Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS ASKEP KELOMPOK KHUSUS

KELAS 3B

1. Kelompok Ibu Hamil dengan Anemia


Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang
melakukan kunjungan ke suatu RW. Hasil pendataan didapatkan 10 ibu hamil. Hasil
wawancara didapatkan Sebagian besar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
sesuai jadwal, dari 10 ibu hamil didapatkan 5 orang yang mengalami anemia karena
jarang mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan saat kontrol sedangkan ibu hamil lain
menyatakan mengurangi makan supaya tidak melahirkan bayi besar. Mahasiswa
melakukan pengkajian lebih lanjut dengan memberikan angket dan didapatkan hasil 40%
ibu hamil belum mengetahui tentang makanan gizi seimbang untuk ibu hamil, 50% ibu
hamil tidak mengetahui tanda gejala anemia pada ibu hamil dan cara pencegahannya,
60% ibu hamil tidak minum susu. Hasil studi dokumentasi dari KMS, 5 orang ibu hamil
mengalami peningkatan berat badan setiap bulan dan 5 orang ibu hamil tidak mengalami
peningkatan BB selama 1 bulan.

2. Kelompok Balita dengan Gizi Kurang


Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang
melakukan kunjungan ke suatu RW. Ketika winshield survey mahasiswa melihat anak-
anak usia balita tampak kurang bersih, jajan sembarangan, dan perkembangannya tidak
sesuai usia. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak-
anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan
gigi terlambat. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan
ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita
mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik banyak diantara balita tersebut kuku panjang dan
kotor, badan kurus, dan sering diare berulang. Hasil angket didapatkan data 40% ibu
yang memiliki balita kurang pengetahuan tentang gizi seimbang pada balita, 30% balita
memiliki kebiasaan jajan di warung yang tidak sehat, 10% data kunjungan balita ke
puskesmas dengan masalah diare dan ISPA. Hasil wawancara orang tua menyatakan
tidak mengetahui tanda-tanda anak kekurangan gizi dan tidak tahu cara mengolah
makanan dan memberikan makanan seimbang. Rata-rata sosial ekonominya sangat
rendah. Para orang tua dari balita tersebut rata-rata bekerja serabutan, ada yang bekerja
sebagai sopir tembak, petani, dan buruh bangunan dengan penghasilan tidak tentu
antara Rp 750.000 – Rp.1.000.000,-. perbulan itu kalau dapat job. Tidak ada pekerjaan
lain yang bisa dilakukan untuk menambah penghasilan. oleh satu keluarga.

3. Kelompok Anak Usia Sekolah dengan PHBS


Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang
melakukan kunjungan ke suatu RW. Hasil laporan dari Puskesmas di wilayah tersebut
terdapat 2 keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri karena mendeirta Covid-19.
Hasil windshield survey didapatkan tampak sekolompok anak usia 9 – 10 tahun sedang
bermain bersama di lapangan, anak-anak tersebut tidak menggunakan masker saat
bermain, tampak diantara anak batuk namun tidak menutup mulut, tidak ada fasilitas cuci
tangan ditempat tersebut. Hasil wawancara terhadap anak-anak menyatakan tahu kalau
menggunakan masker jika keluar rumah namun malas pakai masker saat bermain karena
membuat susah bernafas, Sebagian anak tidak tahu bagaimana cara mencuci tangan
dengan benar, anak-anak menyatakan sering bermain Bersama teman-temannya setiap
sore di lapangan karena bosan jika harus di rumah terus. Hasil pengkajian lebih lanjut
dengan menggunakan kuesioner didapatkan hasil 57,1% anak memiliki pengetahuan
kurang tentang covid dan pencegahannya, hanya 14,3% anak yang patuh menerapkan
protocol kesehatan jika keluar rumah, dan sebanyak 60,7%, anak tidak mengetahui cara
mencuci tangan yang benar dan etika batuk.

4. Kelompok Remaja Risiko Covid


Perawat komunitas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan data banyak
remaja yang suka nongkrong sambal merokok mulai sore sampai malam. Menurut
keterangan kader dan ketua RW kebiasan remaja yang nongkrong dan berkumpul
kelompok remaja lainnya lebih ramai jika malam minggu. Ketua RW sudah mengingatkan
untuk tidak berkumpul selama pandemic covid namun tidak dihiraukan oleh remaja. Hasil
observasi didapatkan saat para remaja berkumpul tidak menjaga jarak, tidak
menggunakan masker, tampak merokok dan sering berbagi rokok diantara temannya.
Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut dengan memberikan kuesioner pada remaja
didapatkan data 66,7% remaja memiliki kurang pengetahuan tentang covid dan
pencegahannya, hanya 24,3% remaja yang patuh menerapkan protocol kesehatan jika
keluar rumah, dan sebanyak 60,7% remaja tidak mengetahui cara mencuci tangan yang
benar dan etika batuk, 75,7% remaja tidak menggunakan masker saat keluar rumah dan
berkumpul dengan temannya, dan remaja juga sering lupa mencuci tangan setelah
melakukan aktifitas.
5. Kelompok Dewasa-Pralansia Hiperlipidemia
Perawat Puskesmas melakukan kunjungan ke Posbindu disuatu wilayah. Hasil
pengkajian didatapkan data 30 warga berkunjung ke posbindu. Dari 30 warga tersebut
didapatkan hasil pemeriksaan kolesterol lebih dari 200 mg/dl sebanyak 10 orang.
Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut didapatkan hasil wawancara 60% warga
mengatakan jarang melakukan olahraga atau aktifitas fisik, 70% warga sering
mengkonsumsi gorengan dan senang makan-manakanan yang berlemak, 40% warga
memiliki kebiasaan minum kopi, 50% warga memiliki Riwayat keluarga dengan penyakit
hipertensi dan jantung, 40% warga tidak mengetahui dampak kolesterol tinggi terhadap
kesehatan, 50% warga tidak mengetahui bagaimana cara menurunkan kadar kolesterol
selain mengurangi makanan berlemak. Hasil pengukuran menunjukkan 30%
menunjukkan IMT lebih dari 27 dan 40% warga menunjukkan hasil pengukuran IMT 25,1
– 27. Warga juga menyatakan dengan kondisi pandemic saat ini menyebabkan sering
stress karena kebutuhan sehari-hari meningkat sedangkan pendapatan keluarga
menurun.

6. Kelompok Lansia dengan Gout


Perawat Puskesmas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan data 15
lansia menderita keluhan nyeri sendi dan telah didiagnosis menderita Gout. Hasil
wawancara dengan Kader Posbindu didapatkan data bahwa posbindu di wilayahnya
dilaksanakan setiap bulan sekali namun tidak semua warga memanfaatkan pelayanan
kesehatan di posbindu. Kunjungan warga ke Posbindu setiap bulannya hanya berkisar
antara 20 – 25 orang saja. Kader juga mengatakan banyak lansia yang menderita nyeri
sendi namun hanya sebagian lansia yang memeriksakan diri ke Posbindu. Selama
pandemic ini posbindu tidak melakukan pelayanan sehingga lansia yang biasa periksa ke
posbindu tidak pernah lagi diperiksa. Hasil wawancara dengan lansia menyatakan bahwa
penyakitnya tidak perlu diobati karena merupakan penyakit akibat sudah lanjut usia,
kalau keluhan nyeri sendi terasa cukup mengoleskan balsam saja agar nyerinya
berkurang. Hasil pengkajian lebih lanjut dengan memberikan angket terhadap 15 lansia
tersebut didapatkan data: sebanyak 73,3% lansia memiliki kurang pengetahuan Gout dan
perawatannya, 66,7% warga belum melakukan tindakan atau keterampilan perawatan
Gout dengan baik. Terdapat 53,3% lansia yang menderita gout tidak kontrol ke fasilitas
kesehatan atau posbindu untuk memeriksa kesehatannya. Hanya 53,3% lansia yang
menderita gout minum obat sesuai instruksi dokter. Sebanyak 66,7% lansia melakukan
diet rendah purin, 73,3% lansia tidak melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai