Anda di halaman 1dari 34

PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS

LAPORAN ANALISA DATA, SLKI DAN SIKI


KOMUNITAS VIRTUAL

Disusun Oleh :

Kelompok D’20
Kintan Resqitha Ekaputri Elisya Syofyani
Rettania Lorenza Hamrizal Azizah Yulia Ulfa
Vira Shintya Syafma Noveri Yansyah
Annisa Fatma Poppy Tia Andria
Miftahul Rahmi

Dosen Pembimbing :

Dr. Rika Sabri, S.Kp., M.Kes., Sp.Kep. Kom


Ns. Mahatir, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
DATA SENJANG YANG DITEMUKAN PADA PENGKAJIAN DI KOMUNITAS
VIRTUAL D’20

DIVISI DATA

Balita/ Anak Hasil survey kuesioner :

1. Didapatkan anak yang mengalami demam sebesar 33,3 %.


2. Didapatkan anak yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 60% dan laki-laki 40%.
3. Didapatkan seluruh anak/balita sedang tidak mengalami demam.
4. Didapatkan sebesar 80% anak/balita mendapatkan ASI eksklusif dan 20% anak/balita
tidak mendapatkan ASI eksklusif.
5. Sebesar 60% anak memiliki status imunisasi lengkap dan 40% memiliki status
imunisasi tidak lengkap.
6. Didapatkan seluruh anak yang memiliki status imunisasi tidak lengkap
7. Jika anak demam sebanyak 60% ibu kadang-kadang melakukan kompres untuk
menyembuhkan demam dan sebanyak 40% melakukan kompres.
8. Didapatkan sebanyak 60% ibu mengompres anaknya menggunakan air hangat dan
40% menggunakan air biasa.
9. Didapatkan sebanyak 60% ibu membawa anak ke puskesmas atau fasilitas kesehatan
terdekat untuk mengobati anak demam dan sebanyak 40% ibu memberikan obat
tradisional untuk mengobati demam pada anak.
10. Didapatkan seluruh ibu memiliki pengetahuan bahwa demam merupakan suhu badan
lebih tinggi biasanya mencapai >38oC
11. Didapatkan seluruh ibu mengatan bahwa gejala demam yaitu suhu tubuh panas.
12. Didapatkan sebesar 60% ibu memilih PHBS merupakan cara pencegahan demam
pada anak/balita dan sebanyak 40% mengatakan dengan gizi yang cukup.
13. Sebanyak 60% cara penanganan demam pada anak/balita merupakan yang dibutuhkan
saat ini dan sebanyak 40% memilih cara menyusun gizi seimbang untuk anak dan
balita.

Hasil study literature


1. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan jumlah kasus demam
di seluruh dunia yang kematian tiap tahunnya mencapai 16 – 33 juta dengan 500 –
600 ribu (WHO, 2012)
2. Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap penanganan demam pada anak. Orang
tua yang memiliki perbedaan pengetahuan dapat mengakibatkan penanganan demam
yang berbeda pula pada anak. Banyak orang tua yang mengira jika tidak diobati
demam pada anak akan semakin tinggi. Karena konsep yang salah ini, banyak orang
tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Orang tua
mempunyai berbagai kekhawatiran ketika anak mereka demam (Kelly et al, 2016)
3. Penanganan tanpa obat dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat
membantu menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian cairan, penggunaan kompres,
dan menghindari penggunaan pakaian terlalu tebal (Kristiyaningsih et al., 2019)
4. Penurunan suhu tubuh anak demam sesudah diberikan kompres hangat di axilla rata-
rata 1,3°C, sedangkan penurunan suhu tubuh anak demam sesudah diberikan kompres
hangat di femoral rata-rata 0,7°C. Ada perbedaan yang bermakna suhu tubuh sebelum
dan sesudah diberikan kompres hangat di axilla pada pasien anak demam di RSUD
Ambarawa dengan nilai p value 0,000 (Masrurih, et al.,2017)

Remaja Hasil Kuesioner/Angket Umum Remaja


1. sebanyak 66,7% remaja mengatakan mengalami jerawat, 66,7% remaja mengalami
kekerasan dan perundungan, 16,7% remaja mengalami keputihan, 50% remaja
mengeluh sakit saat mentruasi pada remaja putri, 16,7% remaja mengalami nutrisi
dan gangguan pola makan (obesitas, memuntahkan makanan yang telah dimakan,
magh), dan 16,7% remaja pernah mengalami kecelakaan dan jatuh.

Hasil Kuesioner/Angket Jerawat pada Remaja


1. Lalu sebanyak 50% responden memilih sangat tidak setuju dengan pernah dijauhi
teman karena jerawat, dan 50% responden memilih tidak setuju.
2. Sebanyak 75 % responden tidak setuju dengan pernyataan merasa nyaman-nyaman
saja dengan wajah yang berjerawat dan 25% responden memilih sangat tidak setuju
dengan pernyataan merasa nyaman-nyaman saja dengan wajah yang berjerawat
3. Lalu sebanyak 50% responden setuju dengan pernyataan Saya malu bertemu dengan
orang lain karena berjerawat, 25% responden tidak setuju dan 25% responden meilih
sangat tidak setuju.
4. Sebanyak 50 % responden setuju dengan pernyataan tidak perlu malu dengan wajah
yang berjerawat dan 50% responden memilih tidak setuju.
5. Kemudian 100% responden setuju dengan pernyataan merasa tidak nyaman dengan
wajah yang berjerawat
6. Kemudian 50% responden setuju dengan pernyataan Saya tidak malu bertemu
dengan orang lain walau berjerawat dan sebanyak 50% responden tidak setuju
7. Sedangkan sebanyak 75% responden setuju dengan pernyataan Walau wajah
berjerawat saya tetap dapat melakukan aktivitas dengan baik dan 25% responden
memilih sangat setuju
8. Sebanyak 75% 50% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan merasa takut
orang-orang terdekat akan menjauhi saya karena jerawat dan 50 % responden
memilih sangat tidak setuju
9. Sebanyak 50% responden memilih setuju dengan walaupun berjerawat saya tetap
memiliki banyak temandan 50% memilih sangat setuju.
10. Sebanyak , 100% responden memilih setuju dengan sering merasa malu dengan
wajah saya yang berjerawat
11. Sebanyak 100% 100% responden sangat setujudengan selalu berusaha mencoba
meraih prestasi meski wajah berjerawat
12. Sebanyak50% responden memilih sangat setuju dengan meskipun berjerawat, saya
tetap merasa PD dan 50% memilih setuju
13. Sebanyak 50% responden setuju dengan menghabiskan banyak waktu untuk
mengatasijerawat dan 50% responden meilih tidak setuju
14. Sebanyak50% responden memilih setuju dengan pernyataan suka termenung
memikirkan wajah yang berjerawat dan 50% responden memilih tidak setuju
15. Sebanyak50% responden memilih tidak setuju dengan menjadi paranoid karena
jerawat, 25% memilih setuju dan 25% responden memilih sangat tidak setuju
16. Sebanyak50% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan tidak peduli
dengan komentar orang lain akan wajah saya yang berjerawat, 25% responden
memilih setuju dan 25% responden memilih sangat setuju
17. Sebanyak 50%setuju dengan melakukan perawatan wajah untuk menarikperhatian
orang lain dan 50% responden memilih tidak setuju
18. Sebanyak100% responden memilih jerawat bukanlah hal yang harus ditakuti
19. Sebanyak 50% responden memilih setuju dengan persepsi pribadi yang menarik
selalu identic dengan wajah cantik/tampan, 25% responden memilih tidak setju dan
25% memilih sangat tidak setuju
20. Sebanyak75% responden setuju dengan merasa risih jika mendengar orang lain
mengomentari wajah saya yang berjerawat dan 25% respodnen memilih sangat
setuju
21. Sebanyak 75% memilih tidak setuju dengan pernyataan seandainya saya tidak
berjerawat maka akanterasa mudah untuk menarik perhatian orang yang
saya suka dan 25% responden memilih setuju
22. Sebanyak 75% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan menjadi tidak PD
sejak berjerawat dan 25% responden memilih sangat tidak setuju
23. Sebanyak75% respon memilih sangat setuju dengan pribadi yang menarik tidak
ditentukan dengan wajah yang cantik/tampan dan 25% responden memilih setuju.
24. Sebanyak75% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan takut dijauhi
teman pria/wanita karena jerawat dan 25% responden memilih sangat tidak setuju
25. Sebanyak 75% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan tidak dapat
melakukan aktivitas di luarruangan dengan wajah yang berjerawat dan 25%
responden memilih sangat tidak setuju
26. Sebanyak 50% responden memilih tidak setuju denganpersepsi bahwa tidak sulit
bagi saya untuk menarik perhatian orangyang saya suka, 25% responden setuju dan
25% responden sangat setuju
27. Sebanyak 100% responden memilih tidak setuju dengan pernyataan aktivitas saya
terhambat karena jerawat
28. Sebanyak75% responden sangat setuju dapat melakukan aktivitas apapun dan
kapanpun meski dengan wajah yang berjerawat dan 25% responden memilih setuju
29. Sebanyak 50% responden memilih sangat setuju bahwa tidak takut dijauhi teman
pria/wanita karenaberjerawat dan 50% responden memilih setuju.
30. Sebanyak 75% responden memilih sangat tidak setuju bahwa jerawat telah
mengendalikan kehidupan saya dan 25% responden memilih tidak setuju
31. Lalu Sebanyak50% remaja memilih tidak setuju bahwa selalu sibuk membenahi diri
(fisik) daripadamengembangkan potensi diri dan 50% responden memilih sangat
tidak setuju
32. Kemudian Sebanyak50% responden memilih tidak setuju bahwa prestasi belajar
menurun sejak berjerawat dan 50% responden memilih sangat tidak setuju.
33. Sebanyak 100% responden memilih setuju bahwa merasa senang tidak dijauhi orang
karena berjerawat

Studi Literature :
1. Di Indonesia kasus akne vulgaris (jerawat) terdapat 80 % dengan prevalensi tertinggi
yaitu umur14-17 tahun, diamna wanita berkisar 83%-85% dan pada pria pada umur
16-19 tahun berkisar 95-100%. (Saragih, et al., 2016)
2. Timbulnya akne vulgaris pada masa remaja, akan meningkatkan pentingnya
penampilan diri dalam lingkungan sosial sehingga akan dapat mempengaruhi konsep
diri remaja putri.(Yuindartanto: Sampelan et al., 2017)
3. Remaja yang berjerawat, dilaporkan memiliki kepercayaan diri rendah atau rasa
malu (71%), kesulitan menemukan pasangan (43%), masalah interaksi dengan teman
(24%), masalah dengan kegiatan di sekolah(21%).
(Ritvo Eva et al., 2011)
4. Remaja yang berjearawat dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Remaja
dengan acne vulgaris menunjukkan rasa malu, harga diri rendah, mempengaruhi
aktivitas di sekolah, mempengaruhi hobi, kehidupan sosial, menghindar kegiatan
fisik karena malu dengan wajah yang berjerawat. (Tasoula at al., 2012)

Dewasa Hasil Kuesioner/Angket Umum Dewasa


- Hasil penyebaran kuesioner via google form didapatkan bahwa klien komunitas
virtual D’20 ada yang mengalami hipertensi (25,6%) dan gastritis (12,8%).
- Hasil penyebaran kuesioner via google form didapatkan bahwa klien komunitas
virtual D’20 usia dewasa mengalami hipertensi sebanyak 10 responden (25,6 %).
- Hasil penyebaran kuesioner via google form didapatkan bahwa pada klien
komunitas virtual D’20 memiliki riwayat penyakit hipertensi (48,7%) dan memiliki
riwayat penyakit diabetes mellitus (10,3%)
- Klien komunitas virtual D’20 memiliki kebiasaan tidak sehat seperti merokok (33,3
%), mengopi (7,7%), makan tidak teratur (10,3 %), dan kurang istirahat (5,1 %).
- Klien komunitas virtual D’20 memiliki kebiasaan sehat yaitu sering melakukan
olahraga (2,6%), kadang-kadang melakukan olahraga (56,4 %) dan tidak pernah
melakukan olahraga (41%)
- Klien komunitas virtual D’20 memiliki beberapa aktivitas didalam rumah, seperti
membersihkan rumah (23,1 %), dan memasak / mengasuh anak (28,2 %).
- Klien komunitas virtual D’20 juga memiliki kegiatan diluar rumah seperti bekerja
(69,2 %), berbelanja (10 %).

Hasil Kuesioner/ Angket Hipertensi pada Dewasa


1. Pengetahuan Dewasa Terkait Hipertensi
- 100% dewasa mengetahui bahwa hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
- 70% dewasa mengetahui bahwa tekanan darah normal ≤140 mmHg dan 30%
tidak mengetahui bahwa tekanan darah normal ≤140 mmHg
- 90% dewasa mengetahui bahwa tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat
membahayakan jantung, ginjal, mata, dan otak. Sedangkan 10% tidak
mengetahui bahwa tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat membahayakan
jantung, ginjal, mata, dan otak
- 40% dewasa mengatakan pola hidup sehat tidak perlu dilakukan dalam
mengontrol tekanan darah, 50% dewasa mengatakan pola hidup sehat perlu
dilakukan dalam mengontrol tekanan darah, dan 10% mengatakan tidak tahu.
- 50% dewasa mengatakan obesitas (berat badan berlebih) tidak berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah, 20% dewasa mengatakan obesitas (berat
badan berlebih) berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah, dan 30%
mengatakan tidak tahu
- 90% dewasa mengatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dan garam yang
berlebih, merokok, dan kurangnya aktivitas dapat meningkatkan tekanan darah,
dan 10% mengatakan tidak tahu
- 90% dewasa mengatakan stress dapat meningkatkan tekanan darah, dan 10%
mengatakan tidak tahu
- 70% dewasa mengatakan obat hipertensi hanya diminum ketika tekanan darah
mengalami peningkatan, 20% mengatakan obat hipertensi tidak hanya diminum
ketika tekanan darah mengalami peningkatan, dan 10% mengatakan tidak tahu
2. Kepatuhan Terhadap Konsumsi Obat Hipertensi
- 30% dewasa mengatakan sering lupa mengkonsumsi obat hipertensi, dan 70%
mengatakan kadang-kadang lupa mengkonsumsi obat hipertensi
- 50% dewasa mengatakan pernah mengurangi atau berhenti minum obat tanpa
memberitahu dokter karena merasa kondisi bertambah parah ketika meminum
obat tersebut, dan 50% dewasa mengatakan tidak pernah mengurangi atau
berhenti minum obat tanpa memberitahu dokter karena merasa kondisi
bertambah parah ketika meminum obat tersebut
- 70% dewasa mengatakan selama 2 pekan terakhir pernah dengan sengaja tidak
meminum obat, dan 30% mengatakan selama 2 pekan terakhir tidak pernah
dengan sengaja tidak meminum obat
- 80% dewasa mengatakan selama berpegian atau meninggalkan rumah pernah
lupa membawa obat, dan 20% dewasa mengatakakn tidak pernah lupa membawa
obat
- 50% dewasa mengatakan pernah merasa terganggu dengan kewajiban dalam
pengobatan yang dijalani, dan 50% mengatakan tidak pernah merasa terganggu
dengan kewajiban dalam pengobatan yang dijalani
- 10% dewasa mengatakan sering mengalami kesulitan dalam minum obat, 80%
dewasa mengatakan terkadang mengalami kesulitan dalam minum obat, dan
10% dewasa mengatakan jarang mengalami kesulitan dalam minum obat
3. Aktivitas Fisik
- 60% dewasa mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik berat dalam seminggu
terakhir, dan 40% mengatakan melakukan aktivitas fisik berat dalam seminggu
terakhir
- 70% dewasa mengatakan melakukan aktivitas fisik sedang dalam seminggu
terakhir, dan 30% mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik sedang dalam
seminggu terakhir
- 60% dewasa mengatakan tidak melakukan berjalan kaki selama minimal 10
menit, dan 40% mengatakan melakukan berjalan kaki selama minimal 10 menit
4. Penatalaksanaan Diet
- 50% dewasa mengatakan mengkonsumi makanan dari biji-bijian dan kacang-
kacangan, 40% mengatakan terkadang mengkonsumsi makanan dari biji-bijian
dan kacang-kacangan, dan 10% mengatakan terkadang
- 30% dewasa mengatakan mengkonsumsi daging tanpa lemak dan ayam tanpa
kulit, 50% mengatakan tidak, dan 20% mengatakan terkadang
- 80% dewasa mengatakan mengkonsumsi padi-padian dan olahannya, sedangkan
20% mengatakan terkadang mengkonsumsi padi-padian dan olahannya
- 60% dewasa terkadang mengkonsumsi sayuran bewarna kuning dan hijau, dan
40% mengatakan mengkonsumsi sayuran bewarna kuning dan hijau
- 70% dewasa terkadang mengkonsumsi buah-buahan, 20% mengatakan
mengkonsumsi buah-buahan, dan 10% mengatakan tidak mengkonsumsi buah-
buahan
- 30% dewasa mengatakan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol,
60% mengatakan tidak, dan 10% mengatakan terkadang
5. Kebiasaan Merokok
- 70% dewasa mengatakan tidak pernah merokok selama 3 bulan, dan 30%
dewasa megatakan pernah merokok selama 3 bulan
- 20% dewasa mengatakan dalam satu bulan sering merasa marah karena sesuatu
yang tidak terduga, 20% mengatakan tidak, 60% mengatakan terkadang
- 10% dewasa mengatakan selama satu bulan terakhir sering merasa gelisah dan
tertekan, sedangkan 90% mengatakan terkadang
- 30% dewasa mengatakan selama satu bulan terakhir merasa yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah pribadi, dan 70% mengatakan terkadang
- 10% dewasa mengatakan selama satu bulan terakhir sering merasa tidak mampu
dalam menyelesaikan hal-hal yang harus dikerjakan, 70% mengatakan
terkadang, dan 20% mengatakan tidak pernah
- 50% dewasa mengatakan dalam satu bulan terakhir sering mengontrol rasa
mudah tersinggung, 40% mengatakan terkadang, dam 10% mengatakan tidak
pernah
- 10% dewasa mengatakan dalam satu bulan terakhir sering merasa marah karena
adanya masalah yang tidak dapat dikontrol, 70% mengatakan terkadang, dan
20% mengatakan tidak pernah
- 60% dewasa mengatakan dalam satu bulan terakhir kadang-kadang merasa
dalam kesulitan yang berat sehingga tidak mampu mengatasinya, dan 40%
dewasa mengatakan tidak

Studi Literature
1. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan 1,13 miliar
orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025 terjadi peningkatan
penderita hipertensi dari 26,4% menjadi 29,2%. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut (WHO,
2019).
2. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa, prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%
danyang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 8,6% dari prevelensi hipertensi.
Hal ini mengalami peningkatan dari 5 tahun yang lalu, dimana data Riskesdas tahun
2013 menyebutkan bahwa prevelensi hipertensi sebesar 25,8% dan yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 9,5% (Riskesdas, 2018).
3. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi pada usia dewasa muda adalah
sebesar 13.59%. Dengan pembagian kelompok usia, pada kelompok usia 18-24
tahun (7.35%), 25-34 tahun (10.41%), 35-44 tahun (21.35%). Sehingga nampak
jelas bahwa seiring dengan bertambahnya usia, pemicu terjadinya hipertensi akan
meningkat sehingga pada kelompok usia 35-44 tahun memiliki risiko 2.91 kali
terkena hipertensi dibandingkan kelompok usia 18-24 tahun PR: 2.91, 95% CI
(2.48-3.40). (Silviana Tirtasari, Nasrin Kodim, 2019).
4. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2019)
5. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi atau diubah adalah usia, jenis kelamin dan genetic. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah merokok, diet rendah sehat, konsumsi
makanan tinggi garam, kurang aktivitas fisik, stress, berat badan
berlebih/kegemukan, dan komsumsi alkohol (Kemenkes RI, 2019).
6. Pola makanan pencegah hipertensi yang berhubungan secara signifikan dengan
kejadian hipertensi diantaranya tomat, sawi, bayam, brokoli, mangga, semangka,
nanas, ikan air tawar, tongkol, ayam tanpa kulit, putih telur, biji bunga matahari.
Selain itu, pola makanan yang bisa mengakibatkan hipertensi diantaranya daging
kambing, daging atau kulit ayam, keripik, dendeng, abon, ikan asin, telur asin,
tepung susu, dan mentega (S Widyaningrum – 2012).
7. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya hubungan antara tingkat stres dengan
hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota
Pekanbaru (p-value = 0,000 ; r = 0,688)( Tyagita Widya Sari, dkk 2018).
8. Penyebab utama hipertensi menurut hasil penelitian yang ada adalah rendahnya
kepatuhan pengobatan hipertensi(Riyadina, 2019).Hasil Riset Kesehatan Dasar
(2018) di Indonesia, terdapat 32,3% kasus hipertensi tidak rutin melakukan
pengobatan ke pelayanan kesehatan dan 13,3% kasus pasien tidak melanjutkan
mengkonsumsi obat. Alasan pasien tidak rutin dan tidak minum obat hipertensi yaitu
pasien merasa sudah sehat, memilih minum obat tradisional, sering lupa, tidak
mampu beli obat rutin, tidak tahan efek samping obat, dan obat tidak ada di fasilitas
pelayanan kesehatan.
9. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi. Orang
yang tidak aktif cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
besar dan sering otot jantung memompa, maka semakin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah akan meningkat (Anggara &
Prayitno, 2013)
10. Penatalaksanaan hipertensi Joint National Committee 8 (2014) merekomendasikan
beberapa upaya pengontrolan tekanan darah selain terapi farmakologis diantaranya
yaitu penurunan berat badan, adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension), membatasi asupan garam, melakukan aktivitas fisik (olahraga),
membatasi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok.
Lansia Hasil Kuesioner / AngketUmumLansia
1. Hasil penyebaran kuesioner via google form pada lansia di dapatkan bahwa klien
komunitas virtual D’20 ada yang mengalami gastritis dan hipertensi.
2. Hasil penyebaran kuesioner via google form didapatkan bahwa klien komunitas
virtual D’20 usia lansia mengalami gastritis sebanyak 2 responden (40%) dan lansia
mengalami hipertensi sebanyak 2 responden (40%), sedangkan 1 responden (20%)
lainnya tidak mengalami keluhan
3. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner via google form didapatkan bahwa klien
lansia yang memiliki kebiasaan yang tidak sehat yaitu makan tidak teratur (40%),
suka makanan yang pedas (20%), dan minum kopi sebanyak (20%).
4. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner via google (40%) mengeluh nyeri pada ulu
hati, mual, tidak nafsu makan, dan muntah. Kemudian sebanyak (40%) lainnya yaitu
sakit kepala/ tengkuk, mudah marah, dan susah tidur, diikuti dengan sebanyak (20%)
lansia tidak memiliki keluhan apapun.
5. Hasil penyebaran kuesioner via google form pada lansia didapatkan bahwa klien
komunitas virtual D’20 yang melakukan pemeriksaan kesehatan hanya kadang-
kadang yaitu sebanyak (60%) sedangkan (40%) lainnya tidak melakukannya.
6. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan bahwa sebagian besar lansia
(80%) tidak pernah memiliki kebiasaan meminum susu, sedangkan (20%) lainnya
meminum susu kadang-kadang.
7. Hasil penyebaran kuesioner via google form pada lansia didapatkan bahwa klien
komunitas virtual D’20 semuanya tidak mengikuti posyandu lansia yaitu sebanyak
(100%).

Hasil Kuesioner/ Angket Gastritis Pada Lansia


1. Pengetahuan gastritis pada lansia
a. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan bahwa 50% dari responden
tidak mengetahui bahwa gastritis merupakan peradangan pada lambung
b. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan bahwa 100% lansia tidak
mengetahui penyebab gastritis.
c. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan bahwa 50% dari responden
mengatakan bahwa gastritis adalah penyakit yang tidak bisa dicegah
d. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner ditemukan bahwa 50% responden
beranggapan stress tidak membuat gastritis bertambah parah
e. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner ditemukan bahwa 100% lansia tidak
mengetahui akibat dari gastritis yang tidak diobati akan menimbulkan tukak
lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker
f. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner ditemukan bahwa 50% dari responden
mengetahui kecemasan dan stres berlebihan dapat membuat penyakit gastritis
bertambah parah dan 50% lainnya menjawab tidak mngetahui jika kecemasan dan
stress berlebihan dapat membuat penyakit gastritis bertambah parah
2. Perilaku pencegahan gastritis pada lansia
a. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia selalu makan makanan
pedas dan 50% lainnya sering mengkonsumsi makanan pedas
b. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% dari responden kadang-kadang
mengkonsumsi kopi lebih dari 2 gelas sehari.
c. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% dari responden kadang-kadang
mengkonsumsi minuman bersoda secara berlebihan.
d. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% lansia kadang-kadang memiliki
kebiasaan malas makan saat menghadapi masalah yang berat
e. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% lansia kadang-kadang memiliki
kebiasaan makan tidak teratur.
f. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia tidak pernah
memeriksakan diri kedokter apabila mengalami keluhan lambung.
g. Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia tidak menggunakan obat
maagh untuk mengatasi asam lambung.

Studi Literatur
1. Gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman
helicobakteri pylori yang bersifat akut, kronik difus maupun lokal (Hirlan, 2009).
Gejala yang umumnya terdapat pada penyakit gastritis diantaranya adalah nyeri pada
lambung, mual, muntah, lemas, kembung, sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu
makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pusing, bersendawa serta
dapat terjadi pendarahan di saluran cerna (Mansjoer et al., 2001).
2. Badan kesehatan dunia WHO, meninjau di beberapa Negara di belahan dunia dan
mendapatkan hasil prosentase dari angka kejadian gastritis di dunia, seperti: Inggris
22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, angka
kejadian gastritis meningkat diperkirakan sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Angka kejadian gastritis di Asia Tenggara sekitar 586.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang sudah dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi yang berada di Indonesia sebanyak 274,396 kasus (Budiana
dalam Maharani, 2020).
3. Penyakit yang sering terjadi pada lansia adalah hiperkolesterol, jantung, hipertensi,
sembelit, ostioporosis, gastritis. Pola makan pada lansia sering tidak teratur
dikarenakan kemampuan daya ingat terhadap waktu makan sangat terbatas dan
biasanya juga dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu kenyang,
Sehingga kondisi lambung dan pencernaan menjadi terganggu (Muhith, Siyoto,
2016).
4. Minuman kopi mengandung senyawa kafein. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat
proses terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi gas dalam lambung
berlebih dan membuat perut terasa kembung (Fatmaningrum, 2009).
5. Tingkat stres dan pola makan berhubungan dengan kejadian gastritis, dan disarankan
kepada penderita gastritis untuk dapat mengontrol keadaan mental atau psikologis
tubuh dalam menangani kejadian stres sehingga tidak memicu terjadinya peningkatan
asam lambung dan dapat mengatur pola makannya, baik waktu, jenis dan porsi
makan sehingga tidak memicu terjadinya gastritis (Mappagerang R.,2017).
6. Penatalaksanaan farmakologi penyakit gastritis adalah : Antikoagulan:pada lambung
bila mengalami perdarahan. Antasida: untuk gastritis yang parah, untuk
mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda cairan dan
elektrolit diberikan lewat intravena, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan
antasida serta istirahat. Histonin: untuk menghambat pembentukan asam lambung
serta untuk menurunkan iritasi lambungdapat diberikan ranitidin. Sulcralfate:
diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk
mencegah difusi kembali asam serta pepsin yang menyebabkan iritasi. Pembedahan:
untuk mengangkat gangreen dan perforasi, Gastrojejunuskopi atau reseksi lambung:
mengatasi obstruksi pilorus(Dermawan, 2010).
7. Penyakit disebabkan oleh asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makanan
dan minuman yang bersifat mernagsang asam lambung naik seperti makanan pedas,
makanan asam, kopi, alcohol dan minuman bersoda. Makanan yang bersifat tajam
tersebut dapat merusak dinding lambung, sehingga menimubulkan nyeri pada
lambung yang lecet karena gesekan. Karena lemahnya daya tahan dinding lambung
terhadap serangan tersebut maka kehadiran zat-zat merangsang tersebut
menimbulkan gejala penyakit gastritis (Rukmana, 2018).

ANALISA DATA

DIVISI DATA MASALAH


Balita/ Anak D Data Mayor (D.0116)
Objektif: Manajemen Kesehatan
1. Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko tidak efektif
(SDKI,2016) berhubungan dengan
 40% memiliki status imunisasi tidak lengkap ketidakefektifan pola
 Seluruh anak yang memiliki status imunisasi tidak lengkap perawatan kesehatan
dikarenakan takut dengan efek sampingnya. keluarga pada
komunitas balita/anak
2. Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan virtual D’20
sehari-hari. (SDKI, 2016)
 20% anak/balita tidak mendapatkan ASI eksklusif
 Jika anak demam sebanyak 60% ibu kadang-kadang melakukan
kompres untuk menyembuhkan demam.
 40% ibu mengompres anak menggunakan air biasa.

Subjektif:
1. Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
perawatan/pengobatan. (SDKI, 2016)
 Ibu mengatakan imunisasi pada anaknya tidak lengkap karena ibu
pernah mengalami pengalaman buruk pada anak pertamanya
bahwa setelah diberi imunisasi anak mengalami demam tinggi
beberapa hari, sehingga ibu merasa cemas jika anaknya
diimunisasi lagi.

Studi Literature:
1. Menurut Sofyan 2016, Demam didefinisikan sebagai peningkatan
suhu tubuh menjadi >38,0°C.
2. Menurut Wardiyah et al 2015,Demam adalah kondisi dimana suhu
tubuh berada di atas normal
3. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan
jumlah kasus demam di seluruh dunia yang kematian tiap tahunnya
mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu (WHO, 2012). Di
dapatkan data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil
terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita
demam. Di Amerika Serikat sendiri angka kejadian demam pada
tahun 2012 yang berkisaran antara 0,8% - 1,2% dari setiap 1000
bayi setiap tahunnya.
4. Menurut Setiawati 2009, Di Indonesia sendiri penderita demam
sebanyak 465 (91,0%).
5. Menurut laporan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)
2012, anak yang berusia dibawah 5 tahun atau anak balita diketahui
sebesar 31% yang mengalami demam dan sebesar 37% pada anak
yang berusia 6-23 bulan yang lebih mudah mengalami demam.
6. Anak yang mudah terkena infeksi yang akhirnya menimbulkan
demam adalah anak yang berusia dibawah lima tahun. Tingginya
suhu tubuh anak juga tidak bisa menjadi indikasi tingkat keparahan
penyakit pada anak karena merupakan reaksi yang terjadi pada
tubuh anak saat melakukan perlawanan terhadap infeksi. Demam
dapat turun dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak
selalu membutuhkan pengobatan. (Doloksaribu & Siburian, 2016)
7. Hasil penelitian Setyani & Khusnal 2015, Fitriana & Krisnanto
2016, Penangan demam pada anak sangat tergantung pada pada
peran orang tua seperti mencari pengobatan kepelayanan kesehatan
seperti Balai pengobatan, Puskesmas dan Rumah sakit. Mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional. Tindakan mengobati
sendiri.
8. Menurut Notoadmojo 2003, Ibu yang memiliki pengetahuan dan
sikap yang baik tentang demam dapat melakukan penanganan
demam yang terbaik bagi anaknya.
9. Menurut Ismoedijanto (2013), kurangnya informasi dan
pengetahuan ibu dapat menimbulkan kesalahan dalam penanganan
demam pada anak seperti menyelimuti anak saat demam dengan
selimut tebal. Survei Kesehatan Nasional 2013 melaporkan bahwa
kematian pada anak akibat kesalahan ibu dalam penangan demam
adalah sebanyak 20 – 25%.
10. Hasil penelitian Kristiyaningsih et al 2019, penanganan tanpa obat
dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat
membantu menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian cairan,
penggunaan kompres, dan menghindari penggunaan pakaian terlalu
tebal.
11. Hasil penelitian Masrurih et al 2017, penurunan suhu tubuh anak
demam sesudah diberikan kompres hangat di axilla rata-rata 1,3°C,
sedangkan penurunan suhu tubuh anak demam sesudah diberikan
kompres hangat di femoral rata-rata 0,7°C. Ada perbedaan yang
bermakna suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan kompres
hangat di axilla pada pasien anak demam di RSUD Ambarawa
dengan nilai p value 0,000
12. Hasil penelitian Anisa 2019, Kompres air hangat efektif
menurunkan demam pada klien di RSUD Temanggung
13. Hasil penelitian Sorena et al, 2019, kecenderungan penurunan suhu
tubuh setelah dilakukan kompres hangat pada anak dengan
peningkatan suhu tubuh di ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
14. Hasil penelitian Nur dan Marissa 2012, Terdapat hubungan yang
signifikan antara lama pemberian ASI, ASI eksklusif, dan
pemberian makanan pendamping ASI dengan penyakit infeksi pada
balita di Provinsi Aceh.
Remaja Data Mayor Gangguan citra tubuh
Subjektif b.d perubahan
1. Mengungkapkan kecacatan/ kehilangan bagian tubuh struktur/bentuk tubuh
 4 remaja mengeluh sedang mengalami jerawat pada mukanya (jerawat) pada
Objektif komunitas remaja
1. Fungsi/struktur tubuh berubah/ hilang virtual D’20
 Sebanyak 66,7% remaja mengatakan mengalami jerawat,
 100% responden merasa tidak nyaman dengan wajah yang
berjerawat
 Di Indonesia kasus akne vulgaris (jerawat) terdapat 80 %
dengan prevalensi tertinggi yaitu umur14-17 tahun, diamna
wanita berkisar 83%-85% dan pada pria pada umur 16-19
tahun berkisar 95-100%. (Saragih, et al., 2016)
Data Minor
Objektif
1. Menyembunyikan/ menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
 50% responden merasa malu bertemu dengan orang lain
karena berjerawat,
 100% responden memilih setuju dengan sering merasa malu
dengan wajah saya yang berjerawat
2. Focus berlebihan pada perubahan tubuh
 50% responden suka termenung memikirkan wajah yang
berjerawat
 50% responden menghabiskan banyak waktu untuk
mengatasi jerawat
3. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
 50% responden memilih setuju dengan pernyataan suka
termenung memikirkan wajah yang berjerawat
4. Hubungan social berubah
 50% responden merasa malu bertemu dengan orang lain
karena berjerawat
 50% responden merasa peduli dengan komentar orang lain
akan wajah yang berjerawat
 50%setuju dengan melakukan perawatan wajah untuk
menarik perhatian orang lain
 75% responden setuju dengan merasa risih jika mendengar
orang lain mengomentari wajah saya yang berjerawat

Subjektif
1. Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh
 Dua responden remaja mengungkapkan merasa malu
bertemu dengan orang lain karena wajahnya yang
berjerawat
 Dua responden mengeluh wajahnya menjadi kurang
menarik lagi karena jerawat yang sedang dialaminya
2. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/ reaksi orang
 Dua responden mengatakan terkadang merasa malu dan
khawatir untuk berinteraksi dengan orang lain karena
jerawatnya
 Tiga responden mengungkapkan bahwa terkadang merasa
kesal dengan orang yang membicarakan atau mengomentari
wajahnya yang berjerawat
Dewasa Data Mayor D.0116 Manajemen
Subjektif : Kesehatan Tidak
1. Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program Efektif b.d
perawatan/pengobatan kompleksitas program
- 3 dari 10 dewasa mengatakan sering lupa mengkonsumsi obat perawatan /
hipertensi, dan 7 dari 10 dewasa mengatakan kadang-kadang pengobatan
lupa mengkonsumsi obat hipertensi

Objektif :
1. Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko
- Klien komunitas virtual D’20 yang mengalami hipertensi
(25,6%)
2. Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan
- 30% dewasa mengatakan sering lupa mengkonsumsi obat
hipertensi, dan 70% mengatakan kadang-kadang lupa
mengkonsumsi obat hipertensi
- 70% dewasa mengatakan selama 2 pekan terakhir pernah
dengan sengaja tidak meminum obat
- 50% dewasa mengatakan pernah merasa terganggu dengan
kewajiban dalam pengobatan yang dijalani
3. Aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan
- 60% dewasa mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik berat
dalam seminggu terakhir
- 70% dewasa mengatakan melakukan aktivitas fisik sedang
dalam seminggu terakhir
- 60% dewasa mengatakan tidak melakukan berjalan kaki selama
minimal 10 menit
- 30% dewasa mengatakan mengkonsumsi makanan tinggi lemak
dan kolesterol
- 50% dewasa mengatakan tidak mengkonsumsi daging tanpa
lemak dan ayam tanpa kulit
- 30% dewasa megatakan pernah merokok selama 3 bulan
Lansia Data Mayor Pemeliharaan kesehata
Subjektif ntidak efektif
 Menanyakan masalah yang dihadapi berhubungan dengan
- Berdasarkan hasil observasi 2 responden mengatakan tidak ketidak mampuan
mengetahui penyebab dari penyakit yang dialami mengatasi masalah
- Berdasarkan hasil observasi 2 responden mengatakan tidak (individu atau
mengetahui cara penanganan penyakit yang dialami keluarga)  pada
- Berdasarkan hasil observasi 1 dari 2 responden mengatakan bahwa komunitas lansia
virtual D’20
akhir-akhir ini sering merasa stress karena pandemi yang tidak
kunjung selesai.
Objektif
1.Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia selalu
makan makanan pedas dan 50% lainnya sering mengkonsumsi
makanan pedas
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% dari responden
kadang-kadang mengkonsumsi kopi lebih dari 2 gelas sehari.
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% dari responden
kadang-kadang mengkonsumsi minuman bersoda secara
berlebihan.
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% lansia kadang-
kadang memiliki kebiasaan malas makan saat menghadapi
masalah yang berat
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 100% lansia kadang-
kadang memiliki kebiasaan makan tidak teratur.

2.Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah


- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia tidak
menggunakan obat maagh untuk mengatasi asam lambung.
- Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner ditemukan bahwa 100%
lansia tidak mengetahui akibat dari gastritis yang tidak diobati
akan menimbulkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan
kanker

Data Minor
1.Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- Sebanyak 60% lansia di komunitas virtual D’20 melakukan
pemeriksaan kesehatan hanya kadang-kadang (hanya jika ada keluhan
saja)
- Berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 50% lansia tidak pernah
memeriksakan diri kedokter apabila mengalami keluhan lambung.
-
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS VIRTUAL D’20

Divisi Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Keperawatan (SDKI)
Balita/ Manajemen Kesehatan a. Manajemen Kesehatan Prevensi Primer
Anak tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka 1. Edukasi kesehatan
berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan cukup meningkat Definisi :
dengan kriteria hasil: Mengajarkan pengelolaan faktor resiko
ketidakcukupan
Kriteria Hasil Ditingkat penyakit dan perilaku hidup bersih sehat.
petunjuk untuk Tindakan :
kan
bertindak pada 1. Melakukan tindakan untuk 4 Observasi
komunitas balita/ anak menguragi faktor resiko (cukup - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
virtual D’20 meningka menerima informasi.
t) - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
2. Menerapkan program 4 meningkatkan dan menurunkan
perawatan (cukup motivasi perilaku hidup bersih dan
meningka sehat.
t)
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan
b. Pemeliharaan kesehatan kesehatan tentang demam.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Jadwalkan pendidikan kesehatan
diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat sesuai kesepakatan.
dengan kriteria hasil: - Berikan kesempatan untuk bertanya.
Kriteria hasil Ditingkatkan
Menunjukkan perilaku 5 Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
adaptif ( meningkat)
mempengaruhi kesehatan seperti
Menunjukkan pemahaman 5
demam.
perilaku sehat (meningkat) - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Kemampuan menjalankan 5 sehat pada anak yang mengalami
perilaku sehat (meningkat) demam.
Menunjukkan minat 5 - Ajarkan strategi yang dapat
meningkatkan perilaku sehat (meningkat) digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Tingkat Pengetahuan
Prevensi Sekunder
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Definisi:
dengan kriteria hasil: Memberikan informasi tentang mekanisme
menculnya penyakit dan menimbulkan
Kriteria hasil Ditingkatkan
tanda dan gejala yang mengganggu
Perilaku sesuai anjuran 5
kesehatan tubuh pasien.
( meningkat) Tindakan :
Verbalisasi minat dalam 5 Observasi :
belajar (meningkat) - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kemampuan menjelaskan 5 dalam menerima informasi.
pengetahuan tentang suatu (meningkat)
topik Terapeutik
Perilaku sesuai dengan 5 - Sediakan materi dan media pendidikan
pengetahuan (meningkat) kesehatan.
Persepsi yang keliru 5 - Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
terhadap masalah (menurun)
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
Perilaku 5
(membaik) Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko
penyakit.
-
Menurut Febry dan Marendra (2010)
penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus
(cacar, campak dan demam berdarah) dan
infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis).
2) Demam non infeksi, antara lain karena
kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan
sistem imun tubuh itu sendiri).
3) Demam fisiologis, bisa karena
kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara
terlalu panas dan kelelahan setelah
bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling
sering menyerang anak adalah demam
akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry
& Marendra, 2010).

- Jelaskan proses patofisiologi


munculnya penyakit.

- Jelaskan tanda dan gejala yang


ditimbulkan oleh penyakit.
Menurut Widjaja (2008), tanda dan gejala
demam antara lain adalah:
Pada saat demam gejala klinik yang
timbul bervariasi tergantung pada fase
demam.
1) Fase 1 awal (dingin atau menggigil)
Fase awal demam, terdapat tanda dan
gejala berupa peningkatan denyut
jantung, peningkatan laju dan
kedalaman pernapasan, menggigil
akibat tegangan dan kontraksi otot,
peningkatan suhu tubuh, pengeluaran
keringat berlebih, kulit tampak pucat
dan teraba dingin akibat vasokontriksi
pembuluh darah.
2) Fase 2 (proses demam)
Fase kedua ditandai dengan gejala
proses menggigil hilang, kulit terasa
hangat atau panas, peningkatan nadi,
dehidrasi, lemah, hilang nafsu makan,
nyeri pada otot akibat katabolisme
protein.
3) Fase 3 (pemulihan)
Fase ketiga terdapat gejala berupa
kulit tampak merah dan hangat,
berkeringat, menggigil ringan,
dehidrasi

- Ajarkan cara meredakan atau


mengatasi gejala yang dirasakan.
Penanganan demam pada anak:
1) Berikan kompres air hangat di bagian
tubuh yang memiliki pembuluh darah
besar seperti leher, ketiak dan
selangkangan/lipatan paha, juga di
bagian luar dan terbuka seperti dahi
dan perut. Kompres hangat membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar
yang selanjutnya membuat pori-pori
terbuka sehingga memudahkan
pengeluaran panas dari tubuh. Hindari
mengompres dengan menggunakan
air dingin atau es batu karena
tindakan ini mengakibatkan
pembuluh darah tepi mengecil
sehingga panas yang seharusnya
dialirkan darah ke kulit agar keluar
menjadi terhalang sehingga panas
tubuh tidak berkurang.
2) Saat mandi, gunakan air hangat.
Selain membuat tubuh segar dan
nyaman, air hangat juga sangat baik
untuk menghilangkan kuman dan
bakteri di kulit. Setelah mandi segera
keringkan tubuh selanjutnya gunakan
pakaian agar tidak kedinginan.
3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih
yang bahannya menyerap keringat
agar lebih nyaman dan tidak
kegerahan.
4) Perbanyak istirahat agar daya tahan
tubuh cukup untuk melawan infeksi.
Usahakan agar sirkulasi udara kamar
atau tempat istirahat baik sehingga
kamar tetap bersuhu normal.
5) Perbanyak minum air mineral agar
mencegah terjadinya dehidrasi (Febry
& Marendra, 2010)

Prevensi Tersier
1. Promosi perilaku upaya kesehatan.
(I.12472)
Definisi:
Meningkatkan perubahan perilaku
penderita/klien agar memiliki kemauan
dan kemampuan yang kondusif bagi
kesehatan secara menyeluruh baik bagi
lingkungan maupun masyarakat
sekitarnya.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi perilaku upaya kesehatan
yang dapat di tingkatkan.

Terapeutik
- Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan.
- Orientasi pelayanan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan.

Edukasi
- Anjurkan memebri bayi ASI Ekslusif.
- Anjurkan menimbang balita setiap
bulan.
- Anjurkan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun.
- Anjurkan makan sayur dan buah setiap
hari.
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik
setiap hari.
Remaja Gangguan citra tubuh a. Status koping Prevensi Primer
b.d perubahan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Promosi koping
struktur/bentuk tubuh diharapkan status koping dapat meningkat Definisi: Meningkatkan upaya kognitif
(jerawat) pada dengan kriteria hasil: dan perilaku untuk menilai dan merespon
komunitas remaja Kriteria hasil Ditingkatkan stressor dan atau kemampuan
virtual D’20 Perilaku koping 5 menggunakan sumber-sumber yang ada
adaptif ( meningkat) Tindakan:
Verbalisasi pengakuan 5 Observasi:
masalah (meningkat) -Identifikasi kemampuan yang dimiliki
Verbalisasi kelemahan 5 -Identifikasi pemahaman proses
diri (meningkat) penyakit
Partisipasi sosial 5 - Identifikasi dampak situasi terhadap
(meningkat) peran dan hubungan
Orientasi realitas 5 - Identifikasi metode penyelesaian
(meningkat) masalah
Minat mengikuti 5 Terapeutik
perawatan atau
(meningkat) - Diskusikan perubahan peran yang
pengobatan dialami
Kemampuan membina 5
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
hubungan (meningkat)
meyakinkan
Verbalisasi 5
- Diskusikan alasan mengkritik diri
menyalahkan orang (menurun)
sendiri
lain
Hipersensitif terhadap 5 - Diskusikan untuk mengklarifikasi
kritik (menurun) kesalahpahaman dan mengevaluasi
Perilaku permusuhan 5 perilaku sendiri
(menurun) - Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
b. Citra tubuh malu
Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Diskusikan risiko yang menimbulkan
diharapkan citra tubuh meningkat/membaik bahaya pada diri sendiri
dengan kriteria hasil: - Fasilitasi dalam memperoleh
Kriteria hasil Ditingkatkan informasi yang dibutuhkan
Verbalisasi perasaan 5 - Perkenalkan dengan orang atau
negative tentang tubuh ( meningkat) kelompok yang berhasil mengalami
Verbalisasi 5 pengalaman sama
kekhawatiran pada (meningkat) Edukasi
penolakan/reaksi - Anjurkan penggunaan sumber
orang lain spiritual, Jika perlu
Focus pada bagian 5 - Anjurkan mengungkapkan perasaan
tubuh (meningkat) dan persepsi
Hubungan sosial 5 - Anjurkan keluarga terlibat
(membaik) - Anjurkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
c. Harga diri - Latih penggunaan teknik relaksasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Latih keterampilan sosial sesuai
diharapkan harga diri meningkat dengan kriteria kebutuhan
hasil: - Latih mengembangkan penilaian
Kriteria Hasil Ditingkatkan objektif
Penilaian diri positif 5 Relaksasi Nafas Dalam :
( meningkat) Teknik relaksasi progresif pasif
Perasaan yang 5 melibatkan penggunaan pernafasan perut
memiliki kelebihan ( meningkat) yang dalam dan pelan ketika otot
atau kemampuan mengalami relaksasi dengan ketegangan
positif sesuai urutan yang diperintahkan. Teknik
Penerimaan penilaian 5 relaksasi yang efektif dapat menurunkan
positif terhadap diri (meningkat) denyut jantung, tekanan darah,
sendiri mengurangi tension headache,
Berjalan menampakan 5 menurunkan ketegangan otot,
wajah (meningkat) meningkatkan kesejahteraan dan
Postur tubuh 5
mengurangi tekanan gejala pada individu
menampakan wajah (meningkat)
yang mengalami berbagai situasi (Potter &
Kontak mata 5
Perry, 2010; Handayati & Safrudin, 2018).
(meningkat)
Gairah aktivitas 5
( meningkat) Prevensi Sekunder
Aktif 5 Promosi Citra Tubuh
(Meningkat) Definisi : meningkatkan perbaikan
Percaya diri berbicara 5 perubahan persepsi terhadap fisik pasien
( meningkat)
Perasaan malu 5 Tindakan :
(menurun) Observasi
Perasaan tidak mampu 5 - Identifikasi harapan citra tubuh
melakukan apapun (menurun) berdasarkan tahap perkembangan
Meremehkan 5 - Identifikasi budaya, agama, jenis
kemampuan mengatasi (menurun) kelamin, dan umur terkait citra tubuh
masalah - Identifikasi perubahan citra tubuh
yang mengakibatkan isolasi social
- Monitor frekuensi pertanyaan kritik
terhadap diri sendiri
Terapeutik
- Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan akibat pubertas,
kehamilan dan penuaan
- Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis, kosmetik / skincare)
- Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis, kelompok
pendukung)
- Latih peningkatan penampilan diri
(mis, berdandan)

Prevensi Tersier
Promosi kepercayaan diri
Definisi: Meningkatkan keyakinan pada
kemampuan dalam merancang dan
melaksanakan aktivitas yang dibutuhkan
Observasi
- Identifikasi ungkapan verbal dan
nonverbal yang tidak sesuai
- Identifikasi masalah potensial yang
dialami
Terapeutik
- Gunakan teknik mendengarkan aktif
mengenai harapan pasien
- Diskusikan kekuatan yang dimiliki
(SWOT) serta hasil yang penting
(SMART)
- Diskusikan rencana mencapai tujuan
yang diharapkan
- Diskusikan rencana perubahan diri
- Motivasi berpikir positif dan
berkomitmen dalam mencapai tujuan
- Diskusikan solusi dalam menghadapi
masalah
- Motivasi tetap tenang saat menghadapi
masalah dengan kemampuan yang
dimiliki
Edukasi
- Tunjukkan mengevaluasi cara
pemecahan masalah yang dilakukan
- Ajarkan pemecahan masalah dan
situasi yang sulit
Dewasa PManajemen Kesehatan Manajemen Kesehatan Prevensi Sekunder
Tidak Efektif b.d 1. Manajemen Kesehatan Edukasi Proses Penyakit
kompleksitas program Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi: memberikan informasi tentang
perawatan / pengobatan
maka pemeliharaan kesehatan cukup mekanisme menculnya penyakit dan
pada komunitas dewasa
virtual D’20 meningkat dengan kriteria hasil: menimbulkan tanda dan gejala yang
Kriteria Hasil Ditingkatkan mengganggu kesehtan tubuh pasien.
3. Melakukan tindakan untuk 4
Tindakan :
menguragi faktor resiko (cukup
Observasi
meningkat)
4. Menerapkan program 4 - Identifikasi kesiapan dan kemampuan

perawatan (cukup dalam menerima informasi


meningkat) Terapeutik
5. Aktivitas sehari-hari 4 - Sediakan materi dan media
efketif memenuhi tujuan (cukup pendidikan kesehatan
kesehatan meningkat) - Jadwalkan pendidikan kesehatan
6. Verbalisasi kesulitan 4
sesuai kesepakatan
dalam menjalankan (cukup
- Berikan kesempatan untuk bertanya
program menurun)
perawatan/pengobatan
Edukasi
2. Tingkat kepatuhan - Jelaskan penyebab dan faktor risiko
Setelah dilakukan intervensi keperawatan penyakit hipertensi
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Faktor risiko hipertensi dapat
dengan kriteria hasil dibedakan atas faktor risiko yang
Kriteria hasil Ditingkatkan tidak dapat dimodifikasi atau diubah
Verbalisasi mengikuti 4 adalah usia, jenis kelamin dan genetic.
anjuran (cukup Sedangkan faktor risiko yang dapat
meningkat) dimodifikasi adalah merokok, diet
Perilaku mengikuti 4
rendah sehat, konsumsi makanan
program (cukup
tinggi garam, kurang aktivitas fisik,
perawataan/pengobatan membaik)
Perilaku menjalankan 4 stress, berat badan

anjuran (cukup berlebih/kegemukan, dan komsumsi

membaik) alkohol (Kemenkes RI, 2019).


- Jelaskan proses patofisiologi
3. Tingkat pengetahuan munculnya penyakit hipertensi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Jelaskan tanda dan gejala yang
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat ditimbulkan penyakit hipertensi
dengan kriteria hasil: Keluhan-keluhan pada penderita
hipertensi antara lain:sakit kepala,
Kriteria hasil Ditingkatkan gelisah, jantung berdebar-debar,
Perilaku sesuai 4 pusing, penglihatan kabur, rasa sakit
anjuran (cukup di dada, mudah lelah, dll (Depkes
meningkat) RI,2016)
Kemampuan 5
- Jelaskan kemungkinan terjadinya
menjelaskan (meningkat)
komplikasi hipertensi
pengetahuan tentang
suatu topik
Perilaku sesuai 4 Hipertensi yang tidak terkontrol dan
dengan pengetahuan (cukup berlangsung lama akan menyebabkan
meningkat) terjadinya komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular
berupa retinopati hipertensif,
nefrosklerosis, dan berujung pada gagal
ginjal. Komplikasi makrovaskular berupa
penyakit arteri perifer, penyakit jantung
dan pembuluh darah, hipertensi
serebrovaskuler yaitu stroke (yang terjadi
karena perdarahan atau ateroemboli)
(Yogiantoro, 2014).

Kerusakan organ-organ target lainnya


yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah pada jantung, otak, penyakit ginjal
kronis, penyakit arteri perifer dan mata
(Retinopati). Selain mempengaruhi
kesehatan fisik, hipertensi juga
mempengaruhi kesehatan mental.
Pengaruh pada kesehatan mental terlihat
pada stadium lanjut (Kumar et al., 2007
dalam, Sherwood, 2010).

Prevensi Tersier
Promosi perilaku upaya kesehatan
Definisi: meningkatkan perubahan
perilaku penderita/ klien agar memiliki
kemauan dan kemampuan yang kondusif
bagi kesehatan secara menyeluruh baik
bagi lingkungan maupun masyarakat
sekitarnya.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi perilaku upaya kesehatan
yang dapat di tingkatkan
Terapeutik
- Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan
- Orientasi pelayanan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan
Edukasi
- Anjurkan memakan sayur dan buah
setiap hari
Pola makanan pencegah hipertensi yang
berhubungan secara signifikan dengan
kejadian hipertensi diantaranya tomat,
sawi, bayam, brokoli, mangga, semangka,
nanas, ikan air tawar, tongkol, ayam tanpa
kulit, putih telur, biji bunga matahari. (S
Widyaningrum – 2012).
- Anjurkan melakukan aktifitas fisik
setiap hari
- Anjurkan tidak merokok didalam
rumah
Penatalaksanaan hipertensi Joint National
Committee 8 (2014) merekomendasikan
beberapa upaya pengontrolan tekanan
darah selain terapi farmakologis
diantaranya yaitu penurunan berat badan,
adopsi pola makan DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension),
membatasi asupan garam, melakukan
aktivitas fisik (olahraga), membatasi
konsumsi alkohol, dan berhenti merokok
Lansia Pemeliharaan kesehatant . Pemeliharaankesehatan Prevensi Primer
idak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Edukasi kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat Definisi : Mengajarkan pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
ketidak mampuan dengan criteria hasil:
sehat.
mengatasi masalah Tindakan :
( individu atau keluarga) Kriteria hasil Ditingkatkan Observasi
pada komunitas lansia Menunjukkan perilaku 5 - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
virtual D’20 adaptif ( meningkat) menerima informasi
Menunjukkan 5 - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pemahaman perilaku (meningkat) meningkatkan dan menurunkan
sehat motivasi perilaku hidup bersih dan
Kemampuan 5 sehat
Terapeutik
menjalankan perilaku (meningkat)
- Sediakan materi dan media pendidikan
sehat kesehatan tentang gastritis
Menunjukkan minat 5 - Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkatkan (meningkat) sesuai kesepakatan
perilaku sehat - Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
b. Perilaku kesehatan - Jelaskan faktor risiko yang dapat
Setelah dilakukan intervensi keperawatan mempengaruhi kesehatan seperti
gastritis
diharapkan perilaku kesehatan meningkatdengan
Menurut Wim de jong et al (2005)
criteria hasil: faktor penyebab terjadinya gastritis
Kriteria hasil Ditingkatkan yaitu dikarenakan infeksi kuman H.
Penerimaan terhadap 5 pylori. Penyebab lainnya dari gastritis
perubahan status ( meningkat) yaitu makan terlalu banyak atau
kesehatan terlalu cepat, makan- makanan yang
Kemampuan melakukan 5 terlalu berbumbu atau yang
tindakan pencegahan (meningkat) mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, stress, makanan
masalah kesehatan
atau minuman yang memiliki
Kemampuan 5
kandungan gas, iritasi bahan semacam
peningkatan kesehatan (meningkat) alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta
Pencapaian 5 bahan korosif lain, refluks empedu
pengendalian kesehatan (meningkat) atau cairan pancreas.
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
c. Tingkat pengetahuan sehat pada pasien gastritis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Menurut Nurarif dan Kusuma (2015)
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan pada pasien gastritis
dengan kriteriahasil:
 Hindari minum alcohol
 Hindari merokok
Kriteriahasil Ditingkatkan  Atasi stress sebaik mungkin
Perilaku sesuai 5  Makan makanan yang kaya akan
anjuran ( meningkat) buah dan sayur, hindari dan buah
yang bersifat asam
Kemampuan 5  Jangan berbaring setelah makan
menjelaskan (meningkat)  Berolahraga secara teratur
pengetahuan tentang  Makan dalam porsi sering (tidak
banyak) tetapi sering
suatu topic
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan
Perilaku sesuai 5
untuk meningkatkan perilaku hidup
dengan pengetahuan (meningkat) bersih dan sehat
Persepsi keliru 5
terhadap masalah (menurun) Prevensi Sekunder
a. Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
Definisi : Memberikan informasi tentang
mekanisme munculnya penyakit dan
menimbulkan tanda dan gejala yang
mengganggu kesehatan tubuh pasien.
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan pada pasien gastritis
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor resiko
penyakit gastritis
- Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit gastritis
- Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit gastritis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015)
tanda dan gejala dari gastritis yaitu:
- Gastritis akut
 Nyeri epigastrium
 Mual
 Muntah
 Perdarahan terselubung maupun
nyata
- Gastritis kronis
Keluhan lebih berkaita dengan
komplikasi gastritis, seperti tukak
lambung, defisiensi zat besi, anemia
persiosa, dan karsinoma lambung.
- Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada penyakit gastritis
Komplikasi yang ditimbulkan dari
gastritis yaitu:
 Perdarahan saluran cerna bagian
atas
 Ulkus peptikum
 Gangguan cairan dan elektrolit
dalam kondisi muntah hebat
 Anemia pernisiosa, keganasan
lambung
(Muttaqin dan Sari, 2011)
- Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan

Prevensi Tersier
a. Promosi kesiapan penerimaan
informasi (I.12470)
Definisi : meningkatkan kesiapan pasien
dalam menerima informasi tentang
kondisi kesehatan.
Observasi
- Identifikasi informasi yang akan
disampaikan
- Identifikasi pemahaman tentang
kondisi kesehatan saat ini
- Identifikasi kesiapan menerima
informasi
Terapeutik
- Lakukan penguatan potensi pasien dan
keluarga untuk menerima informasi
- Libatkan pengambilan keputusan
dalam keluarga untuk menerima
informasi
- Fasilitasi mengenali kondisi tubuh
yang membutuhkan layanan
keperawatan
Edukasi
- Berikan informasi berupa alur, leaflet
atau gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan informasi
kesehatan
Anjurkan keluarga mendampingi pasien

Anda mungkin juga menyukai