Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN PERILAKU LANSIA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA

NAGA BERALIH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan guna memperoleh Sarjana keperawatan

Oleh :

Musrianti

NIM : 1914201063

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi p
enyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkem
bang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan gangguan siste
m peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai nor
mal yaitu melebihi 140/190 mmHg. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedaka
n menjadi 2, yaitu: hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi prim
er adalah suatu kondisi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditem
ukan. Penyebab sekunder hipertensi adalah penyakit renovaskuler, aldosteroni
sm, pheochromocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya (Triyanto, 2014)
Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistoliknya
yang meningkat. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperk
irakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hiperte
nsi. Lansia dengan hipertensi sangat beresiko mengalami berbagai macam ko
mplikasi. Komplikasi yang paling mungkin timbul dari hipertensi yang diderit
a oleh lansia adalah stroke. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteti-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrophi dan menebal, sehi
ngga aliran darah ke daerah-daerah yang di perdarahinya berkurang. (Triyanto,
2014).
Banyak faktor yang berper1an untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko y
ang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalika
n (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturun
an,

jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan Perilaku lansia yang dapat dikendal
ikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum
kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan,
pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010).
Perilaku lansia hipertensi dapat dicegah yaitu dengan menghindari faktor p
enyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yan
g benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yan
g berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimarth
a, 2008)
Jumlah lansia di negara-negara berkembang pada beberapa tahun ini meni
ngkat. Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia berjumlah sekita
r 24 juta jiwa dan tahun 2020 diperkirakan 30 sampai 40 juta jiwa (Komnas La
nsia, 2011). Dari hasil studi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksa
nakan komnas lansia di 10 provinsi tahun 2006 diketahui bahwa penyakit terb
anyak diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anem
ia (30,7%) dan katarak (23%) (Roehadi, 2008). Dari hasil studi pendahuluan D
inas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2013 jumlah penderita hipertensi seba
nyak 5404 orang. Hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di Kab
upaten Blitar pada tahun 2013. Populasi lansia dari tahun ke tahun akan terus
mengalami peningkatan, oleh karena itu kualitas hidup dan kesejahteraan lansi
a harus terus di tingkatkan karena menurut para ahli, angka kematian akibat pe
nyakit jantung pada lansia dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering diban
dingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang sama (Purwati, dkk, 2002).
Berdasarkan data yang didapat dari Desa Naga Beralih Blitar didapatkan b
ahwa hipertensi menempati urutan ke-3 setelah gastritis dan penyakit kulit aler
gi dengan jumlah 875 kasus. Pada bulan oktober 2017 lansia yang mengalami
hipertensi sebanyak 55 orang, bulan nopember 2014 sebanyak 54 orang dan b
ulan desember sebanyak 54 orang. Lansia pada puskesmas Nglegok banyak ti
dak menyadari tentang hipertensi sehingga belum mengontrol perilaku hidup s
eperti mengkonsumsi garam, lemak, kurang olahraga dan kebiasaan merokok.
Banyak lansia yang masih mengkonsumsi makanan yang tinggi garam seperti
ikan asin, telur asin, udang asin. Asupan garam yang tinggi akan menyebabka
n peningkatan natrium dalam darah dan ginjal kesulitan membuang kelebihan
air dalam tubuh yang secara langsung akan meningkatkan tekanan darah. Mak
anan berlemak seperti daging, telur dapat meningkatkan lemak dalam pembulu
h darah sehingga menyumbat peredaran darah. Hal ini menyebabkan jantung b
ekerja lebih keras sehingga meningkatkan tekanan darah. Lansia yang meroko
k dan kurang olahraga atau beraktifitas dapat mengurangi pengeluaran garam
melalui keringat sehingga tingginya garam dalam tubuh dan dapat menyebabk
an peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian menge
nai “Hubungan Perilaku Lansia Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa Naga
Beralih tahun 20015”

B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan perilaku lansia dengan kejadian hipertensi lansia di
Desa Naga Beralihtahun 2015?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Mempelajari hubungan perilaku lansia dengan kejadian hipertensi di Desa Naga
Beralih 2015
b. ujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perilaku lansia yang menderita hipertensi di Desa
Naga Beralih
2. Mengidentifikasi lansia dengan hipertensi di Desa Naga Beralih 2015
3. Menganalisis hubungan perilaku lansia dengan kejadian hipertensi 2015
Mengidentifikasi lansia dengan hipertensi Di Desa Naga Beralih 2015

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Sebagai tambahan referensi dan pengembangan penelitian, serta sebagai pedoman


untuk melakukan intervensi pada keperawatan gerontik, dan juga dapat dikemban
gkan secara mendalam terkait dengan hipertensi pada lansia.
b. Praktis

1. Bagi puskesmas

Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan lansia terhadap hipertensi.

2. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini di harapkan lansia dapat mengetahui cara mencegah terjadinya
penyakit hipertensi selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Menjadi pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian yang baik dan benar
sehingga menjadi landasan dan motivasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arina, N (2007). Hubungan Stres dengan Fase Penyembuhan Luka ada Klien Pasc
aSeksio Sesarea di RB I RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi tida
k Dipublikasikan

Corwin. E. J, ((2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Dalimartha. S, (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.

Andria. K. M, (2013). Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stress dan Makan den
gan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang P
utih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilm
u Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Unifersitas

Airlangga Surabaya.

Julianti, D, dkk. (2005). Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa Swa
ra

Kushariyadi, (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salem
ba Medika
Lovibond, (1995). Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). http://www.ed
u.au Tanggal 11 Maret 2007. Pukul 22.05 WIB

Notoatmodjo. S, (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cip


ta.

Nugroho. H. W, (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Jakarta : EGC.

Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata


n, Pedoman skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata


n Jakarta: Salemba Medika

Pemberian Aromaterapi Kenanga (Cananga oderata) untuk Menurunkan Tekanan


Darah Lansia di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan

Sukodadi Kabupaten Lamongan.

Pieter. H. Z & Lubis. N. L, (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan

Jakarta: Kencana

Priyoto, (2015). Nursing Intervention Classification dalam Keperawatan Gerontik


Jakarta: Salemba Medika

Suhadak, (2010). Pengaruh Pemberian Teh Rosella Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi Pada Lansia Di Desa Windu Kecamatan Karangbinangun Kabupate
n Lamongan. Lamongan. BPPM stikes muhammadiyah Lamongan.

Triyanto. E, (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Ter


padu,Yogyakarta : Ruko Jambusari

REVISI
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU LANSIA TERH
ADAP KESEHATAN DI DESA RANAH BARU KECAMATAN KAMPAR
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan guna memperoleh Sarjana keperawatan

Oleh :

Musrianti

NIM : 1914201063

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masalah yan

g terjadi pada lansia diantara lain sakit gigi 2,48%, diare 3,05%, asma 11,09%,

panas 17,83%, sakit kepala 19,52%, pilek 21,52%, batuk 33,89% dan lainnya

63,68% keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang mer

upakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, dara

h rendah dan diabetes. (Kemenkes, 2013).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sik

ap dan prilaku lansia terhadap kesehatannya di desa Ranah baru kecamatan Ka

mpar kabupeten Kampar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif, dengan pendek atan survey Penelitian ini bertujuan untuk mengide

ntifikasi pengetahuan, sikap dan prilaku lansia terhadap kesehatan di Desa Ran

ah baru kecamatan Kampar kabupeten Kampar.

Pengetahuan lansia yang di desa Ranah baru kecamatan Kampar kabupate

n Kampar hasil pengetahuan yang didapatkan tinggi sebanyak 115 orang (76,7

%), Sikap lansia terhadap kesehatan di desa Ranah baru kecamatan Kampar ka

bupaten Kampar mayoritas baik yaitu sebanyak 121 orang (80,7%). Perilaku l

ansia terhadap kesehatan di desa Ranah baru kecamatan Kampar kabupaten K

ampar. Lebih dari setengah responden yang memiliki perilaku yang baik seban

yak 114 orang (76 %). Lansia di desa Ranah baru kecamatan Kampar kabupat

en Kampar sebagian besar menunjukkan pengetahuan yang tinggi terhadap kes

ehatan yakni banyak 115 orang (76,7%). Lansia di Desa Ranah baru kecamata
n Kampar kabupaten Kampar sebagian besar menunjukkan sikap yang baik ter

hadap kesehatan yakni sebanyak 121 orang (80,7%).

Hal tersebut dikarenakan, lansia selalu melaksanakan anjuran dari petugas

kesehatan. Lansia di Desa Ranah baru kecamatan Kampar kabupaten Kampar

sebagian besar menunjukkan perilaku yang baik terhadap kesehatan yakni seb

anyak 114 orang (76%). Hal tersebut dikarenakan lansia aktif mengikuti posya

ndu setiap bulannya. Diharapkan lebih ditingkatkan lagi bagi petugas kesehata

n untuk memberikan informasi bagi lansia mengenai kesehatan dan kunjungan

rumah / home care kepada lansia.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan uraian masalah yang telah di jelaskan secara ringkas dari latar

belakang memberikan dasar bagi peneliti karena tidak ditemukannya data men

genai pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan lansia sehingga pen

eliti bermaksud mengetahui “Bagaimana gambaran pengetahuan sikap dan per

ilaku lansia terhadap kesehatan di desa ranah baru?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahu

an, sikap dan prilaku lansia terhadap kesehatannya di desa ranah baru.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:


a. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia terhadap kesehat

an di desa ranah baru.

b. Untuk mengetahui sikap lansia terhadap kesehatan di desa ranah baru.

c. Untuk mengetahui perilaku lansia terhadap kesehatan di desa ranah

baru

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan ilmu p

engetahuan dan bahan referensi serta bahan evaluasi khususnya dalam hal

pengetahuan, sikap dan perilaku lansia terhadap kesehatan, sehingga dapat

menjadi acuan dan tolak ukur di bidang pelayanan keperawatan.

2. Manfaat Aplikatif

Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan un

tuk mengembangkan sumber daya manusia dibidang ilmu keperawaatan k

hususnya bagi peneliti sendiri dan petugas kesehatan mengenai lansia yang

masih rendah pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia.Masa

lahyangterjadipadalansiadiantara lain sakit gigi 2,48%, diare 3,05%, as

ma 11,09%, panas 17,83%, sakit kepala 19,52%, pilek 21,52%, batuk 3

3,89% dan lainnya 63,68% keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi

adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam

urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. (Kemenkes, 201

3).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak ber

daya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seh

ari-hari (Ratnawati, 2017).

Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah s

eseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemam

puan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehar

i-hari seorang diri.

b. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :

1) Young old ( usia 60-69 tahun)

2) Middleageold (usia70-79tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)


4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

c. Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Marton

o (2006) yaitu :

1) Usia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut us

ia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahu

n (Ratnawati, 2017).

2) Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelami

n perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang

paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).

3) Status pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk

lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus ka

win (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansi

a perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keselur

uhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada

82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih ti

nggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga p

resentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak

dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati,

2017).
4) Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat be

rkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial

dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan teta

p berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai

anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi K

emenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usa

ha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara at

au jaminan sosial (Ratnawati, 2017).

5) Pendidikan terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan

bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sanga

t sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajua

n pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Mar

tono, 2006).

6) Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes

RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk m

engukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesaki

tan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, arti

nya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaran

ya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak men


ular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (R

atnawati, 2017).

d. Perubahan pada Lanjut Usia

Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjad

inya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :

1) Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada

persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang me

miliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya seha

t, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosi

al yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit keri

ng, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks b

atuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.

Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat l

ansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh ter

us menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kond

isi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

2) Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif,

dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berh
ubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan me

mengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansi

a.

Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilak

u aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk

menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam

ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kes

ehatan.

3) Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan denga

n gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar ne

urotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kogni

tif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan k

ognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan

berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses pen

uaan yang normal.

4) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan

proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia se

seorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan y

ang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pe

ngalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keada


an finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan,

kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya de

ngan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang

memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan

sebagai berikut:

a. Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).

b. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya deng

an beberapa hal sebagai berikut :

1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara

hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).

2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya

hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengob

atan bertambah.

3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesuli

tan.

6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan tem

an dan keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap g

ambaran diri, perubahan konsep diri)

e. Permasalahan Lanjut Usia

Menurut Suardiman (2011), usia lanjut rentan terhadap berbagai m

asalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantarany

a:

1) Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, me

masuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain

usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin me

ningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, p

emeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. L

ansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena

memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak me

miliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi terga

ntung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 201

1).

2) Masalah sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kont

ak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. k

urangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terk

adang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurun


g diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehin

gga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2012).

3) Masalah kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya mas

alah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan ungsi fisik d

an rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2013).

4) Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan ga

ngguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan

atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang me

ndadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu bias

anya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling be

rat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat

atau trauma psikis. (Kartinah, 2012).

2. Psikososial

a. Pengertian Psikososial

Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu

pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) se

dangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan ora

ng-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI dalam Yuan

ita, 2016).

Psikososial merupakan hubungan antara kondisi sosial seseorang d

engan kesehatan mental atau emosionalnya yang melibatkan aspek psi


kologis dan aspek sosial. Psikososial menunjuk pada hubungan yang di

namis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan mem

engaruhi satu sama lain.

b. Teori Perubahan Psikososial Lansia

Teori yang berkaitan dengan perubahan psikososial lansia menurut

Aspiani (2014) yaitu:

1. Teori Psikologi

a) Teori Tugas Perkembangan

Menurut Havigurst (2011) Teori ini menyatakan bahwa tug

as perkembangan pada masa tua adalah :

1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan ke

sehatan.

2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan.

3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya.

5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Penyes

uaian diri yang dilakukan lansia yakni untuk beradaptasi de

ngan perubahan-perubahan yang harus dilalui oleh seorang

lansia sehingga dapat mencapai tugas perkembangan yang s

esuai.

b) Teori Individual Jung


Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseo

rang dan ketidaksadaran bersama. Kepribadian digambarkan ter

hadap dunia luar atau kearah subjektif dan pengalaman-pengala

man dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan

tersebut merupakan hal penting bagi kesehatan mental.

E. Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Tugas perkembangan pada usia tua yang harus dijalani adal

ah untuk mencapai keseimbangan hidup atau timbulnya perasaa

n putus asa. Teori perkembangan menurut Erickson tentang pen

yelarasan integritas diri dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu p

ada perbedaan ego terhadap peran perkerjaan preokupasi, perub

ahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhad

ap ego preokupasi. Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pe

kerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani ol

eh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan

mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk m

enghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). A

danya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yan

g dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan meni

mbulkan penurunan harga diri.

2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia menurut

Kuntjoro (2002), antara lain:

a) Penurunan Kondisi Fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihin

ggapi adanya penurunan kondisi fisik yang berganda (multiple

pathology). Menurut Ratnawati (2017) perubahan fisik terdiri d

ari:

1) Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan

menjadi lebih kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mat

a berkantung dan lingkaran hitam dibawah mata menjadi le

bih jelas dan permanen. Selain itu warna merah kebiruan se

ring muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk. Rambut

rontok, warna berubah menjadi putih, kering dan tidak men

gkilap.

2) Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi le

mbek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas da

n perut.

3) Perubahan pada persendian: masalah pada persendian teruta

ma pada bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka

menjadi agak sulit berjalan.

4) Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tangga

l sehingga lansia kadang-kadang menggunakan gigi palsu.

5) Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cen

derung mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut ma

ta, kebanyakan menderita presbiopi, atau kesulitan melihat j


arak jauh, menurunnya akomodasi karena penurunan elastis

itas mata.

6) Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai m

enurun, sehingga tidak sedikit yang menggunakan alat bant

u pendengaran.

7) Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pe

ndek dan sering tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan k

apasitas total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi

oksigen nasal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan elastisi

tas paru.

b) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia serin

g kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti:

1) Gangguan jantung.

2) Gangguan metabolisme.

3) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

4) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau

nafsu makan sangat kurang.

5) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau

golongan steroid.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia.
b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diper

kuat oleh tradisi dan budaya.

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupann

ya.

d) Pasangan hidup telah meninggal.

e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah keseha

tan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

3. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskip

un tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tu

a atau jaminan hari tua, namun dalam kenyatannya sering diartikan seb

agai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegitan, harga

diri dan status. Lansia yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesa

ikan dan menganggap pensiun sebagai sesuatu yang tidak mungkin.

Pensiun merupakan suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa.

Orang-orang lanjut usia yang menunjukkan penyesuaian yang paling b

aik terhadap pensiun, adalah mereka yang sehat, memiliki keuangan ya

ng memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas ya

ng meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta biasanya puas dengan ke

hidupannya sebelum mereka pensiun (Santrock, 2012)

4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif homo

gen dibatasi secara normative dan diharapkan dari seseorang yang men
empati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharap

an atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakuka

n oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan d

iri atau orang lain terhadap mereka (Friedman, 2014).

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang dihara

pkan oleh orang lain. Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,

penglihatan kabur, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan

fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, dan sebagainya sehingg

a menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak lansia melakukan aktivitas, selama lansia masih sanggup, ag

ar tidak merasa diasingkan. Keterasingan yang terjadi pada lansia dapa

t membuat lansia semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang

lain dan dapat muncul perilaku regresi, seperti mudah menangis, meng

urung diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna, dan merenge

k-rengek seperti anak kecil sehingga lansia tidak bisa menjalankan per

an sosialnya dengan baik (Kuntjoro, 2013).

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Kesehatan Lansia
Sikap
terhadap Kesehatan

Pengetahuan
C. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia terhadap

kesehatan di desa ranah baru

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, survey des

kriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan

perilaku lansia terhadap kesehatan di Desa Ranah Baru 2022

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ranah Baru dan waktu penelitian dilak

sanakan Bulan Juni 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek y

ang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pe

neliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2

019). Populasi dalam penelitian ini adalah 216 lansia di desa Ranah Baru

(Data sekunder buku kunjungan lansia ke posyandu Juni, 2022).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Teknik sampling yang digunakan dala

m penelitian ini adalah probality sampling;simple random Sampling teknik

ini digunakan untuk pengambilan sample secara acak sederhana dengan as

umsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi tidak diperti

mbangkan dalam penelitian. Penelitian ini teknik pengambilan sample ses

uai dengan kriteria inklusi dan ekslusi (Dharma, 2020)

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, terdapat banyak hal yang harus diperhatikan

salah satu yang terpenting adalah etika. Menurut Komite Nasional Etik Penelit

ian Kesehatan (2011), bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mem
perhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat

yang bersangkutan. Ketetapan mengenai prinsip dasar penerapan etik kesehata

n meliputi:

1. Respect for person (menghormati harkat dan martabat manusia)

Peneliti harus mampu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian d

alam memperoleh suatu informasi berdasarkan tujuan peneliti. Selain itu, 3

6 peneliti juga harus memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untu

k memberikan informasi atau tidak. Peneliti dalam hal ini menghormati ha

rkat dan martabat subjek penelitian serta peneliti harus mempersiapkan for

mulir persetujuan subjek (informed consent).

Hal ini bertujuan agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta komponen yang akan diteliti selama penelitian atau pengu

mpulan data. Jika subjek bersedia di teliti maka harus menandatangani lem

bar persetujuan (informed consent) dan jika subjek menolak maka peneliti

tidak akan memaksa dan kerahasiaan informasi akan dijamin oleh peneliti.

2. Justice (Prinsip etik keadilan)

Responden dalam penelitian ini akan mendapatkan perlakuan yang sa

ma selama proses penelitian berlangsung. Memperlakukan partisipan secar

a adil dan terbuka, serta mempunyai hak yang sama. Kerahasiaan data dan

informasi akan dijaga.

3. Beneficence dan non maleficence (prinsip etik berbuat baik)

Pelaksanaan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang berma

nfaat, meminimalkan dampaknya bagi partisipan penelitian dan menjelask


an keuntungan dan manfaat yang didapatkan partisipan serta meminimalka

n resiko yang terjadi.

E. Alur Penelitian

Alur penelitian menguraikan persetujuan judul, izin pengambilan data, pen

gambilan data, penetapan sampel, pembuatan proposal, pengisian kuesioner, p

engolahan dan analisa data, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan.

Permohonan izin pengambilan data awal

Pengambilan data awal (data sekunder)

Penetapan populasi di desa Ranah Baru N: 216

Penetapkan sample (probability sampling : simple random sampling ) n: 144

Pengambilan kode etik untuk meneliti

Memberikan Informed consent, termasuk menjelaskan t

ujuan dan manfaat penelitian

Mengola data dan analisa data

Hasil dan pembahasan


Kesimpulan

F. Alat Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan pada penelitian ini untuk mengumpulkan data

menilai data dari responden, instrument yang digunakan pada penelitian ini ya

itu lembar kuesioner.

1. Lembar kuesioner

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah lembar kuesioner un

tuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia di Desa Bontoban

gun Kecamatan Rilau Ale. Lembar kuesioner merupakan daftar pertanyaan

yang disusun secara tertulis yang dibagikan kepada responden untuk meng

umpulkan data. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan t

ujuan penelitian, maka peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner

untuk menilai Knowledge, Attitude and Practice on Self-care Questionnair

e (Bahasa Version)milik A. Masyita Irwan, S.Kep., Ns., MN.,Ph.D dan ke

mudian dimokdifikasi oleh peneliti.

Kuesioner yang memuat tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku tenta

ng lansia ini, menggunakan pertanyaan tertutup dengan penggunaan skala

guttman dan skala likert. Skala Guttman yaitu bersifat tegas dan konsiten s

eperti jawaban yang terdapat pada kuesioner yaitu ya atau tidak, setuju ata

u tidak setuju. Sedangkan skala likert yaitu skala yang digunakan untuk m

engukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai


sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional ya

ng telah ditetapkan oleh peneliti.

Kuesioner untuk pengetahuan, sikap dan 34. Perilaku masing-masing t

erdiri atas 10, 7 dan 8 pertanyaan. Dimana dalam setiap item pertanyaan, j

awaban benar dengan pertanyaan positif (favorable) akan memperoleh nila

i 1 sedangkan apabila responden menjawab dengan salah dengan pertanyaa

n negative (unfavorable) maka akan memperoleh nilai 0.

G. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden 1), Usia Menurut World Health Organization (W

HO, 2013). a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

5. Jenis kelamin, jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu la

ki-laki dan perempuan diukur secara nominal.

6. Status pernikahan, status atau keadaan dimana ada tidaknya pasangan hidu

p responden yang terikat perkawinan. Kategori status pernikahan yaitu :

a. Belum menikah.

b. Menikah.

c. Duda/Janda.

7. Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan n

afkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerj
aan sehari-hari. Menurut Notoatmodjo (2012) jenis pekerjaan dibagi menja

di :

1) Buruh/tani.

2) PNS.

3) Pensiunan.

4) Wiraswasta.

5) IRT

6) Tidak bekerja

8. Pendidikan, pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang

diselesaikan oleh responden. Tingkatan pendidikan menurut Undang- Und

ang No 20 Tahun 2003 adalah :

1) SD

2) SMP

3) SMA

4) Pendidikan Tinggi

9. Pengetahuan, pengetahuan dalam penelitian ini adalah kemampuan respon

den untuk mengetahui informasi tentang kesehatan. Misalnya latihan/olahr

aga, diet, sleep/rest, jadwal kunjungan medical check up, perilaku beresiko

tinggi, spiritual dan psikososial.

Pengetahuan lansia dinilai berdasarkan lembar kuesioner yang diberikan d

engan 10 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak dengan skala guttman y

ang dibuat oleh peneliti dengan mengadopsi pertanyaan-pertanyaan dari ku

esioner dan tiap item pertanyaan jika benar bernilai 1, jika pertanyaan sala
h akan bernilai 0. Nilai tertinggi bernilai 1 dan nilai terendah bernilai 0. Da

n peneliti nantinya akan memandu lansia dengan berbahasa daerah setemp

at.

Krieteria Objektif :

Baik bila jawaban responden : ≥ 5

Kurang baik bila jawaban responden : < 5

Skala : Guttman.

10. Sikap, secara operasional, sikap tindakan yang merupakan respon reaksi d

ari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa atau situasi (Ali,

2008). Dalam hal ini, sikap lansia terhadap kesehatan.Misalnya latihan/ ola

raga, diet, sleep/rest, jadwal kunjungan medical check up, perilaku beresik

o tinggi, spiritual dan psikososial.

Penilaian sikap lansia dinilai berdasarkan lembar kuesioner yang berisikan

7 pernyataan tentang kesehatan lansia, dengan jawaban setuju atau tidak se

tuju. Dengan skala Guttman dan jika responden menjawab pertanyaan ben

ar dari 4 pertanyaan maka lansia tersebut akan mendapatkan sikap terhada

p kesehatan baik. Kuesioner sikap tentang lansia peneliti buat sendiri deng

aan menurut teori yang ada.Tiap item pertanyaan jika setuju bernilai 1, jika

pertanyaan tidak setujuakan bernilai 0. Dan peneliti akan memandu respon

den dengan menggunakan bahasa setempat.

Kriteria Objektif:

Baik bila skor responden: ≥ 3,5

Cukup bila skor responde: <3,5


Skala: Guttman

11. Perilaku, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan atau perilaku adalah satu kegiatan atau aktifitas

dari manusia itu sendiri yang memiliki bentang sangat luas, mencakup: ber

jalan, berbicara, bekerja, berpakaian dan sebagainya.Misalnya latihan/ olar

aga, diet, sleep/rest, jadwal kunjungan medical check up, perilaku beresiko

tinggi, spiritual dan psikososial.

Peneliti menggunakan lembar kuesioner dengan metode skala likert berisi

7 pertanyaan yang dapat di jawab dengan tanda (√) pada kolom tidak pern

ah, jarang, kadang-kadang dan sering.

Baik bila skor responden: ≥ 16

Cukup bila skor responden: < 16 Skala : Likert

H. Pengolahan dan analisa data

1. Pengolahan data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data, melalui t

ahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing, editing merupakan proses pemeriksaan data yang telah dikum

pulkan melalui kuisioner. Hal ini dilakukan untuk melihat jawaban dal

am lembar kuisioner sudah baik untuk diproses atau belum, sehingga b

ila terdapat kekurangan segera dilengkapi.

b. Coding, setelah penyuntingan dilakukan pengkodean atau coding, yait

u mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka ata

u bilangan. Koding ini sangat berguna dalam analisis data.


c. Memasukkan data (Processing), data yang sudah dalam bentuk kode di

masukkan ke dalam program komputer. Salah satu paket program yang

paling sering digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah SPS

S 22 for Windows.

d. Pembersihan data (Cleaning), cleaning dilakukan apabila semua data te

lah dimasukkan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemun

gkinan adanya kesalahan dalam pengkodean kemudian dilakukan pem

betulan atau korelasi.

2. Analisa data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode statistic pa

da salah satu program komputer. Analisa data yang digunakan pada penelit

ian ini dalah analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap-tiap variable p

enelitian untuk tampilan distribusi frekuensi.


LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU LANSIA TERH

ADAP KESEHATAN DI DESA RANAH BARU KECAMATAN KAMPAR

KABUPATEN KAMPAR.

No. Responden :

I. DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : L/P

4. Status perkawinan :

Menikah
Tidak Menikah

Duda/ Janda

5. Pekerjaan :

Pensiunan

Petani

Wirasuwasta

Berkebun

Lain-lain ...........

6. Pendidikan terakhir :

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Lain –lain .........

7. Tinggal dengan :

Keluarga

Pasangan

Sendiri

Lain-lain.......

Jika tinggal dengan keluarga , bersama siapa?

Anak

Kerabat

8. Apa masalah kesehatan anda selama 6 bulan terakhir


Susah tidur

Terbangun dengan kepala pusing

Pegal-pegal

Gemetar

Nyeri punggung bawah

Nyeri sendi

penglihatan kabur

Diare

Flu dan deman

Lain-lain......

9. Apa alasan anda ke puskesmas/ rumah sakit atau klinik terdekat ?

Berobat

Konsultasi

Tidak pernah ke RS

10. Saat mengalami keluhan kesehatan, kemana anda pertama pergi?

Rumah Sakit

Puskesmas

Posyandu

Dukun

Lain-lain......

11. Jika mau ke sarana kesehatan, jenis transportasi apa yang anda gunakan ?

jalan kaki
ojek/ becak

kendaraan pribadi

12. Berapa lama perjalanan ke sarana kesehatan ?

15-30 menit

30-60 menit

<15menit

lebih dari satu jam

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Sari, & Savita. (2014). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Hipert

ensi Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun Vol, 2, No 4. Jurnal Kesehatan K

omunitas

Depertemen Sosial. (2015). Pusat data dan informasi. Jakarta: Departemen Sosial.

Dewi, R. P. (2013). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah p

ada

Dharma, K. K. (2011). Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: CV.Trans

Info Media.

Gultom, P., Bidjuni, H., & Kallo, V. (2016). Hubungan Aktivitas Spiritual Denga

n Tingkat Depresi Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja C

erah Kota Manado. e-journal Keperawatan Volume 4 Nomor 2.


Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik analisis data. ja

karta: Salemba Medika.

Kadar, K. S. (2013). Agein in Indonesia Health Status & Challenges For The Futu

re. Agein International, 261-270.

Komite Nasional Etik Penelitian Kesehatan. (2011, September 19). Retrieved fro

m www.knepk.litbang.depkes.go.id: http://www.knepk.litbang.depkes.go.i

d /knepk/

Karim, F. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Depkes

RI.

Kustantya, N., & Anwar, M. S. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan P

erilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Lansia. Jurnal Keperawatan

ISSN 2086-3071, 29- 35.

Mahmudah, S., Maryusman, T., Arini, F. A., & Malkan, I. (2016). Hubungan Gay

a Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelu

rahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015. Biomedika Vol 8 Nomor

2, 39-47.

Mamik R, & Endang. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dengan Keaktifan L

ansia Datang ke Posyandu Lansia Di Dusun Kudu Desa Kudu Banjar Keca

matan Kudu Kabupaten Jombang . Kesehatan, 10-14.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Georontik. Yogyakarta:

CV Andi.

Mustari, A. S., Rachmawati, Y., & Nugroho, S. W. (2014). Statistika Penduduk L

anjut Usia . Jakarta: Badan Pusat Statistik .


Nursalam. (2015). Metode penelitian statistik ilmu Keperawatan. jakarta: salemba

medika.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Georontik . Yogyakarta: Nusa Medika. Pr

atikwo, S., Pletojo, H., & Widjanarko, B. (2014). Analisa pengaruh faktor

nilaihidup, kemandirian, dan dukungan keluarga terhadap perilaku sehat la

nsia di kelurahan medono kota pekalongan. 1-4.

Rawasiah, A., Wahiduddin, & Rismayanti. (2014). Hubungan Faktor Komsumsi

Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pattinga

lloang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Smeltzer, Suzanne C, & Brenda G, B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal B

edah Brunner dan Suddart (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.

Stanley, M., & Beare, G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Georontik Edisi 2. jakar

ta: EGC.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai