Anda di halaman 1dari 155

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN STROKE

HEMORAGIK DI RUANG RAWAT INAP NEUROLOGI

RUMAH SAKIT OTAK DR. DRS. M. HATTA

BUKITTINGGI TAHUN 2021

OLEH :

ZIKRY SEPTIAWAN
NIM : 1814401169

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN STROKE

HEMORAGIK DI RUANG RAWAT INAP NEUROLOGI

RUMAH SAKIT OTAK DR. DRS. M. HATTA

BUKITTINGGI TAHUN 2021

LAPORAN UJIAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma III Keperawatan Di Universitas Perintis Indonesia

OLEH :

ZIKRY SEPTIAWAN
NIM : 1814401169

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021

2
3
4
5
6
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi kasus, Juni 2021


Zikry septiawan
NIM : 1814401169
Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan
Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi
Tahun 2021

V + 5 BAB + 126 Halaman + 2 Lampiran


ABSTRAK

Stroke merupakan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan


fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih.
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013 Di sumatra
barat 7,4 per mil,berdasarkan dari data di RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi
di dapatkan angka kejadian stroke dari tahun ke tahun meningkat, pada tahun
2019 sebanyak 6.214 kasus Tujuan penulisan yaitu mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik dengan metode yang
digunakan adalah studi kasus meliputi pengkajian, membuat diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.Hasil yang
diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
hemoragik selama 3 hari didapatkan hasil, nyeri kepala pasien sudah berkurang,
pasien memiliki riwayat hipertensi, pasien mengalami kelemahan anggota gerak
sebelah kiri dan sulit melakukan aktivitas seperti mandi, berbica pelo mulut
mencong kekiri, ekpresi pasien sedih dan tidak mau berkomunikasi dengan
perawat. Dari hasil pengakajian tersebut didapatkan masalah keperawatan adalah
resiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan mobilitas fisik, gangguan
komunikasi verbal, defisit perawatan diri dan harga diri rendah situasional.
Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka disusunlah rencana dan
melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi yang mengacu pada tujuan dan
kriteria hasil. Jadi Kesimpulannya, Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprensif dalam
intervensi dan implementasi yang akan diberikan kepada pasien khusus nya pada
pasien dengan stroke hemoragik.
Kata kunci : Asuhan keperawatan, Stroke Hemoragik
Daftar Pustaka : 24 (2005 – 2016)

7
FACULTY OF HEALTH SCIENCE INDONESIAN PIONEER UNIVERSITY

DIII NURSING STUDY PROGRAM

Scientific Paper, Case Study Report, June 2021

Zikry Septiawan

ID : 1814401169

Nursing Care for Mrs. E With Hemorrhagic Stroke In Neurology Inpatient


Room, Brain Hospital DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi in 2021

V + 5 CHAPTER + 126 Pages + 2 Appendices

ABSTRACT

Stroke is a clinical sign that develops rapidly due to focal or global brain
dysfunction due to blockage or rupture of blood vessels in the brain with
symptoms lasting 24 hours or more. Based on data from the top 10 most diseases
in Indonesia in 2013 in West Sumatra 7.4 per mile, based on data at the Brain
Hospital DR. Drs. M Hatta Bukittinggi was found that the incidence of stroke
from year to year increased, in 2019 the goal of 6,214 writing cases is to be able
to provide care for patients with hemorrhagic stroke with the method used is a
case study including assessment, diagnosis, intervention, implementation and
2000. The expected results after nursing care for patients with hemorrhagic stroke
for 3 days were obtained, the patient's headaches had reduced, the patient had a
history of hypertension, the patient experienced weakness of the left limb and had
difficulty doing activities such as bathing, speaking slurred mouth, the patient's
expression sad and do not want to communicate with the nurse. From the results
of the study, it was found that the 2000 problems were the risk of ineffective
cerebral perfusion, impaired physical mobility, impaired verbal communication,
self-deficit and situational low self-esteem. Based on the problems above, a plan
and implementation of actions and evaluations are drawn up that refer to the
results and criteria. So in conclusion, it is expected that health workers, especially
nurses, will carry out comprehensive care in interventions and implementations
that will be given to patients, especially in patients with hemorrhagic stroke.

Keywords: 1000 care, hemorrhagic stroke

Bibliography : 24 (2005 – 2016)

8
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt penulis ucapkan, karena telah memberi nikmat

kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi Kasus ini yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Stroke Hemoragik di Ruangan

Neorologi RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021”. Tanpa nikmat

yang diberikan oleh-Nya Sekiranya penulis tidak akan mampu untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Shalawat Serta salam selalu tercurahkan

kepada-Nya junjungan Nabi Muhamad Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis

dan teman-teman seperjuangan mendaptkan syafaatnya nanti. Aamiin Ya Rabbal

Alamin

Selama proses penyusunan Laporan Studi Kasus ini penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusnya yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis

dengan sabar dan penuh keikhlasan menyelesaikan laporan studi kasus ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

i
1. Bapak Yendrizal Jafri,S.Kp,M.Biomed selaku Rektor Universitas

Perintis Indonesia.

2. Bapak Dr. rer.nat Ikhwan Resmala Sudji, M.Si Selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

3. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep Selaku Kajur Keperawatan dan

Kebidanan Kampus 2 Bukittinggi Univeristas Perintis Indonesia.

4. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Perintis Indonesia.

5. Bapak Ns. Aldo Yuliano, MM selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran.

6. Kepada bapak dan ibu dosen dari Prodi DIII Keperawatan universitas

perintis indonesia

7. Kepada teman-teman mahasiswa universitas perintis indonesia,

khususnya Program Studi DIII Keperawatan yang bersama dalam

suka maupun duka serta membantu penulisan dan menyelesaikan

laporan studi kasus ini.

Selanjutnya walaupun penulis telah berusaha menyusun laporan studi kasus ini

sebaik mungkin, namun apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhirnya kepada Nya jualah

kita berserah diri, semoga memberi manfaat untuk kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bukittinggi, Juli 2021

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1............................................................................................................. Latar
Belakang ...........................................................................................1
1.2............................................................................................................. Tujua
n Penulisan ........................................................................................4
1.2.1. Tujuan Umum .......................................................................4
1.2.2. Tujuan Khusus ......................................................................4
1.3............................................................................................................. Manfa
at Penulisan .......................................................................................5
1.3.1. Bagi Pelayanan Kesehatan ....................................................5
1.3.2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien...........................................5
1.3.3. Bagi Mahasiswa.....................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................7

2.1............................................................................................................. Konse
p Dasar Penyakit Stroke hemoragik..............................................7
2.1.1. Pengertian..............................................................................7
2.1.2. Anatomi dan Fisiologis .........................................................10
2.1.3. Etiologi ..................................................................................19
2.1.4. Manifestasi Klinis..................................................................23
2.1.5. Patofisiologis dan WOC........................................................26
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................31
2.1.7. Penatalaksanaan ....................................................................33
2.1.8. Komplikasi.............................................................................34

2.2............................................................................................................. Asuha
n Keperawatan Teoritis ..................................................................35
2.2.1. Pengkajian..............................................................................35
2.2.2. Diagnosa Keperawatan yang Kemungkinan Muncul............49
2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan..............................................51
2.2.4. Implementasi Keperawatan....................................................63

iv
2.2.5. Evaluasi Keperawatan............................................................63

BAB III TINJUAN KASUS ........................................................................64

3.1............................................................................................................. Pengk
ajian ...................................................................................................64
3.2............................................................................................................. Diagn
osa Keperawatan ...............................................................................83
3.3............................................................................................................. Interv
ensi Keperawatan ..............................................................................85
3.4............................................................................................................. Imple
mentasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................................92

BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................106

4.1............................................................................................................. Pengk
ajian ...................................................................................................106
4.2............................................................................................................. Diagn
osa Keperawatan ...............................................................................107
4.3............................................................................................................. Renca
na Keperawatan .................................................................................114
4.4............................................................................................................. Imple
mentasi Keperawatan ........................................................................117
4.5............................................................................................................. Evalua
si Keperawatan...................................................................................118

BAB V PENUTUP .......................................................................................123

5.1............................................................................................................. Kesim
pulan .................................................................................................123
5.2............................................................................................................. Saran
............................................................................................................126

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health Organization

(WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih”. Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori,

diantaranya: berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi

dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga infark atau non-hemorrhagic

disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju

keotak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis

(Arifianto,2014).

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi

system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik

atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan

kematian. Penyebab tersering terjadinya stroke adalah penyakit degeneratif

arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh darah besar (dengan trombo

emboli) maupun penyakit pembuluh darah kecil (lipohialinosis).

Kemungkinan berkembangnya penyakit degenerative arteri yang signifikan

meningkat pada beberapa factor resiko vaskular, salah satunya adalah

hipertensi (Hasmono, 2013).

1
Stroke dapat dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu stroke hemoragik dan

stroke iskemik. Stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan atau rusaknya

pembulu darah otak. Sedangkan stroke iskemik terjadi akibat suplai darah

keotak terhambat atau terhenti. Stroke iskemik adalah tipe yang paling sering

ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke. Sedangkan stroke hemoragik

mencakup 15% dari seluruh kasus stroke (Lisiswanti, 2015). Faktor resiko

stroke terbagi menjadi factor resiko yang dapat dimodifikasi dan factor resiko

yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, dan obesitas.

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, berat

badan lahir rendah (BBLR) dan genetic (Human, 2015). Sebanyak 77%

penyebab utama stroke adalah hipertensi (Go dkk, 2014).

Menurut World Health Organization, (2018) Stroke adalah adanya tanda-

tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi Otak fokal (atau

global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Prevalensi stroke di seluruh dunia berjumlah 33 juta, dengan 16,9 juta orang

mengalami stroke pertama. Di Amerika jumlah penderita stroke sekitar

795.000 orang pertahun.Pada negara – negara Asia Pasifik angka kejadian

stroke pada orang dewasa diperkirakan 2,7% dari populasi (AHA,2018).

Riskesdas (2018) menyatakan prevlensi stroke di Indonesia cukup tinggi

yaitu sekitar 10,9 % di Indonesia adalah salah satu Negara di ASIA, yang

penduduknya juga memiliki angka kejadian stroke terbesar. Prevalensi stroke

di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kejadian stroke

2
sebesar 51,6/100.000 penduduk (Misbach, 2011). Prevalensi stroke di

Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang

terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi

Stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara

10,8 per mil, diikuti di Yogyakarta 10,3 per mil, Bangka Belitung dan DKI

Jakarta masing-masing 9,7 per mil, dan Sumatera Barat sebesar 7,4 per mil.

Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada tahun 2018 mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit

ginjal diabetes melitus dan hipertensi. Prevalensi stroke naik dari 7 % pada

2013 menjadi 10,9 % pada 2018.

Berdasarkan dari data di Rumah Sakit Otak Drs. Mohammad Hatta

Bukittinggi didapatkan angka kejadian stroke dari tahun ke tahun meningkat,

kejadian stroke rawat jalan yang datang di Poli neurologi Rumah Sakit Otak

Drs. Mohammad Hatta tahun 2019 sebanyak 6.214 kasus (Medical Record

RS Otak Drs,Mohammad Hatta Bukittinggi, 2020).

Selama perawatan, pasien stroke mengalami berbagai masalah keperawatan,

sehingga memebutuhkan proses keperawatan, proses keperawatan dilakukan

untuk mengidentifikasi masalah, mencegah, dan mengatasi masalah

keperawatan yang dialami pasien baik masalah keperawatan actual maupun

potensial untuk meningkatkan kesehatan. Asuhan keperawatan yang

diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan

yang diterima oleh pasien. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

3
kualitas asuhan keperawatan dengan menerapkan berbagai peran perawat.

Selama berpraktek penulis menjalankan peran perawat sebagai perawat klinis

edukator dan pemberi asuhan keperawatan, sehingga dapat membantu pasien

yang mengalami masalah fisik maupun psikologis yang membutuhkan

perawatan lebih lanjut.

Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita

Stroke Hemoragik dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien

dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus

tersebut sebagai penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan dengan

mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Stroke

Hemoragik di Ruangan Neorologi RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi

Tahun 2021”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. E

Dengan Stroke Hemoragik di Ruangan Neorologi RS Otak DR. Drs. M

Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mendiskripsikan hasil pengkajian pada pasien

dengan penyakit Stroke Hemoragik di ruangan Neurologi RS Otak

DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

4
2. Mahasiswa mampu mendiskripsikan rumusan diagnosa

keperawatan pada pasien dengan penyakit Stroke Hemoragik di

ruangan Neurologi RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun

2021.

3. Mahasiswa mampu mendiskripsikan rencana keperawatan pada

pasien dengan penyakit Stroke Hemoragik di ruangan Neurologi

RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

4. Mahasiswa mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada

pasien dengan penyakit Stroke Hemoragik di Ruangan RS Otak

DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

5. Mahasiswa mampu mendiskripsikan evaluasi keperawatan pada

pasien dengan penyakit Stroke Hemoragik di ruangan Neurologi

RS Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

6. Mahasiswa mampu mendiskripsikan pendokumentasian yang

berhubung dengan Stroke Hemoragik di ruangan Neurologi RS

Otak DR. Drs. M Hatta Bukittinggi Tahun 2021.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi pelayanan kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan asuhan

keperawatan yang komperehensif, kolaborasi dengan disiplin ilmu

kesehatan lainya serta melibatkan keluarga dalam merawat pasien

stroke sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan.

1.3.2 Bagi pasien dan keluarga pasien

5
Pasien dan keluarga pasien mengetahui penyakit dan perawatan Stroke

Hemoragik dan dapat mencegah terjadinya penyakit stroke berulang.

1.3.3 Bagi mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis

dalam memberikan dan menyusun Asuhan Keperawatan pada pasien

Stroke Hemoragik dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Universitas Perintis

Indonesia.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Stroke Hemoragik

2.1.1. Pengertian Stroke Hemoragik

Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak

mengalami gangguan sehingga mengakibatkan nutrisi dan

oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik.

Stroke dapat juga diartikan sebagai kondisi otak yang

mengalami kerusakan karena aliran atau suplai darah ke otak

terhambat oleh adanya sumbatan (ischemic stroke) atau

perdarahan (haemorrhagic stroke) (Arum, 2015). Ischemic

stroke (non hemoragik)/cerebro vaskuler accident (CVA) adalah

kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai

darah ke bagian otak disebabkan karena adanya thrombus atau

emboli (Oktavianus, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah

adanya tanda- tanda klinik yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan

kematian tanpa adanya penyebab lain selain vaskular (Ode,

2012). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan stroke adalah

gangguan fungsi otak karena penyumbatan, penyempitan atau

pecahnya pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan

pasokan darah dan oksigen menuju ke otak menjadi berkurang

7
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak

berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat

terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai

darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan

(stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal

dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag

berarti “memukul jatuh” atau to strike down. Dalam

perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau cerebrovascular

accident yang berarti suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan

otak.

Menurut Misbach (2011) stroke adalah salah satu syndrome

neurologi yang dapat menimbulkan kecacatan dalam kehidupan

manusia. Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang

pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah

merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian

merusaknya (Adib, 2009).

Klasifikasi Stroke :

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala

kliniknya, yaitu : (Tarwoto, 2013)

a. Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya

8
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,

namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien

umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

1) Pendarahan intraserebra

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)

terutama karena hipertensi mengakibatkan darah

masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa

yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan

edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,

dapat mengakibatkan kematian mendadak karena

herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang

disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di

daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

2) Pendarahan Subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma

berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini

berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan

cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim

otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang

subaraknoid menyebabkan TIK meningkat

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan

vasospasme pembuluh darah serebral yang

berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,

9
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,

gangguan hemisensorik, dll)

b. Stroke Iskemik

Iskemik terjadi akibat suplai darah kejaringan otak

berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau

sebagian pembuluh darah otak. Hampir 85 % pasien

stroke merupakan stroke iskemik Ada banyak factor

yang mempengaruhi terjadinya hambatan aliran darah

otak. Mekanisme terjadinya iskemik secara umum dibagi

menjadi 5 kategori yaitu thrombosis, emboli, perfusi

sistemik, penyempitan lumen arteri dan venous

congestion.

2.1.2. Anatomi fisiologis

a. Central nervous system (CNS)

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang

belakang, sistem saraf pusat berfungsi sebagai pusat

pengendali utamapada tubuh.

Bagian-bagian dari sistem saraf pusat yaitu :

1) Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak

memakai energi dalam seluruh tubuh manusiadan

terutama berasal dari proses metabolisme

oksidasi glukosa.Otak berada pada ruang

10
cranial dan dilindungi oleh tulang-tulang

tengkorak yang disebut cranium.

2) Tulang – tulang cranium

Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium,

tulang tulang penyusun cranium disebut

tengkorak yang berfungsi melindungi organ-

organ vital. Ada Sembilan tulang yang

membentuk cranium yaitu tulang frontal

oksipital, sphenoid, etmoid, temporal dua buah,

parental dua buah. Tulang-tulang tengkorak

dihubungkan oleh sutura.

3) Meningen

Meningen adalah jaringan membrane

penghubung yang melampisi otak dan medulla

spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu :

duramater, arachnoid, dan piamater. Duramater

adalah lapisan luar meninges, merupakan lapisan

yang liat, kasar dan mempunyai dua lapisan

membrane. Arachnoid adalah membrane bagian

tengah, tipis dan terbentuk lapisan laba-

laba. Sedangkan piamater merupakan lapisan

paling dalam, tipis, merupakan membrane

vaskuler yang membungkus seluruh lapisan

otak antara lapisan satu dengan lainya

11
terdapat suatu meningeal yaitu : ruang epidural

merupakan ruang antara tengkorak dan lapisan

luar duramater, ruang supdural yaitu ruang

antara lapisan dalam duramater dengan

membrane arachnoid, ruang subarachnoid yaitu

ruang antara aracnoid dengan piamater. Pada

ruang subarachnoid ini terdapat cairan

cerebrospinal (CSF)

4) Korteks Serebri.

Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum

yang tebalnya 2-5mm dan tersusun sebagian

besar oleh gray matter dan hampir 75% sel

bodi saraf dan denrit berada pada korteks

serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh

korteks serebri sesuai dengan areanya. Pada

korteks serebri terdapat area-area tertentu yang

dipetakan menggunakan angka oleh Brodmann

(1909). Menurut Brodmann permukaan korteks

dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah-

daerah artitektural sel-sel. Masing-masing area

mempunyai arti fungsional yang jelas dan

spesifik.

5) Cerebrum.

12
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar,

kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum

mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh

korpus kallosum yaitu hemisfer kanan dan

hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan

kiri, menginterprestasi data sensori yang masuk,

menyimpan memori belajar. Namun demikian

masing-masing hemisfer mempunyai dominasi

tertentu, seperti pada hemisfer kanan lebih

dominan dalam mengasimilasi pengalaman

sensori visual, informasi, aktivitas music, seni,

menari. Pada hemisfer kiri lebih dominan pada

kemampuan analisis, bahasa, bicara, matematik

dan berfikir abstrack. Setiap hemisfer terbagi atas

empat lobus yaitu :

a) Lobus frontal

Area ini mengandung daerah-daerah

motori dan pramotorik, berfungsi sebagai

aktivitas motorik, fungsi intektual,

emosi dan fungsi fisik. Pada frontal

bagian kiri terdapat area broca yang

berfungsi sebagai pusat motorik bahasa.

Kerusakan area broca dapat

mengakibatkan aphasia motorik (ekpresif)

13
yang ditandai ketidakmampuan pasien

untuk mengungkapkan pikiran-pikiran

yang dapat dimengerti dalam bentuk

bicara.

b) Lobus parietal

Adalah daerah korteks yang terletak di

belakang sulkus sentralis.Lobus ini

merupakan daerah sensorik primer otak

untuk sensori peraba dan pendengaran.

c) Lobus temporal

Adalah area asosiasi primer untuk

informasi auditorik dan mencakup area

Wernicke tempat interpretasi

bahasa.Lobus ini juga terlibat dalam

interpretasi baud an penyimpanan ingatan.

d) Lobus oksipital

Adalah lobus posterior korteks serebrum

terletak di sebelah .Lobus ini terlibat

dalam interprestasi bau dan penyimpanan

ingatan..

6) Diencephalon

Dienchepalon terletak diatas batang otak dan

terdiri atas tiga bagian yaitu :

a) Thalamus

14
Adalah masa sel saraf besar yang

berbentuk telor, terletak pada subtansi

alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun

relay dan integrasi dari medulla spinalis

ke korteks cerebri dan bagian lain dari

otak.

b) Hypothalamus

Terletak dibawah thalamus, berfungsi

dalam mempertahankan hoemostasis

seperti pengaturan suhu tubuh, rasa

haus, lapar, respon system saraf otonom

dan control terhadap seksresi hormone

dalam kelenjar pituitary.

c) Epitalamus

Dipercaya berperan dalam pertumbuhan

fisik dan perkembangan seksual.

7) Batang Otak

Terdiri atas otak tengah (mensecephalon),

pons dan medulla oblongata. Batang otak

berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital

tubuh. Otak tengah mempunyai fungsi utama

sebagai stimulus penggerakan otot dari dan

keotak. Misalnya control reflex pergerakan mata

akibat adanya stimulus pada nervous cranial III

15
dan IV. Pon menghubungkan otak tengah

dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai

pusat-pusat reflex pernafasan dan mempengaruhi

tingkat karbon dioksida, aktivitas fasomotor.

Medulla oblongata didalamnya terdapat pusat

reflek pernafasan, bersin, menelan, batuk,

muntah, sekresi salifa dan vasokonstruksi. Saraf

cranial IX, X, XI, dan XII keluar dari medulla

oblongata. Pada batang otak terdapat juga system

retikularis yaitu system sel saraf dan serat

penghubungnya dalam otak yang

menghubungkan semua traktus ascendens dan

decendes dengan semua bagian lain dari system

saraf pusat. System ini berfungsi sebagai

integrator seluruh system saraf seperti dalam

tidur, kesadaran, regulasi suhu, respirasi dan

metabolism.

8) Reticular Formation

Merupakan tempat kumpulan jaringan kompleks

dari graimater yang meliputi jalur assending

reticular yang mehubungkan jalur medulla

spinalis ke diencephalon basal ganglia serebrum

dan serebellum. Reticular formation berperan

dalam membantu pengaturan pergerakan otot

16
rangka dan reflex spinal. Salah satu komponen

reticular formation adalah reticular actitiviting

system yang berperan dalam pengaturan tidur dan

tingkat kesadaran.

9) Medula spinalis

Medula spinalis atau sumsum tulang belakang

adalah kumpulan serabut saraf yang membentang

dari bagian bawah otak hingga ke punggung

bagian bawah. Fungsi medula spinalis yaitu :

a) Mengontrol sensasi

Mengumpulkan dan membawa sinyal

berupa informasi sensorik yang diterimah

dari anggota tubuh atau organ indra ke

otak.sinyal atau informasi berupa

sentuhan, tekanan, suhu, dan rasa nyeri

kemudian akan diproses oleh otak.

b) Mengontrol gerak otot tubuh

Medula spinalis berfungsi membawa

sinyal berupa informasi dari otak ke otot

dan organ tubuh tertentu.

c) Gerak refleks

Medula spinalis berfungsi mengontorl

gerak-gerakan refleks pada tubuh

manusia.pada gerak refleks, impuls

17
melalui jalan pendek tanpa diolah dulu

oleh otak.

b. Perifer nervous system (PNS)

saraf tepi merupakan sistem saraf di luar sistem saraf

pusat yang membawa pesan dari dan menuju sistem

saraf pusat untuk menjalankan otot dan organ tubuh.

Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak

dilindungi tulang sehingga rentan terhadap

trauma(snell, 2006).

Saraf tepi terdiri dari saraf kranial dan spinal yang

menghubungkan otak dan medulla spinalis ke jaringan

tepi. Medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinal

yang mengandung campuran serabut-se- rabut

sensorik dan motorik. Fungsi sistem saraf tepi ialah

mungkinkan sistem saraf pusat untuk

berkomunikasi dengan bagian-bagian tubuh.

Sistem saraftepi bekerja secara dua arah melalui

saraf sensorik dan motorik :

1) Sistem saraf sensorik

Sistem saraf sensorik atau afferent adalah

saraf yang menerima ransangan dari

lingkungan sekitar, yang bertugas untuk

meneruskan informasi ransangan yang

didapat kepada otak, Ransangan tersebut

berupa visual, rasa, atau aroma.

18
2) Saraf motorik

Saraf motorik atau efferent yaitu saraf yang

menerima perintah darioak dan sumsum

tulang belakang, serta menghantarkan

perintah tersebut ke organ tubuh.

Saraf motorik dibedakan menjadi 2 yaitu :

a) Sistem Saraf Somatik (SSS)

Sistem saraf somatik terdiri dari 12

pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf

spinal. Proses pada saraf somatik

dipengaruhi oleh kesadaran.

b) Saraf kranial

Ada 12 pasang saraf kranial muncul dari

berbagai bagian batang otak. Beberapa

dari saraf tersebut hanya tersusun dari

serabut sensorik, tetapi sebagian besar

tersusun dari serabut sensorik dan

motorik. Kedua belas saraf tersebut

dijelaskan pada.

c) Saraf spinal

Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari

korda melalui radiks dorsal (posterior)

dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah

saraf gabungan motorik dan sensorik,

19
membawa informasi ke korda melalui

neuron aferen dan meninggalkan melalui

eferen. Saraf spinal diberi nama dan

angka sesuai dengan regia kolumna

vertebra tempat munculnya saraf tersebut.

d) Sistem Saraf Otonom (SSO)

Sistem saraf otonom mengatur jaringan

dan organ tubuh yang tidak disadari.

Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh

sistem saraf otonom adalah pembuluh

darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas

sistem saraf simpatik dan sistem saraf

parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem

saraf ini adalah saling berbalikan.

(Nelson, 2015) SST berdasarkan divisinya

juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:

(1) Divisi sensori (afferent) yaitu

susunan saraf tepi dimulai dari

receptor pada kulit atau otot

(effector) ke dalam pleksus, radiks,

dan seterusnya kesusunan saraf

pusat. Jadi besifat ascendens.

(2) Divisi motorik (efferent) yang

menghubungkan impuls dari SSP

20
ke effector (Muscle and Glands)

yang bersifat desendens untuk

menjawab impuls yang diterima

dari reseptor di kulit dan otot dari

lingkungan sekitar (Bahrudin,

2013).

2.1.3. Etiologi Stroke Hemoragik

Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan

(stroke hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah

ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang

mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan

tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh

trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti

mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.

Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut

berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau

arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011). Selain

hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang

menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :

a. Faktor Resiko Medis

Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:

1) Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)

2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor

21
keturunan)

3) Migraine (sakit kepala sebelah)

b. Faktor Resiko Pelaku

Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku.

Pelaku menerapkan gaya hidup dan pola makan yang

tidak sehat. Hal ini terlihat pada :

1) Kebiasaan merokok

2) Mengosumsi minuman bersoda dan beralkohol

3) Suka menyantap makanan siap saji (fast

food/junkfood)

4) Kurangnya aktifitas gerak/olahraga

5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering

marah tanpa alasan yang jelas

c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1) Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar

terjadinya stroke. Hipertensi mengakibatkan

adanya gangguan aliran darah yang mana

diameter pembuluh darah akan mengecil

sehingga darah yang mengalir ke otak pun

berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke

22
otak, maka otak kekurangan suplai oksigen dan

glukosa, lama kelamaan jaringan otak akan mati.

2) Penyakit Jantung

Penyakit jantung seperti koroner dan infark

miokard (kematian otot jantung) menjadi factor

terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan

pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan

mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh

pun menjadi terganggu, termasuk aliran darah

menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat

mematikan jaringan otak secara mendadak

ataupun bertahap.

3) Diabetes Melitus

Pembuluh darah pada penderita diabetes melitus

umumnya lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini

terjadi karena adanya peningkatan atau

penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba

sehingga dapat menyebabkan kematian otak.

4) Hiperkolesterlemia

Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar

kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang

berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak

pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-

23
kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk

aliran darah ke otak.

5) Obesitas

Obesitas atau overweight (kegemukan)

merupakan salah satu faktor terjadinya stroke.

Hal itu terkait dengan tingginya kadar kolesterol

dalam darah. Pada orang dengan obesitas,

biasanya kadar LDL (Low-Density Lipoprotein)

lebih tinggi dibanding kadar HDL (High-Density

Lipoprotein). Untuk standar Indonesia, seseorang

dikatakan obesitas jika indeks massa tubuhnya

melebihi 25 kg/m. sebenarnya ada dua jenis

obesitas atau kegemukan yaitu obesitas

abdominal dan obesitas perifer. Obesitas

abdominal ditandai dengan lingkar pinggang

lebih dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi

wanita

6) Merokok

Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa

orang-orang yang merokok mempunyai kadar

fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding

orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan

kadar fibrinogen mempermudah terjadinya

penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh

24
darah menjadi sempit dan kaku. Karena

pembuluh darah menjadi sempit dan kaku, maka

dapat menyebabkan gangguan aliran darah.

d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Usia

Semakin bertambahnya usia, semakin besar

resiko terjadinya stroke. Hal ini terkait dengan

degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah.

Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah

lebih kaku karena banyak penimbunan plak.

Penimbunan plak yang berlebih akan

mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke

tubuh, termasuk otak.

2) Jenis Kelamin

Dibanding dengan perempuan, laki-laki

cenderung beresiko lebih besar mengalami stroke.

Ini terkait bahwa laki-laki cenderung merokok.

Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak

lapisan pembuluh darah pada tubuh.

3) Riwayat Keluarga

Jika salah satu anggota keluarga menderita

stroke, maka kemungkinan dari keturunan

keluarga tersebut dapat mengalami stroke. Orang

25
dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki

resiko lebih besar untuk terkena stroke

disbanding dengan orang yang tanpa riwayat

stroke pada keluarganya.

4) Perbedaan Ras

Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada

orang Afrika- Karibia sekitar dua kali lebih tinggi

daripada orang non-Karibia. Hal ini

dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan

diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika-

karibia daripada orang non- Afrika Karibia. Hal

ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan

faktor lingkungan.

2.1.4. Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik

Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung

dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan,

ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke

hemoragik, gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah

(hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) yang timbul

secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya

kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal,

kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi

kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot

26
pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol

otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat

melakukan ekstensi maupun fleksi.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system

saraf otonom dan gangguan saraf sensorik.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor,

atau koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak

kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan

metabolik otak akibat hipoksia

d. Afasia (kesulitan dalam bicara)

Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara,

termasuk dalam membaca, menulis dan memahami

bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area

pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri

middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia

motorik,sensorik dan afasia global. Afasia motorik atau

ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak

pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat

memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat

mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan

bicara. Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada

area Wernicke, yang terletak pada lobus temporal. Pada

afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi

27
pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan

pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien tidak

nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien dapat

merespon pembicaraan baik menerima maupun

mengungkapkan pembicaraan.

e. Disatria (bicara cedel atau pelo)

Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi

sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun

demikian, pasien dapatmemahami pembicaraan, menulis,

mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi

karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi

kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga

terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.

f. Gangguan penglihatan, diplopia

Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan

menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah

satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus

temporal atau parietal yang dapat menghambat serat

saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan penglihatan

juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf

cranial III, IV dan VI.

g. Disfagia

Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan

nervus cranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh

28
lidah dan glottis menutup kemudian makanan masuk ke

esophagus

h. Inkontinensia

Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi

karena terganggunya saraf yang mensarafi bladder

dan bowel.

i. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena

peningkatan tekanan intrakranial, edema serebri.

2.1.5. Patofisiologi Stroke Hemoragik dan WOC

Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan

glukosa karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan

oksigen dan glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat

otak sekitar 2% dari seluruh badan, namun menggunakan sekitar

25% suplay oksigen dan 70%glukosa. Jika aliran darah ke otak

terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan

metabolism otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi

serebral. Area otak disekitar yang mengalami hipoperfusi

disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu, lebih dari

30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi

kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak

terganggu lebih dari 4 menit. (Tarwoto, 2013)

Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan

melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis

dan mekanisme autoregulasi. Mekanisme anastomis

29
berhubungan dengan suplai darah ke otak untuk pemenuhan

kebutuhan oksigen dan glukosa. Sedangkan mekanisme

autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan

mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan.

Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah

otak akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013)

a. Mekanisme anastomis

Otak diperdarahi melalui 2 arteri karotis dan 2 arteri vertebralis.

Arteri karotis terbagi manejadi karotis interna dan karotis

eksterna. Karotis interna memperdarahi langsung ke dalam otak

dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum menjadi arteri

serebri anterior dan media. Karotis eksterna memperdarahi

wajah, lidah dna faring, meningens.

Arteri vertebralis berasal dari arteri subclavia. Arteri vertebralis

mencapai dasar tengkorak melalui jalan tembus dari tulang yang

dibentuk oleh prosesus tranverse dari vertebra servikal mulai

dari c6 sampai dengan c1. Masuk ke ruang cranial melalui

foramen magnum, dimana arteri-arteri vertebra bergabung

menjadi arteri basilar. Arteri basilar bercabang menjadi 2 arteri

serebral posterior yang memenuhi kebutuhan permukaan medial

dan inferior arteri baik bagian lateral lobus temporal dan

occipital. Meskipun arteri karotis interna dan vertebrabasilaris

merupakan 2 sistem arteri yang terpisah yang mengaliran darah

ke otak, tapi ke duanya disatukan oleh pembuluh dan

30
anastomosis yang membentuk sirkulasi wilisi. Arteri serebri

posterior dihubungkan dengan arteri serebri media dan arteri

serebri anterior dihubungkan oleh arteri komunikan anterior

sehingga terbentuk lingkaran yang lengkap. Normalnya aliran

darah dalam arteri komunikans hanyalah sedikit. Arteri ini

merupakan penyelamat bilamana terjadi perubahan tekanan

darah arteri yang dramatis.

b. Mekanisme autoregulasi

Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk

metabolisme serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara

terus-menerus. Aliran darah serebral dipertahankan dengan

kecepatan konstan 750ml/menit. Kecepatan serebral konstan ini

dipertahankan oleh suatu mekanisme homeostasis sistemik dan

local dalam rangka mempertahankan kebutuhan nutrisi dan

darah secara adekuat.

Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan

aliran darah otak, baik karena sumbatan/oklusi pembuluh darah

otak maupun perdarahan pada otak menimbulkan tidak

adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurangnya oksigen

atau meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah

untuk berdilatasi sebagai kompensasi tubuh untuk meningkatkan

aliran darah lebih banyak. Sebalikya keadaan vasodilatasi

memberi efek pada tekanan intracranial.

Kekurangan oksigen dalam otak (hipoksia) akan menimbulkan

31
iskemia. Keadaan iskemia yang relative pendek/cepat dan dapat

pulih kembali disebut transient ischemic attacks (TIAs). Selama

periode anoxia (tidak ada oksigen) metabolism otak cepat

terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan permanen

antara 3-10 menit anoksia.

32
WOC

peningkatan TIK, Pendarahan jaringan Pembulu arteri


gangguan fungsi Membentuk massa hipertensi
otak robek
otak
MK : resiko MK: Gangguan
jatuh persepsi sensori
MK : resiko perfusi
MK: defisit nutrisi MK: Nyeri
serebral tidak efektif

Nervus 8 Nervus Nervus 12


9,10,11,5

Perubahan perfusi Hemisfer kiri atau Pendarahan pada batang


Gangguan Obstruksi jalan
jaringan kanan otak
pendengaran Kemampuan nafas
menelan menurun

MK: Bersihan jalan


disfagia afasia nervus 1 nervus 2 nervus346nafas tidak efektif
nervus 7
Mudah frustasi Kelemahan otot

Daya Gangguan
Penurunan Penurunan
MK : gangguan penciuman fungsi
MK : gangguan MK : harga diri MK : gangguan daya lapang
komunikasi verbal menurun SUMBER : pengecap
menelan rendah sitasional mobilitas fisik penglihatan pandang
Carpenito, 1995 : 234
Doenges, 2000 : 270
Hudak dan Gallo, 1996 : 255
MK : deficit 40
perawatan diri
2.1.6 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan Darah Lengkap

Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah

merah, sel darah putih, leukosit, trombosit, dan

lain-lain.

2) Tes darah Koagulasi

Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu

prothombin time, partial thromboplastin time

(PTT), international normalized ratio (INR), dan

agregasi trombosit. Keempat tes ini gunanya

untuk mengukur seberapa cepat darah si pasien

menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa

menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah.

3) Tes Kimia Darah

Cek darah ini untuk melihat kandungan gula

darah, kolesterol, asam urat, dan lain-lain. Andai

kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih,

bisa menjadi pertanda pasien sudah menderita

diabetes atau jantung. Kedua penyakit ini

termasuk kedalam salah satu pemicu stroke

b. Pemeriksaan penunjang menurut (Tarwoto, 2013):

1) Angiografi serebri

Adalah proses dengan menggunakan sinar –X

40
terhadap sirkulasi serebri setelah zat kontras

disuntikan kedalam arteri yang di pilih.Juga di

gunakan untuk menyelidiki penyakit

vascular,aneurisma, dan malformasi arteriovena

dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi

sehingga arteri dan vena serebriterlihat dan untuk

menentukan letak, ukuran,dan proses

patologis.Angiografi serebri merupakan pilihan

terakhir bila dengan pemeriksaan CT scan dan

MRI diagnosis masih belum bisa di

tegakkan(W.Hacke dan H. Kramer,1991).

2) Magnetic Imaging Resnance (MRI)

MRI mampu mendeteksi berbagai kelainan otak

dan pembuluh darah otak yang sangat kecil yang

tak mungkin dijangkau CT-Scan. Juga dapat

menetukan daerah-daerah mana saja yang

rusak oleh stroke iskemik.

3) USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit

arteriovena (masalah sistem karotis).

4) Computerized Tomography Scanning (CT-Scan)

CT-Scan memanfaatkan sinar-X untuk

mengambil gambar otak dan kepala. Sinar-X

diserap secara berbeda-beda oleh beberapa

41
bagian tubuh. Dari situ nanti akan

tergambar jaringan lunak, tulang, pembuluh

darah, dan jaringan otak.

5) Cerebral Angiography

Peralatan ini dimanfaatkan untuk memindai

aliran darah yang melewati pembuluh darah

otak. Angiography dilakukan dengan cara

memasukan kateter kedalam tubuh. Didalam

kateter itu disuntikan cairan kontras ke dalam

pembuluh darah arteri dileher maupun lipat paha.

Cairan kontras bertujuan memberikan jalan

sekaligus memberikan “lampu penerangan”

bagi kateter. Kemudian sinar-X akan mengikuti

gambar yang diarahkan oleh cairan kontras itu

melalui pembuluh darah.

2.1.6. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1) Fase akut

Pasien yang koma dalam pada saat masuk

ruamah sakit dipertimbangkan mempunyai

prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh

menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan.

Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.

Dengan mempertahankan jalan napas dan

42
ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut

ini.

a) Pasien ditempatkan pada posisi lateral

atau semi telungkup dengan kepala

tempat tidur agak ditinggikan sampai

tekanan vena serebral berkurang.

b) Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik

perlu untuk pasien dengan strokemasif,

kerena henti pernafasan biasanya

faktor yang mengancam kehidupan pada

situasi ini.

c) Pasien dipantau untuk adanya

komplikasi pulmonal (aspirasi,

atelektasis, pneumonia), yang mungkin

berkaitan dengan kehilangan refleks jalan

napas, immobilitas, atau hipoventilasi.

d) Jantung diperiksa untuk abnormalitas

dalam ukuran dan irama serta tanda gagal

jantung kongestif.

b. Medis

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi

diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang

mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah

infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk

43
mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau

embolisasi dari trombosit dapat diserepkan karena

trombosit memainkan peran sangat dalam pembentukan

trombus dan embolisasi

2.1.7. Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran

darah serebral, dan luasnya area cedera.

a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi

oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak

bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan

ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan

mempertahankan hemoglobin serta hematrokrit pada

tingkat dapat diterima akan membantu dalam

mempertahankan oksigenisasi jaringan.

b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah.

Curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.

Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin

penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran

darah serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu

dihindari dari untuk mencegah perubahan pada aliran

darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark

miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari

katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan

44
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran

darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah

jantung tidak konsisten dan pengehentika trombus lokal.

Selain itu, disritmia dapat menyebebkan embolus

serebral dan harus diperbaiki.

2.2. Asuhan Keperaw

Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke

meliputi :

2.2.1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),

jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose

medis.

b. Keluhan utama

Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik

kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan

tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan

sensorik, kejang, penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan

awal yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan

gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu

anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali

45
berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien melakukan

aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah

bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala

kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang

lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit

jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral

yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi

ataupun diabetes mellitus.

f. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya

untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat

mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini

dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan

keluarga

g. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran

Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat

kesadaran samnolen, apatis, sopor, soporos coma,

hingga coma dengan GCS < 12 pada awal

46
terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan

biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan

compos metis dengan GCS 13-15

2) Tanda-tanda Vital

a) Tekanan darah

Biasanya pasien dengan stroke hemoragik

memiliki riwayat tekanan darah tinggi

dengan tekanan systole > 140 dan diastole

> 80

b) Nadi

Biasanya nadi normal

c) Pernafasan

Biasanya pasien stroke hemoragik

mengalami gangguan pada bersihan jalan

napas

d) Suhu

Biasanya tidak ada masalah suhu pada

pasien dengan stroke hemoragik

3) Rambut

Biasanya tidak ditemukan masalah

4) Wajah

Biasanya simetris, wajah pucat. Pada

pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : biasanya

pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada

47
pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan

kapas halus, klien akan menutup kelopak mata.

Sedangkan pada Nervus VII (facialis) : biasanya

alis mata simetris, dapat mengangkat alis,

mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,

menggembungkan pipi, saat pasien

menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan

kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta

mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.

5) Mata

Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, pupil isokor, kelopak mata tidak oedema.

Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya

luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III

(okulomotoris) : biasanya diameter pupil

2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor,

palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika

pasien bisa membuka mata . Nervus IV

(troklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti

arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus

VI (abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat

mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan kanan

6) Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang

48
oksigen, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang

ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan

perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya

ketajaman penciuman antara kiri dan kanan

berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) :

biasanya pada pasien yang tidak lemah anggota

gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak

tangan-hidung

7) Mulut dan gigi

Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma

hingga coma akan mengalami masalah bau mulut,

gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada

pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah

dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir

simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis dan

asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya

ovule yang terangkat tidak simetris, mencong

kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat

merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII

(hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan

lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan

namun artikulasi kurang jelas saat bicara

8) Telinga

49
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan.

Pada pemeriksaan nervus VIII (akustikus) :

biasanya pasien kurang bisa mendengarkan

gesekan jari dari perawat tergantung dimana

lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat

mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi

yang jelas

9) Leher

Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya

pasien stroke hemragik mengalami gangguan

menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku

biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)

10) Thorak

a) Paru-paru

Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan

Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri

dan Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)

Auskultasi : biasanya suara normal (vesikuler)

b) Jantung

Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak

terlihat

Palpasi : biasanya ictus cordis teraba

Perkusi : biasanya batas jantung normal

Auskultasi : biasanya suara vesikuler

50
11) Abdomen

Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites

Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya biasanya bising usus pasien

tidak terdengar.

Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat

perut pasien digores biasanya pasien tidak merasakan

apa-apa.

12) Ekstremitas

a) Atas

Biasanya terpasang infuse bagian dextra /

sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2

detik.Pada pemeriksaan nervus XI

(aksesorius) : biasanya pasien stroke

hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada

bahu yang diberikan perawat. Pada

pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk

tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak

fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan

pada pemeriksaan tricep respon tidak ada

fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)).

Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman

tromer biasanya jari tidak mengembang ketika

diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).

b) Bawah

51
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat

pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien

fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak

kaki digores biasanya jari tidak mengembang

(reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis

digores biasanya jari kaki juga tidak

beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat

tulang kering digurut dari atas ke bawah

biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi

(reflek openheim (+)) dan pada saat betis

diremas dengan kuat biasanya pasien tidak

merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada

saat dilakukan reflek patella biasanya femur

tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella

(+))

13) Pemeriksaan Saraf Kranial

I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik

untuk indera penghidu. Mata pasien terpejam dan

letakkan bahan-bahan aromatic dekat hidung untuk

diidentifikasi.

II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh

pasien membaca tulisan cetak. Kebutuhan akan

kacamata sebelum pasien sakit harus diperhatikan.

III. Okulomotoris : Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV. Troklear : Menggerakkan beberapa otot mata

52
V. Trigeminal : Saraf trigeminal mempunyai 3 bagian:

optalmikus, maksilaris, dan madibularis. Bagian sensori

dari saraf ini mengontrol sensori pada wajah dan

kornea. Bagian motorik mengontrol otot mengunyah.

Saraf ini secara parsial dinilai dengan menilai reflak

kornea; jika itu baik pasien akan berkedip ketika kornea

diusap kapas secara halus. Kemampuan untuk

mengunyah dan mengatup rahang harus diamati.

VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan

karena ketiganya mempersarafi otot ekstraokular. Saraf

ini dinilai dengan menyuruh pasien untuk mengikuti

gerakan jari pemeriksa ke segala arah.

VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan

pengecapan pada dua pertiga anterior lidah. Bagian

motorik dari saraf inimengontrol otot ekspresi wajah.

Tipe yang paling umum dari paralisis fasial perifer adalah

bell’s palsi.

VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang

koklearis dan vestibular, yang secara berurutan

mengontrol pendengaran dan keseimbangan. Saraf

koklearis diperiksa dengan konduksi tulang dan udara.

Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa secara rutin

namun perawat harus waspada, terhadap keluhan

pusing atau vertigo dari pasien.

53
IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari

bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai

sensasi rasa. Motorik: Mengendalikan organ-organ

dalam

X. Vagus : Saraf cranial ini biasanya dinilai bersama-

sama. Saraf Glosofaringeus mempersarafi serabut

sensori pada sepertiga lidah bagian posterior juga uvula

dan langit-langit lunak.Saraf vagus mempersarafi

laring, faring dan langit-langit lunak serta

memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung,

paru- paru dan usus halus. Ketidak mampuan untuk

batuk yang kuat, kesulitan menelan dan suara serak

dapat merupakan pertanda adanya kerusakan saraf ini.

XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot

sternokliedomostoid dan otot trapesius. Pemeriksa

menilai saraf ini dengan menyuruh pasien mengangkat

bahu atau

54
memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain terhadap

tahanan, bisa juga di bagian kaki dan tangan.

XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf

ini dinilai dengan menyuruh pasien menjulurkan lidah.

Nilai adanya deviasi garis tengah, tremor dan atropi.

Jika ada deviasi sekunder terhadap kerusakan saraf,

maka akan mengarah pada sisi yang terjadi lesi.

14) Pemeriksaan kekuatan otot

Tabel 2.1 kekuatan otot

Respon Nilai
Tidak dapat sedikitpun kontraksi otot, 0
lumpuh total
Terdapat sedikit kontraksi otot, namun 1
tidak didapatkan gerakan pada persendian
yang harus digerakkan
oleh otot tersebut
Didapatkan gerakan , tapi gerakan 2
tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi)
Dapat mengadakan gerakan melawan 3
gaya berat
Disamping dapat melawan gaya berat 4
ia dapat pula mengatasi sedikit
tahanan yang diberikan
Tidak ada kelumpuhan (normal) 5
Sumber: Debora, 2013

55
15) Status mental

Tabel 2.2 Tingkat Kesadaran : GCS

Respon Membuka Mata Nilai


Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal Nilai
Terorientasi 5
Percakapan membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara menggumam 2
Tidak ada respon 1
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6

Menunjuk tempat rangsangan 5

Menghindar dari stimulus 4

Fleksi abnormal (dekortikasi) 3

Ektensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
16) Pemeriksaan Fungsi Refleks

1. Refleks Bisep

1) Pasien duduk dilantai

2) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan

sedikit pronasi, lengan diletakkan diatas lengan

pemeriksa

3) Stimulus: ketokan pada jari pemeriksa pada tendon

m. biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada

sendi siku.

4) Respon: fleksi lengan pada sendi siku.

1. Refleks Trisep

56
1) Pasien duduk dengan rileks

2) Lengan pasien diletakan diatas lengan pemeriksa

3) Pukul tendon trisep melalui fosa olekrani

4) Stimulus: ketukan pada tendon otot triceps brachii,

posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

5) Respon: ekstensi lengan bawah disendi siku.

2. Refleks Patella

1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai

2) Raba daerah kanan-kiri tendon untuk menentukan

daerah yang tepat.

3) Tangan pemeriksa memegang paha pasien

4) Ketuk tendon patella dengan palu refleks

menggunakan tangan yang lain.

5) Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot

kuadrisep, ekstensi tungkai bawah

6) Stimulus: ketukan pada tendon patella

7) Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi

m.quadrisep femoris.

3. Refleks Babinski

Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah

jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan

respon fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN

maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi,

57
sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka.

Normal pada bayi masih ada.

4. Refleks Achilles

Ketukan pada tendon Achilles. Respon: plantar fleksi

longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.

5. Refleks Kornea

Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif

bila mengedip N IV & X).

6. Refleks Faring

Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi

muntahanm (N IX & X).

17) Pemeriksaan penunjang

1) Radiologi

a) Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara

spesifik sperti stroke perdarahan arteriovena atau

adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan

ditemukan adanya aneurisma

b) Lumbal pungsi

Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat

pemeriksaan cairan lumbal maka terdapat tekanan

yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan

58
menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid

atau pada intrakranial

c) CT-Scan

Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau

iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan

biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke

ventrikel atau menyebar ke permukaan otak

d) Macnetic Resonance Imaging (MRI)

Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya

perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya

didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat

dari heemoragik

e) USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena

(masalah sistem karotis)

f) EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang

timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga

menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

2) Laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit,

Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna untuk mengetahui

59
apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit

untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit

diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang

menyerang pasien.

b) Test darah koagulasi

Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:

prothrombin time, partial thromboplastin (PTT),

International Normalized Ratio (INR) dan agregasi

trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur

seberapa cepat darah pasien menggumpal. Gangguan

penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau

pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah

menerima obat pengencer darah seperti warfarin, INR

digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan

dalam dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya

sudah diobati heparin, PTT bermanfaat untuk melihat

dosis yang diberikan benar atau tidak.

c) Test kimia darah

Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,

kolesterol, asam urat, dll. Apabila kadar gula darah

atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien

sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit

ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke

(Robinson, 2014)

60
2.2.2. Diagnosa keperawatan yang akan mungkin muncul (SDKI) edisi 1

a. Resiko perfusi perfusi jaringan serebral tidak efektif

dibuktikan dengan hipertensi

b. Gangguan mobiitas fisik berhungan dengan gangguan

nuoromuskuler

c. Gangguan komunikasi verbal didihubungkan gangguan

neuromuskuler

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan

neurosmuskuler

e. Harga diri rendah situasional dihubungkan dengan

perubahan pada citra tubuh.

f. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf

cranial

g. Konstipasi berhungan dengan kurangnya aktifitas fisik

h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

i. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

menelan makanan

j. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf

k. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan

penglihatan, pendengaran, penghiduan dan hipoksia

serebral

61
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Teoritis

NO DIAGNOSIS IMPLEMENTASI INTERVENSI

1. ( D.0017 ) Setelah dilakukan asuahan Manajemen peningkatan tekanan intracranial


Resiko perfusi keperawatan selama 1x24
jaringan serebral jam masalah perfusi serebral O :
tidak efektif meningkat dg kriteria hasil :
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK
dibuktikan dengan
1. Tekanan intrakranial - Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
hipertensi.
menurun. - Monitor MAP ( mean arteri pressure )
2. Sakit kepala menurun - Monitor CVP ( central venous pressure ), jika perlu
3. Nilai rata-rata tekanan - Monitor PAWP, jika perlu
darah membaik - Monitor PAP, jika perlu
4. Tekanan darah - Monitor ICP ( intra cranial pressure)
tekanan darah statistik - Monitor CPP ( Cerebral perfusion pressure)
membaik - Monitor gelombang ICP
5. Tekanan darah diastol - Monitor status pernafasan
membaik - Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro spinalis

T:
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang

62
- Berikan posisi semi fowler
- Hiindari menuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar paCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
K:
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti kolvulsan , jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

Pemantauan tekanan intrakranial


O:
- identifikasi penyebab peningkatan TIK
- Monitor peningkatan TD
- Monitor peningkatan nadi
- Monitor penurunan frekuensi jantung
- Monitor ireguleritas irama nafas
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor perlambatan/karakteristik respon pupil
- Monitor jumlah atau kecepatan dan karakteristik drainase cairan
cerebrospinalis
- Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK

63
T:
- Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
E.
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu

2. ( D. 0054 ) Setelah dilakukan asuahan Dukungan mobilisasi


keperawatan selama 1x
Gangguan mobiitas 24jam masalah mobilitas O:
fisik berhungan fisik menurun dg kriteria
dengan gangguan hasil : - Identifikasi adanya nyeri atau keluahan fisik lainya
nuoromuskuler - Identifikasi fisik melakukan pergerakan
1. Pergerakan extremitas - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
meningkat ambulasi
2. Kekuatan otot - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
meningkat
T:
3. Rentang gerak
meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilsasi dengan alat bantu (mis. pergerakan
4. Gerakan terbatas ditempat tidur )
menurun - Fasilitasi melakukan gerakkan jika perlu
5. Kelemahan fisik - Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
menurun meningkatkan pergerakan

64
E:
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- anjurkan melakukan mobilisasi dini
- anjarkan mobilisasi sederhana yg harus dilakukan. (mis. Duduk
ditempat tidur)

3. (D.0119 ) Setelah dilakukan asuahan Promosi komunikasi :defisit bicara


Gangguan keperawatan selama 1x24
komunikasi verbal jam masalah komunikasi O:
ddihunbungkan verbal teratasi dg kriteria
- Monitor kecepatan volume, tekanan, volume dan aksi bicara
gangguan hasil :
- Monitor proses kognitif yang berkaitan dengan bicara (memori,
neuromuskuler
1. kemampuan berbicara penndengaran, bahasa )
meningkat - Monitor frustasi, marah, depresi atau hal yang mengganggu
2. kemampuan bicara
mendengar meningkat - Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
3. afasia menurun komunikasi
4. pelo menurun
T:
5. respon prilaku
membaik - Gunakan metode komunikasi alternatif (ekspresi wajah, gerak
6. pemahaman tubuh)
komunikasi membaik - Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
- Gunakan kalimat pendek berikan tekanan pada kata yang penting
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
- Berikan dukungan fisikologis
- Gunakan jasa bicara jika perlu

65
E:
- Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif anatomis dan
fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan berbbicara
K:
- Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

4. ( D.0109) Setelah dilakukan asuahan O:


keperawatan selama 1x24
Defisit perawatan diri jam didapat kan hasil : - Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
berhubungan dengan - Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
gangguan 1. Kemampuan makan - Monitor kebersihan tubuh
neurosmuskuler meningkat - Monitor integritas kulit
2. Mempertahankan
kebersihan diri
meningkat
3. Mempertahankan T:
kebersihan mulut
- Sediakan peralatan mandi
meningkat
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Minat melakukan
- Fasilitasi menggosok gigi sesuai kebutuhan
perawatan diri
- Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
meningkat
- Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
- Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
E:
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap

66
kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

5. (D. 0087) Setelah dilakukan asuhan Promosi harga diri


Harga diri rendah keperawatan 1x 24 jam
situasional diharapkan kriteria hasil : O:
dihubungkan dengan
1. Penilaian diri - Identifikasi budaya, agama,ras, dan usia terhadap harga diri
perubahan pada citra
meningkat - Monitor verbalisasi yang merendahkan diri pasien
tubuh.
2. Kontak mata - Monitor tingkat harga diri setia waktu, sesuai kebutuhan
meningkat
T:
3. Gairah aktivitas
meningkat - Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
4. Percaya diri - Motivasi menerima tantanganatau hal baru
meningkat - Diskusikan pernyataan tentang harga diri
5. Perasaan malu - Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
menurun - Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
6. Perasaan bersalah - Diskusikan persepsi negatif diri
menurun - Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
7. Perasaan tidak - Diskusikan penetapan tutjuanrealistis untuk mencapai harga diri
mampu melakakukan yang lebih tinggi
apapun menurun - Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
- Berikan umpan balik positifatas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
E:
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya duungan dalam

67
perkembangan konsep positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahan kan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
- Anjurkan mengevaluasi prilaku
- Ajarkan cara mengatasi bullying
- Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berprilaku positif

6. (D.0063) Setelah dilakukan pengkajian Pemberian makanan enteral


Gangguan menelan 1x24 jam di dapatkan hasil:
berhubungan dengan O:
gangguan saraf 1. reflek menelan
meningkat - Periksa posisi NGT dengan memeriksa residu lambung atau
cranial
2. kemampuan mengakultasi hembusan udara
mengunyah - Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
meningkat - Monitor rasa penuh,mual,dan muntah.
3. batuk menurun - Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama 24 jam pertama,
4. gelisah menurun kemudian tiap 8 jam selama pemberian makan via enteral,jika
5. muntah menurun perlu
6. penerimaan makanan - Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam,jia perlu
membaik
T:
- Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via selang
- Berikan tanda pada selang untuk mempertahankan lokasi yang
tepat
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama pemberian

68
makan
- Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6 jam selama pemberian
makan dan setelah pemberian makan intermitan
- Hindari pemberian makan lewat selang 1 jam sebelum prosedur
atau pemindahan pasien
- Hindari pemberian makan jika residu lebih dari 150 cc atau lebih
dari 100-200 persen dari jumlah makanan taip jam
E:
- Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
K:
- Kolaborasi pemberian sinar X untuk konfirmasi posisi selang,jika
perlu
- Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan enteral

7. (D.0049) Setelah dilakukan pengajian Manajemen konstipasi


Konstipasi 1x24 jam di dapatkan hasil:
berhungan dengan O:
kurangnya aktifitas 1. tingkat kesadaran
meningkat - Pemeriksa tanda dan gejela konstipasi
fisik
2. memori jangka - pemeriksaan pergerakan usus, karateristik fases
panjang meningat - identifiasi faktor resiko konstipasi (mis:obat-obatan, tirah baring,
3. memori jangka dan diet rendah serat)
pendek meningkat - monitor tanda dan gejala rupture usus dan peritonitis.
4. perilaku halusinasi

69
T:
- anjuran diet tinggi serat
- lakukan masase abdomen,jika perlu
- lakukan evakuasi fases secara manual
- berikan enema atau irigasi,jika perlu

menurun E:
5. gelisah menurun - jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
6. fungsi otak membaik - anjurkan peningkatan asupan cairan
- latih buang air besar secara teratur
- anjurkan cara mengatasi konstipasi.
K:
- kolaborasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan
freuensi usus
-kolaborasi penggunaan obat pencahar,jika perlu

8. (D. 0111) Setelah dilakukan pengkajian O:


Defisit pengetahuan selama 1x24 jam di dapatkan
berhubungan dengan hasil sebagai berikut: - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
kurang terpapar - identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
informasi 1. perilaku sesuia menurunkan motivasi dan menurunkan motivasi perilaku hidup
anjuran meningkat bersih dan sehat
2. verbalisasi minat
dalam belajar T:
meningkat

70
3. kemampuan
menjelaskan
pengetahuan tentang
suatu topic meningkat - sediakan materi dan media pendidikan esehatan
4. perilaku sesuai - jadwalkan pendidikan esehatan sesuai kesepakatan
dengan pengetahuan - berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat
5. pertanyaan tentang E:
masalah yang di - jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
hadapi menurun - ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
6. persepsi yang keliru
terhadap masalah ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
menurun hidup bersih dan sehat
7. menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun.

9. (D. 0019) Setelah dilakukan asuahan Manajemen nutrisi


Defisit nutrisi keperawatan selama 1x24
berhubungan dengan jam didapat kan hasil : O:
ketidakmampuan
1. Porsi makanyang - Identifikasi status nutrisi
menelan makanan
dihabiskan meningkat - Identifikasi alergi dan status makanan
2. Berat badan - Identifikasi makanan yang disukai
meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
3. Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makanan
4. Nafsumakan - Monitor berat badan
meningkat

71
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
T:
- Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet(mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan yang tinggi serat mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
5. Perasaan cepat ditoleransi
kenyang menurun
E:
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
K:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebeleum makan (mis.
Peredanyeri, antiemetik)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu

10. (D.0078) Setelah dilakukan asuahan Manajemen nyeri


Nyeri kronis keperawatan selama 1x24
berhubungan dengan jam didapat kan hasil : O:
kerusakan sistem
1. Keluhan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
saraf

72
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberatkan dan memperingan nyeri
- Identifikasi penegetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
menurun T:
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Perasaandepresi - Kontorl lingkungsn yang memperberat rasa nyeri
menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Tekanan darah - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
6. Pola tidur membaik
E:
- Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitornyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
K:
- Kolaboorasi pemberian analgetik, jika perlu

73
11. (D.0085) Minimalisasi ransagan
Gangguan persepsi
sensori berhubungan O:
dengan gangguan
- Periksa status mental, status sensori dan tingkat kenyaman,
penglihatan,
pendengaran, T:
penghiduan dan Setelah dilakukan asuahan
hipoksia serebral keperawatan selama 1x24 - Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
jam didapat kan hasil : - Batasi stimulus lingkungan
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
1. Respon sesuai - Kombinasikan prosedur atau tindakan dalam satu waktu, sesuai
stimulus membaik kebutuhan
2. Kosentrasi membaik
3. Orientasi membaik E:
- Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
K:
- Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus

74
2.2.4 Implementasi
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi
sisa tubuh, reduksi atau peningkatan nyeri, peningkatan toleransi
aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi, pemeliharaan keseimbangan
cairan dn elektrolit serta pemeliharaan kesehatan dan tidak ada
komplikasi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung
dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria
evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun
dengan menggunakan SOAP secara operasional.Tahapan evaluasi
dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2017).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno,2013) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara


subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat


menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon


subyektif dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

63
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Tanggal MRS : 17 april 2021

Ruangan : Neurologi Lantai 2

No. Rek. Medis : 138801

Dx. Medis : Hemipares e.c Sh + Hipertensi

Tgl/Jam Pengkajian : 20 April 2021/ 09:00 Wib

Nama : Ny. E

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Minang

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Status : Kawin

Alamat : Jorong Koto Laweh, Nagari

Tanjung Alam, Kec. Tanjung Baru, Kab. Tanah Datar

Penanggung Jawab : Suami

Nama : Tn. T

Umur : 65 Tahun

64
Pekerjaan : Petani

Alamat :Jorong Koto Laweh, Nagari Tanjung

Alam, Kec. Tanjung Baru, Kab. Tanah Datar

3.1.2 Alasan Masuk

Pasien masuk rumah sakit Dr. Drs. M hatta melalui IGD pada

tanggal 17 april 2021 pukul 19 : 00 WIB, dengan keluhan mendadak

nyeri kepala, mual muntah, berbicara kurang jelas dan kelemahan

anggota gerak sebelah kiri 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 april 2021 pukul

09:00 WIB, pasien mengatakan exstremitas kiri lemah, pasien

mengatakan nyeri kepala skala nyeri 3, keluarga mengatakan

pasien sulit berbicara, berbicara pelo, mulut mencong kekiri,

keluarga mengatakan tangan dan kaki pasien lemah susah

digerakkan dan keluarga mengatakan pasien sulit melakukan

akivitas seperti mandi dan aktivitas lainya dibantu oleh keluarga.

Pasien tampak lemah, berbicara kurang jelas (pelo) mulut

mencong kekiri, pergerakan pasien tampak terbatas, Pasien

tampak sulit menggerakkan sisi tubuh sebelah kiri tampak

aktivitas sehari-hari seperti mandi dibantu oleh keluarga.

Dari hasil pemeriksaan tingakat kesadaran compos mentis, GCS

(E4 M6 Vafasia) pasien terpasang kateter urine jumlah urine

pasien 800 ml/12 jam, warna kuning, terpasang oksigen nassal

65
kanul 2 liter/i, terpasang NGT dan terpasang infus NACL 0,9%

12jam/kolov.

Kekuatan otot :

TTV

TD :170/90 mmhg

N : 80 x/l

S :36,0 ◦C

RR : 22 x/l

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

keluarga mengatakan 4 tahun yang lalu perna mengalami

penyakit hipertensi dan tidak sampai dirawat, keluarga

mengatakan pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan medis

hanya mengkonsumsi obat-obatan tradisional, keluarga juga

mengatakan pasien ada riwayat demam typoid 4 tahun yang lalu.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

66
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal Serumah

: Meninggal

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

TTV TD : 170/90

N : 80x/I

RR : 22x/I

S : 36,0 °C

Kepala

Inpeksi : I : Rambut bersih, warna rambut hitam dan

Palpasi : sedikit beruban,kulit kepala bersih dan

67
rambut sedikit berbau.

P : Tidak ada nyeri tekan pada area sekitar

kepala pasien,dan tidak teraba adanya

pembengkakan.

Mata I : Simetris Kiri Dan Kanan, Pupil Isokor,

Inspeksi : Konjungtiva Anemis, Sklera Putih.

Palpasi : P : Tidak ada nyeri tekan sekitar area mata.

Hidung I : Hidung tampak bersih,terpasang

Inspeksi : NGT,dan oksigen nassal kanul 2 liter/i,

Palpasi : Fungsi penciuman normal, mukosa hidung

lembab.

P : Tidak ada nyeri tekan sekitar area

hidung.

Mulut I : bibir tidak simetris, mulut pasien tampak

Inspeksi : kering, mukosa bibir kering, mulut pencong

Palpasi : kekiri,tidak memakai gigi palsu, warna gigi

kuning, mulut sedikit berbau,kelengkapan

gigi kurang lengkap, warna lidah merah

muda, fungsi pengecapan normal.

P : terdapat kelemahan pada rahang bawah

pasien

Telinga I : bersih, simetris telinga kiri dan kanan,

Inspeksi : tidak terdapat secret berlebih, fungsi

68
Palpasi : pendengaran normal

p : tidak terdapat nyeri tekan pada areal

sekitar telinga

Leher I : bentuk simetris, hasil jvp : 4 cm diatas

Inspeksi : sudut sternum

Palpasi : P : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat

pembengkakan kelenjar tiroid, dan kelenjar

limfe, dan trakea.

Jantung I : ictus cordis tidak tampak

Inspeksi : P : tidak ada nyeri tekan sekitar dada,

Palpasi : frekuensi 80 kali/menit

Perkusi : P : terdengar redup

Auskultasi : A : irama jantung reguler, suara jantung s1

lup s2 dub

Pulmonal I : Bentuk dada datar, pergerakan dinding

Inspeksi : dada sama kiri kanan,warna kulit

Palpasi : saomatang, RR 22 kali/menit, CRT : <2

Perkusi : detik

Auskultasi : P : tidak ada nyeri pada dada,fremitus kiri

dan kanan sama

P : sonor

A : suara nafas vesikuler.

69
Abdomen

Inspeksi : I : simetris, tidak ada bekas operasi

Auskultasi : A : bising usus normal 8 kali/menit, irama

Perkusi : teratur

Palapasi : P : tympani

P : tidak ada nyeri tekan pada hepar dan

sekitar perut

Genitalia

Inspeksi : I : passien terpasang kateter urine, dg

jumlah urine 800 ml/12 jam

Ekstremitas Pada ekstremitas atas atas terpasang infus

nacl 12tts/12 jam dan kekuatan otot :

ekstremitas : tungkai bawa sebelah kiri

reflek babinski positif

Vaskuler perifer CRT : <2 detik

Neurologi - GCS (E4M5Vafasia)

 Status mental/GCS - vagus, trigeminus dan hipoglasus

 Saraf kranial - dapat mengikuti perintah

 Motorik kekuatan otot :

70
Kesan hemiparesis sinistra

 Sensorik - Kurangnya sensifitas sebelah kiri

 Reflek patologis (hemihipestesia)

- Babinski positif

3.1.4 Data Biologis

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT


1. Makan Makan Makan
 Menu - nasi + lauk pauk - Susu dan bubur
 Porsi - seporsi - Seporsi

 Makanan Kesukaan - Ikan goreng,ikan - Tidak ada

 Pantangan kering - Makanan yg


- Tidak ada mengandung
garam
Minum Minum Minum
 Jumlah - 6 gelas - 2 gelas

 Minuman kesukaan - Teh manis - Tidak ada


- Tidak ada - Tidak ada
 Pantangan
2. Eliminasi
BAB BAB BAB
 Frekuensi - 1 kali sehari - 1 kali sehari

 Warna - Kuning - Kuning

 Bau - Khas - Khas


- Padat - Cair
 Konsistensi
- Tidak ada - Tidak ada
 Kesulitan
Tidak bisa BAB

BAK
BAK BAK
 Frekuensi
- 5 kali sehari - Terpasang

71
kateter
 Warna - Kuning - Kuning
 Bau - Khas - Khas
 Konsistensi - Cair - Cair
 Kesulitan - Tidak ada - Tidak bisa BAK
secara mandiri
- ±800 ml/12 jam
 Jumlah - Tidak ditanya

3. Personal Hygiene
 Mandi - 2 kali sehari - 1 kali sehari

 Cuci Rambut - 1 kali 2 hari - Tidak ada

 Gosok gigi - 2 kali sehari - Tidak ada


- 2 kali seminggu - Tidak ada
 Potong kuku
4. Istirahat dan Tidur
 Waktu Tidur - Malam - Malam dan
terkadang siang hari siang hari
 Lama tidur - 6 jam - ±2 jam sering
terbangun
 Hal yang - Keheningan - Tidak ada
mempermudah tidur
- Tidak ada - Tidak ada
 Keluhan

3.1.5 Riwayat Alergi

Keluarga mengatakan pasien tidak perna mengalami alergi terhadap

obat-obatan maupun makanan.

3.1.6 Data Psikologis

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien, pasien mengatakan masih

tidak percaya akan penyakit yang dialaminya, keluarga pasien

72
mengatakan pasien sulit untuk diajak berkomunikasi, pasien tampak

lemah, tidak mau menatap perawat, ekspresi tampak sedih dengan

keadaannya sekarang. Keluarga Pasien berharap agar pasien cepat

sembuh dari penyakitnya.

3.1.7 Data Sosial dan Ekonomi

Pada saaat sehat pasien selalu mengikuti acara kegiatan dalam

masyaraka pasien merupakan ibu rumah tangga dari 4 orang anak

dan seorang suami. Pendapatan keluarga diperoleh dari suami pasien

yang merupakan seorang petani, pendapatan cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari. Saat pasien sakit pasien tidak

mampu lagi mengurus pekerjaan rumah tangga dan membantu suami

bekerja, ekonomi keluarga pasien lebih banyak digunakan untuk

pengobatan pasien.

3.1.8 Pola Keyakinan –Nilai

Pada waktu sehat pasien tidak perna meninggalkan sholat lima

waktu, pasien mengatakan hanya kepada ALLAH SWT kita bisa

memohon kesembuhan atas cobaan yang sekarang diberikan, dan

hanya kepada ALLAH kita bisa memohon pertolongan selama

didunia. Sekarang pasien hanya hanya bisa sholat di tempat tidur dan

berdoa atas kesembuhan.

73
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Diagnostik : 17 april 2021

PEMERIKSAAN HASI NILAI NORMAL KET.HASIL


L
Kalium 2,9 3,5-5,1 mmoI/I TIDAK NORMAL
Natrium 142 136-145 mmoI/I NORMAL
Klorida 105 97-111 mmoI/I NORMAL

Laboratorium : 17 april 2021

PEMERIKSAAN HASIL KET.HASIL HASIL


RUJUKAN
HGB 11.6 g/Dl MENURUN 12.0-14.0 (p)
13.0-16.0 (L)
RBC 4.39 10/mm³ NORMAL 4.0-50 (p)
4.5-5.5 (L)
HCT 36.4 % MENURUN 40-50 (p)
45-55 (L)
MCV 83 um³ NORMAL 80-100
MCH 26.5 pg NORMAL 27.0-32.0
MCHC 32.0 g/dL NORMAL 32.0-36.0
RDW-CV 14,0 % NORMAL 11.0-16.0
WBC 5.6 10³/mm³ NORMAL 4.0-10.0
EOS 5.5 % MENINGKAT 1.0-3.0
BAS 0.4 % NORMAL 0.0-1.0
NEU 64.9 % NORMAL 50-70
LYM 21.9 % NORMAL 20-40
MON 7.3 % NORMAL 2-8
MPV 7.2 um³ NORMAL 6.0-11.0

HASIL CT SCAN

Tgl 18 april 2021

74
keterangan : tampak lesi hiperdens pendarahan thalamus kanan.

3.1.10 Therapy

Tanggal Nama obat Dosis Manfaat Efek samping


20 april KSR 600 mg 2x1 Membantu mengobati - Mual, muntah
2021 dan mencegah - Perut kembung,
hipokalemia sakit perut
(menurunnya kadar - Diare
kalium di dalam darah) - Perdarahan
gastrointestinal
Simpastatin 20 1x1 Menghambat enzim - Bersin
pembentuk kolesterol - Pilek
jahat, sehingga kolesterol - Sakit
dalam darah berkurang tenggorokan
- Mual
- Sembelit
Diltiazem 60 mg 2x1 Menurunkan tekanan - Sakit kepala
darah pada hipertensi - Pusing
dan mencegah terjadinya - Detak jantung
nyeri dada.diltiazem melambat
tidak dapat - Batuk
menyembuhkan - Mual muntah
hipertensi, melainkan
hanya membantu
mengontrol tekanan
darah.
Candesartan 8 1x1 Obat untuk menurunkan - Sakit kepala
mg tekanan darah pada - Pusing
hipertensi - Mual muntah
- Kelelahan
- Nyeri otot
Dexamethason 2x1 Untuk mengobati kondisi - Masalah tidur
seperti artritis, gangguan - Perubahan
darah/hormonr/system suasana hati

75
kekebalan tubuh, reaksi - Jerawat, kulit
alergi, masalah kulit dan kering
mata tertentu, masalah - Penyembuhan
pernafasan, gangguan luka yang lambat
usus tertentu, dan kanker - Keringat berlebih
tertentu - Sakit kepala
- Mual
- Kelemahan otot
Inj ranitidine 2x1 Untuk menangani gejala - Mual dan muntah
atau penyatkit yang - Sakit kepala
berkaitan dengan - Insomnia
produksi asam berlebih - Vertigo
di lambung. - Ruam
Produksiasam lambung - Konstipasi
yang berlebih dapat - Diare
membuat memicuiritasi
dan peradangan pada
dinding lambung dan
saluran pencernaan.
Inj citicolin 2x1 Melindungi otak, - Sakit kepala
mempertahankan fungsi - Diare
otak, serta mengurangi - Tekanan darah
jaringan otak yang rusak rendah
akibat cidera. - Tekanan darah
tinggi
- Mual
- Peglihatan
terganggu
- Sakit dibagian
dada

3.1.11 Data Fokus

Data Subjektif

1. Pasien mengatakan nyeri kepala, skala nyeri 3

2. Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi

3. Keluarga mengatakan kaki dan tangan sebalah kiri pasien sulit

untuk bergerak

76
4. keluarga mengatakan pasien sulit melakukan akivitas seperti

mandi dan aktivitas lainya dibantu oleh keluarga.

5. keluarga mengatakan pasien berbicara pelo dan mulut

mencong kekiri

6. pasien mengatakan masih tidak percaya dengan penyakit yang

dialaminya sekarang.

Data Obejktif

1. Pasien tampak lemah

2. pasien tampak sulit melakukan akivitas seperti mandi dan

aktivitas lainya dibantu oleh keluarga.

3. Pasien tampak warna gigi kuning, mulut sedikit berbau.

4. Pasien tampak rambut sedikit berbau.

5. Pasien tampak sulit menggerakkan sisi tubuh sebelah kiri

6. Pasien tampak berbicara kurang jelas atau pelo

7. Mulut pasien tampak pencong kekiri

8. pasien tidak mau berkomunikasi dengan perawat

9. tampak tidak mau menatap perawat

10. ekspresi tampak sedih

11. TTV :

- TD : 170/90 mmHg

- S : 36,0°C

- N : 80 kali/menit

- RR : 22 kali/menit

12. Kekuatan otot

77
13. GCS : ( E4M5Vafasia)

14. Pasien tamapak mengalami gangguan pada saraf vagus,

trigeminus dan hipoglasus

15. Kalium 2,9 mmoI/I

- HGB 11.6 g/Dl

- HCT 36.4 %

- EOS 5.5 %

- CT SCAN

- Ket : tampak lesi hiperdens pendarahan thalamus kanan

3.1.12 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjektif : Hipertensi Resiko perfusi

serebral tidak
- Keluarga mengatakan
efektif
pasien memiliki riwayat

78
hipertensi.

Data objektif :

- Pasien tampak mengalami

gangguan pada saraf

vagus, trigeminus dan

hipoglasus

- Reflek babinski positif

- TTV

TD : 170/90 mmHg

S : 36,0°C

N : 80 kali/menit

RR : 22 kali/menit

- GCS : ( E4M5Vafasia)

- Keterangan st scan :

tampak lesi hiperdens

pendarahan thalamus

kanan.

2 Data subjektif : Gangguan Gangguan

neuromuskular mobilitas fisik


- Keluarga mengatakan kaki

dan tangan sebelah kiri

pasien sulit untuk

bergerak

- Keluarga mengatakan

pasien sulit melakukan

79
aktivitas seperti mandi dan

aktivitas lainnya dibantu

oleh keluarga

Data objektif :

- Pasien tampak lemah

- pasien tampak aktivitas

dibantu oleh keluarga.

- Pasien tampak sulit

menggerakkan sisi tubuh

sebelah kiri

- Kekuatan otot

5555 1111

5555 2222

3 Data Subjektif : gangguan Defisit

- Keluarga mengatakan kaki neuromuskuler perawatan diri

dan tangan sebelah kiri

pasien sulit untuk

bergerak.

- keluarga mengatakan

pasien sulit melakukan

akivitas seperti mandi dan

aktivitas lainya dibantu

oleh keluarga.

80
Data objektif :

- pasien tampak sulit

melakukan akivitas seperti

mandi dan aktivitas lainya

dibantu oleh keluarga.

- Pasien tampak warna gigi

kuning, mulut sedikit

berbau.

- Pasien tampak rambut

sedikit berbau

- Pasien tampak sulit

menggerakkan sisi tubuh

sebelah kiri

- Kekuatan otot

5555 1111

5555 2222

4. Data subjektif : gangguan Gangguan

neuromuskuler komunikasi
- keluarga mengatakan
verbal
pasien sulit berbicara

- keluarga mengatakan

pasien berbicara pelo dan

mulut mencong kekiri

Data objektif :

81
- Pasien tampak berbicara

kurang jelas atau pelo

- Mulut pasien tampak

pencong kekiri

- GCS : ( E4M5Vafasia)

Pasien tampak mengalami

gangguan pada saraf vagus,

trigeminus dan hipoglosus.

4 Data subjektif Perubahan pada Harga diri

- pasien mengatakan masih citra tubuh rendah

tidak percaya dengan situasional

penyakit yang dialaminya

sekarang.

data objektif

- pasien tamapak tidak mau

berkomunikasi dengan

perawat

- pasien tampak lemah.

- tampak tidak mau

menatap perawat

- ekspresi tampak sedih.

3.2 Diagnosis Keperawatan

82
Masalah Keperawatan Prioritas

3.2.1 Resiko perfusi jaringan serebral dibuktikan dengan hipertensi

3.2.2 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dibuktikan

dengan Keluarga mengatakan kaki dan tangan sebelah kiri pasien

sulit untuk bergerak, Keluarga mengatakan pasien sulit melakukan

aktivitas seperti mandi dan aktivitas lainnya dibantu oleh keluarga

Pasien tampak lemah, pasien tampak aktivitas dibantu oleh keluarga,

Pasien tampak sulit menggerakkan sisi tubuh sebelah kiri, Kekuatan

otot :

3.2.3 Defisit perawatan diri b. d gangguan neuromuskuler dibuktikan

dengan Keluarga mengatakan kaki dan tangan sebelah kiri pasien

sulit untuk bergerak, keluarga mengatakan pasien sulit melakukan

akivitas seperti mandi dan aktivitas lainya dibantu oleh keluarga,

pasien tampak sulit melakukan akivitas seperti mandi dan aktivitas

lainya dibantu oleh keluarga, Pasien tampak warna gigi kuning,

mulut sedikit berbau, Pasien tampak rambut sedikit berbau, Pasien

tampak sulit menggerakkan sisi tubuh sebelah kiri, Kekuatan otot :

3.2.4 Gangguan komunikasi verbal b. d gangguan neuromuskuler

dibuktikan dengan keluarga mengatakan pasien sulit berbicara,

83
keluarga mengatakan pasien berbicara pelo dan mulut mencong

kekiri, Pasien tampak berbicara kurang jelas atau pelo,Mulut pasien

tampak pencong kekiri, GCS : ( E4M5Vafasia), Pasien tampak

mengalami gangguan pada saraf vagus, trigeminus dan hipoglosus

3.2.5 Harga diri rendah situasional b. d perubahan pada citra tubuh

dibuktikan dengan pasien mengatakan masih tidak percaya dengan

penyakit yang dialaminya sekarang, pasien tidak mau berkomunikasi

dengan perawat, pasien tampak lemah, tampak tidak mau menatap

perawat, ekspresi tampak sedih.

3.3 Intervensi Keperawatan (SIKI edisi 1)

NO Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

84
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil)

1. ( D.0017 ) Setelah dilakukan asuahan Manajemen peningkatan


Resiko perfusi keperawatan selama 1x24 jam tekanan intrakranial
serebral tidak efektif masalah perfusi serebral
dibuktikan dengan meningkat dg kriteria hasil : O:
hipertensi.
6. Tekanan intrakranial - Identifikasi penyebab
menurun. peningkatan TIK
7. Sakit kepala menurun - Monitor tanda/gejala
8. Nilai rata-rata tekanan peningkatan TIK
darah membaik - Monitor MAP ( mean
9. Tekanan darah arteri pressure )
tekanan darah statistik - Monitor CVP ( central
membaik venous pressure ), jika
10. Tekanan darah diastol perlu
membaik - Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP ( intra cranial
pressure)
- Monitor CPP ( Cerebral
perfusion pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor cairan serebro
spinalis

T:
- Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hiindari menuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
- Atur ventilator agar paCO2
optimal
- Pertahankan suhu tubuh
normal
K:
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti kolvulsan ,

85
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

Pemantauan tekanan intrakranial


O:
- identifikasi penyebab
peningkatan TIK
- Monitor peningkatan TD
- Monitor peningkatan nadi
- Monitor penurunan
frekuensi jantung
- Monitor ireguleritas irama
nafas
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor
perlambatan/karakteristik
respon pupil
- Monitor jumlah atau
kecepatan dan karakteristik
drainase cairan
cerebrospinalis
- Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
T:
- Ambil sampel drainase
cairan serebrospinal
- Pertahankan posisi kepala
dan leher netral
- Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
E.
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

2. ( D. 0054 ) Setelah dilakukan asuahan Dukungan mobilisasi

86
Gangguan mobiitas keperawatan selama 1x 24jam O:
fisik b.d gangguan masalah mobilitas fisik
nuoromuskuler menurun dg kriteria hasil : - Identifikasi adanya nyeri
dibuktikan dengan atau keluahan fisik lainya
keluarga mengatakan 6. Pergerakan extremitas - Identifikasi fisik
kaki dan tangan meningkat melakukan pergerakan
sebelah kiri pasien 7. Kekuatan otot - Monitor frekuensi jantung
sulit untuk bergerak, meningkat dan tekanan darah sebelum
keluarga mengatakan 8. Rentang gerak memulai ambulasi
pasien sulit meningkat - Monitor kondisi umum
melakukan aktivitas 9. Gerakan terbatas selama melakukan
seperti mandi dan menurun ambulansi
aktivitas lainnya 10. Kelemahan fisik
menurun T:
dibantu oleh
okeluarga, pasien - Fasilitasi aktivitas
tampak lemah, mobilsasi dengan alat
pasien tampak bantu (mis. pergerakan
aktivitas dibantu oleh ditempat tidur )
keluarga, pasien - Fasilitasi melakukan
tampak sulit gerakkan jika perlu
menggerakkansisi - Melibatkan keluarga untuk
tubuh sebelah kiri, membantu pasien dalam
kekuatan otot : meningkatkan pergerakan
5555 1111 E:
5555 2222
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- anjarkan mobilisasi
sederhana yg harus
dilakukan. (mis. Duduk
ditempat tidur)

3. ( D.0109) pemahaman komunikasi O:


membaikSetelah dilakukan
Defisit perawatan diri asuahan keperawatan selama - Identifikasi usia dan
b.d gangguan 1x24 jam didapat kan hasil : budaya dalam membantu
neurosmuskuler kebersihan diri
dibuktikan dengan 5. Kemampuan makan - Identifikasi jenis bantuan
Keluarga mengatakan meningkat yang dibutuhkan
kaki dan tangan 6. Mempertahankan - Monitor kebersihan tubuh
sebelah kiri pasien kebersihan diri - Monitor integritas kulit
sulit untuk bergerak, meningkat
keluarga mengatakan 7. Mempertahankan T:
pasien sulit kebersihan mulut
- Sediakan peralatan mandi
melakukan akivitas meningkat
- Sediakan lingkungan yang
seperti mandi dan

87
aktivitas lainya
dibantu oleh keluarga,
pasien tampak sulit
melakukan akivitas aman dan nyaman
seperti mandi dan - Fasilitasi menggosok gigi
aktivitas lainya sesuai kebutuhan
dibantu oleh keluarga, - Fasilitasi mandi, sesuai
Pasien tampak warna kebutuhan
8. Minat melakukan - Pertahankan kebiasaan
gigi kuning, mulut
perawatan diri kebersihan diri
sedikit berbau, Pasien
meningkat - Berikan bantuan sesuai
tampak rambut sedikit
berbau, Pasien tingkat kemandirian
tampak sulit
E:
menggerakkan sisi
tubuh sebelah kiri, - Jelaskan manfaat mandi d
Kekuatan otot
5555 1111
5555 2222
4. (D.0119 ) Setelah dilakukan asuahan Promosi komunikasi: defisit bicara
Gangguan keperawatan selama 1x 24jam
komunikasi verbal d.d masalah komunikasi verbal O:
gangguan teratasi dg kriteria hasil :
- Monitor kecepatan volume,
neuromuskuler
1. kemampuan berbicara tekanan, volume dan aksi
dibuktikan dengan
meningkat bicara
keluarga mengatakan
2. kemampuan - Monitor proses kognitif
pasien sulit berbicara,
mendengar meningkat yang berkaitan dengan
keluarga mengatakan
3. afasia menurun bicara (memori,
pasien berbicara pelo
4. pelo menurun penndengaran, bahasa )
dan mulut mencong
5. respon prilaku - Monitor frustasi, marah,
kekiri, Pasien tampak
membaik depresi atau hal yang
berbicara kurang jelas
mengganggu bicara
atau pelo, Mulut
- Identifikasi prilaku
pasien tampak
emosional dan fisik
pencong kekiri, GCS :
sebagai bentuk komunikasi
( E4M5Vafasia),
Pasien tampak T:
mengalami gangguan
pada saraf vagus, - Gunakan metode
trigeminus dan komunikasi alternatif
hipoglosus. (ekspresi wajah, gerak
tubuh)
- Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan
- Gunakan kalimat pendek
berikan tekanan pada kata
yang penting

88
- Ulangi apa yang
disampaikan pasien
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- Berikan dukungan
fisikologis
- Gunakan jasa bicara jika
perlu
E:
- Anjurkan berbicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses kognitif
anatomis dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan berbbicara
K:
Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
- an dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien

5. Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan Promosi harga diri


situasional d.d keperawatan 1x 24 jam
perubahan pada citra diharapkan kriteria hasil : O:
tubuh dibuktikan
8. Penilaian diri - Identifikasi budaya,
dengan pasien
meningkat agama,ras, dan usia
mengatakan masih
9. Kontak mata terhadap harga diri
tidak percaya dengan
meningkat - Monitor verbalisasi yang
penyakit yang
10. Gairah aktivitas merendahkan diri pasien
dialaminya sekarang,
meningkat - Monitor tingkat harga diri
pasien tidak mau
11. Percaya diri setia waktu, sesuai
berkomunikasi
meningkat kebutuhan
dengan perawat,
pasien tampak lemah, 12. Perasaan malu
T:
tampak tidak mau menurun
menatap perawat, 13. Perasaan bersalah - Motivasi terlibat dalam
ekspresi tampak menurun verbalisasi positif untuk
sedih. 14. Perasaan tidak mampu diri sendiri
melakakukan apapun - Motivasi menerima
menurun tantanganatau hal baru
- Diskusikan pernyataan

89
tentang harga diri
- Diskusikan kepercayaan
terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman
yang meningkatkan harga
diri
- Diskusikan persepsi negatif
diri
- Diskusikan alasan
mengkritik diri atau rasa
bersalah
- Diskusikan penetapan
tutjuanrealistis untuk
mencapai harga diri yang
lebih tinggi
- Diskusikan bersama
keluarga untuk menetapkan
harapan dan batasan yang
jelas
- Berikan umpan balik
positifatas peningkatan
mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang
meningkatkan harga diri
E:
- Jelaskan kepada keluarga
pentingnya duungan dalam
perkembangan konsep
positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahan
kan kontak mata saat
berkomunikasi dengan
orang lain
- Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negatif
- Anjurkan mengevaluasi
prilaku
- Ajarkan cara mengatasi
bullying
- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan

90
positif diri
- Latih cara berfikir dan
berprilaku positif

91
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Resiko pefusi Kamis 20 O. 13.00 S : Keluarga pasien mengatakan


serebral tidak efektif april 2021 - Mengidentifikasi WIB nyeri kepala, skala nyeri 3,
b.d hipertensi penyebab peningkatan keluarga mengatakan pasien
TIK memiliki riwayat hipertensi
- Memonitor kekuatan O:
otot pergerakan - Kesadaran pasien compos
motorik mentis (E4M5Vafasia)
- Memonitor tingkat - Posisi pasien tampak semi
kesadaran fowler
- Memonitor MAP - TD : 170/90 mmHg
- Memonitor status S : 36,0°C
pernafasan N : 80 kali/menit
- Meminor Tekanan RR : 22 kali/menit
darah MAP : 116 mmHG
- Memonitor Pupil isokor
peningkatan nadi
- Memonitor Kekuatan otot :
perkambatan/ repon 5555 1111
pupil 5555 2222
Kesan hemipares sinistra
T
- Memberikan posisi A : masalah belum teratasi
semi fowler P : intervensi dilanjutkan

63
2. Gangguan mobilitas Kamis 20 O S : keluarga mengatakan tangan
fisik b.d gangguan april 2021 - Memonitor frekuensi dan kaki sebelah kiri pasien
neorologis jantung sebelum masih lemah dan sulit digerakkan.
memulai mobilisasi. O:
T - tampak pasien sulit
- Melibatkan keluarga menggerakkan tangan dan
untuk membantu kaki sebelah kiri
pasien dalam - keluarga tampak membantu
meningkatkan pasien dalam melakukan
pergerakan mobilisasi
- Pasien tampak aktifitas
E dibantu oleh keluarga.
- Menganjurkan - Frekuensi jantung 80x/i
melakukan mobilisasi - Kekuatan otot :
dini 5555 1111
- Menganjarkan 5555 2222
mobilisasi sederhana A : masalah belum teratasi
yg harus dilakukan. P : Intervensi dilanjutkan
(mis. Duduk ditempat
tidur)
3 Defisit perawatan diri Kamis 20 O: S : keluarga pasien mengatakan
b.d gangguan april 2021 - Memonitor kebersihan mulut dan rambut pasien setelah
neuromuskuler tubuh dilakukan oral hygine sudah
T: kurang berbau, keluarga
- Memfasilitasi mengatakan belom berani
menggosok gigi sesuai melakukan oral hygine secara
kebutuhan mandiri, keluarga mengatakan
- Memasilitasi mandi, mandi hanya dilap saja.

64
sesuai kebutuhan O:
- Memberikan bantuan - Tampak bau mulut dan
sesuai tingkat rambut pasien sudah
kemandirian berkurang
E: - Keluarga tampak paham atas
- Menjelaskan manfaat penjelasan tujuan mandi bagi
mandi dan dampak kesehatan.
tidak mandi terhadap A : Masalah teratasi sebagian
kesehatan P : Intervensi dialanjutkan
- Mengajarkan kepada
keluarga cara
memandikan pasien
4 Gangguan Kamis 20 T S :Keluarga mengatakan pasien
komunikasi verbal april 2021 - Menganjurkan masih sulit untuk berbicara.
b.d gangguan berbicara perlahan O:
neuromuskuler E - tampak pasien sulit
Jelaskan tujuan dan prosedur berbicara
yang akan dilakukan. - ttampak berbicara
pelo,mulut mencong
kekiri
- tampak sulit
mengeluarkan kata-kata
- Keluarga tampak mengerti
atas tujuan dan prosedur
yang dilakukan
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
5 Harga diri rendah Kamis 20 O: S:

65
situasional d. d april 2021 - Memonitor verbalisasi - keluarga mengatakan
perubahan dengan yang merendahkan diri pasien sulit untuk diajak
citra tubuh pasien berkomunikasi
- memonitor tingkat - keluarga pasien berharap
harga diri setia waktu, agar pasien cepat sembuh
sesuai kebutuhan dari peyakitnya
T: - keluarga mengatakan
- mendiskusikan selalu memberikan
bersama keluarga dukungan agar pasien
untuk menetapkan cepat sembuh
harapan dan batasan - keluaga mengatakan saat
yang jelas berkomunikasi kelurga
- memfasilitasi selalu menatap mata
lingkungan dan pasien
aktivitas yang O:
meningkatkan harga - pasien tampak masih tidak
diri menerima keadaan nya yg
E: sekarang,
- menjelaskan kepada - Lingkungan yng diberikan
keluarga pentingnya tampak nyaman dan
dukungan dalam bersih
perkembangan konsep - Keluarga tampak paham
positif diri pasien atas penjelasan tentang
- menganjurkan dukungan perkembangan
mempertahan kan konsep diri
kontak mata saat - Tampak saat diajak
berkomunikasi dengan berkomunikasi tidak
orang lain menatap wajah perawat

66
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan

67
Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Resiko pefusi Jumat 21 O : Pukul S: keluarga mengatkan pasien


serebral tidak efektif april 2021 - Mengidentifikasi 10.00 memiliki riwayat hipertensi
dibuktikan dengan penyebab peningkatan WIB O:
hipertensi TIK - Kesadaran pasien compos
- Memonitor kekuatan mentis (E4M5Vafasia)
otot pergerakan - Posisi pasien tampak semi
motorik fowler
- Memonitor tingkat - TD : 150/80 mmHg
kesadaran S : 36,0°C
- Memonitor MAP N : 79 kali/menit
- Memonitor status RR : 19 kali/menit
pernafasan MAP : 103 mmHG
- Meminor Tekanan Pupil isokor
darah
- Memonitor Kekuatan otot :
peningkatan nadi Kesan hemipares sinistra
- Memonitor
perlambatan/ repon 5555 1111
pupil 5555 2222

T A : masalah belum teratasi


- Memberikan posisi P : intervensi dilanjutkan
semi fowler
2. Gangguan mobilitas Jumat 21 O S : keluarga Pasien mengatakan

68
fisik b.d gangguan april 2021 - Memonitor frekuensi tangan dan kaki sebelah kiri
neoromuskuler jantung dan tekanan masih sulit digerakkan, keluarga
darah sebelum mengatakan paham atas tujuan
memulai mobilisasi. dilakukan mobilisasi.
T O:
- Melibatkan keluarga - tampak pasien sulit
untuk membantu menggerakkan tangan dan
pasien dalam kaki sebelah kiri
meningkatkan - Pasien tampak aktifitas
pergerakan dibantu oleh keluarga
- Memfasilitasi - Frekuensi jantung 79x/i
melakukan pergerakan - TTV : 150/80 mmHg
E - Keluarga tampak membantu
- Menganjarkan pasien dalam proses
mobilisasi sederhana pergerakan
yg harus dilakukan. - Pasien tampak sudah bisa
(mis. Duduk ditempat duduk ditempat tidur.
tidur) - Kekuatan otot :
- Menjelaskan tujuan 5555 1111
dan prosedur 5555 2222
mobilisasi
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. Defisit perawatan diri Jumat 21 O : S:
b.d gangguan april 2021 - Memonitor kebersihan - keluarga pasien
neuromuskuler tubuh mengatakan tadi pagi
T: pasien mandi hanya dilap
- Memfasilitasi saja

69
menggosok gigi sesuai - Keluarga tidak berani
kebutuhan memandikan pasien secara
- Memasilitasi mandi, mandiri
sesuai kebutuhan - Keluarga mengatakan
E: mulut sudah tidak berbau
- Menjelaskan manfaat O:
mandi dan dampak - Tampak mulut pasien sudah
tidak mandi terhadap tidak berbau
kesehatan - Keluarga tampak paham atas
- Mengajarkan kepada penjelasan tujuan mandi bagi
keluarga cara kesehatan
memandikan pasien A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dialanjutkan
4. Gangguan Jumat 21 O S:
komunikasi verbal april 2021 - Monitor proses Keluarga mengatakan pasien
b.d gangguan kognitif yang masih sulit untuk berbicara.
neuromuskuler berkaitan dengan O:
bicara - tampak pasien sulit
T berbicara,
- Menganjurkan - tampak berbicara
berbicara perlahan pelo,mulut masih
E mencong kekiri
Jelaskan tujuan dan prosedur - pasien tampak sulit
yang akan dilakukan. mengeluarkan kata-kata
- Keluarga tampak mengerti
atas tujuan dan prosedur
yang yg dilakukan
A : masalah belum teratasi

70
P : intervensi dilanjutkan.
5. Harga diri rendah Jumat 21 O : S:
situasional d. d april 2021 - Memonitor verbalisasi - keluarga mengatakan
perubahan dengan yang merendahkan diri pasien masih sulit untuk
citra tubuh pasien diajak berkomunikasi
- memonitor tingkat - keluarga berharap agar
harga diri setia waktu, pasien bisa berkomunikasi
sesuai kebutuhan kembali dengan keluarga
T: sepeti dahulu
- mendiskusikan - keluarga mengatakan
bersama keluarga selalu memberikan
untuk menetapkan dukungan agar pasien
harapan untuk pasien. cepat sembuh
- memfasilitasi - keluaga mengatakan saat
lingkungan dan berkomunikasi kelurga
aktivitas yang selalu menatap mata
meningkatkan harga pasien
diri O:
E: - pasien tampak masih tidak
- menjelaskan kepada menerima keadaan nya yg
keluarga pentingnya sekarang,
dukungan dalam - Lingkungan yng diberikan
perkembangan konsep tampak nyaman dan
positif diri pasien bersih
- menganjurkan - Keluarga tampak paham
mempertahan kan atas penjelasan tentang
kontak mata saat dukungan perkembangan
berkomunikasi dengan konsep diri

71
orang lain - Tampak saat diajak
berkomunikasi tidak mau
menatap wajah perawat
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan

72
Hari/
No Dx Keperawatan Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1. Resiko pefusi Sabtu 22 O 15.00 S : Keluarga pasien mengatakan


serebral tidak efektif april 2021 - Monitor peningkatan TD WIB nyeri kepala pasien hilang timbul.
dibuktikan dengan - Monitor tingkat kesadaran O:
hipertensi - Monitor kesimetrisan respon - Kesadaran pasien compos
pupil mentis (E4M5Vafasia)
- Memonitor MAP TD : 150/80 mmHg
- Memonitor status RR : 20 kali/menit
pernafasan MAP : 110 mmHG
Pupil isokor
Terpasang nassal kanul 2 liter
A : masalah belum teratasi
S : Intervensi dilanjutkan
2. Gangguan mobilitas Sabtu 22 O S : Pasien mengatakan tangan dan
fisik b.d gangguan april 2021 - Memonitor kondisi kaki sebelah kiri masih sulit
neoromuskuler umum selama melakukan untuk digerakkan
mobilisasi O:
T - Compos
- Memfasilitasi melakukan mentis(E4M5Vafasia)
pergerakan. - tampak pasien sulit
- Melibatkan keluarga menggerakkan tangan dan
untuk membantu pasien kaki sebelah kiri
dalam meningkatkan - Pasien tampak aktifitas
pergerakan dibantu oleh keluarga

73
E - Tampak keluarga membantu
- Menganjurkan pasien dalam proses
melakukan mobilisasi pergerakan.
dini - Tampak pasien sudah bisa
- Menganjarkan mobilisasi duduk ditempat tidur tapi
sederhana yg harus dibantu oleh keluarga
dilakukan. (mis. Duduk - Kekuatan otot
ditempat tidur) 5555 1111
5555 2222

A : masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
3. Defisit perawatan diri Sabtu 22 O : S:
b.d gangguan april 2021 - Memonitor kebersihan Kelurga mengatakan mulut pasien
neuromuskuler tubuh sudah tidak berbau, keluarga
T: sudah bisa memandikan pasien
- Memfasilitasi secara mandiri.
menggosok gigi sesuai O:
kebutuhan - Mulut pasien tampak
- Memasilitasi mandi, sudah tidak terlalu berbau
sesuai kebutuhan - Pasien bersih dan rapi
- Memberikan bantuan setelah dimandikan.
sesuai tingkat - Keluarga tampak paham
kemandirian atas penjelasan tujuan
E: mandi bagi kesehatan
Menjelaskan manfaat mandi
dan dampak tidak mandi A : Masalah teratasi
terhadap kesehatan P : Intervensi dihentikan

74
4. Gangguan Sabtu 22 T S :Keluarga mengatakan pasien
komunikasi verbal april 2021 - Menganjurkan berbicara masih sulit untuk berbicara,
b.d gangguan perlahan O:
neuromuskuler - tampak pasien masih sulit
E berbicara
- Jelaskan tujuan dan - tampak berbicara pelo
prosedur yang akan - mulut mencong kekiri
dilakukan - dan sulit mengeluarkan
kata-kata.
- Keluarga tampak paham
atas penjelasan yg
diberikan.
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
5. Harga diri rendah Sabtu 22 O : S:
situasional d. d april 2021 - Memonitor verbalisasi - keluarga mengatakan
perubahan dengan yang merendahkan diri pasien masih sulit untuk
citra tubuh pasien diajak berkomunikasi
T: - keluaga mengatakan saat
- memfasilitasi berkomunikasi kelurga
lingkungan dan selalu menatap mata
aktivitas yang pasien
meningkatkan harga O:
diri - pasien tampak masih tidak
E: menerima keadaan nya yg
- menjelaskan kepada sekarang,
keluarga pentingnya - Lingkungan yng diberikan
dukungan dalam tampak nyaman dan

75
perkembangan konsep bersih
positif diri pasien - Keluarga tampak paham
- menganjurkan atas penjelasan tentang
mempertahan kan dukungan perkembangan
kontak mata saat konsep diri
berkomunikasi dengan - Tampak saat diajak
orang lain berkomunikasi tidak mau
menatap wajah perawat
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan

76
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Asuhan keperawatan pada klien Ny. E dengan Stroke

Hemoragik dilakukan sejak tanggal 20-22 april 2021, klien masuk

rumah sakit tanggal 17 april melalui IGD RSOMH Bukittinggi.

Pengkajian keperawatan dilakukan diruangan Neurologi lantai 2 pada

tanggal 20 april 2021. Keluhan utama klien mengalami nyeri kepala,

mual muntah, berbicara kurang jelas , kelemahan anggota gerak

sebelah kiri 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari data objektif dan

subjektif pasien mengatakan nyeri kepala skala nyeri 3, keluarga

mengatakan pasien sulit berbicara(pelo), mulut mencong kekiri,

keluarga mengatkan tangan dan kaki pasien lemah susah digerakkan

dan keluarga mengatakan pasien sulit melakukan aktivitas. Pasien

tampak lemah, berbicara kurang jelas, mulut mencong kekiri,

pergerakan pasien tampak terbatas, pasien tampak sulit menggerakkan

sisi tubuh sebelah kiri, tampak aktivitas sehari-hari seperti mandi

dibantu oleh keluarga dari hasil pemeriksaan tingkat kesadaran

compos mentis, GCS (E4 M6 Vafasia) pasien terpasang kateter urine

jumlah urine 800ml/12 jam, warna kuning, terpasang oksigen nasal

kanul 2 liter/I, terpasang NGT dan terpasang infus NACL 0,9 %

12jam/kolov dan TTV : td 170/90 mmHg N: 80 kali/I, S : 36,0 C RR :

77
22 kali/i. Pada riwayat kesehatan dahulu pasien tidak perna

mengalami penyakit yang sama, keluarga mengatkan 4 tahun yang

lalu pasien mengalami riwayat penyakit hipertensi.

4.2 Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan yang pertama yaitu resiko perfusi

serebral tidak efektif berhubungan dengan infark pada jaringan otak

dan hipertensi. Dari hasil pengkajian didapatkan klien memiliki

hipertensi sudah 4 tahun terakhir dialami klien. Pada pemeriksaan

tekanan darah didapatkan hasil melebihi batas normal yaitu 170/90

mmHg. Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang dapat

mengakibatkan pecahnya maupun tersumbatnya pembuluh darah

diotak. Bila tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolic

lebih dari 90 mmHg, maka dapat berpotensi menimbulkan serangan

CVD, terlebih bila telah berjalan selama bertahun tahun. Pecahnya

pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan, akan sangat

fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal, di samping itu

darah ekstravasal akan tertimbun sehingga akan menimbulkan

tekanan intracranial yang meningkat, sedangkan menyempitnya

pembuluh darah otak akan menimbulkan terganggunya aliran darah

ke otak dan sel sel otak akan mengalami kematian (Rosjidi, 2008)

Parameter yang dapat digunakan untuk evaluasi fungsi otak

adalah perfusi darah ke otak atau Cerebral Blood Flow (CBF) dan

bukan tekanan intrakranial atau intra cranial pressure (ICP). Namun,

CBF sulit diukur secara kuantitas karena harus dimonitor secara

78
kontinyu dan menggunakan peralatan khusus dan memliliki tingkat

kesulitan yang tinggi tapi masih dapat menggunakan cara lain yaitu

dengan menilai tingkat kesadaran dan tanda- tanda vital, perubahan

penurunan kesadaran secara signifikan dan perubahan tanda-tanda

vital dapat merupakan gambaran dari gangguan perfusi cerebral

maupun peningkatan tekanan intrakranial (Soemitro et all, 2011).

Masalah keperawatan yang ke dua gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan kelemahan.

Keluhan utama yang dialami klien yaitu mengalami kelemahan

anggota gerak sebelah kiri dan dan tingkat kesadaram GCS

(E4M6Vafasia),pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah

kiri dan aktivitas dibantu oleh keluarga. Dimana kekuatan otot

ekstremitas atas 5555/1111 dan ekstremitas bawah 5555/2222.

Kelemahan ini mengakibatkan klien mengalami gangguan mobilitas

fisik. Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan

fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau ekstremitas atau lebih

(berdasarkan tingkat aktifitas (Walkinson,2011). Disfungsi motorik

yang terjadi mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan dalam

menggerakkan bagian tubuhnya sehingga meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi. Imobilitas dapat menyebabkan kekakuan sendi

(kontraktur), komplikasi ortopedik, atropi otot, dan kelumpuhan saraf

akibat penekanan yang lama (nerve pressure palsies) (Summers et al.,

2009). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskular yaitu besarnya kemampuan sistem saraf mengaktivasi

79
otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang

teraktivasi,maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan oleh

otot tersebut (Cahyati, 2011).

Penurunan kekuatan otot merupakan manifestasi dari

hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh) yang paling sering

ditemukan pada pasien stroke. Defisit motorik pada pasien stroke

berupa hemiparesis atau hemiplegia biasanya disebabkan karena

kerusakan pembuluh darah bagian anterior atau arteri serebral medial

yang mengakibatkan infark pada korteks motorik frontalis (Cahyati,

2011). Saraf yang mengendalikan otot-otot tulang pada manusia

adalah sekelompok neuron sepanjang korteks motorik primer.

Perintah dari otak melalui basal ganglia akan dimodifikasi oleh sinyal

dari serebelum dan kemudian disampaikan melalui saluran piramidal

ke medulla spinalis sampai ke ujung saraf motorik pada otot. Sistem

ektrapiramidal berkontribusi dalam umpan balik yang akan

memengaruhi reaksi otot dan respon (Fatkhurrohman, 2011).

Masalah keperawatan ketiga defisit perawatan diri

berhubungan dengan gangguan neuromuskular. Berdasarkan hasil

pengkajian pada Ny. E mengalami kelemahan pada anggota gerak

yang menyebabkan Ny. E tidak bisa melakukan aktivitas sehingga

semua aktivitas Ny. E dibantu oleh keluarga dan perawat. Personal

hygine merupakan suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang

yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk

memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal

80
hygine adalah perawatan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung

dan telinga, kaki dan kuku, genitalia serta kebersihan dan kerapian

pakaian (Perry, 2005).

Keterbatasan kebersihan diri biasanya disebabkan oleh

kelemahan anggota gerak yang dialami klien, sehingga dirinya tidak

bisa mengurus merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi,

berpakaian, dan berhias. Keterbatasan tersebut akan terus beranjut

dalam pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Manusia mempunyai

kebutuhan yang beragam, namun pada hakikatnya setiap manusia

mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Salah satunya yang

mengalami defisit perawatan diri adalah pasien yang terkena penyakit

stroke memiliki keterbatasan pergerakan dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar (Asmadi, 2008).

Masalah keperawatan yang keempat yaitu gangguan

komunikasi verbal berhubungan gangguan neuromuskuler

berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. E mengalami kesulitan dalam

berbicara dari data objektif pasien tampak berbicara kurang jelas,

berbicara pelo mulut mencong kekiri, GCS : E4M6Vafasia. Afasia

motorik merupakan salah satu gangguan komunikasi yang terjadi

akibat stroke yang dapat menyebabkan gangguan komunikasi

fungsional dan depresi. Pasien dengan afasia motorik membutukan

alat pengganti augmenttative and alternatif communication (ACC)

yang merupakan alat komunikasi pengganti dengan mengggunakan

papan elektronik berupa gambar simbol. Menurut jhonson, hoght,

81
king, dan jeffs(2008), ACC merupakan pengganti komunikasi verbal

seseorang. ACC terdiri dari low technology dan high tecnology . ACC

dengan low tecnology yaitu komunikasi tanpa menggunakan

elektronik, seperti papan komunikasi ang berisi gambar atau simbol

dan tulisan berisi gambar. ACC yang merupakan elektronik adalah

high tecnology , seperti komputer. ACC memberikan keuntungan

terhadap kemampuan bahasa dan berkomunikasi, meningkatkan

kemandirian dan perkembangan hubungan sosial dan membantu

perawat berkomunikasi dengan pasien yang mengalami keterbatasan

komunikasi verbal(Clarkson, 2010).

Kontribusi perawat dalam latihan bicara secara intensif yang

dimulai pada fase akut menunjukkan hasil rehabilitasyang terbaik

terhadap fungsi berbahasa pasien afasia (poslawsky,schhuurmans,

lindeman, hafstensdottir. 2010).

Untuk diagnosa kelima harga diri rendah sitasional

berhubungan dengan perubahan citra tubuh berdasarkan hasil

pengkaji pada Ny. E dari data fsikologis pasien mengatakan tidak

percaya akan penyakit yang dialaminya sekarang, keluarga

mengatakan pasien sulit untuk diajak berkomunikasi, tidak mau

menatap perawat, pasien tampak lemah dan ekpresi wajah tampak

sedih.

Kartini DKK (2013) Menyatakan bahwa harga diri pasien

stroke mayoritas mengalami perubahan konsep diri yaitu konsep diri

negatif karna peningkatan tingkat ketergantungan pasien stroke

82
didukung oleh penelitian fadullah (2014) bahwa ada hubungan antara

tingkat ketergantungan pasien dalamberaktivitas dengan harga diri

penderita stroke, yaitu semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien

maka semakin rendah pula harga diri pasien.

Dari kelima masalah keperawatan di atas, sehubungan dengan

masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif penulis

tertarik melakukan terapi pada pasien stroke yang disebabkan oleh

hipertensi.

Faktor yang menimbulkan terjadi nya stroke salah satunya

hipertensi. Hipetensi merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan.

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya maupun menyempitnya

pembulu darah otak. Apabila pembuludarah otak pecah, maka

timbullah pendarahan otak dan apabila pembulu darahotak

menyempit, maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel sel otak

akan mengalami kematian(ariani, 2012).

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa

pelatihan relaksasi dengan pendekatan behavior yang berupa

guide imagery dan hypnosis dapat menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi. Walaupun hasil penelitian ini

terbukti dapat menurunkan tekanan darah, bukan berarti

penderita hipertensi tidak membutuhkan pengobatan medis

lagi untuk menurunkan tekanan, dengan kata lain relaksasi

bukan satu-satunya intervensi yang berguna untuk

menurunkan tekanan darah. Pada kondisi tertentu, saat

83
tekanan darah se- dang mengalami kenaikan yang signifikan

atau berada pada stadium II maka penderita hipertensi tetap

akan membutuhkan penanganan medis berupa terapi obat

untuk menurunkan tekanan darahnya. Faktor-faktor lain

yang juga tetap perlu dikontrol oleh penderita hipertensi

adalah pola makan yaitu asupan kalori dan zat tertentu

berupa garam dan aktivitas fisik seperti olahraga.

Tekanan darah yang turun setelah mendapatkan pelatihan

relaksasi dapat dijelaskan bahwa di dalam sistem saraf manusia

terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi

sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan- gerakan yg

dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari.

Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan

yang bersifat otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardio-

vaskuler, dan gairah seksual. Sistem saraf otonom terdiri sendiri

terdiri dari subsistem yang kerjanya saling berlawanan, terdiri

dari sistem saraf simpatetis dan sistem saraf parasimpatetis.

Sistem saraf simpatetis bekerja untuk meningkatkan rangsangan

atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya denyut

jantung dan pernafasan, menimbulkan penyempitan pembuluh

darah tepi dan pembesaran pembuluh darah pusat, menurunkan

temperatur kulit dan daya tahan kulit, serta akan menghambat

proses digestif dan seksual. Sebaliknya sistem saraf

parasimpatetis bekerja untuk menstimulasi turunnya semua

84
fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan

menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf

simpatetis. Selama sistem-sistem tersebut berfungsi secara

normal dan seimbang, maka bertambahnya aktivitas sistem yang

satu akan menghambat atau menekan efek sistem yang lain.

Dalam kondisi relaks, tubuh akan mengalami fase istirahat. Pada

saat itulah, tubuh akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatetis.

Bekerjanya saraf parasimpatetis menyebabkan terjadinya

penurunan detak jantung, laju pernafasan dan tekanan darah.

Sebaliknya, ketika tubuh dalam keadaan tegang atau berada

dalam kondisi tidak nyaman maka syaraf simpatik dan otot-otot

pembuluh darah akan berkontraksi sehingga diameter penampang

pembuluh darah kecil akan menurun yang berakibat

meningkatnya tekanan darah.

4.3 Intervensi

Berdasarkan hasil dari analisa pengkajian yang telah dilakukan

kepada Ny. E Efektif berhubungan dengan hipertensi, gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler, Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler dan harga diri rendah sitasional berhubungan dengan

perubahan citra tubuh. Hal ini disesuaikan dengan hasil yang

didapatkan selama pengkajian. Dari ke lima diagnosa keperawatan

yang didapatkan semuanya dilakukan implementasi sesuai intervensi

85
yang telah direncanakan, tetapi dalam melakukan implementasi pada

kasus Ny. E ini lebih ditekan kepada diagnosa resiko perfusi serebral

tidak efektif berhubungan dengan hipertensi karena pasien perna

mengalami riwayat hipertensi menyebabkan komplikasi serius karena

penekanan pada pusat-pusat vital di dalam otak (herniasi) dan dapat

mengakibatkan kematian sel otak.

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan

hipertensi pada pasien stroke, rencana tindakan yang

dilakukan adalah monitor status neurologis klien, monitor

tingkat kesadaran klien, berikan terapi oksigen atur posisi semi

fowler, monitor TIK dan hindari kegiatan yang meningkatkan

tekanan intracranial, memonitor respon Babinski, monitor

tanda-tanda vital( tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi)

berikan terapi intravena, berikan obat sesuai anjuran dokter.

Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan

kecemasan, dengan cara melatih pasien agar mampu

dengan sengaja untuk membuat relaksasi otot-otot

tubuh setiap saat, sesuai dengan keinginan. Menurut

pandangan ilmiah, relaksasi merupakan suatu teknik

untuk mengurangi stres dan ketegangan dengan cara

meregangkan seluruh tubuh agar mencapai kondisi

mental yang sehat(Varvogli & darvivi, 2011).Dari hasil

implementasi teknik relaksasi yang diberikan selama 3 hari

86
kepada Ny. E di dapatkan hasil bahwa pasien merasa lebih

nyaman dan dapat beristirahat dengan nyaman. Dan secara

otomatis hal tersebut dapat membuat hemodinamik pasien

lebih stabil.

Berdasarkan penelitian indahriah sulistyarini dengan judul

terapi relaksasi untuk menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi bahwa

relaksasi dapat menurunkan tekanan darah diastolik pada

penderita hipertesi, teknik relaksasi mampu meningkatkan

kemampuan individu dengan berkurangnya keluhan fisik

seperti rasa nyeri ditengkuk dan kepala, meningkatkan rasa

nyaman dan mengurangi stres.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik

terjadi karena pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba

terganggu, karena sebagian sel- sel otak mengalami kematian

akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah di otak. Stroke hemoragik juga bisa dikatakan

suatu sindrom yang ditandai dengan gejala kelemahan sampai

kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo

atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala, penurunan

kesadaran dangguan rasa ( kelumpuha angota gerak), yang

diberikan tindakan terapi relaksasi stroke hemoragik dapat

menurukan tekanan sistol dan dan diastol

87
b. Diganosa kedua Yaitu hambatan mobilitas fisik, rencana

tindakan yang dilakukan adalah berikan latihan : mobilisasi

dini dan mobilisasi sederhana seperti duduk ditempat tidur dan

latihan pergerakan sendi

c. Diagnose ketiga Yaitu defisit perawatan diri rencana tindakan

yang dilakukan adalah berikan bantuan mandi dan perawatan

rambut dan kulit kepala serta berikan pemeliharaan kesehatan

mulut menggosok gigi.

d. Diagnosa keempat Yaitu gangguan komunikasi verbal tindakan

yang dilakukan adalah menggunakan metode alternafif dalam

berkomunikasi dengan pasien seperti menggunakan ekspresi

wajah dan gerak tubuh saat berkomunikasi dengan pasien.

e. Diagnosa kelima Yaitu harga diri rendah sitonasioal tindakan

yang dilakukan adalah mengajak pasien untuk berkomunikasi.

4.4 Implmentasi Keperawatan

Dari 5 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan

apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan

asuhan keperawatan belum mencapai perkembangan yang diharapkan,

dikarenakan waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada

perawat dan tenaga medis lainnya untuk melanjutkan intervensi yang

telah penulis rencanakan.Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk

mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara

penulis dengan pasien, keluarga, perawat, dokter, dan tim kesehatan

lainnya. Untuk diagnosa pertama yaitu resiko perfusi serebral tidak

88
efektif, hasil yang penulis dapatkan adalah Keluarga pasien mengatakan

pasien mengalami kelumpuhan di sebelah kiri, Keluarga pasien

mengatakan pasien nyeri kepala skala nyeri 3, pasien tampak terbaring

lemah, GCS 15 (E4Vafasia M6) , Tanda tanda vital pasien : TD : 170/90

mmHg, N : 80x/i, P : 22x/i, S : 36,0 C, pasien terpasang oksigen nasal 2

liter.

Untuk diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik, hasil yang

penulis dapatkan ialah keluarga pasien mengatakan tangan dan kaki

sebelah kiri klien sulit digerakkan, keluarga mengatakan aktivitas seperti

mandi dan aktivitas lainnya dibantu oleh keluarga,kekuatan otot

5555/1111 klien tampak lemah, aktivitas klien seperti mandi dan lainya

tampak dibantu oleh keluarga dan tampak sulit menggerakkan sisi tubuh

sebelah kiri.

Untuk diagnose ketiga yaitu deficit perawatan diri : mandi oral

hygine, hasil yang penulis dapatkan ialah keluarga pasien mengatakan

sudah paham atas penjelasan dari perawat, keluarga pasien mengatakan

keluarga sudah berani melakukan perawatan dan personal hygine secara

mandiri, mulut pasien tampak sudah tidak berbau dan rambut tampak

sudah tidak berbau.

Untuk diagnosa keempat adalah gangguan komunikasi verbal,

hasil yang penulis dapatkan ialah keluarga mengatatakan pasien masih

sulit untuk berbicara, pasien tampak masih sulit untuk berbicara, tampak

berbicara pelo, mulut mencong kekiri.

89
Untuk diagnosa kelima adalah harga diri rendah sitasional, hasil

yang penulis dapatkan ialah keluarga mengatakan pasien masih sulit

untuk diajak berkomunikasi, tampak saat diajak berkomunikasi tidak ada

kontak mata dari pasien.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohmah&Walid,2012). Dari Lima diagnosa prioritas utama

yang penulis tegakan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam

melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih

sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari

itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang

maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,

perawat, dokter, dan tim kesehatan lainya.

a. Diagnosa pertama ialah, resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif

berhubungan dengan hipertensi. Pada hari pertama yaitu tanggal 20

april 2021 dengan data pasien mengeluh nyeri kepala skala nyeri 3,

TD : 170/90 mmhg MAP : 116 mmhg tingkat kesadaran compos

mentis GCS (E4M6Vafasia) ) tampak berbicara pelo, mulut mencong

kekiri, kekuatan otot 5555/1111. pada hari kedua tanggal 21 april

2021 pasien mengeluh nyeri kepala sudah berkurang, TD : 150/80

mmhg MAP : 103 mmhg tingkat kesadaran compos mentis GCS

(E4M6Vafasia) tampak berbicara masih pelo, mulut mencong kekiri,

kekuatan otot 5555/1111, Pada hari ketiga 22 april 2021 mengeluh

90
sama seperti hari sebelumnya hanya nyeri kepala sudah hilang dan

masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi

dilanjutkan oleh perawat ruangan.

b. Diagnosa kedua ialah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuskuler, kelemahan otot dan kehilangan

keseimbangan diagnose tegak pada tanggal 20 april 2021, pada hari

pertama tanggal 20 april 2021 keluarga klie mengatakan tangan dan

kaki pasien sebelah kiri lemah sulit digerakkan, aktivitas seperti

mandi dan aktivitas lainy dibantu oleh keluarga, kekuatan otot

5555/1111. Pada hari kedua tanggal 21 april 2021 keluarga pasien

mengatakan tangan dan kaki kiri masih sulit digerakkan, pasien

tampak aktivitas masih dibantu oleh keluarga, keluarga tampak

membantu dalam proses pergerakan dan pasien tampak sudah bias

duduk ditempat tidur. Dan pada hari ketiga tanggal 22 april 2021

keluarga pasien mengatakan Ny. E masih sama seperti kemaren,

masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi dialnjutkan

oleh perawat ruangan.

c. Diagnose ketiga yaitu deficit perawatan diri berhubungan dengan

gangguan neuromuskuler, diagnose ini ditegakkan pada tanggal 20

april 2021 keluarga mengatakan mulut dan rambut pasien setelah

dilakukan oral hygine sudah kurang berbau, keluarga mengatakan

belum berani melakukan oral hygine secara mandiri, keluarga

mengatakan mandi hanya dilap saja, tampak bau mulut dan rambut

pasien sudah berkurang, pada hari kedua pasien tanggal 21 april 2021

91
keluarga klien mengatakan tadi pagi pasien mandi hanya dilap saja,

keluarga tidak berani memandikan pasien secara mandiri, keluarga

mengatakan mulut sudah tidak berbau, tampak mulut bersih tidak

berbau. Pada hari ketiga tanggal 22 april 2021 keluarga mengatkan

Ny. E masih sama seperti hari kemaren hanya pasien telah dilakukan

perawatan mulut dan mandi pasien oleh keluarga secara mandiri,

rambut pasien tampak sudah tidak terlalu berbau dan mulut tampak

tidak berbau, pasien tampak rapi dan bersih setelah dimandikan tetapi

pasien masih tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri,

masalah teratasi intervensi hentikan.

d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

neuromuskuler diagnose ini ditegakkan pada tanggal 20 april 2021,

keluarga mengatakan pasien masih sulit untuk berbicara, pasien

tampak sulit berbicara, tampak berbicara pelo mulut mencong kekiri,

tampak sulit mengeluarkan kata-kata pada hari kedua pasien tanggal

21 april 2021 keluarga klien mengatakan pasien masih sulit berbicara,

tampak masih berbicara pelo mulut mencong kekiri, dan sulit

mengeluarkan kata-kata, pada hari ketiga tanggal 22 april 2021

keluarga mengatkan Ny. E masih sama seperti hari kemaren masih

sulit berbicara, berbicara pelo dan mulut mencong kekiri masalah

belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi dilanjutkan oleh

perawat ruangan.

e. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan dengan

citra tubuh diagnose ini ditegakkan pada tanggal 20 april 2021,

92
keluarga mengatakan pasien sulit untuk diajak berkomunikasi, pasien

tampak sulit diajak berkomunikasi tampak tidak mau menatap

perawat saat diajak berkomunikasi hari kedua pasien tanggal 21 april

2021 keluarga mengatakan pasien masih sulit untuk diajak

berkomunikasi, pasien tampak sulit diajak berkomunikasi tampak

tidak mau menatap perawat saat diajak berkomunikasi pada hari

ketiga tanggal 22 april 2021 keluarga mengatkan Ny. E masih sama

seperti hari kemaren masih tidak mau diajak berkomunikasi dan tidak

ada kontak mata saat diajak berkomunikasi, interveni dilanjutkan

evaluasi dilanjutkan oleh perawat ruangan.

93
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan stroke

hemoragik di ruangan rawat inap neurologi RS Otak Dr. Drs M Hatta

Bukittinggi 2021 dapat disimpulkan sebagai berikut : Pengertian Stroke

merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal

dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan

kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain

kecuali gangguan pembuluh darah otak. maka penulis mendapatkan

pengalaman nyata tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien

tersebut. Penulis dapat melakukan lansung proses keperawatan mulai dari

pengkajian, menentukan diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

5.1.1 saat pengkajian pada tanggal 20 April 2021 jam 09.00 WIB, Klien

masuk ke RSOMH pada tanggal 17 April 2021 dengan diagnosa

medis Hemipares e.c Sh + Hipertensi. Data yang ditemukan pada

pasien GCS : (E4M6Vafasia) pasien mengalami nyeri kepala skala

nyeri 3, pasien mengalami kesulitan dalam berbicara, berbicara pelo

dan mulut mencong kekiri,dan pasien mengalami kelemahan

extremitas bagian kiri dengan kekuatan otot :

5555 1111

5555 2222

94
Data psikolgis yang ditemukan pada pasien pasien pasien

tampakekspresi sedih, keluarga pasien mengatakan pasien sulit untuk

diajak bicara, Pada pemeriksaan haed to toe ditemukan rambut dan

mulut pasien berbau.dan pada pemeriksaan penunjang dari hasil CT

SCAN tampak lesi hiperdens pendarahan thalamus kanan.

5.1.2 Menurut teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus stroke

hemoragik adalah sebanyak 11 masalah kepeawtan Diagnosa

keperawatan yang muncul dalam asuhan keperawatan pada Ny.E

yaitu sebanyak 5 masalah keperawatan yaitu : Resiko perfusi jaringan

serebral b.d hipertensi, Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan

neuromuskular dibuktikan dengan Keluarga mengatakan kaki dan

tangan sebelah kiri pasien sulit untuk bergerak, Keluarga mengatakan

pasien sulit melakukan aktivitas seperti mandi dan aktivitas lainnya

dibantu oleh keluarga Pasien tampak lemah, pasien tampak aktivitas

dibantu oleh keluarga, Pasien tampak sulit menggerakkan sisi tubuh

sebelah kiri, Kekuatan otot :

Gangguan komunikasi verbal b. d gangguan neuromuskuler

dibuktikan dengan keluarga mengatakan pasien sulit berbicara,

keluarga mengatakan pasien berbicara pelo dan mulut mencong

kekiri, Pasien tampak berbicara kurang jelas atau pelo,Mulut pasien

95
tampak pencong kekiri, GCS : ( E4M5Vafasia), Pasien tampak

mengalami gangguan pada saraf vagus, trigeminus dan hipoglosus.

Defisit perawatan diri b. d gangguan neuromuskuler dibuktikan

dengan Keluarga mengatakan kaki dan tangan sebelah kiri pasien sulit

untuk bergerak, keluarga mengatakan pasien sulit melakukan akivitas

seperti mandi dan aktivitas lainya dibantu oleh keluarga, pasien

tampak sulit melakukan akivitas seperti mandi dan aktivitas lainya

dibantu oleh keluarga, Pasien tampak warna gigi kuning, mulut

sedikit berbau, Pasien tampak rambut sedikit berbau, Pasien tampak

sulit menggerakkan sisi tubuh sebelah kiri, Kekuatan otot :

Harga diri rendah situasional b. d perubahan pada citra tubuh

dibuktikan dengan pasien mengatakan masih tidak percaya dengan

penyakit yang dialaminya sekarang, pasien tidak mau berkomunikasi

dengan perawat, pasien tampak lemah, tampak tidak mau menatap

perawat, ekspresi tampak sedih.

5.1.3 Pada rencana tindakan keperawatan meliputi No, Diagnosa

Keperawatan, Tujuan dan Kriteria Hasil, Intervensi, yang dalam

penyusunan disesuaikan dengan teori dan memodifikasi tindakan

keperawatan melihat kondisi pasien dengan mengikut sertakan

keluarga pasien. Dari perencanaan yang disusun oleh penulis,

perencanaan untuk tiga diagnosa keperawatan disusun sesuai dengan

SDKI, SLKI, SIKI. (edisi 1 PPNI)

96
5.1.4 Impelemtasi keperawatan dilakukan pada tanggal 20-22 april 2021,

yang dilakukan pada Ny. E pada masalah resiko perfusi tidak efektif

dengan memonitor tingkat kesadaran, memonitor tanda-tanda vital,

memberikan posisi semi fowler, untuk masalah gangguan mobilitas

fiisik tindakan yang dilakukan ialah memonitor kekuatan otot,

mengajarkan mobilisasi sederhana(mis.duduk ditempat tidur),

masalah gangguan komunikasi verbal tindakan ynag dilakukan adalah

mengajak pasin berbicara secara perlahan, pada masalah defisit

peratwan diri tindakan yang dilakukan ialah melakukan personal

hgyine dan oral hgyine, dan untuk masalah harga diri rendah

sitasional tindakan yang dilakukan adalah mengajak pasien berbicara.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini pada umumnya telah

sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap

pelaksanaan ini penulis menerapkan pengetahuan dan keterampilan

berdasarkan teori yang ada. asuhan keperawatan dan yang diberikan

secara berkesinambungan dan terus- menerus, penulis selalu

bekerjasama dengan perawat ruang, pasien dan keluarga. Pada kasus

ini pelaksanaanya sudah sesuai dengan kondisi pasien tanpa

menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat. Adapun faktor

pendukung dari pelaksanaan adalah adanya kerjasama yang baik

antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dengan penulis.

5.1.5 Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Pasca evaluasi proses penulis menilai jalannya proses keperawatan

sesuai dengan situasi, dan kebutuhan pasien. sedangkan evaluasi hasil

97
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan penulis

dalam rencana keperawatan pasien.

5.1.6 Pada saat penulis melakukan pendokumentasian penulis melakukan

pengumpulan data pada saat pengkajian, menganalisis data untuk

menegakkan diagnosa, menyusun intervensi sesuai rencana yang telah

dilakukan dan perawat melakukan evaluasis dari implementasi yang

sudah diberikan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan

memperluas wawasan mengenai Hemoragik karena dengan adanya

pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu

mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan

kesehatan bagi masyarakat mengenai Stroke Hemoragik dan fakor –

faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus

tersebut.

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Untuk mencegah meningkatnya Stroke hemoragik sebaiknya pasien

di beri informasi yang memadai mengenai Stroke hemoragik itu

sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan di perolehnya informasi yang

cukup maka pencegahan pun dapat dilakukan dengan segera. Adapun

untuk pasien yang telah mengalami atau menderita Stroke

Hemoragik, maka harus segera di lakukan perawatan yang intensif.

98
5.2.3 Bagi Keluarga

Keluarga diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala penyakit

Stroke Hemoragik, sehingga komplikasi dari penyakit tersebut dapat

segera di atasi, dan bagi masyarakat diharapkan mampu

mengendalikan pola hidup yang tidak baik sehingga bisa terhindar

dari penyakit Stroke hemoragik. Diharapkan juga bagi keluarga

bersikap lebih terbuka dalam memberikan informasi yang akan

sangat berguna untuk melakukan rencana tindakan yang tepat

nantinya

5.2.4 Bagi Insitusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangan ilmu

kesehatan keperawatan kepada peserta didik sehingga pengetahuan

dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan

akan dapat membantu dalam mendukung untuk bahan pengajaran

ilmu keperawatan kedepannya. Dan juga diharapkan kepada insitusi

pendidikan agar menambah referensi tentang buku keperawatan

Stroke Hemoragik, keperawatan Dasar, dan asuhan keperawatan

dasar secara teoritis.

99
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2009). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Amila, D. (2015). Pengaruh pemberian augmentatif and alternative

communication(ACC) terhadap kemampuan fungsional komunikasi dan

depresi pasien afasia motorik. Jurnal keperawatan indonesia.

Ariani, T. A. (2012). Sitem neurobehavior. Jakarta:salemba medika

Bahrudin, M. (2013) neuroanatomi dan aplikasi klinis diagnosis topis. 1st

edn.Malang : penerbitan uniiversitas muhammadiyah surakarta.

Clarkson, K. (2010). Afhasia after stroke enabling communication trhough speech

and language depresses aphaia stroke patients. Journal of clinical

nursing, 6(5), 227-231.

Cahyati, Y. (2011). Perbandingan Latihan Rom Unilateral Dan Latihan Rom

Bilateral Terhadap Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Akibat Stroke

Iskemik Di Rsud Kota Tasikmalaya Dan Rsud Kab. Ciamis.

Deswani, E. (2009). Buku saku patofisiologi 3 edisirevisi jakarta:EGC

Dinkes sumatra barat (2013). Profil kesehatan sumatra barat. Padang : dinkes

sumatra barat

Fatkhurrohman, M. (2011). Pengaruh latihan motor imagery terhadap kekuatan

otot ekstremitas pada pasien stroke dengan hemiparesis di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bekasi.

100
Indahria Sulistyarini. (2013) terapi relaksasi untuk menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi. Jurnal psikologis 40,

NO. 1

Kartini, martiani, & ilyas, M. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan

perubahan konsep diri pada pasien pasca stroke di poli klinik saraf rumah

sakit khusus daerahprovinsi sulawesi selatan. Jurnal kesehatan vol. 3

nomor 1

Kemenkes Ri. (2013) Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta : Balitbang

Kemenkes Ri.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor :

1778/Menkes/SK/XII/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan ICU di RS Jakarta.

McPhee S.J & Ganong W.F. 2011. Patofisiologi Penyakit Pegantar Menuju

Kedokteran Klinis, Edisi 5. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakrta: Selemba Medika.

Maliya, A. (2015). Penuntun Praktek Laboratoorium KMB IIIB. Surakarta:

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

101
Robinson, J.M., & Saputra, L. 2014. Visual Nursing (Medikal-Bedah) Jilid 1

(Martha Ardiaria, Penerjemah). Tangerang: Binarupa Aksara Jusuf

Misbach.2011.Stroke.Jakarta.Badan Penerbit FKUI.

Sriyanti, N. P. (2016). Hubungan kesejahteraan spriual dengan kualitas

hiduppasien pasca stroke kesejahteraan spritual 1-7. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses

Keperawatan.Jakarta : EGC

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan.

Jakarta: CV.Sagung Seto.

Varvogli, L., & Darviri, C. (2011). Stress Management Techniques:

evidence- based procedures that reduce stress and promote health,

Health Science Journal, 5(2), 74-89

Wayunah, & Saefulloh, M. (2016). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

kejadian Stroke di RSUD indra mayu. Jurnal Pendidikan Keperawatan

Indonesia, Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesi

Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

102
DAFTAR RIWAYA HIDUP

IDENTITAS PENULIS

Nama : Zikry Septiawan

Tempat/tanggal lahir : Lubuk Ambacang, 11 september 2000

Agama : islam

Program studi : DIII Keperawatan

NO. Hp : 085271144940

Nama ayah : M. Zubir

Nama ibu : Leli Suryani

Jumlah saudara : 4 saudara

Alamat : Lubuk Ambacang, Hulu Kuantan, Kuantan


Singingi, Riau

Email : Zikryseptiawan09@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2007-2012 : SDN 002 Lubuk ambacang


2. Tahun 2013-2015 : SMPN 1 Hulu Kuantan
3. Tahun 2016-2018 : SMAN 1 Hulu Kuantan
4. Tahun 2018-2021 : DIII Keperawatan Universitas Perintis Indonesia

103
104
105
106
107

Anda mungkin juga menyukai