Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang melakukan kunjungan ke suatu RW. Hasil pendataan didapatkan 10 ibu hamil. Hasil wawancara didapatkan Sebagian besar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal, dari 10 ibu hamil didapatkan 5 orang yang mengalami anemia karena jarang mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan saat kontrol sedangkan ibu hamil lain menyatakan mengurangi makan supaya tidak melahirkan bayi besar. Mahasiswa melakukan pengkajian lebih lanjut dengan memberikan angket dan didapatkan hasil 40% ibu hamil belum mengetahui tentang makanan gizi seimbang untuk ibu hamil, 50% ibu hamil tidak mengetahui tanda gejala anemia pada ibu hamil dan cara pencegahannya, 60% ibu hamil tidak minum susu. Hasil studi dokumentasi dari KMS, 5 orang ibu hamil mengalami peningkatan berat badan setiap bulan dan 5 orang ibu hamil tidak mengalami peningkatan BB selama 1 bulan.
2. Kelompok Balita dengan Gizi Kurang
Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang melakukan kunjungan ke suatu RW. Ketika winshield survey mahasiswa melihat anak- anak usia balita tampak kurang bersih, jajan sembarangan, dan perkembangannya tidak sesuai usia. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak- anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik banyak diantara balita tersebut kuku panjang dan kotor, badan kurus, dan sering diare berulang. Hasil angket didapatkan data 40% ibu yang memiliki balita kurang pengetahuan tentang gizi seimbang pada balita, 30% balita memiliki kebiasaan jajan di warung yang tidak sehat, 10% data kunjungan balita ke puskesmas dengan masalah diare dan ISPA. Hasil wawancara orang tua menyatakan tidak mengetahui tanda-tanda anak kekurangan gizi dan tidak tahu cara mengolah makanan dan memberikan makanan seimbang. Rata-rata sosial ekonominya sangat rendah. Para orang tua dari balita tersebut rata-rata bekerja serabutan, ada yang bekerja sebagai sopir tembak, petani, dan buruh bangunan dengan penghasilan tidak tentu antara Rp 750.000 – Rp.1.000.000,-. perbulan itu kalau dapat job. Tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan untuk menambah penghasilan. oleh satu keluarga.
3. Kelompok Anak Usia Sekolah dengan PHBS
Mahasiswa Akper Fatmawati sedang melaksanakan praktik di puskesmas dan sedang melakukan kunjungan ke suatu RW. Hasil laporan dari Puskesmas di wilayah tersebut terdapat 2 keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri karena mendeirta Covid-19. Hasil windshield survey didapatkan tampak sekolompok anak usia 9 – 10 tahun sedang bermain bersama di lapangan, anak-anak tersebut tidak menggunakan masker saat bermain, tampak diantara anak batuk namun tidak menutup mulut, tidak ada fasilitas cuci tangan ditempat tersebut. Hasil wawancara terhadap anak-anak menyatakan tahu kalau menggunakan masker jika keluar rumah namun malas pakai masker saat bermain karena membuat susah bernafas, Sebagian anak tidak tahu bagaimana cara mencuci tangan dengan benar, anak-anak menyatakan sering bermain Bersama teman-temannya setiap sore di lapangan karena bosan jika harus di rumah terus. Hasil pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner didapatkan hasil 57,1% anak memiliki pengetahuan kurang tentang covid dan pencegahannya, hanya 14,3% anak yang patuh menerapkan protocol kesehatan jika keluar rumah, dan sebanyak 60,7%, anak tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan etika batuk.
4. Kelompok Remaja Risiko Covid
Perawat komunitas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan data banyak remaja yang suka nongkrong sambal merokok mulai sore sampai malam. Menurut keterangan kader dan ketua RW kebiasan remaja yang nongkrong dan berkumpul kelompok remaja lainnya lebih ramai jika malam minggu. Ketua RW sudah mengingatkan untuk tidak berkumpul selama pandemic covid namun tidak dihiraukan oleh remaja. Hasil observasi didapatkan saat para remaja berkumpul tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker, tampak merokok dan sering berbagi rokok diantara temannya. Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut dengan memberikan kuesioner pada remaja didapatkan data 66,7% remaja memiliki kurang pengetahuan tentang covid dan pencegahannya, hanya 24,3% remaja yang patuh menerapkan protocol kesehatan jika keluar rumah, dan sebanyak 60,7% remaja tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan etika batuk, 75,7% remaja tidak menggunakan masker saat keluar rumah dan berkumpul dengan temannya, dan remaja juga sering lupa mencuci tangan setelah melakukan aktifitas. 5. Kelompok Dewasa-Pralansia Hiperlipidemia Perawat Puskesmas melakukan kunjungan ke Posbindu disuatu wilayah. Hasil pengkajian didatapkan data 30 warga berkunjung ke posbindu. Dari 30 warga tersebut didapatkan hasil pemeriksaan kolesterol lebih dari 200 mg/dl sebanyak 10 orang. Perawat melakukan pengkajian lebih lanjut didapatkan hasil wawancara 60% warga mengatakan jarang melakukan olahraga atau aktifitas fisik, 70% warga sering mengkonsumsi gorengan dan senang makan-manakanan yang berlemak, 40% warga memiliki kebiasaan minum kopi, 50% warga memiliki Riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi dan jantung, 40% warga tidak mengetahui dampak kolesterol tinggi terhadap kesehatan, 50% warga tidak mengetahui bagaimana cara menurunkan kadar kolesterol selain mengurangi makanan berlemak. Hasil pengukuran menunjukkan 30% menunjukkan IMT lebih dari 27 dan 40% warga menunjukkan hasil pengukuran IMT 25,1 – 27. Warga juga menyatakan dengan kondisi pandemic saat ini menyebabkan sering stress karena kebutuhan sehari-hari meningkat sedangkan pendapatan keluarga menurun.
6. Kelompok Lansia dengan Gout
Perawat Puskesmas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan data 15 lansia menderita keluhan nyeri sendi dan telah didiagnosis menderita Gout. Hasil wawancara dengan Kader Posbindu didapatkan data bahwa posbindu di wilayahnya dilaksanakan setiap bulan sekali namun tidak semua warga memanfaatkan pelayanan kesehatan di posbindu. Kunjungan warga ke Posbindu setiap bulannya hanya berkisar antara 20 – 25 orang saja. Kader juga mengatakan banyak lansia yang menderita nyeri sendi namun hanya sebagian lansia yang memeriksakan diri ke Posbindu. Selama pandemic ini posbindu tidak melakukan pelayanan sehingga lansia yang biasa periksa ke posbindu tidak pernah lagi diperiksa. Hasil wawancara dengan lansia menyatakan bahwa penyakitnya tidak perlu diobati karena merupakan penyakit akibat sudah lanjut usia, kalau keluhan nyeri sendi terasa cukup mengoleskan balsam saja agar nyerinya berkurang. Hasil pengkajian lebih lanjut dengan memberikan angket terhadap 15 lansia tersebut didapatkan data: sebanyak 73,3% lansia memiliki kurang pengetahuan Gout dan perawatannya, 66,7% warga belum melakukan tindakan atau keterampilan perawatan Gout dengan baik. Terdapat 53,3% lansia yang menderita gout tidak kontrol ke fasilitas kesehatan atau posbindu untuk memeriksa kesehatannya. Hanya 53,3% lansia yang menderita gout minum obat sesuai instruksi dokter. Sebanyak 66,7% lansia melakukan diet rendah purin, 73,3% lansia tidak melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin.