DEANISA HASANAH
BP. 1611313020
PEMBIMBING
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
i
PROPOSAL
DEANISA HASANAH
BP. 1611313020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
ii
PROPOSAL
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
DEANISA HASANAH
BP. 1611313020
iii
PERSETUJUAN PROPOSAL
Oleh :
Dr. Yulasti Arif, S.Kp, M.Kep Ns. Zhifriyanti Minanda Putri ,S.Kep, M.Kep
NIP. 197007242002122001 NIP. 197111231994032005
Mengetahui :
Ketua Prodi S1
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
No. BP : 1611313020
Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas pada tanggal 14 April 2020
Panitia penguji,
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu
dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan proposal
ini dengan judul “Literatur Review : Analisis Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan
Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Dr. Yulastri Arif,
S.Kp.,M.Kep dan Ibu Zifriyanthi Minanda Putri ,S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing saya yang
telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing saya dalam menyusun proposal ini.
Terimakasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing Akademik saya, Ibu Ns. Lili
Fajria, S.Kep, M.Bomed yang telah banyak member motivasi, nasehat dan bimbingan selama saya
mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga
1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
3. Dewan Penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan proposal ini
4. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan
5. Orang tua dan keluarga yang selama ini memberikan dukungan dan do’a tulus kepada penulis
vi
6. Keluarga besar angkatan A 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam
kekompakan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis dalam penulisan
proposal ini
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Persetujuan Proposal........................................................................................................iv
Kata Pengantar..................................................................................................................vi
Daftar Isi.............................................................................................................................viii
Daftar Lampiran…………………………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................5
A. Konsep Kecemasan.................................................................................................7
C. Konsep Keluarga.....................................................................................................21
A. Kerangka Teori........................................................................................................25
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................................46
viii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................27
A. Jenis Penelitian........................................................................................................27
C. Waktu Penelitian......................................................................................................28
D. Instrumen Penelitian................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan terjadi ketika seseorang menghadapi suatu masalah dan merasa tidak
aman terhadap lingkungan sekitar atau situasi yamg sedamg dihadapi. Kecemasan yaitu
respon emosional yang menyebabkan perasaan khawatir gelisah, takut, tidak tentram dan
situasi tidak aman atau gangguan sakit (Sulastri et al, 2019). Menurut Kristiani (2017)
perasaan gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan menghadapi masalah atau merasa tidak
aman. Kecemasan diartikan juga sebagai suatu keadaan khawatir bahwa suatu hal yang
buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah, et.al, 2019). Jadi kecemasan merupakan hal yang
terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui pasti apa penyebabnya. Di rumah sakit, kecemasan
tidak hanya dirasakan oleh pasien saja tetapi juga keluarga pasien.
Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga akan semakin meningkat apabila anggota
keluarganya dirawat di ruang perawatan kritis seperti HCU. Anggota keluarga dari pasien
penyakit kronis beresiko tinggi mengalami gejala kecemasan, depresi, dan stress (Jo et al,
2019). Menurut Rohmah (2017) pasien yang dirawat di ruang perawatan kritis tidak hanya
membutuhkan pengobatan secara medis namun juga memerlukan dukungan humanistik dari
keluarganya. Penelitian Retnaningsih dkk (2018) mengatakan pasien yang masuk dalam unit
perawatan kritis berada dalam keadaan mendadak sehingga menimbulkan berbagai macam
stressor yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Oleh karena itu, kecemasan pada
keluarga penting untuk diperhatikan karena dalam perawatan keluarga dan pasien
1
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Penanganan kecemasan pada keluarga
kecemasan berat dan tingkatan panik. Dalam penelitian Gezer et al, (2018) mengatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan depresi pasien dirawat
dalam menerima informasi dan tidak menerima informasi. Penelitian yang dilakukan oleh
Krupic (2019) mengatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan, perawat diharapkan dapat
memberikan kenyamanan dan perawatan yang terbaik bagi pasien serta menjawab semua
pertanyaan yang diajukan pasien agar kecemasan dapat diminimalisasikan. Jadi kecemasan
yang dirasakan bisa diatasi tergantung bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan pasien beserta keluarganya. Kecemasan yang dilakukan oleh pasien dan
kecemasan yang timbul. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kecemasan pada keluarga
pasien antara lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami pasien, serta
ketidaktahuan tentang prosedur yang diberikan kepada pasien yang sedang dirawat (Gufron
et al, 2019). Penelitian Novrianda et al, (2019) faktor yang paling berpengaruh terhadap
kecemasan adalah tingkat pengetahuan karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit, salah satunya faktor komunikasi terapeutik
perawat (Nurhusna et al, 2019). Jadi faktor penyebab kecemasan keluarga antara lain yaitu
kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi pasien dan kurangnya komunikasi perawat
2
dengan keluarga. Komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien dan keluarga tidak
Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita gunakan dalam kehidupan
antara perawat dan pasien atau keluarga dalam pelayanan keperawatan (Idealistiana, 2019).
Penelitain Prip et al, (2019) mengatakan komunikasi antar perawat dan pasien terutama
difokuskan pada aspek pengobatan. Berkomunikasi dengan perawat merupakan kunci dari
pengalaman pasien, yang mana melalui hubungan yang dibina bisa memberikan pikiran
positif dan keyakinan untuk sembuh bagi pasien (Tolotti et al, 2018). Jadi, komunikasi
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi yang baik
dijadikan sebagai alat penghubung dalam bersosial (Ikawati, 2014). Penelitian Fite et al,
(2019) mengatakan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu komunikasi verbal dan non verbal.
Komnuikasi yang dilakukan secara asertif dalam praktek keperawatan sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan, memenuhi kebutuhan dasar pasien, serta memberikan perasaan
tenang tanpa adanya cemas selama dirawat (Rahayu, 2016). Oleh karena itu, komunikasi
sangatlah penting dalam perawatan tidak hanya secara verbal tapi juga non verbal. Namun
demikian masih ada faktor yang menjadi penghambat dalam komunikasi tersebut.
Keterampilan berkomunikasi bukanlah kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan
tidak akan muncul secara tiba-tiba. Brommelsiek et al, (2019) mengatakan miskomunikasi
merupakan penyebab utama kesalahan medis. Kredibilitas komunikator terhadap isi pesan
3
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi (Desridius, 2018). Semakin positif
persepsi pasien dan keluarganya terhadap komunikasi teraputik perawat, maka akan
semakin rendah tingkat kecemasan keluarga begitu juga sebaliknya (Loriana, dkk 2018).
Oleh sebab itu, perawat dituntut untuk melakukan komunikasi secara terapeutik untuk
meminimalkan faktor yang menjadi penghambat tersebut. Komunikasi merupakan hal yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Keswara et al, (2019) terdapat hubungan
antara komunikasi perawat dengan kecemasan keluarga pasien yaitu sebesar 76,7% dari 20
reponden merasakan cemas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Riza (2019) di
RSUP Dr. M. Djamil Padang mengatakan bahwa komunikasi perawat yang kurang baik
akan beresiko 10 kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien dibandingkan dengan
perawat yang berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leile, et.all.
(2017) menunjukkan komunikasi yang didapat di RS Unisma tergolong kurang baik (46,7
%) sebanyak 14 orang dan didapatkan hasil bahwa ada hubungan kuat antara komunikasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
keluarga.
pasien.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi bagi Kepala Ruang
dan Staf Perawat Ruang tentang penerapan komunikasi terapeutik dan hubungannya
Hasil penelitian tinjauan literatur ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan dan
5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan serta menambah data
bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait analisis komunikasi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Definisi
ketidaknyamanan atau perasaan yang tidak diketahui apa penyebab spesifiknya oleh
individu. Kecemasan bisa juga disebut sebagai suatu perasaan waspada akan terjadinya
sesuatu dan merupakan sinyak yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan
dengan ketegangan mental, perasaan gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan menghadapi
masalah atau merasa tidak aman (Kristiani, 2017). Kecemasan diartikan juga bahwa suatu
hal yang buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah et, al 2019). Kecemasan terjadi ketika
seseorang menghadapi suatu masalah atau merasa tidak aman dengan lingkungan atau apa
Kecemasan merupakan hal yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui apa
penyebabnya. Menurut Nursalam (2015) kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan
suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan
dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut dan fobia
tertentu. Ketika cemas individu akan takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka
padahal mereka tidak mengerti mengapa perasaan tersebut terjadi (Ghufron et al, 2019).
Menurut Sulastri et al, (2019) kecemasan yaitu respon emosional yang menyebabkan
7
kekhawatiran, gelisah, takut dan tidak tentram, situasi tidak aman dan gangguan sakit.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan perasaan takut,
tidak berdaya, perasaan yang terancam serta tidak aman secara tiba-tiba yang dialami
2. Penyebab Kecemasan
a. Faktor biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang bisa
b. Faktor psikologis
- Pandangan psikonalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
- Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul karena perasaan takut akan tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal.
- Pandangan perilaku
8
Kecemasan merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
c. Sosial budaya
Kecemasan dengan mudah ditemukan dalam keluarga. Faktor ekonomi dan latar
Penelitian yang dilakukan oleh Ghufron et al, (2019) menyebutkan bahwa beberapa
alasan yang menyebabkan kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien yaitu antara
lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami pasien, serta
ketidaktahuan tentang prosedur yang diberikan kepada pasien yang sedang dirawat.
Kecemasan juga memiliki beberapa tanda dan gejala baik itu secara fisik, kognitif,
perilaku maupun emosi. Menurut Sutejo (2016) tanda dan gejala kecemasan yaitu
sebagai berikut :
a. Segi Fisik
Dilihat dari segi fisik, seseorang yang mengalami kecemasan sering nafas pendek,
nadi cepat, tekanan darah naik, mulut tampak kering, anoreksi, diare/konstipasi,
b. Segi Kognitif
Dilihat dari segi kognitif, gejala seseorang mengalami kecemasan yaitu dari cara
c. Segi Perilaku
9
Dilihat dari segi perilaku, orang yang mengalami kecemasan cenderung melakukan
gerakan yang tersentak-sentak, disertai dengan cara bicara yang berlebihan dan
cepat.
d. Segi Emosi
Dilihat dari segi emosi, penderita kecemasan juga mengalami gangguan. Biasanya
terlihat penuh dengan rasa menyesal, kesedihan yang mendalam, iritabel, takut,
4. Tingkat kecemasan
yaitu :
a. Kecemasan Ringan
menjadi luas. Pada tingkat ini, individu masih mampu memotivasi diri untuk belajar
b. Kecemasan Sedang
Pada fase ini individu memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Perhatian individu pada fase ini menjadi lebih selektif
namun masih mampu melakukan hal yang diarahkan oleh orang lain.
c. Kecemasan Berat
10
Pada fase ini persepsi seseorang menjadi lebih sempit. Selain itu, individu memiliki
perhatian terfokus pada hal yang spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain
d. Tingkatan Panik
Kepanikan muncul akibat kehilangan kendali diri serta perhatian yang kurang. Pada
fase ini seseorang tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan arahan yang
diberikan. Gejala yang biasanya muncul pada fase ini yaitu peningkatan aktifitas
penyimpangan persepsi, dan hilangnya pemikiran yang rasional dan disertai dengan
disorganisasi kepribadian.
yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga atau pasien. Menurut Gezer et al,
(2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat kecemasan dan depresi pasien dirawat dalam menerima informasi dan tidak
kenyamanan dan perawatan yang terbaik bagi pasien serta menjawab semua
Menurut Stuart & Sudden (2016) tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa
a. Potensi stressor
11
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
b. Maturasi (kematangan)
Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga akan
lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab individu yang matang
Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan
orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan
d. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut
mudah stres.
e. Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi,
cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami
f. Tipe kepribadian
Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah
mengalami kecemasan akibat stress, ada pula individu yang tidak mudah terjadinya
12
g. Sosial Budaya
Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada timbulnya stres.
Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafat hidup
yang jelas maka pada umumnya lebih suka mengalami stres. Demikian juga
Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih mudah
mangalami stres.
i. Usia
Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami stres dari
j. Jenis kelamin
Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan hidup wanita
pasien antara lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami anggota
2019). Sementara itu (Nofrianda et al, 2019) mengatakan faktor yang paling
rumah sakit salah satunya yaitu komunikasi perawat (Nurhusna et al, 2019).
13
6. Penilaian Tingkat Kecemasan
pada pasien dewasa yang dirancang oleh Wiliam W. K. Zung dan dikembangkan
Pada HARS ini Ada 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan dan setiap item diberikan 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.
14
Hasil penilaian dari gejala kecemasan tersebut dikategorikan sebagai berikut :
B. Komunikasi Terapeutik
a. Pengertian
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang artinya
membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih (Nasir, 2009). Komunikasi
merupakan proses yang sangat berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi
memiliki tujuan tertentu, artinya komunikasi terjadi sesuai dengan keinginan dan
Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita gunakan dalam
yang dilakukan secara sadar, mempunyai tujuan membantu pasien untuk mengurangi
mempercepat proses penyembuhan (Rohmah et al, 2017). Pada saat sekarang ini,
15
anggota keluarga beralih ke perawat untuk mendapattkan informasi tentang kondisi
medis pasien dan pengobatannya (Jo et al, 2019). Jadi, komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi professional antara perawat dan klien yang direncanakan dan
a. Hubungan antara perawat dan pasien merupakan hubungan terapeutik yang saling
and clients”. Hal ini berarti bahawa hubungan yang terjadi antara perawat dan
antara perawat dengan pasien akan tetapi hubungan antar sesama manusia yang
bermartabat.
Tiap individu mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, karena itu
perawat perlu memahami perasaan dan perilaku yang dimiliki klien dengan
melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat saling menjaga harga diri antara
komunikator dan komunikan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
16
d. Dalam berkomunikasi harus dapat menciptakan hubungan saling percaya terlebih
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik
Menurut Potter & Perry (2011), unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi
terapeutik meliputi:
1. Keramahan
yang baik.
2. Penggunaan nama
dengan benar. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan kepada pasien bahwa
3. Dapat dipercaya
pasien bahwa perawat dapat dipercaya. Dapat dipercaya ini merupakan salah satu
17
4. Otonomi dan tanggung jawab
Hal yang dimaksud dari otonomi dan tanggung jawab adalah keberanian yang
harus dimiliki oleh seorang perawat dalam membuat pilihan atau menentukan
5. Asertif (tegas)
maupun menyakiti orang lain. Dalam dunia keperawatan, sikap ini juga
- Realisasi diri
- Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri klien.
18
Tujuan komunikasi terapeutik yaitu untuk membina hubungan interpersonal
antara perawat dan klien dalam membantu mengurangi beban perasaan dan
Pada tahap ini perawat melakukan masa persiapan sebelum memulai hubungan
dengan klien. Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu dengan klien untuk pertama
klien.
- Membuat rencana pertemuan secara tertulis yang akan diaplikasikan saat bertemu
dengan klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan klien dan saling
mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap yang hangat, empati,
menerima, dan bersikap penuh perhatian sehingga hubungan saling percaya dapat
19
Tugas Perawat pada fase ini adalah :
komunikasi terbuka.
- Merumuskan kontrak bersama klien, yaitu tempat, waktu, dan topik pertemuan
c. Fase Kerja
Fase kerja merupakan proses perawat dan klien saling bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu persoalan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam fase ini
perawat harus bersikap caring dengan menyampaikan informasi yang benar kepada
d. Fase Terminasi
Fase terminasi yaitu fase penutup hubungan antara perawat dengan klien dengan
saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan
dijalani. Pada fase ini baik perawat maupun klien dapat merasakan perasaan puas,
senang, marah, sedih, jengkel dan perasaan lainnya yang mungkin menimbulkan
ketidaknyamanan.
20
- Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
merupakan kumpulan antara dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang menidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).
2. Ciri-Ciri Keluarga
- Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong
cara musyawarah
- Berbentuk monogram
3. Struktur Keluarga
Struktur dan fungsi keluarga adalah hubungan yang dekat serta ada interaksi terus
menerus antara satu dengan yang lainnya. Struktur ini sendiri didasari dengan organisasi
anggota keluarga dan hubungan yang terus menerus. Struktur keluarga ini sendiri dapat
21
diperluas atau dipersempit tergantung pada keluarga tersebut dalam merespon stressor
yang ada dalam keluarga. Susanto (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat
elemen :
Komunikasi dalam keluarga ada yang berjalan dengan baik dan ada pula yang
tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal dalam komponen komunikasi seperti
keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, verbal dan non verbal, serta
komunikasi sirkular.
Peran adalah serangkaian kebiasaan yang diharapkan sesuai dengan posisi social
yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Nilai adalah persepsi seseorang tentang suatu hal apakah baik atau bermanfaat
bagi dirinya. Norma yaitu peran yang dilakukan manusia berasal dari nilai
budaya yang terkait. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma yaitu perilaku yang
22
Hasil dari pola kekuatan dalam keluarga akan mendasari suatu proses dalam
Pasien
Salah satu faktor penyebab terjadinya kecemasan yang dialami oleh pasien dan
keluarga adalah komunikasi terapeutik perawat. Kecemasan ini juga akan meningkat jika
anggota keluarga dirawat di ruang perawatan kritis seperti HCU. Semakin positif persepsi
pasien dan keluarganya terhadap komunikasi yang dilakukan perawat maka akan semakin
rendah tingkat kecemasan yang dialami dan begitu juga sebaliknya (Loriana et al, 2018).
Kecemasan yang dialami oleh keluarga secara tidak langsung mempengaruhi kondisi pasien
yang dirawat dan berakibat pada pengambilan keputusan yang tertunda (Kristiani et al,
2017).
koping yang berbeda dalam menghadapi kecemasan tersebut. Penelitian yang dilakukan
oleh Riza (2019) di RSUP Dr. M. Djamil Padang mengatakan bahwa komunikasi perawat
yang kurang baik akan beresiko 10 kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien
dilakukan oleh perawat juga merupakan salah satu peranan penting dalam kesembuhan
pasien. Maka dari itu, setiap perawat atau tenaga kesehatan dituntut untuk melakukan
komunikasi terapeutik yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan yang dialami oleh
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini :
Tingkatan Kecemasan :
Komunikasi
- Kecemasan Ringan Kecemasan K Terapeutik
- Kecemasan Sedang
- Kecemasan Berat
- Panik
Penyebab Kecemasan :
Fase Komunikasi Terapeutik :
- Faktor Biologis
- Faktor - Fase Pra Interaksi
Psikologis - Fase Orientasi
- Faktor Sosial - Fase Kerja
Budaya - Fase Terminasi
- Komunikasi
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
24
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana
rumusan masalah tersebut dinyatakan pada bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2016).
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pencarian literature yaitu penguraian
secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan penjelasan agar dapat dipahami
dengan baik oleh pembaca. Peneliti menganalisis gambaran hubungan komunikasi terpeutik
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sekunder
yang berjenis Systematic Literatur Review (SLR). Systematic Literatur Review merupakan
suatu metode yang menggunakan review, telaah, evaluasi terstruktur, pengklasifikasian, dan
pengkategorian dari evidence based yang telah dihasilkan sebelumnya (Hariyati, 2010).
Metode pencarian menggunakan elektronic data base PubMed, Google Scholar, dan
Science Direct. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject Heading)
1. Populasi
Menurut Notoadmojo (2010), populasi adalah seluruh objek atau subjek penelitian
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi penelitian ini yaitu keluarga
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau dan dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah
26
keluarga pasien yang merawat pasien diruang ICU berdasarkan jurnal-jurnal terkait
topik penelitian.
b. Jurnal dipublikasi dari database PubMed, Science Direct, dan Google Scholar
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dokumentasi dapat memberikan informasi dan berbagai macam sumber yang
pada penelitian ini yaitu dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh dari berbagai
literatur review adalah metode literatur revew yang mengidentifikasi, menilai, dan
27
menginterprestasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian untuk menjawab
penggunaan bahan dokumen , karena data yang diperoleh tidak secara langsung dari
responden melainkan mengambil data dari hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
oleh peneliti lain. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan artikel-artikel atau jurnal yang
Pada penelitian ini, teknik pengolahan data menggunakan systematic literatur review.
1. Planning
Research Question (RQ) adalah bagian awal dimulainya proses SLR. Research
Question digunakan untuk menuntun proses pencarian dan ekstrasi literatur. Formulasi
Langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun protokol SLR. Protokol
SLR adalah rencana yang berisi prosedur dan metode yang kita pilih dalam melakukan
a. Background
b. Research Questions
c. Search terms
d. Selection criteria
28
f. Data extraction strategy
2. Conducting
Tahapan conducting adalag tahapan yang berisi pelaksanaan dari SLR dan harus
conducting :
a. Dimulai dari penentuan keyword pencarian literatur yang basisnya adalah PICOC.
e. Kemudian melakukan sintesis berbagai hal yang kita temukan dari literatur-literatur
3. Reporting
Reporting adalah tahapan penulisan hasil SLR dalam bentuk tulisan, baik untuk
dipublikasikan dalam bentuk paper ke jurnal ilmiah atau untuk literatur review dari
skripsi/tesisi/disertasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Brommelsiek, M., Graybill, T. L., & Gotham, H. J. (2019). Improving communication, teamwork
and situation awareness in nurse-led primary care clinics of a rural healthcare system. Journal
of Interprofessional Education and Practice, 16(December 2018), 100268.
https://doi.org/10.1016/j.xjep.2019.100268
Fite, R. O., Assefa, M., Demissie, A., & Belachew, T. (2019). Predictors of therapeutic
communication between nurses and hospitalized patients. Heliyon, 5(10), e02665.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02665
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset,
teori, dan praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid dkk.Jakarta:EGC
Gezer, D., & Arslan, S. (2019). The Effect of Education on the Anxiety Level of Patients Before
Thyroidectomy. Journal of Perianesthesia Nursing, 34(2), 265–271.
https://doi.org/10.1016/j.jopan.2018.05.017
Gufron, M., Widada, W., & Putri, F. (2019). Pengaruh Pembekalan Kesejahteraan Spiritual
Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsd Dr.
Soebandi Jember. The Indonesian Journal of Health Science, 11(1), 91.
https://doi.org/10.32528/ijhs.v11i1.2242
Idealistiana, L., Komunikasi, H., Perawat, T., Tingkat, T., Keluarga, K., Studi, P., Sekolah, K.,
Ilmu, T., Abdi, K., Jakarta, N., Studi, P., Sekolah, K., Ilmu, T., Abdi, K., Jakarta, N., Tujuan,
A., Ugd, R., Zahirah, R. S. U., Penelitian, M., … Terapeutik, K. (2019). KECEMASAN
KELUARGA PASIEN Jurnal Antara Keperawatan September - Desember Tahun 2019 Jurnal
Antara Keperawatan September - Desember Tahun 2019. 1(3), 107–111.
Ikawati, V. C., & Sulastri. (2011). Hubungan Komunikasi Teraupetik Perawat dengan Anggota
Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan
Kritis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Publikasi Ilmiah, 114–121.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3629/VIVIN CANDRA IKAWAT-
SULASTRI Fix.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Jo, M., Song, M. K., Knafl, G. J., Beeber, L., Yoo, Y. S., & Van Riper, M. (2019). Family-clinician
communication in the ICU and its relationship to psychological distress of family members: A
cross-sectional study. International Journal of Nursing Studies, 95, 34–39.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.03.020
30
BEDAH RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG. Malahayati Nursing
Journal, 1(1).
Kitchenham, B. And Chartes, S. (2007). Guidelines for Performing Systematic Literature Reviews
in Software Engineering, Technical Report EBSE 2007-2010. Keele University and Durham
University. Join Report
Komunikasi, H., Terhadap, T., Kecemasan, T., & Pasien, K. (2018). Desridius et al : Hubungan
Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien. 1(2), 86–91.
Kristiani, R. B., & Dini, A. N. (2017). Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien Di Intensive Care Unit (Icu) Rs Adi Husada Kapasari Surabaya. Adi Husada
Nursing Journal, 3(2), 71–75. file:///C:/Users/MyBook 11/Documents/Komunikasi dengan
tingkat kecemasan.pdf
Leite, E. G. (2017). Hubungan Antara Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis RS Unisma. Journal Nursing News, 2(2), 286–
294.
Leite, E. G., Kusuma, F. H. D., & Widiani, E. (2017). HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA
PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT
UNISMA. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).
31
Novrianda, D., Hermalinda, & Fauziah, M. (2019). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan Orang Tua pada Anak Pra-Operasi Di Ruang Bedah Anak. Jurnal Keperawatan,
15(1), 36–47.
Potter, P., & Perry. (2011). Fundamental of Nursing (7th ed.). Elsevier.
Prip, A., Pii, K. H., Møller, K. A., Nielsen, D. L., Thorne, S. E., & Jarden, M. (2019). Observations
of the communication practices between nurses and patients in an oncology outpatient clinic.
European Journal of Oncology Nursing, 40(December 2018), 120–125.
https://doi.org/10.1016/j.ejon.2019.03.004
Rohmah, M. (2017). Komunikasi terapeutik perawat menurunkan kecemasan keluarga pasien kritis.
Journals of Ners Community, 08(nurvember), 144–151.
Stuart, G. W., & Keliat, B. A. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart 1.
Sulastri, S., Cahyanti, A. I., & Rahmayati, E. (2019). Perilaku Caring menurunkan Kecemasan
Pasien Preoperasi. Jurnal Kesehatan, 10(3), 382. https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1224
Susanto, T. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta Timur:CV.Trans Info Media
Tolotti, A., Bagnasco, A., Catania, G., Aleo, G., Pagnucci, N., Cadorin, L., Zanini, M., Rocco, G.,
Stievano, A., Carnevale, F. A., & Sasso, L. (2018). The communication experience of
tracheostomy patients with nurses in the intensive care unit: A phenomenological study.
Intensive and Critical Care Nursing, 46, 24–31. https://doi.org/10.1016/j.iccn.2018.01.001
32
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama : Deanisa Hasanah
No.Bp : 1611313020
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU
33
Analisa Data
9 Penyusunan
Hasil
Penelitian
34
Lampiran 2. Kartu Bimbingan/Konsultasi Skripsi
35
Lampiran 2. Curriculum Vitae
Curriculum Vitae
A. Biodata Pribadi
Agama : Islam
Email : hdeanisa@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
36