Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DENGAN STROKE


HEMORAGIK DI RS BINA SEHAT JEMBER

Disusun Oleh:
Khosiatu waviroh. Str,Kep
NIM : 2021040387

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan gawat darurat yang

berjudul laporan pendahuluan Stroke Hemoragik. Yang disusun oleh:

Khosiatu waviroh. Str,Kep.

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2022

Mahasiswa

Khosiatu waviroh. Str,Kep


Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Cahya Tribagus Hidayat, S. Kep.,


Abdul Khodir Jaelani, S.Kep.Ners
Ners., M. Kes.
NIK : 626.2012.59
NIDN: 0717058603
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Penyakit Stroke


a. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak
mengalami gangguan sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Stroke dapat juga diartikan
sebagai kondisi otak yang mengalami kerusakan karena aliran atau suplai
darah ke otak terhambat oleh adanya sumbatan (ischemic stroke) atau
perdarahan (haemorrhagic stroke) (Arum, 2015). Ischemic stroke (non
hemoragik)/cerebro vaskuler accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
disebabkan karena adanya thrombus atau emboli (Oktavianus, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya
tanda- tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain
vaskular (Ode, 2012). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan stroke
adalah gangguan fungsi otak karena penyumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan pasokan
darah dan oksigen menuju ke otak menjadi berkurang Stroke merupakan
penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit
neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana
stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah
ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke
hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal dengan nama
apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti “memukul jatuh”
atau to strike down. Dalam perkembangannya lalu dipakai istilah CVA
atau cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan pada
pembuluh darah dan otak.
b. Etiologi
Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke
iskemik dan stroke hemoragik.Stroke iskemik (hemoragik) yaitu
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti, 80% stroke iskemik. Stroke iskemik
ini dibagi menjadi3 jenis yaitu: Stroke trombotit: proses terbentuknya
tombus yang membuat penggumpalan; Stroke embolik: tertutupnya
pembuluh arteri oleh bekuan darah; Hipoperfusion sistemik: berkurangnya
aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung. Stroke iskemik juga dapat menyebabkan Subdural hematoma
(Brain Hematoma) atau juga disebut perdarahan subdural adalah kondisi di
mana darah menumpuk di antara 2 lapisan di otak: lapisan arachnoidal dan
lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini dapat menjadi akut terjadi
tibatiba, atau kronis muncul dengan perlahan. Hematoma (kumpulan
darah) yang sangat besar atau akut dapat menyebabkan tekanan tinggi di
dalam tengkorak. Akibatnya dapat terjadi kompresi dan kerusakan pada
jaringan otak. Kondisi ini dapat membahayakan nyawa.
Strokehemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu: hemoragik
intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak; hemoragik
subraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yanag menutupi otak).
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke antara lain hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hemotokrit
meningkatkan resiko infark serebral, diabetes dikaitkan dengan
aterogenesis terakserelasi, kontrasepsi oral (khususnya disertai dengan
hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok, penyalahgunaan
obat (khususnya kokain), komsumsi alcohol.(Andra W & Yessie P, 2013).
c. Patofisiologi
Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering
ditemukan 40% pada semua kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria
serebra menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh darah sebagian terisi oleh materi sklerotik.Tanda - tanda
trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragik intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum trombosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan mendahului awitan
paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Embolisme termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita
embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita
trombosis. Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti indokarditis
infeksi, penyakit jantung reumatik, Infark miokard, dan infeksi pulmonal,
adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup jantung prostetik
dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme
setelah prosedur ini. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabang - cabangnya yang merusak circulari serebral. Awitan
hemiparesis atau hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau
kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal
adalah karakteristik embolisme serebral.
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama
kasus gangguan pembuluh darah (otak) dan merupakan sepersepuluh dari
semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan
oleh ruptur ateri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau
subaraknoid sehingga Jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan
tertekan(Sylvia, 2012)
d. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, jumlah darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala
klinis adalah sebagai berikut: kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis) yang timbul mendadak; gangguan sensibilitas pada satu atau
lebih anggota badan (gangguan hemisensorik); perubahan mendadak status
mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma); afasia (bicara tidak
lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami ucapan);disartia (bicara
pelo atau cadel); gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau
diplopia; ataksia (trunkal atau anggota badan); vertigo, mual, dan muntah
atau nyeri kepala.(Arif, 2014).
e. Pathway

Penyakit yang mendasari stroke (alkohol, merokok, HT, Kegemukan, stress, hiperkolesterol)

arteroskerosis Kepekatan darah meningkat Pembentukan trombus

Obstruksi
trombus di otak

Sirkulasi serebral
Gangguan terganggu
persepsi
sensorik

Penurunan darah dan Penurunan kapasitas


oksigen ke otak adaptif intrakrania

Hipoksia serebri Kelemahan nerves


Tirah baring
V, VII, IX, X

Defisit Penurunan intake Kerusakan gerakan


perawatan diri makanan motorik

Defisit nutrisi Gangguan


mobilisasi fisik
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi antara lain:
1. Computerized Tomography Scan Computerized Tomography
Scanuntuk menentukan jenis stroke, diameter perdarahan, lokasi, dan
adanya edema otak.
2. Magnetic Resonance Imaging Untuk menunjukkan area yang
mengalami perdarahan.
3. Angiografi serebral Untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisme atau malformasi vascular.
4. Elektroensefalogragi Untuk dapat menentukan lokasi stroke.
5. Foto thoraks Untuk dapat memperlihat keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis. elektrokardiogram.

Pemeriksaan laboratorium antara lain:

1. Pungsi lumbal Untuk mengetahui jenis perdarahan atau warna liquor.


2. Pemeriksaan darah rutin lengkap dan trombosit
Pemeriksaan kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan keratin),
masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial: untuk dapat
mengetahui kadar gula darah, apakah terjadi peningkatan dari batas
normal atau tidak. Jika ada Indikasi lekukan test - test berikut ini:
kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi.
(Taufan N, 2011)
2. Penatalaksanaan
a. Fase Akut
Pasien yang koma pada saat masuk rumah sakit mempunyai prognosis
buruk, sebaliknya pasien yang sadar penuh mempunyai hasil yang
lebih baik. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Untuk
merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor - faktor kritis sebagai
berikut: Menstabilkan tanda - tanda vital; Mempertahankan saluran
napas; Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan
masingmasing individu, termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi
maupun hipertensi; Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung;
Merawat Kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter
tinggal, cara ini telah diganti dengan kateterisasi “cellar masuk” setiap
4 sampai 6 jam; Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat
mungkin; Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena
sereral berkurang; Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan
gerakan pasif setiap 2 jam; Dalam beberapa hari dianjurkan untuk
dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali perhari: tindakan ini
perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk
mencegah kontraktur terutama pada bahu, siku, dan mata kaki(Taufan
N, 2011)

b. Pelaksanaan Non Bedah

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk


menurunkan edema serebral, antikoagulan untuk mencegah terjadi atau
memberatnya trombosis atau embolisis, obat anti hipertensi berikan
jika pasien dengan riwayat hipertensi(Taufan N, 2011)
c. Pelaksanaan Bedah
Untuk melakukan pembedahan pada penderita stroke sulit sekali untuk
menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah.
Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah
serebral(Taufan N, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang


dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan stroke meliputi
adanya tingkat kesadaran, gerakan mata horizontal, lapang pandang, facial
palsy, fungsi motorik lengan dan kaki, sensasi, bahasa dan bicara,
pengabaian dan tidak perhatian (Sylvia 2012). Adapun proses pengkajian
gawat darurat yaitu pengkajian primer (primary assessment). Primary
assessment dengan data subjektif yang didapatkan yaitu keluhan utama:
kelemahan ekstremitas, gangguan bicara, peningkatan tekanan darah,
perubahan sensasi dan cara bicara. Keluhan penyakit saat ini: mekanisme
terjadinya. Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau riwayat
cedera sebelumnya dan darah tinggi, kebiasaan minum alkohol, konsumsi
medikasi antikoagulant atau agen antiplatelet, adanya alergi, dan status
imunisasi.
a. AirwayAdanya perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi stridor, ronchi, mengi positif
(kemungkinan karena aspirasi).
b. Breathing Dilakukan auskultasi dada terdengar stridor atau ronchi atau
mengi, pernapasan diatas dua puluh empat kali per menit.
c. Circulation Adanya perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),
perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi
dengan bradikardi disritmia).
d. Disability. Adanya lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang
keseimbangan, perubahan kasadaran bisa sampai koma (Andra W &
Yessie P, 2013).
Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama yaitu adanya penurunan
kesadaran, penurunan pergerakan, perubahan sensasi, perubahan fungsi
motorik lengan dan kaki. Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat
pengunaan dan penyalagunaan alkohol dan riwayat darah tinggi tak
terkontrol. pada pola aktifitas didapatkan adanya kelemahan samapi
paralisis. Pada sirkulasi adanya peningkatan darah tinggi, adanya
perubahan pola eliminasi urin dan vekal, penurunanan nafsu makan mual,
muntah dan susah menelan, dan adanya gangguan interaksi
bicara.pengobatan sebelum masuk Instalasi Gawat Darurat yaitu
mengidentifikasi penggunaan obat-obatan buatan rumah, perubahan pada
diet, penggunaan obat yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat riwayat dan
durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu PQRST. Faktor
pencetus (P: Provocate), Kualitas (Q: Quality), Lokasi (R: Region),
Keparahan(S: Sever) dan durasi (T: Time)(Andra W & Yessie P, 2013).
Setelah melakukan pengkajian Primer dan sekunder selanjutnya
melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Pertama, pemeriksaan tingkat kesadaran sebagai indikator yang paling
awal dan paling dapat dipercaya dari perubahan status dan keadaan
neurologis, juga pemeriksaan peningkatan Tekanan Intra Kranial,
ditandai dengan sakit kepala berlebihan, muntah proyektil dan papil
edema dan pemeriksaan skala kekuatan otot diukur dengan
(0) kontraksi otot tidak terdeteksi,
(1) Kejapan yang hamper tidak terdeteksi atau bekas kontraksi dengan
observasi atau palpasi,
(2)Pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi,
(3) Pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawan
tahanan,
(4) Pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
(5) Pergerakan aktif melawan tahana penuh tanpa adanya kelelahan
otot (kekuatan otot normal.
2) Kedua, pengkajian responsiveness (kemampuan untuk bereaksi)
pengkajian mengunakan level kesadaran kuantitatif yaitu:
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yait gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal.
d. Stupor (stupor koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri.Coma (comatose), yaitu tidak bisa
dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak
ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya),

Dengan mengunakan Glasgow Coma Scal), Respon pasien yang perlu


diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan
motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1-6 tergantung responnya.Eye (respon membuka mata),

(4): spontan,

(3) dengan rangsang suara(suruh pasien membuka mata),

(2) dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya


menekan kuku jari),

(1) tidak ada respon.

Verbal (respon verbal),

(5) orientasi baik,

(4) bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang)


disorientasi tempat dan waktu,
(3) kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat),

(2) suara tanpa arti (mengerang),

(1) tidak ada respon.

Motorik (respon motorik),

(6) mengikuti perintah,

(5) melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi


rangsang nyeri),

(4) withdraws (menghindar atau menarik extremitas atau tubuh


menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri),

(3) fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri),

(2) ekstensi abnormal (tangan satu atau keduanya ekstensi di sisi


tubuh, dengan jari mengepal & kaki ekstensi saat diberi rangsang
nyeri).

(1) tidak ada respon.

3) Ketiga pengkajian status mental dimana alat yang biasa paling sering
digunakan untuk mengkaji fungsi kognitif adalah Mini-Mental State
Examination.
4) Keempat, pengkajian saraf kranial. 1) olfactory berfungsi pada
penciuman. 2) opticberfungsi pada penglihatan, 3) oculomotor
berfungsi pada mengangkat kelopak mata atas, konstriksi pupil,
pergerakan ekstraokular, 4) Trochlearberfungsi pada gerakan mata ke
bawah dan ke dalam, 5) Trigeminal berfungsi pada mengunyah,
mengatupkan rahang, gerakan rahang lateral,reflex kornea,sensasi
wajah, 6) Abducens berfungsi pada deviasi mata lateral, 7) facial
berfungsi pada gerakan wajah, perasa, lakrimasi, dan saliva, 8)
vestibulocochlear berfungsi keseimbangan, pendengaran, 9)
glossopharyngeal berfungsi pada menelan, gag refleks, perasa pada
lidah belakang, 10)vagus berfungsi pada menelan, gag refleks, viscera
abdominal, fonasi, 11)spinal accessory berfungsi pada gerakan kepala
dan bahu, dan terakhir hypoglossal berfungsi pada gerakan lidah (Andra
W & Yessie P, 2013)

2. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakrania (D.0066)


2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
3. Gangguan komunikasi verbal (D.0119)
4. Defisit nutrisi (D.0019)
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
6.

3. Rencana keperawatan

1. Penurunan kapasitas adaptif intra kranial (0066)


Tujuan: domain 2 (kesehatan fisik) terjadi peningkatan kapasitas adaptif
intrakranial dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal, Peningkatan
kesadaran, Pupil menuju isokor, Tidak terjadi tanda peningkatan
intrakranial.

Intervensi:

a. Idntifikasi penyebab peningkatan TIK


b. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
c. Monitor MAP
d. Monitor status pernafasan
e. Monitor intake dan output cairan
f. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
g. Berikan posisi head up
h. Pertahankan suhu tubuh normal
i. Kolaborasi pemberian sedasi

2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)


Tujuan: pasien akan meningkatkan mobilitas fisik selama dalam
perawatan
Intervensi
a. Latihan ambulasi,
b. Terapi latihan keseimbangan,
c. Terapi latihan mobilitas sendi,
d. Aktivitas monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan,
e. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan,
f. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera,
g. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi,
h. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi,
i. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Lifes secara
mandiri sesuai kemampuan,
j. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan Activity Daily Lifes pasien
k. Berikan alat bantu jika klien memerlukan,
l. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

3. Gangguan komunikasi verbal (D.0119)


Tujuanya yaitu klien akan meningkatkan komunikasi verbal yang baik
selama dalam perawatan.
Intervensi:
a. Aktivitas gunakan penerjemah , jika diperlukan,
b. Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan,
c. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi bicara,
d. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan,
e. Dengarkan dengan penuh perhatian, berdiri didepan pasien ketika
berbicara, gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar,
daftar kosakata bahasa asing, computer, dan lainlain untuk
memfasilitasi komunikasi dua arah yang optimal,
f. Ajarkan bicara dari esophagus, jika diperlukan,
g. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan alat
bantu bicara (misalnya, prostesi trakeoesofagus dan laring buatan,
berikan pujian positive jika diperlukan,
h. Anjurkan pada pertemuan kelompok,
i. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi stimulus
komunikasi,
j. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan
informasi (bahasa isyarat).

4. Defisit nutrisi (D.0019)


Dengan tujuanya pasien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat
selama dalam perawatan.
Intervensi
a. Aktivitas kaji adanya alergi makanan,
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien,
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe,
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, berikan
substansi gula,
e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi,
f. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi),
g. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian,
h. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
i. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan)
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Tujuannya pasien akan meningkatkan perawatan diri selama dalam
perawatan.
Intervensi:
a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri,
b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan,
c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self-care,
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki,
e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya,
f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya,
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan, pertimbangkan
usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

4. Implementasi

Menurut(Taufan N, 2011) Implementasi keperawatan yang diberikan pada


pasien dengan penyakit Stroke Hemoragic diantaranya menstabilkan
tanda-tanda vital, mempertahankan saluran napas, kendalikan tekanan
darah sesuai dengan keadaan masing-masing individu, termasuk usaha
untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi, deteksi dan memperbaiki
aritmia jantung, merawat kandung kemih, penderita harus dibalik setiap
jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam, dalam beberapa hari dianjurkan
untuk dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali perhari

5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan atau kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Evaluasi pada asuhan keperawatan dilakukan secara
sumatif dan formatif.

Daftar Pustaka

Andra W & Yessie P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika

Arif M. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aescuapalius

Mahar M. & Priguna S (2013). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Pokja SDKI. 2020. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan


Pusat PPNI

Pokja SIKI. 2020. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan


Pusat PPNI

Sylvia P & Lorraine W. (2012). Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses


penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Taufan N. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Bedah, dan Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika
T.H.Herdman (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2015-
2017. Edisi10.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai