2. Intervention (I) :
Pengukuran kebiasaan durasi tidur panjang dan pendek dikaitkan dengan kolesterol total dan
high density lipoprotein (HDL) kolesterol pada lansia.
3. Comparator (C) :
Sedangkan peneliti saat ini menyelidiki apakah durasi tidur, waktu di tempat tidur,
dan gangguan tidur berpengaruh dengan kadar kolesterol, pada populasi
masyarakat pada lansia. Metode penelitian cross-sectional dengan analisis regresi untuk
menyelidiki mengukur hubungan TST actigraphically, TIB, dan indeks fragmentasi
dengan kadar kolesterol, kadar kolesterol HDL, dan tingkat kolesterol total / HDL.
4. Outcome (O) :
Durasi tidur yang lebih lama dapat meningkakan total kadar kolesterol dan rasio total /
kolesterol HDL. Diharapkan lansia tidak tidur terlalu lama dan lebih sering beraktivitas.
B. Konten/Isi Jurnal
1. Abstrak
Tujuan: Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan angka kematian meningkat
terkait dengan kedua kelompok yaitu kebiasaan durasi tidur lama dan sebentar. Mekanisme di
balik asosiasi ini tidak jelas. Kami meneliti apakah obyektif mengukur durasi tidur, waktu di
tempat tidur, dan gangguan tidur dikaitkan dengan kolesterol total dan (high density
lipoprotein) HDL dalam kolesterol masyarakat lansia.
2. Pendahuluan
Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan tingkat kematian yang lebih tinggi
dan cepat, yaitu lama durasi tidur yang panjang, biasanya lebih dari 8 jam per malam,
dan lama durasi tidur yang pendek, yaitu, kurang dari 7 jam per malam. Banyak penyakit
yang akan ditimbulkan seperti penyakit jantung adalah penyebab utama kematian bagi pria
dan wanita dewasa di negara maju, banyak studi telah meneliti hubungan antara durasi tidur
dan penyakit kardiovaskular. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa hubungan linear
terbalik antara durasi tidur dan indeks massa tubuh (BMI) atau hubungan antara durasi tidur
pendek dan obesitas. Penelitian lain, terkait dengan jumlah waktu tidur terhadap hipertensi,
metabolisme glukosa atau risiko diabetes. Untuk pengetahuan kita, hanya beberapa studi
telah meneliti hubungan antara parameter tidur dan tingkat kolesterol, dengan hasil yang
bertentangan (Bjorvatn, et al. ) tidak menemukan hubungan antara durasi tidur dan kadar
kolesterol total dalam rentang usia 40 sampai 45 tahun setelah disesuaikandengan jenis
kelamin, perilaku merokok, dan indeks massa tubuh.
3. Metode
a. Populasi
Penelitian ini berada di Rotterdam, berdasarkan populasi kohort penelitian yang bertujuan
menilai terjadinya faktor risiko penyakit kronis pada lansia. Desember 2004,
diperoleh bantuan tenaga untuk melakukan studi actigraphy tambahan, saat ini dan
seterusnya terdapat 1.515 lansia diminta untuk mengambil bagian dalam studi actigraphy,
1076 (71%) di antaranya setuju. Kita tidak bisa mencakup setiap orang yang mengunjungi
pusat penelitian karena terbatasnya jumlah actigraphs. Data actigraphy berlaku setidaknya
untuk dua malam dan data untuk kadar kolesterol yang tersedia untuk
986 responden. Responden yang menggunakan obat penurun kolesterol
(n=218) dikeluarkan, sehingga didapatkan populasi penelitian 768 orang responden. Secara
total, dari 4726 malam diukur dengan actigraphic (mean, 6,2 ± 1.1) dicatat tiap responden.
Komite Etika Medis Erasmus University Rotterdam menyetujui Studi Rotterdam dan
informed consent tertulis disetujui oleh semua responden.
Kolesterol total dan konsentrasi kolesterol HDL dalam serum ditentukan dalam waktu 2
minggu setelah pengambilan sampel dengan prosedur enzimatik otomatis dalam sampel darah
puasa yang dilakukan di pusat penelitian.
c. Parameter Tidur
d. Analisis statistik
b. Durasi Tidur
Rata-rata populasi penelitian kami, awal tidur 06:32 (SD=0:50) jam per malam, dari jam
08:19 (SD=0:47) mereka habiskan di tempat tidur. TST dan TIB yang terkait satu sama lain:
koefisien korelasi Pearson antara TST dan TIB adalah 0,68 (p <0.001). Korelasi ini tidak
berbeda antara kelompok umur.
c. Tingkat Kolesterol
Hasil analisis parameter tidur, dilakukan pada 714 peserta dengan tanggapan yang valid pada
kedua PPD dan TIB. Ada hubungan linear antara kedua TST dilaporkan dan HDL-kolesterol
(β = -0,04; 95% CI,-0,06 sampai -0,02; p=0,001), dan antara yang dilaporkan TST dan rasio
total / HDL (β = 0,09, 95% CI, 0,02-0,16, p=0,01). Hubungan antara TIB dan HDL-kolesterol
juga signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa TST terkait dengan tingkat HDL-kolesterol dan
rasio total / HDL yang lebih tinggi, yang sejalan dengan hasil dari data actigraphic. Namun,
berbeda dengan hasil dengan TST actigraphic, tidak ada hubungan antara dilaporkan sendiri
TST atau TIB dan tingkat kolesterol total. Kecuali untuk hubungan antara TST dan tingkat
kolesterol HDL, semua hubunganyang kuat dengan data actigraphic dibandingkan dengan
laporan dari data.
5. Pembahasan
Dalam studi cross-sectional dari 768 masyarakat yang tinggal pada lansia, yang tidak
menggunakan obat penurun kolesterol, durasi tidur yang lebih lama dibandingkan dengan
tingkat kolesterol total dan kadar lipid yang lebih tinggi. Harus dicatat bahwa varians
dijelaskan dari model regresi yang sederhana. Durasi tidur lebih lama adalah sangat terkait
dengan waktu yang lebih lama di tempat tidur, penggunaan actigraphy memungkinkan
perbedaan antara waktu di tempat tidur dan durasi tidur. Analisis kami menunjukkan bahwa
hubungan antara durasi tidur dan kolesterol didorong oleh hubungan yang kuat antara waktu
yang lebih lama di tempat tidur dan kadar kolesterol total yang lebih tinggi pada kelompok
usia termuda < 65 tahun. Namun, pada orang berusia 70 atau lebih, hubungan antara durasi
tidur dan kolesterol tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang berhubungan dengan
tingkat kolesterol total yang lebih rendah.
Pada kelompok usia termuda orang berusia 59 sampai 64, baik PPD dan TIB dikaitkan
dengan kolesterol total yang lebih tinggi, kolesterol HDL rendah, dan karena itu dengan rasio
total / HDL yang lebih tinggi. Ini tidak terjadi pada orang berusia ≥ 65 tahun. Tampaknya,
dalam karakteristik usia yang lebih muda, durasi tidur lebih lama berhubungan dengan profil
lipid yang lebih tinggi. Dalam kelompok peserta di atas usia 70, orang-orang dengan
fragmentasi tidur tinggi memiliki menurunkan kadar kolesterol total, sedangkan fragmentasi
tidur tidak terkait dengan salah satu langkah kolesterol lain dalam kelompok usia lainnya.
C. Kritik Jurnal
1. Substansi
· Kelebihan
Jurnal sangat berkontribusi dalam bidang keperawatan geriatrik terutama untuk menambah
pengetahuan dalam penanganan lansia yang memiliki riwayat kolesterol supaya lebih
menjaga kualitas tidurnya.
· Kekurangan
2. Teori
· Kelebihan
· Kekurangan
Ada beberapa teori yang kurang dalam jurnal ini seperti penjelasan tentang kualitas tidur,
factor yang mempengaruhi kualitas tidur, patofisiologi kolesterol, penyebabnya yang sangat
dibutuhkan oleh pembaca untuk pengetahuan tambahan.
3. Metodologi
· Kelebihan
Metode penelitian yang digunakan sudah tepat yaitu cross-sectional dengan analisis regresi.
Data yang ada dianalisis kembali dengan kriteria eksklusi untuk lebih mengeksplorasi
hubungan yang bermakna. Semua analisis dilakukan dengan SPSS versi 11.0 (SPSS Inc,
Chicago, IL). Parameter yang digunakan juga sudah sangat bagus yaitu untuk pengukuran
tingkat kolesterol sampel diambil dengan prosedur enzimatik otomatis dalam sampel darah
puasa yang dilakukan di pusat penelitian. Sedangkan untuk parameter tidur secara obyektif,
peneliti menggunakan model Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd).
· Kekurangan
4. Interprestasi
· Kelebihan
Penyajian data sudah disertakan tabel dan keterangannya. Tabel yang dibuat secara terpisah
dari masing-masing variabel lebih memudahkan kita dalam mengetahui hasil penelitian.
· Kekurangan
Penyampaian data masih kurang lengkat, tidak dijelaskan tahun dan tempat dimana penelitian
dilakukan. Dan penyampaian data masih kurang dapat dipahami.
5. Etika
· Kelebihan
Dalam jurnal ini responden yang diteliti dirahasiakan. Setelah dapatpersetujuan resmi maka
peneliti akan melibatkan peserta dalam proses penelitian, tetapi peneliti sangat menghormati
dan tidak memaksa responden yang tidak bersedia.
· Kekurangan
6. Gaya penulisan
· Kelebihan
Dalam jurnal ini gaya penulisan sudah baik, terdapat keterangan tabel dan penjelasan dari
masing-masing tabelnya, penampilan jurnal juga rapi. Lengkap dari abstrak sampai daftar
pustaka.
· Kekurangan
Peneliti tidak mencantumkan nama pengarang yang diambil pada teori-teori yang digunakan
dalam penbahasan jurnalnya. Hanya mencantumkan nomor referensi yang sudah diurutkan
dalam daftar pustaka saja. Hal ini lebih menyulitkan pembaca untuk mengetahui teori yang
digunakan itu dari siapa.
D. Critical Thinking
Durasi tidur yang lebih lama sangat berkaitan dengan total kadar kolesterol yang lebih tinggi
dan rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi pula. Hal ini disebabkan karena bila tidur
lebih lama maka aktifitas fisik menjadi kurang. Aktifitas fisik yang kurang dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol. Karena olahraga dan aktifitas fisik juga dapat
memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar kolesterol total, LDL kolesterol
dan trigliserida. Bahkan yang paling baik adalah dapat memperbaiki HDL, yaitu suatu jenis
kolesterol yang kadarnya sulit untuk dinaikkan. Di samping itu berbagai faktor risiko seperti
hipertensi, obesitas dan diabetes mellitus dapat diturunkan dengan menjalankan olahraga
yang tepat takaran, durasi dan frekwensinya (Almatsier, 2002).
Namun, pada orang berusia 70 atau lebih, hubungan antara durasi tidur dan kolesterol
tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang berhubungan dengan tingkat kolesterol total
yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya metabolisme dalam tubuh.
Karena pada usia 70 tahun termasuk kelompok lansia dengan resiko tinggi (Depkes dikutip
dari Azis,1994). Sehingga meskipun waktu tidurnya lama atau aktifitas fisik yang kurang
tidak begitu mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol. Kadar kolesterol total yang
rendahpada lansia dapat juga dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya : insomnia,
gangguan gerakan tungkai periodik, nokturia, nyeri, sakit, kebisingan lingkungan, atau mitra
tidur mendengkur. Beberapa penyebab terutama penyakit, mungkin menjadi dasar umum
untuk hubungan durasi tidur yang panjang dengan rendahnya tingkat kolesterol total. Kadar
kolesterol yang rendah juga dapat menjadi penanda kesehatan yang buruk pada lansia.