Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

PEMBIMBING

1. Dr. Yulasti Arif, S.Kp, M.Kep

2. Zhifriyanti Minanda Putri ,S.Kep, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

i
PROPOSAL

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

ii
PROPOSAL
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Penelitian Manajemen Keperawatan

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

DEANISA HASANAH

BP. 1611313020

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

iii
PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah disetujui


Tanggal 01 Juni 2020

Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Acc via Whatsapp Acc via Whatsapp

Dr. Yulasti Arif, S.Kp, M.Kep Ns. Zhifriyanti Minanda Putri ,S.Kep, M.Kep
NIP. 197007242002122001 NIP. 197111231994032005

Mengetahui :
Ketua Prodi S1
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep


NIP.19820806201404200

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

Nama : Deanisa Hasanah

No. BP : 1611313020

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas pada tanggal 14 April 2020

Panitia penguji,

1. Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep (..................................)

2. Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, S.Kep., M.Kep (..................................)

3. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed (..................................)

4. Ns. Yuanita Ananda, S.Kep., M.Kep (..................................)

5. Ns. Sovia Susianty, S.Kep., M.Kep (..................................)

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu

dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan proposal

ini dengan judul “Literatur Review : Analisis Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan

Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang ICU”.

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Dr. Yulastri Arif,

S.Kp.,M.Kep dan Ibu Zifriyanthi Minanda Putri ,S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing saya yang

telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing saya dalam menyusun proposal ini.

Terimakasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing Akademik saya, Ibu Ns. Lili

Fajria, S.Kep, M.Bomed yang telah banyak member motivasi, nasehat dan bimbingan selama saya

mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

3. Dewan Penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan proposal ini

4. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan

berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

5. Orang tua dan keluarga yang selama ini memberikan dukungan dan do’a tulus kepada penulis

dalam seluruh tahapan proses penyusunan proposal ini

vi
6. Keluarga besar angkatan A 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam

kekompakan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis dalam penulisan

proposal ini

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang

konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan ini.

Padang, 01 Juni 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam...................................................................................................ii

Halaman Persyaratan Gelar.............................................................................................iii

Persetujuan Proposal........................................................................................................iv

Penetapan Panitia Penguji................................................................................................v

Kata Pengantar..................................................................................................................vi

Daftar Isi.............................................................................................................................viii

Daftar Lampiran…………………………………………………………………………x

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian...................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7

A. Konsep Kecemasan.................................................................................................7

B. Konsep Komunikasi Terapeutik..............................................................................15

C. Konsep Keluarga.....................................................................................................21

D. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kecemasan Keluarga Pasien 23

BAB III KERANGKA KONSEP.....................................................................................25

A. Kerangka Teori........................................................................................................25

B. Kerangka Konsep Penelitian...................................................................................25

C. Hipotesis Penelitian.................................................................................................46

viii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................................27

A. Jenis Penelitian........................................................................................................27

B. Populasi dan Sampel................................................................................................27

C. Waktu Penelitian......................................................................................................28

D. Instrumen Penelitian................................................................................................28

E. Metode Pengumpulan Data.....................................................................................29

F. Teknik Pengolahan Data..........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................................33


Lampiran 2. Kantu Bimbingan Proposal.............................................................................35
Lampiran 3. Curriculum Vitae.............................................................................................36

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan terjadi ketika seseorang menghadapi suatu masalah dan merasa tidak

aman terhadap lingkungan sekitar atau situasi yamg sedamg dihadapi. Kecemasan yaitu

respon emosional yang menyebabkan perasaan khawatir gelisah, takut, tidak tentram dan

situasi tidak aman atau gangguan sakit (Sulastri et al, 2019). Menurut Kristiani (2017)

kecemasan merupakaan perasaan subjektif yang berhubungan dengan ketegangan mental,

perasaan gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan menghadapi masalah atau merasa tidak

aman. Kecemasan diartikan juga sebagai suatu keadaan khawatir bahwa suatu hal yang

buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah, et.al, 2019). Jadi kecemasan merupakan hal yang

terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui pasti apa penyebabnya. Di rumah sakit, kecemasan

tidak hanya dirasakan oleh pasien saja tetapi juga keluarga pasien.

Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga akan semakin meningkat apabila anggota

keluarganya dirawat di ruang perawatan kritis seperti HCU. Anggota keluarga dari pasien

penyakit kronis beresiko tinggi mengalami gejala kecemasan, depresi, dan stress (Jo et al,

2019). Menurut Rohmah (2017) pasien yang dirawat di ruang perawatan kritis tidak hanya

membutuhkan pengobatan secara medis namun juga memerlukan dukungan humanistik dari

keluarganya. Penelitian Retnaningsih dkk (2018) mengatakan pasien yang masuk dalam unit

perawatan kritis berada dalam keadaan mendadak sehingga menimbulkan berbagai macam

stressor yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Oleh karena itu, kecemasan pada

keluarga penting untuk diperhatikan karena dalam perawatan keluarga dan pasien

1
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Penanganan kecemasan pada keluarga

berbeda-beda tergantung pada tingkatannya.

Kecemasan yang dialami seseorang memiliki beberapa tingkatan. Annisa (2016)

membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang,

kecemasan berat dan tingkatan panik. Dalam penelitian Gezer et al, (2018) mengatakan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan depresi pasien dirawat

dalam menerima informasi dan tidak menerima informasi. Penelitian yang dilakukan oleh

Krupic (2019) mengatakan bahwa untuk mengurangi kecemasan, perawat diharapkan dapat

memberikan kenyamanan dan perawatan yang terbaik bagi pasien serta menjawab semua

pertanyaan yang diajukan pasien agar kecemasan dapat diminimalisasikan. Jadi kecemasan

yang dirasakan bisa diatasi tergantung bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan dan pasien beserta keluarganya. Kecemasan yang dilakukan oleh pasien dan

keluarga juga disebabkan oleh beberapa faktor penyebabnya.

Setiap keluarga akan menggunakan koping yang berbeda dalam menghadapi

kecemasan yang timbul. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kecemasan pada keluarga

pasien antara lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami pasien, serta

ketidaktahuan tentang prosedur yang diberikan kepada pasien yang sedang dirawat (Gufron

et al, 2019). Penelitian Novrianda et al, (2019) faktor yang paling berpengaruh terhadap

kecemasan adalah tingkat pengetahuan karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan

pemahaman seseorang. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan pada

keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit, salah satunya faktor komunikasi terapeutik

perawat (Nurhusna et al, 2019). Jadi faktor penyebab kecemasan keluarga antara lain yaitu

kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi pasien dan kurangnya komunikasi perawat

2
dengan keluarga. Komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien dan keluarga tidak

akan menimbulkan kecemasan bagi mereka.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita gunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Komunikasi terapeutik merupakan hubungan saling memberi dan menerima

antara perawat dan pasien atau keluarga dalam pelayanan keperawatan (Idealistiana, 2019).

Penelitain Prip et al, (2019) mengatakan komunikasi antar perawat dan pasien terutama

difokuskan pada aspek pengobatan. Berkomunikasi dengan perawat merupakan kunci dari

pengalaman pasien, yang mana melalui hubungan yang dibina bisa memberikan pikiran

positif dan keyakinan untuk sembuh bagi pasien (Tolotti et al, 2018). Jadi, komunikasi

terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan dan

dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi yang baik

diharapkan dapat menurunkan kecemasan bagi pasien dan keluarga.

Atribut penting dari semua professional kesehatan yaitu komunikasi. Komunikasi

dijadikan sebagai alat penghubung dalam bersosial (Ikawati, 2014). Penelitian Fite et al,

(2019) mengatakan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu komunikasi verbal dan non verbal.

Komnuikasi yang dilakukan secara asertif dalam praktek keperawatan sangat berpengaruh

dalam proses penyembuhan, memenuhi kebutuhan dasar pasien, serta memberikan perasaan

tenang tanpa adanya cemas selama dirawat (Rahayu, 2016). Oleh karena itu, komunikasi

sangatlah penting dalam perawatan tidak hanya secara verbal tapi juga non verbal. Namun

demikian masih ada faktor yang menjadi penghambat dalam komunikasi tersebut.

Keterampilan berkomunikasi bukanlah kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan

tidak akan muncul secara tiba-tiba. Brommelsiek et al, (2019) mengatakan miskomunikasi

merupakan penyebab utama kesalahan medis. Kredibilitas komunikator terhadap isi pesan

3
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi (Desridius, 2018). Semakin positif

persepsi pasien dan keluarganya terhadap komunikasi teraputik perawat, maka akan

semakin rendah tingkat kecemasan keluarga begitu juga sebaliknya (Loriana, dkk 2018).

Oleh sebab itu, perawat dituntut untuk melakukan komunikasi secara terapeutik untuk

meminimalkan faktor yang menjadi penghambat tersebut. Komunikasi merupakan hal yang

perlu diperhatikan dalam setiap tindakan dalam dunia kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Keswara et al, (2019) terdapat hubungan

antara komunikasi perawat dengan kecemasan keluarga pasien yaitu sebesar 76,7% dari 20

reponden merasakan cemas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Riza (2019) di

RSUP Dr. M. Djamil Padang mengatakan bahwa komunikasi perawat yang kurang baik

akan beresiko 10 kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien dibandingkan dengan

perawat yang berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leile, et.all.

(2017) menunjukkan komunikasi yang didapat di RS Unisma tergolong kurang baik (46,7

%) sebanyak 14 orang dan didapatkan hasil bahwa ada hubungan kuat antara komunikasi

terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Analisis Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga

dalam Merawat Pasien”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

“Bagaimana Analisis Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Keluarga dalam Merawat Pasien”

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan komunikasi perawat dengan tingkat kecemasan

keluarga dalam merawat pasien.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi bagaimana komunikasi terapeutik perawat terhadap

keluarga.

b. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat kecemasan keluarga dalam merawat

pasien.

c. Untuk menganalisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat

kecemasan keluarga dalam merawat pasien.

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi bagi Kepala Ruang

dan Staf Perawat Ruang tentang penerapan komunikasi terapeutik dan hubungannya

dengan kecemasan keluarga pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian tinjauan literatur ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan dan

informasi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan Fakultas Keperawatan dengan

tinjauan ilmu keperawatan berupa komunikasi terapeutik perawat dalam meminimalisir

tingkat kecemasan keluarga pasien.

5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan serta menambah data

bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait analisis komunikasi

perawat dalam menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau perasaan yang tidak diketahui apa penyebab spesifiknya oleh

individu. Kecemasan bisa juga disebut sebagai suatu perasaan waspada akan terjadinya

sesuatu dan merupakan sinyak yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan

untuk menghadapi ancaman. Kecemasan merupakan perasaan subjektif berrhubungan

dengan ketegangan mental, perasaan gelisah dan reaksi atas ketidakmampuan menghadapi

masalah atau merasa tidak aman (Kristiani, 2017). Kecemasan diartikan juga bahwa suatu

hal yang buruk akan terjadi (Mahrifatulhijah et, al 2019). Kecemasan terjadi ketika

seseorang menghadapi suatu masalah atau merasa tidak aman dengan lingkungan atau apa

yang sedang dihadapinya.

Kecemasan merupakan hal yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui apa

penyebabnya. Menurut Nursalam (2015) kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan

suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan

dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut dan fobia

tertentu. Ketika cemas individu akan takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka

padahal mereka tidak mengerti mengapa perasaan tersebut terjadi (Ghufron et al, 2019).

Menurut Sulastri et al, (2019) kecemasan yaitu respon emosional yang menyebabkan

7
kekhawatiran, gelisah, takut dan tidak tentram, situasi tidak aman dan gangguan sakit.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan perasaan takut,

tidak berdaya, perasaan yang terancam serta tidak aman secara tiba-tiba yang dialami

seseorang tanpa diketahui pasti apa penyebabnya.

2. Penyebab Kecemasan

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Sutejo (2016)

mengatakan penyebab terjdinya kecemasan antara lain :

a. Faktor biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang bisa

meningkatkan neuroreguler inhibisi dimana fungsinya berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berkaitan dengan kecemasan (Stuart 2013). Kecemasan

juga disertai dengan gangguan fisik yang selanjutnya menurunkan kapasitas

seseorang untuk menghadapi stressor.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat dilihat dari :

- Pandangan psikonalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian

dalam diri seseorang.

- Pandangan interpersonal

Kecemasan timbul karena perasaan takut akan tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal.

- Pandangan perilaku

8
Kecemasan merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Sosial budaya

Kecemasan dengan mudah ditemukan dalam keluarga. Faktor ekonomi dan latar

belakang pendidikan juga berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghufron et al, (2019) menyebutkan bahwa beberapa

alasan yang menyebabkan kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien yaitu antara

lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami pasien, serta

ketidaktahuan tentang prosedur yang diberikan kepada pasien yang sedang dirawat.

3. Tanda dan Gejala Kecemasan

Kecemasan juga memiliki beberapa tanda dan gejala baik itu secara fisik, kognitif,

perilaku maupun emosi. Menurut Sutejo (2016) tanda dan gejala kecemasan yaitu

sebagai berikut :

a. Segi Fisik

Dilihat dari segi fisik, seseorang yang mengalami kecemasan sering nafas pendek,

nadi cepat, tekanan darah naik, mulut tampak kering, anoreksi, diare/konstipasi,

gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur, dan sakit kepala.

b. Segi Kognitif

Dilihat dari segi kognitif, gejala seseorang mengalami kecemasan yaitu dari cara

individu tersebut mempersepsikan sesuatu. Biasanya orang yang mengalami

kecemasan tidak mampu menerima rangsangan dari luar, persepsinya menyempit,

serta kerap berfokus pada apa yang sedang terjadi padanya.

c. Segi Perilaku

9
Dilihat dari segi perilaku, orang yang mengalami kecemasan cenderung melakukan

gerakan yang tersentak-sentak, disertai dengan cara bicara yang berlebihan dan

cepat.

d. Segi Emosi

Dilihat dari segi emosi, penderita kecemasan juga mengalami gangguan. Biasanya

terlihat penuh dengan rasa menyesal, kesedihan yang mendalam, iritabel, takut,

gugup, suka cita yang berlebihan, ketidakberdayaan yang meningkat, kekhawatiran

yang meningkat, fok us pada diri sendiri, distress dan lainnya.

4. Tingkat kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh seseorang juga memilik beberapa tingkatan

tergantung pada keadaannya. Stuart (2016) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan

yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab kecemasan ini menjadikan seseorang lebih waspada sehingga persepsinya

menjadi luas. Pada tingkat ini, individu masih mampu memotivasi diri untuk belajar

dan memecahkan masalah secara efektif.

b. Kecemasan Sedang

Pada fase ini individu memusatkan perhatian pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Perhatian individu pada fase ini menjadi lebih selektif

namun masih mampu melakukan hal yang diarahkan oleh orang lain.

c. Kecemasan Berat

10
Pada fase ini persepsi seseorang menjadi lebih sempit. Selain itu, individu memiliki

perhatian terfokus pada hal yang spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain

dan menunjukkan perilaku untuk mengurangi ketegangan.

d. Tingkatan Panik

Kepanikan muncul akibat kehilangan kendali diri serta perhatian yang kurang. Pada

fase ini seseorang tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan arahan yang

diberikan. Gejala yang biasanya muncul pada fase ini yaitu peningkatan aktifitas

motorik, berkurangnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

penyimpangan persepsi, dan hilangnya pemikiran yang rasional dan disertai dengan

disorganisasi kepribadian.

Kecemasan bisa diatasi atau diminimalisir tergantung bagaimana komunikasi

yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga atau pasien. Menurut Gezer et al,

(2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

tingkat kecemasan dan depresi pasien dirawat dalam menerima informasi dan tidak

menerima informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Krupic (2019) mengatakan

bahwa untuk mengurangi kecemasan, perawat diharapkan dapat memberikan

kenyamanan dan perawatan yang terbaik bagi pasien serta menjawab semua

pertanyaan yang diajukan pasien agar kecemasan dapat diminimalisasikan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart & Sudden (2016) tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang terkait meliputi hal berikut:

a. Potensi stressor

11
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan

adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.

b. Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga akan

lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab individu yang matang

mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul.

c. Status pendidikan dan status ekonomi

Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan

orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan

dan status ekonomi yang tinggi.

d. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut

mudah stres.

e. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi,

cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami

kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres.

f. Tipe kepribadian

Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah

mengalami kecemasan akibat stress, ada pula individu yang tidak mudah terjadinya

gangguan kecemasan. Kepribadian ini misalnya dapat digambarkan di misalkan

pada dua orang individu.

12
g. Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada timbulnya stres.

Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafat hidup

yang jelas maka pada umumnya lebih suka mengalami stres. Demikian juga

keyakinan agama akan mempengaruhi timbulnya stres.

h. Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih mudah

mangalami stres.

i. Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami stres dari

pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.

j. Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan hidup wanita

lebih tinggi dari pada pria.

Setiap orang akan menggunakan koping yang berbeda dalam menghadapi

kecemasan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kecemasan pada keluarga

pasien antara lain ketidaktahuan tentang penyakit atau kondisi yang dialami anggota

keluarganya dan ketidaktauan tentang prosedur yang diberikan (Ghufron et al,

2019). Sementara itu (Nofrianda et al, 2019) mengatakan faktor yang paling

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah tingkat pengetahuan seseorang

karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan pemahaman seseorang. Banyak

faktor penyebab terjadinya kecemasan pada keluarga selama pasien dirawat di

rumah sakit salah satunya yaitu komunikasi perawat (Nurhusna et al, 2019).

13
6. Penilaian Tingkat Kecemasan

a. Zung Self - Rating Anxiety Scale (SAS/ZRAS) merupakan penilaian kecemasan

pada pasien dewasa yang dirancang oleh Wiliam W. K. Zung dan dikembangkan

berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pernyataan, dimana setiap penyataan

dinilai 1 - 4 (1: tidak pernah, 2 : kadang-kadang, 3 : sebagian waktu, 4 : hampir

setiap waktu). Terdiri dari 15 pernyataan kearah kearah peningkatan kecemasan

dan 5 pernyataan kearah penurunan kecemasan (Nursalam, 2015).

Rentang penilaian 20-80 dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : Normal/Tidak cemas

Skor 45-59 : Kecemasan ringan

Skor 60-74 : Kecemasan sedang

Skor 75-80 : Kecemasan berat

b. Hamilton Anxiety Rating Scale merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada timbulnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan.

Pada HARS ini Ada 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan dan setiap item diberikan 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.

Cara pemberian nilai kecemasan yaitu :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang/setengah dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari setengah gejala yang ada

4 = sangat berat/semua gejala ada

14
Hasil penilaian dari gejala kecemasan tersebut dikategorikan sebagai berikut :

- Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

- Skor 7-14 = kecemasan ringan

- Skor 15-27 = kecemasan sedang

- Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

B. Komunikasi Terapeutik

1. Konsep Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang artinya

membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih (Nasir, 2009). Komunikasi

merupakan proses yang sangat berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi

yaitu proses yang melibatkan komunikator (source), pesan (message), dan

komunikan (receiver). Menurut Stuart (2016) komunikasi terapeutik merupakan

hubungan interpersonal antara perawat dan klien dalam memperoleh pengalaman

belajar bersama untuk memperbaiki pengalaman emosional klien. Komunikasi juga

memiliki tujuan tertentu, artinya komunikasi terjadi sesuai dengan keinginan dan

kepentingan pelaku komunikasi tersebut.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sudah biasa kita gunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional

yang dilakukan secara sadar, mempunyai tujuan membantu pasien untuk mengurangi

kecemasan melalui perbaikan emosi dan mengurangi ego pasien sehingga

mempercepat proses penyembuhan (Rohmah et al, 2017). Pada saat sekarang ini,

berkomunikasi mungkin tidak dilihat sebagai tanggung jawab dokter sehingga

15
anggota keluarga beralih ke perawat untuk mendapattkan informasi tentang kondisi

medis pasien dan pengobatannya (Jo et al, 2019). Jadi, komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi professional antara perawat dan klien yang direncanakan dan

dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien serta diharapkan

dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan oleh klien.

b. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Nurhasanah (2010) membagi beberapa prinsip dasar yang harus diketahui

oleh perawat dalm membangun hubungan yang terapeutik :

a. Hubungan antara perawat dan pasien merupakan hubungan terapeutik yang saling

menguntungkan. Dalam hubungan tersebut terdapat prinsip” humanity of nurse

and clients”. Hal ini berarti bahawa hubungan yang terjadi antara perawat dan

klien akan berkualitas ketika perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia.

Perawat harus memahami bahwa hubungan tersebut bukan sekedar hubungan

antara perawat dengan pasien akan tetapi hubungan antar sesama manusia yang

bermartabat.

b. Perawat seharusnya mampu menghargai dan mengerti terhadap keunikan klien.

Tiap individu mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, karena itu

perawat perlu memahami perasaan dan perilaku yang dimiliki klien dengan

melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.

c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat saling menjaga harga diri antara

komunikator dan komunikan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga

dirinya dan harga diri klien.

16
d. Dalam berkomunikasi harus dapat menciptakan hubungan saling percaya terlebih

dahulu menggali permasalahan dan memberikan langkah-langkah pemecahan

masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari

komunikasi terapeutik

c. Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik

Menurut Potter & Perry (2011), unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi

terapeutik meliputi:

1. Keramahan

Perawat dalam membina hubungan saling percaya dan menumbuhkan kesan

yang baik.

2. Penggunaan nama

Pada saat proses komunikasi dengan pasien, perawat harus mendahului

pertemuan tersebut dengan memperkenalkan diri dan menyebutkan nama pasien

dengan benar. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan kepada pasien bahwa

mereka selalu dihargai. Penyebutanan nama merupakan hal yang paling

mendasar dalam berkomunikasi dimana berfungsi mencegah keraguan yang

muncul dalam diri perawat dan pasien.

3. Dapat dipercaya

Pada saat melangsungkan komunikasi perawat harus menimbulkan rasa kepada

pasien bahwa perawat dapat dipercaya. Dapat dipercaya ini merupakan salah satu

keutamaan dalam berkomunikasi demi kelancaran proses komunikasi.

17
4. Otonomi dan tanggung jawab

Hal yang dimaksud dari otonomi dan tanggung jawab adalah keberanian yang

harus dimiliki oleh seorang perawat dalam membuat pilihan atau menentukan

keputusan sekaligus bertanggungjawab atas pilihan atau keputusan yang diambil.

5. Asertif (tegas)

Komunikasi asertif dapat memberikan kesempatan pada individu dalam

mengekspresikan perasaan dan pikirannya tanpa harus menghakimi, menuduh,

maupun menyakiti orang lain. Dalam dunia keperawatan, sikap ini juga

berfungsi untuk menimbulkan rasa percaya dan menunjukan rasa penghormatan

terhadap orang lain

d. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan klien kearah yang

lebih positi dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :

- Realisasi diri

Realisasi diri bermaksud penerimaan diri serta peningkatan kesadaran dan

penghargaan diri klien. Melalui komunikasi terapeutik ini diharapkan adanya

perubahan yang terjadi dalam diri klien.

- Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial serta saling

bergantung pada orang lain. Komunikasi terapeutik membantu klien untuk

bagaimana belajar menerima orang lain dan diterima orang lain

- Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan serta

mencapai tujuan yang realistis

- Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri klien.

18
Tujuan komunikasi terapeutik yaitu untuk membina hubungan interpersonal

antara perawat dan klien dalam membantu mengurangi beban perasaan dan

pikiran yang diderita klien demi kesembuhan klien itu sendiri.

2. Fase Komunikasi Terapeutik

Hubungan terapeutik perawat-klien sebagaimana disebutkan Potter dan Perry (2011)

terdiri dari 4 tahapan komunikasi terapeutik, yaitu :

a. Fase pre interaksi

Pada tahap ini perawat melakukan masa persiapan sebelum memulai hubungan

dengan klien. Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu dengan klien untuk pertama

kalinya dan merupakan fase dimana perawat merencanakan pendekatan terhadap

klien.

Tugas perawat pada fase ini adalah :

- Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya

- Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri

- Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana

berinteraksi dengan klien

- Membuat rencana pertemuan secara tertulis yang akan diaplikasikan saat bertemu

dengan klien.

b. Fase orientasi

Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu dengan klien dan saling

mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap yang hangat, empati,

menerima, dan bersikap penuh perhatian sehingga hubungan saling percaya dapat

terbina (Nurhasanah, 2010).

19
Tugas Perawat pada fase ini adalah :

- Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaaan dan

komunikasi terbuka.

- Merumuskan kontrak bersama klien, yaitu tempat, waktu, dan topik pertemuan

- Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien

- Merumuskan tujuan dengan klien.

c. Fase Kerja

Fase kerja merupakan proses perawat dan klien saling bekerja sama untuk

menyelesaikan suatu persoalan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam fase ini

perawat harus bersikap caring dengan menyampaikan informasi yang benar kepada

pasien, melakukan tindakan teknik komunikasi terapeutik yang sesuai.

d. Fase Terminasi

Fase terminasi yaitu fase penutup hubungan antara perawat dengan klien dengan

saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan

dijalani. Pada fase ini baik perawat maupun klien dapat merasakan perasaan puas,

senang, marah, sedih, jengkel dan perasaan lainnya yang mungkin menimbulkan

ketidaknyamanan.

Tugas perawat pada fase ini adalah :

- Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini

disebut evaluasi objektif.

- Melakukan evaluasi subjektif dengan menanyakan perasaan klien setelah

berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.

20
- Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

- Membuat kotrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati

adalah topik, waktu, dan tempat pertemuan

C. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan elemen terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan

merupakan kumpulan antara dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan

kedekatan emosional serta yang menidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga

(Friedman, 2010).

