Oleh :
RETNO DWI PUSPITA SARI
1701032
i
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
RETNO DWI PUSPITA SARI
1701032
ii
SURAT PERNYATAAN
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing 2
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Direktur
iv
v
KATA PENGANTAR
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca
bagi keperawatan.
Sidoarjo, 11 Juni 2020
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Sampul Depan ......................................................................................................... i
Lembar Dalam …………………………………………………………………….ii
Lembar Pernyataan …………………………………………………..…………...iii
Lembar Persetujuan ................................................................................................iv
Halaman Pengesahan ……………………………………………………….…..... v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................... vii
Daftar Tabel …………………………………………………………………….. ix
Daftar Gambar ……………………………………………………...…...…….…. x
Daftar Lampiran …………………………………………………………….….. xi
vii
3.4 Rencana Keperawatan ………………………………………………………. 45
3.5 Tindakan Keperawatan ………………………………………………………48
3.6 Catatan Perkembangan ………………………………………..……………. 50
3.7 Evaluasi Keperawatan ………………………………………………………. 52
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………...…. 54
4.1 Pengkajian …………………………..……………………………………… 54
4.2 Diagnosa Keperawatan …………..…………………………………………. 61
4.3 Perencanaan ……………………………………………………...…………. 62
4.4 Pelaksanaan …………………………………………………………………. 63
4.5 Evaluasi Keperawatan ………………………………………………..…….. 64
BAB V PENUTUP…………………………………..………………….…...…. 65
5.1 Simpulan ………………………………………………………………….….65
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...… 67
LAMPIRAN ………………………………………………………….………… 68
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium dengan diagnosa medis CF Tibia Fibula
1/3 distal ……………………………………………..………………… 41
Tabel 3.2 Analisa data dengan diagnosa medis CF Tibia Fibula 1/3 ……….….. 42
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa CF Tibia Fibula 1/3
distal ……………………………………….………………………… 45
Tabel 3.5 Implementasi keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis CF Tibia
Fibula 1/3 distal …………………..…………………………………. 48
Tabel 3.6 Catatan perkembangan pada Tn. A dengan diagnosa medis CF Tibia
Fibula 1/3 distal ………………………………..……………………. 50
Table 3.7 Evaluasi perkembangan pada Tn. A dengan diagnosa Medis CF Tibia
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
(Sjamsuhidajat & Jong, 2013). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari
ketika mengalami fraktur yaitu tidak mau melakukan mobilisasi, apabila tidak
melakukan untuk mobilisasi akan mengalami Atrofi otot yaitu dimana terjadi
penurunan massa otot ,biasanya akibat cedera atau terjadi suatu penyakit
sehingga bagian tubuh tidak di gerakkan dalam jangka waktu yang cukup
lama.
5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat
diintegritas tulang dan juga bisa karena kecelakaan baik itu kecelakaan kerja
disabilitas pada umur 5 – 17 tahun sebesar 3,2% dan pada umur 18 – 59 tahun
1
2
sebesar 22%. Pada umur 60 keatas 2,6% mengalami disabilitas berat dan
ketergantungan total. Terjadi penurunan cedera yang terjadi di jalan raya yaitu
dari 42,8%. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
bahwa total penderita fraktur yang di rawat di RSUD Bangil Pasuruan pada
bulan januari – Desember 2019 sebanyak 2193 orang ( Rekam Medik RSUD
Bangil 2019 ).
patologik dan yang lainnya karena faktor beban. Tanda dan gejala pada fraktur
Tibia adalah nyeri hebat bagian bawah, kesulitan berjalan, berlari, atau
terluka, kelainan bentuk di daerah kaki bagian bawah, lutut, tulang kering atau
pergelangan kaki, tulang yang menonjol, bengkak sekitar lokasi cedera serta
penderitaan klien, tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya. Rasa nyeri bisa
timbul hampir pada setiap area fraktur. Bila tidak diatasi dapat menimbulkan
dapat meningkatkan angka morbiditas, untuk itu perlu penanganan yang lebih
efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis
besar ada dua manajemen non farmakologi. Salah satu cara untuk menurunkan
nyeri pada pasien fraktur secara non farmakologi adalah diberikan kompres
dingin pada area nyeri. Perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi nyeri
dengan kompres dingin dilakukan dengan cara yang aman (Potter & Perry,
2013). Komplikasi lanjut lain dalam waktu yang lama akan terjadi malunion
3
yaitu suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan dengan
fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal, delayed union adalah
proses penyembuhan fraktur yang lebih lambat dari normal, non union
keadaan dimana fragmen tulang tidak menyambung. Saat ini fraktur akan
evaskuler nekrosis. Komplikasi awal yang dapat terjadi yang mencakup luka
pada saraf dan sindrom kompertemen, saraf mudah terkena luka karena lokasi
lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat
memakai alat pelindung diri. Sedangkan upaya kuratif perawat secara mandiri
makanan yang harus dikonsumsi pasien seperti nutrisi, kalsium, zat besi,
Asmadi, 2008 ).
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
1.4 Manfaat
Terkait dengan Tujuan, maka tugas akhir ini di harapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.2 Dari segi praktis tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi :
Hasil studi kasus ini dapat menjadi inspirasi dan perbandingan bagi
Hasil studi dapat menjadi salah satu acuan bagi penulis berikutnya yang
akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada klien fraktur.
1.5.1 Metode
peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
6
1.5.2.1 Wawancara
kesehatan lain.
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Supaya lebih jelas dan lebih muda dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.6.1 Bagian awal yaitu memuat judul, abstrak penelitian, pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, daftar
1.6.2 Bagian ini terdiri dari 5 Bab yang masing-masing bab terdiri dari berikut ini:
BAB 2 : Landasan teori berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
TUJUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan
2.1.2 Etiologi
patah
jauh dari tempat kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
8
9
2.1.2.3 Kekerasan akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
1. fraktur tertutup bila tidak terdapat hubungan antara frakmen tulang dan
dunia luar.
2. fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara frakmen dan dunia luar.
dislokasi.
segmental.
vertebra karena trauma, fraktur avulse, fraktur depresi, fraktur pecah dan
fraktur epifisis.
10
impaksi).
2.1.4 Patofisiologi
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Suwaktu tulang patah
setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain nyeri, iritasi
trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami
Menurut Nurafif & Kusuma (2015), Tanda dan gejala dari fraktur antara lain :
2.1.5.3 Terdapat trauma ( kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
vaskuler.
2.1.6.5 Kretinin : trauma otot meningkat beban kretinin untuk klirens ginjal.
2.1.6.6 profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
1. Kerusakan arteri
2. Kompartement syndrome
terjadi sering pada fraktur tulang kering (Tibia dan tulang hasta,
4. Infeksi
5. Avaskuler Nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias
ischenis.
6. Shock
oksigenasi.
14
antara lain :
1. Delayed Union
2. Nonunion
lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan
sendi palsu.
3. Malunion
pembedahan.
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1. Untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri yang timbul pada fraktur bukan
obat penghilang rasa nyeri dan juga tektik imobilisasi. Teknik imobilisasi
2.1.8.2 Reduksi
manipulasi dan traksi manual. Alat yang di gunakan biasanya traksi, bidai,
dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka dengan pendekatan bedah. Alat
2.1.8.3 Imobilisasi
atau sintetis.
(Hamdan, 2013 )
tulang yang patah tersebut jaringan masih tersuplai darah dengan baik
eksternal (misalnya bidai) atau fiksasi internal) Tidak ada infeksi Proses
dan teraba hangat serta tentunya terasa sakit. Tahap ini dimulai pada hari
cedera, rasa sakit dan pembengkakan akan mulai hilang. Pada tahap
17
penyembuhan patah tulang ini, terbentuk kalus yang halus di kedua ujung
tulang namun kalus ini belum dapat terlihat melalui rongsen. Tahap ini
menjadi hard callus) dan dapat dilihat pada x-rays atau rongsen. Dengan
fraktur.
diri) memperbaiki setiap cacat yang mungkin tetap sebagai akibat dari
cedera. Ini tahap akhir penyembuhan patah tulang yang dapat bertahan
tulang yang patah bervariasi untuk setiap orang dan tergantung pada usia,
mampu menyembuh dan merombak fraktur mereka jauh lebih cepat dari
Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang mungkin
2.1.9.1 Biologis
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang
2.1.9.2 Psikologis
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari
2.1.9.3 Sosial
karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan
2.1.9.4 Spiritual
klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping
yang tidak efektif bisa ditempuh keluargan untuk itu peran perawat dsini
keluarga harus bisa menanggung semua biaya Ekonomi. Hal ini tentunya
Masalah – masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang
masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus
(Helmi, 2013).
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
menderita fracture juga bisa pada usia remaja, dewasa, dan tua. Usia tua
bermotor dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain yang dapat
2. Keluhan Utama
nyeri pada daerah luka post op apabila digerakkan. Nyeri tersebut bisa
R = Region : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
nantinya bisa di tentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
karena dengan tekanan darah yang tinggi serta gula darah juga tinggi
sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vit C, dan lainnya untuk
mobilitas klien.
: Tidak ada nyeri tekan (apabila ada nyeri tekan berarti adanya fraktur)
dan tidak ada benjolan. Perkusi : terdengar bunyi resonan tidak ada
pernapasan.
Palpasi : Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak
mengalami luka.
yaitu normal, simetris dan tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
kepala.
Memakai kateter.
total.
dibantu baik oleh perawat atau keluarga .Pada area luka beresiko tinggi
pembengkakan, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat pada area
sekitar luka. Adanya nyeri , kekuatan otot pada area fraktur mengalami
skala ROM :
(2)) Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi otot.
sokongan.
tahanan.
tahanan penuh.
(7) B7 (Penginderaan)
25
(8) B8 (Endokrin)
2.2.2.1 Nyeri Akut b.d trauma jaringan akibat post operasi fracture tibia.
2.2.2.2 Kerusakan integritas kulit b.d luka post operative fracture tibia.
2.2.3 Perencanaan
2.2.3.1 Diagnosa Nyeri akut b.d trauma jaringan akibat post opererasi fracture.
Kriteria Hasil :
4. Monitor TTV.
26
Intervensi :
nyeri.
selanjutnya.
2) Pantau tingkat nyeri klien (lokasi, karakteristik dan durasi) serta respon
mengkaji respon verbal dan non verbal klien dapat diketahui intervensi
3) Ajarkan pada klien cara pengurangan nyeri dengan teknik relaksasi dan
4) Monitor TTV
Rasional nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi
Kriteria Hasil :
perawatan kulit
Intervensi :
3) Jaga kebersihan kulit yang luka agar tetap bersih dan kering.
Kriteria Hasil :
berpindah.
Intervensi :
immobilisasi.
3) Ajarkan pada klien untuk berlatih secara aktif / pasif dari latihan ROM.
Kriteria Hasil :
mmHg).
Intervensi :
6) Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian anti platelet atau anti
perdarahan.
2.2.4 Implementasi
dengan luka post operative fracture. selama 2x24 jam dilakukan kegiatan
pen.
2x24 jam dilakukan kegiatan seperti memonitoring vital sign sebelum dan
31
sesudah latihan respon klien saat latihan dan mengajarkan klien untuk
2.2.5 Evaluasi
Pada diagnosa nyeri akut yang di harapkan yaitu nyeri berkurang sampai
teratasi.
32
Fraktur
Trauma Pembedahan
MK : Nyeri Akut
Sirkulasi darah ke
perifer menurun
MK : Hambatan
Mobilitas Fisik
MK : Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Tn. A (55 tahun), sudah menikah, suku jawa, beragama islam, lulusan
mengalami kecelakaan tabrak lari dan mengalami patah tulang pada bagian
selesai oprasi klien di pindahkan di ruang Melati pada jam 18:30, pada saat
pengkajian klien mengatakan nyeri pada area post op dan kaki bengkak,
S : Skala nyeri 7
lalu. Klien tidak pernah oprasi sebelumnya dan tidak ada alergi.
Hipertensi.
Nafsu makan sebelum sakit tidak teratur (2x1 porsi habis), saat sakit
1200cc/hari, berat badan sebelum sakit 75, saat sakit 75, klien tidak ada
pantangan makanan, menu makanan sebelum sakit nasi putih, saat sakit nasi
3.1.5 Genogram
= Laki-Laki
= Perempuan
= Klien
X = Meninggal
infus di tangan kiri, tekanan darah: 140/80 mmhg, suhu 36,2 c ( lokasi
belakang normal, pola nafas teratur, jenis vesikuler, tidak ada alat bantu
nafas , tidak ada nyeri dada saat bernafas, tidak ada batuk dan sesak napas.
36
Pada palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama. Pada perkusi di temukan
suara perkusi thorax resonan. Pada auskultasi tidak ada suara nafas
Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur dengan palpasi kuat posisi
bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis , tidak ada clubbing finger,
JVP normal.
kooperatif, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada Brudzinsky,
tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing, istirahat/tidur siang 3 jam/hari,
malam 6 jam/hari, tidak ada kelainan nervus cranial, pupil isokor, reflek
4-5 x/hari teratur, jumlah 1100/24 jam, bau khas, warna kuning jernih,
Mulut bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih,
tidak ada kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri
terdapat fraktur pada kaki kanan Tibia Fibula 1/3 distal, tidak ada
dislokasi, luka ada pada lokasi kaki kanan, akral hangat, lembab, turgor
baik, CRT <3detik, oedema ada pada luka post op, kulit bersih,
berbaring dan mau ke kamar mandi di bantu keluarga, warna kulit sawo
matang.
38
tidak ada strabismus, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu
simetris antara kanan dan kiri, tidak ada keluhan, ketajaman pendengaran
kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar kelenjar parotis, tidak ada
luka gangrene.
kurang disukai dan klien sangat sedih jika salah satu bagian tubuhnya
hilang.
39
2) Identitas
sebagai laki-laki.
3) Peran
keluarga.
4) Ideal diri
klien berstatus sebagai ayah dan kepala keluarga, keluarga klien selalu
5) Harga diri
6) Data sosial
dengan klien lain, keluarga sangat mendukung klien dan klien sangat
mengatakan ritual agama yang bermakna adalah sholat dan berdoa, klien
penyakit yang dideritanya hanya ujian dan yakin akan sembuh dan klien
3.1.7.2 x-Ray
Klien melakukan foto rongsen pada tanggal 29 desember 2019 tidak ada
hasil bacaan.
42
3.1.8 Terapi
3.1.8.2 Inj ketotolac 3x1 30g : untuk meredahkan peradangan dan rasa nyeri.
3.1.8.3 Inj. Omeprazole 2x1 40g : untuk mengatasi gangguan lambung seperti
3.1.8.4 Inj Aspil 2g : untuk membantu infeksi akibat bakteri, kuman dan bekerja
3.1.8.5 Inj ondansentron 2x5g : untuk mencegah serta mengobati mual dan
Mahasiswa
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn. A dengan diagnosa medis CF Tibia Fibula 1/3
distal Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan.
No Data Etiologi Problem
1. DS : Klien mengatakan 1. trauma Nyeri Akut
nyeri pada luka
post op jaringan, post
P : nyeri pada kaki kanan
karena post op operative
Q : rasa seperti terbakar
dan berdenyut fracture.
R : luka pada kaki kanan
Tibia Fibula distal
S : Skala nyeri 7
T : sering di rasakan pada
saat beraktifitas
dan bangun tidur
DO :
k/u cukup, kesadaran :
Composmentis
-Wajah px tampak
menyeringai
TTV : TD = 140/80 mmhg
N = 80 x/mnt
S = 36,2 c
RR = 20 x/mnt
44
1. Mengobservasi TTV
48
Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada Tn. A dengan diagnosa medis CF Tibia
yang di rasa 7.
O : 1. k/u Cukup
2. Kesadaran composmentis
4,5,6
terapi restriktif 2 5
3. Kesadaran composmentis
bisa mendemonstrasikan
relaksasi.
5. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
A : Masalah Teratasi
neuromuscular, nyeri, 3 5
BAB IV
PEMBAHASAN
pasien Tn. A dengan diagnosa medis CF Tibia Fibula 1/3 Distal di ruang melati
4.1 Pengkajian
dimulai dari :
4.1.1 Identitas
resiko penyebab Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
Lockhart, 2013
54
55
tinjauan kasus dan tinjauan pustaka , klien mengatakan bahwa baru pertama
kali mengalami patah tulang, dan di lakukan operasi serta klien mempunyai
riwayat hipertensi.
pada keluarga klien ada / tidak yang mengalami osteoporosis, arthrilis dan
persistem yaitu :
paru antara kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal
fremitus antara kanan dan kiri sama, bunyi paru resonan, suara nafas
vesikuler tidak ada suara tambahan seperti whezzing atau ronchi (Muttaqin,
2011).
bentuk dada normal, susunan tulang belakang normal, pola nafas teratur,
jenis vesikuler, tidak ada alat bantu nafas , tidak ada nyeri dada saat
bernafas, tidak ada batuk dan sesak napas, vokal fremitus kanan dan kiri
sama, suara perkusi thorax resonan, tidak ada suara nafas tambahan pada
pustaka dan tinjauan kasus. Pada pasien post operasi fraktur tidak akan
Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak ada
luka, Bunyi jantung pekak, tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang
terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak
ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop (Mutaqqin, 2009).
Pada tinjauan kasus di dapatkan, Tidak ada nyeri dada, irama jantung
teratur dengan palpasi kuat posisi midclavicula v ukuran 1cm, bunyi jantung
S1 dan S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis ,
lembab, hal ini disebabkan karena kebutuhan cairan pada klien tercukupi.
tidak ada gangguan yaitu normal, simetris dan tidak ada benjolan dan tidak
4-5-6, orientasi baik, klien kooperatif, tidak ada kejang, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada Brudzinsky, tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing,
58
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan klien tidak
kembali stabil serta membaik karena sudah 1 hari setelah oprasi dan efek
gangguan Warna urine orange gelap karena obat, Memakai kateter, buang
air kecil 3-4 x/hari tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih (Muttaqin,
2011).
kelamin bersih, frekuensi berkemih 4-5 x/hari teratur, jumlah 1100/24 jam,
bau khas, warna kuning jernih, tempat yang di gunakan urine bag,
tinjauan pustaka. Pada tinjauan kasus ditemukan warna urine jernih karena
bersih, mukosa lembab, keadaan abdomen normal tidak asites, Tidak ada
nyeri tekan atau massa pada abdomen, Normal suara tympani, Bising usus
bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi 2x/hari,
kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau keluarga .Pada area luka
ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti warna kulit,
tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat pada area sekitar luka. Adanya
trauma. ROM menurun yaitu mengkaji dengan skala ROM : (1)) Skala 0 :
Paralisis total. Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi
sedangkan ekstermitas kiri 5/5, terdapat fraktur pada kaki kanan Tibia
Fibula 1/3 distal, tidak ada dislokasi, luka ada pada lokasi kaki kanan, akral
hangat, lembab, turgor baik, CRT <3detik, oedema ada pada luka post op,
kulit bersih, kemampuan melakukan ADL persial seperti klien mau duduk
setelah berbaring dan mau ke kamar mandi di bantu keluarga, warna kulit
sawo matang.
ditemukan pergerakan sendi dan tungkai terbatas pada area yang sakit, akral
tidak ada kelainan, bentuk telinga normal,, simetris antara kanan dan kiri,
dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus klien tidak mengalami anemis karena
kelenjar parotis.
thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada luka gangren.
4.2.1 Nyeri Akut b.d trauma jaringan akibat post operasi fracture tibia.
4.2.2 Kerusakan integritas kulit b.d luka post operative fracture tibia.
62
4.2.3 Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi).
ke jaringan menurun.
Nyeri Akut b.d trauma jaringan, post operative fracture dan Hambatan
diagnosa erusakan integritas kulit b.d luka post operative fracture tibia
dikarenakan luka masih dibalut kassa steril dan di bebat dan tiak boleh di
buka kurang dari 3 hari dan sangat kecil terjadi intergritas kulit.
pustaka dan tinjauan kasus, hal ini dikarenakan apa yang tertera pada tinjauan
kasus sama seperti yang ada pada tinjauan pustaka tidak ada perbedaan yang
berarti.
terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan
perawat karena merupakan tanggung jawab dan fungsi penting bagi profesi
diri pasien.
ketika nyeri timbul ). Mengkaji kualitas nyeri (lokasi, karakteristik, durasi), serta
64
respon verbal dan nonverbal pada klien. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
langsung.
keperawatan klien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan oleh perawat yaitu nyeri berkurang sampai hilang. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Nur Arif dan Kusuma (2015), bahwa tujuan
melainkan harus bertahap. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nur Arif dan
Hasil evaluasi pada Tn. A masih ada yang belum sesuai dengan harapan
karena ada satu masalah yang teratasi sebagian tetapi kondisi Tn. A suduh
cukup baik dari sebelumnya sehingga Tn. A dianjurkan untuk KRS. Pada saar
BAB V
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis CF Tibia Fibula
1/3 distal diruang melati RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik
mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis medis CF Tibia
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
Tn. A dengan diagnosa medis medis CF Tibia Fibula 1/3 distal diruang RSUD
5.1.1 Fokus pengkajian pada Tn. A yaitu pada keluhan utama nyeri dengan data
sebagai berikut nyeri luka setelah oprasi nyeri seperti teretusuk-tusuk, nyeri pada
kaki kanan, skala nyeri 7, nyeri sering pada saat bangun tidur dan aktivitas, klien
tampak menyeringai menahan nyeri. Dan system integrumen klien Post Operative
Closed Fractute Tibia Distal, mengalami perbahan fisik diantaranya adanya lika
restriktif (imobilisasi).
67
dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing – masing intervensi tetap
5.1.5 Dari kedua diagnosa prioritas yang terjadi pada Tn. A didapatkan masalah
teratasi,. Kondisi Tn. A suduh cukup baik dari sebelumnya sehingga Tn. T
klien untuk rutin kontrol, menganjurkan klien untuk diet tinggi kalori dan protein
5.2 Saran
5.2.2 Dari segi praktis tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi :
Hasil studi kasus ini dapat menjadi inspirasi dan perbandingan bagi
Hasil studi dapat menjadi salah satu acuan bagi penulis berikutnya yang
akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada klien fraktur.
68
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin Noor. (2013). Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Orthopedi.
Jakarta: Salemba Medika. Diakses pada tanggal 02 September 2019
pukul 19:00 WIB.
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurarif A H. Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC NOC jilid 2, Yogyakarta : Mediaction
Publishing. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2019 pukul 09:20 WIB.
Riskesdas2018 www.KementrianKesehatanRepublikIndonesia.blogspot.com/2018
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2019 pukul 12:30 WIB.