Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

GAMBARAN GAYA HIDUP MASYARAKAT TENTANG HIPERTENSI DI


PUSKESMAS JONGAYA

STEPANUS METE

2118022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022
GAMBARAN GAYA HIDUP MASYARAKAT TENTANG HIPERTENSI DI
PUSKESMAS JONGAYA

PROPOSAL

Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk


Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STEPANUS METE

2118022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Gambaran Gaya Hidup Masyarakat Tentang Hipertensi Di Puskesmas


Jongaya

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Sitti Masita, S.Kep.Ns.M.Kes Vivi Andriana, S.Kep.Ns.M.Kes

NIDN : NIDN :

Makassar,
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Stepanus Mete

Nim : 2118022

Program studi : Sarjana Keperawatan

Judul Skripsi : Gambaran Gaya Hidup Masyarakat Tentang


Hipertensi Di Puskesmas Jongaya

Dengan penuh kesadaran, penulis menyatakan bahwa proposal ini


“Benar” adalah hasil karya penulis sendiri. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa ini merupakan duplikat, tiruan atau plagiat yang dibuat oleh orang
lain baik sebagiannya ataupun seluruhnya, maka proposal dan gelar yang
peroleh karenannya “Batal” demi hukum.

Makassar,

Yang Membuat Pernyataan

STEPANUS METE
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya bagi-Nya Tuhan Yang Agung Yesus Kristus,
karena atas segala berkat, rahmat dan karunia, kasih dan sayang serta
penyertaan dan petunjuk dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan baik.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi yang sangat
berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhebat kedua Orang tua Tercinta Ayahanda
Alm. Petrus Pati Roki dan Ibunda Maria Bura Kaka yang dengan penuh
Pengorbanan, kasih sayang, mendoakan dan memberi dukungan moril,
materi serta semangat bagi penulis sejak kanak-kanak sampai sekarang
dan menyelesaikan penulisan proposal ini dengan baik.
Dalam Penulisan ini pula, penulis telah memperoleh banyak
dukungan dan bantuan moril maupun materi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dengan penuh ketulusan dan
kerendahan hati penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., M.Si, selaku Ketua
Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Gema Insan Akademik
Makassar.
2. Bapak Rasdin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar yang
menyediakan ruang dan kesempatan kepada penulis untuk
menggapai ilmu.
3. Ibu Sitti Masita, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Pembimbing I yang
telah berbaik hati meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan
semangat dari awal hingga selesainya proposal ini.
4. Ibu Vivi Andriana, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku pembimbing ll yang
telah membimbing dan memberi masukan dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian dan studi
penulisan.
5. Kepala Puskesmas Jongaya kota Makassar beserta stafnya yang
telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam
memperoleh informasi yang diperlukan selama penyusunan
proposal ini.
6. Teman-teman mahasiswa angkatan 2018, yang telah banyak
membantu dan memberi dorongan dan motivasi selama penulisan
proposal kepada responden di wilayah kerja Puskesmas Jongaya
kota Makassar saya ucapkan terima kasih karena telah melungkan
waktu dan membantu dalam penelitian ini.
Proposal penelitian ini merupakan tugas yang harus
diselesaikan penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana, penulis tetap berharap semoga keberadaan proposal ini
dapat bermanfaan bagi siapapun.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini, masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu segala koreksi dan saran sangat
Penulis butuhkan demi penyempurnaan dari proposal ini. Akhirnya,
Penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar,

Penulis

Stepanus Mete
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi di sebut sebagai de silent kiler karena sering tidak
menunjukan tanda dan gejala. Gejala biasanya timbul setelah 20 tahun
terdiagnosis hipertensi dan baru diketahui apabila sudah terjadi
kompikasi pada organ tubuh seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Hal
tersebut menyebabkan pengobatan hipertensi terlambaat dan dapat
mengurangi angka harapan hidup karena kelemahan fungsi organ-
organ terssebut dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
Hipertensi juga dapat menambah beban ekonomi daan mengurangi
kesejahteraaan baik di tingkat rumah tangga hingga nasional
(Oktaviriani Et Al; 2020).

Seseorang akan lebih rentan mengalami hipertensi apabila


terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit hipertensi. Selain
itu, seseorang berusia diatas 65 tahun dan mempunyai penyakit
bawaan seperti diabetes dan gangguan ginjal juga berisiko lebih tinggi
mengalami hipertensi. Faktor risiko hipertensi yang bisa kita kontrol
dapat hadir dari pola makan yang tidak sehat, gaya hidup sederhana,
komsumsi rokok dan alkohol serta obesitas (WHO, 2019).

Kriteria klinis untuk mendefinisikan hipertensi umumnya di


dasarkan pada rata-rata minimal 2 pengukuran tekanan darah selama
kunjungan rawat jalan. Tekanan darah di bedakan menjadi tekanan
darah normal, prehipertensi, hipertensi (derajat 1,2 dan 3), dan
hipertensi sistolik yang sering terjadi pada usia tua (Jameson Et-Al,
2021).
Sebanyak 80-95% dari pasien hipertensi didiagnosis memiliki
hipertensi primer, atau esensial. Pada 5 -20% pasien hipertensi,
gangguan mendasar yang menyebabkan peningkatan tekanan darah
dapat di identifikasi. Pada individu dengan hipertensi sekunder,
mekanisme spesifik untuk peningkatan tekanan darah sering lebih jelas
(Jameson Et Al, 2021).

Data di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%


mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meninggkat
menjadi 29,2% di tahun 2021. Di perkirakan setiap tahun ada 9,4 juta
orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (WHO 2018).

Kasus hipertensi global diestimasi sebesar 22% dari total


populasi dunia. Sekitar 2/3 dari penderita hipertensi berasal dari Negara
ekonomi menengah kebawah (kemenkes, 2019). Pada tahun 2015
diperkirakan bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan menderita
hipertensi (WHO, 2019).

WHO menyebutkan Negara ekonomi berkembang memiliki


penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan Negara maju hanya 35%,
kawasan afrika memengang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan amerika sebesar 35% dan asia tenggara 36%.
Kawasan asia penyakit ini membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan 1 dari 3 orang menderita hipertensi (Praeni, 2019).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 sebesar


34,1% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan
riwayat minum obat hanya sebesar 8,8%. Angka prevalensi tertinggi di
Indonesia ditemukan di Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa
Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%) dan Jawa Tenggah
(37,57%). (Riskesdas, 2018; Praeni, 2019).

Pada tahun 2020 di Asia Tenggara, prevalensi hipertensi adalah


24,7% dengan angka berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-
laki yaitu 25,3% dan pada perempuan 24,2%.
Menurut riset kesehatan data tahun 2018 prevalensi hipertensi
pada penduduk usia 18 tahun di propinsi Sulawesi Selatan menduduki
peringkat 13 dari 34 Provinsi di Indonesia dengan persentase 31,68%.

Komplikasi yang berhubungan dengan hipertensi misalnya


penyakit jantung coroner, stroke, gagal ginjal, gangguan jantung serta
dapat menyebabkan retinopati (Bianti, 2018). Komplikasi hipertensi
menyebabkan 9,4 juta kematian diseluruh dunia setiap tahun. Kematian
akibat penyakit jantung sebanyak 45% dan kemaatian akibat stroke
sebanyak 51%. Hipertensi dapat menyebabkan banyak orang
terjadinya komplikasi seperti infark miokrad (MI), penyakit gagal ginjal
kronis, penyakit serebrovaskular, retinopati, dan gagal jantung serta ini
berpengaruh dalam system metabolic (JNC 8, 2020).

Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 23 Mei 2022, jumlah


hipertensi pada bulan Januari – Desember tahun 2020 sebanyak 1.422
orang dan pada tahun 2021 mulai dari bulan Januari - Desember
sebanyak 2.593 orang di Puskesmas Jongaya.

Gaya hidup yang tidak sehat berdampak besar pada hipertensi.


Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi,
diantaranya konsumsi makanan, kurang aktifitas fisik, olahraga tidak
teratur, tidak mampu mengontrol stress dan merokok (Meylen dkk,
2019). Penderita hipertensi sekitar 90% tergolong dalam hipertensi
essensial atau primer yang penyebabnya tidak diketahui, sedangkan
sisanya adalah hipertensi sekunder dengan penyebab yang sudah jelas
seperti kelainan pembuluh darah, penyakit tiroid dan lainnya
(Situmorang 2019).

Berdasarkan uraian diatas, dalam mengatasi permasalahan


hipertensi diperlukan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit
hipertensi. Sebagai calon tenaga medis, harus memiliki pengetahuan
tentang penyakit hipertensi, sehingga mampu dalam melakukan
edukasi, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan yang tepat pada
penyakit hipertensi. Jika pencegahan yang dilakukan belum maksimal,
maka harus bisa mendiagnosis penyakit hipertensi dan memberikan
pentalaksanaan yang tepat.Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul Gambaran Gaya Hidup Masyarakat
Tentang Hipertensi Di Puskesmas Jongaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Gambaran Gaya
Hidup Masyarakat Tentang Hipertensi Di Puskesmas Jongaya”.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Gaya Hidup Masyarakat Tentang
Hipertensi Di Puskesmas Jongaya.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Gambaran Gaya
Hidup Masyarakat Tentang Hipertensi Di Puskesmas Jongaya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan dapat mengetahui gambaran gaya hidup masyarakat
tentang hipertensi di puskesmas jongaya dan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan tindakan lebih lanjut.
b. Bagi pendidikan
Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk
lebih memantapkan dan memberi informasi adanya gambaran
harapan hidup pada pasien hipertensi.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
sebagai pengalaman nyata bagi penulis dalam melakukan
penelitian, dan sebagai pengembangan serta penerapan ilmu
yang telah didapatkan selama di bangku kuliah.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya memperkaya pengetahuan
keluarga terhadap pemberian diet pada pasien hipertensi serta
menggunakan desain penelitian yang mengatasi hipertensi
sehingga dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum Tentang Hipertensi


1. Definis Hipertensi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal
yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg (Ferri, 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut American Heart Association, dan Joint National
Comitte VIII (AHA & JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <180
Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
Hiperetnsi krisis > 180 > 110
Sumber : (Bope & Kellerman, 2017)

Berikut kategori tekanan darah menurut (Depkes, 2016), yaitu:


Tabel 2.2 kategori tekanan darah
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 mmHg 80-89 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140 - 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi derajat 3 > 180 mmHg > 110 mmHg
Sumber : (Depkes, 2016)

3. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan (Asikin et al, 2016) yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang
penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi jenis ini biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui secara pasti, misalnya gangguan
pembuluh darah dan penyakit ginjal.

4. Faktor Risiko Hipertensi


Menurut (Fauzi, 2014) jika saat ini seseorang sedang
perawatan penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan darah
seseorang tersebut dalam keadaan normal, hal itu tidak menutup
kemungkinan tetap memiliki risiko besar mengalami hipertensi
kembali. Lakukan terus kontrol dengan dokter dan menjaga kesehatan
agar tekanan darah tetap dalam keadaan terkontrol. Hipertensi
memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :

a. Tidak dapat diubah :


1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga
pada orangtua atau saudara memiliki tekanan darah tinggi
maka dugaan hipertensi menjadi lebih besar. Statistik
menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi
pada kembar identik dibandingkan kembar tidak identik. Selain
itu pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen
yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia
semakin besar pula resiko untuk menderita tekanan darah
tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan regulasi hormon yang
berbeda.
3) Jenis kelamin, pria dan wanita memiliki kemungkinan yang
sama untuk mengalami hipertensi selama kehidapnya namun,
pria lebih beresiko mengalami hipertensi di bandingkan dengan
wanita saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya saat usia 65
tahun keatas, perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi
dibandingkan pria. Kondisi ini mempengaruhi oleh hormone
wanita yang memasuki masa menopause, lebih beresiko untuk
mengalami obesitas yang akan meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi (Prasetyanigrum, 2014)
4) Ras, orang kulit hitam lebih banyak dari pada kulit putih,
sementara itu ditemukan variasi antara suku di Indonesia,
terendah di Balliem Jaya, Papua (0,6%). Hipertensi juga
prevalen di kalangan suku Minangkabau / padang Sumatra
Barat (Bustan, 2015).
b. Dapat diubah :
1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat
menyebabkan tubuh menahan cairan yang meningkatkan
tekanan darah.
2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah, sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya
akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.
3) Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan
darah. Setiap cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein,
yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
4) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh
darah. Ini akan menyebabkan tekanan darah meningkat.
5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan
ideal, memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi.
6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat. Olahraga teratur
dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak
dianjurkan olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas,
yang cenderung meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka tekanan
darah akan kembali normal.
8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang
pelepasan katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat
mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian
meningkatkan tekanan darah.
Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi
anak-anak juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa
anak, hipertensi disebabkan oleh masalah pada jantung dan
hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan gaya
hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya
olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi,
2014).

5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total
resistensi / tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output).
Hasil Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke
volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan
hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal
berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer.
Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut
yang ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011) & (Ardiansyah,
2012)
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,
teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011).
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang
abnormal dan berasal dalam pusat Vasomotor, dapat
mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal
atau hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin
II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume
darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada
pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan
meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap
ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan
beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung
bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung
yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri
koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat
aliran darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul
angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal
ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi
adalah normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan
perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut.
Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering
dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh
darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi
hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan
hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi
lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan
adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).
6. Manifestasi Klinis Hipertensi
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak
memiliki tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk
diamati seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit
kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal,
cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat
di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar
darah di hidung) (Fauzi, 2014) & (Ignatavicius, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,
diantaranya adalah (Smeltzer, 2013) :
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas
lain selain tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)
(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita
hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah
yang terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan
angina atau infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal
jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan
BUN, serta kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik
transien [TIA] [yaitu per ubahan yang terjadi pada penglihatan atau
kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau
hemiplegia transien atau permanen]).
7. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain
sebagai berikut (Irwan, 2016) :
a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia
vaskuler, ensefalopati.
b. Mata : retinopati hipertensif.
c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik
sistolik maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart
failure).
d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
e. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

8. Pencegahan Hipertensi
Menurut (Riyadi, 2011) pencegahan hipertensi terbagi atas dua
bagian, yaitu :
a. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas
rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras
(negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan
sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi
rendah garam.
4) Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah
diketahui menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang
bisa dilakukan berupa:
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal atau stabil mungkin.
3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.
4) Batasi aktivitas.

9. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut (Junaedi, Sufrida, 2013) dalam penatalaksanaan
hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai
berikut :
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan
tanpa obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara
ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan
dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1) Pembatasan asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3) Olahraga secara teratur
4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5) Mengurangi / tidak merokok
6) Menghindari stres
7) Menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat
menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering
digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-obatan golongan
diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi
enzim angiotensi.
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang
pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik
akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah
dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa
oleh jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh
darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah.
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai obat hipertensi sebai berikut :
1) Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna
tegak dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman
seledri memiliki bau yang khas, identik dengan sayur sub.
Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki ruas, dan
tidak berambut. Bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai
payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan
berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang
berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya
digunakan sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas
air
b) Cara membuat dan aturan pemakai :potong seledri
secara kasar, rebus seledri hingga mendidih dan tinggal
setengahnya, minum air rebusannya sehari dua kali
setelah makan.
B. Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup
1. Pengertian gaya hidup

Gaya hidup sebenarnya adalah pola atau kebiasaan yang


digunakan pada setiap harinya yang meliputi sebab pokok untuk
mempengaruhi kehidupan dapat diekspresikan dalam bentuk
aktivitas, minat serta bakat sesuai pendapat pribadi dan dapat
dipengaruhi oleh keluarga, kondisi sosial ekonomi serta kondisi
lingkungan (Listyorini, 2021 & Aminuddin et al., 2019). Beradaptasi
secara aktif individu terhadap kondisi sosial yang mendalam untuk
memenuhi kebutuhan ikatan dan kontak sosial dengan orang lain.

2. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Hasnidar, 2020)


Gaya hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti faktor internal dan eksternal:
a. Faktor internal ini faktor yang berhubungan dengan diri sendiri
seperti pola tumbuh kembang sejak kehamilan, bayi, balita,
anak, remaja hingga dewasa dan terakhir lanjut usia. Pola postur
tubuh atau perilaku seperti pola makan, pola kerja, pola istirahat,
pola pikir, olahraga, dan sikap spiritual.
b. Faktor eksternal merupakan kebiasaan yang tidak dilakukan atas
kemauan pribadi, seperti kehidupan, tempat tinggal, interaksi
sosial, tempat sosial serta hiburan. Hal tersebut merupakan
faktor-faktor yang berkontribusi dan mempengaruhi kesehatan.
3. Penyebab GayaaHidup tidakssehat pada Kejadian Hipertensi
a. Gayanhidup yang kurang sehattberdampak besar
padanhipertensi. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi, diantaranya komsumsi makanan, kurang
aktifitas fisik, olahraga tidak teratur, tidak mampu mengontrol
stress dan merokok (Meylen dkk, 2019).
b. Menurut (Aminuddin et al., 2019) Gaya hidup yang berpengaruh
pada kejadian hipertensi antara lain :
a) Konsumsi garam (Natrium)
Garam merupakan benda padat berwarna putih yang
berbentuk seperti Kristal yang berupa kumpulan senyawa
dengan bagian terbesar Natrium Chlorida ( ) serta
senyawa lainnya antara lain Magnesium Chlorida,
Magnesium Sulfat, Calsium Clorida (Herman, 2020).
Menurut (Purwono et al., 2020) garam adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi pada awal terjadinya darah
tinggi memakan garam berlebih sehingga dapat
mendatangkan konsentrasi natriumndidalam
cairannekstraseluler melonjak, maka supaya menormalkan
cairannintraseluer diulur keluar, agar velume
cairannekstraseluler melonjak. Melonjaknya ruang cairan
ekstraseluer menimbulkan volumeemeningkat darah
selanjutnya menyebabkan terjadinya darah tinggi.
Natrium adalah salah satu unsur yang biasa
dikonsumsi dalam bentuk garam meja. Saat pilihan natrum
seseorang melonjak lalu ginjal selanjutnya memberi tanda
sehingga ekskresingaram dalam urin bisa juga melonjak.
Tapi ketika usaha untuk mengeluarkan melampaui batas
untuk fungsinginjal, lalu ginjal dapat meretensi
oksigennsehingga volumemintravascular melonjak. Natrium
bekerja agar menjaga balance kiamiawi badan,
mengaturnvolume cairannjuga memproses membrannsel
agar lentur juga kuat. selanjutnya natriumiberperan utama
pada transmisi implusssaraf juga mengupayakan kontraksi di
jaringannotot di dalamnya otot padaajantung (Zainuddin et
al., 2021). Setelah natrium dikonsumsi, natrium itulah yang
menggabungkan air supaya air terserap pada intravascular
yang dapat mengakibatkan peningkatan volumeidarah. Jika
volumeedarah melonjak sebabnya dapat menimbulkan
tekanan darahhyang dapat melonjak. Ada juga, natrium ialah
bagian zat terlaruttdalam darah. Melalui konsumsi natrium,
konsentrasiczat terlarut dapat melonjak maka penyerapan
aircmasuk lalu setelahnya dapat mengakibatkan hipertensi
(Abdurrachim et al., 2017). Mengonsumsi natrium adalah
satu hal asupan nutrisi yang berpengaruh pada tekanan
darah dan pravelensi hipertensi. Asupan natrium yang
berlebihan akan mempengaruhi tekanan darah (Bertalina;
AN, 2021).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang
resikonya linier seiring bertambahnya umur. Tekanan pada
dinding arteri meningkat menjadi nilai yang sangat tinggi
dapat menyebabkan banyak perubahan pada komplikasi
kardiovaskular. konsumsi makanan natrium tinggi akan
mempengaruhi peningkatan pengaruh tekanan darah pada
tubuh seseorang tentang terjadinya kejadian tekanan darah
tinggi (Saharuddin et al., 2019).
Proses timbulnya darah tingg karena kelebihan natrium ialah
upaya balance natrium pada darah yang disebabkan dengan
ginjal. Kandunga natrium pada naik didalam badan mampu
menganggu fungsi ginjal. cNatrium harus dikeluarkancdari
tubuh melewati ginjal, tetapi sebab natrium menggabungkan
beberapa air, lalu semakin naik natrium mempengaruhi
volume darahnmeningkat. Semakin besar volumendarah,
sekaligus menjaga lebarnpembuluh darah, aliran menjadi
deras yang artinya tekanan darah naik dan asupan natrium
yang tinggi meningkatkan risiko hipertensi (Bertalina, 20121).
WHO (World Health Organization) mengemukakan
bahwa dianjurkan untuk membatasi konsumsi sodium 2.400
mg atau sekitar 1 sendok garam perharinya (Kemenkes,
2021). Menurut penelitian (Ramadhini & Suryati, 2020)
seseorang yang mengonsumsi 3 gramaatau kurang
diperoleh tekananadarah orang tersebut rata-rataarendah,
tetapi jika saat seseorang tersebut mengonsumsi
garamasekitar 7-8 gramatekanan darah rata-rataalebih
tinggi. aKonsumsi garam disarankan tidak melebihi 6 gram/
hari sepadan atas 110 mmolanatrium atau 2400mg/ hari.
Nyaris tida ada penderita hipertensi diperoleh di grup
denganasupan garamayang sedikit. Konsumsianatrium
kurang dengan 3 gram perhari pravelensi masihhrendah,
tetapi apabila asupan natrium melonjak di 5-15
gramaperhari, kejadian hipertensi mampu terus melonjak
hingga 15-20%.

b) Konsumsi Lemak
Lipid atau sering disebut dengan lemak adalah komposisi
struktur melalui segala sel manusia dimana diperlukan untuk
ratusanibahkan ribuan manfaat fisiologis anggota badan
manusia. Lemakiterdiri dari trigkiserida, fosfolipididan sterol
dimana masing-masing memiliki efek tertentu pada keadaan
sehatimanusia. Jika kandungan lemakimemenuhi kebutuhan
asupan lemak dapat digunakan sebagai sumber pembangun,
namun bila asupan lemak melebihi asupan lemak yang
dibutuhkan maka asupan lemak akan menjadi masalah .
konsumsi bersumber makanan berlemak tinggi termasuk
lemak jenuh membuat kolesterol menjadi lipoprotein densitas
rendah (LDL) meningkat yang semakin lama akan
menumpuk di tubuh dari waktu ke waktu serta dapat
membuat plak pada pembuluhidarah. Plak itulah yang
menghambat pembuluhmdarah dan dapat menyebabkan
tekananidarah naik. Asamilemak jenuh adalah lemak
dimana tidak mampu menggabungkan hidrogennlagi,
contohnya asamipalmitat, juga asam stearate yangididapati
banyak lemakihewani, keju, imentega, minyak jugaicokelat
(Hardiansyah, 2021).
c) Kebiasaan Merokok
Merokok merupakan suatu kebiasaan menghisap sebuah
rokok yang dapat dilakukan dikehidupan sehari-hari bahkan
suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari bagi orang yang
mengalami kecandungan dengan rokok (Setiyanto, 2013).
Merokok adalah salah satu faktor terjadinya peningkatan
tekanan darah (Susi & Ariwibowo, 2019). Nikotin yang
terkandung didalam rokok dapat menimbulkan
ketergantungan atau sering dikenal nicotine dependence.
Selain itu, nikotin ini dapat menyebabkan iribilitas
miokardinal. Hormon dalam darah menyebabkan
pembuluh darah menyempit, sehingga menyebabkan
tekanan darah naik (Sutriyawan & Anyelir, 2019).
Menurut (Sari et al., 2019) perokok dibagi 2 antara
lain perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah
orang yang merokok sedangkan perokok pasif adalah orang
yang tidak merokok namun terpapar asap rokok. Merokok
menyebabkan vasokonstriksi vena perifer juga
pembuluhidarah pada ginjal menandai dapat meningkatkan
tekanan darah. iMerokok tiap perhari meningkatkan
tekananidarah sistolik dari 10 menjadi 25 mmHg serta
meningkatnya detak jantung dari 5 menjadi 20 kali permenit
(Susi & Ariwibowo, 2019). merokok berpengaruh pada
pravelensi hipertensi. Bahan kimia berbahaya meliputi
nikotinidan karbon monoksida dihirup melewati rokok
yangimasuk ke aliranidarah bisa merusakkan
lapisannendotel pembuluhmdarah arteri yang dapat
menyebabkan timbulnya aterosklerosisiserta tekananndarah
tinggi. Dalam pembelajaran autopsinmembuktikan terdapat
hubungan karib di sela – sela seringnya merokok terhadap
adanyanaterosklerosis di seluruh pembuluhidarah. Penderita
hipertensi yang merokokiakan semakin meningkatnya resiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri (Rahmayanti, 2019).
d) Konsumsi Kopi
Indonesia adalah salahnsatu penghasil kopiiterbesar
diidunia, namun memilikiinilai konsumsiikopi per kapitaimasih
relatif rendah yaitu sekita 70.0000 ton/tahuniatau 0,5
kg/individu/tahun. iKopi seringidikaitkanndengan banyak
faktornresiko penyakitnjantung koroneriseperti hipertensi dan
kolesterol darah yang disebabkan oleh kandungan kopi
antara lain kalium,ipolifenol sertaikafein. Kafeinidapat
meningkatkaitekanan darah sedangkanikalium dan
polifenolimemiliki sifatimenurunkan tekananndarah (Bistara &
Kartini, 2020). Menurut (Firmansyah & Rustam, 2021)
mengemukakan bahwa peningkatan tekananidarah untuk
penderitanhipertensi dengan mengonsumsi kopi didukung
oleh salah satu zatiterkandung dalam kopi yaitu kafein,
kafein yang mengandung zat adiktif. Zat tersebut akan
berbahaya bagi penderita hipertensi. Kafein bekerja di dalam
tubuh melalui mengambil alih resetor adenosine dalam sel
saraf yang memacu produksi hormon adrenalin dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kafein tidak akan
memperlambat aktifitas sel saraf/otak. Sebaliknya,
memblokir aksi adenosine untuk melakukan tugasnya.
Hasilnya adalah peningkatan aktivitas otak dan
menyebabkan hormone adrenalin atau epineprin terlepas.
Hormon ini akan meningkatkan kecepannya jantung serta
meningkatkan tekanan darah.
e) Kurang Beraktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kesehatan seseorang. Hambatan untuk
melakukan aktivitas fisik yang rendah meliputi pengetahuan,
motivasi dan ketersediaan sumber daya (Rosidin et al.,
2019). Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang
dapat dihasilkan dari otot rangka yang membutuhkan
pengeluaran energi. Sedangkan latihan (exercise) adalah
subkategori dari aktivitas fisik. Exercise merupakan suatu
aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang, dan
bertujuan untuk meningkatkan serta memelihara kebugaran
tubuh (Dasso, 2019). Iswahyuni (2021) mengungkapkan
semakin aktif aktivitas fisik seseorang maka semakin normal
tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi, sebaliknya jika semakin kurang aktif aktivitas
fisiknya maka semakin tinggi tekanan darah baik tekanan
darah sistolik maupun diastolik. Aktivitas fisik berpengaruh
besar terhadap kestabilan tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif berolahraga biasanya memiliki detak jantungiyang
relative tinggi. Haliini dapat membuat ototijantung memompa
lebihikeras dengan setiapikontraksi. Semakin keras upaya
otot jantung untuk memompa darahisemakin tinggi
tekananidarahnya pada dinding arteri maka terjadi resistensi
perifer dimana menimbulkan tekananndarah meningkat.
Aktivitas merupakan suatu gerakan atau tingkah laku
seseorang bahkan semua proses mental atau fisiologis.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat terhindar
dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,
hipertensi, kencing manis, berat badan normal, otot lebih
lentur, tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi ideal dan
proposional, lebih percaya diri, lebih bertenaga, bugar serta
keseluruhan tubuh sehat menjadi lebih baik (Gusnilawati,
2020).
f) Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus fungsi hidroskil dan seing dikonsumsi dalam bentuk
minuman oleh sebagian orang (Tritama, 2020). Menurut
(Putra, 2020) alkohol secara kimiawi adalah zat hasil dari
fermentasi serta memiliki jalan metabolism tersendiri di
dalam tubuh. Alkohol ini sendiri dapat mempengaruhi
beberapa sistem organ bahkan organ dalam tubuh manusia.
Sistem organ serta organ dalam tubuh yang dapat
dipengaruhi oleh alkohol adalah hati, sistem saraf pusat,
sistem kardiovaskular, sistem kekebalan tubuh, sistem
darah, sistem hormonal, sistem pencernaan, pankreas, ginjal
serta keseimbangan elektrolit tubuh. Selain itu, alkohol juga
dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi, perkembangan
janin seta mempengaruhi risiko terjadinya kanker. Alkohol
menyebabkan penumpukkan lemak di dalam hati sehingga
dapat menyebabkan gangguan aliran darah hati. Gangguan
aliran darah ini dapat menyebabkan adanya tahanan yang
menyebabkan hipertensi vena porta. Selain itu proses
penumpukkan lemak di dalam hati dapat mengganggu
distribusi lemak tubuh seseorang secara keseluruha
sehingga dapat memudahkan terjadinya plak yang dapat
menganggu elastisitas pembuluh darah (Saputra et al.,
2020). Komsumsi alkoholilebih dari 2 gelas/hari padaipria
atau 1igelas/hariipada wanitaimenyebabkan tekanan
darahimeningkat maka dengannmembatasi atau
mengehentikan pemakaian alkohol dapat menolong pada
turunnya tekananidarah (PERKI, 2020).
g) Stresi
Stres adalah reaksiiatau respon tubuhimanusia
terhadapistressor psikososial. Stres ini juga sebagai arti
merupakan suatu reaksi tubuh manusia yang dipaksa
sehingga menganggu homeostasis fisiologi normal
(Subramaniam, 2019). Stres timbul disebabkan ada tekanan
dariilingkungan terhadapiseseorang yang
merangsangireaksiitubuh serta mentak seseorang. Stres
jugaidapat menyebabkanipeningkatan tekananidarah bagi
penderitaihipertensi. Adapun reaksiitubuh karena
stressiseperti sesak napas, ijantung berdebar sertaikeringat
dingin. iStres datang tidakimengenal usia, istres sendiri
terbagi 3 bagian antara lain stresiringan, stresisedang dan
stresiberat (Ramdani et al., 2021). Peningkatan tekanan
darah lebih tinggi terjadi pada orang yang rentan stress
emosional yang tinggi. Stres atau ketegangan mental dapat
merangsang kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormon
adrenalin dan merangsang jantung berdenyut lebih cepat
dan lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Jika
stres bertahan lebih lama, tubuh akan mencoba lakukan
penyesuaian sehingga muncul kelainan organ atau
perubahan patologis (Bertalina; AN, 2021). Menurut (Ihsan
Kurniawan, 2019) stres bisa memicuihormon adrenaliniuntuk
lebih memompaijantung dengan cepatmyang menyebabkan
tekananndarah melonjak. Wanita umumnya dapat mudah
menderita stres dibandingkan pria. iSecara fisiologis, iotak
wanita lebihikecil dibandingkanipria. Tetapi saja, otakiwanita
bekerjai7-8 kaliilebih sulit daripada priaisaat mereka memiliki
masalah. iSelain itu, wanitaiselalu membuatisuatu
masalahimenjadi kompleks, ikarena adanya jembatanipada
otak kananiserta otakikiri yangibernama corpusicolasum
yangilebih tebal danilebih banyak 30% dari otakipria. Hal
inilahiyang membuat wanitailebih mudah stres karenaiwanita
lebihibanyak dan mudahiuntuk menggabungkan satu hak
dengan yang lain (Rahmadeni et al., 2019). Jika tingkat stres
itu sendiri semakin tinggi, maka resikonya hipertensi dan jika
stres penderita hipertensi tersebut tak kunjung sembuh
makan akan menyebabkan komplikasi lainnya (Yulistina et
al., 2021).
h) Pola Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tak sadar atau suatu proses
istirahat total apada manusia dalam mencakup mental serta
aktivitas fisiknya kecuali pada fungsi-fungsi organ tubuh
seperti paru-paru, jantung, hati, sirkulasi darah dan organ
dalam lainnya tetapi masih dapat dibangunka dengan cara
diberikan rangsangan sensorik ataupun rangsangan lainnya
(Guyton & Hall 2014; Reza et al., 2019). Tidur yang cukup
pada manusia sangat penting dikarenakan dapat
mengoptimasi kerja hormon pertumbuhan dalam proses
regenerasi sel dan dapat mengoptimasi kerja neurohumoral
secara menyeluruh dalam manajemen fisiologis serta
psikologis. Seseorang yang mempunyai durasi tidur yang
pendek dapat menyebabkan perubahan yang signifikan
dalam tubuhnya yang menyebabkan adanya gangguan
kesehatan (Reza et al., 2019). Tekanan darahidapat
menurun saat seseorangitersebut tidur padaikeadaan
normali (sekitar 10-20%) dibandingkaniseseorang
tersebutidalam kondisiisadar. Situasi tersebut dapat
ditautkan oleh adanya penurunaniaktivitas simpatisidalam
kondisi tidur.
Tidur yang burukiakan bertindak sebagaiistressor
pada tubuhidan mengaktifkan systemisimpatik,
akibatnyaisystemmrenninagiotensin-aldosteron
atauimekanisme hormpn yangnmengatur
keseimbanganntekanan darahndan cairan dalamntubuh
dirangsang,nsistesisikatekolamin sentraliatau
hormonehormoniyang di keluarkan olehikelenjar adrena
seperti hormone epinefrinidan norepinefrindapat
mendapatkan peningkataniyang menyebabkanipenyempitan
pembuluhidarah dan terjadinya peningkatanmdenyut jantung
sehingga terjadinya peningkatan tekanan darah (Keswara et
al., 2020).

A. KERANGKA TEORI

Faktor - faktor yang


mempengaruhi gaya hidup : gaya hidup dapat di
A. Faktor Internal ubah :
1. pola makan, 1. kebiasaan
2. pola kerja, merokok,
3. pola istirahat, 2. alkohol,
4. pola pikir 3. kurangnya
5. olahraga, aktivitas untuk
1. Gaya hidup baik :
6. sikap spiritual berolahraga
4. stress ≥ 61

B. Fakto r eksternal 5. kafein


2. Gaya hidup
1. kehidupan, 6. konsumsi garam
buruk : < 61
2. tempat tinggal, berlebihan
3. interaksi sosial, 7. pola tidur
4. tempat social 8. konsumsi lemak
5. hiburan berlebihan
(Hasnidar, 2020) .
gaya hidup tidak dapat
diubah :
1. genetik
(keturunan)
2. usia
3. gender
(Setyanda et al., 2015)
(Aminuddin et al.,
2019)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan diatas maka kerangka konsep untuk mengetahui
Gambaran gaya hidup masyarakat tentang hipertensi di Puskesmas
Jongaya.

Kebiasaan merokok

Gaya hidup Tingkat aktivitas fisik


masyarakat tentang
hipertensi Kebiasaan makan dan minum

Stress

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional Gambaran gaya hidup masyarakat tentang hipertensi
di Puskesmas Jongaya dapat di lihat di bawah ini:

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Kriteria objek Skala


ukur
1. Kebiasaan Kebiasaan subjek Ordinal
merokok menghisap rokok dan
sering terkena paparan
asap rokok dari
lingkungan rumah dan
tempat kerja
2. Aktivitas fisik Ordinal
Kebiasan olahraga yang
dilakukan oleh subjek
minimal seminggu 3 kali
dengan durasi yang ideal
minimal 30 menit dalam
sekali olahraga.

3. Kebiasaan Kebiasaan dalam Ordinal


makan dan mengonsumsi makanan dan
minum minuman yang meliputi jenis
makanan rata-rata setia hari
yang dikonsumsi terutama
makanan asin, berlemak
dan makanan instan serta
frekuensi konsumsi dalam
seminggu, kebiasaan
konsumsi kafein dan alkohol
serta frekuensi konsumsi
dalam sehari
4. Stres Pengukuran kecemasan Ordinal
melalui gejala-gejala yang
dialami seperti merasa
tegang, takut, marah,
pusing, sakit kepala serta
mengalami

C. RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif dengan

pendekatan crooss sectional yaitu: jenis penelitian yang menekankan

waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen

hanya satu kali pada suatu saat.


D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di puskesmas Jongaya Kota

Makassar.

2. Waktu penelitan

Penelitian ini di rencanakan pada bulan juli 2022.

E. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi

Populasi adalah seluruhan objek atau subjek yang memiliki kualitas

dan karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti

sebelumnya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita

hipertensi di puskesmas jongaya pada tahun 2022 sebanyak 1.422

orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang sesuai dengan kriteria

yang akan diteliti atau dipelajari. Dalam penelitian keperawatan

sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan kriteria esklusi sebagai

penentu dapat dan tidaknya sampel digunakan. Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian responden yang mempunyai penyakit

hipertensi dan tercatat dalam register laporan di Puskesmas Jongaya

pada tahun 2020.

3. Teknik sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling.

Total sampling adalah pengambilan sampel meliputi keseluruhan

populasi. Menurut Kartono, populasi yang berjumlah 10-100 orang

maka harus diambil 100%. Untuk menentukan minimal sampel jika

jumlah populasi diketahui yaitu menggunakan rumus Slovin, dengan

rumus:

n = N/ (1+N.e²)

=1.422/ (1+1.422.(0,05²))

=1.422/ (1+3,555)

=312,18 sampel

Keterangan:

N : jumlah populasi

n : jumlah sampel

e : batas toleransi kesalahan (eror tolerance) sebesar 5%

F. BESAR SAMPLING

Minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 312 sampel. Banyak

sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sejumlah 1.422 responden.

Kriteria sampel:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah subjek yang dapat menjadi sampel yang

memenuhi syarat sebagai sampel. Adapun kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

1. Responden yang berusia diatas 18 tahun


2. Semua responden yang menderita hipertensi tercatat pada

tahun 2020 yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas

Jongaya.

3. Pasien yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria esklusi

Kriteria esklusi merupakan subjek yang tidaak dapat menjadi

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel, contoh :

adanya hambatan, menolak menjadi responden atau suatu

keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

Kriteria esklusi pada penelitian ini adalah :

1. Responden yang mengalami hipertensi gravidarum

2. Responden yang mengalami gangguan jiwa

3. Responden yang memiliki penyakit penyerta seperti stroke, DM,

CHF dan gagal ginjal.

4. Responden yang menolak berpartisipasi dalam penelitian.

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati.

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

berupa alat untuk pengambilan data seperti kuesioner.

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

data demografi responden dan kuesioner tentang gaya hidup


penderita hipertensi yang telah dilakukan uji validitas oleh Budi

pada tahun 2014. Penggunaan kuesioner ini dikarenakan

sesuai dengan teori tentang gaya hidup penyebab hipertensi

seperti aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi kafein,

konsumsi alkohol, kebiasaan makan, dan stres.

Validitas adalah ketepatan penilaian yang digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Bruce,

validitas merupakan kapasitas sebuah tes, instrumen atau

pertanyaan untuk memberikan hasil yang benar.

Penelitian ini akan menggunakan kuesioner hipertensi

yang telah dilakukan uji validitas oleh Budi pada tahun 2014. Uji

validitas menggunakan rumus korelasi product moment.

Berdasarkan hasil uji contruct validity yang dilakukan pada 30

responden di Puskesmas Lamper Tengah, didapatkan hasil r

hitung (0,702 - 0,763) > r tabel (0,361), sehingga instrumen

dinyatakan valid.

Reliabilitas merupakan alat ukur yang digunakan

menunjukan nilai atau hasil yang sama atau konsisten

walaupun dilakukan pengukuran berulang atau beberapa kali

pengukuran pada subjek dan aspek yang sama, selama aspek

dalam subjek tersebut belum berubah. Uji reliabilitas instrumen

untuk pertanyaan yang valid diuji dengan rumus alpha

cronbach. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada 30 responden

yang telah dilakukan, didapatkan hasil r alpha (0,729) > 0,6


(konstanta), sehingga instrumen dinyatakan reliabel.

F. PENGUMPULAN DATA
1. Data primer

Data Yang diperoleh dari responden Penelitian dengan

Prosedur pengambilan data yaitu peneliti menjelaskan pada calon

responden tentang tujuan dari penelitian. Setelah calon responden

setuju, calon responden diminta untuk mengisi informed consent dan

peneliti memberikan instrumen penelitian kepada responden untuk

diisi dengan memberikan tanda cek list (√) sesuai pertanyaan yang

ada. Kemudian segera dikembalikan pada peneliti.

2. Data sekunder

Data Yang diperoleh dari puskesmas jongaya kota makassar

yang berhubungan dengan hipertensi dan penunjang lainnya yang

berkaitan dalam penelitian ini.

G. PENGOLOLAHAN DATA

Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data diolah

dengan menggunakan komputer melalui beberapa tahap yaitu:

1. Editing

Pada tahap ini hasil angket dikumpulkan melalui kuesioner kemudian

dilakukan editing. Pada tahap editing dilakukan dengan mengecek


kelengkapan dan kejelasan dari jawaban pertanyaan yang sudah

terisi semua.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, peneliti melakukan

pengkodeaan atau coding yaitu merubah data berbentuk kalimat

menjadi data angka atau bilangan. Di lakukan untuk memudahkan

pengolahan data yaitu dengan melakukan pengkodean pada lembar

kuensioner responden. Yang di lakukan dengan menandai masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian di masukkan

di dalam lembar tabel guna mempermudah membacanya.

3. Tabulasi

Peneliti membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase pada

pada masing-masing variabel.

H. TEKNIK ANALISA DATA

Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan

menggunakan metode uji statistik, yaitu :

a. Analisis univariat

Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga

menghasilkan distribusi dan presentase tiap variabel penelitian.

I. ETIKA PENELITIAN
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

penelitian.

1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden untuk minta

persetujuan menjadi responden dan dibagikan kepada responden

yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Anonymity (Kerahasiaan Identitas)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentislity (Kerahasiaan Informasi)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu sebagai hasil penelitian.

4. Justice (keadilan)

Peneliti menekankan prinsip keadilan yaitu dengan memperlakukan

responden dengan perlakuan yang sama baik sebelum, selama,

maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

5. Manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

supaya mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin

bagi subjek penelitian. Peneliti juga meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogjakarta: Diva


Press.

Asikin, Nuralamsyam and Susaldi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta: ERLANGGA.
Aminuddin, M., Inkasari, T., & Nopriyanto, D. (2019). Gambaran gaya
hidup pada penderita hipertensi di wilayah rt 17 kelurahan Baqa
Samarinda Seberang. In Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan.
Abdurrachim, R., Hariyawati, I., & Suryani, N. (2017). Hubungan Asupan
Natrium, Frekuensi Dan Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan
Darah Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Dan Bina
Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Gizi
Indonesia.
Amirudin R (23 Januari 2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Usia Produktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea
Jaya Makassar. Hasanuddin Journal Of Publick Health.1(2). 122-131

Al Et Jameson. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


Hipertensi. Repisitori.usu.ac.id.

Bope E T., Rick D. K. 2017 . Conn’s Current Therapy 2017. Philadelphia:


Elsevier Inc.
Bustan, N. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bertalina, B., & Muliani, M. (2021). Hubungan Pola Makan, Asupan
Makanan dan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Puskesmas
Rajabasa Indah Bandar
Bistara, D. N., & Kartini, Y. (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi
Kopi dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda.
Depkes Republik Indonesia. 2016. Hipertensi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dasso, N. A. (2019). How is exercise different from physical activity? A
concept analysis.
Erika Lubis, dkk. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan
Tekanan Darah Atau Hipertensi Pada Usia Produktif (20-59 Tahun)
Di Wilayah JABODETABEK. Skripsi. Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Binawan Jakarta.

Ferri’s Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc.


kemenkes [Kementerian Kesehatan] RI. 2014. Hipertensi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam
Urat, Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Firmansyah, M. R., & Rustam, R. (2017). Hubungan Merokok dan
Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Kesehatan.
Gusnilawati, G. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Kuantitas Tidur
Dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Media Kesehatan.
Herman, W. J. (2015). Pengaruh Garam Dapur (NaCl) Terhadap Kembang
Susut Tanah. Jurnal Momentum.
Hamsuddin. (2017). Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Dusun
Kamarang Desa Keang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju 2017.
Journal Of Health, Education And Literacy (J-Healt). 1(1). 44

Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing:


Concepts For Interprofessional Collaborative Care (9 th ed.). St.
Louis: Elsevier, Inc.
Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta:
Deepublish.
Iswahyuni, S. (2021). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Lansia.
Ihsan Kurniawan, S. (2019). Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo
I Kecamatan Medan Kota Journal of Health Science and
Physiotherapy.
Junaedi, Edi., Sufrida Y., dan Gusti, Mira R. 2013. Hipertensi Kandas
Berkat Herbal. Jakarta: FMeda (Imprint Argomedia Pustaka).
Kowalak, J. P. 2011. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Keswara, U. R., Ludiana, & Mutiara, S. (2020). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwosari Metro Utara Tahun 2020.
Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. (17 Mei 2019). Hipertensi
Penyakit Paling Diidap Masyarakat.
Listyorini, S. (2021). Analisis Faktor-Faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya
Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana. Jurnal Administrasi
Bisnis.
Lidia, Irma. (04 September 2021). Hipertensi Menurut WHO, Faktor Resiko
Dan Pencegahannya.
Musa Candrawati Ester. (September 2021). Status Gizi Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kinilow Tomohon. Journal Of
Public Health. 2(2). 60-65

Prasetyanigrum, Y. I. 2014. Hipertensi Bukan Untuk di Takuti. Jakarta:


FMedia.
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Wacana
Kesehatan.
Putra, A. (2020). Pengaruh Alkohol Terhadap Kesehatan. In Semnas
FMIPA UNDIKSHA.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ramadhini, D., & Suryati. (2020). Hubungan kebiasaan konsumsi
makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa
Labuhan Labo Kota Padangsidimpuan tahun 2020
Rahmayanti, S. T. (2019). Faktor faktor Resiko kejadian Hipertensi Primer
pada Usia 20-55 Tahun di Poloklinik Penyakit Dalam RSUD 45
Kuningan. Junal.Syntax-Idea.Co.Id.
Rosidin, U., Sumarni, N., & Suhendar, I. (2019). Penyuluhan tentang
Aktifitas Fisik dalam Peningkatan Status Kesehatan. Media Karya
Kesehatan.
Ramdani, H. T., Rilla, E. V., & Yuningsih, W. (2017a). Hubungan Tingkat
Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan ’Aisyiyah.
Rahmadeni, A. S., L. F., & N. H. (2019). Hubungan Stres Dengan Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Pancur Kota Batam Tahun
2018. Jurnal Sehat Mandiri.
Reza, R. R., Berawi, K., Karima, N., & Budiarto, A. (2019). Fungsi Tidur
dalam Manajemen Kesehatan. Medical Journal Of Lampung
University.
Keswara, U. R., Ludiana, & Mutiara, S. (2020). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwosari Metro Utara Tahun 2020.
Rilis Dan Kajian. (17 Mei 2021). Hari Hipertensi Sedunia 2021.

Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth : Alih Bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin : editor edisi
bahasa Indonesia, Eka Anisa Mardella. – Ed. 12. Jakarta: EGC.
Saharuddin, S., Amir, S., Said, M., & Rosmina, R. (2019). Hubungan pola
konsumsi natrium dan kalium dengan kejadian hipertensi di
puskesmas Paccerakkang Makassar. Berita Kedokteran Masyarakat.
Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2013). Hubungan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang.
Sutriyawan, A., & Anyelir, P. (2019). Hubungan Perilaku Merokok Dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Neglasari Kota Bandung. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 4(No. 3), Hal. 97-104.
Sari, R. K., Zulaikhah, S. T., & PH, L. (2019). Perbedaan Pengetahuan
Perokok Aktif Dan Perokok Pasif Tentang Bahaya Rokok. Jurnal
Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.
Susi, & Ariwibowo, D. D. (2019). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
Terhadap Kejadian Hipertensi Essensial Pada Laki-Laki Usia Di Atas
18 Tahun Di RW 06, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Kota Bekasi.
Saputra, W., Seriani, L., & Sudinda, K. (2020). Gambaran Riwayat
Merokok, Konsumsi Alkohol ,Danhipertensi Keluarga Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerjapuskesmas Manggis I Kabupaten
Karangasem Bali 2020.
Subramaniam, V. (2019). Hubungan Antara Stres Dan Tekanan Darah
Tinggi Pada Mahasiswa. Intisari Sains Medis.
Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
Sari Widya Sari. (2021). Pemeriksaan Kesehatan Dan Komunikasi,
Informasi Dan Edukasi Pada Masyarakat Di Galesong Utara,
Kabupaten Takalar. INDRA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
2(1) 27-29

Tritama, T. K. (2015). Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap


Kesehatan. Journal Majority.
Yulistina, f., deliana, s. M., & rustiana, e. R. (2021). Korelasi asupan
makanan, stres, dan aktivitas fisik dengan hipertensi pada usia
menopause. Unnes journal of public Health.
Zainuddin, A., Yunawati, I., Studi, P., & Masyarakat, K. (2021). Asupan
Natrium Dan Lemak Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Wilayah Poasia Kota Kendari. i, 581–588.

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Stepanus Mete
Nim : 2118022
Adalah salah satu mahasiwa Program Studi Sarjana Keperawatan
STIK GIA MAKASSAR yang sedang melakukan penelitian tentang
“GAMBARAN GAYA HIDUP MASYARAKAT TENTANG HIPERTENSI DI
PUSKESMAS JONGAYA”.
Identitas semua responden dan informasi yang diperoleh dalam
penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab
saya sebagai peneliti apabila informasi yang diberikan merugikan di
kemudian hari.
Bpk / Ibu / Saudara(i) dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
kapan saja tanpa paksaan apapun. Jika Bpk / Ibu / Saudara(i)
memutuskan diri dari penelitian ini, semua data yang diperoleh dalam
penelitian ini tidak akan disalahgunakan tanpa izin responden. Informasi
yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan bahan atau data yang
akan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan dan akan
dipublikasikan dalam bentuk skripsi. Atas kesediaan dan kerjasama Bpk /
Ibu / Saudara(i), saya ucapkan banyak terima kasih.

Makassar, .....................2022

(Stepanus Mete)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Usia :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang
“Gambaran Gaya Hidup Masyarakat Tentang Hipertensi Di Puskesmas
Jongaya” dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk
ikut serta berpartisipasi menjadi objek penelitian.

Makassar, ………….2022
Yang membuat pernyataan Peneliti

……………………………. Stepanus Mete

*) coret yang tidak perlu

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

JUDUL : “GAMBARAN GAYA HIDUP MASYARAKAT TENTANG


HIPERTENSI DI PUSKESMAS JONGAYA”
Petunjuk pengisian : pernyataan dapat dijawab dengan memilih salah
satu jawaban yang sesuai.

A. Kuesioner Kebiasaan Merokok


1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah di rumah anda ada yang mempunyai kebiasaan
merokok?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah di tempat umum/ tempat kerja ada sering terpapar
asap rokok?
a. Ya
b. Tidak

B. Kuesioner Tingkat Aktivitas Fisik


1. Apakah anda melakukan olaraga?
a. Rutin setiap hari
b. Tidak rutin
2. Berapa kali anda melakukan olaraga dalam seminggu?
a. ˂3 kali/minggu
b. ≥3kali/minggu

3. Berapa menit tiap kali anda berolaraga?


a. ˂30 menit setiap olaraga
b. ≥30 menit setiap olaraga
4. Apakah anda melakukan aktivitas berat dalam sehari?
(mengangkat/mendorong beban berat, mencangkul,
konstruksi bangunan dll)
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda melakukan aktivitas ringan dalam sehari?
Membawa beban ringan, menyapu, mengepel, memasak dll)
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda lebih sering duduk dan tidak berkeringat?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda sering berjaalan/bersepeda dari pada
menggunakan sepede motor dalam beraktivitas?
a. Ya
b. Tidak
C. Kuesioner Kebiasaan Makan dan Minum
1. Apakah anda mengkonsumsi makanan asin seperti ikan
asin, menambahkan garam untuk sehari-hari sebanyak lebih
dari 1 ½ sendok teh/hari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengkonsumsi makanan berlemak (gorengan,
jeroan, telur ayam) sebanyak 3 kali dalam seminggu atau
lebih?
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda mengkonsumsi makanan instan (sarden, mie


instan) sebanyak1-2 kali/minggu atau lebih?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mengkonsumsi alkohol sebanyak 2-3
gelas/hari atau lebih?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda mengkonsumsi kafein (kopi, the, minuman
berenergi dan minuman bersoda) sebanyak2-3 gelas/hari
atau lebih?
a. Ya
b. Tidak

D. Faktor Resiko Hipertensi : Stres


Petunjuk pengisian : kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan yang
sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Jawablah pertanyaan
berikut ini dengan memberikan tanda chek list (۷) pada peryantaan
yang ada anggap sesuai dengan keadaan anda dan lingkari nomor
pada pernyataan yang sesuai dengan keadaan anda.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perasaan cemas yang anda alami :
1. Firasat buruk
2. Takut aakan pikiran sendiri
3. Mudah tersinggung
2 Ketegangan yang anda alami berupa:
1. Rasa tegang
2. Lesu
3. Mudah terkejut
4. Tidak dapat istirahat
5. Mudah menangis
6. Gemetar
7. Gelisah
3 Ketakutan yang anda hadapi:
1. Pada gelap
2. Ditinggal sendiri
3. Pada orang asing
4. Pada binatang
5. Keramaian lalu lintas
6. Kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur yang anda alami:
1. Sulit memulai tidur
2. Terbangun malam hari
3. Tidak pulas
4. Mimpi buruk
5 Ganguan berpikir anda:
1. Daya ingat buruk
2. Sulit berkosentrasi
3. Sering bingung
4. Mudah marah
6 Bila anda merasa tertekan, maka anda:
1. Kehilangan minat atau kemauan
2. Sedih
3. Bangun dini hari
4. Berkurangnya kesukaan pada hobi
5. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7 Gangguan somatik atau gangguan otot yang
anda alami:
1. Nyeri otot
2. Kaku
3. Kedutan otot
4. Gigi gemertak
5. Suara tidak stabil
8 Gangguan sensorik atau gangguan
penerimaan rangsangan yang anda rasakan:
1. Tangan berdenyut
2. Penglihatan kabur
3. Muka merah dan pucat
4. Merasa lemah
5. Perasaan seperti ditusuk-tusuk
9 Gangguan kardiovaskular atau gangguan
peredaran darah yang anda rasakan:
1. Denyut nadi cepat
2. Nadi berdebar
3. Nyeri dada
4. Denyutan nadi mengeras
5. Rasa lemah seperti mau pingsan
10 Gangguan pernapasan yang anda rasakan:
1. Rasa tertekan di dada
2. Perasaan seperti tercekik
3. Merasa napas pendek atau sesak
4. Sering menarik napas panjang
11 Gangguan gastroiintestinal atau gangguan
saluran pencernaan yang anda alami:
1. Sulit menelan
2. Mual muntah
3. Berat badan menurun
4. Konstipasi atau ssulit BAB
5. Perut melilit
6. Nyeri lambung sesudah dan sebelum
makan
7. Rasa panas di perut
8. Perut terasa penuh atau kembung
12 Gangguan urogenetalia atau gangguan
saluran kencing dan kelamin yang anda rasa
rasakan:
1. Sering kencing
2. Tidak dapat menahan kencing
3. Napsu seksual menurun
4. Tidak dapat kencing
13 Gangguan vergetatif otonomi atau gangguan
ketidakseimbangan tubuh yang anda alami:
1. Mulut kering
2. Muka kering
3. Mudah berkeringat
4. Pusing atau sakit kepala
5. Bulu roma berdiri
14 Apakah anda merasakan:
1. Gelisah
2. Tidak tenang
3. Mengerutkan dahi dan muka tegang
4. Napas pendek dan cepat
5. Muka merah

Anda mungkin juga menyukai