STROKE
Nim : 202013003
Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik dan
stroke hemoragik.Stroke iskemik (hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80% stroke
iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi3 jenis yaitu: Stroke trombotit: proses
terbentuknya tombus yang membuat penggumpalan; Stroke embolik: tertutupnya
pembuluh arteri oleh bekuan darah; Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah
keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. Stroke iskemik juga
dapat menyebabkan Subdural hematoma (Brain Hematoma) atau juga disebut
perdarahan subdural adalah kondisi di mana darah menumpuk di antara 2 lapisan di
otak: lapisan arachnoidal dan lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini dapat menjadi
akut terjadi tiba- tiba, atau kronis muncul dengan perlahan. Hematoma (kumpulan
darah) yang sangat besar atau akut dapat menyebabkan tekanan tinggi di dalam
tengkorak. Akibatnya dapat terjadi kompresi dan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi
ini dapat membahayakan nyawa.
Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemukan 40% pada
semua kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh
darah akibat aterosklerosis.Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
lapisan intima arteria serebra menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
darah sebagian terisi oleh materi sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi.
Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing,
perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat
dibedakan dari hemoragik intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum
trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan mendahului awitan paralysis berat
pada beberapa jam atau hari.
Embolisme termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita trombosis. Abnormalitas patologik
pada jantung kiri, seperti indokarditis infeksi, penyakit jantung reumatik, Infark
miokard, dan infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup
jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden
embolisme setelah prosedur ini. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabang - cabangnya yang merusak circulari serebral. Awitan hemiparesis atau
hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik embolisme serebral.
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
gangguan pembuluh darah (otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus
penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptur ateri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid sehingga Jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan(Sylvia, 2012).
Pathway Stroke hameoragik :
Arterosklerosis
(elasitisitas pembuluh Kepekatan Pembentukan
darah menurun) darah Trombus
meningkat
Obstruksi Trombus di
otak
Perubahan
Sirkulasi serebral terganggu
Persepsi Sensori
Gangguan
Penurunan darah dan O2 ke perfusi
otak
Mobilitas
Gangguan
menurun Perubahan Persepsi Sensori
Mobilitas
Fisik
Tirah baring
Defisit Perawatan
diri
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
c. Angiografi serebral
e. Foto thoraks
Pasien yang koma pada saat masuk rumah sakit mempunyai prognosis buruk,
sebaliknya pasien yang sadar penuh mempunyai hasil yang lebih baik. Fase akut
biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Untuk merawat keadaan akut perlu
diperhatikan faktor - faktor kritis sebagai berikut: Menstabilkan tanda - tanda vital;
Mempertahankan saluran napas; Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan
masing- masing individu, termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun
hipertensi; Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung; Merawat Kandung kemih.
Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal, cara ini telah diganti dengan
kateterisasi “cellar masuk” setiap 4 sampai 6 jam; Menempatkan posisi penderita
dengan baik secepat mungkin; Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi
telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena sereral
berkurang; Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2
jam; Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh
sebanyak 50 kali perhari: tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah
tertentu dan untuk mencegah kontraktur terutama pada bahu, siku, dan mata
kaki(Taufan N, 2011).
b. Penatalaksanaan Non Bedah
c. Penatalaksanaan Bedah
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan stroke meliputi adanya tingkat kesadaran, gerakan mata
horizontal, lapang pandang, facial palsy, fungsi motorik lengan dan kaki, sensasi,
bahasa dan bicara, pengabaian dan tidak perhatian (Sylvia 2012).
Adapun proses pengkajian gawat darurat yaitu pengkajian primer (primary
assessment). Primary assessment dengan data subjektif yang didapatkan yaitu keluhan
utama: kelemahan ekstremitas, gangguan bicara, peningkatan tekanan darah, perubahan
sensasi dan cara bicara. Keluhan penyakit saat ini: mekanisme terjadinya. Riwayat
penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau riwayat cedera sebelumnya dan darah
tinggi, kebiasaan minum alkohol, konsumsi medikasi antikoagulant atau agen
antiplatelet, adanya alergi, dan status imunisasi(Andra W & Yessie P, 2001). Data
objektif: 1).AirwayAdanya perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi stridor, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena
aspirasi). 2).Breathing Dilakukan auskultasi dada terdengar stridor atau ronchi atau
mengi, pernapasan diatas dua puluh empat kali per menit.3)Circulation Adanya
perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia). 4).Disability . Adanya
lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kasadaran bisa sampai
koma (Andra W & Yessie P, 2013).Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama
yaitu, adanya penurunan kesadaran, penurunan pergerakan, perubahan sensasi,
perubahan fungsi motorik lengan dan kaki.
Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat pengunaan dan penyalagunaan alkohol
dan riwayat darah tinggi tak terkontrol. pada pola aktifitas didapatkan adanya
kelemahan samapi paralisis. Pada sirkulasi adanya peningkatan darah tinggi, adanya
perubahan pola eliminasi urin dan vekal, penurunanan nafsu makan mual, muntah dan
susah menelan, dan adanya gangguan interaksi bicara.pengobatan sebelum masuk
Instalasi Gawat Darurat yaitu mengidentifikasi penggunaan obat-obatan buatan rumah,
perubahan pada diet, penggunaan obat yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat riwayat dan
durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu PQRST. Faktor pencetus (P:
Provocate), Kualitas (Q: Quality), Lokasi (R: Region), Keparahan(S: Sever) dan durasi
(T: Time)(Andra W & Yessie P, 2013).
Setelah melakukan pengkajian Primer dan sekunder selanjutnya melakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini meliputi: pertama, pemeriksaan tingkat kesadaran
sebagai indikator yang paling awal dan paling dapat dipercaya dari perubahan status dan
keadaan neurologis, juga pemeriksaan peningkatan Tekanan Intra Kranial, ditandai
dengan sakit kepala berlebihan, muntah proyektil dan papil edema dan pemeriksaan
skala kekuatan otot diukur dengan (0) kontraksi otot tidak terdeteksi, (1) Kejapan yang
hamper tidak terdeteksi atau bekas kontraksi dengan observasi atau palpasi,
(2)Pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi,(3) Pergerakan aktif
hanya melawan gravitasi dan tidak melawan tahanan, (4) Pergerakan aktif melawan
gravitasi dan sedikit tahanan (5) Pergerakan aktif melawan tahana penuh tanpa adanya
kelelahan otot (kekuatan otot normal. Kedua, pengkajian responsiveness (kemampuan
untuk bereaksi) pengkajian mengunakan level kesadaran kuantitatif yaitu Compos
Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.Delirium, yaitu gelisah,
disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak- teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.Stupor
(stupor koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak
ada respon pupil terhadap cahaya), dengan mengunakan Glasgow Coma Scal), Respon
pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan
motorik.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1-6
tergantung responnya.Eye (respon membuka mata), (4): spontan,(3) dengan rangsang
suara(suruh pasien membuka mata),(2) dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan
nyeri, misalnya menekan kuku jari),(1) tidak ada respon. Verbal (respon verbal),(5)
orientasi baik, (4) bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang)
disorientasi tempat dan waktu, (3) kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat), (2) suara tanpa arti (mengerang), (1) tidak
ada respon. Motor(respon motorik), (6) mengikuti perintah, (5) melokalisir nyeri
(menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), (4) withdraws
(menghindar atau menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri), (3) fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri), (2) ekstensi abnormal (tangan satu atau
keduanya ekstensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki ekstensi saat diberi
rangsang nyeri). (1) tidak ada respon. Ketiga pengkajian status mental dimana alat yang
biasa paling sering digunakan untuk mengkaji fungsi kognitif adalah Mini-Mental State
Examination. Keempat, pengkajian saraf kranial. 1) olfactory berfungsi pada
penciuman. 2) opticberfungsi pada penglihatan, 3) oculomotor berfungsi pada
mengangkat kelopak mata atas, konstriksi pupil, pergerakan ekstraokular, 4)
Trochlearberfungsi pada gerakan mata ke bawah dan ke dalam, 5) Trigeminal berfungsi
pada mengunyah, mengatupkan rahang, gerakan rahang lateral,reflex kornea,sensasi
wajah, 6) Abducens berfungsi pada deviasi mata lateral, 7) facial berfungsi pada
gerakan wajah, perasa, lakrimasi, dan saliva, 8) vestibulocochlear berfungsi
keseimbangan, pendengaran, 9) glossopharyngeal berfungsi pada menelan, gag refleks,
perasa pada lidah belakang, 10)vagus berfungsi pada menelan, gag refleks, viscera
abdominal, fonasi, 11)spinal accessory berfungsi pada gerakan kepala dan bahu, dan
terakhir hypoglossal berfungsi pada gerakan lidah (Andra W & Yessie P, 2013).
2. Diagnosis Keperawatan
53
“ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny M.S DENGAN
DIAGNOSA MEDIK STROKE HEMORAGIK DI RUANGAN INSTALASI
GAWAT DARURAT DI RSUD ”
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.M.S
Umur : 53Tahun
Agama : Muslim
Pekerjaan : Petani
Umur : 55 Tahun
Agama : Muslim
Pekerjaan : Petani
53
dan DC.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Ny.M.S mengatakan Ny.M.S pernah mengalami riwayat hipertensi 1
bulan lalu
Keterangan
:
: Pasien
: Perempua
: Laki-laki
Ny.M.S adalah anak pertama dari 6 bersaudara dan mempunyai 7 anak. Saudara
ketiga Ny.M.S mempunyai riwayat Hipertensi, begitu juga dengan anak pertama
Ny.M.S mempunyai riwayat Hipertensi.
Tanda Vital: TD: 140/90 mmHg Nadi: 88x/menit, Suhu: 36,50Celsius RR:
23x/menit.
5. Pengkajian Primer
53
a. Airways (jalan nafas)
Sesak dengan:pasientidakmengeluhsesaknafas
53
d. Fluid (cairan dan elektolit)
e. Kebutuhan nutrisi :
Oral :Terpasang NGT (mlp 6x200cc), Parenteral :Terpasang infuse Nacl 0,9%
20 tpm.
f. Eliminasi :
BAK : terpasang DC (100cc/6jam)
Jumlah : 600 cc
() Banyak ( ) Sedikit (√) Sedang Warna :
(√) Kuning jernih ( ) Kuning kental ( ) Merah ( ) Putih Rasa sakit saat BAK :
( ) Ya (√ ) Tidak Keluhan sakit pinggang :
( ) Ya (√ ) Tidak BAB :1-2 x/hari Diare :Tidak diare
() Ya (√) Tidak ( ) Berdarah ( ) Berlendir ( ) Cair Bising Usus : 20 x/menit
g. Intoksikasi ( ) Makanan
( ) Gigitan Binatang ( ) Alkohol
( ) Zat kimia
( ) Obat-obatan
( ) Lain – lain : Tidak ada intoksikasi
h. Disability
Tingkat kesadaran :
Kanan (√) Positif () Negatif Kiri (√) Positif () Negatif GCS : E :4 M:3 V :1
Jumlah : 8
6. Pengkajian Sekunder
53
a. Musculoskeletal / Neurosensoril (-) Spasme otot
(-) Vulnus, kerusakan jarring (-) Krepitasi
(-) Fraktur
21
21
c. Psikologis
7. Pemeriksaan Penunjang
riksaan
16-07-2018 JumlahEritrosit (4,36-4,46) 3,17 10^6/ul
Hematokrit
(37,6-47,6) 23,5 %
Neutrofil Limfosit
(50-70) 83,2 %
JumlahNeutrofil
Hemoglobin (20-40) 7,4 %
Jumlahleukosit
(1,50-7,00) 9,30 10^3/ul g/dl
Calcium Ion
10^3/ul
(12,0-16.0) 12.0
mmol/L
(4.0-10.0) 9,29
53
1.120-12 1.260
mg
Candesartan 3x8 mg PO 07.00 Mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi) pada otak.
53
B. ANALISA DATA
53
3 DS: Mukus berlebihan Ketidak efektifan
bersihan jalan
Keluarga pasien mengatakan
napas
pasien sesak napas DO:
Pasien tampak sesak tanpa
aktivitas RR: 23x/menit,batuk
non produktif,sputum tidak
keluar,pada paru-paru pasien
terdengar bunyi napas ronchi
pada lobus kanan atas paru
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
53
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
A: Masalah belum
teratasi P:Semua
intervensi
dilanjutkan
2. Senin, 4 08.30 1. Mengobservasi 13.40 S:
Okt 2021 2. kecepatan dan
Keluarga pasien
tekanan
mengatakan pasien
2. Bicara pasien,
masih sulit berbicara
memonitoring
09.00 O:
perasaan pasien
Pasien tampak
terkait dengan
berbicara tidak jelas,
perasaan frustasi.
ekspresi pasien
3. Mengajarkan
10.00 nampak cemas,
keluarga untuk
kecepatan bicara
memahami respon
pasien lambat, lidaht
yang muncul pada
idak simetris
pasien.
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Semua Intervensi
dilanjutkan.
3. Senin, 4 08.30 1. memposisikan S:
Okt 2021 pasien untuk Keluarga pasien
memaksimalkan mengatakan pasien
ventilasi, sesak,
2. melakukan O:
09.00
fisioterapi dada,
Pasien tampak sesak
3. menginstruksikan
09.30 tanpa aktivitas,
cara melakukan
RR:23x/m, batuk
batuk efektif,
non produktif,
4. mengasukultasi
10.00 sputum tidak keluar,
suara napas, terdengar bunyi
5. memonitoring nafas ronchi pada
status pernpasan lobus kanan atas
10.30
dan oksigenasi paru.
A
:Masalah belum
teratasi.
P:
Semua intervensi
dilanjutkan.
58