Anda di halaman 1dari 16

Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran

Keluarga
Pasien laki-laki usia 6 bulan datang ke Puskesmas di bawa oleh ibunya dengan
keluhan buang air besar cair lebih dari 5 kali sejak kemarin. Menurut ibunya,
pasien mengalami demam saat dini hari sebelum buang air besar dan selalu
mencret ketika suhu badannya naik. BAB cair kekuningan, berampas, berlendir
dan tidak berbau khas. Pasien mengalami muntah 2 kali, muntah air berwarna
putih. Selama pasien mencret ibu hanya memberikan ASI, napsu makan pasien
menurun (+) dan pasien menjadi lebih rewel.

Penatalaksanaan Diare pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan


Kedokteran Keluarga
1
Bella Pratiwi Anzani
2 , Fitria
Saftarina
1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
2Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung

Abstr
ak
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena
morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Faktor kebersihan menjadi
risikotejadinya diare. Balita juga sangat rentan terkena diare dikarenakan
sistem imun belum terbentuk sempurna. Dibutuhkan partisipasi keluarga
yang optimal dalam memperhatikan perilaku hidup sehat dalam
penatalaksanaan dan pencegahan penyakitnya. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif dan kontinyu
untuk mengidentifkasi faktor risiko yang ada pada pasien dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat bagi pasien dan keluarga. Tujuan penelitian ini
untuk menerapkan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based
medicine dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis,
sertapenatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian masalah
pasien dengan pendekatan patient centred dan family approach. Studi ini
merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam
medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan
akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif.Diagnosa diare didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pasien didapatkan risiko internal yaitu
pengetahuan yang kurang tentang perilaku hidup bersih dan sehat, usia balita
dan tidak mengkonsumsi ASI sejak lahir. Risiko eksternal pada pasien yaitu
kurangnya pengawasan keluarga terhadap kebersihan makanan, perilaku
personal hygiene keluarga yang kurang baik, lingkungan rumah dekat dengan
hewan ternak. Pada keluarga pasien dilakukan intervensi mengenai pentingnya
upaya pencegahan diare dan penerapan PHBS dalam 3 kali kunjungan rumah.
Saat evaluasi didapatkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit dan
penerapan PHBS yang cukup baik.

Kata kunci: diare, prilaku hidup bersih dan sehat,


family approach, patient centered
Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

Management Of Diarrhea in Childern 2 Years with Family Medicine Approach

Abstr
act
Diarrhea is a public health problem in Indonesia because of its high morbidity
and mortality. Hygiene issue is being risk
factorr of diarrhea. Toddlers are also susceptible to diarrhea because the
immune system is not fully formed. Family participation is needed to healthy
living behavior in the management and prevention of the disease. Therefore, a
holistic, comprehensive and continuous approach to family medicine is needed
to identify the risk factors andmake appropriate treatment for patients and
families. This study aims to implement evidence based medicine in family
doctor services by identifying risk factors, clinical problems, and patient
management. Those implementation is based on the framework of patient
problem solving with a patient centered approach and family approach. This is
a case report study. Primary data is obtained through anamnesis, physical
examination and home visits. Secondary data were obtained from the patient's
medical record. Assessment is based on a holistic diagnosis from the beginning,
the process, and the end of study quantitative and quatitatively. Diagnosis of
diarrhea is based on anamnesis and physical examination. Internal risks in
patients are lack knowledge of hygiene and healthy living behavior, age in
toodlers and unconsumed breast milk. External risks to patients are lack of
family supervision about food hygiene, bad family hygiene in living behavior,
and house environment that is tooclose with cattle pen. Intervention in
patients family was done to carry out about the importance of diarrhea
prevention and and PHBS application in 3 times home visits. During the
evaluation, knowledge about the disease and PHBSapplication was sufficient.

Keywords: diarrhea, clean and healthy lifestyle,


family approach, patient centered

Korespondensi: Bella Pratiwi Anzani, Alamat Perum Griya Asri, Segala Mider
Bandar Lampung, HP 081271713693, email bellapratiwi789@gmail.com

Majority | Volume 8 | Nomor 2|


Desember 2019|24
Pendahul risiko KLB diare di Provinsi Lampung
uan masih tinggi.1
Penyakit diare masih Diare biasanya dapat pulih
merupakan masalah kesehatan sendiri tanpa terapi.
masyarakat di negara berkembang Penatalaksanaan kasus diare
seperti di Indonesia, hal ini mempunyai tujuan
terjadi karena morbiditas dan mengembalikan cairan yang hilang
mortalitasnya yang masih tinggi.1 akibat diare. Kegagalan dalam
Secara global terjadi peningkatan pengobatan diare dapat
kejadian diare dan kematian akibat menyebabkan infeksi berulang atau
diare pada balita dari tahun 2015- gejala berulang dan bahkan
2017. Berdasarkan data WHO, timbulnya resistensi. Untuk
pada tahun 2015, diare menanggulangi masalah resistensi
menyebabkan sekitar 688 juta tersebut, WHO telah
orang sakit dan 499.000 kematian di merekomendasikan pengobatan
seluruh dunia terjadi pada anak-anak diare berdasarkan penyebabnya.3
dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar Faktor risiko penyebab
kasus diare terjadi pada anak terjadinya diare akut pada balita
dengan angka kematian sekitar antara lain faktor lingkungan, tingkat
525.000 pada anak balita tiap pengetahuan ibu, sosial ekonomi
tahunnya. masyarakat, makanan atau minuman
Berdasarkan Riskesdas tahun yang di konsumsi dan perilaku atau
2018, prevalensi diare di Indonesia kebiasaan cuci tangan.4Kesehatan
mengalami penurunan dari 18,5% yang kurang baik dari dalam diri
menjadi 12,3%. Namun di Provinsi anak maupun ibu dapat memicu
Lampung, prevalensi diare timbulnya penyakit diare. Maka
mengalami peningkatan dari 7,5% pentingnya mengedukasikan kepada
pada tahun pasien tentang kebersihan diri dan
2013 2 menjadi 10% pada tahun
2018. Diare lingkungan untuk menjaga
merupakan penyakit endemis di kesehatan. Kekambuhan dan
Indonesia dan juga merupakan komplikasi diare
penyakit potensial. Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian. Di Provinsi
Lampung terjadi KLB diare pada
tahun 2017 dengan case fatility
rate (CFR) 7,14%, sedangkan angka
CFR diare yang diharapkan
<1%.Dapat disimpulkan bahwa

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 25


dapat dicegah dengan Sebelum muncul keluhan BAB
penatalaksanaan yang tepat. 5
cair, pasien mengkosumsi es kelapa
Diare merupakan masalah yang
mudamilik ibunya. Didalam keluarga,
dapat menggangu fungsi dasar dari
tidak ada yang mengalami keluhan
keluarga tersebut.Dibutuhkan
serupa, ibu pasien mengatakan
partisipasi dari keluarga yang
bahwa pasien tidak diberikan ASI
optimal dalam memperhatikan
sejak lahir karena ASI tidak keluar
perilaku hidup sehat dalam
sehingga pasien mengkonsumsi susu
penatalaksanaan dan pencegahan
formula sejak lahir.Pasien sering
penyakitnya.6 mengkonsumsi makanan yang
Oleh karena itu, diperlukan diberikan oleh tetangganya. Pasien
pendekatan kedokteran keluarga juga terlihat sering bermain bersama
secara holistik, komprehensif dan teman-teman sebaya di lingkungan
kontinyuuntuk mengidentifkasi rumahnya tanpa memakai alas kaki.
faktor risiko yang ada pada pasien Sejak mengalami BAB cair, ibu
dan melakukan penatalaksanaan pasien
yang tepat bagi pasien dan keluarga. belum mencoba mencari
pengobatan. Ibu pasien hanya
Kas memberikan susu dan makanan yang
us lunak serta memberikan kompres
Pasien An N usia 2 tahun, hangat ketika badan pasien terasa
datang ke
demam.
Puskesmas Tanjung Sari diantar oleh
ibunya untuk berobat dengan Has
keluhan BAB cair lebih dari 5 kali il
dalam sehari. BAB cair dirasakan
sejak 1 hari sebelum datang ke
puskesmas, BAB yang dialami
sebanyak 1 gelas belimbing setiap
BAB dan berwarna kekuningan.BAB
cair juga disertai lendir dan sedikit
ampas. Saat BAB cair yang pertama
kali, BAB cair juga disertai darah,
namun saat BAB cair berikutnya,
BAB cair sudah tidak disertai
darah. Selain itu pasien juga
mengalami demam 2 hari sebelum
keluhan BAB cair dirasakan. Demam
yang terjadi tidak terlalu tinggi dan
tidak dipengaruhi oleh waktu.Ibu
pasien mengatakan pasien
terkadang rewel dan hanya sedikit
makan dan minum.
Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 26
Pasien An. N usia 2 tahun keluarga dan ruang makan serta
datang ke Puskesmas Tanjung Sari ruang tamu di bagian depan. Kamar
dengan keluhan BAB cair lebih dari pertama ditempati olehpasien dan
5 kali dalam sehari. BAB cair yang orang tuanya, kamar kedua dan
dirasakan disertai lendir dan darah, ketiga tidak ditempati. Kondisi dalam
dua hari sebelumnya pasien juga rumah cukup lembab karena jendela
mengalami demam. Dari sering tidak dibuka sehingga
pemeriksaan fisik didapatkan pencahayaan sinar matahari kurang.
keadaaan umum tampak sakit Kebersihan didalam rumah
sedang, suhu tubuh 36,7oC, cukup bersih tetapi lantai dapur dan
frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi lantai kamar yang tidak ditempati
nafas20x/menit, berat badan12 kg tidak dilapisi dengan tikar atau
dan panjang badan 90 cm, status karpet sehingga masih berdebu.
gizi baik (-2 sd +2 SD). Pada Kebersihan diluar rumah masih
pemeriksaan status generalis tidak kurang bersih, terdapat feses ayam
didapatkan mata cekung, turgor kulit di lingkungan sekitar rumah.Fasilitas
kembali segera.Bising usus dapur, masak dengan menggunakan
meningkat kompor gas. Di belakang rumah
14x/menit dan terdapat nyeri tekan pasien terdapat sumur dan
epigastrium. Hidung dan telinga kandang ayam yang berdekatan.
tidak terdapat hiperemis maupun Sumur digunakan sebagai sumber air
sekret. Suara napas vesikuler pada untuk kehidupan sehari-hari. Air
kedua lapang paru dan bunyi minum di masak dari air sumur.
jantung I-II regular. Diagnostik holistik awal pada
Bentuk keluarga pasien adalah pasien terdiri dari empat aspek.
keluarga inti. Pasien tinggal bersama Aspek personal yaitu alasan
dengan ayah dan ibu.Keluarga kedatangan: BAB cair 5x sehari yang
pasien baru pindah ke Tanjung tak kunjung sembuh disertai
Sari sekitar 5 bulan yang lalu, turunnya nafsu
sebelumnya keluarga pasien tinggal
di Pringsewu. Jumlah anggota makan; kekhawatiran:BAB cair
keluarga yang tinggal di rumah bertambah parah dan pasien
adalah menjadi lebih lemas; harapan:BAB
3 orang.Kakak pasien tinggal cair dapat berhenti sehingga dapat
bersama neneknya di Pringsewu. kembali beraktivitas dengan baik;
Luas rumah sekitar 6 x persepsi: lemas yang dirasakan
8 m2, Rumah pasien berdinding disebabkan karena BAB cair dan
semen belum nafsu makan pasien yang menurun.
dicat, lantai semen dan beratap Aspek klinis awal yaitu diare akut
genteng dengan 3 buah kamar tidur, tanpa dehidrasi (ICD 10 A09). Aspek
kamar mandi 1, dapur, 1 ruang ketiga, risiko internal yaitu
pengetahuan yang kurang tentang mandi dan saat menyiapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, usia makanan.
balita dan tidak mengkonsumsi ASI Diagnostik holistik akhir pada
sejak lahir. Aspek keempat, pasien ini yaitu aspek personal:
psikososial keluarga dan lingkungan kekhawatiran sudah tidak
eksternal yaitu kurangnya dirasakan, harapan sudah tercapai,
pengawasan keluarga terhadap persepsi: keluhan yang dialami
kebersihan makanan, perilaku disebabkan oleh kuman dan perilaku
personal hygiene keluarga yang hidup yang kurang bersih dan sehat;
kurang baik, lingkungan rumah dekat aspek klinis yaitu diare akut tanpa
dengan hewan ternak. Berdasarkan dehidrasi (ICD 10 A09); aspek risiko
diagnosis holistic awal tersebut internal: pengetahuan yang lebih
diketahui derajat fungsional 3 yaitu baik tentang penyakit diare dan
mau melakukan, namun perlu pengobatan preventif, pengetahuan
penggalian sumber yang belum yang baik mengenai perilaku hidup
dimanfaatkan penyelesaian masalah bersih dan sehat, perilaku
dilakukan sepenuhmya oleh personal
provider.
Intervensi yang dilakukan
terbagi atas patient centered dan
family approach. Intervensi patient
centered berupa terapi medika
mentosa yaitu oralit sach (bila
BAB cair saja), zinc 1 x 20 mg
(diteruskan selama 10 hari),
paracetamol syr 3 x 1 cth bila
demam, lacto B 3x1 sachet dan
cotrimoxazole 2 x 1 cth. Intervensi
family focused berupa edukasi
kepada keluarga pasien bahwa
dengan penatalaksanaan yang tepat
maka BAB cair dirasakan dapat
berkurang dan komplikasi akibat
diare dapat dicegah, edukasi kepada
anggota keluarga mengenai faktor
risiko yang ada pada keluarga dan
pentingnya melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat, edukasi
kepada keluarga untuk melakukan
tindakan pencegahan penyakit diare
dengan cara cuci tangan setiap
sebelum makan, setelah dari kamar
Tn.

hygiene yang sudah lebih baik A


An.
dari sebelumnya; aspek psikososial
Gambar 2. Family map
dan lingkungan eksternal yaitu
keluarga lebih optimal dalam Keterangan
mendukung tahapan pengobatan gambar
pasien, keluarga lebih optimal dalam : Hubungan dekat
mendukung pasien untuk : Hubungan tidak dekat
menerapkan pola hidup bersih dan
sehat, pencahayaan pada rumah Pembahas
sudah cukup membaik karena an
sebagian ventilasi telah dibuka, Masalah kesehatan yang
kandang ternak lebih sering dibahas pada kasus ini adalah
dibersihkan. Derajat fungsional akhir seorang pasien dengan usia 2 tahun
1 yaitumampu melakukan pekerjaan yang mengalami diare sejak 1
seperti sebelum sakit (tidak ada hari
kesulitan).

Gambar 1. Genogram
keluarga An. N Keterangan
gambar:
= perempuan
= pasien
= laki-laki
= perempuan yang meninggal
= laki-laki sudah meninggal
= tinggal serumah

N
sebelum berobat ke Puskesmas Berdasarkan hasil anamnesis
Tanjung Sari. Kunjungan pertama dan pemeriksaan fisik tidak
kali dilakukan pada tanggal 15 didapatkan adanya tanda-tanda
Mei 2019. Kunjungan yang dehidrasi pada pasien ini,keadaan
dilakukan tentang pendekatan umum tampak sakit sedang; suhu
dan perkenalan terhadap pasien dalam batas normal, frekuensi nadi
serta menerangkan maksud dan dan frekuensi nafas dalam batas
tujuan kedatangan, diawali dengan normal, berat badan 12 kg, panjang
anamnesis tentang keluarga dan badan 90 cm, status gizi baik. Pada
perihal penyakit yang telah diderita. pasien ini tidak terdapat mata
Dari hasil kunjungan tersebut, cekung dan turgor kulit kembali
sesuai konsep Mandala of Health, segera. Dari pemeriksaan abdomen
dari segi perilaku kesehatan pasien ditemukan bising usus meningkat.
dan keluarga masih mengutamakan Pada pasien ini didapatkan pula
upaya kuratif dari pada preventif faktor risiko yang mendukung
dan keluarga pasien memiliki terjadinya diare, seperti kurangnya
pengetahuan yang kurang tentang kesadaran akan pentingnya
penyakit yang dialami pasien. kebersihan pada lingkungan pasien
Diagnosis pada pasien ini dimana mencuci tangan dengan
ditegakkan berdasarkan anamnesis sabun sebelum menyentuh
dan pemeriksaan fisik. Pasien makanan jarang sekali dilakukan
mengalami BAB cair lebih dari 5 oleh pasien. Saat pasien bermain
kali dalam sehari. BAB yang dialami bersama teman-temannya di
sebanyak 1 gelas belimbing setiap lingkungan rumah, pasien juga
kali BAB dan berwarna kekuningan. jarang memakai alas kaki dan pasien
BAB cair juga disertai lendir dan pun sering mengkonsumsi makanan
sedikit ampas. Saat BAB cair yang yang diberikan
pertama kali, BAB cair juga disertai
darah, namun saat BAB cair
berikutnya, BAB cair sudah tidak
disertai darah. Selain itu pasien
juga mengalami demam 2 hari
sebelum keluhan BAB cair
dirasakan. Demam yang terjadi tidak
terlalu tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh waktu. Ibu pasien
mengatakan pasien terkadang rewel
dan hanya sedikit makan dan
minum. Ibu pasien belum
memberikan pengobatan kepada
pasien.
tetangga maupun teman sebayanya keadaan umum tampak sakit ringan,
yang belum tentu terjamin kesadaran compos mentis, frekuensi
kebersihannya. Sumber air minum nadi 110x/menit,frekuensi nafas
pasien berasal dari sumur yang 20x/menit, suhu 36,7°C.
berada di belakang rumah. Sumur Sebelum intervensi, dilakukan
pretest
seringkali tidak ditutup sehingga
untuk mengetahui sejauh mana ibu
memungkinkan terjadinya
pasien memahami penyakit pasien,
kontaminasi pada air sumur.
Pasien juga tidak kemudian intervensi dilakukan
mengkonsumsi ASI dengan menggunakan media poster
sejak lahir, hal ini dapat bergambar dan leaflet tentang
meningkatkan risiko terjadinya diare. penyakit diare dan cara
ASI mengandung antibodi yang pencegahannya. Selain itu pada
dapatmelindungi dari berbagai kegiatan intervensi ini juga
macam infeksi.7Rumah pasien juga disertakan poster dan dipraktikkan
berdekatan dengan kandang ayam. bagaimana cara mencuci tangan
Ayam yang dimiliki pasien sering yang baik dan benar sesuai anjuran
dilepas keluar kandang dan WHO. Pasien dan keluarga juga
meninggalkan banyak feses ayam di diberikan pemahaman mengenai
sekitar rumah pasien. Feses perilaku hidup bersih dan sehat di
ayam dapat mengandung Eschericia lingkungan rumah serta pentingnya
coli yang dapat menyebabkan peran anggota keluarga dalam
pengobatan pasien. Ketika intervensi
diare.8 Penularan E.coli dapat terjadi
melalui penularan fecal oral. dilakukan, keluarga mendengarkan
dan mempraktikkan materi yang
Diare akut merupakan penyakit
diedukasikan untuk keluarga pasien.
yang sering terjadi pada anak yang
Intervensi ini dilakukan
berusia dibawah lima tahun. Diare
akut adalah diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari, sementara diare
persisten atau diare kronis adalah
diare yang berlangsung lebih dari 14
hari.6 Pada pasien ini, diare yang
berlangsung masih kurang dari 14
hari sehingga dapat dikatakan pasien
mengalami diare akut. Tiga hari
setelah kunjungan pertama,
dilanjutkan dengan kunjungan ke
dua pada tanggal 18 Mei 2019
untuk melakukan intervensi. Pada
kunjungan kedua juga dilakukan
pemeriksaan fisik dan diperoleh hasil
dengan tujuan untuk merubah terjadi dehidrasi yang lebih berat
pola pikir pasien terhadap penyakit pada pasien.9
yang diderita serta mencegah Pasien juga mendapatkan tabet
penularan kepada anggota keluarga zinc 20 mg yang dikonsumsi selama
lainnya. 10 hari. Penggunaan zinc ini
Pada pretest diajukan sepuluh memang popular beberapa tahun
pertanyaan terkait penyakit diare terakhir karena memilik evidence
yang diderita pasien. Terdapat based yang baik. Beberapa
sepuluh pertanyaan yang diajukan. penelitian telah membuktikannya.
Pertanyaan terkait dengan Pemberian zinc yang dilakukan di
penyebab, pencegahan, dan awal masa diare selama 10 hari ke
penanganan penyakit. Setelah depan secara signifikan menurunkan
pasien mengerjakan pretest, nilai morbiditas dan mortalitas pasien.
yang didapat pasien adalahlima. Zinc dapat menigkatkan kekebalan
Nilai ini menunjukkan bahwa tubuhsehingga dapat mencegah
pengetahuan pasien mengenai risiko terulangnya diare 2-3 bulan
penyakitnya masih rendah. setelah anak sembuh dari diare.
Sehingga perlu diintervensi dan Pemberian zinc harus tetap
diedukasi untuk meningkatkan dilanjutkan meskipun diare sudah
pengetahuannya. berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk
Pada pada pasien dilakukan meningkatkan ketahanan tubuh
pengobatan berupa pemberian terhadap berulangnya diare pada 2-3
oralit, tablet zinc, lacto b, pemberian
obat paracetamol bila demam dan bulan kedepan.9
pemberian antibiotik. Pemberian Pasien juga mendapatkan terapi
oralit kepada pasien diare simptomatik yaitu paracetamol sirup
dimaksudkan untuk mengganti yang diminum hanya setiapkali
elektrolit yang hilang bersama BAB pasien merasakan
cair.Walaupun air sangat penting
untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam
elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh, sehingga
lebih diutamakan oralit. Glukosa dan
garam yang terkandung dalam orait
dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.Pemberian
oralit sesuai dengan banyak nya
BAB cair, hal ini dilakukan sebagai
upaya untuk mencegah supaya tidak
demam. Pengobatan simptomatik Beberapa penelitian membuktikan
diberikan sebisa mungkin dengan bahwa probiotik bermanfaat pada
dosis yang rendah. Dosis diare akut, terbukti mengurangi
paracetamol anak adalah 10-15 durasi dan frekuensi diare, serta
mg/kgbb/kali pemberian. tidak ada laporan efek samping yang
Paracetamol dapat diberikan hingga serius.14 Mekanisme kerja probiotik
3 kali dalam sehari. Pada pasien ini belum dapat dijelaskan dengan
memiliki berat badan 12 kg, pasti, diduga mekanisme dampak
sehingga dosis yang harus probiotik dalam pencegahan diare
diberikan adalah melalui perubahan lingkungan mikro
120 mg/kali pemberian. Dalam hal lumen usus (pH, oksigen) produksi
ini pemberian dosis paracetamol bahan anti mikroba terhadap
sudah tepat. beberapa patogen usus, kompetisi
Pada pasien ini juga diberikan nutrien, mencegah adesi kuman
antibiotik karena BAB cair disertai patogen pada enterosit, modifikasi
darah. Menurut anjuran WHO, toksin atau reseptor toksin,
setiap BAB cair dengan darah dapat peningkatan toleransi terhadap
diterapi dengan terapi shigellosis. laktosa, meningkatkan sistem imun,
Antibiotik pilihan untuk shigellosis efek anti- alergi, pencegahan
adalah ciprofloxacin. Obat ini baik penyakit kardiovaskular, dan
terhadap bakteri pathogen invasif
termasuk Campylobacter, Shigella, pencegahan kanker.12Pada pasien
Salmonella, Yersinia, dan ini diberikan Lacto b 3 x 1 sachet.
Aeromonas species. Namun Terdapat sepuluh perilaku
ciprofloxacin masih kontroversial hidup bersih dan sehat di rumah
untuk diberikan pada anak tangga menurut Depkes RI:
karena banyaknya efek samping
yang ditimbulkan.10,11
Sebagai alternatif dapat
diberikan golongan cephalosforin
atau cotrimoxazol. Namun sediaan
oral cephalosforin seperti cefixime
harganya lebih mahal dibandingkan
cotrimoxazol. Pada pasien ini
diberikancotrimoxazol karena
banyak tersedia di layanan primer
serta harga yang terjangkau. Pada
pasien ini diberikan cotrimoxazol 2
x 1 cth selama 5 hari. Penggunaan
probiotik sebagai salah satu terapi
diare akut telah banyak dilakukan.
1) Pertolongan persalinan oleh tempat duduk dengan leher angsa
tenaga kesehatan, adalah persalinan atau tanpa leher angsa (cemplung)
yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang dilengkap dengan unit
seperti bidan, dokter, dan tenaga penampungan kotoran dan air untuk
para medis lainnya. membersihkannya.
2) Balita diberikan ASI, adalah bayi 8) Makanlah dengan gizi
usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja seimbang
tanpa memberikantambahan (makansayur dan buah
makanan atau minuman lain. setiap hari).
3) Timbang balita, penimbangan Setiap anggota rumah tangga
bayi dan balita dimaksudkan untuk mengkonsumsi minimal 3 porsi buah
memantau pertumbuhannya setiap dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya
bulan. setiap hari.
4) Rumah bebas jentik, 9) Aktivitas fisik
adalahrumah tangga yang setelah setiap hari
dilakukan pemeriksaan jentik secara Anggota keluarga melakukan
berkala tidak terdapat jentik aktivitas fisik 30 menit setiap hari.
nyamuk. 10) Tidak
5) Cuci tangan dengan merokok.
sabun. Dalam satu batang rokok yang
diisap akan
Air yang tidak bersih banyak
dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
mengandung kuman dan bakteri
kimia berbahaya, di antaranya yang
penyebab penyakit.Bila digunakan,
paling berbahaya adalah Nikotin,
kuman berpindah ke tangan.Pada
saat makan, kuman dengan cepat Tar, dan Carbon Monoksida (CO).13
masuk ke dalam tubuh, yang bisa Kunjungan ketiga
menimbulkan penyakit. dilakukan pada tanggal 21 Mei
6) Tersedia air 2019, dari hasil anamnesis
bersih.
Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-
alat dapur, mencuci pakaian, dan
sebagainya, agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari sakit.
7) Tersedia
jamban.
Jamban adalah suatu ruangan
yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau
lebih lanjut dari ibu pasien sebelum makan, hal ini juga
didapatkan bahwa kondisi pasien didukung oleh perilaku ibu pasien
membaik dengan keluhan BAB yang mendampingi dan
cairsudah tidak dirasakan. Demam mencontohkan cara mencuci
juga sudah tidak dirasakan selain itu tangan yang baik dan benar.
nafsu makan pasien juga sudah Prognosis pada pasien ini dalam
mulai membaik. Pada kunjungan halquo ad vitam: dubia ad bonam
ketiga, dilakukan evaluasi terhadap dilihat dari kesehatan dan tanda-
intervensi yang telah dilakukan tanda vitalnya yang sudah mulai
sebelumnya. baik; quo ad functionam: dubia ad
Evaluasi dilakukan dengan bonam karena pasien masih bisa
melakukan post test kepada ibu beraktivitas sehari- hari secara
pasien. Pertanyaan yang diberikan mandiri; dan quo ad sanationam:
sama dengan materi pretest dan dubia ad bonam karena pasien masih
media intervensi. Post test dilakukan bisa melakukan fungsi sosial dengan
untuk menilai apakah telah terdapat baik dan memiliki hubungan yang
perubahan dari segi pengetahuan baik dengan teman- teman
keluarga pasien megenai seusianya.
penyakitdiare. Setelah dilakukan
penilaian, ibu pasien mendapat nilai Ringkas
delapan dari 10 pertanyaan yang an
Penyakit diare masih
diajukan. Hal tersebut menunjukkan merupakan
terdapat peningkatan pengetahuan masalah kesehatan masyarakat di
keluarga pasien mengenai penyakit negara berkembang seperti di
yang diderita anaknya. Indonesia. Secara global terjadi
peningkatan kejadian diare dan
Tabel1. Hasil Pretest dan
kematian akibat diare pada balita
Post test
dari tahun
PengetahuanPasien tentang
2015-2017.Diare merupakan
Diare
masalah yang
Pretest Postest
Δ Skor
50 80
30

Tingkat kepatuhan pasien cukup


baik,hal ini terlihat minum obat
sesuai anjuran dokter, serta mulai
membiasakan pola hidup bersih
dan sehat yaitu mencuci tangan
setelah dari kamar mandi dan
dapat menggangu fungsi dasar dari hasil anamnesis lebih lanjut dari ibu
keluarga sehingga dibutuhkan pasien didapatkan bahwa kondisi
partisipasi optimal dari keluarga pasien sudah membaik. Dilakukan
dalam memperhatikan PHBS dalam evaluasi terhadap intervensi yang
penatalaksanaan dan pencegahan telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi
diare. dilakukan dengan melakukan post
Masalah kesehatan yang test kepada ibu pasien. Post test
dibahas pada kasus ini adalah pasien dilakukan untuk menilai apakah
usia 2 tahun yang mengalami diare telah terdapat perubahan dari segi
sejak 1 hari sebelum berobat ke pengetahuan keluarga pasien
Puskesmas Tanjung Sari. megenai penyakit diare.
Kunjungan pertama kali dilakukan Setelah dilakukan penilaian, ibu
pada tanggal 15 Mei pasien mendapat nilai delapan dari
2019. Kunjungan yang dilakukan 10 pertanyaan yang diajukan, yang
tentang pendekatan dan perkenalan sebelumnya mendapat nilai lima
terhadap pasien serta menerangkan saat pretest. Hal tersebut
maksud dan tujuan kedatangan, menunjukkan terdapat peningkatan
diawali dengan anamnesis tentang pengetahuan keluarga pasien
keluarga dan perihal penyakit yang mengenai penyakit yang diderita
telah diderita. anaknya.Tingkat kepatuhan pasien
Kunjungan ke dua pada tanggal cukup baik,hal ini terlihat minum
18 Mei obat sesuai anjuran dokter,
2019 untuk melakukan serta mulai membiasakan PHBS dan
intervensi. Pada
didukung oleh perilaku ibu pasien
kunjungan kedua juga dilakukan
yang mendampingi dan
pemeriksaan fisik pada
mencontohkan cara mencuci tangan
pasien.Sebelum intervensi,
yang baik dan benar.
dilakukan pretest untuk mengetahui
sejauh mana ibu pasien memahami
penyakit pasien, kemudian
intervensi dilakukan dengan
menggunakan media poster
bergambar dan leaflet tentang
penyakit diare dan cara
pencegahannya. Selain itu pada
kegiatan intervensi ini juga
disertakan poster dan dipraktikkan
bagaimana cara mencuci tangan
yang baik dan benar sesuai anjuran
WHO.
Kunjungan ketiga dilakukan
pada tanggal 21 Mei 2019, dari
pada balita di wilayah kerja
Simpulan puskesmas Rejosari Pekanbaru. J
Pada kasus ini didapatkan Endur. 2018;3(2):400.
faktor internal berupa usia 2 tahun, 5. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
tidak mengkonsumsi ASI sejak lahir Buku ajar
danfaktor eksternalyaitu gastro-hepatologi. Jakarta:
pengetahuan dan perilaku hidup IDAI; 2011.
bersih dan sehat keluarga yang 6. Kemenkes RI. Situasi Diare di
kurang.Peran keluarga amat penting Indonesia.
dalam perawatan dan pengobatan Jakarta: Kementrian Kesehatan
anggota keluarga yang RI; 2011.
sakit.Penerapan pelayanan dokter 7. Rahmadhani EP, Lubis G.
keluarga berbasis evidence based Artikel Penelitian Hubungan
medicine dengan mengidentifikasi Pemberian ASI Eksklusif dengan
faktor risiko, masalah klinis, serta Angka Kejadian Diare Akut pada
penatalaksanaan dengan Bayi Usia 0-1 Tahun di
pendekatan patient centered dan Puskesmas Kuranji Kota
family approach efektif pada pasien Padang. 2013;
anak dengan diare. 2(2):62–6.
8. Zainudin. Identifikasi bakteri
Eschericia
Daftar Pustaka
coli penghasil penisilinnase dari
1. Kemenkes RI. Data dan
usus sapi, kambing dan ayam
Informasi Profil Kesehatan
broiler. J S Pertan.
Indonesia 2017. Jakarta:
2014;4(1):33–6.
Kementrian Kesehatan RI; 2018.
9. Departemen Kesehatan RI. Buku
2. Kemenkes RI. Hasil utama
saku petugas kesehatan lintas
riskesdas 2018.
diare. Jakarta: Departemen
Jakarta: Kementrian Kesehatan
Kesehatan RI; 2011.
RI; 2019.
3. Cakrawadi, Wahyudin E,
Saruddin B. Pola penggunaan
antibiotik pada gastroenteritis
berdampak diare akut pada
pasien anak rawat inap di badan
pelayanan umum rumah sakit
dokter wahidin sudiro husodo
makasar selama tahun 2009.
Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol 15 Nomor 2.
2011;69.
4. Hartati S, Nurazila N. Faktor yang
mempengaruhi kejadian diare
10. Bruzzese E, Giannattasio A,
Guarino A.
Antibiotic treatment of acute
gastroenteritis in children.
F1000Research. 2018;7:193.
11. Raini M. Antibiotik
golongan
fluorokuinolon: manfaat dan
kerugian. Media Litbangkes.
2016;6(3):163–74.
12. Rahmi D, Gayatri P. Manfaat
pemberian probiotik pada diare
akut. Sari Pediatr.
2015;17(71):76
–80.
13. Departemen Kesehatan RI.
Panduan peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat di
rumah tangga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2009.
14. Dinleyici et al., Lactobacillus
reuteri DSM
17938 shortens acute infectious
diarrhea in a pediatric outpatient
setting. J Pediatr (Rio J).
2015;91:392-6.

Anda mungkin juga menyukai