SKRIPSI
Oleh:
AGUM GUMELAR ANANTA KEMBAREN
133307010042
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2016
GAMBARAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU
TAHUN 2015
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Sarjana Kedokteran
Universitas Prima Indonesia
Oleh:
AGUM GUMELAR ANANTA KEMBAREN
133307010042
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Pembimbing Penguji
i
ABSTRAK
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi yang lunak atau cair
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. berdasarkan
Centre of Disease Control and Preventation (CDC) tahun 2013, diare
menyebabkan 801.000 kematian anak setiap tahunnya atau membunuh 2195 anak
tiap harinya.
Untuk mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut
pada pasien anak rawat inap di RS Putri Hijau, dilakukan penelitian dengan
desain studi kasus deskriptif dan retrospektif, populasi seluruh data rekam medis
diare akut pada pasien anak rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2015
berjumlah 167, sampel yang dibutuhkan 100 data yang diambil secara purposive
sampling yang paling lengkap.
Ditemukan sex ratio 1,12 : 1. Kelompok umur tertinggi 0-5 tahun 52%,
terendah 11-16 tahun 17%. Keluhan utama diare 100%. Keluhan tambahan
tertinggi demam dengan mual dan muntah serta sakit kepala dan nyeri perut 31%
dan terendah mual disertai nyeri perut 5%. Pemeriksaan fisik tertingiperistaltic
usus meningkat 58%. Pemeriksaan penunjang tertinggi adalah pemeriksaan
darah lengkap disertai kultur tinja 79%. Terapi cairan yang diberikan RL 66%
dan NaCL 34%. Terapi antibiotic yang diberikan terbanyak adalah golongan
chepalosporins 79%. Lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 7 hari.
Keadaan sewaktu pulang dikarenakan pulang berobat jalan 87% dan pulang atas
permintaan sendiri 13%. Komplikasi ditemukan tanpa komplikasi 71%,
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 27% dan syok hipovolenik 2%.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Agum Gumelar Ananta Kembaren
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 6 April 1995
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
Alamat Rumah : Pekanbaru, Riau
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2001-2007 : SD Negeri 004 Rintis
2. Tahun 2007-2010 : SMP Negeri 4 Pekanbaru
3. Tahun 2010-2011 : SMA Negeri 2 Bukittinggi
4. Tahun 2011-2013 : SMA Negeri 2 Pekanbaru
5. Tahun 2013-Sekarang : FK UNPRI Medan
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “GAMBARAN DIAGNOSTIK DAN
PENATALAKSANAAN DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU TAHUN 2015” Penulis sangat
bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Allah SWT dalam penyelesaian skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW semoga kesabaran dan kegigihan beliau dapat menjadi teladan
bagi penulis dalam hal perjalanan skripsi dan tugas-tugas selanjutnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada program studi S1 di Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia Medan, Sumatera Utara.
Dalam hal menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan hormat
kepada ayahanda Mirsal Kembaren dan ibunda Agustinar yang telah
membesarkan, membimbing dan mendidik penulis, serta pengorbanan dan
kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak dr. I Nyoman Ehrich Lister, Mkes, AIFM, Ketua Yayasan Universitas
Prima Indonesia Medan.
3. Bapak dr. H. Yulitas Bachtiar, Sp.A, Dekan Fakultas Universitas Prima
Indonesia Medan. Serta sebagai dosen pembimbing skipsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
v
4. Bapak dr. Masdalena Nasution M.Kes, dosen penguji skripsi yang telah
banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Direktur RS Putri Hijau yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan
penelitian serta kepala rekam medik beserta pegawai rekam medik yang turut
membantu dalam mengumpulkan data.
6. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia Medan.
7. Adik Bella Billiant Ananta Kembaren dan Cherina Chintya Ananta Kembaren
yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
8. Teman-teman sejawat FK UNPRI angkatan 2013, khususnya Nurseta Panca
Akbar, Mariance Kristin Waruwu, Maria Roslinawati Sihombing, Yoga
Prasmuli Sembiring, Enrika Setiani Damanik, Simon Sihite, Endang Lase,
Nela Resti Tamalia dan Cindy Prajna yang telah banyak membantu dan
memberi masukan kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan segala bantuannya dalam proses penelitian ini.
vi
DAFTAR ISI
vii
2.6.2. Makanan dan Minuman Terkontaminasi ......................................... 12
2.7. Diagnosis ..................................................................................................... 12
2.7.1. Anamnesis ........................................................................................ 12
2.7.2. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 13
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 13
2.8. Diagnosis Banding ....................................................................................... 17
2.9. Penatalaksanaan ........................................................................................... 18
2.9.1. Istirahat dan Perawatan .................................................................... 18
2.9.2. Diet................................................................................................... 18
2.9.3. Obat-Obatan ..................................................................................... 18
2.10. Komplikasi................................................................................................... 22
2.10.1. Komplikasi Intestinal ....................................................................... 22
2.10.2. Komplikasi Ekstra-Intestinal ........................................................... 23
2.11. Pencegahan .................................................................................................. 23
2.11.1. Pencegahan Primer .......................................................................... 23
2.11.2 Pencegahan Sekunder ...................................................................... 24
2.11.3 Pencegahan Tersier .......................................................................... 24
viii
4.7. Pengolahan Analisa Data ............................................................................. 33
ix
5.3.2. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Utama ................................................................................ 47
5.3.3. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keluhan Tambahan .......................................................................... 48
5.3.4. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 50
5.3.5. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Darah Tepi .................................................................. 51
5.3.6. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Pemeriksaan Serologi ...................................................................... 52
5.3.7. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Cairan ............................................................................................... 54
5.3.8. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Antibiotik ......................................................................................... 55
5.3.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan Terapi
Simtomatik ....................................................................................... 56
5.3.10. Lama Rawatan Rata-rata Pasien Demam Tifoid.............................. 58
5.3.11. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang................................................................. 58
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Antibiotik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 42
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Simtomatik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 .................................................................................................... 43
Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Pasien Demam Tifoid Rawat Inap di
RSUD Deli Serdang Tahun 2015 ....................................................... 44
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 ......................................................................................... 44
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 5.9. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Antibiotik di RSUD Deli Serdang Tahun
2015 ............................................................................................... 55
Gambar 5.10. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Terapi Simtomatik di RSUD Deli Serdang
Tahun 2015 .................................................................................... 57
Gambar 5.11. Distribusi Proporsi Pasien Demam Tifoid Rawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli
Serdang Tahun 2015 ...................................................................... 58
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi yang lunak atau
cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari
(WHO, 2013).
Saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan kasus
dilaporkan setiap tahunnya. Epidemiologi penyakit diaere dapat ditemukan
diseluruh daerah geografis baik negara maju maupun negara berkembang
seperti Indonesia. Di negera maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan
dan ekonomi tetapi insiden penyakit diare tetap tinggi dan masih menjadi
masalah kesehatan. tingginya insidens ini diakibatkan foodborne infection dan
waterborne infection yang disebabkan oleh bakteri Shiggela sp,
Campylobacter jjejuni, Staphylococcus aureus, Basilus cereus, Clostridium
prefingers, E. coli.
Berdasarkan World Health Oraganization (WHO) pada 2013, ditingkat
dunia, diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak setelah
pneumonia. Sedangkan berdasarkan Centre of Disease Control and
Preventation (CDC) tahun 2013, diare menyebabkan 801.000 kematian anak
setiap tahunnya atau membunuh 2195 anak tiap harinya.
Data WHO menyebutkan bahwa malnutrisi adalah faktor yang
mendukung 45,0% dari semua kematian anak akibat diare. Diare dapat juga
disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Di seluruh
dunia, 780 juta individu memiliki akses yang buruk terhadap air minum dan
2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik. Namun, memperbaiki lingkungan
dengan sanitasi yang buruk belum cukup selama anak tetap rentan terhadap
penyakit, oleh karena itu peningkatan nutrisi harus diprioritaskan (WHO,
2013).
Diare merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia yang disertai
dengan kematian. Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada anak
(25,2%) dan keempat untuk golongan semua umur (13,2%) (DepKes, 2013).
Berdasarkan data profil kab/kota 2009, diperoleh bahwa jumlah
penderita diare di Sumatera Utara adalah 228557 penderita. Dari jumlah
tersebut 122.557 penderita merupakan pasien anak (Dinkes Sumut, 2010).
RSU Putri Hijau adalah salah satu rumah sakit yang menyediakan ruang
rawat inap pada anak. Penyakit diare juga merupakan penyakit penyebab anak
dibawa berobat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin
mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut pada pasien
anak rawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan, Januari 2015 - Desember
2015.
2. RUMUSAN MASALAH
Belum diketahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan diare akut
pada pasien anak yang dirawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan periode
Januari 2015 - Desember 2015.
3. TUJUAN PENELITIAN
3.1.TUJUAN UMUM
Mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan penderita diare
akut pada anak yang dirawat inap di RSU Putri Hijau kota Medan periode
Januari 2015 - Desember 2015.
3.2. TUJUAN KHUSUS
3.1.1. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan karakteristik umur.
3.1.2. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan jenis kelamin.
3.1.3. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keluhan utama.
3.1.4. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keluhan tambahan.
3.1.5. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan pemeriksaan fisik.
3.1.6. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan pemeriksaan penunjang.
3.1.7. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan penatalaksanaan.
3.1.8. Untuk mengetahui rata-rata lama rawatan pasien diare akut anak.
3.1.9. Untuk mengetahui distribusi proporsi diare akut pada pasien anak
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
4. MANFAAT PENELITIAN
4.1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya tentang gambaran diangnostik
dan penatalaksanaan diare akut pada anak.
4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti penyakit diare
akut pada anak.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. DEFINISI
1.1. Diare
Menurut WHO, diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari mungkin dapat disertai muntah atau tinja berdarah (WHO, 2013).
Diare terjadi ketika volume tinja melebihi nilai normal yaitu sekitar
10g/kg/hari pada bayi dan balita, dan 200g/hari pada anak yang lebih tua dan
dewasa (Elzouki, 2012).
Secara onsetnya diare terbagi :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung 2-4 hari.
3. Diare kronik, yaitudiare yang berlangsunglebih dari 4 minggu.
1.2. ANAK
Dalam Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang telah
diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990
disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.
Sementara itu, United Nations of Children and Fund (UNICEF)
mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan
18 tahun. Dan berikut tabel pembagian umur menurut DepKes RI.
Tabel 2.1
Masa balita 0 – 5 tahun,
Masa kanak-kanak 5 – 11 tahun.
Masa remaja Awal 12 – 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir 17 – 25 tahun.
Masa dewasa Awal 26- 35 tahun.
Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun.
Masa Lansia Awal 46- 55 tahun.
Masa Lansia Akhir 56 – 65 tahun.
Masa Manula 65 – sampai atas
2. EPIDEMIOLOGI
2.1. Distribusi berdasarkan Frekuensi
2.1.1. Orang
Penyakit diare lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang lebih besar.
Keajdian diare akut pada anak laki-laki dan perempuan hampir sama.
Profil kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa tahun 2012 jumlah
kasus diare ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah
kematian sekitar 170.748 terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun
(Depkes RI, 2012).
2.1.2. Tempat
Di negara berkembang, kejadian angka diare lebih tinggi pada penduduk
perkotaan yang padat dan kumuh, sedangkan di negara maju kejadian
diare lebih rendah. Untuk Indonesia insiden dan priode prevalensi diare
diseluruh kelompok umur adalah 3,5% dan 7,0%. Lima provinsi
tertinggi diantaranya Papua (6,3% dan 14,7 %), Sulawesi Selatan (5,2
dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%)
dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). (Kemenkes RI, 2013).
2.1.3. Berdasarkan waktu
Variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di
daerah subtropik, diare akibat bakteri lebih sering di musim panas.
Sedangkan diare disebabkan oleh virus sering terjadi pada musim dingin.
Di daerah tropik (termasuk Indonesia) diare akibat virus sering terjadi
selama musim kemarau sedangkan diare akibat bakteri terjadi sepanjang
musim hujan. (Subagyo, 2011).
3. ETIOLOGI
Infeksi saluran pencernaan penyebab diare disebabkan oleh berbagai
enteropatogen, termasukbakteria, virus dan parasit.
Tabel 2.2
Bakteri Virus Parasit
Plesimonasshigellosis
Salmonlela
Shigella
Stapylococcus aureus
Vibrio cholerae
Vivrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
(Kliegman, 2011)
4. PATOFISOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisologi sebagai berikut: 1)
osmolararitas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) motilitas dan waktu transit
usus abnormal; 4) gangguan permeabilitas usus; 5) inflamasi dinding usus disebut
diare inflamtorik; 6) infeksi pada dinding usus disebut diare infeksi.
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dan usus halus yang dikarenakan obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik,
malabsorbsi umum dan defek absorbsi mukosa usus pada defisiesi disararidase,
malabsorbsi glukosa atau galaktosa. (Sudoyo, 2006).
Diare sekrtorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorbsi, yang khas pada diare tipe sekrtorik secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae atau Eschersia
coli (Setiawan,2006).
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik; diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan
absorbsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi
(disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit chron).
(Setiawan, 2006).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri yang merupakan penyebab tersering dari
diare. Dilihat dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif
(tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif
menybabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman
Vibrio chollera atau V. eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel
usus, yang lalu membentuk monofosfat siklik (amp siklik) di dinding usus halus
dan menyebakan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan
kation natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme
pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, natrium, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion
natrium (diiringi oleh air, kalium dan ion bikarbonat klorida). Kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsobsi secara aktif oleh
dinding sel usus (Setiawan, 2006).
5. PATOGENESIS
Infeksi merupakan penyebab terpenting terjadinya diare akut baik akibat
virus maupun bakteri . yang terpenting baik akibat virus maupun bakteri.
Menurut Setiawan (2008) dan Joan et al,. (1998) terjadinya diare akut karena
infeksi pada umumnya dipengaruhi:
1. Faktor penjamu (host) .
2. Faktor kausal (agent) .
b. Bakteri enteorinvasif
Bakteri yang merusak mukosa usus seperti Enteroinvasive E.coli (EIEC),
Salmonella sp, Shigella sp, Yersinia sp, C. perfrigens (tipe C) (Setiawan,
2006).
Virus
Mengenai virus penyebab diare sampai saat ini mekanismenya masih
belum jelas , percobaan pada binatang menunjukan bahwa terjadi kerusakan sel
epitel mukosa walaupun hanya superfisial akibat masuknya virus kedalam sel.
Virus misalnya rotavirus tidak menyebabkan peningkatan aktifitas adenil siklase.
Infeksi rotavirus menyebabkan kerusakan berupa bercak-bercak pada sel epitel
usus halus bagian proksimal yang menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus halus bagian proksimal yang menyebabkan bertambahnya
sekresi kedalam lumen usus, selain itu terjadi memperlama diare. Penyembuhan
terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Setiawan, 2006).
6. DIAGNOSIS
1. Anamesis
Hal-hal yang penting diperhatikan saat anamnesis pada pasien diare adalah:
1. Keluhan pasien tentang diare yang dialaminya adalah sebagai berikut:
A. Frekuensi buang air besar ( 3 kali atau lebih dalam sehari).
B. konsistensi tinja pasien (cair, lembek, padat), warna tinja dan terdapat
lendir atau darah pada tinja.
C. adanya gejala mual muntah.
D. malaise.
E. demam
F. penurunan berat badan
2. Identifikasi riwayat makan atau minum yang kurang higenis dan iritatif.
3. Indetifikasi lingkungan tempat tinggal pasien.
4. Riwayat berpergian ke daerah dengan wabah diare.
5. Riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi).
6. R
iwayat konsumsi obat-obatan seperti laksatif (magnesium hidroclorida
citrate) toksin (furosemid, organofosfat), kafein, metil mxantine, agen
endokrin (preparat pergantian tiroid), misoprotosol, mesalamin, dll.
