Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN PENYAKIT STROKE


Sabania
Mila Mustika Dewi
KELOMPOK VI
Yulie Sapitri
Wanda Rosa Septiandini
Mayang Marselly Rizky F.
Rise
Andrea Suhendra
Andes Fahreza
Pengertian LANSIA
1. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, Budi Anna, 1999 dalam Maryam, Siti, dkk,
2008). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.(Maryam, Siti, dkk, 2008). Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok usia diatas 90 tahun.
LANJUTAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI) mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut :
1. Pralansia (Prasenilis)
Seseortang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /seeorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
mengahasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain. 
PENGERTIAN STROKE
 Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler (WHO, 2005).
 Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau
pecah. Akibatnya sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang
membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian
sel/jaringan (Kemenkes RI, 2018).
KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan kelainan Berdasarkan waktu Berdasarkan lokasi
patologis terjadinya (sistem pembuluh
darah)
a) Stroke hemoragik :
 Perdarahan intra a. Transient Iskemik
serebral Attack (TIA)
 Perdarahan ekstra b. Reversible Iskemik a) Sistem karotis
serebral(subarachnoid) Neurologik Defisit
b) Stroke non hemorogik (stroke (RIND) b) Sistem vertebrobasiler
iskemik, infark otak, c. Stroke In Evolution
penyumbatan) :
(SIE)/ Progressing
 Stroke akibat
Stroke
thrombosis serebri
d. Completed stroke
 Trombosis serebri
 Hipoperfusi sistemik
Patofisiologi stroke
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
1). Perdarahan intra serebral
Pada perdarahan ini terjadi secara langsung ke dalam parenkim otak. Perdarahan intra
serebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Bery aneurysm) akibat hipertensi
maligna.
2). Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
Terjadi akibat pembuluh darah di sekitar permukaaan otak pecah, sehingga terjadi
ekstravasasi darah ke ruang subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan
oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenousmal formation (AVM)
(Caplan, 2000).
LANJUTAN
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
Trombosis diawali dengan adanya kerusakan endotel. Terjadi akibat adanya interaksi
antara trombosit dan dinding pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis.
2) Emboli serebri
Stroke dapat diakibatkan dari embolisasi dari arteri di sirkulasi pusat dari berbagai sumber.
Salah satunya yaitu bahan-bahan emboli yang diketahui masuk ke sirkulasi pusat termasuk
lemak, udara, tumor atau metastasis, bakteri, dan benda asing. Tempat yang paling sering
terserang embolus serebri adalah adalah arteria serebri media, terutama bagain atas (Shah,
2005).
lanjutan
2. Berdasarkan waktu terjadinya

a. Transient Iskemik Attack (TIA)


patofisiologi TIA dapat ditinjau dari 4 sudut, yaitu:
• Penurunan aliran darah ke otak jantung sebagai pompa akan menghasilkan tekanan darah arteri rata-rata
yang merupakan tekanan darah perfusi ke otak.
• Pembentukan thrombus arterial, Trombosis arteri merupakan komplikasi dari arterosklerosis yang pecah.
• Autoregulasi otak, Yaitu kemampuan darah arterial otak untuk mempertahankan ADO tetap meskipun
terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak.
• Metabolisme otak.

b. Reversibel Iskemik Neurologik Defisit (RIND), Patofisiologi sama seperti stroke iskemik pada umumnya, tetapi
terjadi selama lebih dari 24 jam, dapat sembuh setelah 2 minggu tanpa ada gejala stroke yang tertinggal (Sunaryo,
2007).
c. Stroke In Evolution (SIE)/ Progressing Stroke, Patofisiologi sama seperti stroke iskemik pada umumnya, tetapi
stroke SIE ini terjadi kelainan atau defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai
menajdi berat (Junaisi, 2006).
d. Completed stroke, Patofisiologi sama seperti stroke iskemik pada umumnya, yang membedakannya yaitu
completed stroke adanya kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang
LANJUTAN
3. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)
 Sistem karotis.
Gangguan pada sistem karotis menyebabkan : Gangguan penglihatan, gangguan
bicara, gangguan motoric, gangguan sensorik.
 System vertebrobasiler
Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan perfusi sangat menurun
karena sumbatan dibagian proksimal pemnuluh artri vertebrobasiler.
Cara mendiagnosis kelainan sistem vertebrobasiler adalah:
• Penurunan kesadaran yang cukup berat
• Kombinasi berbagai saraf otak yang terganggu disertai vertigo, diplopia,
gangguan bulbar
• Kombinasi beberapa gangguan saraf otak dan gangguan longtract signs : vertigo,
parestesi keempat anggota gerak (ujung-ujung distal). Jika ditemukan long tract
signs kedua sisi hamper pasti stroke vertebrabasiler
• Gangguan bulbar juga hampir pasti disebabkan stroke vertebrabasiler
Etiologi stroke
1. Berdasarkan Kelainan 2. Berdaasarkan waktu
Patologi terjadinya
a. Stroke hemoragik
 Perdarahan intra serebral, selalu
disebabkan oleh pecahnya arteri arteries
a) Transient Ischemic Attack (TIA),
klerotik kecil yang menyebabkan
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit
melemahnya pembuluh darah, terutama
(RIND),
oleh hipertensi arterial kronik.
c) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing
 Perdarahan ekstra serebral
Stroke,
(subarakhnoid), sering disebabkan oleh
d) Completed,
kelainan arteri yang berada di pangkal
otak, yang dinamakan aneurisma serebral.

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark


otak, penyumbatan), dapat dikarenakan oleh
pembentukan thrombus lokal atau fenomena
embolic, mengakibatkan oklusi dari arteri otak.
PENATALAKSANAAN SROKE
1. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut :

 Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital :


• Mempertahankan saluran nafas yang paten
• Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
 Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
 Merawat kandung kemih
 Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerakan pasif.
ASKEP STROKE
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Bp. R
b. Umur : 70 th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Tukang batu
f. Agama : Islam
g. Suku : Jawa
h. Status Perkawinan : Kawin
i. Alamat : RT 04/RW 08 Dusun Sendari
LANJUTA
II. Riwayat Keluarga
N
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis, hanya anak nomor 6 yang
meninggal karena ada penyakit tumor, sedangkan anggota keluarga yang lain dalam keadaan
sehat.

III. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama : Klien mengatakan sakit seperti kesemutan pada kedua kaki saya dan
terasa berat bila berjalan, juga terdapat luka di bawah telapak kaki ibu jari kiri akibat terinjak benda
tajam.
2. Riwayat keluhan utama : Klien mengatakan penyakit yang dialami ± sudah 9 tahun dan
rasanya berat pada kedua kaki sehingga kalau berjalan sellau menyeret-nyeret kedua kakinya dan
mulut tampak agak perot kalalu berbicara. Luka pada telapak kaki ibu jari ± sudah 3 minggu belum
sembuh.
3. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit lain yang diderita tidak ada. Klien mengatakan dari dulu
sampai sekarang menderita penyakit yang sama dan penyakit hipertensi, sering pusing kalau duduk
terlalu lama. Pernah berobat ke RS Bethesda selama 2 bulan untuk fisio terapi karena tidak bisa
berjalan tapi belum ada perubahan, akhirnya berobat ke dokter praktek baru bisa berjalan ± sudah 5
tahun sampai sekarang walaupun masih tampak terseret-seret.
LANJUTA
IV. Pengkajian
N
1. Persepsi dan pemeliharan kesehatan :
Klien mengatakan mengerti tentang sehat dan sakit, dan kalau ada anggota keluarga yang sakit biasanya
memeriksakan diri ke Puskemas, RS atau dokter praktek.
2. Pola Nutrisi : (makan dan minum)
Klien mengatakan nafsu makan baik, frekuensi makan 3x sehari tapi sekarang puasa jadi disesuaikan,
makanan yan g dimakan bervariasi, nasi tetap ada, kadang-kadang lauknya tempe dan tahu. Makanan yang
dipantang yaitu daging kambing, emping dan daun melinjo. Untuk kebutuhan minum dalam sehari kadang
tidak menentu bergantung situasi tapi biasanya habis 6-7 gelas/hari. Minuman yang dipantang adalah kopi.
3. Pola eliminasi :
a. Buang air besar ; Buang air besar biasanya sehari sekali, konsistensinya kadang keras kadang
lunak dan saat ini tidak ada masalah.
b. Buang air kecil ; sehari 3x kadang-kadang lebih kalau bcuaca dingin. Saat pengkajian tidak ada
masalah.
4. Pola aktivitas :
Pada latihan ambulansi/ROM, klien mengatakan dulu selalu melakukan sendiri latihan dengan gerakan-
gerakan ringan secara rutin mengikuti petunjuk di buku, tapi sekarang jarang dilakukan, hanya dengan latihan
jalan-jalan saja
LANJUTA
5. Pola tidur dan istirahat N
6. Pola perceptual (fisik dan fungsi)

7.Penglihatan : Dapat melihat dengan jelas, tidak pakai kacamata.


Pendengaran : Masih dapat mendengar dengan jelas, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam, dan asin.
Sensasi : Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

8. Pola persepsi diri :


a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak merasa terganggu dengan kondisinya saat ini karena sudah
merasa terbiasa.
b. Ideal diri : Klien mengatakan selalu beroda saja semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan
kemudahan dalam menjalani hidup ini karena semuanya sudah digariskan demikian.
c. Harga diri : Klien merasa bahwa dirinya masih berguna dan diperlukan oleh keluarganya maupun di
masyarakat setempat.
d. Identitas diri : Klien dapat menerima keadaan, tidak merasa malu, keluarganya juga selalu
memperhatikan kondisinya.
e. Peran diri : Klien berperan sebagai kepala keluarga yang diharapkan dalam keluarga dan menjadi
panutan dalam keluarga, walaupun sakit klien masih mampu untuk bekerja sendiri.
LANJUTA
9. Pola peran hubungan N
Di dalam komunikasi sehari-hari klien tidak mengalami hambatan. Dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa Jawa dan kadang-kadang bahasa Indonesia. Klien tinggal di rumah bersama istri dan satu orang
anaknya beserta cucunya dua orang.

10. Pola managemen koping stress


Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini adalah keadaan sakitnya. Keadaan sakit ini diatasi
dengan berobat rutin, berdoa, dan ada usaha untuk merawat dirinya di rumah, atau kalau klien tidak sempat ke
pelayanan kesehatan biasanya klien meminta bantuan anaknya untuk membeli oabt sendiri di apotik sesuai
dengan obat minum sebelumnya.

11. Sistem nilai dan keyakinan


Klien beragama Islam, berusaha untuk m,enjalankan salat dan puasa, akan tetapi kondisi sakitnya maka klien
selalu meninggalkan kewajiban tersebut bila kondisinya tidak stabil. Klien juga rajin mengikuti kegiatan
keagamaan.
12. Masalah psikososial :
a. Dukungan keluarga dan perkelompok
b. Hubungan dengan lingkungan
c. Keadaan pekerjaan, perumahan, ekonomi
d. Pelayanan kesehatan dan harapan
e. Mekanisme koping dan adaptasi stress
LANJUTAN
V. Pemeriksaan Fisik
a. Status mental
1) Penampilan klien cukup rapi dengan memakai kopiah hitam. Berjalan tampak menyeret kedua
kakinya.
2) Pembicaraan jelas, kontak mata baik.
3) Kekuatan motoric ekstremitas atas baik sedangkan pada ekstremitas bawah tampak tremor dan
merasa sakit seperti kesemutan.
4) Afek sesuai dan emosi stabil.
5) Tingkat kesadaran sadar penuh (kompos mentis), orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi baik.
6) Memori jangka panjang maupun jangka pendek baik.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Frekuensi nadi : 80 kali/menit, teratur, kuat
Pernafasan : 18 kali/menit, teratur, kedalaman normal.
c. Status gizi
TB : 165 cm
BB : 70 kg
d. Pemeriksaan Head to Toe : kepala, dada, perut, ekstremitas
e. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
ANALISA
No Systomp MASALAH Etiologi Problem

1. DS : Keengganan untuk Kerusakan mobilitas fisik


- Klien mengatakan sakit seperti kesemutan pada kedua kaki saya dan terasa berat melakukan pergerakan
bila berjalan.
- Klien mengatakan dulu selalu melakukan sendiri latihan dengan gerakan-
gerakan ringan secara rutinm mengikuti petunjuk di buku, tapi sekarang jarang
dilakukan, hanya dengan latihan jalan-jalan saja.
DO :
- ROM pada ekstremitas bawah berkurang

2. DS : Penurunan mobilitas Gangguan integritas kulit


Klien mengatakan luka di bawah telapak kaki ibu jari kiri akibat terinjak benda
tajam ± 3 minggu belum sembuh
DO :
Tampak luka di bawah telapak kaki ibu jari kiri
Luas permukaan luka ±1x1x0,5 cm
Sensasi rasa masih baik tidak mengalami baal

3. DS Hipertensi Resiko perfusi serebral


Klien mengatakan sudah lama menderita penyakit darah tinggi sampai mengalami tidak efektif
stroke
Klien mengatakan sering mengalami pusing kalau terlalu lama duduk
DO
TD : 190/100 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Mulut tampak perot sedikit ke kanan
kalau berbicara
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN
PRIORITAS

1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan


keengganan untuk melakukan pergerakan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan mobilitas
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan hipertensi
PERENCANAAN KEP
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan dukungan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
mobilitas fisik b.d. mobilisisasi selama 4 kali pertemuan, dalam 3 kali 24 jam 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
keengganan untuk maka diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
melakukan kriteria hasil : mobilisasi
pergerakan (SDKI 1. Pergerakan ekstremitas meningkat 4. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
D.0054, 2017) 2. Kekuatan otot cukup meningkat 5. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Rentang gerak (ROM) meningkat (SIKI I.05173, 2018)
(SLKI L. 05042, 2019)

2 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 hari 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
pertemuan dalam 3 kali 24 jam, diharapkan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
kulit b.d penurunan dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan minumair yang cukup
mobilitas (SDKI D. 1. Kerusakan jaringan kulit menurun (SIKI I. 11353, 2018)
2. Kerusakan lapisan kulit menurun
0129, 2017) 3. Sensasi kulit membaik
(SLKI L. 14125, 2019)
3 Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 hari 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (Tekanan
serebral tidak pertemuan dalam 3 kali 24, diharapkan perfusi serebral Intrakranial)
efektif b.d menjadi efektif dan meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor peningkatan TD
hipertensi (SDKI 1. Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor pelebaran tekanan nadi
D. 0017, 2017) 2. Tekanan intrakranial membaik (SIKI I. 06198, 2018)
3. Tekanan darah sistolik dan diastol membaik
(SLKI L. 02014, 2019)
PELAKSANAAN DAN
Dx. Kep Tgl EVALUASIImplementasi Evaluasi
1. Kerusakan 6-11-2011 - Mengevaluasi latihan S :- Klien mengatakan sudah melakukan
mobilitas Jam : pergerakan klien latihan pergerakan secara bertahap dan
fisik b.d 10.000 WIB - Memberikan contoh jalan keliling rumah dengan menggunakan
keengganan gambar untuk latihan tongkat penyangga
untuk pergerakan O : - Tampak berjalan-jalan sekitar rumah
melakukan - Memotivasi klien untuk saat datang kunjungan dengan
pergerakan terus berlatih setiap menggunakan tongkat
(SDKI hari sesuai kemampuan A : Masalah teratasi
D.0054, klien P : Anjuran tetap diberikan dan beri pujian
2017) - Melibatkan keluarga
dalam melatih klien
- Memberi pujian atas
keberhasilan klien
lanjutan
2. Gangguan 6-11-2011 - Melakukan perawatan luka S : -Klien mengatakan merasa nyaman
integritas Jam 10.30 - Menganjurkan klien untuk selalu setelah perawatan luka dan mengatakan
kulit b.d menjaga kebersihan luka akan control ke Puskesmas
faktor - Memotivasi klien untuk ke O : -Luka dikompres dengan rivanol dan
mekanik fasilitas kesehatan untuk dibalut dengan verban
(SDKI D. pemeriksaan lanjut A : Masalah teratasi sebagian
0129, 2017) (laboratorium). P : Motivasi klien untuk melakukan
perawatan luka dan menganjurkan ke
Puskesmas

3. Resiko 6-11-2011 - Mengontrol tekanan darah S:-


perfusi Jam : dan nadi O : -Tekanan darah
serebral 10.30 - Terminasi dengan keluarga - 130/80 mmHg
tidak efektif WIB  - Nadi : 88x/menit
berhubungan A : Masalah teratasi
dengan P : Anjurkan untuk control rutin ke dokter
hipertensi atau Puskesmas.
(SDKI D.
0017, 2017)
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai