SKRIPSI
YOHANA FACHRIZAL
1710070100008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Disusun Oleh
YOHANA FACHRIZAL
1710070100008
Telah disetujui
Padang,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Penguji 1 Penguji 2
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 1710070100008
1. Karya tulis saya ini berupa skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak di Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2019” adalah asli dan belum pernah
dipublikasi atau diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas
Baiturrahmah maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan orang lain, kecuali pembimbing dan pihak lain sepengetahuan
pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Apabila terdapat penyimpangan didalam pernyataan ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lain sesuai norma dan hukum yang berlaku.
Padang,
Yang membuat pernyataan,
Yohana Fachrizal
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nasional Bukittinggi Tahun 2019”. Penulisan laporan hasil skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran. Dalam penyusunan dan penulisan hasil skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, dengan tulus dan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
2. Prof. Dr. dr. Amirmuslim Malik, PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
yang telah begitu sabar dalam memberikan waktu, pikiran, tenaga, saran,
ini.
4. dr. Haves Ashan, Sp.M selaku dosen pembimbing II yang telah begitu
iv
6. dr. Gangga Mahatma, Sp. PD selaku dosen penguji II yang bersedia
tersayang kepada Papa Fachrizal (alm) dan Mama Yeni atas kasih
Putri, Danul, dan Dolly, juga teman-teman angkatan 2017 NEURO dan
yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan
kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan
Padang,
Penulis
v
ABSTRAK
Yohana Fachrizal
vi
ABSTRACT
Yohana Fachrizal
Background: Typhoid fever still the most important health problem in the world,
especially in developing countries. The factors that related to the incidence of
typhoid fever include environmental sanitation, personal hygiene, age, parental
knowledge, and socio-economic level.
Objective: To knows about the factors of typhoid fever at National Stroke
Hospital Bukittinggi in 2019.
Methods: The type of research is observasional analytic using cross-sectional
design. The affordable population in this study were all pediatric patients
suffering from typhoid fever in the children's ward of the Bukittinggi National
Stroke Hospital in 2019, namely 71 patients using the total sampling technique.
Univariate and bivariate data analysis is presented in the form of frequency
distributions and percentages, and data processing uses SPSS version 24.0.
Results: The most frequent distribution of respondents was low environmental
sanitation, amounting to 41 children (57.7%), low personal hygiene amounting to
43 people (60.6%), teenagers as many as 29 people (40.9%), poor parental
knowledge as many as 38 people. (53.5%), low socioeconomic levels were 37
people (52.1%), and the incidence of typhoid fever was 57 people (80.3%). There
is a relationship between environmental sanitation and typhoid fever in children
(p = 0.000), personal hygiene with typhoid fever in children (p = 0.002),
knowledge level of parents with child typhoid fever (p = 0.003), socioeconomic
status with child typhoid fever (p = 0.001) and there was no relationship between
age and typhoid fever in children (p = 0.474).
vii
DAFTAR ISI
viii
4.4.2 Populasi Terjangkau .............................................................. 23
4.4.3 Sampel ................................................................................... 23
4.4.4 Cara Sampling ....................................................................... 24
4.4.5 Besar Sampel ......................................................................... 24
4.5 Variabel Penelitian .......................................................................... 24
4.5.1 Variabel Bebas ....................................................................... 24
4.5.2 Variabel Terikat ..................................................................... 24
4.6 Definisi Operasional ....................................................................... 25
4.7 Cara Pengumpulan Data ................................................................. 26
4.7.1 Alat ........................................................................................ 26
4.7.2 Jenis Data ............................................................................... 26
4.7.3 Cara Kerja .............................................................................. 26
4.8 Alur Penelitian ................................................................................ 27
4.9 Analisis Data ................................................................................... 27
4.10 Etika Penelitian .............................................................................. 28
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi adalah salah satu masalah kesehatan yang utama di negara
maju dan berkembang. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015
menyatakan bahwa angka kematian anak usia < 5 tahun di Indonesia disebabkan
oleh penyakit infeksi yaitu sebesar 1-20%.1 Salah satu penyakit infeksi yang
sering menyerang anak yaitu demam tifoid. Demam tifoid merupakan penyakit
demam akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini
pada negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2019, jumlah kasus
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2013, dijumpai kasus demam
tifoid yaitu 350-810 kasus per 100.000 penduduk tiap tahun.4 Profil Kesehatan
penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit. 5 Di Sumatera Barat pada
WHO memperkirakan kasus demam tifoid pada anak yang berusia < 5 tahun
berkisar antara 14% hingga 29%, usia 5-9 tahun berkisar 30% hingga 44%, dan
28% sampai 52% berusia 10-14 tahun.7 Demam tifoid khususnya banyak terjadi
pada anak usia sekolah, bahkan dengan tingkat kejadian 4 kali lebih banyak dari
orang dewasa.8 Hal ini dikarenakan pada usia tersebut mereka memiliki aktivitas
1
fisik yang banyak sehingga kurang memperhatikan pola makan dan cenderung
Risiko penularan demam tifoid meningkat pada populasi yang tidak memiliki
akses ke air bersih dan sanitasi yang memadai. Penyakit demam tifoid erat
kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya sanitasi lingkungan
yang buruk (kondisi jamban yang tidak layak pakai, kualitas sumber air bersih
yang buruk, kondisi tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat),
dan higiene perorangan yang buruk (tidak mencuci tangan sebelum makan, serta
menular, termasuk demam tifoid.4 Tingkat pendidikan orang tua juga merupakan
orang tua maka semakin mudah menerima informasi yang dapat digunakan untuk
Bukittinggi pada Maret 2020 didapatkan kasus terbanyak yang dirawat inap di
bangsal anak tahun 2019 adalah demam tifoid dengan 71 kasus. Kasus ini
Melihat tingginya angka kejadian demam tifoid pada anak di Rumah Sakit
terhadap demam tifoid pada anak khususnya di Sumatera Barat, maka penulis
dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
tahun 2019 .
2
1.2 Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid pada
demam tifoid pada anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2019.
2019.
3
8. Mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian demam
10. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian demam tifoid anak di
tahun 2019.
2019.
dalam menanggulangi kasus demam tifoid anak. Bagi Rumah Sakit Stroke
pelayanan kesehatan.
4
3. Manfaat bagi masyarakat yaitu sebagai masukan dalam upaya pencegahan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi dimana bakteri ini memasuki makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut.12
2.1.2 Epidemiologi
perorangan dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Angka kejadian global
demam tifoid diperkirakan mencapai 21 juta kasus pada tahun 2019. 3 Angka ini
jauh meningkat dibandingkan data pada tahun 2018 yang juga dilaporkan WHO
tifoid sepanjang tahun. Kasus tifoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, prevalensi kasus
demam tifoid sebesar 5,13%. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit
6
2.1.3 Etiologi
typhi merupakan bakteri yang berbentuk batang, tidak berspora, memiliki ukuran
antara 0,7 – 1,5 µm dan panjang 2,0 – 5,0 µm, besar koloni rata-rata 24 mm,
dominan bergerak dengan flagel peritrik dan termasuk bakteri gram negatif. 15
hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan
farmasi dan tinja. Bakteri ini akan mati pada suhu 54,4 o C dalam 1 jam, atau 60o C
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H
(flagellum) yang merupakan protein yang labil terhadap panas. Pada Salmonella
tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara
penularannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian
secara pasif terbawa oleh lalat. Lalat tersebut mengkontaminasi makanan dan
manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus.17
Setelah melewati usus halus, kuman tersebut masuk ke kelenjar getah bening,
pembuluh darah, dan organ tubuh terutama hati dan empedu. Hal tersebut yang
menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.18
7
2.1.4 Patogenesis
melewati lambung dengan suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang
masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian
Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch merupakan tempat bertahan
hidup dan multiplikasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus
halus lalu menimbulkan tukak pada mukosa usus. Hal ini dapat menyebabkan
mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES
tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri
di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses. 20
nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gelaja klinis
8
akhir minggu pertama setelah terjadi gejala demam, nyeri kepala, anoreksia, nyeri
perut, mual, batuk kering dan mialgia. Lidah kotor, nyeri abdomen, diare,
Gejala klinis demam tifoid pada bayi seringkali berupa gastroenteritis dan
sepsis. Bayi biasanya tertular dari ibu yang menderita demam tifoid. Pada
kelompok usia kurang dari 5 tahun, gejala yang muncul lebih ringan dan tidak
spesifik, kadang hanya berupa demam disertai gejala gastrointestinal, namun bila
tidak terdiagnosis dengan cepat dapat mengalami komplikasi yang berat. Pada
kelompok usia diatas 5 tahun (usia sekolah), gejala klasik demam tifoid biasanya
ditemui.22
Selain gejala dan tanda spesifik dari demam tifoid, beberapa pemeriksaan
1) Pemeriksaan Kultur
pada demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah,
karena masih terjadi bakteremia. Hasil kultur darah positif sekitar 40%-
diambil dari kultur tinja (sensitivitas <50%) dan urin (sensitivitas 20-
minggu pertama 90%, namun invasif dan sulit dilakukan dalam praktek.23
9
2) Pemeriksaan Serologis
a) Uji Widal
standar aglutinasi. 24
dicurigai demam tifoid pada antigen yang berada pada flagella (H)
dan badan bakteri (O). Hasil positif dengan pemeriksaan ini lebih
yaitu pada fase akut dan 7-10 hari setelah fase tersebut. Sebab,
10
b) Pemeriksaan Tubex
sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji widal. Tes
secara rutin karena cepat dan mudah. Kelebihan lain dari tes tubex
11
gen spesifik S.typhi dan merupakan pemeriksaan yang cepat dan
menjanjikan.28
empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi, dan teknis yang
relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih
4) Pemeriksaan Hematologi
mencapai 20.000-25.000/mm3.23
12
berkurangnya produksi trombosit dan penghentian tahap pematangan
trombosit.31
2.1.7 Tatalaksana
Terapi yang dapat diberikan untuk demam tifoid terdiri dari terapi non
diantaranya tirah baring yang dilakukan minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih sampai 14 hari, diet lunak rendah serat dengan asupan serat maksimal 8
minuman terlalu manis, asam, berbumbu tajam, serta diberikan dalam porsi
kecil.32
Penderita demam tifoid harus mendapatkan cairan yang cukup, baik secara
oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat
dengan keadaan bakterimia. Pemberian terapi antibiotik demam tifoid pada anak
demam.34
anak karena efektif, murah, mudah didapat, dan dapat diberikan secara oral.
Umumnya perbaikan klinis sudah tampak dalam waktu 72 jam dan suhu akan
13
kembali normal dalam waktu 3-6 hari, dengan lama pengobatan antara 7-14 hari.
Pada anak dapat diberikan antibiotik kloramfenikol untuk obat pilihan lini
pertama serta azitromisin dan sefiksim untuk obat pilihan lini kedua. 35
dosis terbagi. Sedangkan untuk anak usia ≥ 13 tahun diberi 3 gram/hari dalam 3
dosis terbagi.36
Efek samping yang sangat berat yaitu anemia aplastik dan bila diberikan pada
bayi < 2 minggu dengan gangguan hepar dan ginjal, kloramfenikol akan
terakumulasi dengan darah bayi khususnya pada pemberian dosis tinggi akan
darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit) yang timbul dalam waktu 5 hari
merupakan antibiotik spectrum luas yang mempunyai cara kerja sama seperti
mg/kgBB/hari.38
Seftriakson juga dapat menjadi pilihan terapi demam tifoid karena memiliki
efektivitas tinggi terhadap bakteri Salmonella typhi. Dosis terapi seftriakson untuk
demam tifoid anak adalah 50-80 mg/kgBB dengan dosis tunggal dalam sekali
pemberian.39
14
2.1.8 Pencegahan
Demam tifoid sering terjadi pada tempat dengan sanitasi yang buruk. Akses
air bersih dan sanitasi yang memadai, kebersihan makanan dan vaksinasi tifoid
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Pastikan makanan layak untuk
dikonsumsi, hindari makanan mentah, dan selalu pastikan air minum yang
dikonsumsi aman.
peliharaan ataupun ternak, juga setelah keluar dari toilet. Cuci buah dan sayuran
dengan hati-hati, terutama bila dimakan mentah. Jika memungkinkan, buah dan
limbah.42
15
Sanitasi lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan,
vektor penyakit. Sayuran yang dimakan mentah dapat menjadi media transmisi
Tifoid
Air untuk keperluan higiene sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang
penyakit di masyarakat.45
masyarakat secara keseluruhan. Hingga saat ini ketersediaan air bersih masih
bersih apabila memenuhi syarat yaitu: (1) ketersediaan air dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, (2) kualitas air yang memenuhi
baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan, dan (3) kontinuitas
16
Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang penting berkaitan
dengan kejadian demam tifoid.46 Jenis sarana air bersih yang biasa digunakan
masyarakat adalah:
a. Sumur gali
harus kedap air, tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dan sumur harus
Air hujan yang boleh dikonsumsi akan ditampung dalam bak air
c. Mata air
Air dari sumber mata air berasal dari dalam tanah dan belum
d. Perpipaan
Pipa yang digunakan harus kuat tidak mudah pecah, jaringan pipa
tidak boleh terendam air kotor, bak penampungan harus rapat air dan
melalui kran.50
17
Bakteri Salmonella typhi dapat bertahan hidup lama dalam air,
tanah atau bahan makanan. Hal ini menyebabkan kondisi air bersih
B. Rumah Sehat
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
psikologis, dapat terhindar dari sakit menular dan terhindar dari kecelakaan. 52
Secara umum rumah yang dapat dikatakan sebagai rumah sehat harus
mencakup kriteria sebagai berikut: (1) Sarana kesehatan lingkungan, (2) Keadaan
rumah, (3) Binatang penular penyakit, (4) Perkarangan, (5) Perilaku penghuni
rumah, (6) Keadaan jamban, (7) Kandang dan, (8) Penyediaan air bersih. 53
minum.
ii. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga
maupun tikus.
iii. Cukup luas dan landau/ miring kea rah lubang jongkok agar
18
vi. Cukup penerangan
lalat.56
19
c. Tersedianya tempat penyimpanan dan cara pengelolaan makanan yang
benar
sehat.58
tangan menggunakan air mengalir dan sabun sebelum makan, setelah bekerja, dan
setelah buang air besar. Higiene perorangan meliputi kebiasaan memotong kuku
secara teratur, mencuci sayuran mentah sampai bersih sebelum dikonsumsi, dan
Tifoid
setelah bekerja, dan setelah buang air besar dapat mengurangi jumlah
bakteri atau parasit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara melarutkan
20
yang menempel di tangan. Anak-anak yang mencuci tangan dengan air
dahulu misalnya sayuran atau buah hendak dicuci bersih dibawah air
sebelum dikonsumsi karena tampak bersih bahkan baru dibasahi oleh air
A. Usia
tahun yaitu 70-80% kasus, 10-20% berumur 30-40 tahun, dan sedikit
21
pada pasien berumur diatas 40 tahun. Pada usia 3-19 tahun yaitu
diakibatkan sering jajan di sekolah atau luar rumah. Sedangkan usia 20-
ini.65
22
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS
Sanitasi Lingkungan:
-Sumber air bersih
-Sarana pembuangan tinja
-Kondisi tempat pembuangan
sampah
Lingkungan
-Usia
Perilaku
Higiene Perorangan:
-Kebiasaan jajan diluar
rumah
- Kebiasaan mencuci tangan
setelah BAB
-Kebiasaan anak mencuci
tangan sebelum makan
-Cara pengolahan dan
penyimpanan makanan
23
3.2 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Sanitasi lingkungan
Sosial ekonomi
3.3 Hipotesis
Dalam penelitian ini rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
tahun 2019.
24
5. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi terhadap kejadian
2019.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian adalah ruang lingkup disiplin ilmu kesehatan anak.
Populasi target pada penelitian ini yaitu pasien anak yang menderita demam
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien anak yang
menderita demam tifoid di bangsal anak Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
26
4.4.3 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan demam tifoid di
bangsal anak Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2019 yang
memenuhi kriteria :
Kriteria Inklusi
a) Pasien dengan diagnosis demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional
Kriteria Eksklusi
a) Pasien atau orang tua pasien demam tifoid anak yang tidak dapat dihubungi
via telefon
b) Pasien atau orang tua pasien demam tifoid anak yang tidak bersedia menjadi
responden.
27
4.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian demam tifoid anak.
28
Jenis kelamin Jenis kelamin Rekam Observasi 1.Laki-laki Nominal
responden Medik 2.Perempuan
dalam
penelitian
Sosial Sosial Wawancara Kuesioner 1: Pendapatan Ordinal
ekonomi ekonomi tinggi
didasarkan ( ≥ besaran
pada UMR Rp.
pendapatan 2.484.041 )
yaitu segala
bentuk 2: Pendapatan
penghasilan rendah
yang diterima ( ≤ besaran
oleh keluarga UMR =Rp.
dalam bentuk 2.484.041 )
rupiah yang
diterima setiap
bulannya.
Variabel
terikat
4.7.1 Alat
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diambil dari hasil wawancara peneliti dengan responden dan data sekunder, yaitu
29
4.7.3 Cara Kerja
jumlah sampel minimal untuk penelitian. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
berhubungan dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional
Analisis dan
Hasil penelitian
pengolahan data
Kesimpulan
a. Analisis Univariat
30
b. Analisis Bivariat
usia, tingkat pengetahuan orang tua, dan status sosial ekonomi) dan
Square.
Data yang diperoleh dari variabel yang diteliti akan diolah dan dianalisa
berikut:
1. Editing data
yang diambil.
2. Coding data
3. Entry data
4. Cleaning data
pengkodean data.
31
5. Penyajian data
penelitian.
peneliti.
32
BAB V
HASIL PENELITIAN
dikumpulkan data sebanyak 71 pasien demam tifoid anak, dan dipilih secara total
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
33
Tabel 5.2 menjelaskan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan
higiene perorangan terbanyak adalah pasien dengan higiene yang buruk berjumlah
43 anak (60.6%).
tingkat pengetahuan orang tua terbanyak adalah pengetahuan yang buruk yaitu
34
Tabel 5.5 menjelaskan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan
status sosial ekonomi terbanyak adalah pasien dengan sosial ekonomi rendah
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa responden dengan demam tifoid
35
5.2 Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.000 yang artinya < 0.05. Hal ini menunjukkan
dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
tahun 2019.
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.002 yang artinya < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho
dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
tahun 2019.
36
Tabel 5.10. Hubungan Usia Dengan Kejadian Demam Tifoid Anak di Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2019
Kejadian Demam Tifoid
p
Usia Demam Tifoid + Total
Demam Tifoid value
Komorbid
n % n % N %
1. Balita 14 87.5% 2 12.5% 16 100%
2. Anak-Anak 19 73% 7 27% 26 100% 0.474
3. Remaja 24 82.8% 5 17.2% 29 100%
Total 57 80.3% 14 19.7% 71 100%
Berdasarkan tabel 5.10 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.474 yang artinya > 0.05. Hal ini menunjukkan Ho
ditolak maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan
kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun
2019.
Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.003 yang artinya < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho
pengetahuan orang tua dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke
37
Tabel 5.12. Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Demam
Tifoid Anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun
2019
Kejadian Demam Tifoid
Status Sosial p
Demam Tifoid + Total
Ekonomi Demam Tifoid value
Komorbid
n % n % N %
1. Tinggi 26 76.5% 8 23.5% 34 100%
0.001
2. Rendah 31 83.8% 6 16.2% 37 100%
Total 57 80.3% 14 19.7% 71 100%
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.001 yang artinya < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho
diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial
ekonomi dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah Sakit Stroke Nasional
38
BAB VI
PEMBAHASAN
berjumlah 30 anak (42.3%) dan sanitasi yang buruk sebanyak 41 anak (57.7%).
Hasil penelitian ini didominasi dengan responden dengan sanitasi buruk yang
mencuci pakaian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bergas Tahun 2018, sebanyak 45 pasien diperoleh kasus terbanyak yaitu dengan
berjumlah 28 anak (39.4%) dan higiene yang buruk sebanyak 43 anak (60.6%).
responden yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan kebiasaan jajan di
pinggir jalan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haslinda (2016),
yang menyatakan bahwa anak dengan personal higiene yang buruk memiliki
frekuensi yang lebih tinggi yaitu 14 orang (56%) dibandingkan anak dengan
39
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Citra Suraya, (2019) tentang Hubungan Personal Higiene Dan
Sumber Air Bersih Dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak, yaitu dari 35
6.3 Usia
anak (40.9%). Hasil penelitian ini didominasi dengan responden dengan usia
remaja.
Dengan Jenis Rawat Dan Lama Hari Rawat Inap Pasien Demam Tifoid Di RSUP
Sanglah Denpasar Tahun 2017, menyebutkan pasien demam tifoid paling banyak
dilakukan oleh Tiara, (2016) tentang Hubungan Usia, Status Gizi, Dan Riwayat
Demam Tifoid Dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Di RSUD Tugurejo
Semarang, yaitu dari 121 sampel penelitian, diperoleh sebagian besar pada
tua baik berjumlah 33 anak (46.5%) dan tingkat pengetahuan orang tua buruk
40
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
anak (46.5%) dan perempuan sebanyak 38 anak (53.5%). Hasil penelitian ini
persentase 58.1%.64
41
sebanyak 14 kasus (19.7%). Kasus demam tifoid pada penelitian ini diantaranya
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.000 yang artinya < 0.05. Maka dapat disimpulkan
tifoid anak yaitu responden yang memiliki lingkungan yang kurang baik berisiko
dan Personal Higiene dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Usia 1-5 Tahun
di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Tahun 2018, didapatkan nilai p 0,001 (<
0,05) yang berarti terdapat hubungan antara sanitasi dengan kejadian demam
tifoid.66
kategori baik 27 orang (45,76%) dan kategori kurang baik 32 orang (54,24%).71
lingkungan yang mempengaruhi kejadian demam tifoid dapat dilihat dari rumah
sehat yang belum memenuhi syarat seperti sumber air bersih, tersedianya jamban,
42
6.9. Hubungan Higiene Perorangan Dengan Kejadian Demam Tifoid Anak di
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.002 yang artinya < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian demam tifoid anak
di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2019 yaitu anak dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfian, (2013)
demam tifoid pada anak yang dirawat di bangsal anak RSUD dr. H. Abdul
kualitas personal higiene yang buruk merupakan indikator kebersihan yang tidak
terjaga yang dapat menyebabkan anak rentan terpapar pada faktor penyebab tifoid
6.10. Hubungan Usia Dengan Kejadian Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit
Berdasarkan tabel 5.10 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.474 yang artinya > 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian demam tifoid anak di Rumah
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda
(2016) yang menyatakan terdapat hubungan antara usia dengan kejadian demam
tifoid anak di RSUD dr. Abdoer Rahem dengan kelompok terbanyak yaitu usia <
12 tahun. Anak usia sekolah memiliki resiko terjangkit demam tifoid lebih besar
43
karena pada usia tersebut anak mulai senang untuk beraktivitas di luar rumah
meningkat.73 Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yaitu lebih banyaknya kelompok usia remaja dibandingkan balita
dan anak-anak.
Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.003 yang artinya < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian demam
orang tua dengan kejadian demam tifoid di RSUD Ratu Zalecha Martapura
dengan p = 0,001. Tingkat pengetahuan orang tua yang baik akan meningkatkan
kesadaran dengan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat menghindari
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan hasil pengukuran dengan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0.001 yang artinya < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kejadian demam tifoid
anak di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2019 yaitu responden
dengan status sosial ekonomi rendah lebih beresiko mengalami demam tifoid.
44
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Divana, (2017)
demam tifoid di Rumah Sakit TK.III R.W. Mongisidi Manado dengan nilai p =
kebersihan diri. Pada umumnya masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah
45
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
dengan kejadian demam tifoid di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun
(40.9%).
responden (53.5%).
46
10. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian demam tifoid anak
11. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan kejadian
2019.
12. Terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian demam
7.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
49
37. Rismarini. Perbandingan Efektifitas Klinis Antara Kloramfenikol dan
Tiamfenikol dalam Pengobatan Demam Tifoid pada Anak. Sari Pediatri.
2016;3(2):83-87.
38. Syarif A, Setiawati A, Muchtar A, Sinto A, Bahry B, Suharto B, et al.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: FK UI; 2017.
39. Nurhanif M, Insan SA. The Differences of Antibiotics effectiveness in
therapy of typhoid fever without complications in children at Putra
Bahagia Hospital. Yarsi Journal of Pharmacology. 2019;1(1):3-4.
40. WHO. Prevention and Control for Typhid Fever..WHO..2019.[cited 23
Maret.2020]..Available.from.:.https://www.who.int/healthtopics/typhoid#t
ab=tab_1
41. Kasnodiharjo, Elsa E. Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan
Kesehatan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013;7(9).
42. Sucipto AC. Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL. Gosyen
Published. 2011;2(14).
43. Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum. Jakarta.
44. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
45. Khadijah A. Pengaruh Akses Air Minum Terhadap Kejadian Penyakit
Tular Air (Diare dan Demam Tifoid). Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. 2014;17(2):107-114.
46. Zida M. Hubungan Kualitas Air Minum dan Kebiasaan Makan/Minum di
Luar Rumah dengan Terjadinya Demam Tifoid pada Pasien Rawat Inap di
RSUD Kota Kendari. Medula. 2019;6(2).
47. Dhani H. Kajian Kualitas Air Sumur Gali dan Perilaku Masyarakat di
Sekitar Pabrik Semen Kelurahan Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap. Junal Sains dan Teknologi Lingkungan. 2015;1(7):16-
17.
48. Nadia PG, Intan BM. Pengaruh Penggunaan Air Hujan Terhadap Karies
Gigi Pada Masyarakat di Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2017. Jurnal B-Dent. 2017;5(1):45-48.
49. Tanti U, Joni K. Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Layak Konsumsi di
Kota Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2015;4(3):95-98.
50. Waluyo L. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press; 2010.
51. Suwita. Analisis Determinan Rumah Sehat dalam Mendukung
Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kelurahan Kebun Handil Kota
Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan. 2019;2(1):2622-2310.
52. Arif FW, Huda K. Upaya Peningkatan Pengetahuan Rumah Sehat Bagi
Keluarga. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 2014;1(3):17-20.
53. Ade DP. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kondisi Rumah
Sehat Di Desa Bandur Picak Kecamatan Koto Kampar Hulu Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
2017;2(1):28-29.
50
54. Andrias H, Laksmono W. Perilaku Kepala Keluarga dalam Menggunakan
Jamban di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. 2014;2(9):231-35.
55. Juli S. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2011.
56. Etikawati AM, Arum S. Hubungan Cuci Tangan, Tempat Sampah,
Sanitasi Makanan Dengan Demam Tifoid. Jurnal Pena Medika.
2016;1(6):40-42.
57. Dinas Kesehatan Kota. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang. 2013;
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
58. Okky PP. Faktot Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita
Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2013;1(2):6-7.
59. Vinta MM, Budiyono, Yusniar. Hubungan Higiene Perorangan Dan
Sanitasi Makanan Rumah Tangga Dengan Kejadian Demam Tifoid Pada
Anak Umur 5-14 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2015;1(3):594-96.
60. Sandy S. Analisis Model Faktor Resiko yang Mempengaruhi Infeksi
Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah pada Siswa Sekolah Dasar di
Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media Litbangkes. 2015;25(1):1-
14.
61. Stefanus T. Hubungan Kebiasaan Makan Jajanan Diluar Rumah Dengan
Keajdian Demam Tifoid Pada Anak Di Ruangan Irna E Rumah Sakit
Umum Pusat Prof. R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis. 2020;1(15):100.
62. Alamsyah D, Ratna M. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
63. Nurvina W. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan, Higiene Perorangan,
dan Krakteristik Individu Dengan Kejadian Demam Tifoid di Wilayah
Kerja Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2013:35-36.
64. Farissa U, Oktia WK. Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagiyanten. Higeia Journal Of Public Health Research And
Development. 2018;2(2):232-34
65. Norjannah, Eka S, Rismia A. Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Di RSUD Ratu Zalecha Martapura.
Narspedia Journal. 2018;1(1):108-13
66. Arifiyani I. Hubungan Sanitasi Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Demam Tifoid Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bergas Tahun 2018 [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo; 2019.
67. Haslinda. Hubungan Personal Hygiene Dan Kebiasaan Jajan Terhadap
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak [skripsi]. Makassar: Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar; 2016.
68. Citra S. Hubungan Personal Hygiene Dan Sumber Air Bersih Dengan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Jurnal Aisyiyah Medika.
2019;4(1):331
51
69. Karlina V. Hubungan Umur Dengan Jenis Rwat Dan Lama Hari Rawat
Inap Pasien Demam Tifoid Di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014. E-
Jurnal Medika Udayana. 2018;7(7):3
70. Tiara PD. Hubungan Usia, Status Gizi, Dan Riwayat Demam Tifoid
Dengan Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Di RSUD Tugurejo
Semarang [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2016
71. Mujiono. Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor
Sanitasi Lingkungan Dan Hygiene Perorangan Di RSUD Kota Kediri
[skripsi]. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari; 2017.
72. Zulfian. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Demam Tifoid
Pada Anak Yang Dirawat Di Bangsal Anak RSUD DR H Abdul Moeloek
Provinsi Lambung Tahun 2013 [skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati; 2013.
73. Nuruzzaman H. Perbandingan Faktor Resiko Kejadian Demam Tifoid
Berdasarkan Kebersihan Diri Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Usia 7-12
Tahun Di RSUD DR Abdoer Rahem Situbondo [skripsi]. Situbondo:
Universitas Airlangga; 2016
74. Meilinda D. Hubugan Antara Pendapatan Kepala Keluarga Dengan
Kejadian Demam Tifoid Di Rumah Sakit TK.III R.W. Mongisidi
Manado[skripsi]. Manado: Universitas Esa Unggul; 2017
52
Lampiran 1
53
Lampiran 2. Informed Consent
Nasional Bukittinggi Tahun 2019”. Saya dengan sadar dan tanpa paksaan
persetujuan ini. Maka dengan surat ini saya menyatakan setuju menjadi subjek
Nama :
Umur :
Padang,.........................2020
( ) (Yohana Fachrizal)
54
Lampiran 3.
Kuesioner
3. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan cermat dan teliti dalam kuesioner
sebelum menjawab.
4. Berilah tanda () pada kolom yang Bapak/Ibu/Sdr pilih sesuai keadaan
sebenarnya.
jawaban.
A. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden :
Anak
Umur :
Orang Tua
Pekerjaaan :
55
B. Kuesioner Higiene Perorangan
Jawaban
No Karakteristik
Ya (1) Tidak (0) Skor
a. Mencuci tangan
menggunakan sabun
b. Mencuci tangan
sesudah aktifitas
lantai
e. Tempat penyimpanan
56
tertutup
f. Penyimpanan makanan
g. Tempat penyimpanan
pinggir jalan
menggunakan gerobak
hari
kumuh
57
Ya Tidak
Ya Tidak
selokan
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
sungai/selokan
58
Ya Tidak
anorganik
Ya Tidak
Ya Tidak
60
Lampiran 4. Master Table
No Sanitasi Higiene Usia Tingkat Tingkat Sosial Ekonomi Jenis Kelamin Kejadian Demam Tifoid
Lingkungan Perorangan (Tahun) pengetahuan
orang tua
1. Tinggi Baik 16 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
2. Rendah Kurang 11 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
3. Tinggi Baik 11 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
4. Tinggi Kurang 9 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
5. Tinggi Baik 8 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid
6. Rendah Kurang 14 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
7. Tinggi Baik 8 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid + Gastritis
8. Tinggi Baik 9 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid
9. Rendah Kurang 14 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid + DBD
10. Rendah Kurang 8 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
11. Rendah Baik 6 Buruk Tinggi Laki-Laki Tifoid
12. Tinggi Baik 14 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid
13. Rendah Baik 12 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid + DBD
14. Tinggi Kurang 3,5 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid
15. Rendah Kurang 12 Buruk Tinggi Laki-Laki Tifoid
16. Tinggi Baik 3 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid
17. Rendah Kurang 5 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
18. Rendah Kurang 13 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
19. Rendah Kurang 10 Baik Tinggi Perempuan Tifoid + DBD
20. Tinggi Baik 4 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
21. Rendah Kurang 8 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
61
22. Rendah Baik 5 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
23. Rendah Kurang 5 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
24. Tinggi Baik 2 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
25. Rendah Kurang 13 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
26. Rendah Baik 17 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid + Diare
27. Rendah Kurang 7 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
28. Tinggi Baik 3 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid
29. Rendah Kurang 13 Buruk Tinggi Laki-Laki Tifoid
30. Rendah Kurang 14 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
31. Tinggi Baik 5 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
32. Tinggi Baik 16 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
33. Tinggi Baik 2 Buruk Tinggi Laki-Laki Tifoid + DBD
34. Rendah Kurang 12 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
35. Rendah Kurang 3 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
36. Tinggi Baik 4 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
37. Tinggi Kurang 13 Buruk Tinggi Perempuan Tifoid
38. Tinggi Baik 15 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
39. Rendah Kurang 9 Buruk Tinggi Laki-Laki Tifoid + Asma
40. Rendah Kurang 4,5 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
41. Rendah Kurang 14 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
42. Tinggi Baik 7 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid
43. Tinggi Baik 13 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid+ Gastritis
44. Rendah Kurang 6 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
45. Tinggi Baik 7 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid
46. Tinggi Baik 8 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
47. Tinggi Baik 6 Baik Tinggi Laki-Laki Tifoid + DBD
62
48. Rendah Kurang 12 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
49. Rendah Kurang 15 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
50. Tinggi Baik 7 Baik Rendah Perempuan Tifoid
51. Tinggi Kurang 14 Baik Rendah Perempuan Tifoid
52. Tinggi Baik 6 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid+ DBD
53. Tinggi Baik 13 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
54. Rendah Kurang 15 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid + Diare
55. Rendah Kurang 15 Baik Rendah Perempuan Tifoid
56. Rendah Kurang 17 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
57. Rendah Kurang 10 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
58. Rendah Kurang 5,5 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid + DBD
59. Tinggi Baik 18 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
60. Rendah Kurang 16 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid
61. Rendah Kurang 6 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid+ DBD
62. Rendah Kurang 13 Baik Rendah Perempuan Tifoid
63. Rendah Kurang 14 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
64. Tinggi Kurang 15 Baik Rendah Laki-Laki Tifoid + DBD
65. Tinggi Kurang 17 Baik Tinggi Perempuan Tifoid
66. Rendah Kurang 3 Baik Rendah Perempuan Tifoid
67. Rendah Kurang 17 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
68. Rendah Kurang 13 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
69. Rendah Kurang 12 Buruk Rendah Laki-Laki Tifoid
70. Rendah Kurang 22 bulan Buruk Rendah Perempuan Tifoid
71. Rendah Kurang 1 Buruk Rendah Perempuan Tifoid
63
Lampiran 5. Hasil Output Analisis Penelitian
1. Sanitasi Lingkungan
sanitasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 41 57.7 57.7 57.7
Tinggi 30 42.3 42.3 100.0
Total 71 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 18.301 1 .000
b
Continuity Correction 15.809 1 .000
Likelihood Ratio 20.043 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.044 1 .000
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.
b. Computed only for a 2x2 table
64
2. Higiene Perorangan
hygiene
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 28 39.4 39.4 39.4
Kurang 43 60.6 60.6 100.0
Total 71 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.455 1 .002
b
Continuity Correction 7.696 1 .005
Likelihood Ratio 11.217 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.322 1 .002
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.11.
b. Computed only for a 2x2 table
65
3. Usia
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid balita 16 22.5 22.5 22.5
anak-anak 26 36.6 36.6 59.2
remaja 29 40.8 40.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 1.492 2 .474
Likelihood Ratio 1.491 2 .475
Linear-by-Linear Association .028 1 .867
N of Valid Cases 71
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.15.
66
4. Tingkat Pengetahuan Orang Tua
pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 33 46.5 46.5 46.5
Buruk 38 53.5 53.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.356 1 .003
b
Continuity Correction 6.362 1 .012
Likelihood Ratio 9.440 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear Association 8.078 1 .004
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.51.
b. Computed only for a 2x2 table
67
5. Tingkat Sosial Ekonomi
sosialekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 37 52.1 52.1 52.1
Tinggi 34 47.9 47.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 10.766 1 .001
b
Continuity Correction 8.897 1 .003
Likelihood Ratio 12.433 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.653 1 .001
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.51.
b. Computed only for a 2x2 table
68
6. Jenis Kelamin
jk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 33 46.5 46.5 46.5
perempuan 38 53.5 53.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
69
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
70
2. Surat Etik Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah
71
3. Surat Balasan Penelitian dari Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
72
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
73
Biodata Penulis
NPM : 1710070100008
Nomor HP : 085274885000
Agama : Islam
Email : yohanafachrizal99@gmail.com
Pekerjaan :-
Pekerjaan : Dokter
74