Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LANJUT

USIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA TULIS ILMIAH

Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan D3

USWATUN KHASANAH
1711010005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

i
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LANJUT
USIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA TULIS ILMIAH

USWATUN KHASANAH
1711010005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

ii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
iii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
iv

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
v

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang tidak boleh
kita lupakan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang diberikan oleh akademik,
dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien Lanjut Usia Dengan
Hipertensi” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun
akademik 2020/2021.

Dalam penyusunan laporan ini, banyak sekali hambatan dan kesulitan


yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, maka laporan ini dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Sehubungann dengan hal tersebut, dengan segala hormat penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Anjar Nugroho, MSI., M.H.I, Rektor Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.
2. Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M. Kep, Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
3. Ns. Endiyono, S.Kep., M.Kep, Ketua Program Studi Keperawatan
DIII Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
4. Kris Linggardini, S.Kp., M.Kep, Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran selama proses penyusunan
tugas akhir.
5. Ns.Siti Nurjanah, M.Kep.Sp.Kep.J, Dosen dan selaku penguji I,
yang telah memberikan masukan, semangat dan dukungan selama
proses penyusunan tugas akhir.

vi

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
6. Ns.Wahyu Riyaningrum, M.Kep, Dosen dan selaku penguji II,
yang memberikan masukan. Semangat dan dukungan selama
proses penyusunan tugas akhir.
7. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
8. Teman-teman Keperawatan D3 Angkatan 2017 yang selalu
memberikan semangat dan dukungan selama proses penyusunan
tugas akhir.
9. Bapak & Mamah yang selalu memberikan semangat, do’a dan
dukungan selama proses penyusunan tugas akhir.
10. Teman-teman stase gerontik Ismi As’ariyah dan Nita Nurjannah
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan tukar pikiran
selama proses penyusunan tugas akhir.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga KTI
ini membawa manfaat bagi pengembang ilmu.Amiin.

Purwokerto, 18 Juni 2020

Uswatun Khasanah

vii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan


kesempatan, kesehatan, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir jenjang pendidikan DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Semua yang
telah penulis lakukan, penulis akan mempersembahkan karya tulis ilmiah
ini untuk orang-orang yang saya sayangi:

1. Allah SWT yang telah memberikan ridho, rizki ilmu, kesabaran


dan kemudahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
2. Bapak dan Mamah yang selalu memberikan do’a, memberikan
kasih sayang yang tidak ada henti dan berjuang untuk membiayai
saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini serta
dorongan untuk terus maju demi menggapai semua cita-cita;
3. Kakung dan Alm.Uti yang selalu memberikan do’a, semangat dan
kasih sayang untuk saya demi menggapai cita-cita;
4. Adek saya Azhar Nur Fitriani yang selalu meberikan semangat dan
do’a;
5. Saudara-saudara saya yang telah memberikan do’a dan semangat;
6. Agita Berliana A, Mistiyanti dan Retno Trie Puji U yang sudah
banyak membantu, mendengarkan semua keluh kesahku dan
memberikan semangat serta do’a;
7. Sahabat terdekat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
sudah memberikan motivasi, semangat, do’a, saran dan kritik;
8. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
support, motivasi, saran dan kritiknya;
9. Semua pihak yang telah membantu saya dalam proses penyusunan
dan penyelesaian Karya Tulis ini;
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga Karya
Tulis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.Amiin.

viii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
MOTTO

“Ketika telah melakukan yang terbaik yang kita bisa,

maka kegagalan bukan sesuatu yang harus diselesaikan,

tapi jadikanlah pelajaran dan motivasi diri.”

“ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh

selain apa yang telah diusahakannya.”

(An-Najm : 39)

“Karena hasil tidak pernah munafik.”

ix

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
x

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LANJUT USIA
DENGAN HIPERTENSI
Uswatun Khasanah1 ‘Kris Linggardini2
1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ABSTRAK
Latar Belakang:Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan
darah sistoliknya 140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Kualitas hidup
merupakan suatu presepsi seseorang terhadap kesehatan fisik, sosial dan emosinya
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari yang ditunjang dengan terpenuhinya
kebutuhan setiap hari (Ekasari dkk, 2018).
Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden dan mendeskripsikan gambaran kualitas hidup pada pasien lanjut usia
dengan hipertensi yang ada dimasyarakat Desa Karangasem Rt.06 Rw.03
Kecamatan Bantarbolang, Pemalang.
Metode Penelitian:Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sebanyak 4
responden yang ada dimasyarakat Desa Karangasem Rt.06 Rw.03 Kecamatan
Bantarbolang, Pemalang.
Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL).
Hasil Penelitian:Menunjukan bahwa 4 responden memiliki hipertensi dan
kualitas hidup buruk dengan skala 15.
Kesimpulan:Didapatkan keempat responden dengan penderita hipertensi
mengalami kualitas hidup kurang, dengan karakteristik usia 60-70 tahun dan
keempat responden mengalami hipertensi derajat I.
Kata kunci: Hipertensi, Kualitas hidup lansia.

xi

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
A DESCRIPTION OF QUALITY OF LIFE ON ELDERLY
PATIENTS WITH HYPERTENSION

Uswatun Khasanah1 ‘Kris Linggardini2


1
Student Diploma III Nursing Study Program Faculty of Health Sciences
University of Muhammadiyah Purwokerto
2
Lecturer in the Faculty of Health, University of Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT
Background: Hypertension is a persistent blood pressure with a systolic blood
pressure of 140 mmHg and a diastolic of 90 mmHg. Quality of life is a person's
perception of physical, social, and emotional health in carrying out daily activities
supported by the fulfillment of daily needs (Ekasari et al, 2018).
Research Objectives: This study aims to determine the characteristics of
respondents and to describe the quality of life in elderly patients with
hypertension in the community of Karangasem Village Rt.06 Rw.03 Bantarbolang
Sub-district, Pemalang.
Research Method: This is a descriptive study with 4 respondents in the
community of Karangasem Village Rt. 06 Rw.03 Bantarbolang Sub-district,
Pemalang. Quality of life was measured using the World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL) questionnaire.
Research Results: It shows that 4 respondents had hypertension and poor quality
of life with a scale of 15.
Conclusion: All four respondents with hypertension sufferers had a poor quality
of life. They were 60-70 years old and all four respondents had hypertension
degree I.

Keywords: Hypertension, Quality of life for the elderly.

xii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN ORISINALITAS ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
MOTTO ....................................................................................................... viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................ ix
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRAC.................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Lansia ............................................................... 6
1. Definisi ........................................................................................ 6
2. Proses Menua .............................................................................. 7
3. Batasan Lanjut Usia .................................................................... 7
4. Teori Proses Menua..................................................................... 9
5. Perubahan Pada Lansia ............................................................... 13
B. Konsep Dasar Teori Hipertensi ......................................................... 15
1. Definisi ........................................................................................ 15
2. Etiologi ........................................................................................ 16
3. Klasifikasi ................................................................................... 17
4. Patofisiologi ................................................................................ 17
5. Manifestasi Klinik ....................................................................... 20
6. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 20

xiii

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
7. Komplikasi .................................................................................. 21
8. Penatalaksanaan ....................................................................... 22
C. Konsep Dasar Teori Kualitas Lansia................................................. 24
1. Definisi ........................................................................................ 24
2. Jenis Kualitas Hidup ................................................................... 26
3. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ................................. 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rumusan Studi Kasus ....................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Studi .................................................................... 32
C. Subjek Studi Kasus ........................................................................... 33
D. Fokus Studi ....................................................................................... 33
E. Definisi Operasional ......................................................................... 34
F. Instrumen Studi Kasus ...................................................................... 34
G. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 36
H. Analisa Data dan Pengkajian Data .................................................... 37
I. Etika Studi Kasus ............................................................................. 37
BAB IV. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi ......................................................................................... 39
B. Pembahasan ....................................................................................... 43
C. Keterbatasan ...................................................................................... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 52
B. Saran.................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA

xiv

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ........................................................................ 17


Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 34
Tabel 4.1 Karakteristik Responden .................................................................... 40
Tabel 4.2 Kualitas Hidup ................................................................................... 40

xv

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Standard Operasional Procedur (SOP)


Lampiran 2. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 3. Lembar Data Demografi
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Lembar Bimbingan KTI
Lampiran 6. Dokumentasi

xvi

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia > 60

tahun (Indonesia. UndangUndang, 1998). Lansia rentang mengalami

penyakit yang berhubungan dengan proses menua salah satunya hipertensi

(Azizah, 2011). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia, yang tidak hanya dimulai suatu waktu tertentu tetapi

juga dimulai sejak permulaan kehidupan. Secara global populasi lansia

terus mengalami peningkatan. Bila dilihat dari struktur kependudukannya

secara global jumlah penduduk <15 tahun lebih besar dari penduduk (60

tahun), tetapi pada tahun 2040 baik global/dunia, Asia dan Indonesia

diprediksi jumlah penduduk lansia sudah lebih dari penduduk <15 tahun.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara

alamiah (Priyoto, 2015).

Batasan umur lansia menurut World Health Organization (WHO),

lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia pertengahan (middle ege) dari

umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia

(old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah umur

diatas 90 tahun.Meningkatnya populasi lansia dilihat dari aspek kesehatan

bahwa penduduk lanjut usia derajat kesehatannya akan mengalami

penurunan secara alamiah ataupun akibat penyakit (Infodatin, 2014).

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
Fokus pada usia lanjut adalah untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut

usia bukan hanya untuk memperpanjang hidup (WHO, 2014).

Kualitas hidup merupakan suatu presepsi seseorang terhadap

kesehatan fisik, sosial dan emosinya dalam melaksanakan aktivitas sehari-

hari yang ditunjang dengan terpenuhinya kebutuhan setiap hari (Ekasari

dkk, 2018). (Menurut Yulianti dkk 2014) kelemahan serta keterbatasan,

dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sepertibiasa sehari-hari

pada lansia mengakibatkan menurunnya kualitas hidup. Hasil survei

indeks mengenai kualitas hidup oleh (Numbeo, 2019) Indonesia

menempati ranking kualitas hidup keenam belas di Asia dengan skor

107,20. Terdapat berbagai masalah kualitas hidup terutama pada lansia,

mendapatkan hasil bahwa lansia tidak bisa beraktivitas terlalu lama dan

membuat lansia lebih banyak beraktivitas di rumah sehingga menimbulkan

perasaan cemas dengan keadaannya dan menyebabkan stres, hal tersebut

berpengaruh pada kualitas hidup responden.

Menurut WHO 2015, angka prevalensi di dunia mencapai 1 milyar

penderita hipertensi dan sekitar 8 milyar orang mengalami kematian akibat

Hipertensi setiap tahunnya. Prevalensi tertinggi penderita hipertensi yaitu

di Afrika 40% dan prevalensi terendah 35% di Amerika Serikat (Tarigan,

AR., dkk, 2016). Menurut Kemenkes RI pada tahun 2013 hipertensi

merupakan 10 penyakit terbesar di Indonesia yang menempati peringkat

pertama. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, terdapat 65.048.110

jiwa dari 252.124.458 jiwa mengalami hipertensi atau sebanyak 25,8 %.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
Prevalensi kejadian hipertensi di Jawa Tengah mengalami peningkatan

mencapai 26,40%. Di Kabupaten Pemalang angka prevalensi hipertensi

mencapai 18,63% (Profil Kesehatan Provinsi jawa tengah, 2015).

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan

darah sistoliknya 140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi sering

disebut pembunuh diam-diam (silent killer) karena tidak memberikan

gejala yang khas, tetapi bisa meningkatkan kejadian stroke, serangan

jantung, penyakit ginjal kronik bahkan kebutaan jika tidak dikontrol dan

dikendalikan dengan baik. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar

9,4% kematian di seluruh dunia setiap tahunnya (WHO 2013).

Hipertensi pada lanjut usia disebabkan karena terjadi penurunan

fungsi tubuh pada lansia, salah satunya pada sistem kardiovaskular. Hal ini

disebabkan karena penurunan elastisitas jaringan dan penebalan dinding

arteri yang menimbulkan peningkatan curah jantung. Arteri mengalami

hambatan untuk mengalirkan darah, dikarenakan terjadi kekakuan dan

tidak dapat mengembang secara optimal. Darah yang dipompa kuat oleh

jantung memaksa arteri untuk memompanya. Arteri tidak mampu

mengalirkan dan pembuluh darah arteri menyempit yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah atau Hipertensi (Santosa, 2014).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga

aktivitas fisik, menjaga pola makan, gaya hidup sehat, konsumsi buah dan

sayuran (Yogiantoro, 2010). Pengobatan hipertensi, dapat dilakukan

dengan cara pemberian obat medis (farmakologi) dan non obat (non-

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
farmakologi). Pengobatan nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara:

mengatasi obesitas dengan cara menurunkan kelebihan berat badan,

mengontrol pola makan dan gaya hidup sedentary people, mengurangi

asupan garam, meningkatkan konsumsi potassium dan magnesium,

menciptakan suasana rileks, serta melakukan aktivitas fisik (Sudjaswandi

dkk, 2013).

B. Rumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang

tinggi. Hipertensi sering disebut pembuluh diam-diam (silent killer) karena

tidak memberikan gejala yang khas. Hipertensi pada lanjut usia

disebabkan karena penurunan fungsi tubuh lansia, salah satunya pada

sistem kardiovaskuler. Oleh karena itu hipertensi pada lanjut usia

mempunyai efek buruk pada kualitas hidupnya, kualitas hidup merupakan

persepsi atau penilaian subjektif individu yang mencakup dimensi fisik,

dimensi psikologi, dimensi hubungan sosial, dan dimensi lingkungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran kualitas hidup pada pasien

lanjut usia dengan hipertensi di Desa Karangasem Rt.06 Rw.03,

Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran kualitas hidup pada pasien lansia dengan hipertensi.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden pada lansia

b. Mengetahui gambarankualitas hidup pada pasien lanjut usia

dengan hipertensi

D. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan tentang gambaran kualitas hidup yang baik sehinga dapat

mengubah kebiasaan kualitas hidup yang kurang baik pada pasien

lanjut usia dengan hipertensi agar tidak memperburuk kondisinya.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan di bagian

keperawatan dalam mengetahui gambaran kualitas hidup pada pasien

lanjut usia dengan hipertensi.

3. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memperoleh pengalaman sehingga dapat mengimplementasikan

dalam gambaran kualitas hidup pada pasien lanjut usia dengan

hipertensi.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Lansia

1. Definisi

Menurut WHO dan UU No.13 Tahun 1998, seseorang dikatakan

lansia yaitu apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani

maupun sosial (Nugroho, 2012).

Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila

usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.

Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia.

Usia kronologi biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan

kenyataan penuaan usia. Setiap orang menua dengan cara yang

berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia

adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan

yang berbeda antara satu lansia dengan lansia yang lainnya.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
2. Proses Menua

Menjadi Tua (Menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup

yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah

yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu

neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia.

Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis

(Padila, 2013).

Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu

penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

3. Batasan Lanjut Usia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)

lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.

Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

b. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65

tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

1) Young old (usia 70-75)

2) Old (usia 75-80)

3) Very old (usia >80 tahun)

Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa

dewasa adalah sebagai berikut :

a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

b. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)

d. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas,

dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang

tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013).

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
4. Teori-teori Proses Menua

Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan

tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat

individual, dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia

yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dalam

mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua

(masih muda) tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok.

Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat,

bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui

bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia.

Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat, dimensia senilis,

sakit ginjal (Padila, 2013).

Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan,

namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan

dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan

teori psikososial (Padila, 2013).

a. Teori biologis

1) Teori jam genetik

Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara

genetik sudah terprogram bahwa material didalam inti sel

dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan

frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa

spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span)

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan

maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya

mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan

mengalami deteriorasi.

2) Teori cross-linkage (rantai silang)

Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang

diantaranya susunan molekular, lama kelamaan akan

meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh

karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya

menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).

3) Teori radikal bebas

Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan

kerusakan dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013).

4) Teori imunologi

a) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di

produksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu

yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah.

b) System immune menjadi kurang efektif dalam

mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas

(Padila, 2013).

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
5) Teori stress-adaptasi

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai

(Padila, 2013).

6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh

lelah (terpakai) (Padila, 2013).

b. Teori psikososial

1) Teori integritas ego

Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang

harus dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas

perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang

dan pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik

antara integritas ego dan keputusasaan adalah kebebasan

(Padila, 2013).

2) Teori stabilitas personal

Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak

dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada

usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila,

2013).

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
c. Teori Sosiokultural

Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai

berikut :

1) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia

menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi :

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontak sosial

c) Berkurangnya komitmen.

d. Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses

tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan

kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas

tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih

penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan (Padila,

2013).

e. Teori konsekuensi fungsional

Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai

berikut :

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
1) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia

lanjut yang behubungan dengan perubahan-perubahan karena

usia dan faktor resiko bertambah.

2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan

negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013).

5. Perubahan Pada Lansia

Perubahan-perubahan fisik pada lansia meliputi :

a. Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh

menurun, dan cairan intraseluler menurun.

b. Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi

penyempitan pada bronkus.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
d. Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya

yang berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya

lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan kurangnya

respon motorik dan reflek.

e. Muskuluskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,

persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan

tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

f. Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar

menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga

ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ

aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi hormone dan enzim pencernaan.

g. Pendengaran

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami

kekakuan.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
h. Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan

katarak.

i. Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar

keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki

tumbuh berlebihan seperti tanduk.

B. Konsep Dasar Teori Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari

140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau

penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah

meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih

cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi

di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014)

Hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah secara terus

menerus hingga melalui batas nomal. Tekanan darah normal adalah

140/90 mmHg menetap atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90

mmHg (Manarung, 2016)

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di

dalam pembuluh darah arteri dalam satu periode, mengakibatkan

arteriola berkonstruksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan

dimana tekanan darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih

dari diatas normal.

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu

(Nurarif & Kusuma, 2015)

a. Hipertensi Primer (esensial)/Idiopatik

Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan

jenis hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Ini merupakan

jenis hipertensi yang paling banyak yaitu sekitar 90-95% dari

insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi primer ini

sering tidak disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru

muncul saat hipertensi sudah berat atau sudah menimbulkan

komplikasi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi

dijuluki sebagai silent killer.

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko diantaranya

usia, jenis kelamin, dan faktor keturunan. Selain itu pola hidup

yang tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol, merokok, kurang

olahraga, dan makanan berlemak dapat menjadi pemicu hipertensi.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
b. Hipertensi Sekunder

Jumlah hipertensi sekunder 5-10% dari kejadian hipertensi

secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak

sekunder dari penyakit tertentu. Berbagai kondisi yang bisa

menyebabkan hipertensi antara lain penyempitan arteri renalis,

penyakit parenkim ginjal dan kehamilan. Selain itu, obat-obatan

tertentu bisa juga menjadi pemicu jenis hipertensi sekunder.

3. Klasifikasi

Menurut (American Heart Association)


Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
No. Kategori Sistolik Diastolik (mmHg)
(mmHg)
1 Dewasa 108-132 75-83
2 Lansia 121-147 83-87
3 High normal 130-139 85-89
Hipertensi
4 Ringan 140-160 90-99
5 Sedang 160-179 100-109
6 Berat 180-209 100-119
7 Sangat berat >210 >120

4. Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung

(cardiac output) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi

vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat

oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada

arteri utama, dan kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal

menimbulkan berbagai variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut

jantung, kontraksi otot jantung, kontraksi otot polos pada pembuluh

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas

normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskular tekanan rendah,

seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonar, memainkan peranan

penting dalam pengaturan hormonal volume vascular. Penderita

hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua

komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular

sistemik.

Hemodinamik yang khas dari hipertensi yang menetap bergantung

pada tingginya tekanan arteri, derajat kontriksi pembuluh darah, dan

adanya pembesaran jantung. Hipertensi sedang yang tidak disertai

dengan pembesaran jantung memiliki curah jantung yang normal.

Namun demikian, terjadi peningkatan resistensi vascular perifer dan

penurunan kecepatan ejeksi ventrikel kiri. Saat hipertensi bertambah

berat dan jantung mulai mengalami pembesaran, curah jantung

mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat

tanda-tanda gagal jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer

sistemik semakin tinggi dan kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin

menurun.

Penurunan curah jantung ini akan menyebabkan gangguan perfusi

ke berbagai organ tubuh, terutama ginjal. Kondisi ini berdampak pada

penurunan volume ekstrasel dan perfusi ginjal yang berujung dalam

iskemik ginjal. Penurunan ginjal ini akan mengaktivasi sistem

angiotensin. Renin yang dikeluarkan oleh ginjal ini akan merangsang

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
angiotensin untuk mengeluarkan angiotensin I (AI) yang bersifat

vasokonstriktor lemah. Adanya angiotensin I pada peredaran darah

akan memicu pengeluaran Angiontensi Converting Enzym (ACE) ini

kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (AII)

yang merupakan vasokontriktor kuat sehingga berpengaruh pada

sirkulasi tubuh secara keseluruuhan. Selain sebagai vasokontriktor

kuat, AII memiliki efek lain yang pada akhirnya meningkatkan tekanan

darah. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh AII antara lain hipertrofi

jantung dan pembuluh darah, stimulasi rasa haus, memicu produksi

aldosteron dan ant-diuretic hormone (ADH).

Dampak hipertensi ke jantung adalah semakin meningkatnya beban

jantung sehingga dapat menimbulkan hipertrofi jantung. Kondisi

hipertrofi ini menyebabkan penyempitan ruang jantung sehingga

menurunkan preload dan curah jantung. Jika jantung tidak dapat

mengompensasi lagi, maka terjadilah gagal jantung. Sedangkan

tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intrakular akan

mempengaruhi fungsi penglihatan. bahkan jika penanganan tidak

segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan. Penurunan

aliran darah ke ginjal akibat dari resistensi sistematikini, dapat

menyebabkan kerusakan pada perenkim ginjal. Sebagai kondisi

patologik yang dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penanganan

heiprtensi yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi ini antara

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
lain retinopati hipertensif, penyakit jantung dan pembuluh darah,

hipertensi serebrovaskular, dan ensefalopati hipertensi (Nursiswati,

dkk. 2016).

5. Manifestasi Klinik

Menurut Awan Hariyanto & Rini Sulistyowati (2015) tanda dan

gejala hipertensi meliputi:

a. Sakit kepala (pusing, migran)

b. Rasa berat ditengkuk

c. Susah tidur

d. Tinitus (telinga berdenging)

e. Palpitasi (berdebar-debar)

f. Pandangan mata berkunang-kunang

g. Nocturia

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Awan Hariyanto & Rini Sulistyowati (2015) pemeriksaan

yang perlu dicermati antara lain:

a. Senam

1) Aldosteron

2) Kolestrol, trigleserida

b. Urin

1) BUN

2) Renin

3) Asam urat

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
c. Elektrokardiogram (EKG)

1) Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia

7. Komplikasi

Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan

(Haryanto & Rini, 2015)

a. Pecahnya Pembuluh Darah Serebral

Aliran darah ke otak tidak mengalami perubahan masing-masing

pada penderita hipertensi kronis dengan Mean Adrenal Pressure

(MAP) 120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset antara

60-120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia, antoregulasi menjadi

sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg sehingga perubahan

sedikit saja dari tekana darah akan menyebabkan asidosis otak

yang mempercepat timbulnya edema otak.

b. Penyakit Ginjal Kronik

Mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban volume dan

vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi

sodium sedangkan vasokontriksi berkaitan dengan perubahan

parenkim ginjal.

c. Penyakit Jantung Koroner

Ada dua mekanisme yang diajukan mengenai hubungan hipertensi

dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung. Pertama,

hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut

yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
dan gagal jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan terjadi

disfunngsi diastolic dan meningkatkan risiko gagal jantung.

d. Stroke Pendarahan Subarachnoid

Terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh darah didekat otak,

yang mengakibatkan ekstravasasi darah kedalam celah

subarachnoid. Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan

intim dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan

dan elastisitas pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan

pada dinding pembuluh darah maka aneurisma akan mengalami

rupture. Aneurisma dengan diameter lebih 10 mm akan lebih

mudah mengalami rupture.

8. Penatalaksanaan

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil

tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara

lain menurut (Triyanto 2014), dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal

2 garam dapur untuk diet setiap hari.

b. Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap

atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.

Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua

sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan

olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi,

karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

(Triyanto, 2014).

c. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan

mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat

membantu menurunkan tekanan darah.

d. Tidak merokok dan minum alkohol

e. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres

atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan

mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil

membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan.

Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau

bernyanyi (Triyanto, 2014).

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
C. Konsep Dasar Teori Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam

kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai dimana individu

hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan

kekhawatiran. Kualitas hidup adalah konsep yang luas mulai

terpengaruh dengan cara yang kompleks dengan kesehatan fisik

individu, keadaan psikologis, keyakinan pribadi, hubungan sosial dan

hubungan individu dengan fiturfitur penting dari lingkungan individu.

Kualitas hidup merupakan suatu bentuk multidimensional, terdapat

tiga konsep kualitas hidup yaitu menunjukan suatu konsep

multidimensional, yang berarti bahwa informasi yang dibutuhkan

mempunyai rentang area kehidupan dari penderita itu, seperti

kesejahteraan fisik, kemampuan fungsional, dan kesejahteraan emosi

atau sosial, menilai celah antara keinginan atau harapan dengan sesuai

kemampuan untuk melakukan perubahan dalam diri (Ware dalam

Rachmawati, 2013).

Kualitas hidup merupakan suatu indicator untuk menilai

kesejahteraan seseorang atau masyarakat, kualitas hidup bukan hanya

melihat dari kekayaan ataupun pekerjaan seseorang melainkan konteks

kesehatan serta dapat dilihat dari lingkungan binaan, kesehatan mental

dan fisik, rekreasi, pendidikan ataupun waktu luang seseorang

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
(Widagdo, 2015). Menurut EuroQoL, terdapat lima dimensi kualitas

hidup yaitu kemampuan berjalan, perawatan diri, kegiatan yang biasa

dilakukan rasa nyeri/tidak nyaman, rasa cemas/depresi (sedih)

(EuroQoL, 2013).

Kualitas hidup lanjut usia merupakan suatu komponen yang

kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan,

kesehatan psikologis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi

fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan social dan jaringan

social (Sutikno, 2011).

Berdasarkan definisi kualitas hidup diatas, dapat disimpulkan

bahwa kualitas hidup merupakan persepsi atau penilaian subjektif dari

individu yang mencakup beberapa aspek sekaligus, yang meliputi

kondisi fisik, psikologis, social, kognitif, hubungan dengan peran,

aspek spiritual dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Kualitas hidup dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi fisik

dan psikologis, aktifitas social, interaksi sosial dan fungsi keluarga.

Pada umumnya lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga kualitas

hidup pada lanjut usia menjadi mengalami penurunan. Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memiliki peran yang

sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan

kualitas hidup lanjut usia (Yuliati, 2014).

Pada umumnya lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga

kualitas hidup pada lanjut usia menjadi mengalami penurunan. Agar

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
kualitas hidup lansia meningkat, maka dalam penyesuaian diri dan

penerimaan segala perubahan yang dialami, lansia harus mampu

melakukan tersebut.Selain itu, lingkungan yang memahami kebutuhan

dan kondisi psikologis lansia membuat lansia merasa

dihargai.Tersedianya media atau sarana bagi lansia membuat lansia

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

2. Jenis-jenis Kualitas Hidup

Menurut WHOQoL-BREF (Power dalam Lopez & Snyder, 2013)

terdapat empat jenis-jenis mengenai kualitas hidup yang meliputi:

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu

untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu

akan memberikan pengalaman-pengalaman baru yang merupakan

modal perkembangan ke tahap selanjutnya. Kesehatan fisik

mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan,

energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur

dan istirahat, kapasitas kerja. Hal ini terkait dengan private self

consciousness yaitu mengarahkan tingkah laku ke perilaku covert,

dimana individu lain tidak dapat melihat apa yang dirasakan dan

dipikirkan individu secara subjektif.

b. Psikologis

Terkait dengan keadaan mental individu.Keadaan mental

mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
terhadap berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan

kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun dari luar

dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana

individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila

individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis

mencakup bodily image dan appearance, perasaan positif,

perasaan negatif, self esteem, keyakinan pribadi, berpikir, belajar,

memori dan konsentrasi, penampilan dan gambaran jasmani.

Apabila dihubungkan dengan private self consciousness adalah

individu merasakan sesuatu apa yang ada dalam dirinya tanpa ada

orang lain mengetahuinya, misalnya memikirkan apa yang kurang

dalam dirinya saat berpenampilan.

c. Hubungan Sosial

Hubungan antara dua individu atau lebih dimana tingkah

laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat manusia

adalah mahluk sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia

dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi

manusia seutuhnya.Hubungan sosial mencakup relasi personal,

dukungan sosial; aktivitas seksual. Hubungan sosial terkait akan

public self consciousness yaitu bagaimana individu dapat

berkomunikasi dengan orang lain.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
d. Lingkungan

Tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan,

ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas

kehidupan, termasuk di dalamnya adalah saran dan prasarana yang

dapat menunjang kehidupan. Hubungan dengan lingkungan

mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan

keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk

aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi baru maupun ketrampilan;

partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi

dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang; lingkungan

fisik termasuk polusi, kebisingan, lalu lintas, iklim; serta

transportasi. Berfokus pada public self consciousness dimana

individu memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan

sekitar tempat tinggalnya.

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Faktor-faktor yang mempegaruhi kualitas hidup menurut Moons,

Marquet, Budst, & de Geest (Salsabila, 2012) dalam konseptualisasi

yang dikemukakannya, sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Adanya perbedaan antara kualitas hidup antara

laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki 16

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan, bahwa

laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta

akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan

atau hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan

berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek

kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-

laki dan perempuan.

b. Usia

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup. Adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-

aspek kehidupan yang penting bagi individu.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup subjektif.Adanya pengaruh positif

dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak

banyak.

d. Pekerjaan

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang

berstatus 17 sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk

yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk

yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu).

Status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada

pria maupun wanita.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
e. Status

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang

tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang

menikah atau kohabitasi. Pada pria maupun wanita, individu

dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup

yang lebih tinggi.

f. Penghasilan

Bidang penelitian yang sedang berkembang dan hasil

penilaian teknologi kesehatan mengevaluasi manfaat, efektivitas

biaya, dan keuntungan bersih dari terapi.hal ini dilihat dari

penilaian perubahan kualitas hidup secara fisik, fungsional,

mental, dan kesehatan sosial dalam rangka untuk mengevaluasi

biaya dan manfaat dari program baru dan intervensi.

g. Hubungan dengan orang lain

Saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain 18

terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling

mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki

kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional,

bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi

yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif.

h. Kesehatan fisik

Penyakit psoriasis merupakan penyakit kronik residif

sehingga berdampak pada kualitas hidup penderita hingga

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020
menyebabkan penderita merasa depresi bahkan bunuh diri.

Psoriasis berdampak negatif sedang hingga berat terhadap kualitas

hidup penderita karena terdapat perubahan aktivitas sehari-hari.

Kesehatan adalah tonggak penting dalam 19 perkembangan

kualitas hidup tentang kepedulian terhadap kesehatan. WHO

mendefinisikan kesehatan tidak hanya sebagai sesuatu penyakit

tapi dapat dilihat dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

Gambaran Kualitas Hidup..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2020

Anda mungkin juga menyukai