Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

KATARAK

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Internsip Dokter Indonesia

Pembimbing:

dr. H. Arief Fatoni

dr. Novi Kurniasari

Disusun Oleh :

dr. Erisi Syafiril Umah

PROGRAM DOKTER INTERNSIP KEMENKES

RS MUHAMMADIYAH JOMBANG

JAWA TIMUR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KATARAK

Judul laporan kasus “Katarak” telah dikerjakan dan diselesaikan sebagai


salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan program internship dokter
Indonesia.

Mengetahui,

Pembimbing

dr. H. Arief Fatoni dr. Novi Kurniasari


DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................ 2

Lembar Pengesahan............................................................................................ 3

Kata Pengantar .................................................................................................. 4

Borang Portofolio........................................................................................... 5

BAB 1 LAPORAN KASUS................................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15

2.1 Definisi ......................................................................................................... 15

2.2 Epidemiologi ................................................................................................ 15

2.3 Etiologi ........................................................................................................ 16

2.4 patogenesis .................................................................................................... 18

2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 20

2.6 Diagnosis ...................................................................................................... 21

2.7 Penatalaksanaan ........................................................................................... 22

2.8 Prognosis .................................................................................................... 23

BAB 3 RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN........................................ 25

BAB 4 KESIMPULAN ..................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan

judul katarak. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis

laksanakan selama mengikuti program internship dokter Indonesia di RS

Muhammadiyah Jombang.

Penulis mengucapkan terima kepada dr. H. Arief Fatoni dan dr. Novi

Kurniasari selaku dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas laporan kasus ini,

terima kasih atas bimbingan dan waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat memberikan

manfaat pada pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih

jauh dari kesempurnaan. Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan

saran yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Jombang, 27 Juni 2019

Penulis
BORANG PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP RSM JOMBANG

Nama Peserta : dr. Erisi Syafiril Umah

Nama Wahana : RS Muhammadiyah Jombang

Topik : Katarak

Tanggal (kasus) : 13 mei 2019

Nama Pasien : Ny.m No. RM : 163255

Tanggal Presentasi : 27 Juni 2019 Pendamping : dr. H. Arief Fathoni/ dr.


Novi Kurniasari

Tempat Presentasi :

Obyektif Presentasi :

Keilmuan  Keterampilan Penyegaran 


Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah  Istimewa

Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Pasien wanita usia 34 tahun mengeluh kedua kelopak mata gatal , bengkak 5 hari ini

Tujuan : Mendiagnosis dan melakukan konsultasi atau rujukan dengan tepat.

Bahan bahasan : 
Tinjauan Pustaka Riset Kasus  Audit
Cara membahas : Diskusi   Presentasi dan Diskusi  E-mail Pos

Data Nama : Ny.m No. RM : 163255


pasien :
Nama klinik : RS Muhammadiyah Telp : 0321853480 Terdaftar sejak :
Jombang

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Jombang jam 09.20 , Pasien mengeluh pandangan mata
kanan semakin kabur dan tidak jelas sejak 2 tahun yang lalu Pasien mengakatan bahwa
pandangannya awalnya seperti melihat ada asap semakin hari penglihatan pasien semakin menurun
dan menjadi sulit untuk melihat terutama mata yang kanan. Nerocoh (-) , Silau (-) , nyeri/cenut2(-),
pusing (-) , mual/muntah (-)

2. Riwayat Pengobatan :
• Sebelum ke Rumah Sakit pasien Belum pernah dibawa ke dokter dan diobati
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

› Riwayat penyakit serupa tidak pernah dialaminya pasien.


› Riwayat alergi obat disangkal
› Riwayat alergi makanan disangkal
› Riwayat asma disangkal
› Riwayat penyakit lain (-)
4. Riwayat Keluarga :

› Tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa


› Riwayat alergi obat disangkal
› Riwayat alergi makanan disangkal
› Riwayat asma disangkal
5. Riwayat Pekerjaan : -

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : -

7. Riwayat Imunisasi : -

8. Assessment

- OD Katarak senilis
9. Plan

Planing Terapi
- Operasi : ICCE, ECCE , Fakoemulsifikasi, SICS
Edukasi

Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien :

1. Menjelaskan bahwa mata kanan pasien mengalami katarak senilis


2. Menjelaskan bahwa katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun
3. Menjelaskan kepada pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai rencana terapi yaitu tindakan operasi,
Post-op tidak melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan TIO:
Batuk, bersin, menunduk, mengedan

10. Daftar Pustaka :.

1. American Academy of Opthalmology, Evaluatioln and Management of Cataract in Adult in Lens

and Cataract. Section 11. Chapter 7. Basic and Clinical Sciencde Course ; 2007-2008. p 75-77
2. Budiono, 2006.Katarak Senilis, dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu Penyakit

Mata.Edisi 3.Surabaya:RSUD Dr.Soetomo, pp 47-50.


3. Ilyas, S.2013.Ilmu Penyakit Mata..Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia:Jakarta
4. Junqueira,LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Histology. Dasar: teks

dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC. 3 – 5.


5. Kanski, J.J.,Bowling B.2011.Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach.11 th

ed.Elsevier:China
6. Kementerian Kesehatan RI,2014 Jakarta Selatan. Pusat Data dan Informasi
7. Khurana, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New. Age International

(P) Limited. Leat, S.J., Yadav, N.K., Irving, E.L., 2009.


8. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer, Germany, 2005, hal 19
9. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart, New York,

2000, hal 173-185


10. Ocampo, Vicente Victor D. 2016. Senile Cataract. Medscape. Diakses tanggal 8 November 2016.

(http://emedicine.medscape.com/article/1210914)

Hasil Pembelajaran :

1. Mampu mendiagnosis penyakit katarak


2. Mampu memberikan penatalaksanaan katarak dengan benar sesuai dengan kompetensi dokter
umum
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit katarak
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
3
akibat kedua-duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang

melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama

sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat

terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan

herediter . Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun

adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75

tahun .17
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan

penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan

di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita

kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan

indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar

52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan

tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak.

Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan

terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi

vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,

infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti

diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya

ada yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya

katarak, misalnya merokok.2


BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama pasien : Ny.M
Umur : 65tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL.cokroaminoto jombatan
Tgl periksa : 13 mei 2019
No.RM : 163255

II. ANAMNESA
 Keluhan Utama : Pandangan kabur pada mata kanan
 RPS :
 Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Jombang jam 09.20 , Pasien

mengeluh pandangan mata kanan semakin kabur dan tidak jelas sejak 2

tahun yang lalu Pasien mengakatan bahwa pandangannya awalnya seperti


melihat ada asap semakin hari penglihatan pasien semakin menurun dan

menjadi sulit untuk melihat terutama mata yang kanan. Nerocoh (-) , Silau

(-) , nyeri/cenut2(-), pusing (-) , mual/muntah (-)


 RPD :
Riwayat penyakit serupa tidak pernah dialami pasien. Ht- dm -
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat alergi makanan disangkal
Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi pada keluarga (-)
 R. PSIKOSOSIAL:-
 PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Compos mentis
 Vital Sign :
o Tensi : 120/90
o Nadi : 80x/menit
o RR : 20 x/menit
o t ax : 36,5 °C
 K/L
o Anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-), dispnea (-)
o Lidah kotor (-)
o Faring hiperemi (-)
o Tonsil membesar (-)
o Pembesaran KGB (-)
 Thoraks : Normochest, simetris, retraksi (-/-)
o Pulmo : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
o Cor : S1 S2 tunggal, mumur (-), gallop (-)
 Abdomen :
o Inspeksi : cembung, simetris
o Palpasi : Supel, distensi (-), Hepar/Lien/Renal kesan tidak

teraba, turgor:baik
o Perkusi : meteorismus (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) N
 Genitalia : dbn
 Extremitas :
o CRT < 2 detik
o Akral hangat : +/+
+/+
o Cyanosis : -/-
-/-
o Oedem : -/-
-/

Status Lokalis: Mata


OD OS

Visus 1/300 0,7

Pergerakan semua arah semua arah


bola mata

TIO (-) dievaluasi (-) dievaluasi


.

OD OS

Pemeriksaan Segmen Anterior

Palpebra Edema (-), Hiperemi (-) Edema (-), Hiperemi (-)

Konjungtiva Hiperemi (-)Penebalan konjungtiva Hiperemi (-), Penebalan


(-) , CVI (-), Sekret (-) konjungtiva (-),
CVI (-), Sekret (-)

Kornea PCVI (-) PCVI (-)

BMD Dalam , iris shadow (-) Dalam, iris shadow (-)

Iris Reguler, sinekia (-) Reguler, sinekia (-)

Pupil Refleks pupil (+), bulat (+) Ø 3 mm Refleks pupil (+), bulat (+) Ø 3
mm

Lensa Keruh Jernih

Pemeriksaan Segmen Posterior

(-) dievaluasi (-) dievaluasi

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Slit Lamp
- Ophtalmocopy
IV. RESUME
 Ny M usia 65 tahun datang dengan Pasien mengeluh pandangan mata

kanan semakin kabur dan tidak jelas sejak 2 tahun yang lalu Pasien

mengakatan bahwa pandangannya awalnya seperti melihat ada asap

semakin hari penglihatan pasien semakin menurun dan menjadi sulit untuk

melihat terutama mata yang kanan. Nerocoh (-) , Silau (-) , nyeri/cenut2(-),

pusing (-) , mual/muntah (-)


RPD : riw.sakit seperti ini sebelumnya disangkal , HT – DM -
 Vital sign
o Tensi : 120/90
o Nadi : 80x/menit
o RR : 20 x/menit
o t ax : 36,5 °

V. DIAGNOSA

OD katarak senilis

VI. PLANNING DIAGNOSA


- Slit Lamp
- Ophtalmocopy

VII. PLANNING TERAPI


Planing Terapi
- Operasi : ICCE, ECCE , Fakoemulsifikasi, SICS
Edukasi

Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien :

5. Menjelaskan bahwa mata kanan pasien mengalami katarak senilis


6. Menjelaskan bahwa katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
7. Menjelaskan kepada pasien untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang
8. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai rencana terapi
yaitu tindakan operasi, Post-op tidak melakukan aktivitas yang
dapat meningkatkan TIO: Batuk, bersin, menunduk, mengedan
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lensa

2.1.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa

memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan

posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior

10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan

ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa

135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun .9

Lensa terletak dibilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior

iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang

disebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal

yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki

serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan

ditempatnya oleh serat zonula yang berada diantara lensa dan badan siliar. Serat

zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang

mengelilingi lensa secara sirkular . 9

14
Gambar 2.1: Anatomi Lensa (Sumber: Lang, 2000)
2.2. Katarak

2.2.1. Definisi Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi

akibat kedua-duanya . 4

2.2.2. Epidemiologi Katarak

Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar diseluruh

dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh

dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun

2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau

1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak.1

2.2.3 Patofisiologi

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang

dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein

lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dan

menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya

protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan

serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.

Jumlah enzim kan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak.16

15
Terdapat dua teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi

dan sklerosis :

1. teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang

berada di subscapilar anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air

yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang

menyebabkan kekeruhan lensa.

2. teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula di mana serabut kolagen

terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin

lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis

nukleus lensa16

Salah satu teori tentang etiologi katarak senilis yang banyak berkembang

belakangan ini adalah mekanisme stres oksidatif. Lensa mata sangat sensitif

terhadap terjadinya stres oksidatif. Seiring bertambahnya usia dan adanya paparan

yang terus-menerus oleh agen dari luar, akan menyebabkan gangguan mekanisme

proteksi antioksidan lensa mata. Namun tidak dapat ditentukan secara pasti pada

umur berapa mulai timbulnya katarak dalam hubungannya dengan stres oksidatif

karena banyak faktor yang berpengaruh dan berbeda-beda pada masing-masing

individu. Hasil akumulasi dari stres oksidatif menyebabkan gangguan fungsi

metabolisme lensa, agregasi protein lensa protein kristalin yang bersifat homogen

dan bermolekul kecil karena adanya agresi maka menyebabkan homogenitas dari

klistalin yang menyebabkan molekul lensa jadi besar , peningkatan protein tidak

larut air (water insoluble protein) sehingga menyebabkan gangguan transparansi

lensa dan terjadilah katarak.4

16
Dalam tubuh kita tanpa kita sadari telah terbentuk radikal bebas secara

terus menerus yang seiring meningkatnya usia pembentukan radikal bebas

tersebut semakin meningkat.Lensa mata merupakan organ yang sangat sensitif

terhadap terjadinya stres oksidatif sebagai akibat rendahnya kandungan oksigen

pada lensa. Pada sel epitel lensa dan sel serat lensa superfisial, sebagian kecil

glukosa mengalami metabolisme aerob melalui siklus krebs. Metabolisme ini

dapat menghasilkan radikal bebas endogen seperti superoksida (O2 -), hidrogen

peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil (OH-) yang bila berlebihan akan

menimbulkan terjadinya stres oksidatif sehingga dapat mengganggu fungsi

fisiologis lensa.4

Radikal bebas dalam lensa dapat merusak membran sel yang

mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Reaksi radikal bebas dengan

asam lemak tidak jenuh ganda pada membran sel terjadi melalui proses

peroksidasi lipid.Peroksidasi lipid merupakan salah satu faktor penyebab dan

patogenik pada katarak. Peroksidasi lipid dapat menyebabkan kerusakan

membran sel lensa secara langsung dengan mengakibatkan peningkatan

permeabilitas membran atau menghambat pompa ion membran.4

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut :

1. Kapsula

a. menebal dan kurang elastik (1/4 dibanding anak)

b. mulai presbiopi

c. bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

d. terlihat bahan granular

17
2. epitel makin menipis

a. sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. serat lensa

a. serat irregular

b. pada korteks jelas keusakan serat sel

c. brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah

proteinnukleus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus

mengandung histidin dan triptofan dibanding yang normal

d. korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan

menghalangi foto oksidasi

Sinar yang tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan

fisik kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan

pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di

luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distrosi. Pada protein

lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan

penghambatan jalannya cahaya ke retina.

2.2.4. Klasifikasi Katarak

Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan morfologis dan berdasarkan

permulaan terjadinya katarak.

1. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak

18
Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:

A. Katarak kongenital

katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia

kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia,

homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi

sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital

biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia,

koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan

megalo kornea. Katarak kongenital disebabkan kelainan pada pembentukan lensa

sebelum proses kelahiran. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak

kapsulolentikular di yaitu katarak kapsular dan polaris atau katarak lentikular

yaitu katarak kortikal atau katarak nuklear.3

B. Katarak juvenile

katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari sembilan tahun dan lebih

dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik

ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :

a) Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik, katarak

hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria, penyakit Wilson, dan

katarak yang berhubungan dengan penyakit lain.

b) Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

c) Katarak traumatik

d) Katarak komplikata:

19
• Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

• Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner

dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

• Katarak anoksik

• Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan

besi).

• Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit

(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.

• Katarak radiasi.3

C. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing

dilensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera

setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan

humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.2

D. Katarak senilis

katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia

diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis adalah katarak kortikal, katarak

nuklear, dan katarak subkapsular posterior. Walaupun katarak sering diawali oleh

tipe yang murni tersebut, mereka akan matang menjadi katarak campuran. 3

20
2.2.5. Etiologi dan Faktor Resiko Katarak

1. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.

Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat lensa

dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati ataupun

terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa paling tua

berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling muda berada tepat

dibawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan usia, lensa pun bertambah

berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus lensa disebut

dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring dengan pertambahan usia, protein

lensa pun mengalami perubahan kimia. Fraksi protein lensa yang dahulunya larut

air menjadi tidak larut air dan beragregasi membentuk protein dengan berat

molekul yang besar. Hal ini menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga

lensa tidak lagi meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa

menjadi tidak tembus cahaya. 10

2. Radikal bebas

Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan . Radikal bebas dapat merusak protein,

lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh

hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalent dari oksigen yang

tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom, dan dari agen

eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen adalah anion

superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil (ROO+),

21
radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hydrogen peroksida

(H2O2). Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari asam

lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan

menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih

lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA).

MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein. Polimerisasi

dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi

enzimenzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan

glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan kekeruhan pada

lensa.10

3. Radiasi ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa

karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki energy

foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari bentuk

triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies oksigen

reaktif.10

4. Merokok

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok

dan penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok

dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat berkompetisi

dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum penting untuk

aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya

kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai antioksidan

terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada lensa dan

22
menimbulkan katarak. Disebutkan juga bahwa kadmium dapat mengendapkan

lensa sehingga timbul katarak. Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh

Sulochana, Puntham, dan Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga

dapat mengganggu homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida

dismutase. Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)

menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO

bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk peroksinitrit

sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini dapat memicu

peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida. Malondyaldehida memiliki efek

inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase

sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk

katarak. 13

5. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten

Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi

menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat mencegah

terjadinya katarak.

6. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada

lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa dapat

menyebabkan kekeruhan pada lensa. 15

7. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga


timbul katarak. 4

8. Infeksi

23
Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai
16
sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.

9. Obat-obatan seperti kortikosteroid

Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya

katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah katarak

subkapsular. 17

10. Penyakit sistemik seperti diabetes

Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya

kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini

menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi sangat


1
terhidrasi dan timbul katarak.

11. Genetik

Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan


maturasi katarak.1

12. Myopia

Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan

kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada

lensa .1

2.2.6. Gejala dan tanda Katarak

Gejala dan tanda penyakit katarak adalah:

1. Penurunan tajam penglihatan

2. Peningkatan derajat myopia

3. Silau

4. Halo (melihat lingkaran disekitar lampu)

24
5. Diplopia monokuler (pada katarak nuklear)

6. Penurunan sensitivitas kontras


3
7. Titik hitam di depan mata

2.2.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak adalah:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan

2. Illuminasi oblik

3. Test bayangan iris

4. Pemeriksaan dengan menggunakan ophthalmoskop langsung

5. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp 7

2.2.8. Stadium Katarak Senilis

Stadium pada katarak adalak katarak insipien, imatur, matur dan hipermatur.

1. Katarak insipien.

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

a. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan

posterior (katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

b. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular

posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.

c. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang

tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk

waktu yang lama.

d. Katarak Intumesen. 3

25
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif

yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan

dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya

akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit-lamp terlihat

vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 3

katarak
intumesen (jeruji besi)

2. Katarak Imatur.

Katarak imatur ditandai dengan kekeruhan sebagian lensa dan belum

mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur volume lensa akan dapat

bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.

Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,

sehingga terjadi glaukoma sekunder. 3

26
Gambar : Katarak Imatur

3. Katarak matur.

Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang menyeluruh. Bila

katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,

sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh

lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata

depan normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,

sehingga uji

bayangan iris

negatif. 3

4. Katarak Hipermatur.

27
Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi

lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang

berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna

kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul

lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan

kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar.

Korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan

nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini

disebut katarak Morgagni. 3

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang

lensa
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

depan
Shadow - + - Pseudopositif

test
Penyulit Glaukoma Uveitis +

glaucoma

2.2.9 Katarak senilis berdasarkan letaknya

dibagi menjadi tiga tipe yaitu:

1. Nuklear; pada dekade keempat dari kehidupan tekanan yang dihasilkan

dari fiber lensa peripheral menyebabkan pemadatan pada seluruh lensa

terutama nukleus.Nukleus membran berwarna coklat kekuningan.Ini

28
menjadi batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan

warna hitam di seluruh lensa.Katarak ini menyebabkan miopia lentikular

dan kadang-kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa

sehingga terjadi diplopia monokular.Hal ini disebabkan karena adanya

peningkatan tenaga refraksi lensa.


2. Kortikal; pada katarak ini terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi

cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa

sehingga penderita merasa mendapat “kekuatan” untuk melihat dekat

pada usia yang bertambah.


3. Subkapsular; terjadinya kekeruhan di belakang lensa.Katarak ini

biasanya dimulai dengan area berwarna buram dibelakang lensa,

sehingga menghalangi cahaya yang memasuki mata. Katarak ini banyak

ditemukan pada pasien diabetes mellitus, pasca radiasi dan trauma.8


2.10 Diagnosis Katarak Senilis

a. Optotip snellen

Untuk mengetahui tajam penglihatan. Pada stadium insipien dan imatur

bisa dicoba dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik.8

b. Lampu senter

Reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak

kekeruhan lensa terutama jika pupil dilebarkan, berwarna keabu-abuan yang harus

dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah pada

katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar.8

c. Oftalmoskopi

Untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium insipien

dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang jingga,

sedangkan pada stadium matur didapatkan reflek fundus negatif. 8

29
d. Slit lamp biomikroskopi

Dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal dan lokasi kekeruhan lensa.

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium pre-operasi dilakukan untuk

mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan

kelainan jantung. 3

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk

mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subscapular

posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan

struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan

prognosis penglihatannya. 8

E. Shadow Test

Shadow test Untuk melihat suatu katarakitu matur/imatur

menggunakanpemeriksaan Shadow Test. Cara pemeriksaan :

Pasien diminta melihat lurus kedepan .Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien

pada sudut 45derajat dari samping, dari bayangan iris3.Nanti ada bayangan yang

dibiaskan dari humoraquosus4.Katarak matur : lensa lebih cembung karena

menyerapcairan lebih banyak,bayangan iris pada lensa terlihatkecil dan letaknya

dekat terhadap pupil, shadow test (-); katarak imatur: lensa masih kecil,terdapat

bayanganiris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadappupil, shadow

test (+)

2.11 Diagnosis Banding Katarak Senilis

30
1. Reflek senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak pupil warna

keabu-abuan mirip katarak, tetapi pemeriksaan reflek fundus positif.

2. Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata

(misal : uveitis anterior) atau penyakit sistemik (misal : Diabetes melitus).

3. Katarak karena sebab lain : pemakaian obat-obatan (kortikosteroid), radiasi

dan trauma mata.

4. Kekeruhan badan kaca.

5. Ablasio retina.

2.12 PENATALAKSANAAN

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika

gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala

cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui

dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar

sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.1

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari

metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan

dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan

bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe

bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler

cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang

31
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,

ECCE, dan phacoemulsifikasi. 1

Macam-macam operasi :

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.

Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau

kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai

ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.16

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran

isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan

pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama

keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi

sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata

dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah

mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata

dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada

32
saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang

dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.16

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm)

di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,

selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur

sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui

irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih

dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali

melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,

traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak

senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa

intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan

teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih

cepat sembuh dan murah . Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat

maka penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya

dengan cara sebagai berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak

33
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat

pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat .16

2.13 Perawatan Pasca Bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi

biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi

dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau

mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan

dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama

pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca

operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian.

Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi

biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil

menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain

itu juga akan diberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, karena operasi mata

adalah tindakan yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa

sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah hilangnya kerja bius yang

digunakan saat pembedahan. - Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik

masih dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya

infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.9

- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk

mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

34
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Melakukan pekerjaan yang tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki

keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

-Jangan menggosok mata

- Jangan membungkuk terlalu dalam

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

2.14 KOMPLIKASI

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi

suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata

kedalam luka serta retinal light toxicity. 11

2. Komplikasi dini pasca operatif

COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang

keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma

dan epitel, hipotonus, brown, McLean syndrome (edema kornea perifer dengan

35
daerah sentral yang bersih paling sering) , Ruptur kapsul posterior, yang

mengakibatkan prolaps vitreus - Prolaps iris, umumnya disebabkan karena

penjahitan luka insisi yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi

seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior

kronik dan endoftalmitis. - Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat

melakukan insisi .11

3. Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina , Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan

virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler ,Post kapsul kapacity,

yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler, jarang

terjadi.11

2.15 PENCEGAHAN

80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau

dihindari. Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah

gangguan kesehatan mata. Sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu

melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM,

dan Perdami2. Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula

darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga

kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan

degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang

mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,

kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan

kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat

memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat

36
meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab

katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama

lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau

suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun,

ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil . Seseorang dengan konsentrasi

plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis antioksidan ( vit C, vit E, dan

karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah dibandingkan orang

yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah. Hasil

penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat

yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi

terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim

glutation reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi

menjadi glutation tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.17

2.16 PROGNOSIS

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam

penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.3

37
BAB IV

KESIMPULAN

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan tajam penglihatan

penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh

dunia. Hal ini didukung oleh faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya

gizi dan vitamin serta factor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita.

Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai

kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang

dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambut laun akan terlihat seperti noda

keruh berwarna putih di bagian tengah lensa kemudian penderita katarak akan

sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan

yang kabur pada retina.

Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile,

congenital, traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat

diatasi melalui prosedur operasi. Ada beberapa jenis teknik operasi katarak yaitu

ICCE, ECCE, Small Insisi. Metode yang paling banyak digunakan adalah

38
fakoemulsifikasi(Small Incisi) karena memiliki keuntungan dengan insisi yang

kecil.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology, Evaluatioln and Management of

Cataract in Adult in Lens and Cataract. Section 11. Chapter 7. Basic

and Clinical Sciencde Course ; 2007-2008. p 75-77


2. Budiono, 2006.Katarak Senilis, dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi

Bagian SMF Ilmu Penyakit Mata.Edisi 3.Surabaya:RSUD Dr.Soetomo,

pp 47-50.
3. Ilyas, S.2013.Ilmu Penyakit Mata..Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia:Jakarta
4. Junqueira,LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan

mikroskopik. Histology. Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC.

3 – 5.
5. Kanski, J.J.,Bowling B.2011.Clinical Ophthalmology : A Systemic

Approach.11th ed.Elsevier:China
6. Kementerian Kesehatan RI,2014 Jakarta Selatan. Pusat Data dan

Informasi
7. Khurana, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New

Delhi: New. Age International (P) Limited. Leat, S.J., Yadav, N.K.,

Irving, E.L., 2009.


8. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer,

Germany, 2005, hal 19


9. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit

Thieme Stuttgart, New York, 2000, hal 173-185


10. Ocampo, Vicente Victor D. 2016. Senile Cataract. Medscape. Diakses

tanggal 8 November 2016.

(http://emedicine.medscape.com/article/1210914)
11. Putra, I.P.R.2014.Tesis:Penurunan Kadar Superoksida Dismutase

Lensa Berhubungan Dengan Peningkatan Derajat Kekeruhan Lensa

Pada Katarak Senilis.Program Pascasarjana Universitas Udayana

Denpasar

40
12. Riordan, P., Whitcher, J. P. 2014. Glaukoma dalam Vaughan & Asbury

Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC. Jakarta. Hal. 212-229


13. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept

of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.


14. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22

November 2010
15. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at

www.cera.unimelb.edu, last Update 6 November 2016.


16. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2010). Oftalmologi umum.

Bab.20 lensa hal 401-406. Edisi 14. Widya medika : Jakarta


17. Zarab, A.R, Straus H, Dondrea L.C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et

all.2011-2012.Lens and Cataract. Section 11.American Academy of

Ophthalmology:San Fransisco

41

Anda mungkin juga menyukai