2. Ciri-Ciri Keluarga

Menurut Padila (2012) ciri-cir keluarga yaitu sebagai berikut :

- Keluarga merupakan hubungan perkawinan

- Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong

- Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

- Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan dengan

cara musyawarah

- Berbentuk monogram

- Memiliki tanggung jawab

3. Struktur Keluarga

Struktur dan fungsi keluarga adalah hubungan yang dekat serta ada interaksi terus

menerus antara satu dengan yang lainnya. Struktur ini sendiri didasari dengan organisasi

anggota keluarga dan hubungan yang terus menerus. Struktur keluarga ini sendiri dapat

21
diperluas atau dipersempit tergantung pada keluarga tersebut dalam merespon stressor

yang ada dalam keluarga. Susanto (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat

elemen :

a. Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga ada yang berjalan dengan baik dan ada pula yang

tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal dalam komponen komunikasi seperti

sender, chanel media, massage, environment dan receiver. Komunikasi dalam

keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, verbal dan non verbal, serta

komunikasi sirkular.

b. Pola Peran Keluarga

Peran adalah serangkaian kebiasaan yang diharapkan sesuai dengan posisi social

yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.

Peran dalam keluarga dapat fleksibel sehingga anggota keluarga dapat

beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

c. Pola Norma dan Nilai Keluarga

Nilai adalah persepsi seseorang tentang suatu hal apakah baik atau bermanfaat

bagi dirinya. Norma yaitu peran yang dilakukan manusia berasal dari nilai

budaya yang terkait. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma yaitu perilaku yang

baik menurut masyarakat dan berdasarkan nilai dalam keluarga.

d. Pola Kekuatan Keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan potensial atau actual dari individu

untuk mengendalikan perubahan perilaku seseorang ke arah yang lebih baik.

22
Hasil dari pola kekuatan dalam keluarga akan mendasari suatu proses dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga.

D. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga

Pasien

Salah satu faktor penyebab terjadinya kecemasan yang dialami oleh pasien dan

keluarga adalah komunikasi terapeutik perawat. Kecemasan ini juga akan meningkat jika

anggota keluarga dirawat di ruang perawatan kritis seperti HCU. Semakin positif persepsi

pasien dan keluarganya terhadap komunikasi yang dilakukan perawat maka akan semakin

rendah tingkat kecemasan yang dialami dan begitu juga sebaliknya (Loriana et al, 2018).

Kecemasan yang dialami oleh keluarga secara tidak langsung mempengaruhi kondisi pasien

yang dirawat dan berakibat pada pengambilan keputusan yang tertunda (Kristiani et al,

2017).

Hubungan antara komunikasi dengan kecemasan keluarga pasien maupun pasien

sangatlah berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Setiap orang mempunyai

koping yang berbeda dalam menghadapi kecemasan tersebut. Penelitian yang dilakukan

oleh Riza (2019) di RSUP Dr. M. Djamil Padang mengatakan bahwa komunikasi perawat

yang kurang baik akan beresiko 10 kali terjadinya kecemasan terhadap keluarga pasien

dibandingkan dengan perawat yang berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang

dilakukan oleh perawat juga merupakan salah satu peranan penting dalam kesembuhan

pasien. Maka dari itu, setiap perawat atau tenaga kesehatan dituntut untuk melakukan

komunikasi terapeutik yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan yang dialami oleh

pasien maupun keluarganya.

23
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Kerangka teori dari penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini :

Tingkatan Kecemasan :
Komunikasi
- Kecemasan Ringan Kecemasan K Terapeutik
- Kecemasan Sedang
- Kecemasan Berat
- Panik
Penyebab Kecemasan :
Fase Komunikasi Terapeutik :
- Faktor Biologis
- Faktor - Fase Pra Interaksi
Psikologis - Fase Orientasi
- Faktor Sosial - Fase Kerja
Budaya - Fase Terminasi
- Komunikasi

Stuart (2016) Sutejo (2016) Potter and Perry (2011)

Tabel 3.1 Kerangka Teori Penelitian

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Komunikasi Terapeutik Tingkatan Kecemasan

Tabel 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

24
C. Rumusan Hipotesis

Hipotesis yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana

rumusan masalah tersebut dinyatakan pada bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2016).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga

pasien dalam merawat pasien di ruang perawatan ICU.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pencarian literature yaitu penguraian

secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan penjelasan agar dapat dipahami

dengan baik oleh pembaca. Peneliti menganalisis gambaran hubungan komunikasi terpeutik

perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sekunder

yang berjenis Systematic Literatur Review (SLR). Systematic Literatur Review merupakan

suatu metode yang menggunakan review, telaah, evaluasi terstruktur, pengklasifikasian, dan

pengkategorian dari evidence based yang telah dihasilkan sebelumnya (Hariyati, 2010).

Metode pencarian menggunakan elektronic data base PubMed, Google Scholar, dan

Science Direct. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject Heading)

yaitu “Anxiety/Kecemasan”, “Nurses Communication/ Komunikasi Perawat”.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Notoadmojo (2010), populasi adalah seluruh objek atau subjek penelitian

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi penelitian ini yaitu keluarga

yang merawat pasien diruang ICU.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau dan dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah

26
keluarga pasien yang merawat pasien diruang ICU berdasarkan jurnal-jurnal terkait

topik penelitian.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini meliputi :

a. Tahun publikasi antara 2015-2020

b. Jurnal dipublikasi dari database PubMed, Science Direct, dan Google Scholar

c. Jurnal ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia

d. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien di ruang ICU

Kriteria eksluksi sampel pada penelitian ini yaitu:

a. Artikel berupa abstrak.

b. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Juni 2020.

D. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen dokumentasi.

Instrumen dokumentasi dapat memberikan informasi dan berbagai macam sumber yang

berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sumber dokumen yang digunakan

pada penelitian ini yaitu dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh dari berbagai

media seperti laporan penelitian atau jurnal publikasi lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan sistematik literatur review. Sistematik

literatur review adalah metode literatur revew yang mengidentifikasi, menilai, dan

27
menginterprestasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian untuk menjawab

pertanyaan penelitian (research question) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengumpulan data menggunakan data sekunder atau sering disebut metode

penggunaan bahan dokumen , karena data yang diperoleh tidak secara langsung dari

responden melainkan mengambil data dari hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

oleh peneliti lain. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan artikel-artikel atau jurnal yang

berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini, teknik pengolahan data menggunakan systematic literatur review.

Tahapan Systematic Literatur Review :

1. Planning

Research Question (RQ) adalah bagian awal dimulainya proses SLR. Research

Question digunakan untuk menuntun proses pencarian dan ekstrasi literatur. Formulasi

RQ harus didasarkan pada 5 elemen yang disebut PICOC (Planning, Intervention,

Comparison, Outcomes, Context).

Langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun protokol SLR. Protokol

SLR adalah rencana yang berisi prosedur dan metode yang kita pilih dalam melakukan

SLR. Secara umum ptotokol SLR memuat 7 elemen sebagai berikut :

a. Background

b. Research Questions

c. Search terms

d. Selection criteria

e. Quality checlist and procedures

28
f. Data extraction strategy

g. Data synthesis strategy

2. Conducting

Tahapan conducting adalag tahapan yang berisi pelaksanaan dari SLR dan harus

sesuai dengan protokol SLR yang telah ditentukan. Berikut langkah-langkah

conducting :

a. Dimulai dari penentuan keyword pencarian literatur yang basisnya adalah PICOC.

b. Kemudian penentuan sumber dari pencarian literatur.

c. Semua literatur didapatkan, lalu memilih literatur yang sesuai.

d. Langkah terakhir ekstraksi data.

e. Kemudian melakukan sintesis berbagai hal yang kita temukan dari literatur-literatur

yang sudah dipilih.

3. Reporting

Reporting adalah tahapan penulisan hasil SLR dalam bentuk tulisan, baik untuk

dipublikasikan dalam bentuk paper ke jurnal ilmiah atau untuk literatur review dari

skripsi/tesisi/disertasi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00

Brommelsiek, M., Graybill, T. L., & Gotham, H. J. (2019). Improving communication, teamwork
and situation awareness in nurse-led primary care clinics of a rural healthcare system. Journal
of Interprofessional Education and Practice, 16(December 2018), 100268.
https://doi.org/10.1016/j.xjep.2019.100268

Fite, R. O., Assefa, M., Demissie, A., & Belachew, T. (2019). Predictors of therapeutic
communication between nurses and hospitalized patients. Heliyon, 5(10), e02665.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02665

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset,
teori, dan praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid dkk.Jakarta:EGC

Gezer, D., & Arslan, S. (2019). The Effect of Education on the Anxiety Level of Patients Before
Thyroidectomy. Journal of Perianesthesia Nursing, 34(2), 265–271.
https://doi.org/10.1016/j.jopan.2018.05.017

Gufron, M., Widada, W., & Putri, F. (2019). Pengaruh Pembekalan Kesejahteraan Spiritual
Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsd Dr.
Soebandi Jember. The Indonesian Journal of Health Science, 11(1), 91.
https://doi.org/10.32528/ijhs.v11i1.2242

Idealistiana, L., Komunikasi, H., Perawat, T., Tingkat, T., Keluarga, K., Studi, P., Sekolah, K.,
Ilmu, T., Abdi, K., Jakarta, N., Studi, P., Sekolah, K., Ilmu, T., Abdi, K., Jakarta, N., Tujuan,
A., Ugd, R., Zahirah, R. S. U., Penelitian, M., … Terapeutik, K. (2019). KECEMASAN
KELUARGA PASIEN Jurnal Antara Keperawatan September - Desember Tahun 2019 Jurnal
Antara Keperawatan September - Desember Tahun 2019. 1(3), 107–111.

Ikawati, V. C., & Sulastri. (2011). Hubungan Komunikasi Teraupetik Perawat dengan Anggota
Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan
Kritis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Publikasi Ilmiah, 114–121.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3629/VIVIN CANDRA IKAWAT-
SULASTRI Fix.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Jo, M., Song, M. K., Knafl, G. J., Beeber, L., Yoo, Y. S., & Van Riper, M. (2019). Family-clinician
communication in the ICU and its relationship to psychological distress of family members: A
cross-sectional study. International Journal of Nursing Studies, 95, 34–39.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.03.020

Keswara, U. R., Trismiyana, E., & Wandini, R. (2019). HUBUNGAN KOMUNIKASI


TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG

30
BEDAH RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG. Malahayati Nursing
Journal, 1(1).

Kitchenham, B. And Chartes, S. (2007). Guidelines for Performing Systematic Literature Reviews
in Software Engineering, Technical Report EBSE 2007-2010. Keele University and Durham
University. Join Report

Komunikasi, H., Terhadap, T., Kecemasan, T., & Pasien, K. (2018). Desridius et al : Hubungan
Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien. 1(2), 86–91.

Kristiani, R. B., & Dini, A. N. (2017). Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien Di Intensive Care Unit (Icu) Rs Adi Husada Kapasari Surabaya. Adi Husada
Nursing Journal, 3(2), 71–75. file:///C:/Users/MyBook 11/Documents/Komunikasi dengan
tingkat kecemasan.pdf

Krupic, F. (2019). Nurse Anesthetists’ Communication in Brief Preoperative Meeting With


Orthopaedic Patients—An Interview Study. Journal of Perianesthesia Nursing, 34(5), 946–
955. https://doi.org/10.1016/j.jopan.2019.01.008

Leite, E. G. (2017). Hubungan Antara Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis RS Unisma. Journal Nursing News, 2(2), 286–
294.

Leite, E. G., Kusuma, F. H. D., & Widiani, E. (2017). HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA
PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT
UNISMA. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).

Loihala, M. (2016). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruangan Hcu Rsu Sele Be Solu Kota Sorong. Jurnal
Kesehatan, 7(2), 176-181.

Loriana, R., & Hilda, H. (2018). HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA. MNJ (Mahakam Nursing Journal), 2(4),
159-165.

Mahrifatulhijah, M., & Heni, S. S. (2019). SUMBER KECEMASAN PADA KELUARGA


PASIEN OPERASI SEKTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT. Avicenna: Journal of Health
Research, 2(1).

Mohd, A. R. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUP Dr. M. Djamil Padang (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).

31
Novrianda, D., Hermalinda, & Fauziah, M. (2019). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan Orang Tua pada Anak Pra-Operasi Di Ruang Bedah Anak. Jurnal Keperawatan,
15(1), 36–47.

Nurhusna, N., & Oktarina, Y. (2019, February). ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI


TERAUPETIK PERAWAT PELAKSANA TERHADAP KECEMASAN KELUARGA
PASIEN YANG DI RAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD RADEN
MATTAHER. In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 4, No. 1, pp. 156-163).

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan :Aplikasi dalam Praktik keperawatan Professional.


Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P., & Perry. (2011). Fundamental of Nursing (7th ed.). Elsevier.

Prip, A., Pii, K. H., Møller, K. A., Nielsen, D. L., Thorne, S. E., & Jarden, M. (2019). Observations
of the communication practices between nurses and patients in an oncology outpatient clinic.
European Journal of Oncology Nursing, 40(December 2018), 120–125.
https://doi.org/10.1016/j.ejon.2019.03.004

Retnaningsih, D. (2018). Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga


Pasien di Unit Perawatan Kritis. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(1), 35.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.1.638

Rohmah, M. (2017). Komunikasi terapeutik perawat menurunkan kecemasan keluarga pasien kritis.
Journals of Ners Community, 08(nurvember), 144–151.

Stuart, G. W., & Keliat, B. A. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart 1.

Sulastri, S., Cahyanti, A. I., & Rahmayati, E. (2019). Perilaku Caring menurunkan Kecemasan
Pasien Preoperasi. Jurnal Kesehatan, 10(3), 382. https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1224

Susanto, T. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta Timur:CV.Trans Info Media

Tolotti, A., Bagnasco, A., Catania, G., Aleo, G., Pagnucci, N., Cadorin, L., Zanini, M., Rocco, G.,
Stievano, A., Carnevale, F. A., & Sasso, L. (2018). The communication experience of
tracheostomy patients with nurses in the intensive care unit: A phenomenological study.
Intensive and Critical Care Nursing, 46, 24–31. https://doi.org/10.1016/j.iccn.2018.01.001

Tuasikal, H. (2017). SYSTEMATIC REVIEW: EFEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM


MENINGKATKAN KOMUNIKASI PERAWAT.

32
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama : Deanisa Hasanah
No.Bp : 1611313020
LITERATUR REVIEW : ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG ICU

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
Penelitian
2 Acc Judul
Penelitian
3 Penyusunan
Proposal
Penelitian
4 Persiapan
Seminar
Proposal
5 Seminar
Ujian
Proposal
6 Perbaikan
Proposal
Penelitian
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Pengolahan
Data dan

33
Analisa Data
9 Penyusunan
Hasil
Penelitian

34
Lampiran 2. Kartu Bimbingan/Konsultasi Skripsi

35
Lampiran 2. Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

A. Biodata Pribadi

Nama : Deanisa Hasanah

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/18 Agustus 1998

Agama : Islam

Daerah Asal : Padang

Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Keperawatan Unand

Status : Belum Menika

Nama Ayah : Lian Nasution

Nama Ibu : Anni Usri Siregar

Alamat : Jl. DPR IV No.23 Kec.Dadok Tunggul Hitam

Email : hdeanisa@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 01 Sawahan : 2004-2010

2. SMP Negeri 5 Padang : 2010-2013

3. SMA Negeri 6 Padang : 2013-2016

4. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas : 2016-Sekarang

36

Anda mungkin juga menyukai