Anda di halaman 1dari 18

1.

Studi Korelasi Jurusan Sekolah dan Prestasi Akademik (IPK) dengan Skor Uji Kompetensi Perawat
Angga Wilandika, Diah Nur Indah Sari

2. Pengaruh Terapi Qur’anic Healing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia Penderita
Hipertensi
Aghim Ilham Nurhakim, Inggriane Puspita Dewi, Nurohmah

3. Hidroterapi Air Hangat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung
Kusumawati R., Meilirianta, Rustandi B.

4. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Nilai Kecemasan pada Pasien Ca Paru yang Sedang
Menjalani Kemoterapi di RS. Dr. H.A Rotinsulu Kota Bandung
Budi Rustandi, Arie J. Pitono , Muhamad Nur Rahmad

5. Perilaku Orangtua yang Merokok terhadap Kesehatan Anak (0-5 Tahun)


Hasbi Taobah Ramdani, Wahyudin, Annisa Alail Nursela

6. Pengaruh Terapi Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 1-12 Bulan di Puskesmas
Lisbet, B. Somantri, Setianingsih

7. Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure
(CHF) Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Cikwanto, Nupiyanti

8. Pengetahuan Penderita tentang Pencegahan Penularan Tuberculosis di Bandung


Upik Rahmi

9. Hubungan Dukungan Sosial dengan Resiliensi Caregiver Penderita Skizofrenia di Klinik


Ratna Eka Rahmawati, Anggriyana Tri Widianti, Sajodin

10. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Wilayah Kerja di Puskesmas Kota
Bandung
Farra Ainiyyah Putri, Nandang Jamiat Nugraha, Hendra Gunawan

Alamat Redaksi:
STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)


Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018

Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:
Fatiah Handayani, S.ST.,M.Keb.

Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:
Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.

Pemasaran dan Sirkulasi :


Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :
Neti Juniarti, BN, M.Health, M.Nurs, PhD (Universitas Padjadjaran)
DR. Sitti Syabariyah, S.Kp.,MS.Biomed (STIK Muhammadiyah Pontianak)
DR. Aprina Murhan, S.Kp, M.Kes (Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Lampung)
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
DR. Dessy Hermawan, S.Kep.Ners.,M.Biomed. (Universitas Malahayati)

Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
e-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI

1. Studi Korelasi Jurusan Sekolah dan Prestasi Akademik (IPK) dengan Skor Uji
Kompetensi Perawat
Angga Wilandika, Diah Nur Indah Sari ................................................................................ 1-6

2. Pengaruh Terapi Qur’anic Healing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut
Usia Penderita Hipertensi
Aghim Ilham Nurhakim, Inggriane Puspita Dewi, Nurohmah ........................... 7 - 15

3. Hidroterapi Air Hangat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung
Kusumawati R., Meilirianta, Rustandi B. .............................................................................. 17 - 24

4. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Nilai Kecemasan pada Pasien
Ca Paru yang Sedang Menjalani Kemoterapi di RS. Dr. H.A Rotinsulu Kota Bandung
Budi Rustandi, Arie J. Pitono, Muhamad Nur Rahmad ............................................... 25 - 30

5. Perilaku Orangtua yang Merokok terhadap Kesehatan Anak (0-5 Tahun)


Hasbi Taobah Ramdani, Wahyudin, Annisa Alail Nursela ...................................... 31 - 44

6. Pengaruh Terapi Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 1-12 Bulan di
Puskesmas
Lisbet, B. Somantri, Setianingsih ............................................................................................. 41 - 53

7. Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien


Congestive Heart Failure (CHF) Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)
Cikwanto, Nupiyanti .......................................................................................................................... 51 - 63

8. Pengetahuan Penderita tentang Pencegahan Penularan Tuberculosis di Bandung


Upik Rahmi ............................................................................................................................................... 65 - 70

9. Hubungan Dukungan Sosial dengan Resiliensi Caregiver Penderita Skizofrenia di


Klinik
Ratna Eka Rahmawati, Anggriyana Tri Widianti, Sajodin ................................. 71 - 78

10. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Wilayah Kerja
di Puskesmas Kota Bandung
Farra Ainiyyah Putri, Nandang Jamiat Nugraha, Hendra Gunawan ..................... 79 - 87
JKA.2018;5(1): 51-63 ARTIKEL PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA


PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) BERBASIS STANDAR DIAGNOSIS
KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI)

Cikwanto1, Nupiyanti2

ABSTRAK

Penegakan diagnosis keperawatan yang sesuai standar bahasa keperawatan masih


merupakan masalah di dalam dokumentasi keperawatan. Supaya bisa menghasilkan
dokumentasi keperawatan yang baik, perlu didukung dengan adanya instrumen
dokumentasi yang baik pula. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun pengembangan
instrumen penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI. Desain penelitian ini adalah
deskriftif analitik dilaksanakan dalam 2 tahap. Populasi tahap 1 adalah 29 partisipan dan
42 responden. Populasi tahap 2 adalah 47 partisipan dan 26 responden. Partisipan dan
sampel dipilih dengan purposive sampling. Analisa data menggunakan analisis deskriptif,
analisis statistik product moment pearson correlation untuk uji validitas dan cronbach alpha
untuk uji reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penegakan diagnosis
keperawatan di RSUDAM provinsi Lampung cukup sesuai standar, pengembangan instrumen
penegakan diagnosis keperawatan yang disusun melalui kegiatan FGD dinyatakan valid dan
reliabel, hasil pelatihan pengisian instrumen dokumentasi keperawatan membuat sebagian
besar perawat (100%) memiliki kemampuan baik dan instrumen tersebut dinyatakan baik
oleh seluruh perawat (100%). Rekomendasi bagi pihak RSUDAM provinsi Lampung adalah
selalu rutin dalam mengevaluasi instrumen penegakan diagnosis keperawatan sesuai
standar dan mengembangkannya sesuai kebijakan yang berlaku.

Kata kunci : instrumen diagnosis keperawatan, standar diagnosis keperawatan Indonesia

Abstract

The maintenance of nursing diagnose that appropiate with standard nursing language is
the problem in nursing documentation. To produce the good nursing documentation, it
also needs supporting with good instrument documentation. The aim of this research is
arrange of instrument development nursing diagnose maintenance based on SDKI. The
research design is analytic descripstive has been done in 2 steps. First step population is
29 participants and 42 respondents. The second step population is 47 participants and 26
respondents. The participant and respondent have been chosen by purposive sampling.
The analyze data uses descriptive analyze, statistic analyze of product moment pearson
correlation for validity test and cronbach alpha for realibility. The result of the research
shows that the maintenance instrument nursing diagnose in Abdoel Moeleok Hospital
Lampung Province is standard enough, development the maintenance instrument nursing
diagnose that arranged by FGD activity is valid and reilable, the result of instrument fill
training is good according to all of nurse (100%). The recomendation to official Abdoel
Moeleok Hospital Lampung Province is should be always routine for evaluating the
maintenance instrument nursing diagnose based on standardize and developing based on
the rule.

Keywords : nursing diagnose instrument, standardize nursing diagnose Indonesia

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1

Rumah Sakit dr. Hi. Abdul Moeleok Provinsi Lampung


2

51
52 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

PENDAHULUAN menggambarkan masalah klien atau diagnosis


keperawatan kemudian mengarah pada
Penegakan diagnosis merupakan aspek
pemberian asuhan keperawatan untuk memilih
penting dalam praktik keperawatan. Sepanjang
suatu rencana perawatan yang sesuai dengan
waktu, format dan kualitas penegakan diagnosis
terapi keperawatan (Potter & Perry; 2009).
telah berkembang, tetapi fokusnya terus
berdampak terhadap perawatan klien (Potter Persatuan Perawat Nasional Indonesia
& Perry; 2009). Sistem penegakan diagnosis (PPNI) merupakan Organisasi Profesi (OP)
yang ideal harus memberikan informasi klien yang diakui dalam UU Keperawatan memiliki
yang komprehensif, menunjukkan hasil dan bertanggung jawab dalam meningkatkan dan
standar klien, memfasilitasi reimbursement mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
dari pemerintah dan dari perusahaan asuransi martabat, dan etika profesi perawat di Indonesia.
pembayar, serta berfungsi sebagai dokumen legal Dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi
(Twardon dan Gartner, 1993: Potter & Perry; 2009). tersebut, salah satunya PPNI berkewajiban
Mutu asuhan keperawatan dapat tergambar dari untuk menyusun standar-standar yang
penegakan diagnosis proses keperawatan (Gillies, meliputi standar kompetensi, standar asuhan
1994). Penegakan diagnosis dalam keperawatan keperawatan, dan standar kinerja profesional.
memegang peranan penting terhadap segala Standar asuhan keperawatan dibutuhkan Standar
macam tuntutan masyarakat yang semakin Diagnosis Keperawatan, oleh karena PPNI
kritis dan mempengaruhi kesadaran masyarakat menerbitkan Standar Diagnosis Keperawatan
akan hak-haknya dari suatu unit kesehatan. Indonesia (SDKI). Diagnosis keperawatan telah
Pendokumentasian yang tidak dilakukan dengan diterapkan di berbagai rumah sakit dan fasilitas
lengkap dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat
keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi terkait indikator-indikator diagnostik untuk
sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan penegakan diagnosis masih perlu ditingkatkan
keperawatan yang telah diberikan dalam aspek agar penegakan dapat dilakukan secara tepat
legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika dan terstandarisasi, serta proses penegakan
klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan diagnosisi tidak dianggap sulit. Tanpa terminologi
keperawatan (Nursalam, 2008; Iyer, 2001). dan indikator yang terstandarisasi, penegakan
diagnosis keperawatan menjadi tidak seragam,
Diagnosis keperawatan merupakan
tidak akurat dan ambigu sehingga menyebabkan
penilaian klinis terhadap pengalaman/respon
ketidaktepatan pengambilan keputusan dan
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang
kesehatan/risiko masalah kesehatan atau pada
diberikan kepada klien.
proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
merupakan bagian vital dalam menentukan Pendataan awal tentang penegakan
asuhan keperawatan yang sesuai untuk diagnosis penegakan diagnosis keperawatan
membantu klien mencapai kesehatan yang yang di lakukan pada tangga 15 Maret 2017 di
optimal. Perawatan yang profesional dicerminkan ruang Kenanga dan ruang Tulip Rumah Sakit dr.
dalam pendokumentasian yang profesional, yang Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung di lakukan
membuktikan tentang apa yang dilakukan oleh dengan teknik wawancara dan observasi. Hasil
perawat dan secara efektif menggambarkan wawancara dengan Ketua Tim ruang Kenanga
status dan kemajuan klien. Informasi yang RSUDAM mengatakan bahwa perawat pelaksana

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 53
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

memahami bahwa tugas mereka setelah diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI


melakukan pengkajian adalah menentukan dan diharapkan meningkatkan kualitas diagnosis
menegakkan diagnosis keperawatan dan harus keperawatan dan meningkatkan mutu intervensi
dipenegakan diagnosiskan.Tetapi hal-hal lainnya keperawatan. Berdasarkan uraian yang
tertentu saja seperti pemberian obat, pengukuran telah dijelaskan sebelumnya sehingga perlu
TTV, dan kegiatan rutin lainnya yang juga di pengembangkan instrumen penegakan diagnosis
dokumentasikan dalam instrumen keperawatan. keperawatan berdasarkan SDKI.
Hasil wawancara dengan 4 dari 14 perawat
METODOLOGI
diruang Tulip, bahwa perawat mengatakan
mereka tidak banyak waktu untuk menulis Desain penelitian ini deskriptif analitik
diagnosis keperawatan secara lengkap dan benar yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
di format yang telah disediakan untuk pasien. adalah mengembangkan instrumen penegakan
Penegakan diagnosis yang juga belum diselesaikan diagnosis keperawatan yang di dukung dengan
oleh perawat adalah diagnosis, intervensi, analisis stastik menggunakan pearson product
implementasi keperawatan, dan evaluasi. Hasil moment correlation test untuk menentukan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari validitas dan uji alpha cronbach untuk menentukan
instrumen diagnosis keperawatan hanya berisi reabilitas. Pada tahap kedua adalah proses
kolom kosong tanpa ada daftar masalah yang sosialisasi dan pelatihan dalam menggunakan
memudahkan perawat dalam memilih diagnosis instrumen sehingga perawat dapat menggunakan
keperawatan yang tepat. Satu format lembar instrumen penegakan diagnosis keperawatan
terdiri dari kolom diagnosis keperawatan, kolom menurut SDKI. Analisa deskriptif digunakan
tujuan dan kolom rencana intervensi keperawatan. untuk menentukan distribusi frekuensi dari setiap
Dalam beberapa format keperawatan yang telah variabel sub-kategori.
sebagian diisi tapi ada yang tidak sesuai dengan
diagnosis keperawatan NANDA. Populasi tahap pertama kegiatan
FGD terdiri dari bidang keperawatan, komite
Konsep solusi yang dikembangkan dalam keperawatan, supervisor dan ketua tim perawat.
penelitian ini adalah untuk mengembangkan Sampel dipilih berdasarkan teknik purposive
instrumen penegakan diagnosis keperawatan sampling. Peserta dalam FGD sebanyak 29
berbasis SDKI dalam format dalam bentuk daftar perawat. Populasi tahap pertama untuk menguji
checklist (√) pada pasien dengan kasus chronic validitas dan reliabilitas dan pemilihan sampel
heart failure. Manfaat dari penggunaan instrumen menggunakan teknik purposive sampling
penegakan diagnosis keperawatan berbasis diperoleh 46 perawat. Populasi tahap kedua yang
SDKI adalah untuk meningkatkan komunikasi digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
antara perawat, meningkatkan mutu intervensi perawat dalam pengisian keperawaban diagnosis
keperawatan, dan mengevaluasi hasil asuhan dan instrumen intervensi berdasarkan SDKI
keperawatan. Strategi untuk meningkatkan adalah perawat di RSUDAM propinsi Lampung
pengetahuan dan keterampilan perawat melalui dan pemilihan sampel menggunakan teknik
sosialisasi dan pelatihan, serta praktek pengisian purposive sampling yang diperoleh 26 perawat.
instrumen penegakan diagnosis keperawatan Populasi tahap kedua untuk kegiatan FGD terdiri
sesuai diagnosis keperawatan menurut SDKI. dari bidang keperawatan, komite keperawatan,
supervisor dan ketua tim perawat sebesar 47
Pengembangan instrumen penegakan
peserta.

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


54 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

Variabel dalam penelitian ini adalah mengenai instrumen penegakan diagnosis


pengembangan instrumen diagnosis keperawatan keperawatan yang sesuai dengan kondisi di setiap
berbasis SDKI. Tahap 1 terdiri dari evaluasi ruangan.
diagnostik keperawatan standar dan penilaian
Karakteristik responden didapatkan hasil
dari intervensi keperawatan yang digunakan
bahwa hampir sebagian responden (50%) berusia
di RSUDAM propinsi Lampung, penyusunan
> 36-40 tahun, sebagian besar partisipan 24 (80%)
instrumen diagnosis keperawatan melalui focus
adalah perempuan, hampir sebagian responden
group discussion, untuk menguji validitas dan
(50%) lama kerja antara 15-20 tahun, sebagian
reliabilitas dari diagnosis instrumen dan intervensi
besar pendidikan terakhir adalah D3 Keperawatan
keperawatan. Tahap 2 terdiri dari pelatihan
(53,3%), dan hampir seluruh responden (90%)
mengisi instrumen diagnosis keperawatan,
adalah pegawai tetap. Hal tersebut menunjukkan
evaluasi kemampuan perawat dan rekomendasi
bahwa responden dengan kategori usia produktif,
yang dihasilkan dari penelitian ini.
pengalaman kerja yang cukup lama yaitu lebih
Pengolahan data pada satu fase terdiri dari 5 tahun bisa dijadikan sebagai tolak ukur dari
dari analisis deskriptif hasil standar evaluasi validitas dan reliabilitas instrumen.
untuk diagnosis keperawatan yang digunakan
Hasil identifikasi penegakan diagnosis
dalam diagnosis RSUDAM propinsi Lampung
keperawatan yang digunakan di RSUDAM propinsi
melalui FGD. Analisis inferensial dilakukan untuk
Lampung masih cukup sesuai standar tetap
menguji validitas dengan uji korelasi pearson’s
perlu untuk disesuaikan dengan standar asuhan
product moment untuk menentukan validitas dan
keperawatan. Instrumen diagnosis keperawatan
uji alpha cronbach untuk menentukan keandalan.
masih berupa isian tertulis yang cukup mengurangi
Pengolahan data fase 2 dilakukan dengan analisis
waktu perawat untuk menegakan diagnosis
deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi
dibandingkan dengan kegiatan langsung kepada
dari setiap variabel sub-kategori.
pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekomendasi dari focus group discussion
Fase hasil & Analisis Penelitian 1 tentang bentuk susunan instrumen penegakan
diagnosis berbasis SDKI yang akan diaplikasikan
Karakteristik partisipan FGD yang
di RSUDAM propinsi Lampung yaitu: partisipan
mana didapatkan hasil bahwa hampir sebagian
sependapat dengan susunan instrumen yang
partisipan (37,9%) berusia 31-35 tahun, sebagian
dipaparkan oleh peneliti yaitu perumusan
besar partisipan 24 (82,8%) adalah perempuan,
diagnosis keperawatan yang sesuai SDKI dengan
hampir sebagian partisipan (41,4%) lama kerja
pilihan check list sesuai standar penyusunan
antara 16-20 tahun, sebagian besar pendidikan
diagnosis keperawatan yaitu terdiri dari problem,
terakhir adalah D3 Keperawatan sebanyak 16
etiology, symptomp untuk diagnosis aktual dan
orang (55,2), dan seluruh partisipan (100%)
problem, etiology untuk diagnosis risiko dengan
adalah pegawai tetap. Hal tersebut menunjukkan
format check list. Hasil validitas dan reliabilitas
bahwa partisipan focus group discussion masih
dari instrumen diagnosis keperawatan berbasis
termasuk dalam kategori usia produktif, dengan
SDKI pada pasien chronic heart failure sebagai
pengalaman kerja yang cukup lama sehingga
berikut:
bisa memberikan gambaran tentang kebutuhan

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 55
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Tabel 1. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0008 Penurunan Curah Jantung

Uji korelasi
Indikator Alpha r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis Cronbach (N=20)
Moment
1 Indikator 1 0,278 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,075 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,128 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,069 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 0,033 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung 0,061 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung < r tabel sehingga item tersebut
product moment, dimana r tabel dengan responden dinyatakan tidak valid. Hasil uji statistik dengan
sejumlah 20 orang adalah 0,3783. Seluruh item alpha cronbach menunjukan nilai alpha cronbach
soal pada instrumen diagnosis keperawatan < r tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak
D.0008 Penurunan Curah Jantung memiliki reliable.

Tabel 2. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0056 Intoleran Aktivitas

Uji korelasi
Indikator Alpha r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis Cronbach (N=17)
Moment
1 Indikator 1 0,573 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,546 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,573 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,637 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,694 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,467 0,814 0,4124 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan program SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment, dimana
r tabel dengan responden sejumlah 17 orang adalah 0,4124 Seluruh item soal pada instrumen diagnosis
keperawatan D.0056 Intoleran Aktivitas memiliki hasil uji korelasi pearson’s product moment dengan r hitung
> r tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach menunjukan nilai
alpha cronbach> r tabel sehingga item tersebut dinyatakan reliable.

Tabel 3. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0022 Hipervolemia

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=18)
Moment
1 Indikator 1 0,591 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,506 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,635 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,493 0,784 0,4000 Valid & Reliabel

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


56 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=18)
Moment
5 Indikator 5 0,585 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,423 0,784 0,4000 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan pearson’s product moment dengan r hitung > r tabel
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji
product moment, dimana r tabel dengan responden statistik dengan alpha cronbach menunjukan nilai
sejumlah 18 orang adalah 0,4000 Seluruh item alpha cronbach> r tabel sehingga item tersebut
soal pada instrumen diagnosis keperawatan dinyatakan reliable.
D.0022 Hipervolemia memiliki hasil uji korelasi

Tabel 4. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0019Gangguan Pertukaran Gas

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=4)
Moment
1 Indikator 1 -0,333 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,577 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,577 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,000 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 -0,775 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung -0,067 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan korelasi pearson’s product moment dengan r hitung
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s < r tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak
product moment, dimana r tabel dengan responden valid. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
sejumlah 4 orang adalah 0,900. Seluruh item soal menunjukan nilai alpha cronbach< r tabel sehingga
pada instrumen diagnosis keperawatan D.0003 item tersebut dinyatakan tidak reliable.
Gangguan Pertukaran Gas memiliki hasil uji

Tabel 5. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=16)
Moment
1 Indikator 1 0,569 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,867 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,635 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,523 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,622 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,511

Hasil uji validitas dengan bantuan program dimana r tabel dengan responden sejumlah 16
SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment, orang adalah 0,4259. Seluruh item soal pada

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 57
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi statistik dengan alpha cronbach menunjukan nilai
Perifer Tidak Efektif memiliki hasil uji korelasi alpha cronbach < r tabel sehingga item tersebut
pearson’s product moment dengan r hitung < r tabel dinyatakan reliable.
sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji

Tabel 6. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0128 Gangguan Integritas Kulit

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=10)
Moment
1 Indikator 1 0,730 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,031 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,193 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,312 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 0,730 0,622 0,5214 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,240 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan program Sedangkan pada indikator 2,3 dan 4 nilai r hitung
SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment, < r tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak
dimana r tabel dengan responden sejumlah 10 valid. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
orang adalah 0,5214. Hasil analisis pada indikator menunjukan nilai r hitung > r tabel sehingga item
1 dan 5 pada instrumen diagnosis keperawatan tersebut dinyatakan reliabel. Sedangkan pada
D.0128 Gangguan Integritas Kulit memiliki hasil uji indikator 2,3 dan 4 nilai r hitung < r tabel sehingga
korelasi pearson’s product moment dengan r hitung item tersebut dinyatakan tidak reliable.
> r tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid.

Tabel 7. Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0110 Defisit Pengetahuan

Uji korelasi
Indikator Alpha Cron- r tabel
No Pearson’s Product Kesimpulan
Diagnosis bach (N=15)
Moment
1 Indikator 1 0,536 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
2 Indikator 2 0,666 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
3 Indikator 3 0,629 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
4 Indikator 4 0,837 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
5 Indikator 5 0,583 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
Rata-rata r hitung 0,524 0,846 0,4259 Valid dan reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan program sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji
SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment, statistik dengan alpha cronbach menunjukan nilai
dimana r tabel dengan responden sejumlah 16 alpha cronbach > r tabel sehingga item tersebut
orang adalah 0,4259. Seluruh item soal pada dinyatakan reliable.
instrumen diagnosis keperawatan D.0110 Defisit
Hasil dan Analisis Penelitian tahap 2
Pengetahuan memiliki hasil uji korelasi pearson’s
product moment dengan r hitung > r tabel Karakteristik partisipan dilihat dari segi

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


58 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan book SDKI. Instrumen yang dikembangkan adalah
terakhir dan status kepegawaian perawat. Tabel untuk pasien dengan diagnosa medis chronic
di atas dapat menginformasikan bahwa sebagian heart failure, sehingga perawat ditugaskan untuk
perawat (46,8%) berusia 36-40 tahun, sebagian menegakan diagnosis keperawatan pada pasien
besar berjenis kelamin perempuan (74,5%), chronic heart failure. Satu perawatbertugas
sebagian perawat (51,1%) memiliki lama kerja menpenegakan diagnosiskan satu pasien chronic
16-20 tahun, sebagian besarpartisipan (51,1%) heart failureyang mana penegakan diagnosis
pendidikan terakhir adalah D3 Keperawatan, dan tersebut diselesaikan dalam satu shift. Peneliti
ssebagian besarpartisipan merupakan pegawai ikut mendampingi para perawat selama proses
tetap (83%). Hal tersebut menunjukkan bahwa penegakan diagnosis keperawatan pada masing-
pada usia yang masih tergolong muda, dengan masing responden yang penegakan diagnosis
pendidikan terakhir D3 keperawatan diharapkan keperawatan pasien cronic heart failure sebagai
mampu menerima ilmu baru dengan baik pembanding apakah yang dipenegakan diagnosis
sehingga mampu mengaplikasikan instrumen oleh perawat sudah benar atau belum. Proses ini
yang dikembangkan peneliti dengan baik.. berlangsung mulai dari tanggal 9 Juli-16 Juli 2017

karakteristik responden dilihat dari segi Keberhasilan dari program sosialisasi dan
usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan pelatihan tersebut dilihat berdasarkan evaluasi
terakhir dan status kepegawaian perawat yang kemampuan dan pendapat perawat dalam
mana didapatkan hasil bahwa. Tabel di atas penerapan penegakan diagnosis keperawatan
dapat menginformasikan bahwa hampir sebagian berbasis SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
responden (61,5%) berusia 36-40 tahun, sebagian Provinsi Lampung yang diukur menggunakan
besar responden (92,3%) adalah perempuan, istrumen penelitian Pengisian instrumen
hampir sebagian responden (65,4%) lama kerja penegakan diagnosis keperawatan, hampir
>16-20 tahun, sebagian besar pendidikan terakhir seluruh responden (100%) memiliki kemampuan
adalah D3 Keperawatan, dan seluruh responden yang baik dalam mengisi instrumen penegakan
(100%) adalah pegawai tetap. Hal tersebut diagnosis keperawatan dan seluruh responden
menunjukkan bahwa respondenmasih termasuk (100%) menyatakan bahwa mutu instrumen
dalam kategori usia produktif, dengan pengalaman menurut user view adalah baik, dilihat dari aspek
kerja yang cukup lama. functionallity, efficiency, dan usability.

Sosialisasi dan pelatihan pengisian Rekomendasi FGD tahap 2, Ruang rawat


instrumen penegakan diagnosis keperawatan inap perlu untuk mendata daftar diagnosis
berbasis SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek keperawatan pada pasien chronic heart failure
Provinsi Lampung dimulai & dilaksanakan pada untuk membantu dalam penyusunan Standar
tanggal 8 Juli 2017. Secara hasil, peserta sangat Asuhan Keperawatan dengan bahasa yang telah
antusias dengan kegiatan pelatihan dan mengikuti terstandar.
kegiatan dari awal hingga akhir. Jumlah total
Evaluasi Standar Penegakan Diagnosis dalam
peserta sebanyak 47 peserta. Peserta terdiri dari
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSUD Dr.
seluruh perawat yang ada di RSUD AM. Secara
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
garis besar, peserta mampu menerima materi yang
disampaikan oleh peneliti, namun yang menjadi Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
kendala adalah kurangnya informasi tentang text instrumen penegakan diagnosis keperawatan

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 59
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

yang dipakai oleh RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Instrumen menyesuaikan format yang
Provinsi Lampung yaitu instrumen diagnosis telah digunakan di ruang rawat inap RSUD Dr.
keperawatan cukup sesuai standar. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan
disesuaikan SDKI. Pada kolom 1 berisi komponen
Kriteria dari standar diagnosa
waktu yang terdiri terdiri Tanggal dan Jam yang
keperawatan menurut Depkes RI (1998) yaitu
diisi saat diagnosis tersebut ditemukan pada
diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
pasien. Untuk diagnosis keperawatan Aktual
penyebab kesenjangan dan pemenuhan
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis
kebutuhan pasien, diagnosa dibuat sesuai dengan
keperawatan yang terdiri dari 1) kode diagnosis
wewenang perawat, komponen terdiri dari
keperawatan SDKI, 2) komponen label diagnosis
masalah, penyebab, gejala (PES) atau masalah dan
(problem) yang disertai dengan definisi masing-
penyebab (PE).
masing diagnosis, 3) komponen penyebab
Instrumen diagnosis keperawatan (etiology) berupa check list yang diisi sesuai
dikatakan cukup sesuai standar dikarenakan dengan faktor penyebab pada masing-masing
diagnosis keperawatan belum dihubungkan pasien, 4) komponen tanda & gejala (symptom)
dengan penyebab kesenjangan secara benar Mayor pada sebelah kiri kolom berupa check list
dan pemenuhan kebutuhan pasien, dan masih yang harus diisi lebih dari 80% tanda & gejala,
ada komponen masih terdiri dari 2 statement dan 5) komponen tanda & gejala (symptom) Minor
saja. Penggunaan bahasa diagnosis keperawatan pada sebelah kanan kolom berupa check list yang
sebagian besar belum sesuai dengan standar jika ditemukan tanda & gejala tersebut. Pada
NANDA International. Idealnya terdapat 2 part kolom 5 perawat wajib memberi tanda tangan dan
statement dimana seperti yang dijelaskan oleh nama perawat yang mengisi instrumen tersebut.
Depkes RI (1998) yang menyatakan bahwa
Untuk diagnosis keperawatan Risiko
diagnosis keperawatan aktual idealnya terdiri
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis
dari problem, etiology, symtomp dan diagnosis
keperawatan yang terdiri dari 1) kode diagnosis
risiko terdiri dari problem dan etiology.
keperawatan SDKI, 2) komponen label diagnosis
Pengembangan Diagnosis Keperawatan dan (problem) yang disertai dengan definisi masing-
Intervensi Instrumen Berdasarkan SDKI. masing diagnosis, 3) komponen penyebab
(etiology) berupa check list yang diisi sesuai
Rekomendasi dari focus group discussion dengan faktor penyebab pada masing-masing
tentang bentuk susunan instrumen penegakan pasien. Pada kolom 5 perawat wajib memberi
diagnosis berbasis SDKI yang akan diaplikasikan tanda tangan dan nama perawat yang mengisi
di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek instrumen tersebut.
Provinsi Lampung, yaitu: partisipan sependapat
dengan susunan instrumen yang dipaparkan oleh Untuk diagnosis keperawatan Promkes
peneliti yaitu perumusan diagnosis keperawatan pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis
yang sesuai SDKI dengan pilihan check list sesuai keperawatan yang terdiri dari 1) kode diagnosis
standar penyusunan diagnosis keperawatan yaitu keperawatan SDKI, 2) komponen label diagnosis
terdiri dari problem, etiology, symptom untuk (problem) yang disertai dengan definisi masing-
diagnosis aktual dan problem, etiology untuk masing diagnosis, 3) komponen tanda & gejala
diagnosis risiko dengan format check list. (symptom) Mayor pada sebelah kiri kolom berupa
check list yang harus diisi lebih dari 80% tanda &

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


60 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

gejala, dan 4) komponen tanda & gejala (symptom) apa yang seharusnya diukur, dan hasil dari
Minor pada sebelah kanan kolom berupa check list pengukuran tersebut mampu memberikan
yang jika ditemukan tanda & gejala tersebut. Pada informasi yang akurat. Sebanyak 42 responden
kolom 5 perawat wajib memberi tanda tangan dan yang dipakai peneliti dalam pengukuran validitas
nama perawat yang mengisi instrumen tersebut. dan reliabilitas instrumen guna memperoleh
hasil yang benar-benarsignifikan. Responden
Para peneliti mengembangkan diagnosa
tersebut terdiri dari ketua tim perawat beberapa
keperawatan dan intervensi instrumen
perawat pelaksana di inap di RSUD Dr. H. Abdul
berdasarkan SDKI berdasarkan hasil FGD dan
Moeloek Provinsi Lampung. Instrumen diagnosis
berdasarkan teori yang dijelaskan dalam paragraf
keperawatan disusun oleh peneliti sesuai dengan
sebelumnya. Instrumen telah dirancang oleh para
kajian peneliti di lapangan. Item soal yang dinilai
peneliti disajikan dan ditawarkan kepada peserta.
pada setiap soal pada instrumen diagnosis
Sesuai dengan harapan para perawat yang ingin
didasarkan pada komponen yang wajib ada pada
diagnosis mereka dan keperawatan instrumen
setiap instrumen diagnosis keperawatan. Apabila
intervensi yang sederhana, mudah digunakan,
terdapat hasil pengukuran instrumen yang
menurut teori dan efisien.
tidak valid, maka dilakukan pengubahan bahasa
Analisis validitas dan reliabilitas yang dipakai dalam item soal pada instrumen
atau membuang item yang tidak sesuai. Melalui
Prinsip penyusunan instrumen menurut langkah tersebutlah maka didapatkan hasil yang
Nursalam (2014) yaitu validitas (kesahihan) dan valid dan reliabel instrumen penegakan diagnosis
reliabilitas. Prinsip validitas adalah pengukuran keperawatan yang dikembangkan.
dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen Diseminasi dan Pelatihan Pengembangan
harus dapat mengukur apa yang seharusnya Diagnosis Keperawatan Berbasis SDKI
diukur. Dua hal penting yang harus dipenuhi
Diseminasi dan pelatihan pengembangan
dalam menentukan validitas pengukuran yaitu
diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI di
relevan isi instrumen (isi instrumen harus
RSUD Abdul Moeloek Lampung berjalan lancar
disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat
dan diadakan pada 13 April 2016 yang dihadiri
mengukur apa yang seharusnya diukur dan isi
oleh 47 peserta.
tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam definisi
operasional) dan relevan sasaran subjek dan cara Pelatihan adalah persiapan untuk
pengukuran (instrumen yang disusun harus dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilan
memberikan gambaran terhadap perbedaan staf, promosi untuk peningkatan kinerja
subjek penelitian). Reliabilitas adalah kesamaan kepemimpinan (Danim, 2008) Indikator metode
hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau pelatihan dapat dilihat di bawah ini (Hasibuan,
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali- 2005) atau kepentingan pada metode yang
kali dalam waktu yang berlainan. digunakan; 2) harmonisasi kegiatan pelatihan
dengan keberlanjutan kegiatan di lapangan;
Instrumen yang baik adalah instrumen
3) fasilitas ruang praktek yang memadai; 4)
yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh
ketepatan waktu dengan peserta pelatihan.
karena itu dalam proses penyusunannya
sangat penting untuk memperhatikan isi dari Kegiatan sosialisasi dilaksanakan guna
instrumen apakah mampu untuk mengukur memfasilitasi perawat di ruang rawat inap

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 61
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

yang saat itu sedang bertugas pada shift pagi. Diagnosis keperawatan risiko menggunakan 2
Secara etika dan tanggung jawab, tidak mungkin statement diagnosis keperawatan yaitu label
mewajibkan semua perawat ruang rawat inap diagnosis keperawatan sebagai masalah dan
untuk mengikuti sosialisasi pada satu waktu faktor yang berhubungan untuk menerangkan
dimana perawat harus meninggalkan pasien etiologi.
yang sedang dirawat di ruang. Adanya pelatihan
Sebagian besar partisipan dan responden
tersebut diharapkan dapat meningkatkan
dalam penelitian adalah perawat vokasional
pengetahuan perawat tentang bahasa standar dan
dengan latar belakang DIII keperawatan. Hal
penerapannya.
ini menjadi kendala saat pengisian instrumen
Evaluasi kemampuan dan pendapat perawat penegakan diagnosis keperawatan. Peneliti
tentang penerapan diagnosa keperawatan dan harus menjelaskan setiap komponen instrumen
intervensi berdasarkan SDKI dan komponen diagnosis keperawatan secara
berulang. Responden dalam hal ini perawat rata-
Kemampuan responden dalam mengisi
rata hanya mampu menegakkan satu diagnosis
instrumen diagnosis keperawatan secara
keperawatan tanpa melihat kembali hasil
keseluruhan (100%) yang baik, seluruh responden
pengkajian keperawatan yang dapat menenukan
(100%) berpendapat bahwa mutu instrumen
berbagai macam diagnosis keperawatan. Tentunya
menurut user view adalah baik, dilihat dari aspek
hal ini perlu penelitian tindak lanjut tentang
functionallity, efficiency, dan usability..
pengetahuan perawat terhadap kemampuan
Pada dasarnya pengisian instrumen penegakan diagnosis keperawatan.
penegakan diagnosis keperawatan bukanlah
SIMPULAN & SARAN
hal yang baru bagi perawat. Setiap hari perawat
dihadapkan pada aktivitas tersebut. Oleh karena Rekomendasi hasil dari kegiatan focus
itu tidak menutup kemungkinan meskipun group discussion dalam pengembangan instrumen
mendapat informasi baru mengenai cara penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI
pengisian instrumen penegakan diagnosis dengan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
format baru, bukanlah merupakan hal yang sulit berupa check list yaitu instrumen diagnosis
untuk diaplikasikan. Pada kenyatannya para keperawatan berdasarkan SDKI. Instrumen
responden mampu mengisi dengan mudah dan penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI
lancar instrumen yang dikembangkan. valid dan reliabel. Pelatihan pengisian instrumen
penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI
Rekomendasi
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Hasil temuan penelitian untuk berjalan lancar dan dilaksanakan pada tanggal
pengembangan instrumen penegakan diagnosis 8 Juli 2017 dihadiri oleh 47 peserta. Penerapan
keperawatan berbasis SDKI dari aspek diagnosis penegakan diagnosis keperawatan berbasis
keperawatan yaitu sesuai dengan SDKI diagnosis SDKIdi ruang rawat inap RSUD Dr. H. Abdul
keperawatan aktual menggunakan 3 statement Moeloek Provinsi Lampung menunjukkan bahwa
diagnosis keperawatan yaitu label diagnosis sebagian besar perawat (100%) di RSUD Dr.
keperawatan sebagai masalah dan faktor yang H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung memiliki
berhubungan untuk menerangkan etiologi dan kemampuan yang baik dalam menerapkan
di sertai indikator mayor dan indikator minor. penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI
dan instrumen penegakan diagnosis keperawatan

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


62 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

berbasis SDKI dinilai baik oleh perawat (100%). Carpenito, L. J., (2000), Diagnosis Keperawatan
Rekomendasi pengembangan instrumen Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 8,Alih
penegakan diagnosis keperawatan hasil dari Bahasa: Monica Ester, EGC, Jakarta.
kegiatan focus group discussion yaitu instrumen
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances.,
diagnosis keperawatan sesuai SDKI.
Murr., Alice C. (2013) Nursing Diagnosis
Bagi komite keperawatan untuk mulai Manual: Planning, Individualizing, and
mendata diagnosis keperawatan yang pernah Documenting Client Care4th Edition
muncul di setiap ruangan supaya bisa mulai Gillies, D. A. (2006).Manajemen Keperawatan
menyusun rumusan asuhan keperawatan Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua.
berbasis SDKI sehingga mampu menghasilkan Terjemahan Illiois W. B. Saunders
rumusan asuhan keperawatan berupa check list Company
dan sesuai dengan standar, serta memudahkan
perawat dalam pengisiannya. Bagi perawat untuk Herdman & Kamit suru, 2015, ‘Nursing Diagnoses;
melakukan penegakan diagnosis keperawatan definition and classification 2015-2017.
yang lengkap dan akurat pada instrumen Tenth edition’, UK: Wiley Blackwell
penegakan diagnosis keperawatan yang telah Irwan, Maulana, S, 2011, ‘Pengantar Dokumentasi
disediakan di ruangan. Bagi rumah sakit harus Proses Keperawatan’, EGC, Jakarta
menetapkan standar operasional prosedur bahwa
Iyer Patricia W dan Nancy H Camp, (2005).
perawat untuk melakukan penegakan diagnosis
Penegakan diagnosis Keperawatan,
keperawatan adalah perawat profersional.
Jakarta : EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier B., Erb G., Berman A.,&Snyder S.J, (2004),
Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar Konsep Dasar Fundamentals of Nursing Concepts, Process
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba and Practice (7thEdition), New Jersey:
Medika. Pearson Education Line

Berman.A, Snyder.S dan Frandsen. G, (2016) Kozier LeMone, P., Burke, KM., Bauldoff, G., (2011)
& Erb’s Fundamentals of Nursing Concepts, Medical-surgical Nursing: Critical Thinking
Process, and Pratice, tenth edition. Mosby in Patient Care.5th edition. Pearson
Company Mahlinda, 2010, Instrumen penelitian. http://
Black,J.M,HawksJ.H,( 2006),Medical Surgical mahlinda-setulushati.blogspot.
Nursing,Clinical Management for Positive co.id/2010/06/instrumen-penelitian.
Outcomes (8thEdition), Philadelpia: WB. ht ml. Diakses 3 Januari 2015. Diakses
Saunders Company tanggal 6 Oktober 2015

Burton. MA dan Ludwig.LJM, (2015), Fundamentals Maulana, Heri, d.j, (2009). Promosi Kesehatan,
of Nursing Concepts, Connections, & skill. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Second edition, Philadelphia : Davis Muhith, Abdul. (2015), Pendidikan Keperawatan
Company. Jiwa Teori dan Aplikasi, EGC : Jakarta
Craven.R, et al (2013).Fundamental of Nursing Nursalam. (2009). Proses dan Penegakan diagnosis
Human Health and Function.7th . Lippincot Keperawatan Konsep dan Praktikedisi  2.
Williams & Wilkins Jakarta : Salemba Medika.

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018


Pengembangan Instrumen Penegakan Diagnosis Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) 63
Berbasis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Pengembangan Instrumen Diagnosis


Indonesia.Jakarta : DPP PPNI & Intervensi Keperawatan Berbasis
Standardized Nursing Lenguage (NANDA-I,
Potter, & Perry, A. G. 2007.Buku Ajar Fundamental
NOC, NIC), Surabaya: Universitas Airlangga
Keperawatan: Konsep,. Proses, Dan Praktik,
edisi 4, Volume.1. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C. Bare, B. G. Hinkle, J. L & Cheever, K.
H. (2010), Brunner & suddarth’s textbook
Raharjo, Sahid, 2014, Cara Melakukan Uji Validitas
of medical surgical nursing. 11th edition.
Product Momen dengan SPSS. http://
Philadelphia : Lippincott Williams &
www.spssindonesia.com/2014/01/
Wilkins.
uji-validitas-productmomen-spss.html,.
Diakses tanggal 10 Januari 2016 Tim Departemen Kesehatan RI, 1998, Standar
Asuhan Keperawatan, Direktorat Rumah
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi :
Sakit Umum dan Pendidikan Direktorat
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
Jenderal Pelayanan Medik Departemen
6, Jakarta: EGC.
Kesehatan RI
Rachmania D, (2016) Pengembangan Instrumen
Wahid, A & Suprapto, I, 2012, Dokumentasi Proses
Penegakan diagnosis Keperawatan
Keperawatan, Nuha Medika, Jakarta
Berbasis SDKI Penelitian Action Research
Di Ruang Teratai RSUD AM Pare Kediri. Wilkinson. JM, et al. (2016), Fundamentals of
Thesis , Universitas Airlangga Nursing Concepts, Process, and Applications,
Philadelphia : Davis Company.
Rachmania, D., Nursalam., Yunitasari, E., (2016),

JKA | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai