Anda di halaman 1dari 113

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST

LAPARATOMI ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG RAWAT


INAP BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PARIAMAN

KARYA TULIS ILMIAH

Miftahul Noviarta

18334052

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST
LAPARATOMI ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG RAWAT
INAP BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PARIAMAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

Miftahul Noviarta
18334052

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

Universitas Negeri Padang


Universitas Negeri Padang
Universitas Negeri Padang
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan KTI yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Post Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman ”
KTI ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan, Jurusan Kesehatan dan
Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Dalam proses
penyusunan KTI ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada :

(1) Bapak Rektor, Dekan dan Ketua Jurusan yang telah membantu dalam
mendukung dan menfasilitasi selama proses kegiatan belajar mengajar di
Universitas Negeri Padang.
(2) Ibu Ns. Maidawilis, S.Kep, M.Biomed sebagai Koordinator Program Studi
Diploma III Keperawatan Universitas Negeri Padang.
(3) Pimpinan RSUD Pariaman yang telah memberikan izin dalam
pengambilan data awal dan telah memberikan izin peneliti.
(4) Ibu Ns. Hilma Yessy, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan KTI ini.
(5) Ibu Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes sebagai penguji 1 yang telah
menguji sekaligus memberikan saran, mapun perbaikan terhadap KTI ini.
(6) Ibu Ns. Linda Marni, S.Pd, S.Kep, M.Mkes sebagai penguji 2 yang telah
menguji sekaligus memberikan saran, mapun perbaikan terhadap KTI ini.
(7) Staf dan Dosen-dosen Diploma III Keperawatan Universitas Negeri
Padang yang telah memberikan berbagai ilmu selama masa pendidikan
untuk bekal peneliti ini.

Universitas Negeri Padang


(8) Teristimewa kepada orang tua serta keluarga dan teman-teman yang selalu
memberikan perhatian, mendoakan dan memberikan dorongan semangat
baik moral maupun material selama penyusunan KTI ini.

Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah


diberikan mendapat imbalan rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Akhir kata, peneliti mendoakan kehadirat Allah SWT semoga bantuan


yang telah diberikan mendapatkan limpahan rahmat dan peneliti
mengharapkan agar KTI ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan.

Pariaman, Juli 2021

Peneliti

Universitas Negeri Padang


Universitas Negeri Padang
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS
NEGERI PADANG

Karya Tulis Ilmiah,Juli 2021


Miftahul Noviarta : 18334052

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Laparatomi Ileus Obstruktif Di


Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Pariaman
xiv + V BAB + 75 Halaman + 8 Tabel + 1 Bagan + 4 Gambar + 13 Lampiran

ABSTRAK
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2018, diperkirakkan Ileus
Obstruktif merupakan penyakit saluran cerna terbesar penyebab kematian di
dunia. Penderita yang terkena penyakit obstruksi usus terhitung hampir sekitar
30000 yang mengalami kematian. Di Indonesia berdasarkan data Kemenkes 2019
angka kunjungan penderita Ileus Obstrktif di Rumah Sakit di Indonesia mencapai
360.247 pertahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Laparatomi Ileus Obstruktif. Metode
yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Adapun
subjeknya berjumlah 1 pasien yang dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Pariaman pada tanggal 17 - 19 Juni 2021. Setelah dilakukan pengkajian di
dapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu Defisit Nutrisi, Nyeri Akut, dan Resiko
Infeksi. Hasil yang didapat setelah dilakukan implementasi keperawatan yaitu
nafsu makan meningkat, keluhan nyeri berkurang dan resiko infeksi menurun.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus ini adalah yaitu masalah keperawatan
Defisit Nutrisi dan nyeri akut belum teratasi, sedangkan masalah keperawatan
resiko infeksi sudah teratasi dengan pemberian implementasi keperawatan selama
3 hari. Saran sesudah pulang dari rumah sakit, diharapkan pasien dapat
meningkatkan pengetahuan tentang post Laparatomi Ileus obstruktif serta mampu
menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat menghindari komplikasi yang lebih
lanjut.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Ileus Obstruktif


Daftar Pustaka : 21 (2016-2020)

Universitas Negeri Padang


DIPLOMA III STUDY PROGRAM OF NURSING UNIVERSITY STATE
PADANG

Scientific Writing, July 2021


Miftahul Noviarta : 18334052

Nursing Care in Patients with Post Op Obstructive Ileus in the Pariaman


Surgery Inpatient Room in 2021
Xiv + V CHAPTER + 75 Pages + 8 Tables + 1 Charts + 4 Figures + 13
Appendices

ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization (WHO) 2018, it is estimated
that Obstructive Ileus is the largest gastrointestinal disease that causes death in the
world. Patients affected by intestinal obstruction disease accounted for almost
about 30000 who died. In Indonesia, based on data from the Ministry of Health in
2019, the number of visits by patients with obstructive ileus in hospitals in
Indonesia reached 360,247 per year. The purpose of this study was to implement
nursing care in patients with obstructive ileus laparotomy. The method used is a
case study by conducting nursing care including assessment, diagnosis,
intervention, implementation, and evaluation. The subjects were 1 patient who
was carried out in the Surgical Inpatient Room of Pariaman Hospital on 17-19
June 2021. After conducting the assessment, 3 nursing diagnoses were obtained,
namely Nutrition Deficit, Acute Pain, and Risk for Infection. The results obtained
after the implementation of nursing are increased appetite, reduced pain
complaints and decreased risk of infection. The conclusion that can be drawn
from this case is that the nutritional deficit and acute pain nursing problems have
not been resolved, while the infection risk nursing problem has been resolved by
providing nursing implementation for 3 days. Suggestions after returning from the
hospital, it is hoped that the patient can increase knowledge about obstructive
ileus laparotomy and be able to apply a healthy lifestyle so that it can avoid
further complications.

Keywords: Nursing Care, Obstructive Ileus


Bibliography : 21 (2016-2020)

Universitas Negeri Padang


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i

Halaman Persetujuan .....................................................................................iii

Halaman Pengesahan ..................................................................................... iv

Kata Pengantar .............................................................................................. v

Halaman Pernyataan Orisinilitas .................................................................. vii

Abstrak ...........................................................................................................viii

Daftar Isi ......................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................... xi

Daftar Bagan .................................................................................................. xii

Daftar Gambar ...............................................................................................xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kasus
1. Pengertian ................................................................................... 7
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .......................................... 8
3. Etiologi........................................................................................ 12
4. Klasifikasi ................................................................................... 12
5. Faktor Resiko .............................................................................. 14
6. Patofisiologi ................................................................................ 15
7. WOC ........................................................................................... 17
8. Manifestasi Klinis ........................................................................ 18
9. Komplikasi .................................................................................. 18
10. Pemeriksaan penunjang ............................................................. 19
11. Penatalaksanaan Medis .............................................................. 21

Universitas Negeri Padang


B. Konsep Asuhan Keprawatan
1. Pengkajian ................................................................................... 23
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan......................................... 28
3. Rencana Keperawatan ................................................................. 29
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 36
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................... 49


B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 49
C. Subjek Penelitian ............................................................................... 49
D. Instrument Pengumpulan Data ........................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 50
F. Rencana Analisis ................................................................................ 51
G. Etik Penelitian ................................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian ................................................................................... 53
2. Diagnosis Keperawatan ............................................................... 65
3. Intervensi Kepeawatan ................................................................. 66
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 71
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 71
B. Pembahasan
1. Pengkajian ................................................................................... 76
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................ 77
3. Rencana Keperawatan .................................................................. 78
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 80
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 84
B. Saran ................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Negeri Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan ..................................................................... 33


Tabel 4.1 Kebiasaan Sehari-hari ...................................................................... 57
Tabel 4.2 Pemeriksaan Head To Toe ................................................................ 61
Tabel 4.3 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 61
Tabel 4.4 Data Fokus ....................................................................................... 64
Tabel 4.5 Analisa Data..................................................................................... 65
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan .................................................................... 66
Tabel 4.7 Implementasi dan Evaluasi ............................................................... 71

Universitas Negeri Padang


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC (Web Of Caution) Peritonitis ................................................... 19

Universitas Negeri Padang


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ........................................... 9

Gambar 2.2 Anatomi Peritoneum ..................................................................... 11

Universitas Negeri Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart

Lampiran 2 : Lembar ACC judul

Lampiran 3 : Format Pengkajian

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan

Lampiran 5 : Surat Izin Pengambilan Data dari Universitas Negeri Padang

Lampiran 6 :Surat Balasan Pengambilan Data Awal Rumah Sakit Umum Daerah
Pariaman
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Balasan izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi

Lampiran 11 : Kerahasiaan

Lampiran 12 : Daftar Hadir Mahasiswa Penelitian

Universitas Negeri Padang


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk biologis, manusia memerlukan makanan yang
mengandung gizi untuk menunjang kebutuhan metabolisme, makanan
tersebut sebelum diabsorbsi terlebih dahulu diproses disaluran cerna. Salah
satu bagian terpenting dalam sistem pencernaan ialah usus. Apabila terjadi
hambatan pada usus dapat menyebabkan kurangnya kemampuan membentuk
massa feses yang berkaitan dengan peristaltik usus, sehingga saat peristaltik
usus menurun maka terjadi feses yang mengeras dan akhirnya terjadi ileus
obstruktif (Zwani, 2017)
Ileus obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik.
Hal ini dapat disebabkan karena kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis pada segmen usus.
Tindakan pembedahan yang biasanya dilakukan pada pasien ileus obstruktif
yaitu laparatomi. Tindakan laparatomi adalah pembedahan pada area perut
hingga selaput perut. (Fahlevi, 2020)
Etiologi obstruksi usus didasarkan pada mekanis obstruksi lumen intrinsik
atau kompresi ekstrinsik. Ileus adinamik dan obstruksi pseudo-kolon
disebabkan oleh kurangnya dorongan enterik, Usus besar pseudo-obstruksi
dan ileus adinamik dapat disebabkan oleh obat, trauma, periode pasca
operasi, gangguan metabolisme, dan dasar berbeda Iainnya. Pada 90% kasus
obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi, hernia, dan neoplasma. Perekat
kecil obstruksi usus mewakili 55-75% dari kasus obstruksi usus kecil
sedangkan hernia dan tumor usus kecil akut untuk sisanya. (Calena, 2019)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2018, diperkirakan
Ileus Obstruktif merupakan penyakit saluran cerna terbesar penyebab
kematian di dunia. Penderita yang terkena penyakit obstruksi usus terhitung
hampir sekitar 30000 yang mengalami kematian, dan lebih dari 3 miliar per
tahun dalam pengobatan medis secara langsung sekitar 15% yang mengalami

Universitas Negeri Padang


sakit perut akut. Di Rumah Sakit di Amerika Serikat sekitar 20% dari kasus
yang membutuhkan perawatan bedah akut dan Indonesia menempati urutan
ke 107 jumlah kematian diakibatkan penyakit saluran cerna dunia tahun
(2018) dengan 393 jiwa per 100.000 jiwa.
Menurut data Depkes (2019) angka kunjungan penderita penyakit ileus
obstruktif di Rumah Sakit seluruh Indonesia mencapai 360.247 penderita dan
menempati urutan ketiga yang menyebabkan kematian dari penyakit saluran
cerna.
Berdasarkan hasil penelitian Kezia Febiola (2019) tentang pravelensi
penyakit ileus obstruktif, Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari
seluruh pembedahan darurat. Bila operasi dilakukan dalam 24-48 jam dapat
menurunkan angka kematian hingga kurang dari 10%. Usia terbanyak adalah
46-55 tahun, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (69%), penyebab
terbanyak adalah adhesi (38%) berdasarkan letak obstruksi terbanyak adalah
letak rendah (61%), kondisi pulang pasien terbanyak yaitu membaik (49%).
Sedangkan menurut data Dinkes Sumatra Barat (2018) didapatkan bahwa
data dari 503 pasien dengan masalah ileus obstruktif dilakukan tindakan
laparatomi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritini (2018)
pada 20 pasien yang di lakukan laparatomi di ruang Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang didapatkan bahwa pengalaman nyeri yang dirasakan pada
awal pasien sadar tidak begitu merasakan nyeri. Namun beberapa jam
setelahnya, nyeri dirasakkan semakin meningkat dengan puncak nyeri pada 6-
7 jam setelah operasi. Rata-rata nyeri pasien yaitu skala 6-8. Selama nyeri
pasien hanya melakukan teknik napas dalam yang di ajarkan oleh perawat
ruangan.
Saat melakukan pengambilan data pada tanggal 3 Mei 2021 di Rekam
Medik RSUD Pariaman, bahwasannya pasien yang menderita ileus obstruktif
pada tahun 2016 sampai 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Universitas Negeri Padang


Tabel 1.1
Data Kasus Ileus obstruktif di RSUD Pariaman Tahun 2020

No Tahun Jumlah kasus pertahun

2016 64
1
2017 52
2
2018 61
3
2019 57
4
2020 46
5
280
Jumlah
(Sumber:Medikal Record RSUD Pariaman, 2021)

Tabel 1.2
Penyakit Terbanyak Yang Ada di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman Tahun 2020

No Nama penyakit Jumlah


1 CKR 60
2 Appendisitis 47
3 Ileus obstruktif 46
4 Hernia 41
5 Peritonitis 31
6 Ca rectio 28
7 Hemoroid 19
8 Tumor mamae 17
9 Dm tipe II 15
10 Ca mamae 13
(Medical Record RSUD Pariaman, 2021)

Universitas Negeri Padang


Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari RSUD pariaman pada tahun
2020 jumlah kasus ileus obstruktif pada tahun tersebut tercatat sebanyak 46
kasus dengan rata-rata perbulanya sebanyak 1-3 angka kejadian.
Saat dilakukan wawancara bersama salah satu perawat khususnya di
ruang rawat inap RSUD Pariaman pada tanggal 17 Juni 2021 tentang pasien
dengan ileus obstruktif mengatakan bahwa penyakit tersebut merupakan
penyakit yang akhir-akhir ini banyak terjadi khususnya di RSUD Pariaman,
klien dengan penyakit tersebut mendapatkan tindakan laparatomi dan selama
nyeri pasca tindakan laparatomi, pasien diajarkan melakukan teknik napas
dalam serta perawatan pada pasien dengan ileus obstruktif membutuhkan
waktu yang cukup lama. Sedangkan hasil observasi dan wawancara kepada
pasien yang mengalami ileus obstruktif bahwa klien tampak lemah, pucat,
dan tampak meringis karena luka post op laparatomi. Klien mengatakan
sebelumnya tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya dan
mengatakan baru pertama kali mendengar istilah penyakit tersebut. Pasien
mengatakan awal mulanya klien merasa perut terasa nyeri serta begah, klien
mengatakan juga kesulitan BAB dan juga buang angin. Klien juga
mengatakan juga merasakan sesekali mual serta nafsu makan klien juga ikut
menurun.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
Laporan Studi Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Laparatomi Ileus Obstruksi Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah “Bagaimanakah Asuhan Keperaawatan pada pasien dengan
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Pariaman ”.

Universitas Negeri Padang


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menggali atau mempelajari asuhan keperawatan pada


pasien dengan Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap
Bedah RSUD Pariaman

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan laporan studi kasus ini diharapkan mahasiswa


mampu :
1) Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman
2) Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman
3) Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman
4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD
Pariaman
6) Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan Post
Laparatomi ileus obstruktif di ruang rawat inap bedah RSUD
Pariaman

Universitas Negeri Padang


D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam penyusunan
laporan asuhan keperawatan pada pasien dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien Laparatomi Ileus Obstruktif
2. Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit Laparatomi Ileus
Obstruktif sehingga lebih termotivasi untuk sembuh dan mampu
menerapkan pola hidup yang sehat sehingga dapat menghindari
komplikasi yang lebih lanjut
3. Bagi Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Pariaman
Diharapkan penelitian ini menjadi masukan dan informasi bagi
petugas RSUD Pariaman khususnya Ruang Rawat Inap Bedah
sehingga benar-benar dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan SOP Rumah Sakit yang telah menjadi acuan selama ini.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi
pendidikan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, untuk bahan bacaan dan menambahkan wawasan bagi
mahasiswa Diploma III Keperawatan Universitas Negeri Padang yang
berkaitan dengan penyakit saluran cerna khususnya Laparatomi Ileus
Obstruktif.

Universitas Negeri Padang


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Ileus Obstruksi


1. Definisi Ileus Obstruksi
Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan
yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus kedepan, tetapi
peristaltiknya normal (Reeves, 2015). Ileus adalah gangguan pasase isi
usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera
memerlukan pertolongan atau tindakan. (Darmawan, dkk, 2017)
Ileus Obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis
pada segmen usus. (Fahlevi, 2020)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, obstruksi usus
adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakkan.
2. Anatomi Fisiologi

Gambar.2.1.Sistem saluran pencernaan (Hurd, 2016)


1). Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus keciladalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

Universitas Negeri Padang


akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke
hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus:lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang ( \M Longitidinal)
dan lapisan serosa (Sebelah Luar)Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Panjangnya ±25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri.
Padabagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri. Ususdua belas jari atau
duodenumadalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latinduodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.

Universitas Negeri Padang


b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-
2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum
diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton,
jejunus, yang berarti "kosong".Mukosa usus halus Permukaan
epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi
memudahkan penernaan dan absorpasi.

c. Usus Penyerapan (illeum)


Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Fungsi usus halus :
a) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c) Karbonhidrat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus
halus.

Universitas Negeri Padang


2). Usus besar (Kolon)
Panjangnya ±1 meter, Lebar 5-6 cm . Usus besar atau kolon dalam
anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Usus besar
terdiri :
a. Kolon asenden : Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur
ke atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm
b. Kolon transversum : Membujur dari kolon asenden sampai ke
kolon desenden dengan panjang ± 28 cm
c. Kolon desenden : Terletak dirongga abdomen disebelah kiri
membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm
d. Kolon sigmoid : Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang
membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi


mencerna beberapa bahan yang membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti Vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare.

3). Usus Buntu


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: Caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang berhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
ekslusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing

4). Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar.

Universitas Negeri Padang


3. Etiologi
Etiologi ileus obstruktif Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adalah:
1) Perlengketan: Lengkung usus menjadi melekat pada area yang

sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan

abdomen

2) Intusepsi: Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian

lain yang ada dibawahnya akibat penyimpitan lumen usus. Segmen

usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltic

yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi

pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum

kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal)

lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh

rectum dan anus

3) Volvulus: Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir

sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan

menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini

dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada

mesentriumnya

4) Hernia: Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau

dinding dan otot abdomen

5) Tumor: Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

6) Kelainan congenital

Universitas Negeri Padang


4. Klasifikasi

1) Menurut sifat sumbatannya

Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruksi dibagi atas 2


tingkatan, yaitu :
a. Obstruksi biasa (Simple obstruction) yaitu penyumbatan
mekanis di dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah,
antara lain karena atresia usus dan neoplasma.
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus.

2) Menurut Letak Sumbatannya


Menurut letak sumbatannya, maka ileus dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
3) Menurut Etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruksi dibagi menjadi 3, yaitu
a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh
adhesi (postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical)
neoplasma (karsinoma), dan abses intrabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasnya terjadi
karena kelainan kongential (malrotasi), inflamasi (Chron’s
disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intraluminal) yaitu penyebabnya dapat
berada di dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu.
4). Menurut Stadiumnya
Ileus obstruksi dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
yaitu :
a. Obstruksi sebagian (partisl obstruction) : obstruksi terjadi
sebagiaan sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat
flatus dan defekasi sedikit.

Universitas Negeri Padang


b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan
yang tidak disertai terjepinya pembuluh darah (tidak disertai
gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulted obstruction) : obstruksi
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
(Indrayani, 2016).
5. Faktor Resiko
Faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya obstruksi usus
halus akibat adhesi adalah teknik operasi dan luasnya jaringan
peritonium yang mengalami kerusakan. Teknik operasi laparaskopi dan
operasi terbuka mempunyai peranan yang penting terhadap morbiditas
adhesi. Pada penelitian retrospektif 446.331 kasus operasi abdomen
didapatkan data kejadian adhesi 7,1% pada operasi cholesistekstomi
terbuka dibandingkan 0.2% dengan teknik laparaskopi. Pada total
histerektomi didapatkan 15,6% kejadian adhesi dibandingkan 0.0% pada
prosedur laparaskopi. Kejadian adhesi tidak bermakna pada tindakan
operasi appendektomi, baik secara terbuka ataupun laparaskopi.
(Dubuisson, 2016; Swank,; Kamel,2016)
Faktor risiko lainnya adalah usia lebih muda dari 60 tahun,
peritonitis, tindakan operasi emergensi, luka tusuk, luka tembak,
tindakan laparatomi dalam lima tahun belakang, mempunyai risiko yang
lebih besar untuk mengalami adhesi. Hampir seluruhnya ileus obstruksi
karena adhesi pasca operasi terjadi pada usus halus dan jarang sekali
terjadi pada usus besar. Diperkirakan setiap tahunnya kasus ileus
obstruksi yang disebabkan adhesi pascaoperasi ± 1 % dari seluruh kasus
rawat inap, 3% dari kasus emergensi, dan 4% dari seluruh kasus
laparotomi eksplorasi. Ileus obstruksi yang disebabkan adhesi juga
menyebabkan gangguan produktivitas dan membutuhkan biaya yang
tidak sedikit untuk operasi adhesiolisis. Penelitian Ray tahun 2010 di
Amerika Serikat memperlihatkan adhesiolisis menghabiskan 1.3 milyar
US dollar setiap tahunnya.

Universitas Negeri Padang


Penelitian retrospektif Menzies dan Ellis tahun 2017 terhadap 80
kasus ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi terjadi paling sering
(57%) dalam waktu 1 tahun setelah tindakan operasi yang pertama,
diikuti 21.25% terjadi dalam waktu 1-5 tahun, 21.25% terjadi dalam
waktu lebih dari 10 tahun dan paling sedikit terjadi dalam waktu 1 bulan
sebanyak 0.5%. Penelitian ini juga menyebutkan 75% dari seluruh pasien
yang mengalami ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi tersebut
awalnya menjalani pembedahan di daerah abdomen dibawah kolon
transverum, diantaranya apendektomi, kolektomi, dan operasi
ginekologis.
6. Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis, dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh
perlengketan neoplasma, hernia, benda asing, volvulus. Adanya
penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu
sehingga akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya
akumulasi isi usus dapat meneyebabkan gangguan absorbsi H 2O dan
elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H 2O dan
natrium. Selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan
ekstraseluler sehingga terjadi syok hypovolemik, penurunan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan , hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan
kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Retensi juga dapat
menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan
menyebabkan sulit bernapas. Selain itu distensi juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi
iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture dan perforasi,
sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke
peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.

Universitas Negeri Padang


Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang
perstaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke
mulut. keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan yang
akan menyebabkan dehidrasi.

Universitas Negeri Padang


16

7. WOC

Perlekatan lengkung usus intusepsi vulvulus Hernia Tumor dalam dinding

Perputaran lengkung usus bagian usus menyusup ke usus memutar kembali protusi usus meluas ke lumen usus
bag. lain dibawahnya ke keadaan semula mll area yg lemah

Penyempitan lumen usus

Reflek defekasi Reflek gastro ileum tidak ada Obstruksi usus prosedur invasif luka insisi
tidak ada

Akumulasi gas & cairan didalam lumen sebelah


MK : proksimal
Nyeri obstruktif
MK : Konstipasi
akut MK: Resiko infeksi

Distensi Kehilangan H2O & elektrolit

merangsang mual & muntah volume ECF

muntah terus menerus Syok hipovolemik

MK : Defisit nutrisi MK : Gangguan keseimbangan cairan

(Nursalam, 2018)

Universitas Negeri Padang


17

8. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik
abdomen, mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air
besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi
letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang
dominant adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat
dilatasi.

Gambar 2.2.Manifestasi klinis Ileus Obstruksi

9. Komplikasi

1) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi


peradangan pada selaput rongga perut (peritonium) yang
disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam darah (bakterimia).

2) Syok hypovolemia terjadi akibat terjadi dehidrasi dan


kekurangan volume cairan.

3) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan


terbentuknya suatu lubang usus yang menyebabkan kebococran

Universitas Negeri Padang


18

isi usus kedalam rongga perut, Kebococran ini dapat


menyebabakan peritonitis.

a. Nekrosis usus adalah adanya kematian jaringan pada usus.


b. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanaya
bakteri.
c. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah
didaerah anus oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat
pada anus.
d. Sindroma usus pendek dengan malabsorbsi dan malnutrisi
adalah suatu keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa
mengabsorbsi nutrisi karena pembedahan.
e. Gangguan elektrolit. Trefluk muntah dapat terjadi akibat
distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion
hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan
penurunan klorida dan kalium dalam darah.

10. Pemeriksaan Penunjang

1). Labotarorium
Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik tetapi
dapat membantu dalam menentukan kondisi dari pasien dan
memandu resusitasi. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis,
disertai elektrolit darah, kadar ureum dan kreatinin serta urinalisis
harus dilakukan untuk menilai status hidrasi dan menyingkirkan
sepsis.
Jumlah leukosit dapat memberikan gambaran tentang kondisi
usus. Pada usus halus yang tidak mengalami komplikasi jumlah
leukosit akan tetap normal atau sedikit meningkat, namun jumlah
leukosit yang mengalami peningkatan (>15.000) atau jumlah
leukosit yang sangat sedikit (<4000) merupakan suatu kondisi
yang harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya iskemik pada
usus. Jumlah leukosit yang sangat tinggi lebih dari 18.000 telah

Universitas Negeri Padang


19

terbukti mempunyai korelasi adanya usus yang telah mengalami


ganggrenous. (Moran, 2015).
Namun hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Tanaka pada tahun 2016 dengan melihat beberapa
parameter laboratorium pemeriksaan darah yaitu laktat, leukosit,
amylase, dan C-reaktif protein untuk mendeteksi terjadinya
strangulasi usus akibat sumbatan usus halus. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa satu-satunya parameter pemeriksaan
laboratorium yang bermakna terhadap viabilitas usus adalah
pemeriksaan laktat dalam darah. (Tanaka, 2016).

2). Foto Polos Abdomen


Dilatasi usus halus disertai dengan air-fluid level, dapat negatif
pada obstruksi usus bagian proksimal. Pada foto supine kita dapat
memastikan obstruksi usus halus jika didapati gambaran dilatasi
usus berada dibagian central foto, adanya plica sirkularis, tidak
terdapat udara pada kolon, dan adanya multiple air fluid level
pada foto upright/LLD. Adanya gambaran udara bebas pada foto
upright menandakan suatu perforasi.

3). USG Abdomen

USG abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan


obstruksi usus halus. USG dapat mendeteksi adannya air-fluid
level, dilatasi usus proksimal sampai kolapsnya usus bagian
distal. Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa USG lebih
superior dibandingkan plain foto abdomen dalam mendeteksi
obstruksi usus halus. Namun USG amatlah operator dependent,
sehingga keahlian dan pengalaman amat menentukan dalam
diagnostik.

4). Pemerikan CT-Scan


Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT-Scan akan mempertunjukkan secara lebih

Universitas Negeri Padang


20

teliti adanya kelainan pada dinding usus (ostruksi komplet, abses,


keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

5). Pemeriksaan Radiologi


Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus
obstruktif dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
a. Ileus obstruksi letak tinggi :
a) Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di
ileocecaljunction) dankolaps usus di bagian distal
sumbatan.
b) Coil spring appearance
c) Herring bone appearance
d) Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak
(stepladder sign)
b. Ileus obstruksi letak rendah :
a) Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
b) Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak pada tepi abdomen
c) Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan
pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi
usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.

Universitas Negeri Padang


21

Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik:

Gambar 2.2. Ileus Obstruktif. Tampak coil spring dan herring bone
appearance

Gambar 2.3.Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

Universitas Negeri Padang


22

10. Penatalaksanaan Medik

1). Monitor :
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit : mengoreksi defisit
ataukelebihan cairan dan mengganti dengan cairan
intravena.
b. Tanda-tanda vital : ada kenaikan, berarti ada
kemungkinan ada peritonitis.
c. Pasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Bila urine output berkurang, waspadai syok.
d. Cairan lambung : ukur dan catat warnanya.
e. Suara usus

2). Dekompresi atas dan bawah


a. Dekompresi dengan NGT, penderita dipuasakan.
b. Lavement

3). Memperbaiki ventilasi


Posisi Fowler sehingga expansi diafragma luas.
a. Menganjurkan penderita bernafas melalui hidung
dantidak menelan udara karena akan menambah distensi
b. Menganjurkan bernafas dalam.

4). Obat-obatan
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan
aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.

5).Tindakan bedah bila:


a. Strangulasi
b. Obstruksi lengkap
c. Hernia inkarserata
d. Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif

Universitas Negeri Padang


23

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


1). Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status
kesehatan klien. (Nursalam, 2018)
a. Identitas
Nama, umur (umunya terjadi pada semua umur, terutama pada
dewasa laki-laki dan perempuan),alamat,jenis kelamin,agama, suku
bangsa, pekerjaan, status perkawinan, gaya hidup.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomennya tegang dan kaku.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya klien mengeluhkan adanya nyeri pada luka post operasi,
sulit untuk beraktivitas, mual muntah, dan tidak nafsu makan.
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluahan.


Q :Bagaimana keluhan dirasakan oleh klien oleh klien, apakah
hilang timbul atau terus-menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai
skala neumeric 1-10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus faktor yang memperberat
dan memperingan keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah dioperasi sebelumnya, apakah ada
riwayat tumor, kanker.

Universitas Negeri Padang


24

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang
sama dengan klien.

f. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola Persepsi-Managemen
Kesehatan Biasanya pasien datang setelah merasakan keluhan
nyeri abdomen. Pada pola ini menggambarkan persepsi,
pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti
kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

b) Pola Nutrisi
Pada pola ini menggambarkan masukan Nutrisi, balance cairan
dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam
6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, Kebutuhan
jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
Pada pasien post operasi akan mengalami nyeri dan biasanya
terjadi perubahan nafsu makan yang menurun.

c) Pola Eliminasi
Pada penderita ileus obstruksi biasanya terjadi perubahan pola
eliminasi klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi,
distensi abdomen dan konstipasi.

d) Pola Latihan-Aktivitas
Pada umumnya pasien mengalami kesulitan saat beraktivitas
karena nyeri yang dirasakan pasien sebelum operasi yang
disebabkan adanya sumbatan pada usus dan setelah operasi yang
disebabkan insisi pada kulit pasien

e) Pola Kognitif Perseptual


Pasien ileus obstruksi biasanya tidak memiliki masalah dalam
penglihatan, pendengaran, dan pembauan. Pasien post laparatomi

Universitas Negeri Padang


25

biasanya mengeluhkan nyeri pada daerah bekas operasi, nyeri


yang dirasakan biasanya mengganggu aktivitas pasien.

f) Pola Istirahat-Tidur
Pola tidur menggambarkan, istirahat dan persepasi tentang
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama
tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh
letih. Pasien post operasi biasanya kesulitan untuk tidur dan
beristirahat karena merasakan nyeri

g) Pola Konsep Diri-persepsi Diri


Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain
gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.
Pada umumnya pasien mengalami gangguan konsep diri, biasanya
pasien merasa sudah tidak bisa melaksanakan perannya
sebagaimana mestinya. Pasien merasakan cemas dan takut kalau
ditinggal pasangan.Merasa tidak berdaya dan berguna lagi.

h) Pola Peran dan Hubungan


Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
pasien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal
pasien Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku
yang passive/agresif teradap orang lain, masalah keuangan dll.

i) Pola Reproduksi/Seksual
Pada pola ini menggambarkan kepuasan atau masalah yang
aktual atau dirasakan dengan seksualitas, dampak sakit terhadap
seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hub sex, pemeriksaan genital.

j) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )


Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk

Universitas Negeri Padang


26

menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis,


kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit
terhadap tingkat stress.

k) Pola Keyakinan Dan Nilai


Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan
termasuk spiritual, menerangkan sikap dan keyakinan pasien
dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan budaya, berbagi
dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit.

g. Pemeriksaan fisik
Keadaan Fisik Pemeriksaan IPPA
Kepala I: Struktur kepala normal, kepala
simetris antara kanan dan kiri, rambut
didominasi oleh warna putih (uban),
wajh simetris kiri dan kanan, tidak ada
lesi/bekas luka
P: tidak ada nyeri tekan pada bagian
kepala
Mata I: mata simetris kiri dan kanan,
penglihatan baik, sklera anikterik,
konjungtiva anemis
P: tidak ada nyeri tekan
Hidung I: hidung simetris antara kanan dan
kiri, tidak terdapat lesi maupun
edema, fungsi penciuman masih
bagus, tidak ada perdarahan
P: tidak ada nyeri tekan
Telinga I: telinga simetris kanan dan kiri,
fungsi pendengaran masih baik, tidak
terdapat serumen
P: tidak terdapat nyeri tekan
Mulut, gigi, I: mukosa bibir pucat, tidak ada
lidah pembengkakan gusi, klien mampu
berbicara dengan baik, kemampuan
menelan makanan baik, suara tidak
abnormal
P: tidak terdapat nyeri tekan pada

Universitas Negeri Padang


27

daerah sekitar mulut, gigi, dan lidah


Leher I: leher simetris kanan dan kiri, tidak
ada lesi/bekas luka, pergerakan
kelenjar thyroid terlihat, tidak
terdapat pembengkakan pembuluh
vena jugularis
P: tidak terdapat nyeri tekan pada
daerah sekitar leher, tidak terdapat
edema
Paru I: bentuk dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada lesi/bekas luka
P: tidak terdapat nyeri tekan, fremitus
kanan dan kiri sama
P: saat dilakukan perkusi, terdengar
sonor
A: tidak terdapat nyeri tekan dan
bunyi nafas vesikuler
Jantung I:ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis teraba pada ics 2 - 5,
tidak terdapat nyeri tekan
P: normal, bunyi pekak karena
terdapat organ jantung
A: bunyi jantung I dan II normal
terdengar lupdup, dan tidak ada suara
tambahan
Abdomen I: tampak luka post operasi pada
abdomen, luka tampak basah dan
tertutup kain kasa
A: suara bising usus
meningkat/hiperperistaltik
P: hiper timpany pada seluruh lapang
dada
P: adanya nyeri tekan pada abdomen,
dan abdomen teraba keras
Genetalia I: terpasang folley kateter (500cc)
P: tidak ada kelainan
Ektremitas Atas: tangan kanan terpasang infuse
IVFD Nacl 0,9% 8 jam/kolf dan
terdapat distensi pada perut
Bawah: tidak ada pembengkakan
(edema)

Universitas Negeri Padang


28

2). Diagnosa Keperawatan


a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien ditandai dengan klien mengeluh mual
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
klien tampak meringis
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal ditandai dengan pengeluaran feses lama dan
sulit
d. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan klien
tampak muntah
e. Resiko infeksi ditandai dengan gangguan peristaltik

Universitas Negeri Padang


3). Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi (1.030119)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam
Observasi :
ketidakmampuan diharapkan Status Nutris (L.03030)
mengabsorbsi membaik dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi status nutrisi
makanan ditandai 1) Porsi makan yang dihabiskan, 2) Identifikasi alergi dan
dengan klien meningkat (5) intoleransi makanan
mengeluh mual 2) Berat badan, membaik (5) 3) Identifikasi makanan yang
disukai
3) Indeks massa tubuh, membaik (5)
4) Identifikasi kebutuhan kalori
4) Pengetahuan standart asupan dan jenis nutrient
nutrisi yang tepat, membaik (5) 5) Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
1) Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4) Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
6) Hentikan pemberian
makanan melalui selang

Universitas Negeri Padang


30

nasogatrik jika asupan oral


dapat ditoleransi
Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika
perlu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

Nutrition Monitoring
Observasi :
1) Monitor adanya penurunan BB
2) Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa dilakukan
3) Monitor intraksi klien selama
makan
4) Monitor lingkungan selama
makan
5) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
6) Monitor turgor kulit
7) Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
8) Monitor mual dan muntah
9) Monitor kadar Hb, dan kadar Ht

Universitas Negeri Padang


31

10) Monitor kalori dan intake nutris


Terapeutik :
1) Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan

2 Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan Mananjemen Nyeri (1.08238)


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, maka Observasi:
dengan agen tingkat nyeri menurun dengan 1) Lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
ditandai klien 1) Kemampuan Menuntaskan nyeri
tampak meringis aktifitas, 2) Identifikasi skala nyeri
2) Meningkat (5) 3) Identifikasi respon nyeri non
3) Keluhan nyeri, Menurun (5) verbal
4) Meringis, Menurun (5) 4) Identifikasi faktor yang
5) Gelisah, Menurun (5) memperberat dan memperingan
6) Kesulitan tidur, menurun (5) nyeri
Mual, menurun (5) 5) Identifikasi pengetahuan dan
7) Frekuensi nadi, Membaik (5) keyakinan tentang nyeri
8) Tekanan darah, membaik (5) 6) Identifikasi pengaruh budaya
9) Pola napas, membaik (5) terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
1) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.

Universitas Negeri Padang


32

TENS, hypnosis, akupresur,


terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

Pemberian Analgetik (1.08243)


Observasi:
1) Identifikasi karakteristik nyeri
2) (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,

Universitas Negeri Padang


33

durasi)
3) Identifikasi riwayat alergi obat
4) Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika,
nonnarkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
5) Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
6) Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
1) Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia
2) optimal, jika perlu
3) Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
4) Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
5) Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi:
1) Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
3 Konstipasi Setelah di lakukan tindakan Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam, maka

Universitas Negeri Padang


34

dengan Eliminasi Fekal membaik dengan Observasi :


penurunan kriteria hasil: 1) Identifikasi masalah usus dan
motilitas 1) Peristaltic usus, membaik (5) penggunaan obat pencahar
gastrointestinal 2) Identifikasi pengobatan yang
2) Distensi abdomen, menurun (5)
ditandai dengan berefek pada kondisi
pengeluaran 3) Kontrol pengeluaran feses, gastrointestinal
feses lama dan membaik (5) 3) Monitor buang air besar
sulit 4) Nyeri abdomen, menurun (5) (warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
4) Monitor tanda dan gejala diare,
konstipasi, atau impeksi.
Terapeutik :
1) Berikan air hangat setelah
makan o Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi :
1) Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
peristaltik usus
2) Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, konistensi, volume
feses
3) Anjurkan meingkatkan
aktivitas fisik, sesuai toleransi
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
4) Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat
5) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak ada
kontra indikasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat

Universitas Negeri Padang


35

supositoria anal, jika perlu


Manajemen Konstipasi (I.04155)
Observasi :
1) Periksa tanda dan gejala
konstipasi o Periksa
pergerakan usus, karakteristik
feses (konsistensi, bentuk,
volume, dan warna)
2) Identifikasi faktor risiko
konstipasi (obat-obatan, tirah
baring, dan diet rendah serat)
3) Monitor tanda dan gejala
ruptur usus dan/ atau
peritonitis Terapeutik:
4) Anjurkan diet tinggi serat o
Lakukan masase abdomen, jika
perlu o Berikan enema atau
irigasi, jika perlu
Edukasi :
1) Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
2) Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontaindikasi
3) Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/ impaksi

Universitas Negeri Padang


36

4 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Cairan (1.03121)


ketidakseimban keperawatan selama 3x24 jam
Observasi :
gan cairan diharapkan Keseimbangan Cairan
ditandai dengan (L.03020) meningkat dengan 1) Monitor elastisitas atau turgor
klien tampak kriteria hasil: kulit
muntah 1) Asupan cairan, meningkat (5)
2) Identivikasi tanda-tanda
2) Haluan urine, meningkat (5)
hipervolemia
3) Kelembaban membrane
4) mukosa, meningkat (5) 3) Identifikasi faktor resiko
5) Asupan makanan, meningkat keseimbangan Cairan
(5)
Terapeutik :
6) Edema, menurun (5)
7) Dehidrasi, menurun (5) 1) Dokumentasikan hasil
8) Tekanan darah, membaik (5) pemantauan
9) Denyut nadi radial, membaik Edukasi :
(5)
10) Membrane mukosa, membaik 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
11) (5) pemantauan
12) Turgor kulit, membaik (5) 2) Informasikan hasil pemantauan
Managemen cairan (1.03098)
Observasi :
1) Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
2) Monitor status hidrasi (
kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ) jika diperlukan
3) Monitor vital sign
4) Monitor masukan makanan /
cairan IV
Terapeutik :
1) Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat

Universitas Negeri Padang


37

2) Berikan asupan cairan sesuai


dengan kebutuhan tubuh
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
diuretik

5 Resiko infeksi Setelah di lakukan tindakan Pencegahan Infeksi


ditandai dengan keperawatan selama 3x24 jam, maka Observasi :
luka post tingkat infeksi menurun dengan 1) Monitor tanda dan gejala infeksi
operasi kriteria hasil: lokal dan sistemik
1) Demam, menurun (5) Terapeutik :
1) Cuci tangan sebelum dan
2) Kemerahan, menurun (5)
sesudah kontak dengan pasien
3) Nyeri, menurun (5) dan lingkungan pasien
2) Pertahankan teknik aseptik pada
4) Kadar sel darah putih, membaik
pasien berisiko tinggi
(5)
Edukasi :
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka
3) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

Perawatan Area Insisi


Observasi :
1) Perawatan lokasi insisi adanya

Universitas Negeri Padang


38

kemerehan, bengkak, atau tanda-


tanda dehisen atau eviserasi
2) Identifikasi karakteristik
drainase
3) Monitor proses penyembuhan
area insisi
4) Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik :
1) Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
2) Usap area insisi dari area yang
bersih menuju area kurang bersih
3) Berikan salep antiseptik, jika
perlu
4) Gnti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi :
1) Jelasakan proseur kepada pasien,
dengan menggunakan alat bantu
2) Ajarkan meminimalkan tekanan
pada tempat insisi
3) Ajarkan cara merawat area insisi

Universitas Negeri Padang


4). Implementasi

Setelah rencana keperawtan disusun, selanjutnya menerapkan rencana


keperawatan dalam suatu tindakan keperawatan dalam bentuk nyata agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai, sehingga terjalin interaksi yang baik anatara
perawat, klien dan keluarga.

Implemetntasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana


rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitasyang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencan perawatan klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap


biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons
pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini
kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana keperawatan
berikutnya.

5). Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai


efektifitas rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan
keperawatan serta menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam
mencapai sasaran yang telah diharapkan.Tahapan evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons
pasien terhadap dan keefektifian intervensi keperawatan kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi
kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

41
42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan
batasan terperinci, memilki pegambilan data yang mendalam dan menyertakan
berbagai sumber informasi (Nursalam, 2014). Penelitian studi kasus ini adalah
studi untuk meneksplorasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Klien Post
Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Pariaman.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian yang digunakan adalah studi kasus Asuhan Keperawatan
pada Klien Post Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman. Waktu pelaksanaan studi kasus ini pada tanggal
17 Juni 2021 s/d 20 Juni 2021.

C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan daam studi kasus ini adalah 1 orang pasien dengan
Post Op Ileus Obstruktif Asuhan Keperawatan pada Klien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
dengan inisial Tn. Y.

D. Instrument Pengumpulan Data


Pada penelitian ini intsrumen penelitiannya adalah format asuhan keperwatan
yang dibawa kepada pasiena.Instrument ini berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.

Universitas Negeri Padang


34
43

E. Langkah Pengumpulan Data


Pengumpilan data dalam peneitian ini terdiri dari dua jenis data perimer dan
data sekunder.

1. Data Perimer
Adalah data yang pengumpulkan atau diolah sendiri oleh peneliti. Data
perimer dalam penelitian yang berasal dari responden yang bersangkutanyaitu
pada satu klien dan keluaerga dengan kasus pada Klien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
Adapun teknik pengumpulan data dengan menurut sugiyonodengan cara sebagai
berikut :
a) Interview/ Wawancara
Yaitu pengumulan data dengan menggunakan komunikasi langsung dengan
klien, identitas penanggungjawab, keluhan utama, keluhan kesehatan sekarang,
keluhan kesehatan keuarga, dan keluhan kesehatan dahulu. Wawancara bisa
dilakukan secara tatap muka antaa peneliti dengan responden atau cara lain.
b) Observasi Dan Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Yaitu pengamantan langsung pada pasien yang meliputi keadaan umum atau
gejala yang timbul pada klien di antaranya keadaan umum klien, tanda-tanda
vital, dan pemeriksaaan fisik dapat dilakukan dengan cara IPPA (Inspeksi,
Palpasi, Perkursi, Auskultasi).
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari lapangan dimana dilakukan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah seluruh data dari informasi yang
dikumpulkan dan informasi penelitian yang penelitiannya diperoleh dari Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman Adapun teknik pengumpulan data dengan cara
Studi Dokumnetasi yaitu pengumpulan data dan mempelajari catatan medik
keperawatan dan pemeriksaan penunjang dan data lain yaitu hasil labolatorium
dan rontgent untuk mengetahui perkembangan klien.
F. Analisis
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

Universitas Negeri Padang


44

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan


selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik
analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan dengan
teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi
tersebut. Urutan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil
ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip
(catatan terstruktur). Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,
diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data
subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian dibandingkan dengan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi

Universitas Negeri Padang


45

G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan studi
kasus yang terdiri dari :
1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden


penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien.

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam


penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan


hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

Universitas Negeri Padang


46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman

Kelas Rumah Sakit : Kelas B


Akreditasi : Paripurna

Struktur Pengolaan : Badan layanan Umum Daerah (BULD)


Alamat : Jl. Prof. M. Yamin, SH. No. 5 Pariaman

Kecamatan : Pariaman Tengah


Kota : Pariaman

Provinsi : Sumatra Barat


Jumlah Tempat Tidur : 167 TT
Nomor Telepon : (0751) 91118-91428

Email : rsudpariaman.Sumbarprov@gmail.com
Rumah Sakit Umum Pariaman adalah salah satu rumah sakit umum pemerintah
provinsi Sumatra Barat. Rumah Sakit ini terdiri 11 bangsal besar yaitu bangsal
kebinan, bangsal bedah, bangsal interne, bangsal anak, VIP nan tongga, bangsal
paru,bangsal perinatologi, ICU, neurologi, mata dan bangsal jantung, selain itu
rumah sakit juga memiliki laboratorium klinik, radiology, IGD, poli, gizi, dan rawat
jalan atau (poli), rumah sakit ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan dengan sungai Air Pampan


b) Sebelah selatan berbatasan dengan Jl. M. Yamin, SH
c) Sebelah barat berbatasan dengan kantor Dinkes Pd. Pariaman
d) Sebelah timur berbatasan dengan Jl. M. Jamil

Sarana lain yang dimiliki oleh RSUD Pariaman adalah layanan poli klinik. Poli
yang ada di RSUD Pariaman berjumlah sebanyak 12 buah poli yaitu poli bedah,
penyakitdalam, jantung, anak, kebidanan, neuro, THT, jiwa, paru, mata, akupuntur,

Universitas Negeri Padang


47

kulit dan 1 ruang fisioterapi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 s/d 19 Juni
2021 di bangsal bedah pada klien Tn. Y.

Jumlah ruang yaitu 7 ruangan, kelas III terdapat 2 ruangan dan terdiri dari 6
tempat tidur, 2 ruangan pada kelas II yang terdiri dari 4 tempat tidur, dan pada kelas
1 terdapat 3 ruangan yang terdiri dari 2 tempat tidur. Di ruangan bedah terdiri
beberapa perawat/pegawai yang bertugas setiap harinya, yaitu terdiri 1 karu, perawat
per shift yaitu 3/2.

Universitas Negeri Padang


48

B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Ruang Rawat : Ruangan Rawat Inap Bedah
Tanggal Rawat : 15 Juni 2021

1) Identitas Klien
Identitas Klien
a) Nama Tn. Y
b) Jenis Kelamin Laki-laki
c) Umur 55 Tahun
d) Agama Islam
e) Status Perkawinan Menikah
f) Pekerjaan Wiraswasta
g) Pendidikan Terakhir SLTA
h) Alamat Lubuk Sikaping
i) Suku Bangsa Indonesia
j) No. MR 101256
k) Tanggal Masuk 15-Juni-2021
l) Tanggal Pengkajian 17-Juni-2021
m) Dx. Pengkajian Laparatomi Ileus Obstruktif
Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Tn.D
b) Umur 36 Tahun
c) Pendidikan SLTA
d) Pekerjaan Wiraswasta
e) Hubungan dengan Klien Anak
f) Alamat Lubuk Sikaping

2) Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien mengatakan alasan masuk Rumah Sakit karena nyeri pada bagian
abdomen, klien juga mengeluh tidak bisa BAB sejak 5 hari yang lalu,
mual dan muntah, dan sulit buang angin.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Klien masuk RSUD Pariaman melalui IGD pada tanggal 15 Juni
2021 jam 19.45 WIB dengan keluhan: klien mengatakan nyeri pada

Universitas Negeri Padang


49

bagian perut, mual dan muntah ±4 kali sehari, nafsu makan


menurun, dan klien mengeluh tidak bisa BAB sejak 5 hari terakhir.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Juni 2021 pukul
08.00 WIB. Klien post laparatomi hari ke-2 pada tanggal 16 Juni
2021 pukul 10.00 WIB ditemukan keluhan nyeri pada area luka post
operasi. P: Nyeri karena post operasi, Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk, R: Daerah lokal post operasi di abdomen S: Skala nyeri 6,
T: Bertambah saat melakukan pergerakan. Tampak luka post
operasi sepanjang 8 cm pada tengah abdomen dari pusar sampai ari-
ari, luka tampak basah dan tertutup dengan kain kasa. Klien
mengeluh nafsu makan menurun, mual dan muntah setelah makan,
dan klien mengeluh badan terasa lemah. klien tampak meringis,
klien tampak pucat, dan klien tampak gelisah, TD: 130/80 mmHg,
Nadi: 98x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,50C
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita prostat dan dirawat
dirumah sakit yang sama dua tahun yang lalu.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat anggota keluarga
yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes dan
penyakit keturunan lainnya.
4) Kebiasaan Sehari-hari
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
a) Nutrisi
Jenis Makanan MB (Makanan MLTKTP (Makanan
Biasa) Lunak)
Porsi Makan 1 porsi dihabiskan Klien hanya
menghabiskan 1/4
porsi makanan yang di
sediakan RS
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Masalah Makan Tidak ada Nafsu makan turun
Jumlah Minum ±1½ - 2 L / hari ±1 L / hari
Komposisi Air mineral, susu, Air mineral, susu

Universitas Negeri Padang


50

dan kopi
Alergi Tidak ada Tidak ada
b) Istirahat dan
Tidur
Jam Tidur 22.00 WIB 00.00 WIB
Jam Bangun 05.00 WIB 05.00 WIB
Masalah Tidur Tidak ada Klien tidur ±5 jam
sehari dikarenakan
nyeri yang dirasakan
c) Eliminasi BAB
Frekuensi 1 x sehari Klien hanya BAB
Bau Bau feses khas sedikit, dengan
Warna Kuning kecoklatan konsistensi lembek
Konsistensi Lembek dan sedikit berlendir
Masalah BAB Tidak ada
d) Frekuensi BAK
Frekuensi >4 x sehari Menggunakan kateter
(500 cc) dalam waktu
7 jam (10.00-19.00)
Bau Bau urin khas Bau urin khas
Warna Kuning Kuning pekat
Masalah BAK Tidak ada Terpasang Folley
Catheter(Kateter
Menetap)
e) Aktivitas
Kegiatan sehari-
hari
Waktu luang Dihabiskan Klien hanya
bersama keluarga beristirahat ditempat
dan sesekali jalan- tidur
jalan bersama
keluarga ke tempat
wisata
f) Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari dilap
Alergi Sabun Tidak ada Tidak ada
Cuci rambut
Frekuensi 1 x 3 hari Klien belum keramas
Kebersihan selama dirawat
kuku
Frekuensi 1 x seminggu 1 x seminggu
Oral hygiene
Gigi 2 x sehari 1 x sehari

Universitas Negeri Padang


51

5) Data Psikologis, Sosial, dan Spiritual


a) Data Psikologis
Klien mengatakan tidak merasa cemas atas kondisinya saat ini dan
menerima apapun prosedur yang akan dilakukan di rumah sakit demi
kesembuhan dan pengobatan yang baik.
b) Data Sosial
Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengannya
adalah anak dan istrinya.Klien juga mengatakan memiliki hubungan
yang baik dengan keluarga dan orang-orang disekitarnya serta dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik kepada orang-orang
disekitarnya.
c) Data Spiritual `
Klien mengatakan beragama islam dan mengatakan klien biasanya
selalu menjalankan ibadah seperti sholat lima waktu. Namun,
semenjak sakit klien mengatakan bahwa ia merasa ibadahnya kurang
maksimal.

6) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Tingkat kesadaran : Composmentis
(2) GCS : 14 ( E = 4, V = 6, M = 4 )
(3) Tinggi badan : 164 cm
(4) Berat badan : Sebelum sakit = 53 kg (Normal)
Saat sakit = 48 kg (Berat Badan Kurang)
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah : 130/80 MmHg
(2) Denyut nadi : 98 x/menit
(3) Suhu : 36,50C
(4) Pernafasan : 23 x/menit

Universitas Negeri Padang


52

c) Pemeriksaan Head to Toe

Keadaan Fisik Pemeriksaan IPPA


Kepala I: Struktur kepala normal, kepala simetris antara
kanan dan kiri, rambut didominasi oleh warna
putih (uban), wajah simetris kiri dan kanan,
tidak ada lesi/bekas luka
P: tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala
Mata I: mata simetris kiri dan kanan, sklera anikterik,
konjungtiva anemis, pupil isokhor, dan
penglihatan baik.
P: tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
Hidung I: hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak
terdapat lesi, fungsi penciuman masih bagus,
tidak ada perdarahan
P: tidak ada nyeri tekan
Telinga I: telinga simetris kanan dan kiri, fungsi
pendengaran klien kurang baik, tidak terdapat
serumen
P: tidak terdapat nyeri tekan
Mulut, gigi, lidah I: mukosa bibir kering, terdapat 2 gigi
berlubang, lidah bersih, klien mampu berbicara
dengan baik, kemampuan menelan makanan
baik
P: tidak terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar
mulut, gigi, dan lidah
Leher I: leher simetris kanan dan kiri, tidak ada
lesi/bekas luka, pergerakan kelenjar thyroid
terlihat, tidak terdapat pembengkakan pembuluh
vena jugularis
P: tidak terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar
leher, tidak terdapat edema
Paru I: bentuk dada simetris kanan dan kiri,, tidak
ada lesi/bekas luka
P: tidak terdapat nyeri tekan, fremitus kanan
dan kiri sama
P: saat dilakukan perkusi, terdengar sonor
A: tidak terdapat nyeri tekan dan bunyi nafas
vesikuler
Jantung I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis teraba pada ics 2 - 5, tidak
terdapat nyeri tekan
P: normal, bunyi pekak karena terdapat organ
jantung

Universitas Negeri Padang


53

A: bunyi jantung I dan II normal terdengar


lupdup, dan tidak ada suara tambahan
Abdomen I: terdapat luka bekas operasi sepanjang 8 cm
pada tengah abdomen dari pusar sampai ari-ari,
luka tampak basah dan di tutupi kain kasa
A: Suara bising usus 12x/i
P: bunyi timpany diseluruh lapang dada
P: terdapat nyeri tekan pada area bekas luka
operasi
Genetalia I: terpasang folley kateter (500cc)
P: tidak ada kelainan
Integumen I : warna kulit sawo matang, turgor kulit
menurun
P: kulit teraba hangat, tidak ada udema
Ektremitas Atas: tangan kanan terpasang IVFD RL 0,9% 8
jam/kolf, tidak ada udema, akral hangat, tidak
ada sianosis, CRT < 2 detik, kekuatan otot 5/5
dan dapat menggerakan tangan secara normal.
Bawah: tidak ada pembengkakan (udema),
akral hangat dan tidak pucat

7) Pemeriksaan Diagnostik
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Haemoglobin 11,2 P: 14-18 gr/dl
W: 12-16 gr/dl
Leukosit 11,1 5000-10.000 𝑚𝑚 3
Hematrokit 56 % P: (4,5-5,5)
W: (4,0-5,0)
Eritrosit 4,44 P: 4,5-5,5 Jt/µL
W: 4,0-5,0 Jt/µL
Trombosit 410.000 150-400rb 𝑚𝑚 3
Hematokrit 56 % P: 40-48%
W: 38-48%
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 152 SP 180 mg/dl
Ureum 28 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,6 P: 0,6-1,1 mg/dl
W: 0,5-0,9 mg/dl
Na 126 136-146 mmol/L
K 3,2 3,5-5,0 mmol/L
CL 84 96-106 mmol/L

Universitas Negeri Padang


54

8) Program Pengobatan Medis


Terapi
1. IVFD RL 0,9% 8 jam/kolf
2. Ceftriaxone 2x1 amp
3. Ketorolac 2x1 amp
4. Ranitidine 2x1 amp
5. Ondansentron 2x1 amp
6. Omeprazole 2x1 amp
7. Metronidazole 2x500 gr

9) Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri 1. Terdapat luka bekas
pada bekas luka post operasi pada tengah
operasi abdomen dari pusar sampai
2. Klien mengatakan luka ke ari-ari
bekas operasi pada tengah 2. Skala nyeri 6
abdomen dari pusar sampai 3. Luka tampak sepanjang 8
ari-ari cm
3. Klien mengatakan nyeri 4. Luka tertutup kain kasa
seperti tertusuk 5. Luka tampak basah
4. Klien mengatakan kualitas 6. Klien tidur ±5 jam/hari
tidur terganggu karena 7. Bising usus ±12x/i
nyeri luka bekas operasi 8. Diit MLTKTP
5. Klien mengatakan skala 9. Klien tampak meringis
nyeri 6 10. Klien tampak gelisah
6. Klien mengatakan nyeri 11. Klien tampak lemah
saat bergerak 12. Klien tampak pucat
7. Klien mengatakan luka post 13. Mukosa bibir klien tampak
operasi masih basah kering
8. Klien mengatakan 14. Turgor kulit tidak elastis
badannya terasa lemah 15. Konjungtiva anemis
9. Klien mengeluh mual dan 16. TB : 164 cm
muntah setelah makan 17. BB sebelum sakit: 53 kg
10. Klien mengatakan nafsu BB saat sakit: 48 kg
makan menurun 18. Hb : 11,2 g/Dl
11. Klien mengatakan hanya 19. Hematrokit 56%
menghabiskan 1/4 porsi 20. Leukosit 11,1 mm3
makanan lunak yang 21. Ketorolac 2x1 amp
disediakan RS 22. Ondansentron 2x1 amp
23. TD = 120/80 mmHg
N = 98 x/i
S = 36,5oC

Universitas Negeri Padang


55

RR = 23x/i

10) Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem


1 DS: Ketidakmampuan Defisit nutrisi
1) Klien mengeluh mual dan mengabsorbsi
muntah setelah makan nutrient
2) Klien mengatakan nafsu
makan menurun
3) Klien mengatakan
badannya terasa lemah
4) Klien mengatakan hanya
menghabiskan 1/4 porsi
makanan lunak yang
disediakan RS
DO:
1) Klien tampak lemah
2) Klien tampak pucat
3) Mukosa bibir klien kering
4) Turgor kulit tidak elastis
5) Konjungtiva anemis
6) Diit MLTKTP
7) TB : 164 cm
8) BB sebelum sakit: 53 kg
BB saat sakit: 48 kg
9) Bising usus ±12x/i
10) Hb : 11,2 g/Dl
11) Hematrokit 56%
12) Injeksi Ondansentron 2x1
amp
2 DS: Agen pencedera Nyeri akut
1) Klien mengatakan nyeri fisik
karna luka bekas operasi
2) Klien mengatakan nyeri
terasa seperti tertusuk
3) Klien mengatakan skala
nyeri 6
4) Klien mengatakan kualitas
tidur terganggu karena
nyeri luka bekas operasi
5) Klien mengatakan nyeri
pada saat melakukan
pergerakan

Universitas Negeri Padang


56

DO:
1) Tampak luka post operasi
sepanjang 8 cm
2) Skala nyeri 6
3) Klien tampak meringis
4) Klien tampak gelisah
5) Lama tidur klien ±5
jam/hari
6) Injeksi Ketorolac 2x1 amp
7) TTV:
TD: 120/80 MmHg
N: 98 x/i
R: 23 x/i
3 DS: Prosedur invasif Resiko infeksi
1) Klien mengeluh nyeri pada
luka post operasi
2) Klien mengatakan nyeri
terasa seperti tertusuk
3) Klien mengatakan luka
post operasi masih basah
4) Klien mengatakan luka
post operasi terdapat di
tengah perut dari pusar
sampai ari-ari
DO:
1) Terdapat luka post operasi
pada tengah abdomen dari
pusar sampai ari-ari
sepanjang 8 cm
2) Luka masih tampak basah
3) Luka tertutup kain kasa
4) Leukosit 11,1 mm3

Universitas Negeri Padang


57

2. Diagnosis Keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan ditandai dengan penurunan berat badan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai klien
tampak meringis
3) Resiko infeksi ditandai dengan luka post operasi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi
berhubungan keperawatan selama 1x24
Observasi :
dengan jam diharapkan Status
ketidakmampuan Nutrisi membaik dengan 9) Identifikasi status
mengabsorbsi kriteria hasil: nutrisi
makanan ditandai 1) Porsi makanan yang 10) Identifikasi alergi
dengan dihabiskan dan intoleransi
penurunan berat meningkat (5) makanan
badan 2) Nafsu makan 11) Identifikasi
membaik (5) makanan yang
3) Nyeri abdomen disukai
menurun (5) 12) Identifikasi
4) Berat badan kebutuhan kalori
membaik (5) dan jenis nutrient
5) Indeks massa tubuh 13) Identifikasi
(IMT) membaik (5) perlunya
6) Frekuensi makan penggunaan
membaik (5) selang
7) Bising usus membaik nasogastric
(5) 14) Monitor asupan
8) Membran mukosa makanan
membaik (5) 15) Monitor berat
badan
16) Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3) Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang

Universitas Negeri Padang


58

sesuai
7) Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
8) Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
9) Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogatrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
3) Anjurkan posisi
duduk, jika
perlu
4) Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
3) Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
4) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

Nutrition Monitoring
Observasi :
11) Monitor adanya
penurunan BB
12) Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
13) Monitor intraksi
klien selama makan
14) Monitor lingkungan
selama makan
15) Monitor kulit kering

Universitas Negeri Padang


59

dan perubahan
pigmentasi
16) Monitor turgor kulit
17) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
18) Monitor mual dan
muntah
19) Monitor kadar Hb,
dan kadar Ht
20) Monitor kalori dan
intake nutris
Terapeutik :
2) Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 Observasi
dengan agen jam, maka tingkat nyeri 1) Identifikasi lokasi,
pencedera fisik menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
ditandai klien hasil: frekuensi, kualitas,
tampak meringis 1) Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun (5) 2) Identifikasi skala
2) Meringis menurun nyeri
(5) 3) Identifikasi respons
3) Sikap protektif nyeri non verbal
menurun (5) 4) Identifikasi factor
4) Gelisah menurun (5) yang memperberat
5) Kesulitan tidur dan memperingan
menurun (5) nyeri
6) Anoreksia menurun 5) Identifikasi
(5) pengetahuan dan
7) Muntah menurun (5) keyakinan tentang
8) Mual menurun (5) nyeri
9) Frekuensi nadi 6) Identifikasi tentang
membaik (5) pengaruh budaya
10) Pola napas membaik terhadap respon
(5) nyeri
11) Nafsu makan 7) Identifikasi pengaruh
membaik (5) nyeri pada kualitas
12) Pola tidur membaik hidup
(5) 8) Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9) Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik

Universitas Negeri Padang


60

1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat
dan tidur
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Edukasi Teknik Nafas
Observasi
1) Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1) Sediakan materi dan
manfaat teknik nafas
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
Kolaborasi
1) Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
2) Anjurkan menutup
mata dan
berkonsentrasi

Universitas Negeri Padang


61

penuh
3) Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menhirup udara
melalui hidung
secara pelahan
4) Ajarkan melakukan
ekspirasi
menghembuskan
udara mulut
mencucu secara
perlahan
Resiko infeksi Setelah di lakukan tindakan Pencegahan Infeksi
ditandai dengan keperawatan selama 1x24 Observasi :
luka post operasi jam, maka tingkat infeksi 2) Monitor tanda dan
menurun dengan kriteria gejala infeksi lokal
hasil: dan sistemik
5) Nyeri menurun (5) Terapeutik :
6) Kemerahan menurun 3) Cuci tangan sebelum
(5) dan sesudah kontak
7) Kadar sel darah putih, dengan pasien dan
membaik (5) lingkungan pasien
4) Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
5) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
7) Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
8) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu

Perawatan Area Insisi


Observasi :
5) Perawatan lokasi
insisi adanya
kemerehan, bengkak,
atau tanda-tanda
dehisen atau
eviserasi
6) Identifikasi

Universitas Negeri Padang


62

karakteristik drainase
7) Monitor proses
penyembuhan area
insisi
8) Monitor tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik :
5) Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
6) Usap area insisi dari
area yang bersih
menuju area kurang
bersih
7) Berikan salep
antiseptik, jika perlu
8) Gnti balutan luka
sesuai jadwal
Edukasi :
4) Jelasakan proseur
kepada pasien,
dengan
menggunakan alat
bantu
5) Ajarkan
meminimalkan
tekanan pada tempat
insisi
6) Ajarkan cara
merawat area insisi

Universitas Negeri Padang


63

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/ Diagnosis Implementasi Evaluasi Nama dan
Tanggal/Jam Keperawatan TTD
Kamis, 17 Defisit nutrisi Managemen Nutrisi S:
Juni 2021 berhubungan 1) Klien mengatakan mual dan
1) Mengidentifikasi status nutrisi
Pukul 10.00 dengan muntah setelah makan
2) Mengidentifikasi makanan yang
WIB ketidakmampuan 2) Klien mengatakan nafsu makan
disukai
mengabsorbsi menurun
3) Memonitor hasil pemeriksaan
makanan ditandai 3) Klien mengatakan hanya
laboratorium
dengan penurunan menghabiskan ¼ porsi makan
4) Menganjurkan posisi duduk
berat badan lunak yang diberikan RS
5) Memberikan makanan tinggi
O:
kalori dan protein
1) Klien tampak lemah
Nutrition Monitoring 2) Konjungtiva anemis
3) Mukosa bibir kering
1) Memonitor adanya penurunan
BB 4) Turgor kulit menurun
10.15 WIB
2) Memonitor turgor kulit 5) BB sebelum sakit : 53 kg
3) Memonitor mual dan muntah BB saat sakit : 48 kg
6) Hb : 11,2 g/Dl
4) Memonitor berat badan
5) Memonitor kadar Hb, dan kadar 7) Hematrokit 56%
Ht 8) Pemberian Ondansentron 2x1
amp
6) Memonitor TTV
9) Tanda-tanda vital
TD: 127/82 MmHg
S: 36oC
N: 82 x/i
R: 22 x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Universitas Negeri Padang


64

Kamis , 17 Nyeri akut Manajemen Nyeri S :


Juni 2021 berhubungan 1) Mengidentifikasi lokasi, 1) Klien mengatakan nyeri pada
Pukul 11.00 dengan agen karakteristik, durasi, frekuensi, bagian luka bekas operasi
WIB pencedera fisik kualitas, intensitas nyeri, dan 2) Klien mengatakan nyeri terasa
ditandai klien skala nyeri seperti tertusuk
tampak meringis 2) Mengidentifikasi faktor yang 3) Klien mengatakan nyeri
memperberat dan memperingan bertambah saat melakukan
nyeri pergerakan
3) Mengidentifikasi kualitas tidur 4) Klien mengatakan sulit tidur
klien karena nyeri
4) Mengajarkan teknik O :
nonfarmakologis untuk 1) Klien tampak meringis
mengurangi rasa nyeri 2) Klien tampak gelisah
5) Berkolaborasi pemberian 3) Skala nyeri 6
analgetik secara tepat 4) Lama tidur klien ±5 jam/hari
6) Memonitor TTV 5) Pemberian ketorolac 2 x amp
Edukasi Teknik Nafas 6) Tanda-tanda vital
1) Mengidentifikasi kesiapan dan TD: 130/85 MmHg
11.30 WIB kemampuan menerima informasi S: 36oC
2) Menjelaskan tujuan dan manfaat N: 82 x/i
teknik napas dalam R: 22 x/i
3) Menganjurkan menutup mata A : Masalah belum teratasi
dan berkonsentrasi penuh P : Intervensi dilanjutkan
4) Mengajarkan melakukan
inspirasi dengan menghirup
udara melalui hidung secara
pelahan
5) Mengajarkan melakukan
ekspirasi menghembuskan udara
melalui mulut secara perlahan

Universitas Negeri Padang


65

Kamis, 17 Resiko infeksi Pencegahan Infeksi S:


Juni 2021 ditandai dengan 1) Memonitor tanda dan gejala 1) Klien mengatakan nyeri pada
Pukul 12.00 luka post operasi infeksi lokal dan sistemik bekas luka operasi
WIB 2) Mencuci tangan sebelum dan 2) pasien mengatakan nyeri dan
sesudah kontak dengan pasien seperti tertusuk
dan lingkungan pasien O:
3) Menganjurkan meningkatkan 1) Luka nampak masih basah
asupan nutrisi dan cairan 2) Luka post sepanjang 8 cm
4) Mempertahankan teknik aseptik terbalut kasa
pada pasien berisiko tinggi A : Masalah belum teratasi
5) Menjelaskan tanda dan gejala P : Intervensi dilanjutkan
infeksi
Perawatan Area Insisi
1) Merawat lokasi insisi adanya
kemerehan, bengkak
2) Mengusap area insisi dari area
yang bersih menuju area kurang
bersih
3) Mengganti balutan luka sesuai
jadwal
Jumat, 18 Defisit nutrisi Nutrition Monitoring S:
Juni 2021 berhubungan 1) Memonitor lingkungan selama 1) Klien mengatakan mual dan
Pukul 09.00 dengan makan muntah sudah mulai berkurang
WIB ketidakmampuan 2) Memonitor turgor kulit 2) Klien mengatakan nafsu makan
mengabsorbsi 3) Memonitor mual dan muntah sudah mulai meningkat
makanan ditandai 4) Memonitor TTV O:
dengan penurunan 1) Klien tampak lemah berkurang
berat badan Managemen Nutrisi 2) Porsi makanan yang diberikan
1) Mengidentifikasi status nutrisi habis 1/2 porsi
09.30 WIB 2) Menganjurkan posisi duduk 3) Pemberian injeksi
3) Memberikan makanan tinggi ondansentron

Universitas Negeri Padang


66

kalori dan protein 4) Tanda-tanda vital


4) Memberikan makanan secara a. TD: 120/90 MmHg
menarik b. S: 36,2℃
c. N: 84 x/i
d. R: 22 x/i
A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Jumat, 18 Nyeri akut Manajemen Nyeri S:


Juni 2021 berhubungan 1) Mengidentifikasi lokasi, 1) Klien mengatakan nyeri masih
Pukul 10.00 dengan agen karakteristik, durasi, frekuensi, terasa, namun sudah berkurang
WIB pencedera fisik kualitas, intensitas nyeri, dan dari sebelumnya
ditandai klien skala nyeri 2) Klien mengatakan nyaman
tampak meringis 2) Menganjurkan istirahat dan setelah dilakukan teknik
tidur relaksasi nafas dalam
3) Menganjurkan mengontrol nyeri 3) Klien mengatakan kebutuhan
secara mandiri untuk tidur mulai membaik
4) Berkolaborasi pemberian O :
analgetik secara tepat 1) Klien tampak sedikit meringis
Edukasi Teknik Nafas 2) Skala nyeri 5
3) Pemberian injeksi ketorolac
1) Mengajarkan teknik nafas
A : Masalah belum teratasi
10.15 WIB dalam
P : Intervensi dilanjutkan
2) Mengajarkan melakukan
inspirasi dengan menghirup
udara melalui hidung secara
pelahan
3) Mengajarkan melakukan
ekspirasi menghembuskan
udara melalui mulut secara
perlahan

Universitas Negeri Padang


67

Jumat, 18 Resiko Infeksi Pencegahan Infeksi S:


Juni 2021 ditandai dengan 1) Memonitor tanda dan gejala 1) Klien mengatakan nyeri pada
Pukul 10.45 luka post operasi infeksi lokal dan sistemik bekas luka operasi sudah
WIB 2) Mencuci tangan sebelum dan berkurang
sesudah kontak dengan pasien 2) Klien mengatakan nyaman
dan lingkungan pasien setelah dilakukan perawatan
3) Mempertahankan teknik luka
aseptik pada pasien berisiko O:
tinggi 1) Keadaan luka sudah mulai
4) Menganjurkan meningkatkan mengering
asupan nutrisi dan nutrisi 2) Luka tertutup kain kasa
Perawatan Area Insisi A : Masalah belum teratasi
1) Merawat lokasi insisi adanya P : Intervensi dilanjutkan
11.00 WIB kemerehan, bengkak
2) Mengusap area insisi dari area
yang bersih menuju area
kurang bersih
3) Mengganti balutan luka sesuai
jadwal
Sabtu, 19 Defisit nutrisi Nutrition Monitoring S:
juni 2021 berhubungan 1) Memonitor berat bedan 1) Klien mengatakan mual dan
Pukul 09.00 dengan 2) Memonitor turgor kulit muntah setelah makan sudah
WIB ketidakmampuan 3) Memonitor mual dan muntah berkurang
mengabsorbsi 4) Monitor TTV 2) Klien mengatakan nafsu
makanan ditandai makan meningkat
dengan penurunan Managemen Nutrisi 3) Klien mengatakan makanan
berat badan 1) Mengidentifikasi status nutrisi yang dimakan sudah hampir
2) Menganjurkan posisi duduk 1 porsi dihabiskan
3) Memberikan makanan tinggi O:
kalori dan protein 1) Klien tampak segar
2) Mukosa bibir sudah lembab

Universitas Negeri Padang


68

3) Turgor kulit membaik


4) Tanda-tanda vital
TD: 120/80 MmHg
S: 36,3℃
N: 86 x/i
R: 23 x/i
A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dihentikan
Sabtu, 19 Nyeri akut Manajemen Nyeri S:
juni 2021 berhubungan 1) Mengidentifikasi karakteristik, 1) Klien mengatakan nyeri pada
Pukul 09.00 dengan agen durasi, frekuensi, kualitas, bagian luka bekas operasi
WIB pencedera fisik intensitas nyeri, dan skala nyeri sudah berkurang
ditandai klien 2) Menganjurkan istirahat dan 2) Klien mengatakan kualitas
tampak meringis tidur istirahat dan tidur membaik
3) Menganjurkan mengontrol nyeri 3) Klien mengatakan lebih
secara mandiri nyaman dan rileks
4) Berkolaborasi pemberian 4) Klien mengatakan kualitas
analgetik secara tepat tidur membaik
Edukasi Teknik Nafas O:
1) Skala nyeri ±3
1) Memonitor kemampuan
2) Meringis sudah berkurang
melakukan teknik relaksasi
3) Lama tidur ±8 jam/hari
nafas dalam
A : Masalah belum teratasi
2) Memonitor keberhasilan teknik
P : Intervensi dihentikan
relaksasi nafas dalam

Sabtu, 19 Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi S:


juni 2021 ditandai dengan 1) Mencuci tangan sebelum dan 1) Klien mengatakan nyeri
Pukul 09.30 luka post operasi sesudah kontak dengan pasien sudah berkurang pada bekas
WIB dan lingkungan pasien luka operasi
2) Mempertahankan teknik O:
aseptik pada pasien berisiko 1) Luka tampak mengering

Universitas Negeri Padang


69

tinggi 2) Luka bersih dan tertutup kain


3) Menganjurkan meningkatkan kasa
asupan nutrisi dan cairan 3) Klien tampak nyaman setelah
Perawatan Area Insisi dilakukan perawatan luka
1) Memonitor tanda dan gejala A : Masalah teratasi
infeksi P : Intervensi dihentikan
2) Mengusap area insisi dari area
yang bersih menuju area
kurang bersih
3) Mengganti balutan luka sesuai
jadwal

Universitas Negeri Padang


69

C. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara kasus
dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada Tn. Y yang telah di
lakukan sejak tanggal 17 - 19 Juni 2021 di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman (RSUD Pariaman). Kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian, diagnosa kepcrawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengakajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang telah
dilakukan yaitu dari pengumpulan data, mengelompokan data, dan
menganalisis data. Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang
kebutuhan pasien dan dapat mencapai tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan dari Tn.Y dengan kasus
Post Laparatomi Ileus Obstruktif pada tanggal 17 Juni 2021 di Ruang Rawat
Inap Bedah RSUD Pariaman di dapatkan bahwa Tn. Y masuk rumah sakit
melalui IGD pada tanggal 15 Juni 2021 dengan keluhan : klien mengatakan
nyeri pada bagian perut, mual dan muntah lebih ±4 kali sehari, nafsu makan
menurun, dan klien mengeluh tidak bisa BAB sejak 5 hari terakhir.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien post laparatomi hari ke-2 pada
tanggal 16 Juni 2021 pukul 10.00 WIB ditemukan keluhan nyeri pada area
luka post operasi. P: Nyeri karena post operasi, Q: Nyeri terasa seperti
tertusuk, R: Daerah lokal post operasi di abdomen S: Skala nyeri 6, T:
Bertambah saat melakukan pergerakan. Tampak luka post operasi sepanjang 8
cm pada tengah abdomen dari pusar sampai ari-ari, luka tampak basah dan
tertutup dengan kain kasa. Klien juga mengeluh nafsu makan menurun, mual
dan muntah setelah makan, dan mengeluh badan terasa lemah. klien tampak
meringis, klien tampak pucat, dan klien tampak gelisah. Saat dilakukan
auskultasi bunyi bising usus klien (12x/i), saat palpasi adanya nyeri tekan, dan

Universitas Negeri Padang


70

saat perkusi terdengar bunyi timpany. Tingkat kesadaran klien composmentis,


Tanda-tanda vital: TD:126/72 mmHg, S: 36,50c, P: 23x/I, N:100x/i.
Pengkajian pada Pasien Post Laparatomi Ileus Obstruktif adalah tentang
suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke distal
karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik sehingga memerlukan
pertolongan atau tindakan segera. Tindakan pembedahan yang biasanya
dilakukan pada pasien ileus obstruktif yaitu laparatomi. Laparatomi adalah
pembedahan pada area perut hingga selaput perut yang menimbulkan efek
nyeri pada area yang luka. (Fahlevi, 2020)
Pada tinjauan teori menurut Nursalam (2018) mengatakan bahwa
anamneses yang ditemukan pada Pasien Post Laparatomi Ileus Obstruktif
yaitu adanya nyeri pada luka post operasi, kesulitan dalam beraktivitas, mual
dan muntah, dan nafsu makan yang menurun.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar didapatkan data bahwa
Klien mengatakan nyeri abdomen pasca dilakukan operasi ileus obstruktif,
skala nyeri 6, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan
klien terus-menerus, wajah tampak meringis dan mengeluh nafsu makan
menurun serta sulit untuk melakukan pergerakan karena nyeri luka post
operasi.
Berdasarkan hal diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020) terdapat persamaan
antara teori dan pengkajian oleh peneliti dengan ditemukannya gejala seperti:
nyeri pada luka post operasi, skala nyeri 6, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk,
nyeri timbul terus-menerus, sulit melakukan pergerakan karena nyeri luka
post operasi serta nafsu makan menurun. Namun, terdapat sedikit perbedaan
pada penelitian Nur Salikin Arifin (2020) dengan pengkajian peneliti pada
pasien post laparatomi ileus obstruktif dimana tidak ditemukannya keluhan

Universitas Negeri Padang


71

mual dan muntah, adapun perbedaan yang ada dapat disesuaikan dengan
kondisi pasien saat itu.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana
asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap
penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan. Setelah
dilakukan pengkajian pada Tn. Y didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan klien menurun
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan klien mengeluh nyeri
c. Resiko infeksi ditandai dengan luka post operasi
Berdasarkan tinjauan teori Menurut Nursalam (2018) diagnosa
keperawatan yang dapat di temukan pada pasien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif yaitu :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan klien mengeluh mual
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai klien
tampak meringis
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
ditandai dengan pengeluaran feses lama dan sulit
d. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan klien tampak muntah
e. Resiko infeksi ditandai dengan gangguan peristaltik
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, terdapat 3 diagnosa
keperawatan prioritas yang diangkat diantaranya yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi intestinal, distensi abdominal

Universitas Negeri Padang


72

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan


c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan laparatomi
Berdasarkan hal diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020) memilki persamaan
dan sedikit perbedaan antara teori dan diagnosa keperawatan yang diangkat
oleh peneliti. Persamaan diagnosa keperawatan peneliti dengan penelitian Nur
Salikin Arifin (2020) adalah terletak pada diagnosa keperawatan : Nyeri akut
dan Resiko Infeksi, sedangkan perbedaan diagnosa keperawatan pada
penelitian Nur Salikin Arifin (2020) dengan peneliti terdapat pada diagnosa
keperawatan : Defisit nutrisi dan Intoleransi Aktivitas.

3. Intervensi
Dalam penentuan intervensi, peneliti merujuk pada literature terbaru yaitu
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) yang disusun oleh Persatuan Perawatan
Nasional Indonesia (PPNI).
Pada kasus Tn. Y setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat memperlihatkan adanya perubahan kesembuhan yang
tampak dari tindakan keperawatan yang diberikan, dimana luaran ini sesuai
dengan SLKI tahun 2019. Pada diagnosa keperawatan Defisit Nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil yaitu nafsu makan dan
porsi makanan yang dihabiskan meningkat dan pada diagnosa keperawatan Nyeri
Akut diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri dan
tampak meringis menurun. Pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu Resiko
Infeksi diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil nyeri
menurun dan kadar sel darah putih membaik.
Sedangkan untuk rencana tindakan keperawatan Tn. Y disesuaikan dengan
SIKI tahun 2018. Pada Defisit Nutrisi dilakukan Manajemen Nutrisi dan
Nutrition Monitoring, Pada Nyeri Akut dilakukan intervensi Manajemen
Nyeri dan Edukasi Teknik Nafas, sedangkan pada Resiko Infeksi dilakukan
intervensi Pencegahan Infeksi dan Perawatan Area Insisi.

Universitas Negeri Padang


73

Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan didasarkan menurut


prioritas masalah, serta mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai dengan
teori, aspek kondisi klien, sarana, dan sumber daya yang ada. Dapat
disimpulakan bahwa setiap intervensi keperawatan yang dilakukan dengan
baik adalah untuk kesembuhan klien, tetapi tidak semua yang direncanakan
dapat terlaksana pada klien, hanya intervensi hanya yang sesuai dengan
kebutuhan klien mengingat waktu untuk melaksanakan perencanaan sangat
terbatas saat dilakukan asuhan keperawatan. (Nurarif, 2017)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, perencanaan tindakan
yang dilakukan pada klien menggunakan teori Nursing Intervention
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC). Intervensi
keperawatan pada diagnosa Nyeri Akut yaitu: Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas.
Monitor vital sign, Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam (non farmakologi),
Anjurkan klien banyak istirahat, Pemberian obat/terapi farmakologi.
Sedangkan intervensi keperawatan pada diagnosa Resiko Infeksi yaitu:
Monitor tanda dan gejala infeksi, Berikan perawatan kulit pada area luka
dengan mempertahankan teknik aseptic, dan Kolaborasi pemberian antibiotik.
Dari pembahasan diatas bahwa dapat disimpulkan adanya persamaan serta
perbedaan antara konsep teori, penelitian oleh Nur Salikin Arifin (2020)
dengan hasil yang dilakukan peneliti. Dimana persamaannya terletak pada
perencanaan yang dilakukan telah disesuaikan dengan dengan kebutuhan klien
serta disusun berdasarkan prioritas masalah dan perbedaanya dapat dilihat
pada litelatur yang digunakan dalam penyusun intervensi keperawatan
tersebut dimana peneliti mengacu pada litelatur terbaru yaitu Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SKLI), sedangkan pada penelitian oleh Nur Salikin Arifin (2020)
mengacu pada Nanda Nic Noc. Namun, perbedaan yang ada tidak

Universitas Negeri Padang


74

mempengaruhi hasil dan tujuan yang telah ditetapkan karena semua


perencanaan yang dilakukan memiliki tindakan yang hampir sama.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan
implementasi keperawatan, penulis menyesuaikan dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Selama melakukan
implementasi keperawatan, penulis tidak menemukan kendala.
Implementasi keperawatan yang dilakukan juga sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi Tn.
Y, implementasi dicatat kedalam bentuk catatan dokumentasi yang bertujuan
untuk melihat perkembangan klien ataupun bentuk dari rencana keperawatan
yang belum dikerjakan, sehingga intervensi terhadap Tn. Y dapat diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Implementasi
diberikan selama 3 hari berturut-turut terhadap Tn. Y dan dilakukan dari
perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Implementasi pertama dilakukan pada tanggal 17 Juni 2021 dengan
diagnosa keperawatan yang pertama Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan berat badan klien
menurun yaitu mengimplementasi Manajemen Nutrisi dan Nutrition
Monitoring, sedangkan implementasi pada diagnosa kedua Nyeri Akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan klien mengeluh
nyeri yaitu mengimplementasikan Manajemen Nyeri dan Edukasi Nafas
Dalam. Dan untuk implementasi ketiga dengan diagnosa Resiko infeksi
ditandai dengan luka post operasi yaitu mengimplementasikan Pencegahan
Infeksi dan Perawatan Insisi.
Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada penelitiannya

Universitas Negeri Padang


75

implementasi keperawatan yang diberikan pada diagnosa Nyeri Akut adalah


Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, Memonitor vital sign, Mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam (non farmakologi), Menganjurkan klien banyak
istirahat, Memberikan obat/terapi farmakologi. Pada diagnosa Resiko Infeksi
implementasi yang diberikan yaitu Memonitor tanda dan gejala infeksi,
Memberikan perawatan kulit pada area luka dengan mempertahankan teknik
aseptic, Berkolaborasi pemberian antibiotic.
Berdasarkan hal diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
implementasi yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020) memiliki
kesamaan dan perbedaan dengan impelementasi keperawatan yang dilakukan
peneliti. Dimana persamaan tindakan dilakukan sesuai dengan situasi yang
ada. Dan perbedaannya terletak pada tindakan yang mana peneliti mengacu
pada SIKI sedangkan penelitian oleh Nur Salikin Arifin (2020) mengacu pada
Nanda Nic Noc.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Pada kasus yang ditangani peneliti menggunakan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah. Dan pada tahap evaluasi
keperawatan peneliti menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari
rawatan.
Berikut evaluasi keperawatan pada Tn. Y berdasarkan diagnosa yang terdapat
pada kasus yaitu pada diagnosa Defisit Nutrisi adalah Klien mengatakan mual
dan muntah setelah makan sudah berkurang, Klien mengatakan nafsu makan
meningkat, Klien mengatakan makanan yang dimakan sudah hampir 1 porsi
dihabiskan, Klien tampak segar, Mukosa bibir sudah lembab, Turgor kulit
membaik, Masalah belum teratasi, Intervensi dihentikan. Hasil evaluasi yang

Universitas Negeri Padang


76

dilakukan pada Tn. Y pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut yaitu Klien
mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi sudah berkurang, Klien
mengatakan kualitas istirahat dan tidur membaik, Klien mengatakan lebih
nyaman dan rileks, Klien mengatakan kualitas tidur membaik, Skala nyeri ±3,
Meringis sudah berkurang, Lama tidur ±8 jam/hari, Masalah belum teratasi,
Intervensi dihentikan. Sedangkan, hasil evaluasi yang dilakukan Tn. Y pada
diagnosa keperawatan Resiko infeksi yaitu Klien mengatakan nyeri sudah
berkurang pada bekas luka operasi, Luka tampak mongering, Luka bersih dan
tertutup kain kasa, Klien tampak nyaman setelah dilakukan perawatan luka,
Masalah teratasi, Intervensi dihentikan.
Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Tim Pokja SDKI DPP PPNI
2017, Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI
2019. Evaluasi pada klien dengan post laparatomi Ileus obstruktif bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk penentuan masalah
teratasi atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan SOAP
(Subjektive, Objektive, Analysis, Planning) dengan tujuan kriteria yang telah
ditetapkan.
Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nur Salikin Arifin (2020)
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Post Op Ileus Obstruktif di
Ruang Camar Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bahwa evaluasi pada klien
dengan post op laparatomi ileus obstruktif adalah bertujuan untuk mengetahui
masalah Nyeri Akut dan Resiko Infeksi sudah teratasi. Pada diagnosa Nyeri
Akut masalah teratasi, intervensi dihentikan dan pada diagnosa Resiko Infeksi
masalah teratasi, intervensi dihentikan.
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan pada klien sama halnya dengan
pelaksanaan yang dilakukan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017),
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018), dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019)
tidak ada ditemukan perbedaan. Hasil yang didapatkan dapat tercapai secara
optimal dan klien dapat sembuh.

Universitas Negeri Padang


77

Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya kesamaan


antara penelitian oleh Nur Salikin Arifin (2020) dengan konsep teori dan hasil
penelitian yang didapatkan peneliti pada tahap evaluasi yaitu sama-sama
bertujuan agar masalah Defisit Nutrisi, Nyeri Akut, dan Resiko Infeksi
teratasi.

Universitas Negeri Padang


79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. Y
pada tanggal 17 Juni – 19 Juni 2021 maka dapat disimpulkan bahwa:
klien mengeluh nyeri pada area luka post operasi dengan skala nyeri 6,
nyeri terasa seperti tertusuk, nyeri bertambah pada saat melakukan
pergerakan, luka post operasi sepanjang 8 cm pada tengah abdomen
dari pusar sampai ari-ari, luka tampak basah dan tertutup dengan kain
kasa. Nafsu makan menurun, mual dan muntah setelah makan, klien
tampak meringis, mukosa bibir kering, TD: 130/80 mmHg, Nadi:
98x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,50C
2. Diagnosa Keperawatan pada Tn. Y dengan menganalisa data yang ada
pada pengkajian yaitu: Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan berat badan
klien menurun, Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri, Resiko infeksi
ditandai dengan luka post operasi.
3. Intervensi keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan oleh
peneliti. Intervensi keperawatan pada Tn. Y pada msalah keperawatan
Defisit Nutrisi yaitu dilakukan Manajemen Nutrisi dan Nutrition
Monitoring, Pada Nyeri Akut dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
dan Edukasi Teknik Nafas, sedangkan pada Resiko Infeksi dilakukan
intervensi Pencegahan Infeksi dan Perawatan Area Insisi.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai rencana tindakan
yang telah disusun berdasarkan diagnose keperawatan, implementasi
keperawatan dilakukan pada tanggal 17 Juni - 19 Juni 2021.
Implementasi keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa Defisit Nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai

Universitas Negeri Padang


79
80

dengan berat badan klien menurun yaitu mengimplementasi


Manajemen Nutrisi dan Nutrition Monitoring, sedangkan
implementasi pada diagnosa kedua Nyeri Akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik ditandai dengan klien mengeluh nyeri yaitu
mengimplementasikan Manajemen Nyeri dan Edukasi Nafas Dalam.
Dan untuk implementasi ketiga dengan diagnosa Resiko infeksi
ditandai dengan luka post operasi yaitu mengimplementasikan
Pencegahan Infeksi dan Perawatan Insisi.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 3 hari dalam bentuk
SOAP. Hasil evaluasi hari pertama sampai ketiga Tn. Y
memperlihatkan adanya perbaikan dengan keadaan kondisi yang
diderita klien, yaitu hari pertama masalah defisit nutrisi belum teratasi,
nyeri akut belum teratasi, dan resiko infeksi teratasi.
B. Saran
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
peritonitis, diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada:
1. Bagi klien
Untuk pasien agar dapat sesudah pulang dari rumah sakit diharapkan
klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang post laparatomi ilues
obstruktif serta mampu menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat
menghindari komplikasi yang lebih lanjut
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit khususnya kepada perawat ruang
agar dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
khususnya Post Laparatomi Ileus Obstruktif lebih baik sehingga hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Bagi Institusi Pendidkan
Untuk institusi pendidikan di harapkan supaya melengkapi perpustakaan
tentang buku-buku keperawatan khususnya buku tentang keperawatan
medical bedah tentang dengan sumber yang terbaru dan lebih lengkap.

Universitas Negeri Padang


81

4. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat


Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan oleh perawat pada klien Post
Laparatomi Ileus Obstruktif, sehingga dapat dilakukan dengan segera
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien Post Laparatomi Ileus
Obstruktif.

Universitas Negeri Padang


82

DAFTAR PUSTAKA

Zwani (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (A.B.A.W.dkk,Trans. Edisi


8 ed.). Jakarta: EGC.

Fahlevi (2020). The Epidemiology of Gastrointestinal. University of Nottingham.

Depkes, RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019: Meningkatnya Angka


Penderita Ileus Obstruktif di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Dinkes, RI. (2018). Buletin data dan Kesehatan: Situasi Ileus Obstruksi di
Sumatera Barat. Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Darmawan, dkk (2017). Harrison Gastroenterologi & Hepatologi. Jakarta: ECG.

Reeves, B. J. (2015). What Is Abdominal Pain? Symptoms, Causes, Diagnosis,


Treatment, and Prevention. America: Everyday Health.

Nurarif, (2018). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.

Nursalam, (2018). Asuhan Keperawatan Teoritis Post Ileus obstruktif. Jakarta,


Indonesia: EGC.

Salikin, arifin Nur (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Ileus
Obstruktif : Makasar, Indonesia

Ratini, M. (2019). Stomach Cramps: Causes and Treatments. America: WebMD


Health Services.

Rekam Medik RSUD Pariaman. (2021). Data Pasien Rawat Inap RSUD Pariaman
Tahun 2020. Pariaman.

Wade, C. I. (2020). Anatomy, Abdomen and Pelvis, Abdomen. University of the


Health Sciences: StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).

World Health Organization (WHO). (2018). Jumlah Kejadian Ileus Obstruktif.


America: WHO Manual Rev4.

Universitas Negeri Padang


83

RISKESDAS. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; (Penyakit Tidak Menular).

SURKESNAS. (2019). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga pada Penyakit


Saluran Pencernaan. Jakarta, Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan, Indonesia: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Universitas Negeri Padang


84

Universitas Negeri Padang


85

Universitas Negeri Padang


86

Universitas Negeri Padang


87

Universitas Negeri Padang


88

Universitas Negeri Padang


89

Universitas Negeri Padang


90

Universitas Negeri Padang


91

Universitas Negeri Padang


92

Universitas Negeri Padang


93

Universitas Negeri Padang


94

Universitas Negeri Padang


95

Universitas Negeri Padang


96

Universitas Negeri Padang


97

Universitas Negeri Padang


98

Universitas Negeri Padang


99

Universitas Negeri Padang


100

Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai