Miftahul Noviarta
18334052
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST
LAPARATOMI ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG RAWAT
INAP BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PARIAMAN
Miftahul Noviarta
18334052
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan KTI yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Post Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman ”
KTI ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan, Jurusan Kesehatan dan
Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Dalam proses
penyusunan KTI ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
(1) Bapak Rektor, Dekan dan Ketua Jurusan yang telah membantu dalam
mendukung dan menfasilitasi selama proses kegiatan belajar mengajar di
Universitas Negeri Padang.
(2) Ibu Ns. Maidawilis, S.Kep, M.Biomed sebagai Koordinator Program Studi
Diploma III Keperawatan Universitas Negeri Padang.
(3) Pimpinan RSUD Pariaman yang telah memberikan izin dalam
pengambilan data awal dan telah memberikan izin peneliti.
(4) Ibu Ns. Hilma Yessy, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan KTI ini.
(5) Ibu Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes sebagai penguji 1 yang telah
menguji sekaligus memberikan saran, mapun perbaikan terhadap KTI ini.
(6) Ibu Ns. Linda Marni, S.Pd, S.Kep, M.Mkes sebagai penguji 2 yang telah
menguji sekaligus memberikan saran, mapun perbaikan terhadap KTI ini.
(7) Staf dan Dosen-dosen Diploma III Keperawatan Universitas Negeri
Padang yang telah memberikan berbagai ilmu selama masa pendidikan
untuk bekal peneliti ini.
Peneliti
ABSTRAK
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2018, diperkirakkan Ileus
Obstruktif merupakan penyakit saluran cerna terbesar penyebab kematian di
dunia. Penderita yang terkena penyakit obstruksi usus terhitung hampir sekitar
30000 yang mengalami kematian. Di Indonesia berdasarkan data Kemenkes 2019
angka kunjungan penderita Ileus Obstrktif di Rumah Sakit di Indonesia mencapai
360.247 pertahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Laparatomi Ileus Obstruktif. Metode
yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Adapun
subjeknya berjumlah 1 pasien yang dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Pariaman pada tanggal 17 - 19 Juni 2021. Setelah dilakukan pengkajian di
dapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu Defisit Nutrisi, Nyeri Akut, dan Resiko
Infeksi. Hasil yang didapat setelah dilakukan implementasi keperawatan yaitu
nafsu makan meningkat, keluhan nyeri berkurang dan resiko infeksi menurun.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus ini adalah yaitu masalah keperawatan
Defisit Nutrisi dan nyeri akut belum teratasi, sedangkan masalah keperawatan
resiko infeksi sudah teratasi dengan pemberian implementasi keperawatan selama
3 hari. Saran sesudah pulang dari rumah sakit, diharapkan pasien dapat
meningkatkan pengetahuan tentang post Laparatomi Ileus obstruktif serta mampu
menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat menghindari komplikasi yang lebih
lanjut.
ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization (WHO) 2018, it is estimated
that Obstructive Ileus is the largest gastrointestinal disease that causes death in the
world. Patients affected by intestinal obstruction disease accounted for almost
about 30000 who died. In Indonesia, based on data from the Ministry of Health in
2019, the number of visits by patients with obstructive ileus in hospitals in
Indonesia reached 360,247 per year. The purpose of this study was to implement
nursing care in patients with obstructive ileus laparotomy. The method used is a
case study by conducting nursing care including assessment, diagnosis,
intervention, implementation, and evaluation. The subjects were 1 patient who
was carried out in the Surgical Inpatient Room of Pariaman Hospital on 17-19
June 2021. After conducting the assessment, 3 nursing diagnoses were obtained,
namely Nutrition Deficit, Acute Pain, and Risk for Infection. The results obtained
after the implementation of nursing are increased appetite, reduced pain
complaints and decreased risk of infection. The conclusion that can be drawn
from this case is that the nutritional deficit and acute pain nursing problems have
not been resolved, while the infection risk nursing problem has been resolved by
providing nursing implementation for 3 days. Suggestions after returning from the
hospital, it is hoped that the patient can increase knowledge about obstructive
ileus laparotomy and be able to apply a healthy lifestyle so that it can avoid
further complications.
Abstrak ...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konsep Kasus
1. Pengertian ................................................................................... 7
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .......................................... 8
3. Etiologi........................................................................................ 12
4. Klasifikasi ................................................................................... 12
5. Faktor Resiko .............................................................................. 14
6. Patofisiologi ................................................................................ 15
7. WOC ........................................................................................... 17
8. Manifestasi Klinis ........................................................................ 18
9. Komplikasi .................................................................................. 18
10. Pemeriksaan penunjang ............................................................. 19
11. Penatalaksanaan Medis .............................................................. 21
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian ................................................................................... 53
2. Diagnosis Keperawatan ............................................................... 65
3. Intervensi Kepeawatan ................................................................. 66
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 71
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 71
B. Pembahasan
1. Pengkajian ................................................................................... 76
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................ 77
3. Rencana Keperawatan .................................................................. 78
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 80
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 84
B. Saran ................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 : Ganchart
Lampiran 6 :Surat Balasan Pengambilan Data Awal Rumah Sakit Umum Daerah
Pariaman
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 11 : Kerahasiaan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk biologis, manusia memerlukan makanan yang
mengandung gizi untuk menunjang kebutuhan metabolisme, makanan
tersebut sebelum diabsorbsi terlebih dahulu diproses disaluran cerna. Salah
satu bagian terpenting dalam sistem pencernaan ialah usus. Apabila terjadi
hambatan pada usus dapat menyebabkan kurangnya kemampuan membentuk
massa feses yang berkaitan dengan peristaltik usus, sehingga saat peristaltik
usus menurun maka terjadi feses yang mengeras dan akhirnya terjadi ileus
obstruktif (Zwani, 2017)
Ileus obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik.
Hal ini dapat disebabkan karena kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis pada segmen usus.
Tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan pada pasien ileus obstruktif
yaitu laparatomi. Tindakan laparatomi adalah pembedahan pada area perut
hingga selaput perut. (Fahlevi, 2020)
Etiologi obstruksi usus didasarkan pada mekanis obstruksi lumen intrinsik
atau kompresi ekstrinsik. Ileus adinamik dan obstruksi pseudo-kolon
disebabkan oleh kurangnya dorongan enterik, Usus besar pseudo-obstruksi
dan ileus adinamik dapat disebabkan oleh obat, trauma, periode pasca
operasi, gangguan metabolisme, dan dasar berbeda Iainnya. Pada 90% kasus
obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi, hernia, dan neoplasma. Perekat
kecil obstruksi usus mewakili 55-75% dari kasus obstruksi usus kecil
sedangkan hernia dan tumor usus kecil akut untuk sisanya. (Calena, 2019)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2018, diperkirakan
Ileus Obstruktif merupakan penyakit saluran cerna terbesar penyebab
kematian di dunia. Penderita yang terkena penyakit obstruksi usus terhitung
hampir sekitar 30000 yang mengalami kematian, dan lebih dari 3 miliar per
tahun dalam pengobatan medis secara langsung sekitar 15% yang mengalami
2016 64
1
2017 52
2
2018 61
3
2019 57
4
2020 46
5
280
Jumlah
(Sumber:Medikal Record RSUD Pariaman, 2021)
Tabel 1.2
Penyakit Terbanyak Yang Ada di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman Tahun 2020
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Penulis
Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam penyusunan
laporan asuhan keperawatan pada pasien dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien Laparatomi Ileus Obstruktif
2. Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit Laparatomi Ileus
Obstruktif sehingga lebih termotivasi untuk sembuh dan mampu
menerapkan pola hidup yang sehat sehingga dapat menghindari
komplikasi yang lebih lanjut
3. Bagi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Pariaman
Diharapkan penelitian ini menjadi masukan dan informasi bagi
petugas RSUD Pariaman khususnya Ruang Rawat Inap Bedah
sehingga benar-benar dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan SOP Rumah Sakit yang telah menjadi acuan selama ini.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi
pendidikan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, untuk bahan bacaan dan menambahkan wawasan bagi
mahasiswa Diploma III Keperawatan Universitas Negeri Padang yang
berkaitan dengan penyakit saluran cerna khususnya Laparatomi Ileus
Obstruktif.
TINJAUAN TEORITIS
4). Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.
abdomen
lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh
mesentriumnya
4) Hernia: Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau
5) Tumor: Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus
6) Kelainan congenital
7. WOC
Perputaran lengkung usus bagian usus menyusup ke usus memutar kembali protusi usus meluas ke lumen usus
bag. lain dibawahnya ke keadaan semula mll area yg lemah
Reflek defekasi Reflek gastro ileum tidak ada Obstruksi usus prosedur invasif luka insisi
tidak ada
(Nursalam, 2018)
8. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik
abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air
besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi
letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang
dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi.
9. Komplikasi
1). Labotarorium
Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik tetapi
dapat membantu dalam menentukan kondisi dari pasien dan
memandu resusitasi. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis,
disertai elektrolit darah, kadar ureum dan kreatinin serta urinalisis
harus dilakukan untuk menilai status hidrasi dan menyingkirkan
sepsis.
Jumlah leukosit dapat memberikan gambaran tentang kondisi
usus. Pada usus halus yang tidak mengalami komplikasi jumlah
leukosit akan tetap normal atau sedikit meningkat, namun jumlah
leukosit yang mengalami peningkatan (>15.000) atau jumlah
leukosit yang sangat sedikit (<4000) merupakan suatu kondisi
yang harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya iskemik pada
usus. Jumlah leukosit yang sangat tinggi lebih dari 18.000 telah
Gambar 2.2. Ileus Obstruktif. Tampak coil spring dan herring bone
appearance
1). Monitor :
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit : mengoreksi defisit
ataukelebihan cairan dan mengganti dengan cairan
intravena.
b. Tanda-tanda vital : ada kenaikan, berarti ada
kemungkinan ada peritonitis.
c. Pasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Bila urine output berkurang, waspadai syok.
d. Cairan lambung : ukur dan catat warnanya.
e. Suara usus
4). Obat-obatan
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan
aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomennya tegang dan kaku.
f. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola Persepsi-Managemen
Kesehatan Biasanya pasien datang setelah merasakan keluhan
nyeri abdomen. Pada pola ini menggambarkan persepsi,
pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti
kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b) Pola Nutrisi
Pada pola ini menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan
dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam
6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, Kebutuhan
jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
Pada pasien post operasi akan mengalami nyeri dan biasanya
terjadi perubahan nafsu makan yang menurun.
c) Pola Eliminasi
Pada penderita ileus obstruksi biasanya terjadi perubahan pola
eliminasi klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi,
distensi abdomen dan konstipasi.
d) Pola Latihan-Aktivitas
Pada umumnya pasien mengalami kesulitan saat beraktivitas
karena nyeri yang dirasakan pasien sebelum operasi yang
disebabkan adanya sumbatan pada usus dan setelah operasi yang
disebabkan insisi pada kulit pasien
f) Pola Istirahat-Tidur
Pola tidur menggambarkan, istirahat dan persepasi tentang
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama
tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh
letih. Pasien post operasi biasanya kesulitan untuk tidur dan
beristirahat karena merasakan nyeri
i) Pola Reproduksi/Seksual
Pada pola ini menggambarkan kepuasan atau masalah yang
aktual atau dirasakan dengan seksualitas, dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hub sex, pemeriksaan genital.
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan Fisik Pemeriksaan IPPA
Kepala I: Struktur kepala normal, kepala
simetris antara kanan dan kiri, rambut
didominasi oleh warna putih (uban),
wajh simetris kiri dan kanan, tidak ada
lesi/bekas luka
P: tidak ada nyeri tekan pada bagian
kepala
Mata I: mata simetris kiri dan kanan,
penglihatan baik, sklera anikterik,
konjungtiva anemis
P: tidak ada nyeri tekan
Hidung I: hidung simetris antara kanan dan
kiri, tidak terdapat lesi maupun
edema, fungsi penciuman masih
bagus, tidak ada perdarahan
P: tidak ada nyeri tekan
Telinga I: telinga simetris kanan dan kiri,
fungsi pendengaran masih baik, tidak
terdapat serumen
P: tidak terdapat nyeri tekan
Mulut, gigi, I: mukosa bibir pucat, tidak ada
lidah pembengkakan gusi, klien mampu
berbicara dengan baik, kemampuan
menelan makanan baik, suara tidak
abnormal
P: tidak terdapat nyeri tekan pada
Nutrition Monitoring
Observasi :
1) Monitor adanya penurunan BB
2) Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa dilakukan
3) Monitor intraksi klien selama
makan
4) Monitor lingkungan selama
makan
5) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
6) Monitor turgor kulit
7) Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
8) Monitor mual dan muntah
9) Monitor kadar Hb, dan kadar Ht
durasi)
3) Identifikasi riwayat alergi obat
4) Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika,
nonnarkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
5) Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
6) Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
1) Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia
2) optimal, jika perlu
3) Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
4) Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
5) Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi:
1) Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
3 Konstipasi Setelah di lakukan tindakan Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam, maka
5). Evaluasi
41
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan
batasan terperinci, memilki pegambilan data yang mendalam dan menyertakan
berbagai sumber informasi (Nursalam, 2014). Penelitian studi kasus ini adalah
studi untuk meneksplorasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Klien Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Pariaman.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan daam studi kasus ini adalah 1 orang pasien dengan
Post Op Ileus Obstruktif Asuhan Keperawatan pada Klien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
dengan inisial Tn. Y.
1. Data Perimer
Adalah data yang pengumpulkan atau diolah sendiri oleh peneliti. Data
perimer dalam penelitian yang berasal dari responden yang bersangkutanyaitu
pada satu klien dan keluaerga dengan kasus pada Klien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
Adapun teknik pengumpulan data dengan menurut sugiyonodengan cara sebagai
berikut :
a) Interview/ Wawancara
Yaitu pengumulan data dengan menggunakan komunikasi langsung dengan
klien, identitas penanggungjawab, keluhan utama, keluhan kesehatan sekarang,
keluhan kesehatan keuarga, dan keluhan kesehatan dahulu. Wawancara bisa
dilakukan secara tatap muka antaa peneliti dengan responden atau cara lain.
b) Observasi Dan Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Yaitu pengamantan langsung pada pasien yang meliputi keadaan umum atau
gejala yang timbul pada klien di antaranya keadaan umum klien, tanda-tanda
vital, dan pemeriksaaan fisik dapat dilakukan dengan cara IPPA (Inspeksi,
Palpasi, Perkursi, Auskultasi).
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari lapangan dimana dilakukan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah seluruh data dari informasi yang
dikumpulkan dan informasi penelitian yang penelitiannya diperoleh dari Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman Adapun teknik pengumpulan data dengan cara
Studi Dokumnetasi yaitu pengumpulan data dan mempelajari catatan medik
keperawatan dan pemeriksaan penunjang dan data lain yaitu hasil labolatorium
dan rontgent untuk mengetahui perkembangan klien.
F. Analisis
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan studi
kasus yang terdiri dari :
1. Informed consent
2. Anonimity
3. Confidentiality
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Email : rsudpariaman.Sumbarprov@gmail.com
Rumah Sakit Umum Pariaman adalah salah satu rumah sakit umum pemerintah
provinsi Sumatra Barat. Rumah Sakit ini terdiri 11 bangsal besar yaitu bangsal
kebinan, bangsal bedah, bangsal interne, bangsal anak, VIP nan tongga, bangsal
paru,bangsal perinatologi, ICU, neurologi, mata dan bangsal jantung, selain itu
rumah sakit juga memiliki laboratorium klinik, radiology, IGD, poli, gizi, dan rawat
jalan atau (poli), rumah sakit ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sarana lain yang dimiliki oleh RSUD Pariaman adalah layanan poli klinik. Poli
yang ada di RSUD Pariaman berjumlah sebanyak 12 buah poli yaitu poli bedah,
penyakitdalam, jantung, anak, kebidanan, neuro, THT, jiwa, paru, mata, akupuntur,
kulit dan 1 ruang fisioterapi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 s/d 19 Juni
2021 di bangsal bedah pada klien Tn. Y.
Jumlah ruang yaitu 7 ruangan, kelas III terdapat 2 ruangan dan terdiri dari 6
tempat tidur, 2 ruangan pada kelas II yang terdiri dari 4 tempat tidur, dan pada kelas
1 terdapat 3 ruangan yang terdiri dari 2 tempat tidur. Di ruangan bedah terdiri
beberapa perawat/pegawai yang bertugas setiap harinya, yaitu terdiri 1 karu, perawat
per shift yaitu 3/2.
B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Ruang Rawat : Ruangan Rawat Inap Bedah
Tanggal Rawat : 15 Juni 2021
1) Identitas Klien
Identitas Klien
a) Nama Tn. Y
b) Jenis Kelamin Laki-laki
c) Umur 55 Tahun
d) Agama Islam
e) Status Perkawinan Menikah
f) Pekerjaan Wiraswasta
g) Pendidikan Terakhir SLTA
h) Alamat Lubuk Sikaping
i) Suku Bangsa Indonesia
j) No. MR 101256
k) Tanggal Masuk 15-Juni-2021
l) Tanggal Pengkajian 17-Juni-2021
m) Dx. Pengkajian Laparatomi Ileus Obstruktif
Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Tn.D
b) Umur 36 Tahun
c) Pendidikan SLTA
d) Pekerjaan Wiraswasta
e) Hubungan dengan Klien Anak
f) Alamat Lubuk Sikaping
dan kopi
Alergi Tidak ada Tidak ada
b) Istirahat dan
Tidur
Jam Tidur 22.00 WIB 00.00 WIB
Jam Bangun 05.00 WIB 05.00 WIB
Masalah Tidur Tidak ada Klien tidur ±5 jam
sehari dikarenakan
nyeri yang dirasakan
c) Eliminasi BAB
Frekuensi 1 x sehari Klien hanya BAB
Bau Bau feses khas sedikit, dengan
Warna Kuning kecoklatan konsistensi lembek
Konsistensi Lembek dan sedikit berlendir
Masalah BAB Tidak ada
d) Frekuensi BAK
Frekuensi >4 x sehari Menggunakan kateter
(500 cc) dalam waktu
7 jam (10.00-19.00)
Bau Bau urin khas Bau urin khas
Warna Kuning Kuning pekat
Masalah BAK Tidak ada Terpasang Folley
Catheter(Kateter
Menetap)
e) Aktivitas
Kegiatan sehari-
hari
Waktu luang Dihabiskan Klien hanya
bersama keluarga beristirahat ditempat
dan sesekali jalan- tidur
jalan bersama
keluarga ke tempat
wisata
f) Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari dilap
Alergi Sabun Tidak ada Tidak ada
Cuci rambut
Frekuensi 1 x 3 hari Klien belum keramas
Kebersihan selama dirawat
kuku
Frekuensi 1 x seminggu 1 x seminggu
Oral hygiene
Gigi 2 x sehari 1 x sehari
6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Tingkat kesadaran : Composmentis
(2) GCS : 14 ( E = 4, V = 6, M = 4 )
(3) Tinggi badan : 164 cm
(4) Berat badan : Sebelum sakit = 53 kg (Normal)
Saat sakit = 48 kg (Berat Badan Kurang)
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah : 130/80 MmHg
(2) Denyut nadi : 98 x/menit
(3) Suhu : 36,50C
(4) Pernafasan : 23 x/menit
7) Pemeriksaan Diagnostik
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Haemoglobin 11,2 P: 14-18 gr/dl
W: 12-16 gr/dl
Leukosit 11,1 5000-10.000 𝑚𝑚 3
Hematrokit 56 % P: (4,5-5,5)
W: (4,0-5,0)
Eritrosit 4,44 P: 4,5-5,5 Jt/µL
W: 4,0-5,0 Jt/µL
Trombosit 410.000 150-400rb 𝑚𝑚 3
Hematokrit 56 % P: 40-48%
W: 38-48%
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 152 SP 180 mg/dl
Ureum 28 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,6 P: 0,6-1,1 mg/dl
W: 0,5-0,9 mg/dl
Na 126 136-146 mmol/L
K 3,2 3,5-5,0 mmol/L
CL 84 96-106 mmol/L
9) Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri 1. Terdapat luka bekas
pada bekas luka post operasi pada tengah
operasi abdomen dari pusar sampai
2. Klien mengatakan luka ke ari-ari
bekas operasi pada tengah 2. Skala nyeri 6
abdomen dari pusar sampai 3. Luka tampak sepanjang 8
ari-ari cm
3. Klien mengatakan nyeri 4. Luka tertutup kain kasa
seperti tertusuk 5. Luka tampak basah
4. Klien mengatakan kualitas 6. Klien tidur ±5 jam/hari
tidur terganggu karena 7. Bising usus ±12x/i
nyeri luka bekas operasi 8. Diit MLTKTP
5. Klien mengatakan skala 9. Klien tampak meringis
nyeri 6 10. Klien tampak gelisah
6. Klien mengatakan nyeri 11. Klien tampak lemah
saat bergerak 12. Klien tampak pucat
7. Klien mengatakan luka post 13. Mukosa bibir klien tampak
operasi masih basah kering
8. Klien mengatakan 14. Turgor kulit tidak elastis
badannya terasa lemah 15. Konjungtiva anemis
9. Klien mengeluh mual dan 16. TB : 164 cm
muntah setelah makan 17. BB sebelum sakit: 53 kg
10. Klien mengatakan nafsu BB saat sakit: 48 kg
makan menurun 18. Hb : 11,2 g/Dl
11. Klien mengatakan hanya 19. Hematrokit 56%
menghabiskan 1/4 porsi 20. Leukosit 11,1 mm3
makanan lunak yang 21. Ketorolac 2x1 amp
disediakan RS 22. Ondansentron 2x1 amp
23. TD = 120/80 mmHg
N = 98 x/i
S = 36,5oC
RR = 23x/i
DO:
1) Tampak luka post operasi
sepanjang 8 cm
2) Skala nyeri 6
3) Klien tampak meringis
4) Klien tampak gelisah
5) Lama tidur klien ±5
jam/hari
6) Injeksi Ketorolac 2x1 amp
7) TTV:
TD: 120/80 MmHg
N: 98 x/i
R: 23 x/i
3 DS: Prosedur invasif Resiko infeksi
1) Klien mengeluh nyeri pada
luka post operasi
2) Klien mengatakan nyeri
terasa seperti tertusuk
3) Klien mengatakan luka
post operasi masih basah
4) Klien mengatakan luka
post operasi terdapat di
tengah perut dari pusar
sampai ari-ari
DO:
1) Terdapat luka post operasi
pada tengah abdomen dari
pusar sampai ari-ari
sepanjang 8 cm
2) Luka masih tampak basah
3) Luka tertutup kain kasa
4) Leukosit 11,1 mm3
2. Diagnosis Keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan ditandai dengan penurunan berat badan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai klien
tampak meringis
3) Resiko infeksi ditandai dengan luka post operasi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi
berhubungan keperawatan selama 1x24
Observasi :
dengan jam diharapkan Status
ketidakmampuan Nutrisi membaik dengan 9) Identifikasi status
mengabsorbsi kriteria hasil: nutrisi
makanan ditandai 1) Porsi makanan yang 10) Identifikasi alergi
dengan dihabiskan dan intoleransi
penurunan berat meningkat (5) makanan
badan 2) Nafsu makan 11) Identifikasi
membaik (5) makanan yang
3) Nyeri abdomen disukai
menurun (5) 12) Identifikasi
4) Berat badan kebutuhan kalori
membaik (5) dan jenis nutrient
5) Indeks massa tubuh 13) Identifikasi
(IMT) membaik (5) perlunya
6) Frekuensi makan penggunaan
membaik (5) selang
7) Bising usus membaik nasogastric
(5) 14) Monitor asupan
8) Membran mukosa makanan
membaik (5) 15) Monitor berat
badan
16) Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3) Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
7) Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
8) Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
9) Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogatrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
3) Anjurkan posisi
duduk, jika
perlu
4) Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
3) Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
4) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
Nutrition Monitoring
Observasi :
11) Monitor adanya
penurunan BB
12) Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
13) Monitor intraksi
klien selama makan
14) Monitor lingkungan
selama makan
15) Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
16) Monitor turgor kulit
17) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
18) Monitor mual dan
muntah
19) Monitor kadar Hb,
dan kadar Ht
20) Monitor kalori dan
intake nutris
Terapeutik :
2) Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 Observasi
dengan agen jam, maka tingkat nyeri 1) Identifikasi lokasi,
pencedera fisik menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
ditandai klien hasil: frekuensi, kualitas,
tampak meringis 1) Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun (5) 2) Identifikasi skala
2) Meringis menurun nyeri
(5) 3) Identifikasi respons
3) Sikap protektif nyeri non verbal
menurun (5) 4) Identifikasi factor
4) Gelisah menurun (5) yang memperberat
5) Kesulitan tidur dan memperingan
menurun (5) nyeri
6) Anoreksia menurun 5) Identifikasi
(5) pengetahuan dan
7) Muntah menurun (5) keyakinan tentang
8) Mual menurun (5) nyeri
9) Frekuensi nadi 6) Identifikasi tentang
membaik (5) pengaruh budaya
10) Pola napas membaik terhadap respon
(5) nyeri
11) Nafsu makan 7) Identifikasi pengaruh
membaik (5) nyeri pada kualitas
12) Pola tidur membaik hidup
(5) 8) Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9) Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat
dan tidur
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Edukasi Teknik Nafas
Observasi
1) Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1) Sediakan materi dan
manfaat teknik nafas
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
Kolaborasi
1) Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
2) Anjurkan menutup
mata dan
berkonsentrasi
penuh
3) Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menhirup udara
melalui hidung
secara pelahan
4) Ajarkan melakukan
ekspirasi
menghembuskan
udara mulut
mencucu secara
perlahan
Resiko infeksi Setelah di lakukan tindakan Pencegahan Infeksi
ditandai dengan keperawatan selama 1x24 Observasi :
luka post operasi jam, maka tingkat infeksi 2) Monitor tanda dan
menurun dengan kriteria gejala infeksi lokal
hasil: dan sistemik
5) Nyeri menurun (5) Terapeutik :
6) Kemerahan menurun 3) Cuci tangan sebelum
(5) dan sesudah kontak
7) Kadar sel darah putih, dengan pasien dan
membaik (5) lingkungan pasien
4) Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
5) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
7) Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
8) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
karakteristik drainase
7) Monitor proses
penyembuhan area
insisi
8) Monitor tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik :
5) Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
6) Usap area insisi dari
area yang bersih
menuju area kurang
bersih
7) Berikan salep
antiseptik, jika perlu
8) Gnti balutan luka
sesuai jadwal
Edukasi :
4) Jelasakan proseur
kepada pasien,
dengan
menggunakan alat
bantu
5) Ajarkan
meminimalkan
tekanan pada tempat
insisi
6) Ajarkan cara
merawat area insisi
C. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara kasus
dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada Tn. Y yang telah di
lakukan sejak tanggal 17 - 19 Juni 2021 di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman (RSUD Pariaman). Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, diagnosa kepcrawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengakajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang telah
dilakukan yaitu dari pengumpulan data, mengelompokan data, dan
menganalisis data. Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang
kebutuhan pasien dan dapat mencapai tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan dari Tn.Y dengan kasus
Post Laparatomi Ileus Obstruktif pada tanggal 17 Juni 2021 di Ruang Rawat
Inap Bedah RSUD Pariaman di dapatkan bahwa Tn. Y masuk rumah sakit
melalui IGD pada tanggal 15 Juni 2021 dengan keluhan : klien mengatakan
nyeri pada bagian perut, mual dan muntah lebih ±4 kali sehari, nafsu makan
menurun, dan klien mengeluh tidak bisa BAB sejak 5 hari terakhir.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien post laparatomi hari ke-2 pada
tanggal 16 Juni 2021 pukul 10.00 WIB ditemukan keluhan nyeri pada area
luka post operasi. P: Nyeri karena post operasi, Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk, R: Daerah lokal post operasi di abdomen S: Skala nyeri 6, T:
Bertambah saat melakukan pergerakan. Tampak luka post operasi sepanjang 8
cm pada tengah abdomen dari pusar sampai ari-ari, luka tampak basah dan
tertutup dengan kain kasa. Klien juga mengeluh nafsu makan menurun, mual
dan muntah setelah makan, dan mengeluh badan terasa lemah. klien tampak
meringis, klien tampak pucat, dan klien tampak gelisah. Saat dilakukan
auskultasi bunyi bising usus klien (12x/i), saat palpasi adanya nyeri tekan, dan
mual dan muntah, adapun perbedaan yang ada dapat disesuaikan dengan
kondisi pasien saat itu.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana
asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap
penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan. Setelah
dilakukan pengkajian pada Tn. Y didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan klien menurun
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan klien mengeluh nyeri
c. Resiko infeksi ditandai dengan luka post operasi
Berdasarkan tinjauan teori Menurut Nursalam (2018) diagnosa
keperawatan yang dapat di temukan pada pasien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif yaitu :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan klien mengeluh mual
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai klien
tampak meringis
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
ditandai dengan pengeluaran feses lama dan sulit
d. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan klien tampak muntah
e. Resiko infeksi ditandai dengan gangguan peristaltik
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, terdapat 3 diagnosa
keperawatan prioritas yang diangkat diantaranya yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi intestinal, distensi abdominal
3. Intervensi
Dalam penentuan intervensi, peneliti merujuk pada literature terbaru yaitu
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) yang disusun oleh Persatuan Perawatan
Nasional Indonesia (PPNI).
Pada kasus Tn. Y setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat memperlihatkan adanya perubahan kesembuhan yang
tampak dari tindakan keperawatan yang diberikan, dimana luaran ini sesuai
dengan SLKI tahun 2019. Pada diagnosa keperawatan Defisit Nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil yaitu nafsu makan dan
porsi makanan yang dihabiskan meningkat dan pada diagnosa keperawatan Nyeri
Akut diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri dan
tampak meringis menurun. Pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu Resiko
Infeksi diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil nyeri
menurun dan kadar sel darah putih membaik.
Sedangkan untuk rencana tindakan keperawatan Tn. Y disesuaikan dengan
SIKI tahun 2018. Pada Defisit Nutrisi dilakukan Manajemen Nutrisi dan
Nutrition Monitoring, Pada Nyeri Akut dilakukan intervensi Manajemen
Nyeri dan Edukasi Teknik Nafas, sedangkan pada Resiko Infeksi dilakukan
intervensi Pencegahan Infeksi dan Perawatan Area Insisi.
dilakukan pada Tn. Y pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut yaitu Klien
mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi sudah berkurang, Klien
mengatakan kualitas istirahat dan tidur membaik, Klien mengatakan lebih
nyaman dan rileks, Klien mengatakan kualitas tidur membaik, Skala nyeri ±3,
Meringis sudah berkurang, Lama tidur ±8 jam/hari, Masalah belum teratasi,
Intervensi dihentikan. Sedangkan, hasil evaluasi yang dilakukan Tn. Y pada
diagnosa keperawatan Resiko infeksi yaitu Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang pada bekas luka operasi, Luka tampak mongering, Luka bersih dan
tertutup kain kasa, Klien tampak nyaman setelah dilakukan perawatan luka,
Masalah teratasi, Intervensi dihentikan.
Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Tim Pokja SDKI DPP PPNI
2017, Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI
2019. Evaluasi pada klien dengan post laparatomi Ileus obstruktif bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk penentuan masalah
teratasi atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan SOAP
(Subjektive, Objektive, Analysis, Planning) dengan tujuan kriteria yang telah
ditetapkan.
Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bahwa evaluasi pada klien
dengan post op laparatomi ileus obstruktif adalah bertujuan untuk mengetahui
masalah Nyeri Akut dan Resiko Infeksi sudah teratasi. Pada diagnosa Nyeri
Akut masalah teratasi, intervensi dihentikan dan pada diagnosa Resiko Infeksi
masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan pada klien sama halnya dengan
pelaksanaan yang dilakukan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017),
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018), dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019)
tidak ada ditemukan perbedaan. Hasil yang didapatkan dapat tercapai secara
optimal dan klien dapat sembuh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. Y
pada tanggal 17 Juni – 19 Juni 2021 maka dapat disimpulkan bahwa:
klien mengeluh nyeri pada area luka post operasi dengan skala nyeri 6,
nyeri terasa seperti tertusuk, nyeri bertambah pada saat melakukan
pergerakan, luka post operasi sepanjang 8 cm pada tengah abdomen
dari pusar sampai ari-ari, luka tampak basah dan tertutup dengan kain
kasa. Nafsu makan menurun, mual dan muntah setelah makan, klien
tampak meringis, mukosa bibir kering, TD: 130/80 mmHg, Nadi:
98x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,50C
2. Diagnosa Keperawatan pada Tn. Y dengan menganalisa data yang ada
pada pengkajian yaitu: Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan berat badan
klien menurun, Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri, Resiko infeksi
ditandai dengan luka post operasi.
3. Intervensi keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan oleh
peneliti. Intervensi keperawatan pada Tn. Y pada msalah keperawatan
Defisit Nutrisi yaitu dilakukan Manajemen Nutrisi dan Nutrition
Monitoring, Pada Nyeri Akut dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
dan Edukasi Teknik Nafas, sedangkan pada Resiko Infeksi dilakukan
intervensi Pencegahan Infeksi dan Perawatan Area Insisi.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai rencana tindakan
yang telah disusun berdasarkan diagnose keperawatan, implementasi
keperawatan dilakukan pada tanggal 17 Juni - 19 Juni 2021.
Implementasi keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa Defisit Nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes, RI. (2018). Buletin data dan Kesehatan: Situasi Ileus Obstruksi di
Sumatera Barat. Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nurarif, (2018). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.
Salikin, arifin Nur (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Ileus
Obstruktif : Makasar, Indonesia
Rekam Medik RSUD Pariaman. (2021). Data Pasien Rawat Inap RSUD Pariaman
Tahun 2020. Pariaman.
RISKESDAS. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; (Penyakit Tidak Menular).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan, Indonesia: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.