Anda di halaman 1dari 78

GAMBARAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN

DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP


DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU
TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:
AGUM GUMELAR ANANTA KEMBAREN
133307010042

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2016
GAMBARAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU
TAHUN 2015

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Sarjana Kedokteran
Universitas Prima Indonesia

Oleh:
AGUM GUMELAR ANANTA KEMBAREN
133307010042

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

GAMBARAN KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN


PENATALAKSANAAN PASIEN DEMAM TIFOID
RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG
TAHUN 2015

Nama : Nurseta Panca Akbar


NIM : 133307010001
Seminar Proposal Tanggal : 05 November 2016
Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 09 Desember 2016

Tim Penguji Skripsi

Pembimbing Penguji

(dr. Buter Samin, Sp.Rad) (dr. Adrian Khu, Sp.OT)

Medan, 09 Desember 2016


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia

(dr. H. Yulitas Bachtiar, Sp.A)

i
ABSTRAK

Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi yang lunak atau cair
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. berdasarkan
Centre of Disease Control and Preventation (CDC) tahun 2013, diare
menyebabkan 801.000 kematian anak setiap tahunnya atau membunuh 2195 anak
tiap harinya.
Untuk mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut
pada pasien anak rawat inap di RS Putri Hijau, dilakukan penelitian dengan
desain studi kasus deskriptif dan retrospektif, populasi seluruh data rekam medis
diare akut pada pasien anak rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2015
berjumlah 167, sampel yang dibutuhkan 100 data yang diambil secara purposive
sampling yang paling lengkap.
Ditemukan sex ratio 1,12 : 1. Kelompok umur tertinggi 0-5 tahun 52%,
terendah 11-16 tahun 17%. Keluhan utama diare 100%. Keluhan tambahan
tertinggi demam dengan mual dan muntah serta sakit kepala dan nyeri perut 31%
dan terendah mual disertai nyeri perut 5%. Pemeriksaan fisik tertingiperistaltic
usus meningkat 58%. Pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan
darah lengkap disertai kultur tinja 79%. Terapi cairan yang diberikan RL 66%
dan NaCL 34%. Terapi antibiotic yang diberikan terbanyak adalah golongan
chepalosporins 79%. Lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 7 hari.
Keadaan sewaktu pulang dikarenakan pulang berobat jalan 87% dan pulang atas
permintaan sendiri 13%. Komplikasi ditemukan tanpa komplikasi 71%,
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 27% dan syok hipovolenik 2%.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri

Kata Kunci: Diare akut, Gambaran Diagnostik dan Penatalaksanaan, RS Putri


Hijau

ii
ABSTRACT

Thypoid fever is acute infection disease that usually resides in


gastrointestinal tract (small intestine) with fever symptom one or more than one
week accompanied by gastrointestinal disturbance and with or without awareness
disturbance. Based on World Health Organization (WHO) 2003 17 million
thypoid fever cases were found with CFR 3,5%.
Thypoid fever inpatient proportion in 2008 on North Sumatera Hospital are
11,4%. Thypoid fever inpatient proportion in 2015 on Deli Serdang General
Hospital are 45%.
To discover clinical descriptive, supportive examination and therapy of
inpatient thypoid fever on Deli Serdang General Hospital, researcher used
descriptive case-study and retrospective, total population of all medical record
data 2015 of inpatient thypoid fever on Deli Serdang General Hospital sum up to
563, 100 samples data were needed and were taken using most complete
purposive sampling method.
Discovered 1 year old most early age and 91 years old for the oldest age,
with sex ratio 1,12 : 1. Highest age group 13-24 years old 32%, lowest age 85-96
years 1%. Fever main symptom 75%, nausea 13% and diare 5%. Fatigue as
advanced symptom 35%, heartburn 26%, headache and coughing each 15%,
anorexia 9%. Physical examination dirty tongue were found 41%, palpable pain
lower quadran 27%, bloated 18% and pallor 14%. Peripheral blood examination
results were found thrombcytopenia 60%, lymphocytopenia 30% and leucopenia
10%. Widal serology test 83% and tubex 17%. Fluid therapy that were given
Ringer Lactate (RL) 98% and Chloride Sodium (NaCl) 5%. Antibiotic therapy
that were given cephalosporine group 3rd generation 95%, while symptomatic
therapy were given paracetamol 44%. Long treatment minimal 1 days and
maximal 9 days. The circumtances when outpatient are 94% and outpatient
because of own request are 6%.
Advanced research needs to be done to discover about the factors outpatient
because of own request.

Keywords: Thypoid Fever, Clinical Descriptive Supportive Examination and


Management, Deli Serdang General Hospital.

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Agum Gumelar Ananta Kembaren
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 6 April 1995
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
Alamat Rumah : Pekanbaru, Riau

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2001-2007 : SD Negeri 004 Rintis
2. Tahun 2007-2010 : SMP Negeri 4 Pekanbaru
3. Tahun 2010-2011 : SMA Negeri 2 Bukittinggi
4. Tahun 2011-2013 : SMA Negeri 2 Pekanbaru
5. Tahun 2013-Sekarang : FK UNPRI Medan

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “GAMBARAN DIAGNOSTIK DAN
PENATALAKSANAAN DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU TAHUN 2015” Penulis sangat
bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Allah SWT dalam penyelesaian skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW semoga kesabaran dan kegigihan beliau dapat menjadi teladan
bagi penulis dalam hal perjalanan skripsi dan tugas-tugas selanjutnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada program studi S1 di Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia Medan, Sumatera Utara.
Dalam hal menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan hormat
kepada ayahanda Mirsal Kembaren dan ibunda Agustinar yang telah
membesarkan, membimbing dan mendidik penulis, serta pengorbanan dan
kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak dr. I Nyoman Ehrich Lister, Mkes, AIFM, Ketua Yayasan Universitas
Prima Indonesia Medan.
3. Bapak dr. H. Yulitas Bachtiar, Sp.A, Dekan Fakultas Universitas Prima
Indonesia Medan. Serta sebagai dosen pembimbing skipsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.

v
4. Bapak dr. Masdalena Nasution M.Kes, dosen penguji skripsi yang telah
banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Direktur RS Putri Hijau yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan
penelitian serta kepala rekam medik beserta pegawai rekam medik yang turut
membantu dalam mengumpulkan data.
6. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia Medan.
7. Adik Bella Billiant Ananta Kembaren dan Cherina Chintya Ananta Kembaren
yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
8. Teman-teman sejawat FK UNPRI angkatan 2013, khususnya Nurseta Panca
Akbar, Mariance Kristin Waruwu, Maria Roslinawati Sihombing, Yoga
Prasmuli Sembiring, Enrika Setiani Damanik, Simon Sihite, Endang Lase,
Nela Resti Tamalia dan Cindy Prajna yang telah banyak membantu dan
memberi masukan kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan segala bantuannya dalam proses penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Medan, Januari 2017


Penulis

Agum Gumelar Ananta Kembaren

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i


ABSTRAK ........................................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5


2.1. Definisi Demam Tifoid ................................................................................ 5
2.2. Sejarah Demam Tifoid ................................................................................. 5
2.3. Epidemiologi Demam Tifoid ....................................................................... 6
2.3.1. Distribusi Frekuensi ......................................................................... 6
2.3.2. Determinan....................................................................................... 6
2.4. Patogenesis .................................................................................................. 8
2.5. Gambaran Klinis .......................................................................................... 10
2.6. Sumber Penularan ........................................................................................ 11
2.6.1. Karier Demam Tifoid....................................................................... 11

vii
2.6.2. Makanan dan Minuman Terkontaminasi ......................................... 12
2.7. Diagnosis ..................................................................................................... 12
2.7.1. Anamnesis ........................................................................................ 12
2.7.2. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 13
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 13
2.8. Diagnosis Banding ....................................................................................... 17
2.9. Penatalaksanaan ........................................................................................... 18
2.9.1. Istirahat dan Perawatan .................................................................... 18
2.9.2. Diet................................................................................................... 18
2.9.3. Obat-Obatan ..................................................................................... 18
2.10. Komplikasi................................................................................................... 22
2.10.1. Komplikasi Intestinal ....................................................................... 22
2.10.2. Komplikasi Ekstra-Intestinal ........................................................... 23
2.11. Pencegahan .................................................................................................. 23
2.11.1. Pencegahan Primer .......................................................................... 23
2.11.2 Pencegahan Sekunder ...................................................................... 24
2.11.3 Pencegahan Tersier .......................................................................... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............. 25


3.1. Kerangka Konsep......................................................................................... 25
3.2. Definisi Operasional .................................................................................... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 32


4.1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 32
4.2. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 32
4.3. Waktu Penelitian.......................................................................................... 32
4.4. Populasi ....................................................................................................... 32
4.5. Sampel ......................................................................................................... 33
4.6. Metode Pengumpulan data .......................................................................... 33

viii
4.7. Pengolahan Analisa Data ............................................................................. 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 34


5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 34
5.2. Hasil Penelitian ............................................................................................ 36
5.2.1. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin) .............................. 36
5.2.2. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Utama ................................................................................ 37
5.2.3. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Tambahan .......................................................................... 38
5.2.4. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 39
5.2.5. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Darah Tepi .................................................................. 39
5.2.6. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Serologi ...................................................................... 40
5.2.7. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Cairan ............................................................................................... 41
5.2.8. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Antibiotik ......................................................................................... 41
5.2.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Simtomatik ....................................................................................... 42
5.2.10. Lama Rawatan Rata-rata Pasien Demam Tifoid .............................. 43
5.2.11. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang................................................................. 44
5.3. Pembahasan ................................................................................................. 45
5.3.1. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin) .............................. 45

ix
5.3.2. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Utama ................................................................................ 47
5.3.3. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Tambahan .......................................................................... 48
5.3.4. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 50
5.3.5. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Darah Tepi .................................................................. 51
5.3.6. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Serologi ...................................................................... 52
5.3.7. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Cairan ............................................................................................... 54
5.3.8. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Antibiotik ......................................................................................... 55
5.3.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Simtomatik ....................................................................................... 56
5.3.10. Lama Rawatan Rata-rata Pasien Demam Tifoid.............................. 58
5.3.11. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang................................................................. 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 60


6.1. Kesimpulan .................................................................................................. 60
6.2. Saran ............................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62


LAMPIRAN 1 KODE MASTER DATA
LAMPIRAN 2 PRINT OUT SPSS
LAMPIRAN 3 RUMUS STURGES
LAMPIRAN 4 MASTER DATA

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengobatan Demam Tifoid Tanpa Komplikasi .................................. 19


Tabel 2.2. Pengobatan Demam Tifoid Berat ....................................................... 20
Tabel 2.3. Pengobatan Demam Tifoid Karier ..................................................... 20
Tabel 2.4. Penurunan Demam Setelah Pemberian Antibiotik pada Demam
Tifoid. ................................................................................................. 21
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Umur di RSUD Deli Serdang Tahun 2015.................... 36
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun 2015 ...... 37
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 37
Table 5.4. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Tambahan di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 38
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 39
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Darah Tepi di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 ......................................................................................... 40
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Serologi di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 ......................................................................................... 40
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Cairan di RSUD Deli Serdang Tahun 2015 ....... 41

xi
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Antibiotik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 42
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Simtomatik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 43
Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Pasien Demam Tifoid Rawat Inap di
RSUD Deli Serdang Tahun 2015 ....................................................... 44
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 ......................................................................................... 44

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 25


Gambar 5.1. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Umur di RSUD Deli Serdang Tahun 2015 ............... 45
Gambar 5.2. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 ............................................................................................... 46
Gambar 5.3. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 ............................................................................................... 47
Gambar 5.4. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Tambahan di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 49
Gambar 5.5. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 50
Gambar 5.6. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Darah Tepi di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 51
Gambar 5.7. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Pemeriksaan Serologi di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 53
Gambar 5.8. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Cairan di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 ............................................................................................... 54

xiii
Gambar 5.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Antibiotik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 ............................................................................................... 55
Gambar 5.10. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Simtomatik di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 57
Gambar 5.11. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli
Serdang Tahun 2015 ...................................................................... 58

xiv
DAFTAR SINGKATAN

CFR : Case Fatality Rate


DEPKES : Departemen Kesehatan
NaCL : Natrium Klorida
OMP : Outer Membrane Protein
RL : Ringer Laktat
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SD : Standard Deviation
SMX : Sulfametoksazol
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
TBC : Tuberculosis
TMP : Trimetropim
WHO : World Healthy Organization

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi yang lunak atau
cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari
(WHO, 2013).
Saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan kasus
dilaporkan setiap tahunnya. Epidemiologi penyakit diaere dapat ditemukan
diseluruh daerah geografis baik negara maju maupun negara berkembang
seperti Indonesia. Di negera maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan
dan ekonomi tetapi insiden penyakit diare tetap tinggi dan masih menjadi
masalah kesehatan. tingginya insidens ini diakibatkan foodborne infection dan
waterborne infection yang disebabkan oleh bakteri Shiggela sp,
Campylobacter jjejuni, Staphylococcus aureus, Basilus cereus, Clostridium
prefingers, E. coli.
Berdasarkan World Health Oraganization (WHO) pada 2013, ditingkat
dunia, diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak setelah
pneumonia. Sedangkan berdasarkan Centre of Disease Control and
Preventation (CDC) tahun 2013, diare menyebabkan 801.000 kematian anak
setiap tahunnya atau membunuh 2195 anak tiap harinya.
Data WHO menyebutkan bahwa malnutrisi adalah faktor yang
mendukung 45,0% dari semua kematian anak akibat diare. Diare dapat juga
disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Di seluruh
dunia, 780 juta individu memiliki akses yang buruk terhadap air minum dan
2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik. Namun, memperbaiki lingkungan
dengan sanitasi yang buruk belum cukup selama anak tetap rentan terhadap
penyakit, oleh karena itu peningkatan nutrisi harus diprioritaskan (WHO,
2013).
Diare merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia yang disertai
dengan kematian. Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada anak
(25,2%) dan keempat untuk golongan semua umur (13,2%) (DepKes, 2013).
Berdasarkan data profil kab/kota 2009, diperoleh bahwa jumlah
penderita diare di Sumatera Utara adalah 228557 penderita. Dari jumlah
tersebut 122.557 penderita merupakan pasien anak (Dinkes Sumut, 2010).
RSU Putri Hijau adalah salah satu rumah sakit yang menyediakan ruang
rawat inap pada anak. Penyakit diare juga merupakan penyakit penyebab anak
dibawa berobat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin
mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut pada pasien
anak rawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan, Januari 2015 - Desember
2015.

2. RUMUSAN MASALAH
Belum diketahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut
pada pasien anak yang dirawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan periode
Januari 2015 - Desember 2015.

3. TUJUAN PENELITIAN
3.1.TUJUAN UMUM
Mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan penderita diare
akut pada anak yang dirawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan periode
Januari 2015 - Desember 2015.
3.2. TUJUAN KHUSUS
3.1.1. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan karakteristik umur.
3.1.2. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan jenis kelamin.
3.1.3. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keluhan utama.
3.1.4. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keluhan tambahan.
3.1.5. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan pemeriksaan fisik.
3.1.6. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan pemeriksaan penunjang.
3.1.7. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan penatalaksanaan.
3.1.8. Untuk mengetahui rata-rata lama rawatan pasien diare akut anak.
3.1.9. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

4. MANFAAT PENELITIAN
4.1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya tentang gambaran diangnostik
dan penatalaksanaan diare akut pada anak.
4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti penyakit diare
akut pada anak.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. DEFINISI
1.1. Diare
Menurut WHO, diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari mungkin dapat disertai muntah atau tinja berdarah (WHO, 2013).
Diare terjadi ketika volume tinja melebihi nilai normal yaitu sekitar
10g/kg/hari pada bayi dan balita, dan 200g/hari pada anak yang lebih tua dan
dewasa (Elzouki, 2012).
Secara onsetnya diare terbagi :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung 2-4 hari.
3. Diare kronik, yaitudiare yang berlangsunglebih dari 4 minggu.
1.2. ANAK
Dalam Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang telah
diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990
disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.
Sementara itu, United Nations of Children and Fund (UNICEF)
mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan
18 tahun. Dan berikut tabel pembagian umur menurut DepKes RI.
Tabel 2.1
Masa balita 0 – 5 tahun,
Masa kanak-kanak 5 – 11 tahun.
Masa remaja Awal 12 – 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir 17 – 25 tahun.
Masa dewasa Awal 26- 35 tahun.
Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun.
Masa Lansia Awal 46- 55 tahun.
Masa Lansia Akhir 56 – 65 tahun.
Masa Manula 65 – sampai atas

2. EPIDEMIOLOGI
2.1. Distribusi berdasarkan Frekuensi
2.1.1. Orang
Penyakit diare lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang lebih besar.
Keajdian diare akut pada anak laki-laki dan perempuan hampir sama.
Profil kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa tahun 2012 jumlah
kasus diare ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah
kematian sekitar 170.748 terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun
(Depkes RI, 2012).
2.1.2. Tempat
Di negara berkembang, kejadian angka diare lebih tinggi pada penduduk
perkotaan yang padat dan kumuh, sedangkan di negara maju kejadian
diare lebih rendah. Untuk Indonesia insiden dan priode prevalensi diare
diseluruh kelompok umur adalah 3,5% dan 7,0%. Lima provinsi
tertinggi diantaranya Papua (6,3% dan 14,7 %), Sulawesi Selatan (5,2
dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%)
dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). (Kemenkes RI, 2013).
2.1.3. Berdasarkan waktu
Variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di
daerah subtropik, diare akibat bakteri lebih sering di musim panas.
Sedangkan diare disebabkan oleh virus sering terjadi pada musim dingin.
Di daerah tropik (termasuk Indonesia) diare akibat virus sering terjadi
selama musim kemarau sedangkan diare akibat bakteri terjadi sepanjang
musim hujan. (Subagyo, 2011).
3. ETIOLOGI
Infeksi saluran pencernaan penyebab diare disebabkan oleh berbagai
enteropatogen, termasukbakteria, virus dan parasit.
Tabel 2.2
Bakteri Virus Parasit

Aeromonas sp. Astrovirus Cryptosporidium

Bacilus careus Kalisi virus Cyclospora spp.

Campylobacter Korona virus Entamoeba histolytica

Clostreidium jejuni Adeno virus Enterocytozoon bieneusi

Clostridium perfingens Viurs Norwalk Giardia lambia

Clostridiundifficile Rotavirus Isospora belli

Escrichia coli Strongyloides stercoralis

Plesimonasshigellosis

Salmonlela

Shigella

Stapylococcus aureus

Vibrio cholerae

Vivrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica

(Kliegman, 2011)
4. PATOFISOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisologi sebagai berikut: 1)
osmolararitas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) motilitas dan waktu transit
usus abnormal; 4) gangguan permeabilitas usus; 5) inflamasi dinding usus disebut
diare inflamtorik; 6) infeksi pada dinding usus disebut diare infeksi.
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dan usus halus yang dikarenakan obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik,
malabsorbsi umum dan defek absorbsi mukosa usus pada defisiesi disararidase,
malabsorbsi glukosa atau galaktosa. (Sudoyo, 2006).
Diare sekrtorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorbsi, yang khas pada diare tipe sekrtorik secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae atau Eschersia
coli (Setiawan,2006).
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik; diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan
absorbsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi
(disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit chron).
(Setiawan, 2006).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri yang merupakan penyebab tersering dari
diare. Dilihat dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif
(tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif
menybabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman
Vibrio chollera atau V. eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel
usus, yang lalu membentuk monofosfat siklik (amp siklik) di dinding usus halus
dan menyebakan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan
kation natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme
pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, natrium, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion
natrium (diiringi oleh air, kalium dan ion bikarbonat klorida). Kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsobsi secara aktif oleh
dinding sel usus (Setiawan, 2006).
5. PATOGENESIS
Infeksi merupakan penyebab terpenting terjadinya diare akut baik akibat
virus maupun bakteri . yang terpenting baik akibat virus maupun bakteri.
Menurut Setiawan (2008) dan Joan et al,. (1998) terjadinya diare akut karena
infeksi pada umumnya dipengaruhi:
1. Faktor penjamu (host) .
2. Faktor kausal (agent) .

1. FAKTOR PENJAMU (HOST)


Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang menimbulkan diare. Faktor-faktor tersebut adalah
lingkungan internal trkatus gastrointestinal seperti keasaman lambung,
motiltas usus, imunitas dan mikrofilia normal di usus (Setiawan, 2006).
Penurunan asam lambung pada infeksi Shigella sp terbukti dapat
menyebabkan serang infeksi lebih berat dan menimbulkan peningkatan kepekaan
terhadap infeksi V. cholera. Keasaman lambung sebagai barier terhadap kuman
enteropatogen.
Penurunan keasaman lambung terbukti dapat meningkatkan infeksi
disebabkan oleh Salmonella sp, Shigella sp, G. lamblia dan beberapa jenis cacing
(Setiawan,2006).
Peristaltik usus yang normal merupakan mekanisme penting untuk menjaga
flora normal usus. Pada keadaan hipomotilitas usus karena obat-obatan , kelainan
anatomi (divertikel, fistula) atau akibat komplikasi diabetes melitus dan
skelorderma, akan memperpanjang masa diare dan gejala penyakit karena terdapat
penurunan absorbsi air dan elektrolit serta mengurangi kecepatan eliminasi
sumber infeksi dengan akibat akan terjadi peningkatan kuman (Setiawan, 2006).
Respon imun dan humoral sangat berperan untuk melindungi tubuh terhadap
kuman enteropatogen. Pada penderita AIDS dapat terjangkit diare karena
penderita ini terjadi imunosupresi mukosa usus dan penekanan mekanisme
pertahanan usus. Peranan imunitas dibuktikan pula dengan didapatkannya
frekuensi giardasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangn IgA (Setiawan,
2006)
2. FAKTOR KAUSAL (AGENT)
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain; daya penetrasi
yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi skersi cairan di usus halus serta daya lekat mikroorganisme.
Mikroorganisme ini membentuk koloni yang menginduksi diare (Setiawan, 2006).
Mikroorganisme biasanya menyebabkan infeksi melalui jalur fekal oral,
terutama karena :
1. Menelan makanan/ minuman yang terkontaminasi.
2. Kontak tangan dengan yang terkontaminasi.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan bertambahnya penularan
enteropatogen usus adalah:
1. Tidak tersedianya fasilitas penyedian air bersi secara memadai,.
2. Sumber air tercemar feses.
3. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk.
4. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
Mikroorganisme penyebab diare akut di Indonesia terutama bakteri, virus, dan
parasit (Setiawan, 2006).
Bakteri
Ditinjau dari kelainan usus, diare karena bakteri dibagi atas dua golongan
adalah:
a. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)
Mikroorganisme yang tidak merusak mukosa usus seperti V. cholera, V.
eltor, enterotoxigenic, E. coli (ETEC). C. perferingens dan S. aureus
(Setiawan, 2006).

b. Bakteri enteorinvasif
Bakteri yang merusak mukosa usus seperti Enteroinvasive E.coli (EIEC),
Salmonella sp, Shigella sp, Yersinia sp, C. perfrigens (tipe C) (Setiawan,
2006).
Virus
Mengenai virus penyebab diare sampai saat ini mekanismenya masih
belum jelas , percobaan pada binatang menunjukan bahwa terjadi kerusakan sel
epitel mukosa walaupun hanya superfisial akibat masuknya virus kedalam sel.
Virus misalnya rotavirus tidak menyebabkan peningkatan aktifitas adenil siklase.
Infeksi rotavirus menyebabkan kerusakan berupa bercak-bercak pada sel epitel
usus halus bagian proksimal yang menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus halus bagian proksimal yang menyebabkan bertambahnya
sekresi kedalam lumen usus, selain itu terjadi memperlama diare. Penyembuhan
terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Setiawan, 2006).

6. DIAGNOSIS
1. Anamesis
Hal-hal yang penting diperhatikan saat anamnesis pada pasien diare adalah:
1. Keluhan pasien tentang diare yang dialaminya adalah sebagai berikut:
A. Frekuensi buang air besar ( 3 kali atau lebih dalam sehari).
B. konsistensi tinja pasien (cair, lembek, padat), warna tinja dan terdapat
lendir atau darah pada tinja.
C. adanya gejala mual muntah.
D. malaise.
E. demam
F. penurunan berat badan
2. Identifikasi riwayat makan atau minum yang kurang higenis dan iritatif.
3. Indetifikasi lingkungan tempat tinggal pasien.
4. Riwayat berpergian ke daerah dengan wabah diare.
5. Riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi).
6. R
iwayat konsumsi obat-obatan seperti laksatif (magnesium hidroclorida
citrate) toksin (furosemid, organofosfat), kafein, metil mxantine, agen
endokrin (preparat pergantian tiroid), misoprotosol, mesalamin, dll.
7. Riwayat alergi dan penyakit sebelumnya (Davey, 2006; IDAI, 2009)
2. Pemeriksaan fisik
1. Menentukan status dehidrasi pada pasien
Tabel 2.3
Ringan <5% Sedang 5-9% Berat 10%
Derajat

Gejala

Tekanan darah Normal Normal sampai ↓ ↓ Sampai ↓↓

Tekanan nadi Normal Normal sampai ↓ ↓↓

Frekuensi jantung Normal Naik Takikardia

Fontanela Normal Normal Cekung

Kulit Normal Turgor menurun Turgor


menurun
Nembran mukosa Sedikit kering Kering Kering

Ektreminitas Terpefusi Pengisian kapiler Dingin ,


lambat berbintik
(mottled)

Status mental Normal Normal sampai Lesu,koma


lesu

Keluaran urin Sedikit Kurang Tidak ada


mengurang

Haus ↑ ↑↑ ↑↑↑

(Kliegman, 2011)

2. Ditemukan demam akibat infeksi atau dehidrasi.


3. Pada auskultasi ditemukan peningkatan bunyi peristaltic usus.
4. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia).
5. Jika ditemukan darah lakukan pemeriksaan colok dubur untuk
menyingkirkan kemungkinan keganasan. (Davey, 2006; IDAI, 2009)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes darah : hitung darah lengkap; anemia atau trombositoisis mengarahkan
dugaan adanya penyakit kronis. Leukoisitosis akibat infeksi, Albumin
rendah bisa menjadi patokan tingkat keparahan penyakit namun tidak
spesifik. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
b. Kultur tinja: Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau.
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri. Kimia: pH, clinitest,
elektrolit (Na, K, HCO3). Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut (Davey,2006; IDAI, 2009).

7. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2.4
Penyakit Gejala

Diare akut et causa E.Coli 1. Diare mendadak


2. Nyeri abdomen
3. Nausea
4. Muntah
5. Disertai demam
Diare akut et cause rotavirus 1. Inkubasi 1-4 hari
2. Diare ringan- berat
3. Demam,
4. Muntah
5. Lama gejala 4-5 hari atau lebih
Intoleransi laktosa 1. Diare
2. Kram atau nyeri perut
3. Flatulensi
4. Muntah
(WHO, 2009)

8. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pada anak dengan diare akut adalah :
1. Menilai tingkat dehidrasi dan pergantian cairan dan elektrolit.
2. Mencegah penyebaran enteropatogen .
3. Menentukan agen etiologi dan agen antimikroba (Kliegman,2011).
8.1. NON FARMAKOLOGI
A. Rencana Terapi A (Penanganan Diare Tanpa Dehidrasi)
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak
50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun
semaunya. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali
apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare
frekuen dan profus) (IDAI, 2009).
B. Rencana terapi B ( penanganan diare dehidrasi sedang/ringan)
Pada 3 jam pertama berikan oralit.
Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah cairan 200-400 ml 400-700 700-900 ml 900-1400 ml

Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan.


Jika masih mengalami dehidrasi ulangi pengobatan 3 jam berikutnya. Bila
timbul gejala tanda dehidrasi berat lakukan tata laksana dehidrasi berat (rencana
terapi c) dengan cepat, namun bila belum terjadi dehidrasi berat tetapi anak sama
sekali tidak mau minum oralit karena muntah profus dapat diberikan cairan
intravena secepatnya. berikan cairan ringer laktat 70ml/kg BB (atau gunakan
NaCL) yang dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian 70ml/kg selama

Bayi (dibawah 12 bulan) 5 jam

Anak (diatas 12 bulan) 2,5 jam

Jika kondisi anak telah baik, lakukan Rencana Terapi A (WHO, 2009).
C. Rencana Terapi C (Penanganan Dehidrasi Berat)
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang
diikuti dengan terapi rehidasi oral.
a. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri
larutan oralit jika anak bisa minum.
Larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan
Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan
Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan.
Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
b. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut ini
(WHO, 2009).
Pemberian Cairan Intravena bagi anak dengan Dehidrasi Berat
Pertama, berikan Selanjutnya, berikan
30 ml/kg dalam: 70 ml/kg dalam:

Umur <12 bulan 1 jam 5 jam

Umur >12 bulan 30 menit 2,5 jam


(WHO, 2009)

D. Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba.
Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat.
Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan
kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa
telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih lambat
dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam pemantauan.
a. Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti
yang telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap
(persisten) setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini
biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakukan
rehidrasi.
b. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi
ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam (lihat
Rencana Terapi B). Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu
untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
c. Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, ikuti pedoman pada Rencana Terapi A.
Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih sering. Lakukan
observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah sakit,
untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak
bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam untuk bayi, atau 1–2
jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang
mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat
berhasil diatasi, beri tablet seng (WHO, 2009).

E. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit


a) Hipernatremia (Na >155 mEq/L).
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih
dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak
b) Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih
dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat
badan; diberikan dalam 24 jam
c) Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak
0.5-1 ml/kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil
dimonitor irama jantung dengan EKG.
d) Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.
1. Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral
per hari dibagi 3 dosis
2. Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena
dengan dosis: 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama. Dan 3,5 - kadar K
terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam.
F. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis:
1. Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari.
2. Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari.
G. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur
tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah buahan diberikan terutama
pisang (IDAI, 2009).

8.2. TERAPI FARMAKOLOGI


A. Terapi antibiotik spesifik
Berdasarkan hasil kultur tinja dan gejala dapat ditentukan agen etiologi dan
dilakukan pemberian anti mikroba. Berdasarkan tabel dibawah ini
Tabel 2.6.
Oragnisme Agen antimikroba Indikasi untuk Terapi
Antimikroba

Aeromonas Trimetopin/sulfametoksasol Penyakit seperti


(TMP/SMX), disentri, diare lama.
Chepalosporins

Campylobacter Eritromisin Pada awal perjalanan


penyakit

Clostridium difficulle Vankomisin atau Penyakit sedang


metrodinazol sampai berat

Eschrichia colli TMP/SMX, Chepalosporins Penyakit berat atau


(Enterotoksigenik) lama

Eschrichia colli TMP/SMX, Chepalosporins Epidemi kamar anak-


(Entropatogenik) anak yang
membahayakan jiwa

Eschrichia colli TMP/SMX, Chepalosporins Semua kasus jika


(Enteroinvansif) organisme rentan

Salmonella Ampisilin atau Bayi <3 bulan dan


kloramfenikol atau penderita defisiensi
TMP/SMX atau sefotaksim. imun, demam tifoid,
Chepalosporins bakteremia,
penyebaran dengan
penahanan
terlokalisasi

Shigella TMP/SMX, Cephalosporins Semua kasus jika


organisme rentan

Sefiksim Strain resisten

Siprofloxasim Strain resesisten pada


orang diatas 17 tahun

Vibrio cholerae Tetrasiklin atau doksisiklin Semua kasus


atau TMP/SMX, dan
Cephalosporins

(Kliegman, 2011)

Organisme Agen Antimikroba

Giardia lamblia Quinakrin HCL atau metodinazol atau furazolidon

Entamoeba histolytica Metrodinazol disertai dengan iodoquinal

Cryptosparidium Tidak ada

Cylospora spp TMP/SMX, Cephalosporins

Isospora belli TMP/SMX, Cephalosporins

Enteroctytozoon Tidak ada


bieneusi

Stronglyloides Tiabendazol

(Kleigman, 2011)
9. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2. Syok hipobolemik akibat kekurangan cairan dengan cepat dan dalam
jumlah besar.
3. Gagal ginjal akut (nekrosis tubular akut) akibat syok hipovolemik yang
tidak diatasi dengan pemberian cairan secara adekuat.
4. Defisiensi vitamin.(Eddleston, 2008).

10. PENCEGAHAN
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penderita, jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh
bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarga harus dididik mengenai cara
perolehan eneropatogen dan cara-cara mengurangi penularan. Penderita yang
mendatangi pusat perawatan harian harus dipisahkan dari pusat atau dirawat
pada daerah tersendiri sampai diare telah berkurang,. Kasus diare akibat E.
coli, Giardia lambia, Campylobacter, Salmonella, Shigella, V. cholerae dan
V. parahaemolytica harus dilaporkan ke departemen setempat.Vaksin tersedia
untuk mencegah infeksi oleh Salmonella typhi dan Vibro cholerae (Kleigman,
2011).
BAB III
Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

1. Kerangka Konsep
karakteristik
- Umur,
-Jenis Kelamin

Diagnosis
-Anamnesis
a.Keluhan Utama
b.KeluhanTambahan
-Pemeriksaan Fisik
Rekam Medis Pasien
Diare Akut Pada -Pemeriksaan
anak Penunjang

Penatalaksanan
- Non Farmakologi
- Farmakologi

Hasil

-Lama Rawat

-Kondisi saat pulang

komplikasi
2. Definisi Operasional
Variable Umur

Definisi Waktu biologis yang menandakan lama hidup seseorang, umur


anak dikategorikan berdasarkan DEPKES RI (2009)

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam Medis

Hasil a. 0-5 tahun (balita)


b. 5-11 tahun (kanak- kanak)
c. 12-16 tahun (remaja awal)
Skala Ukur Ratio

Variable Jenis Kelamin

Definisi Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita
diare akut sesuai dalam rekam medis

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam medis

Hasil - anak laki-laki

- anak perempuan

Skala Ukur Nominal

Variable Keluhan Utama


Definisi Keluhan yang membawa pasien datang ke rumah sakit sesuai
sesuai dalam rekam medis

Cara Ukur Observasi

Sumber data Rekam Medis

Hasil Diare (buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari,
dengan konsistensi lunak atau cair)

Skala Ukur Nominal

Variable Keluhan Tambahan

Definisi Keluhan yang menyertai keluhan utama seusai dalam rekam


medis

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam Medis

Hasil Demam, Mual, Muntah, Sakit kepala, nyeri perut,

Skala Ukur Nominal

Variable Pemeriksaan Fisik

Definisi Sebuah proses untuk memeriksa tubuh pasiem untuk


menemukan tanda dan gejala klinis penyakit yang sesuai dalam
rekam medis

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam Medis


Hasil Inspeksi : mata cekung , ubun-ubun besar, bibir kering

Palpasi : penilaian turgor kulit lamabat kembali, denyut


nadi

Auskultasi : bumyi peristaltik usus meningkat

Skala Ukur Nominal

Variable Pemeriksaan Penunjang

Definisi Sebuah pemermeriksaan yang menunjang pemeriksaan fisik


dan untuk menyingkirkan diagnosis banding

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam Medis

Hasil 1. Pemeriksaan darah Lengkap


anemia atau trombositoisis
Leukoisitosis
Albumin rendah
Analisis gas darah dan elektrolit : peningkatan ph

2. Pemeriksaan kultur tinja :


Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau.
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri.
Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3).

Skala Ukur Nominal

Variable Penatalaksanaan
Definisi Tindakan pengobatan yang dilakukan sesuai dengan rekam
medis

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam medis

Hasil 1. Non Farmakologi


Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi

(Nacl, Ringer Laktat)

2. Farmakologi
a. Pemberian antibiotik
Eschrichia colli → Trimetopin/sulfametoksasol
(TMP/SMX), Cephalosporins.

Aeromonas →(TMP/SMX), Cephalosporins.

Campylobacter → Eritromisin.

Clostridium difficulle → Metrodinazol.

Salmonella → TMP/SMX, Cephalosporins.

Shigella → TMP/SMX, Cephalosporins.

Vibrio cholera → TMP/SMX, Cephalosporins.

Skala Ukur Ordinal

Variable Lama Perawatan

Definisi Rentang waktu perawatan pasien diare akut yang terhitung


tanggal masuk sampai dengan keluar rumah sakit.

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam medis

Hasil Jumlah hari

Skala Ukur Rasio

Variable Keadaan sewaktu pulang

Definisi Keadaan pasien diare akut saat pulang.

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam medis

Hasil 1. Sembuh klinis pulang berobat jalan


2. Pulang atas permintaan sendiri
3. Meninggal dunia
Skala Ukur Nominal

Variable Komplikasi

Definisi Penyakit lanjutan atau penyulit dari penakit sebelumya

Cara Ukur Observasi

Sumber Data Rekam medis

Hasil 1. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektotlit


(aisidosis, alkalosis)
2. Syok hipovolemik
3. Gagal ginjal
4. Tanpa Komplikasi
Skala Ukur Nominal
BAB 4
METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan desain
studi kasus. Penelitian ini akan mendeskripsikan gambaran diagnostik dan
penatalaksanaan pasien diare akut anak dengan melihat data sekunder atau
rekam medis pasien rawat inap di RS Putri Hijau Kota Medan pada tahun
2015.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RS Putri Hijau dengan alasan data-data
yang dibutuhkan.
2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai Oktober 2016 – Febuari 2017.

3. Populasi dan Sampel


3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh data diare akut pada pasien anak yang dirawat
inap di RS Putri Hijau Kota Medan tahun 2015.
3.2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 data penderita diare
akut yang di rawat indap di RS Putri Hijau Kota Medan periode Januari
2015- Desember 2015. Pengambilan sampel diambil yang paling lengkap
datanya (proporsive sampling). Jika data kurang dari 100 maka akan
dilakukan pengambilan data tahun sebelumnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang terdapat pada rekam
medis RS Putri Hijau Kota Medan tahun 2015.

5. Teknik Analisa Data


Data dikelola dengan mengunakan program SPSS (Statistik Product and
Service Solution), mengunakan univariat analisis dan disajikan dalam bentuk
narasi, table gambar (pie and bar).
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau Medan yang
berada dijalan Putri Hijau No.17 Medan, Kel. Kesawan, Kecamatan Medan Barat
Kodya Medan Sumatera Utara, Tepatnya pada 3º-35º Lintang Utara dan 98º-40º
Bujur Timur. Rumkit Tk 11 Putri Hijau Kesdam 1/BB Medan berdiri diatas lahan
dengan luas area 43.434 m² dan luas bangunan 10.820 m² (sesuai sertifikat BPN
Sumut Nomor 02.01.01.03.1.01.01648). Berdiri pada tahun 1950, rumah sakit ini
sekarang berada dibawah naungan kesehatan TNI Angkatan Darat (Kesad) yang
berada di wilayah Kodam 1/BB.

Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau Medan adalah rumah sakit


kebanggaan bagi para warga Negara TNI. Rumah Sakit pernah mengirimkan
personilnya untuk mendukung operasi D1/TII (1953), sebagai TIM Kesehatan
PON 111 (1954), sebagai dukungan kesehatan pada operasi PRRI (1957), sebagai
TIM kesehatan serta dalam kontingen Garuda 111 ke Kongo (1963), turut
membantu operasi PGRS/Paraku Kalbar (1973), membantu dalam operasi dan
membantu operasi Militer di Aceh serta dalam penanganan Korban Gempa Bumi
dan Tsunami Aceh dan Nias.

Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau merupakan instalasi pelaksanaaan


Kesdam 1/BB dibidang penyelenggaraan kegiatan pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi penderita. Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau juga
menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan dalam rangka pelayanan
kesehatan terhadap prajurit TNI-AD dan PNS Hankam beserta keluarganya
dijajaran Kodam 1/BB.
Tugas Pokok Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau dengan segenap fasilitas
dan kemampuannya adalah menyelenggarakan fungsi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitasi medic terbatas. Dukungan Kesehatan terbatas secara terus
menerus di wilayah Kodam 1/BB meliputi pelayanan dari Departemen Bedah,
Gawat Darurat dan Anastesi, Departemen Obstetri Ginekologi dan Kesehatan
Anak, Departemen Penyakit Dalam, Jantung dan paru-paru, Departemen Penyakit
Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Departemen Gigi dan Mulut, Departemen
Penyakit Saraf dan Jiwa, dan penunjang medis lainnya.

Rumah Sakit Tingkat 11 Putri Hijau memiliki Visi :

“Menjadi Rumah Sakit Dambaan Warga TNI dan Masyarakat di kawasan Barat
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dengan Misi Yaitu :

1. Memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan yang tepat, cepat, akurat


bagi pasien dinas secara professional.
2. Turut berperan meningkatkan derajat kesehatan yang bermanfaat dan
optimal.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pasien rumah sakit ini memiliki


motto: “Kerja Ikhlas dan Tuntas Pasien Puas, Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit”.
2. Hasil Penelitian

2.1. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap
Berdasarkan Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin).
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan Hasil karakteristik pasien (umur dan jenis
kelamin) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Diare Akut pada pasien anak rawat
inap di RSU Putri Hijau Tahun 2015 Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) f Proporsi (%)


1 0-5 52 52
2 6-11 31 31
3 11-16 17 17
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi Diare Akut pada
pasien anak rawat inap tertinggi berdasarkan kelompok umur adalah umur
0-5 tahun, yaitu berjumlah 52 orang (52%), sedangkan proporsi terendah
adalah umur 11-16 tahun, yaitu berjumlah 17 orang (17%).

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Jenis
Kelamin

No Jenis Kelamin f Proporsi (%)


1 Anak Laki-laki 47 47
2 Anak Perempuan 53 53
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak rawat inap tertinggi berdasarkan jenis kelamin adalah anak
perempuan, yaitu berjumlah 53 orang (53%) dan anak laki-laki berjumlah
47 orang (47%).

2.2. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Keluhan Utama
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Keluhan
Utama

No Keluhan Utama f Proporsi (%)


1 Diare 100 100
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah diare, yaitu berjumlah
100.
2.3. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Tambahan
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan keluhan tambahan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Diare Akut Pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau Tahun 2015 Berdasarkan
Keluhan Tambahan
No Keluhan Tambahan f Proporsi (%)
1 Demam + Mual + Muntah 12 12
2 Demam + Mual + Muntah + Sakit 17 17
Kepala
3 Demam + Mual + Muntah + Sakit 31 31
Kepala + Nyeri Perut
4 Demam + Mual + Muntah + Nyeri 20 20
Perut
5 Demam + Mual 7 7
6 Mual + Muntah+ Nyeri Perut 8 8
7 Mual + Nyeri Perut 5 5
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak rawatt inap tertinggi berdasarkan keluhan tambahan adalah demam
dengan mual dan muntah serta sakit kepala dan nyeri perut yaitu berjumlah
31 orang (31%), sedangkan proporsi terendah adalah mual disertai nyeri
perut, yaitu berjumlah 5 orang (5%).
2.4.Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Pemeriksaan
Fisik
Hasil penelitian Diare Akut pada pasien anak rawat inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan pemeriksaan fisik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik

NO Pemeriksaan Fisik f proporsi (%)


1 Mata Cekung + Ubun – Ubun 9 9
Besar + Bibir Kering + Peritalstik
Usus Meningkat
2 Mata Cekung + Bibir Kering + 7 7
Peristaltik Usus Meningkat
3 Bibir Kering + Peristaltik 26 26
Meningkat
4 Peristaltik Usus Meningkat 58 58

Jumlah

Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak tertinggi berdasarkan pemeriksaan fisik adalah peristaltik usus
meningkat, yaitu berjumlah 58 orang (58%), sedangkan proporsi terendah
adalah mata cekung dengan ubun-ubun besar dan peristaltik usus
meningkat yaitu berjumlah 9 orang (9%).

2.5. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Pemeriksaan


Penunjang
Hasil penelitian pasien Diare Akut pada pasien anak rawat inap di
RS Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan pemeriksaan penunjang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak di RS
Putri Hijau Tahun 2015 Berdasarkan Pemeriksaan
Penunjang
No Pemeriksaan Darah Tepi f Proporsi (%)
1 Pemeriksaan Darah Lengkap 21 21
3 Pemeriksaan Darah Lengkap + 79 79
Kultur Tinja
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada pasien anak berdasarkan pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan
darah lengkap disertai dengan kultur tinja, yaitu berjumlah 79 orang
(79%), sedangkan proporsi terendah adalah pemeriksaan darah lengkap,
yaitu berjumlah 21 orang (21%).

2.6. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan Terapi
Cairan
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi cairan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Pasien Diare Akut pada Pasien Anak
Rawat Inap Berdasarkan Terapi Cairan di RS Putri
Hijau Tahun 2015
No Terapi Cairan f Proporsi (%)
1 Ringer Laktat (RL) 66 66
2 Natrium Klorida (NaCL) 34 34
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada anak berdasarkan terapi cairan adalah ringer laktat (RL), yaitu
berjumlah 66 orang (66%) dan natrium klorida (NaCL) berjumlah 34
orang (34%).

2.7. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan Terapi
Antibiotik
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi antibiotik dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Terapi
Antibiotik

No Terapi Antibiotik f Proporsi (%)


1 TMP/SMX 17 17
2 Chepalosporins 78 78
3 Eritromisin 0 0
4 Metrodinazol 5 5
Jumlah 100 100

Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada Anak berdasarkan terapi antibiotik adalah golongan chepalosporins,,
yaitu berjumlah 78 orang (78%) dan proporsi terendah adalah Eritromisin
berjumlah 0 orang (0%).

2.8. Lama Rawatan Rata-rata Diare Akut pada Pasien Anak


Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan lama rawatan rata-rata dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Diare Akut pada Pasien Anak
Rawat Inap di RS Putri Hijau Tahun 2015
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
Mean 3,27
Standar Deviasi 1,332
Minimum 1
Maximum 7

Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata pasien
diare akut adalah 3,27 hari dengan standar deviasi (SD) 1,332 hari. Lama
rawatan yang paling singkat adalah 1 hari sedangkan yang paling lama
adalah selama 7 hari.

2.9. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Keadaan


Sewaktu Pulang
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015. Berdasarkan, keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang
No Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi (%)
1 Pulang berobat jalan 87 87
2 Pulang atas permintaan sendiri 13 13
3 Meninggal Dunia 0 0
Jumlah 100 100
Pada Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi Diare Akut
pada anak berdasarkan kedaaan sewaktu pulang adalah pulang berobat
jalan, yaitu berjumlah 87 orang (87%) dan terendah adalah meninggal
dunia yaitu berjumlah 0 orang (0%).
2.10. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Komplikasi
Hasil penelitian Diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015. Berdasarkan, Komplikasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan
Komplikasi
No Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi (%)
1 Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan 27 27
Elektrolit
2 syok Hipovolemik 2 2

3 Tanpa Komplikasi 71 71
Jumlah 100 100
Pada Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada pasien anak berdasarkan komplikasi adalah tanpa komplikasi , yaitu
berjumlah 71 orang (71%) dan terendah adalah syok hipovolemik yaitu
berjumlah 2 orang (2%).

3. Pembahasan
3.1. Distribusi Proporsi Diare Akut Pada Pasien Anak Berdasarkan
Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin).
Hasil penelitian Diare Akut pada pasien anak rawat inap di RS
Putri Hijau tahun 2015. berdasarkan karakteristik pasien (umur dan jenis
kelamin) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.1. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien


Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.1 dapat diketahui proporsi tertinggi diare
akut pada pasien anak berdasarkan kelompok umur adalah umur 0-5 tahun
yaitu 52%, sedangkan proporsi terendah pada umur 12-16 tahun yaitu
17%.
Kelompok umur 0-5 tahun umumnya memiliki daya tahan yang
lebih rendah dibandingkan dewasa, sehingga memeliki resiko lebih besar
untuk menderita diare (IDAI, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yusuf
(2011) di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh tahun 2009-2010
dengan desain case study yang mendapatkan hasil penderita Diare Akut
yang tertinggi pada umur 0-5 tahun yaitu 91,4% (95 orang).
Gambar 5.2. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.2 dapat diketahui bahwa proporsi penderita
diare akut pada anak perempuan lebih tinggi (53%) dibandingkan laki-laki
(47%) dengan sex ratio 1,12 : 1.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Yusuf (2011) di RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh Tahun 2009-2010
dengan desain case study yang mendapatkan hasil penderita diare akut
yang tertinggi pada jenis kelamin anak laki-laki yaitu 51,9%. Menurut
beberapa literatur, jenis kelamin sama sekali tidak berpengaruh terhadap
kejadian diare akut pada anak.

3.2. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien anak Berdasarkan


Keluhan Utama.
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak berdasarkan keluhan
utama dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.3. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015
Berdasarkan Keluhan Utama.
Berdasarkan gambar 5.3 dapat diketahui proporsi penderita Diare
akut tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah demam Diare Yaitu
100%
Biasanya pada anamnesis, saat masuk rumah sakit didapatkan
keluhan utamanya adalah Diare yaitu buang air besar dengan konsistensi
tinja yang lembek hingga cair dengan bertambahnya frekuensinya lebih
dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih (WHO, 2013).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aman
(2014) di RSUD dr. R. D. Kandou Malalayang 2010-2014 dengan desain
case study yang mendapatkan hasil penderita Diare Akut yang tertinggi
berdasarkan keluhan utama adalah Diare yaitu 93,5% .
3.3. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Keluhan
Tambahan.
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak aawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan keluhan tambahan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Gambar 5.4. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RSU Putri Hijau tahun 2015
Berdasarkan Keluhan Tambahan

Berdasarkan gambar 5.4 dapat diketahui proporsi penderita diare


Akut tertinggi berdasarkan keluhan tambahan adalah demam dengan mual
dan muntah serta sakit kepala dan nyeri perut yaitu berjumlah 31%.
Keluhan tambahan yang muncul pada diare akut pada anak
umumnya, demam, mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut yang
umumnya karena infeksi penyerta atau dehidrasi yang terjadi pada
penderita diare (IDAI, 2009).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Aman (2014) di RSUD dr. R. D. Kandou Malalayang, Manado 2010-2014
dengan desain case study yang mendapatkan hasil penderita diare akut
yang tertinggi berdasarkan keluhan tambahan adalah demam sebanyak
87,1 %.
3.4. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik.
Hasil penelitian diare Akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015, berdasarkan pemeriksaan fisik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 5.5. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien


Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015.

Berdasarkan gambar 5.5 dapat diketahui proporsi tertinggi diare


akut pada Pasien Anak berdasarkan pemeriksaan fisik adalah bunyi
peristlatik usus meningkat yaitu sebanyak 58%,
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda – tanda dehidrasi seprti
mata cekung, ubun-ubun besar, bibir kering dan peningkatan denyut nadi .
serta ditemukan peningkatan bunyi peristaltik usus (IDAI, 2009).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Aman (2014) di RSUD dr. R. D. Kandou Malalayang, Manado 2010-2014
dengan desain case study yang mendapatkan hasil penderita diare akut
yang tertinggi berdasarkan pemeriksaan fisik adalah Bibir kering disertai
dengan peningkatan bunyi peristaltik usus yaitu sebanyak 62,5 %.
3.5. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan
Pemeriksaan Penunjang.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan pemeriksaan penunjang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.6. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien


Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015.
Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan gambar 5.6 dapat diketahui proporsi tertinggi diare
akut pada pasien anak berdasarkan pemeriksaan penunjang adalah
pemeriksaan darah lengkap disertai kultur tinja yaitu 79%.
pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk mengetahui adanya gejala anemia dan trombositopenia, leukostosis,
dan analisis gas darah untuk mengetahui peningkatan PH. Lalu dilakukan
kultur tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis tinja. (IDAI,
2009).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan diare
akut pada Adyanastri (2012) di RSUP dr. Kariadi Semarang dengan desain
case study yang mendapatkan hasil pasien anak yang tertinggi berdasarkan
pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah lengkap yaitu 53,02%.

3.7. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan


Terapi Cairan.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi cairan dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 5.8. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015
Berdasarkan Terapi Cairan .
Berdasarkan gambar 5.8 dapat diketahui proporsi tertinggi diare
akut pada pasien anak berdasarkan terapi cairan adalah ringer laktat (RL)
yaitu 66%.
Pada pasien diare akut pada anak umumnya datang tanpa dehidrasi
berat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Inggrid
(2014) di RS dr. Pringadi Tahun 2012-2013 dengan desain case study yang
mendapatkan hasil penderita diare akut yang tertinggi berdasarkan terapi
cairan adalah Ringer Laktat (RL) yaitu 81% (81 orang).

3.8. Distribusi Proporsi Diare Akut Pada Pasien Anak Berdasarkan


Terapi Antibiotik.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi antibiotik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 5.9. Diagram Batang Proporsi Pasien Diare Akut pada


Pasien Anak Berdasarkan Terapi Antibiotik di RS
Putri Hijau.
Berdasarkan gambar 5.9 dapat diketahui proporsi tertinggi Diare
akut pada pasien anak berdasarkan terapi antibiotik adalah Cephalosporins
78%.
Antibiotik golongan cephalosporin, TMP/SMX dapat diberikan
pada penderita diare dengan etiologi E. coli, aeromonas, salmonella dan
shigella. (Kliegman, 2011)
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Farida (2010) di RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2010 dengan desain
case study yang mendapatkan hasil penderita diare akut yang tertinggi
berdasarkan terapi antibiotik adalah golongan cefoxtaxim yaitu 45%.

3.9. Lama Rawatan Rata-rata Diare Akut Pada Pasien Anak.


Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata diare
akut pada pasien anak adalah 3,27 hari dengan standar deviasi (SD) 1,332
hari. Lama rawatan yang paling singkat adalah 1 hari sedangkan yang
paling lama adalah selama 7 hari.

3.10. Distribusi Proporsi Pasien Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.11. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015
Berdasarkan Kedaan Sewaktu Pulang.
Berdasarkan gambar 5.11 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi
diare akut pada pasien anak yang pulang berobat jalan yaitu 87%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan


Inggrid (2013) di RS dr. Pringadi tahun 2012-2013 dengan desain case
study yang mendapatkan hasil penderita diare akut yang tertinggi
berdasarkan kedaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan yaitu
67,6%.
3.11. Distribusi Proporsi Diare akut pada Pasien Anak Berdasarkan
Komplikasi.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.10. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien


Anak Rawat Inap di RS Putri Berdasarkan
Komplikasi.
Berdasarkan gambar 5.10 dapat diketahui proporsi tertinggi Diare
akut pada pasien anak berdasarkan komplikasi adalah tanpa komplikasi
yaitu 71 %.

Komplikasi pada diare akut umumnya jarang terjadi, namun dapat


ditemukan gangguan asam basa dan elektrolit hal ini disebabkan oleh
meningkatnya frekuensi buang air besar serta aktivitas mikroba penyebab
diare (Eddleston, 2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan


Adyanastri (2012) di RSUP dr. Kariadi Semarang dengan desain case
study yang mendapatkan hasil pasien anak yang tertinggi berdasarkan
komplikasi yaitu tanpa komplikasi 62,6 %.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
karakteristik pasien (umur dan jenis kelamin) adalah umur 0-5 tahun,
yaitu sebanyak 52 orang (52%) dengan proporsi perempuan lebih
banyak yaitu 53 orang (53%).
b. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keluhan utama adalah diare, yaitu sebanyak 100 orang (100%).
c. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keluhan tambahan adalah demam dengan mual dan muntah serta sakit
kepala dan nyeri perut, yaitu sebanyak 31 orang (31%).
d. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
pemeriksaan fisik adalah peningkatan peristaltik usus, yaitu sebanyak
58 orang (58%).
e. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah lengkap disertai
kultur tinja, yaitu sebanyak 79 orang (79%).
f. Distribusi proporsi tertinggi berdasarkan diare akut pada pasien anak
terapi cairan adalah ringer laktat (RL), yaitu sebanyak 66 orang
(66%).
g. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
terapi antibiotik adalah golongan cephalosporins, yaitu sebanyak 78
orang (78%).
h. Lama rawatan rata-rata diare akut pada pasien anak adalah 3,27 hari
dengan standar deviasi (SD) 1,332 hari. Lama rawatan yang paling
singkat adalah 1 hari sedangkan yang paling lama adalah selama 7
hari.
i. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keadaaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan , yaitu
sebanyak 87 orang (87%).
j. Distribusi proporsi diare akut pada pasien anak tertinggi berdasarkan
komplikasi adalah tanpa komplikasi, yaitu sebanyak 71 orang (71). %

2.1. Saran
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor yang berhubungan
dengan pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut pada Anak
di RSUP dr Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran UNDIP
Semarang
Aman, Mona C.U. 2015, Gambaran Gejala dan Tanda Klinis Diare Akut
pada Anak. Fakultas Kedokteran UNSRAT : Manado
CDC 2015 Laboratory Identification of Parasitic Disease of Public Helath
Concern dari http/www.cdc.gov/dpdx/ [diakses pada 8 oktober 2016]
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance, Alih Bahasa Rahmalia. Jakarta :
Penerbit Erlangga

Dinas Kesehatan Sumatra Utara. Pofil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara


Tahun 2013. Medan
IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Jakarta : IDAI.
Farida . 2010. Pengunaan Antibiotik pada Anak di RSUP dr Kariadi
Semarang. Fakultas Kedokteran UNDIP : Semarang
Joan R, Butterion Stephen B, Calder Wood. 1998. Acute Infectious Diarrheal
Diseases and Bacterial Poisoning In : Horison’s Principle of Internal
Medicine. 14”. New York. Mc Graw Hill Inc.
Kemenkes RI,2007, Pengendalian Diare di Indonesia
Inggrid, Nining. 2013. Gambaran Gejala Klinis dan Penatalaksanaan Diare
Akut Anak di RS dr. Pringadi. Medan.

Kliegman, R.M., 2011. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th Ed. Philadephia.:


Saunders Elsevier.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta
Profil Kesehatan Indonesia 2010. Diunduh 8 Oktober 2016 Available from
http//www.depkes.go.id
Rudolph, Abraham., 2006, Buku Ajar Pediatri. Edisi 20. Volume 1. Jakarta :
EGC
Setiawan B.2006 Diare Akut Karena Infeksi, Dalam : Sudoyo a. Setyadi b,
Alwi . Departemen IPD
Subagyo, B , dan Santoso N. B. 2011. Diare Akut. Dalam : Juffrie M,
Soenarto, S. y, Oswari H, Arief S Rosalina I, dan Mulyani N. S. Buku
Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid 1. Cetakan Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Suharyono, 2012. Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Rineka Cipta, Jakarta
WHO. Technical Seminar of Diarrhea. Diunduh dari
www.who.int/child_adolescent_health/.../cah_10_10_ts_diarrhea.pdf
diakses pada 8 Oktober 2016, pk 15.38
WHO. 2009. Buku saku Pelayan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Switzerland : Geneva
WHO. 2013 Global Water, Sanitation, & Hygiene (WASH), diunduh dari
https://www.cdc.gov/healthywater/pdf/global/programs/globaldiarrhea
508c.pdf pada TAN 8 Oktober 15.30
WHO. CDC/NHSN Surveillance Definitionsfor Specific Types of Infections.
Diunduh
dari http://www.cdc.gov/nhsn/pdfs/pscmanual/17pscnosinfdef_current.pdf
pada 8 Oktober pukul 16.00.
WHO. 2013 Diarrhoeal disease. diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ pada tanggal 9
Oktober 2016 pukul 12.00
WHO. 2013 Diarrhoea. diakses dari http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/
pada tanggal 9 Oktober pukul 13.25
Widoyono. 2011.Penyakit Tropis. Penertbit Erlangga. Jakarta
Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Fakultas
Kedokteran UNSYIAH : Banda Aceh
33
35

Anda mungkin juga menyukai