PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
PARE – KEDIRI
2020
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Karya Husada Kediri,
SKRIPS
HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI DAN INTENSITAS NYERI
DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN PASCAOPERASI LAPARATOMI
DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT ANANDA
BLITAR
Oleh :
NIM. 202001102
Hari : Rabu
Tanda Tangan
Mengesahkan:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Skripsi yang berjudul
“Hubungan antara status nutrisi dan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca operarasi
laparatomy di instalasi rawat inap rumah sakit Ananda Blitar”Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih yang setulusnya
kepada :
1. Hj. Farida Hayati, S.Kp.,M.Kep, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Pare
Kediri.
3. dr.Adri selaku pemimpin Rumah Sakit Ananda yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data.
4. keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi serta do’a restunya sehingga penulis dapat
5. Teman-teman dan berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi.
6. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukugan dalam
penysunan Skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
berbagai masukan pembaca, baik dalam bentuk kritik maupun saran yang bersifat membangun penulis
harapkan demi kesempurnaan penyusunan Skripsi ini. Akhirnya penulis berharap apa yang terdapat dalam
Skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapapun, khususnya dalam bidang keperawatan
Penulis
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Saran ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang
diberikan kepada individu, baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi
dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2003).
Salah satu tempat yang memberikan pelayanan keperawatan adalah rumah sakit. Oleh karena itu,
rumah sakit menjadi tempat bagi pasien dan keluarganya menaruh harapan kesembuhan. Akan tetapi, selain
keberhasilan dalam pengobatan dan perawatan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit, banyak pula
laporan tentang kegagalan pengobatan dan perawatan pasien tersebut sehingga menyebabkan waktu
perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dan biaya perawatan meningkat (Widianti, 2011).
Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan tindakan
pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan pembedahan
pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukannya tindakan
pembedahan. Salah satu tindakan operasi atau pembedahan adalah laparatomi. Tindakan operasi atau
laparatomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seorang
Hasil penelitian Razid (2010) di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan menunjukkan semakin
tingginya angka terapi pembedahan abdomen (laparatomi) tiap tahunnya, pada tahun 2008 terdapat 172
Selanjutnya pada bulan Januari-April tahun 2010 terdapat 32 kasus pembedahan laparatomi.
Rumah Sakit ... merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki Instalasi Bedah Sentral.
Berdasarkan data dari medical record RS..., diketahui bahwa angka pembedahan abdomen (laparatomi)
meningkat setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 638 kasus pembedahan, lalu meningkat pada
tahun 2010 menjadi 831 kasus pembedahan, kemudian pada tahun 2011 sebanyak 706 kasus, pada bulan
Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012 sebanyak 354 kasus (RS...., 20..).
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah gangguan tidur,
padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh yang sangat dibutuhkan
oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Gangguan tidur yang dialami pasien pascaoperasi
laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi dan rasa nyeri pada luka operasi (Widianti, 2011).
Nutrisi merupakan elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrien mencakup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, meneral dan air. Pasien pascaoperasi laparatomi rentan terhadap kekurangan
nutrisi, karena pasien tersebut mengalami pendarahan eksternal akibat dari komplikasi operasi (Widianti,
2011).
Gangguan tidur yang dialami oleh pasien pascaoperasi laparatomi, selain disebabkan faktor nutrisi,
juga disebabkan oleh rasa nyeri pada luka operasi. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan peranan perawat,
karena perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien dibanding tenaga profesional
kesehatan lainnya sehingga perawat mempunyai kesempatan lebih banyak untuk membantu meningkatkan
kualitas tidur pasien pascaoperasi laparatomi dengan meningkatkan status nutrisi dan menghilangkan rasa
nyeri pada pasien pascaoperasi laparatomi. Dalam hal ini, perawat dapat berkolaborasi dengan tenaga
profesional lain, seperti ahli gizi rumah sakit, dalam pemenuhan nutrisi pasien dan dokter, dalam hal
intervensi pereda rasa nyeri pascaoperasi. Manajemen perawatan pada pasien pascaoperasi laparatomi yang
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit ... pada bulan ...
20.., mendapatkan 8 orang (80%) dari 10 pasien pascaoperasi laparatomi yang mengalami gangguan
tidur.Hasil penelitian Menzeis dalam Razid (2010) di Rumah Sakit ..., menunjukkan bahwa 748 orang
(90%) dari 831 pasien pascaoperasi laparatomi mengalami gangguan tidur akibat faktor nutrisi dan rasa
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan antara Status Nutrisi dan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Tidur pada Pasien Pascaoperasi
Presentase pasien Pascaoperasi laparatomi yang mengalami gangguan tidur mengalami peningkatan,
hal ini perlu penanganan atau intervensi terhadap nutrisi dan nyeri yang dialami sehingga tidak menganggu
istirahat tidur pasien pascaoperasi laparatomi Dari uraian diatas, maka dapat dibuat rumus masalah sebagai
berikut. Bagaimanakah aplikasi Intervensi Kebutuhan Nutrisi dan Penanganan Nyeri dengan Kualitas Tidur
Tujuan disusunnya Karya Tulis ini adalah untuk mengetahui efektivitas intervensi teknik relaksasi
Nyeri dengan masalah keperawatan nyeri pada pasien pascaoperasi laparatomi di Rumah sakit......
1.4 Manfaat
Ternik penanganan Nyeri yang di terapkan untuk Asuhan Kepeawatan adalah Teknik Distraksi dan
Relaksasi Perawat dapat menentukan rencana keperawatan dengan mandiri tanpa menunggu intruksi
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat yang diperoleh mahasiswa yaitu bisa menambah pemahaman tentang penanganan Nyeri pada
klien Pascaoperasi Laparatomi dengan menggunakan teknik Penanganan Nyeri yaitu Distrasi dan
Relaksasi
3. Bagi Pasien
Manfaat bagi pasien adalah klien mampu mengontrol rasa nyeri yang muncul secara mandiri.
Sebagai masukan/bahan evalusi untuk mempersiapkan calon petugas kesehatan khususnya perawat yang
TINJAUAN PUSTAKA
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan
Kasus – kasus yang terdapat pada kasus laparatomi yaitu, hernotorni, gasterektomi,
atau fistulektomi.
Adapun cara operasi laparatomi, yaitu: midline incision, paramedian : panjang (12,5 cm) lebih
kurang sedikit ke tepi dari garis tengah; transverse upper abdomen incision : sisi di bagian atas, seperti
pembedahan colesistotomy dan splenektomy; transverse lower abdomen incision : 4 cm di atas anterior
spinal iliaka, lebih kurang insisi melintang di bagian bawah, misalnya pada operasi apendiktomy (Ester,
2002).
Masalah yang sering terjadi pada pasien yang mengalami operasi laparatomi adalah gangguan tidur,
padahal tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh yang sangat dibutuhkan
laparatomi biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi dan rasa nyeri pada luka operasi. Dalam hal ini, perawat
dapat berkolaborasi dengan ahli gizi dan dokter untuk intervensi pemenuhan nutrisi dan pereda rasa nyeri
a. Perdarahan eksternal
Perdarahan merupakan komplikasi paling dini yang mungkin terjadi setelah operasi.perdarahan
eksternal yang sering tampak adalah daerah drainase. Pipa drainase biasanya keluar dari lubang insisi yang
terpisah dan mungkin terjadi perembesan darah yang terus menerus dari pembuluh darah kulit atau tepat di
bawah kulit.
b. Perdarahan internal
Perdarahan internal sulit terdeteksi karena manifestasi kliniknya lambat. Tanda–tanda klasik dari
perdarahan adalah pucat, menurunnya tekanan darah, nadi yang cepat dan lemah, berkeringat, dan rasa
haus.
A. Persiapan pasien
a) Memberi tahu pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberitahukan bahwa
balutan akan diganti dan penggantian balutan tersebut adalah hanya prosedur sederhana yang
B. Persiapan alat-alat
a. Alat-alat steril
2 pinset anatomis
1 pinset sirurgis
1 gunting jaringan
Kasa steril
Handscoen steril
1 klem
b. Alat-alat nonsteril
Bengkok
Plester
Gunting perban
Cotton buds
Kantong sampah
C. Pelaksanaan
2. Memakai masker.
5. Ambil kantong sekali pakai dan buat lipatan di atasnya, letakkan kantong dalam jangkauan
6. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tutup bagian tubuh yang tidak diberikan tindakan
dengan selimut.
10. Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester atau kasa yang menutup
luka tersebut, lepaskan plester dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan sejajar
dengan kulit ke arah balutan dengan menggunakan pinset anatomis. Jika plester terlalu kuat merekat
ke kulit, maka oleskan alkohol dengan menggunakan cotton buds pada sisi plester untuk mengurangi
rasa sakit karena tarikan kulit dengan tangan. Dengan tangan yang telah menggunakan sarung
tangan bersih angkat balutan dengan pinset. Buang ke kantong plastik yang sudah disiapkan.
11. Buang balutan kotor pada kantong yang telah disiapkan. Hindari kontaminasi permukaan
luar kantong tersebut. Lepaskan sarung tangan bersih sekali pakai dan buang pada tempat yang
disediakan.
12. Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan cairan yang diresepkan (NaCl 0,9%) pada kom
15. Lakukan nekrotomi, jika terdapat banyak jaringan nekrotik pada luka.
19. emudian pasang plester. Cara yang tepat untuk memasang plester adalah dengan meletakkan
plester di tengah balutan dan kemudian menekan plester ke bawah pada ke dua sisinya, sehingga
D. Evaluasi
Sambil mengganti balutan, perawat mempunyai kesempatan untuk mengajarkan pasien tentang cara
merawat insisi dan mengganti balutan di rumah. Perawat mengamati isyarat dari kesiapan pasien untuk
belajar, seperti melihat pada insisi, menunjukkan minat atau membantu dalam mengganti balutan (Brunner
F. Pengobatan
Pengobatan luka dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaktik yang diberikan ketika
diduga terjadi kontaminasi, atau ketika alat prostetik dimasukkan ke dalam luka yang bersih. Luka yang
terinfeksi tidak ditutup sampai segala upaya telah dilakukan untuk membuang semua jaringan devitalis dan
terinfeksi, prosedurnya disebut debridemen. Sering kali drain kecil dipasang sebelum luka dijahit untuk
Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik.
Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun dapat berupa membaca buku, melihat televisi. Seusai
istirahat, mental dan fisik menjadi segar. Tidur merupakan perubahan status kesadaran berulang–ulang pada
periode tertentu. Tidur memberikan waktu perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh, perawat membantu
klien mengembangkan perilaku kondusif untuk istirahat dan relaksasi. (Widianti, 2011).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan dan upaya kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang–ulang dan masing–masing menyatakan fase kegiatan otak dan
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh sesuatu atau sensoris yang
sesuai atau juga dapat di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus berulang, dengan ciri adanya
dengan aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan
a. Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang malam disebut irama sirkadian. Irama sirkardian mempengaruhi perilaku
dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,
kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu, dan faktor internal
Dua fase normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM (pergerakan mata yang
cepat).
Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahap ini berakhir beberapa menit sehingga orang
Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit. Tahap ini berakhir
Tahap : 3 NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot – otot menjadi relaks penuh sehingga sulit untuk
dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda – tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15 – 3 menit.
Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika kurang tidur, individu akan
Tanda – tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan enuresis.
Tidur REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata yang cepat, fluktasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan.
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekankan pada pusat otak agar dapat tidur dan bangun.
Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem mengaktivasi retikularis yang merupakan system yang
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan syaraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dari tidur.
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu,
Reticular Activating System (RAS) dapat rangsangan visual, pendengaran, nyeri, perabaaan juga dapat
menerima stimulasi dari kortek serebri termasuk rangsangan emosi dan proses fikir dalam keadaan sadar,
Demikian juga pada saat tidur kemungkinan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus yang
berada di pons di batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun tergantung dari
keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan system limbic, dengan demikian sistem dengan
batang otak yang mengatur atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Dalam prosesnya, tidur di bagi ke dalam dua jenis pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh
menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang lambat karena
gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur Non Rapid Eye Movement (NREM).
Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat – isyarat dalam otak, meskipun
kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradoks atau disebut juga
nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa
bermimpi. Tidur gelombang lambat bias juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan ciri –ciri :
betul–betul istirahat, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat,
Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui elektroenchepalografi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada setiap tahap tidur, yaitu : pertama, kewaspadaan penuh dengan
gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan voltase rendah: ke dua, istirahat tenang yang diperlihatkan
pada gelombang alpa : ke tiga, tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alpa sejenis teta atau
delta yang bervoltase rendah : dan ke empat tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang
delta bervoltase tinggi dengan kecepatan ½ perdetik. Tahapan tidur jenis lambat sebagai berikut.
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan cirri sebagai berikut : rileks, masih sadar
dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nafas dan
nadi sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut : mata
pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun,
Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya
lambat, disebabkan oleh adanya dominasi simpatis syaraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak
dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat
digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru,
kardiovaskuler, endokrin, dan lain – lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali
pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada
system syaraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai
susunan syaraf, dan ke dua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ
Tabel 2.1
Menurut Widianti (2011), kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat
a. Penyakit
Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh
infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga
keseimbangan energi yang telah dikeluarkan hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan
aktivitas dan mencapai kelelahan, maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur
c. Stres psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seeorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika
seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d. Obat
Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik
menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan dapat menekan ren, kafein dapat meningkatkan syaraf
insomnia dan golongan narkotik dapat menekan rem sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi
dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses
tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak nyaman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan
g. Motivasi
Merupakan suatu dorongan atau keingan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses
tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
h. Nyeri
Sensasi tidak menyenangkan dan sangat individual dan tidak bisa berbagi dengan orang lain. Nyeri
a. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun
kuantitas dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur insomnia terbagi menjadi tiga jenis
dan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam
hari.
b. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan pada umumnya lebih dari sembilan jam
pada malam hari, disebabkan kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan
c. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menggagu pola tidur seperti somnambulisme
(berjalan–jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak–anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur
d. Enuresa
Merupakan BAK yang tidak sengaja pada waktu tidur atau biasa di sebut dengan mengompol.
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur tetapi mendengkur yang disertai
dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Terjadinya apnea dapat mengacaunya jalannya pernafasan
f. Narcolepsi
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan
berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di saat membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan neurologis.
g. Mengigau
ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
Selama kita tidur, maka kita mengalami beberapa siklus tidur. Satu siklus terdiri dari beberapa REM
dan non REM, dan bagi suatu usia tertentu maka setiap tahap akan berbeda dalam lama berlangsungnya.
Golongan remaja amat cepat terlelap sejak mulai membaringkan badannya. Setelah 60 sampai 90 menit, ia
memasuki tahap ke dua pada non REM dan segera diikuti oleh tahap REM yang pertama pada malam itu.
Semakin larut malam, maka waktu siklus menjadi lebih lama dan akhirnya mencapai 100 menit.
Tahap ke tiga dan ke empat merupakan bagian yang menonjol pada siklus pertama. Bagian ini seringkali
dianggap sebagai tidur yang paling nyenyak, sebab pada saat ini orang yang paling sulit untuk dibangunkan
dan sangat kebal terhadap setiap gangguan suara. Dengan bertambah larutnya malam, maka periode REM
semakin panjang, sedangkan tahap ke tiga dan ke empat menghilang. Menjelang dini hari, maka sedikit
Haruslah diingat bahwa semua ini merupakan satu kali tidur dalam suatu malam, jadi sebenarnya
dapat dianggap satu rata-rata saja. Mungkin sekali tidur anda malam ini berbeda dengan kemarin atau
dengan esok hari, dan mungkin pula tidur yang anda alami akan sangat berbeda dengan tidur tetangga anda.
Nutrisi merupakan elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrien mencakup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, meneral dan air (Widianti, 2011). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan
pengelolaan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi
dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari
Macam–Macam Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya dalam bentuk
amilum pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam ludah.
b. Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya sedikit) karena dalam mulut tidak ada
enzim pemecah lemak lambung mengeluarkan enzim lifase untuk mengubah sebagian kecil lemak dan
gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk melalui peredaran darah untuk
c. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim preatase baru terdapat dalam
d. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Meneral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh
mudah untuk memprosesnya. Umumnya, meneral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara
e. Vitamin
sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi sederhana,
tetapi sistem transfortasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang cukup.
f. Air
Air merupakan zat makanan yang paling mendasar dibutuhkan oleh tubuh manusia. Terdiri atas 50
% - 70% air. Asupan air secara teratur sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas, dapat diukur melalui pembentuakan
panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai masuakan zat gizi diantaranya protein,
Metabolisme basal merupakan energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan
nilainya disebut dengan Basal Metabolisme Rate (BMR). Nilai metabolisme basal setiap orang berbeda–
beda, dipengaruhi oleh faktor usia, kehamilan, mal nutrisi, komposisi, jenis kelamin, hormonal dan suhu
tubuh.
Jenis–Jenis Metabolisme
a. Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui mokasa
usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh darah) semua berbentuk monosakarida bersama–sama
b. Metabolisme lemak
secara pasif, langsung memasuki pembuluh darah dan dibawa ke hati. Melalui proses kimiawi, gliserol
diubah menjadi glikogen, selanjutnya mengikuti metobolisme arang sampai menghasilkan tenaga. Jadi,
gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah dibawa
ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak dinamis dan
selalu diperbaharuhi. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan
Ibu hamil lebih banyak membutuhkan kalori, kalsium, folat, zat besi, dan ASI pada ibu hamil.
b. Bayi
Mengalami tumbuh kembang pesat pada 1 tahun pertama. Usia 6 bulan diberikan susu dan makanan
Usia ini, nafsu makan anak dan kecepatan pertumbuhan mulai menurun sehingga perlu intake nutrisi
Pertumbuhan meningkat pada usia ini. Gigi permanen sudah tumbuh dan sistem pencernaan sudah
matur.
Pertumbuhan dan metabolisme berhenti sehingga butuh kalori sedikit. Defesiensi kalsium dan
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri dan disebabkan oleh
stimulus tertentu (Wartonah, 2011). Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis dan
lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subyektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami
klien. Untuk itu, diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri
(Asmadi, 2004).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
Dua kategori dasar nyeri yang secara umum diketahui nyeri akut dan nyeri umum.
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya tiba–tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Hal ini menarik perhaatian pada kenyataan
bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara
potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan ; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi nyeri, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai
nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh, jari yang
tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, barangkali dalam beberapa detik atau beberapa menit. Pada kasus
yang lebih berat, seperti fraktur ekstrimitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun dengan sejalan
b. Nyeri kronis
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang sesuatu periode waktu.
Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa
sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun
enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri
kronis. Suatu episode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri kronis sebelum enam bulan telah berlalu,
atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut secara primer aselama lebih dari 6 bulan.
Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang mengalami nyeri kronis setelah suatu cidera atau
proses penyakit, hal ini juga duga bahwa ujung–ujung syaraf yang normalnya tidak mentransmisikan
stimulus yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang
sangat nyeri.perawat dapat berhubungan dengan pasien yang mengalami nyeri kronis saat mereka masuk
rumah sakit untuk berobat atau saat mengunjungi mereka dirumah untuk perawatan rumah. Seringkali
perawat diperlukan dalam lingkungan komunitas untuk membantu dalam menangani nyeri pasien.
c. Fisiologi Nyeri
nyeri menyebar di sepanjang serabut syaraf aferen. Syaraf ini menonduksi 2 stimulus nyeri : serabut A-
Saat individu sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi kompleks. Menurut McCaffery, 3 sistem
interaksi persepsi nyeri, yaitu efektif, kognitif, evaluatif. Bentuk reaksi fisiologis, stimulasi cabang simpatis
menghasilkan respon fisiologis. Jika nyeri terus menerus, maka saraf parasimpatis akan menghasilkan aksi.
b. Sensasi : ketika merasakan nyeri, gerakan khas, ekspresi wajah mengindikasikan nyeri
seperti menggerakkan gigi, membungkuk, menyeringai memegang bagian tubuh yang nyeri.
c. Akibat : nyeri atau berhenti. Namun masih tetap butuh perhatian perawat mesti sumber nyeri dapat
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak.
Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri
adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
2. Jenis kelamin
Gill (2007) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon
nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (misal : tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (misal :
suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (2007), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
5 Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, sangat menyedihkan. Seperti pergelangan kaki terkilir
6 (intens) : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya sebagian
7 (sangat intens) : Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra Anda
menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8 (benar-benar mengerikan) : Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung lama.
9 (menyiksa tak tertahankan) : Nyeri begitu kuat sehingga tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek
10 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) : Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri.
0 : Tidak nyeri
baik.
baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri berat tidak terkontrol, Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
1. Terapi farmakologis
Yang dapat diberikan adalah analgesic yang dapat diberikan melalui rute parenteral, rute oral,
c) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan dengan tujuan untuk meredakan
a) Imajinasi terbimbing
b) Distraksi
c) Relaksasi
BAB III
Kerangka konsep dalam penelitian ini merujuk pada teori kualitas tidur yang dinyatakan Widianti
(2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara lain adalah status
nutrisi dan intensitas nyeri, sehingga kerangka konsep penelitian ini dapat disusun sebagai berikut :
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Tabel 3.1
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
memperoleh jumlah 5
dengan terganggu,
<5
wawancara Normal,
bila IMT
18,5 – 25,0
akibat luka
laparatomi yang – 10
dialaminya 2. Nyeri
sedang,
bila skala 4
–6
3. Nyeri
ringan,
bila skala 0
-3
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara status nutrisi dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi di
2. Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi di
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan ... selama 1 minggu.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien pascaoperasi laparatomi di Instalasi Rawat Inap Bedah RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012
sebanyak 354 kasus.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan subjek yang akan diteliti dan dianggap
mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara
accidental sampling, yaitu mengambil sampel sesuai dengan jumlah sampel yang ada pada
saat penelitian dilakukan.
1. Jenis Data
a. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden melalui
kuesioner untuk mengetahui status nutrisi dan intensitas nyeri serta kualitas tidur pada pasien
pascaoperasi laparatomi.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari profil RS... dan buku status pasien.
2. Instrumen Penelitian
3. Kualitas tidur dinilai dari jawaban responden pada kuesioner, dengan penilaian
jawaban :
- Ya = 1
- Tidak = 0
b) Status nutrisi
4. Intensitas nyeri dinilai dari persepsi pasien terhadap rasa nyeri akibat luka pascaoperasi laparatomi yang
dialaminya
1. Editing.
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.
2. Coding.
Proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Entry data.
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam
program software komputer.
4. Cleaning.
Proses pengecekan ulang dan pembersihan data dari kesalahan.
5. Analisis Data.
Setelah melalui tahapan pengolahan data, data kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas
tidur pada pasien pascaoperasi laparatomi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Chi Square, karena baik variabel independen maupun variabel dependen merupakan
variabel kategorik. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan
statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α (0,05), dengan
ketentuan :
a. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen
b. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
6 . Jadwal Pelaksanaan
Untuk menunjang keberhasilan dalam penulisan proposal ini, penulis menyusun jadwal
pelaksanaan penelitian, antara lain penulis melakukan penyusunan proposal, pengajuan seminar dan
melakukan perbaikan, uji coba melakukan pengumpulan informasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
jadwal pelaksanaan sebagai berikut.
Responden mengisi informed consent yang sebelumnya sudah diberikan penjelasan oleh peneliti tentang
maksud dan tujuan penelitian serta cara mengisi instrumen, dan peneliti juga menjelaskan kerahasiaan mengenai
nama responden untuk disimpan oleh peneliti dan tidak dipublikasikan.
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan nama inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)