TN, 50 tahun, laki-laki dirawat di bangsal saraf karena kelemahan anggota gerak sisi kiri.
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien jatuh di kamar mandi dan tidak sadar. Tiga jam kemudian
pasien sadar dan mengalami pelo.
Hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital: tekanan darah 200/120 mmHg, nadi 92x/menit, frekuensi
napas 22x/menit, suhu 37,10C, GDS 265 gr/dl. Kekuatan otot sebagai berikut:
5 1
5 1
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan neurologik pokal yang
dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh darah serebral misalnya trombosis,
embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis
trauma aneurisma dan kelainan perkembangan (Price, 1995).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah
otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak
yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan
tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan
insidennya (Bustan, 2007).
Pada Stroke Iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atheroklerosis (penumpukan kolesterol pada
dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.
Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya pembuluh darah di otak
terdiri dari perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid.
Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke ini terjadi
pada penderita hipertensi.
Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak terhambat atau
berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis serebri, emboli serebri.
B. Etiologi
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis (trombosis),
embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung,
peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
1. Stroke Iskhemik
Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri sehingga menyebabkan
penurunan suplay oksigen pada jaringan otak ( iskhemik ) hingga menimbulkan nekrosis. Sekitar 87
% kasus stroke disebabkan kerena adanya sumbatan yang berupa thrombus atau embolus. Trombus
adalah gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah
gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri besar lainnya.
Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler (atrial fibrillation) yang
merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak. Adanya penimbunan
lemak pada pembuluh darah otak (aterosklerosis) akan meningkatkan resiko terjadinya stroke
iskhemik.
1. Stroke Hemoragi
Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh diotak. Dua tipe pembuluh
darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi, yaitu ; aneurysms dan arteriovenous
malformations (AVMs). Aneurysms adalah pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh
sehingga data pecah. Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
C. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 mcmeter mengalami
perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid
serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang
tembus arterio talamus (talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-
basilaris mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang abrupt atau
kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama
pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika
volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di
antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh
pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta
terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan
perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko
kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian
sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach,
1999)
D. Pathway
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan
meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
G. Diagnosa keperawatan
H. Intervensi keperawatan
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi;