaruh rasa positif akan

merokok untuk meningkatkan rasa positif tersebut, misal saat

berkumpul dengan teman sambil bersuka ria.


59

2. Kondisi seseorang yang sedang dalam pengaruh rasa negatif

akan merokok untuk menyingkirkan rasa negatif tersebut, misal

saat sedang berada dibawah tekanan pekerjaan dan ingin

melepaskan

rasa pusing sejenak.

3. Kondisi seseorang yang kecanduan akan menambah dosis rokok

yang ia konsumsi setiap harinya agar mendapat efek yang

diinginkan. Salah satu ciri khas lainnya adalah pada kondisi ini,

perokok akan merasa cemas jika sedang tidak ada persediaan

rokok.

4. Kondisi seseorang yang merokok karena sudah terbiasa dan

merokok bukan karena ingin mengontrol emosi atau karena merasa

cemas melainkan karena sudah menjadi sebuah rutinitas

baginya, sehingga sering merokok tanpa berfikir untuk merokok.

h. Bahaya merokok

Proverawati dan rahmawati (2012) menyatakan bahwa merokok

baik secara aktif maupun pasif sangat membahayakan tubuh,

seperti :

1. Menyebabkan kerontokan rambut

2. Gangguan pada mata

3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibandingkan bukan

perokok

4. Menyebabkan paru – paru kronis

5. Merusak gigi menyebabkan bau mulut yang tidak sedap


60

6. Menyebabkan stroke dan serangan jantung

7. Tulang lebih mudah putih

8. Menyebabkan kanker kulit

9. Menyebabkan kemandulan dan impotensi

10. Menyebabkan kanker Rahim dan keguguran

i. Dampak merokok

Partodiharjo (2010) dampak merokok yaitu :

1. Dampak terhadap jantung

Darah menjadi kental, pembuluh darah menjadi rapuh sehingga

memicu serangan jantung dan stroke.

2. Dampak terhadap paru – paru

Pemicu kanker paru – paru, radang paru – paru, dan radang

saluran pernafasan.

3. Dampak lain

Mengakibatkan kondisi fisik menjadi lemah sehingga sering

jatuh sakit, kamampuan seks lemah, penampilan jelek dan

terkesan cepet tua.

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Baskara, Benedictus Yudha pada tahun

2013 dengan judul “ Hubungan Antara Berat Badan Berlebih Dan

Kejadian Hipertensi Pada Pasien Di Wilayah Puskesmas Mojolangu

Kecamatan Lowokwaru Kota Malang “ . penelitian ini menunjukaan

adanya hubungan yang nyata antara berat badan berlebih


61

( overweight ) dan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas

Mojolangu Kota Malang. Hasil dari pengolahan data menunjukkan

nilai signifikansi 0,043 (p&lt;0,05) dengan jumlah responden yang

memiliki IMT normal mengalami pre hipertensi (55%), IMT berlebih

mengalami pre hipertensi (40%) dan IMT obesitas cenderung memiliki

tekanan darah stage I dan stage II (7%).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Jurgen M. Uguy, Jeini Ester Nelwan,

Sekplin A.S. Sekeon pada tahun 2018 dengan judul “ Kebiasaan

Merokok Dan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Molompar Belang Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara

Tahun 2018 “ . penelitian ini menunjukkan Hasil analisis data

menunjukkan nilai p=0,571 (p>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat

hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Molompar Belang Kecamatan Belang

Tahun 2018.
62

C. KERANGKA TEORI PENELITIAN


Faktor yang dapat diubah :
Faktor yang tidak dapat
1. Stress
diubah :
HIPERTENSI 2. Berat badan
1. Usia 3. Penggunaan kontrasepsi
2. Jenis kelamin oral pada wanita
3. Keturunan 4. Konsumsi garam
4. Riwayat keluarga berlebihan
5. Kebiasaan merokok
6. Pendidikan
7. Pekerjaan

Etiologi Primer : Etiologi Sekunder :


1. genetik 1. penggunaan
2. jenis kelamin dan usia kontrasepsi oral
3. diet 2. coarction aorta
4. berat badan 3. neurogenik
5. gaya hidup 4. kehamilan
5. peningkatan
volume
Intravaskular
6. luka bakar
7. stress

Berat badan
Kebiasaan merokok

: Yang diteliti

: Tidak di teliti

Sumber : (Nurrahmani,2011), (Irianto, 2014).


63

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka konsep penelitian dalam suatu uraian

dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep

yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

permasalahan yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang dipandang

sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya.

Sedngkan variabel terikat (Dependent variable) adalah variabel yang

dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel- variabel

bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intensitas

penggunaaan media sosial, sedangkan variabel Dependen dalam penelitian ini

adalah Kesehatan mental remaja (Nursalam, 2013).

3.1 Tabel Kerangka Konsep.

Variabel Independent Variabel Dependen

Berat Badan
Hipertensi

Merokok

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Mencari hubungan
64

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013)


65

Variabel Definisi Indikator Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variabel Independen
Independen : Kontrol berat badan adalah 1. Berat badan Lembar Klasifikasi IMT = Ordinal
Kontrol berat mempertahankan dan 2. Tinggi badan observasi 1. Kurus
badan. menjaga berat badan agar (kekurangan BB
sesuai atau ideal, bisa juga tingkat berat) =
sesuai dengan apa yang <17,0
diinginkan. 2. Kurus
(kekurangan BB
tingkat ringan) =
17,0 – 18,5
3. Normal = >18,5-
25,0
4. Gemuk (gemuk
kelebihan BB
tingkat ringan) =
>25,0 dan > 27,0
5. Gemuk (kelebihan
BB tingkat berat) =
>27,0
(Supariasa, 2012).
Kebiasaan Tindakan dalam 1. Fungsi Kuesioner Klasifikasi perokok : Ordinal
merokok mengkonsumsi rokok merokok 1. Perokok ringan, < 10
dalam sehari dalam batang/hari.
kebiasaan 2. Perokok sedang, 10 –
sehari – hari 20 batang/ hari.
2. Intensitas Perokok berat, lebih
merokok dari 20 batang/hari
3. Tempat
merokok
Variabel Dependen

Hipertensi Hipertensi merupakan Pengukuran Tensimeter Klasifikasi tekanan Ordinal


Peningkatan tekanan Tekanan darah , stetoskop, darah :
66

darah di atas normal atau sistolik dan dan lembar 1. Optimal = <
tekanan sistolik lebih tekanan darah observasi 120/<80
tinggi dari 140 mmHg diastolik 2. Normal = 120 –
dan tekanan diastolik di 129/80-84
atas 90 mmHg. 3. Normal tinggi =
130-139/84-89
4. Hipertensi
derajat 1 = 140-
159/90-99
5. Hipertensi
derajat 2 = 160 –
179/100-109
6. Hipertensi
derajat 3 = >
180/>110
7. Hipertensi sistol
terisolasi = >
140/<90

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian

yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni,

2014). Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2 kemungkinan

jawaban yang disimbolkan dengan H. Dimana Ho merupakan hipotesis

nol dan Ha merupakan hipotesis alternatif (Sujarweni, 2014).

Ho : Hipotesis nol dalam penelitian ini yaitu: Tidak ada hubungan antara

kontrol berat badan dan kebiasaan merokok dengan penyakit hipertensi di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.


67

Ha ; Hipotesis alternatif dalam penelitian ini yaitu: Ada hubungan antara

kontrol berat badan dan kebiasaan merokok dengan penyakit hipertensi di

Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan


68

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk

mencari hubungan anatara variebel independent dengan variabel

dependen. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner keseluruhan metode dan pengumpulan data ini digunakan

untuk mengetahui hubungan antara kontrol berat badan dan kebiasaan

merokok dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan sebagai objek

penelitian yaitu di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan

2. Waktu Penelitian

Waktu pembuatan proposal sampai penelitian direncenakan akan

dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, di mulai dari bulai februari

sampai bulan juli.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi
69

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek

yang akan diteliti, (Notoatmojo,2012). Populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang

memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah

ditetapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian dapat dibedakan menjadi populasi

Finit dan populasi In-finit. Populasi finit merupakan suatu

populasi yang jumlah anggota populasinya secara pasti dapat

diketahui, sedangkan populasi in-finit merupakan suatu populasi

yang jumlah anggota populasinya tidak dapat diketahui secara

pasti. Maka dari itu populasi in-finit adalah populasi yang

digunakan dalam penelitian ini karena population size nya tidak

dapat diketahui sebelum penelitian dilaksanakan (Supardi,

2005). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 771 orang yang

memiliki riwayat hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). penelitian

ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling yaitu

suatu metode penarikan sampel probabilitas yang dilakukan

dengan kriteria tertentu. Sampel penelitian ini diambil


70

secara purposive sampling, dimana sampel digunakan

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

n = 771
1+771(0.1)²
n = 771
8.71
n = 88 disesuaikan oleh peneliti menjadi 100 responden

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan syarat-syarat yang harus

dipenuhi responden untuk menjadi sampel dalam

penelitian ini. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu:

1) Masyarakat yang menderita hipertensi

2) Masyarakat yang memiliki berat badan tidak

terkontrol

3) Masyarakat yang memiliki kebiasaan merokok

4) Masyarakat yang bersedia dijadikan responden.

B. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan syarat ekslusi untuk menjadi

responden sudah ada tetapi dikeluarkan karena hal

tertentu. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini, yaitu :

1) Masyarakat yang tidak memiliki riwayat

2) Masyarakat yang tidak bisa dijangkau peneliti

3) Masyarakat yang sakit


71

4) Masyarakat dengan hipertensi berat sedang dalam

perawatan.

Adapun penelitian ini menggunakan rumus slovin karena

dalam penarikan sampel, jumlahnya harus

representative agar hasil penelitian dapat

digeneralisasikan dan perhitungan pun tidak

memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat

dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana.

Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan

perhitungan sebagai berikut :

n = 771
1+771(0.1)²
n = 771
8.71
n = 88 disesuaikan oleh peneliti menjadi 100 responden

Keterangan :

N = ukuran sampel/jumlah responden


N = ukuran populasi
E = Presentense kelonggaran kesalahan
pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir; e=0,1 / 10%

D. Instrument dan cara pengumpulan data

1. Instrument penelitian

Instrument merupakan alat atau fasilitas yang dapat digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya dapat lebih


72

mudah dan hasil lebih baik sehingga mudah untuk diolah

(Saryono,2011). Instrument penelitian merupakan alat-alat yang

dapat digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmojo, 2018).

Instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

instrument penelitian sesuai dengan masing-masing variabel, yaitu:

a) Variabel independent kontrol berat badan dan kebiasaan merokok.

Variabel independent kontrol berat badan menggunakan

instrument kuesioner . Kuesioner merupakan daftar pertanyaan

yang sudah disusun dengan baik, dimana responden tinggal

memberikan jawaban dan tanda tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Variabel independent kebiasaan merokok menggunakan

instrument lembar observasi. Lembar observasi adalah instrument

lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur

tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan.

b) Variabel dependent Hipertensi menggunakan observasi dengan

mengukur tekanan darah responden dengan menggunakan

tensimeter jarum.

2. Validitas dan Rehabilitas

a) Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur relavan atau tidaknya

pengukur dan pengamatan yang sudah dilakukan pada penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji

korelasi antar skor (nilai) tiap item pada pertanyaan terhadap skor

total seluruh pertanyaan dengan menggunakan uji pearson product


73

moment (Notoatmodjo, 2012). Hasil uji validitas dengan

menggunakan SPSS windows versi 26.0 menunjukkan bahwa

masing- masing item pertanyaan pada variabel kontrol berat badan

dan kebiasaan merokok dikategorikan sebagai indikator yang valid

(Notoatmodjo S, 2018).

b) Uji rehabilitas

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus alpha

cronbach. Instrument dikatakan relieble jika reliabilitas internal

seluruh instrument > 0,6 (Notoatmodjo,2018).

3. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh

peneliti yang dikumpulkan dari objek penelitiannya. Data primer

dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut :

1) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan berupa tanya jawab antara

dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara tatap muka antara

peneliti dan responden dengan menggunakan kuesioner.

Wawancara menggunakan formulir kuesioner untuk

mengetahui kontrol berat badan, dan formulir kuesioner

kebiasaan merokok.

2) Observasi
74

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan

secara langsung dengan sistematis terhadap gejala – gejala

yang akan diteliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara melakukan pengamatan dengan mengukur

tekanan darah responden menggunakan tensimeter dengan

langkah – langkah sebagai berikut :

1. Responden diminta untuk duduk dikursi yang sudah

disediakan sekitar 5 menit.

2. Membalutkan bagian tengah tangan atau sekitar 3 cm dari

lekuk siku bagian dalam dengan selubung tensimeter

dengan kencang namun jangan terlalu kencang karena

mempengaruhi kualitas pembacaan terhadap tensimeter.

3. Memastikan katup pelepas udara sudah tertutup.

4. Mengatur tekanan yang tensimeter 30-40mmHg lebih tinggi

dari pembacaan sistole yang terakhir, misalnya seperti tensi

responden yang sebelumnya yaitu 120/80 mmHg maka

diatur tekanan yang akan diberi tensimeter menjadi 160

nmmHg.

5. Jika prosesnya berjalan dengan lancar, maka secara

perlahan selubung akan mengembang serta ketika sudah

mencapai tekanan yang sudah ditentukan secara perlahan

selubung akan mengempis antara 2-5 mmHg/detik. Angka

tersebut akan ditunjukkan pada layar tensimeter.


75

6. Mencatat angka yang ditunjukkan pada layar tensimeter

serta melakukan pengukuran sebanyak 2 kali. Apabila

angka lebih tinggi maka dinyatakan tekanan sistole dan jika

rendah maka dinyatakan tekanan diastole.

4. Data sekunder.

Data sekunder merupakan semua data yang sudah diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian

ini diperoleh dengan menggunakan teknik studi dokumen yaitu data

kejadian hipertensi, buku – buku, jurnal – jurnal dan artikel dari

internet yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

A. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah awal langkah yang paling

strategis dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian yaitu untuk mendapatkan data tanpa mengetahui

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2016). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti melakukan

penyebar kuesioner yang akan diisi secara langsung oleh

responden yang didampingi langsung oleh peneliti. Pengumpulan

data dilaksanakan di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Mengajukan surat permohonan studi pendahuluan dan izin

penelitian di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamulang


76

Barat Kota Tangerang Selatan berdasarkan surat pengantar

dari ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

b. Melakukan pendekatan dengan responden apabila responden

menyetujui untuk menjadi responden maka peneliti akan

meminta kesediaan responden untuk menandatangi lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

c. Responden diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang

maksud dan tujuan yang akan dilakukan dan dipersilahkan

untuk bertanya apabila ada yang belum jelas.

d. Selama melakukan intervensi, peneliti berada didekat

responden untuk mengantisipasi jika responden tidak suka

dengan intervensi yang akan dilakukan.

e. Dari intervensi yang akan dilakukan, kemudian dikumpulkan

untuk pengolahan data melalui proses tabulasi dianalisis

dengan alat bantu komputer.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengolahan data

Menurut notoadmojo tahun 2018, menjelaskan bahwa pengolahan data

dapat dilakukan dengan komputer yang menggunakan program sistem

pengolahan data komputer. Setelah data yang diharapkan terkumpul dari

kuesioner atau angket maka dilakukan pengelolaan dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Editing data
77

Pada tahap ini dilakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner, apakah

jawaban yang sudah ada di kuesioner sudah lengkap, jelas relavan dan

konsisten.

b. Koding data

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode pada setiap pertanyaan dalam

kuesioner. Kegunaan koding yaitu untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Processing

Pada tahap ini setelah semua isi kuesioner terisi penuh dan benar, dan

juga sudah melewati perkodingan, maka langkah selanjutnya yaitu

memproses data yang dilakukan dengan cara memasukkan kuesioner

kepaket program komputer.

d. Cleaning

Tahap ini yaitu untuk membersihkan data yang merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan

atau tidak.

2. Analasis data

a. Analisis univariat

Pada Analisa univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data

dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi

sentral atau grafik (Notoatmodjo, 2018). Jika data mempunyai distribusi

normal, maka mean digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi

(SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka dapat

menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum


78

sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013). Analisa univariat dalam

penelitian ini yaitu Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan

Kejadian Hipertensi Si Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan

dengan cara menghitung distribusi frekuensi dan presentanse proporsi serta

mendeskripsikan variabel penelitian.

Tabel 4.1 Interpretasi Data

No. % Keterangan
1. 0% Tidak Ada
2. 1-5% Hampir Tidak Ada
3. 6-25% Sebagian Kecil
4. 26-49% Hampir Setengahnya
5. 50% Setengahnya
6. 51-74% Lebih Dari Setengahnya
7. 75-94% Sebagian Besar
8. 95-99% Hampir Seluruhnya
9. 100% Seluruhnya

b. Analisa bivariat.

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diperkirakan

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat

pada penelitian ini dilakukan untuk dapat menganalisi hubungan

antara kontrol berat badan dan kebiasaan merokok dengan penyakit

hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.


79

F. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin pelaksanaan penelitian dari

pembimbing skripsi, Kaprodi Ilmu Keperawatan dan Dinas Kesehatan

Provinsi Banten, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan. Dalam

melakukan penelitian ini seorang peneliti perlu memperhatikan etika

penelitian yang berlaku dalam penelitian. Setiap penelitian yang

menggunakan subjek manusia tidak boleh bertentangan dengan etik sehingga

sangat diperlukan (Nursalam, 2016 dalam permatasari, 2019):

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan menjadi responden diberikan kepada subjek yang akan

diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan.

Jika bersedia untuk diteliti responden harus menandatangani lembar

persetujuan dan tetap menghormati hak – haknya.

2. Justice (keadilan)

Peneliti tidak akan membeda-bedakan responden, peneliti harus

memperlakukan semua responden secara adil, tidak pilih kasih dan

tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, suku, warna kulit, agam dan

lain-lain.

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Prinsip ini yaitu peneliti tidak mencantumkan nama lengkap

responden tetapi hanya menggunakan inisial nama.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)
80

Kerahasiaan akan dijamin oleh peneliti, karena kelompok data tertentu

saja akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

5. Benefit (prinsip manfaat)

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisirkan dampak yang bisa

merugikan bagi subjek. Oleh karena itu, pelaksanaan peneliti harus

mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress dan

kematian.

G. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Peneliti ini dilakukan hanya untuk mengetahui apakah ada hubungan kontrol

berat badan dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

2. Waktu penelitian yang singkat dan jadwal yang padat serta saat pelaksanaan

pengumpulan data atau pengisian kuesioner, beberapa responden kesulitan

untuk memahami dari pertanyaan tertera pada lembar kuesioner.

3. Untuk variabel hipertensi, peneliti hanya melihat tekanan darah melalui

pengukuran tekanan darah itu sendiri sebagai penentu terkontrol dan tidak

terkontrol.

4. Dalam pengumpulan data kuesioner dilakukan di Puskesmas Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan


81

BAB V

PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan hasil analisis data penelitian Hubungan

Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan .

Penelitian ini dilakukan selama 3 hari, terhitung dari tanggal 08 - 10

Juni 2022 yang dimana sasaran dari penelitian ini yaitu pasien

hipertensi . Adapun jumlah responden dalam penelitian ini 89 dan

disesuaikan oleh peneliti menjadi 100 orang yang telah memenuhi

kriteria inklusi eklusi dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah ada Hubungan Kontrol Berat Badan Dan

Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan. yang dimana dalam

penelitian ini responden dikumpulkan dalam satu tempat dan diberikan

kuesioner dan lembar observasi Adapun pada penelitian ini

menggunakan analisa univariat, bivariat, dan uji T test berpasangan

(Paired Test). Uji univariat ini bertujuan untuk menjelaskan

karakteristik Pasien hipertensi di Puskesmas Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan. yang meliputi Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan,

Pendidikan. Sedangkan bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah

ada hubungan yang signifikan antara tiga variabel yaitu Kontrol Berat
82

Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di

Psukesmas Pamulang Barat kota Tangerang Selatan. . Uji T test juga

digunakan untuk

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul.


DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Y., Bangun, P., & Sinulingga, U. (2014). ( Studi Kasus : RSUP H Adam
Malik Medan ). 2(4), 333–343.

Anies. (2018). Penyakit degeneratif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Aula, Lisa. E. 2010. Stop Merokok: "Rokok Terkini".Garai lmu.Yogyakarta.


Indonesia, hal. 127- 129.
Aspiani, R. Y. (2015) Asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular
aplikasi nic noc. Jakarta: EGC
Bustan , M. N. 2007. Epidemiologi : penyakit tidak menular. Cetakan 2.
Jakarta : Rineka Cipta
Caldwell, E.(2009). Berhenti merokok. Yogyakarta : pustaka popular.

Cantika, A, (2017). Karakteristik perokok pada mahasiswa fakultas kedokteran


usu angkatan 2014. Skripsi. Sumatra: Universitas Sumatera Utara.

Depkes. RI (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: badan penelitian dan


pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.

Drope, J., Schluger, N., Cahn, Z., Hamill, S., Islami, F., Liber, A., Nargis,N.,.
(2018). The tobacco atlas atlanta: American cancer society and
vital.Atlanta: the American cancer society, inc.

Eirmawati, C., Wiratmo dan Budi, P. S. (2014) ‘Hubungan Antara Kebiasaan


Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di RSD Dr. Soebandi Jember
(Correlation Between Smoking And The Incidence Of Hypertension
In Department Of Cardiovascular Disease RSD Dr. Soebandi
Jember)’, e-jurnal pustaka kesehatan, 2(2), pp. 314-319

Fatta, L. A., & Sulchan, M. (2012). Asupan Tinggi Natrium dan Berat Badan
Lahir sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Obesitas pada
Remaja Awal. Journal of Nutrition College, 1(1), 127-133.

Febriana. R., (2015). Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berat


Badan.Diunduh dari eprint.ums.ac.id 31 Mei 2018

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and.
Management, MacMillan Publishing Company, New York.
Hasnawati,(2021). Hipertensi. Jawa timur : PENERBIT KBM INDONESIA.

Heryani. (2014). Kumpulan undang – undang dan pemerintah republik


Indonesia khusus kesehatan. Jakarta: CV.Trans Info Media.
ldha kurniasih, 2011. Pengaruh umur dengan kejadian hipertensi di rumah sakit
dr.dody sarjoto : Gemerlang Cipta
Jurnal Kesehatan Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.268.

lemone Priscilla, Karen M. Burke, Gerene bauldoff. (2015). Keperawatan


medical bedah. Jakarta: buku kedokteran EGC.
Kemenkes RI (2012). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Volume
2. Semester 2. Jakarta: kementrian kesehatan RI
Martin, G. dan J. Pea. 2015. Behavior Modification:What It Is and How To Do
It Tenth Edition. New York: Routledge.
Merdeka, (2017). Cara menghitung berat badan ideal untuk pria dan wanita. Di
unduh dari https://www.Merdeka.com/sehat/cara -menghitung-berat-
badan-ideal-untuk-pria-dan-wanita-kln.html 29 juni 2022
Nasution, 2010. Factor yang mempengaruhi perilaku merokok. http://
digilib.ump.ac.id/files/disk1/6/jhptum.pdf. Diakses 28/06/2022
Nasution, 2010. Perilaku merokok
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/6/jhptump.pdf. Diaskes 28/06/2022
Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. Medical journal of lampung
university, 4(5),pp. 10-19
Nurarif, A. Huda Dan Kusuma, Hadi. (2013). aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & nanda nic-noc.jakarta: mediaction
publishing
Nurrahmani, U. 2011. Stop Hipertensi. Yogyakarta: Familia.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Salemba Medika.
Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Price, Silvia. A . And Wilson. L . M . 2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses- Proses Penyakit (edisi 6). EGC. Jakarta, Indonesia,
hal.582-584.

Oktavia, D. (2011) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan


Merokok Siswa Laki-Laki di SMA Negeri Kota Padang Tahun 2011.
Universitas Andalas.

Oktavia, F., Martini, S. (2016). Besar resiko kejadian hipertensi berdasarkan


factor perilaku pada tantara nasional Indonesia (Tni). Media kesehatan
masyarakat Indonesia, 12(3), 127-136.

Partodihardjo S. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta:


Esensi;2010
Provewati, 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat. Salemba medika.
Yogyakarta.

Rahmadi, A. (2017). Hubungan berat badan dan panjang badan lahir dengan
kejadian stunting anak 12-59 bulan di Provinsi Lampung. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(2), 209-21.

Riswatularya, (2016). Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan.


Di unduh dari https://riswatularya.blogspot.com/2016/03/v-
behaviorurdefaultvmlo.html 27 mei 2022

Roschayati siti ati, hidayat eyet. 2015. Factor – factor yang mempengaruhi
perilaku merokok remaja di sekolah menengah kejujuran kabupaten
kuningan. Jurnal keperawatan soedirman, volume 10, no 1 maret
2015, Cirebon.

Setiyanto,Dwi.(2013).perilaku perokok dikalangan pelajar. skripsi. Surakarta :


fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan univertas sebelas maret.

Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Merokok


dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang.
Situmorang, P. R. (2015). FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDERITA RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2014 Paskah. Keperawatan.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44819/171101
113.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Sodik, M. A. 2018. Merokok Dan Bahayanya. Pekalongan: PT. Nasya
Expanding Management
Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan
Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif (Pertama).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sujarweni. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Pustaka Baru Press.
Supariasa, N 2012, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta:
EGC.
Tawbariah L., Apriliana. E., Wintoko, R., Sukohar, A., 2014. The Correlation
Of Comsuming Cigarette With Blood Pressure Of The Society In
Pasaran Island Kota Karang Village East Teluk Betung Sub-District
Bandar Lampung. Medical Journal Of Lampung University. Vol 3
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Warma, a., munir, S. M. And bebasari, e. (2015) ‘gambaran derajat berat
merokok berdasarkan kadar CO pada perokok di poli paru RSUD
Arifin achmad Provinsi riau ‘ , JOM FK, 2(2), PP. 1-7.
WHO (1996) Pengendalian hipertensi, laporan pakar WHO. Edited by K.
padmawinta Bandung: penerbit ITB.
Widiyanto,2015. Metode pengaturan berat badan, daerah isimewa yogyakarta :
MEDIKORA
LAMPIRAN

87
Lampiran 1

MOTTO

“ jika mereka bisa , maka saya pasti bisa “

88
Lampiran II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatimah

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 14 april 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam
Alamat : Jl. Kesadaran rt 03/03 no 64 pondok
benda pamulang Tangerang selatan
Email : fatimahimelda.fi@gmail.com
No. Hp : Telp. 088225914043 / WA. 088225914043

Quotes : “mungkin kamu tidak tahu pasti hasil dari


tindakanmu, tapi kalau kamu tidak bertindak
dipastikan tidak akan pernah ada hasil -
MAHATMA GANDHI”.

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Pondok Benda 3 : Tamat 2012


2. SMP An-nur : Tamat 2015
3. SMK Kesehatan Letris Indonesia 2 : Tamat 2018
4. STIKes Widya Dharma Husada Tangerang : 2018 – Sekarang
Lampiran III

SURAT PERMOHONAN MENJADI


RESPONDEN

Kepada Yth. Responden


Dengan Hormat.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fatimah
Nim : 181030100037

Adalah Mahasiswa Jurusan S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Widya Dharma Husada Tangerang bermaksud akan melaksanakan penelitian
dengan judul “ Hubungan Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok
Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang
Selatan ”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Hubungan Kontrol


Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di
Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan. Saya mohon kesediaan
saudari untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan ikut serta
mengisi kuesioner .

Tangerang, 31 Mei 2022

Peneliti

Fatimah
Lampiran lv

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN


MENJADI RESPONDEN

PENELITI (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul “ Hubungan Kontrol Berat Badan Dan Kebiasaan Merokok

Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan”.

Tangerang,.....................

(............................)
LEMBAR OBSERVASI HIPERTENSI

NO RESPONDEN USIA JK PKJ PDD TEKANAN KRITERIA


DARAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
10
0
LEMBAR OBSERVASI KONTROL BERAT BADAN

NO RESPONDEN USIA JK PKJ PDD BB TB IMT


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
KUESIONER KEBIASAAN MEROKOK
GLOVER-NILSSON SMOKING BEHAVIORAL QUESTIONNAIRE
(GN SBQ)
Berilah tanda centang () pada setiap pilihan jawaban yang menurut anda benar.

Untuk nomer 1 dan 2 mengikuti keterangan sebagai berikut :


0 : tidak penting sama sekali
1 : agak penting
2 : cukup penting
3 : penting
4 : sangat penting
No Aspek penilaian 0 1 2 3 4
1. Kebiasaan merokok sangat penting bagi saya
2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya
sebagai bagian dari kegiatan merokok
Untuk nomer 3 sampai 11 mengikuti keterangan sebagai berikut :
0 : tidak pernah
1 : jarang
2 : kadang – kadang
3 : sering
4 : selalu
No Aspek penilaian 0 1 2 3 4
3. Apakah anda meletakkan atau mengunyah sesuatu
di mulut anda untuk mengalihkan perhatian anda
dari merokok
4. Apakah anda merokok setelah menyelesaikan
sesuatu atau pekerjaan
5. Jika anda tidak merokok, akankah anda kesulitan
sebelum mengerjakan sesuatu
6. Jika anda tidak diizinkan merokok di tempat
tertentu, apakah kemudian anda akan memainkan
bungkus rokok atau rokok ?
7. Apa ada tempat tertentu atau hal tertentu yang
dapat memicu anda untuk merokok, contohnya
tempat duduk, sofa, ruangan, atau saat minum
alcohol ?
8. Apakah anda menyalakan rokok secara rutin
( tanpa ada keinginan )
9. Apakah anda mendapati diri anda meletakkan
sesuatu seperti rokok dan objek lainnya ( alat
tulis, tusuk gigi, mengunyah permen karet )
kedalam mulut anda dan menghisapnya untuk
membantu menghilangkan stress, ketegangan,
kecemasan, dsd
10. Apakah bagian yang paling anda nikmat saat
merokok, apakah saat menyalakannya ?
11. Ketika anda sendiri di restoran, terminal bus,
pesta, dsb apakah anda akan merasa nyaman atau
percaya diri jika anda memegang rokok ?

Sumber : diadaptasi dari Glover dan Nilsson (2005), dalam versi Bahasa
Indonesia yang di ambil dari Purwandari (2016).
SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN
KE KECAMATAN PAMULANG
SURAT BALASAN IZIN
PENDAHULUAN DARI KECAMATAN
PAMULANG
SURAT IZIN PENDAHULUAN KE
BADAN KESATUAN BANGSA DAN
POLITIK PROVINSI BANTEN
SURAT BALASAN IZIN
PENDAHULUAN KE BADAN
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
PROVINSI BANTEN
SURAT IZIN PENDAHULUAN DINAS
KESEHATAN KOTA TANGERANG
SELATAN
SURAT BALASAN IZIN
PENDAHULUAN DINAS KESEHATAN
KOTA TANGERANG SELATAN
SURAT IZIN PENDAHULUAN DINAS
KESEHATAN PROVINSI BANTEN
SURAT BALASAN IZIN PENDAHULUAN
DINAS KESEHATAN PROVINSI
BANTEN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI DOSEN
PEMBIMBING 1
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI DOSEN
PEMBIMBING 2

Anda mungkin juga menyukai