7. Riwayat alergi dan penyakit sebelumnya (Davey, 2006; IDAI, 2009)
2. Pemeriksaan fisik
1. Menentukan status dehidrasi pada pasien
Tabel 2.3
Ringan <5% Sedang 5-9% Berat 10%
Derajat
Gejala
Haus ↑ ↑↑ ↑↑↑
(Kliegman, 2011)
7. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2.4
Penyakit Gejala
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pada anak dengan diare akut adalah :
1. Menilai tingkat dehidrasi dan pergantian cairan dan elektrolit.
2. Mencegah penyebaran enteropatogen .
3. Menentukan agen etiologi dan agen antimikroba (Kliegman,2011).
8.1. NON FARMAKOLOGI
A. Rencana Terapi A (Penanganan Diare Tanpa Dehidrasi)
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak
50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun
semaunya. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali
apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare
frekuen dan profus) (IDAI, 2009).
B. Rencana terapi B ( penanganan diare dehidrasi sedang/ringan)
Pada 3 jam pertama berikan oralit.
Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jika kondisi anak telah baik, lakukan Rencana Terapi A (WHO, 2009).
C. Rencana Terapi C (Penanganan Dehidrasi Berat)
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang
diikuti dengan terapi rehidasi oral.
a. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri
larutan oralit jika anak bisa minum.
Larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan
Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan
Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan.
Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
b. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut ini
(WHO, 2009).
Pemberian Cairan Intravena bagi anak dengan Dehidrasi Berat
Pertama, berikan Selanjutnya, berikan
30 ml/kg dalam: 70 ml/kg dalam:
D. Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba.
Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat.
Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan
kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa
telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik lebih lambat
dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam pemantauan.
a. Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti
yang telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap
(persisten) setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini
biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakukan
rehidrasi.
b. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi
ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam (lihat
Rencana Terapi B). Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu
untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
c. Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, ikuti pedoman pada Rencana Terapi A.
Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih sering. Lakukan
observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah sakit,
untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak
bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam untuk bayi, atau 1–2
jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang
mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat
berhasil diatasi, beri tablet seng (WHO, 2009).
(Kliegman, 2011)
Stronglyloides Tiabendazol
(Kleigman, 2011)
9. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2. Syok hipobolemik akibat kekurangan cairan dengan cepat dan dalam
jumlah besar.
3. Gagal ginjal akut (nekrosis tubular akut) akibat syok hipovolemik yang
tidak diatasi dengan pemberian cairan secara adekuat.
4. Defisiensi vitamin.(Eddleston, 2008).
10. PENCEGAHAN
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penderita, jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh
bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarga harus dididik mengenai cara
perolehan eneropatogen dan cara-cara mengurangi penularan. Penderita yang
mendatangi pusat perawatan harian harus dipisahkan dari pusat atau dirawat
pada daerah tersendiri sampai diare telah berkurang,. Kasus diare akibat E.
coli, Giardia lambia, Campylobacter, Salmonella, Shigella, V. cholerae dan
V. parahaemolytica harus dilaporkan ke departemen setempat.Vaksin tersedia
untuk mencegah infeksi oleh Salmonella typhi dan Vibro cholerae (Kleigman,
2011).
BAB III
Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
1. Kerangka Konsep
karakteristik
- Umur,
-Jenis Kelamin
Diagnosis
-Anamnesis
a.Keluhan Utama
b.KeluhanTambahan
-Pemeriksaan Fisik
Rekam Medis Pasien
Diare Akut Pada -Pemeriksaan
anak Penunjang
Penatalaksanan
- Non Farmakologi
- Farmakologi
Hasil
-Lama Rawat
komplikasi
2. Definisi Operasional
Variable Umur
Definisi Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita
diare akut sesuai dalam rekam medis
- anak perempuan
Hasil Diare (buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari,
dengan konsistensi lunak atau cair)
Variable Penatalaksanaan
Definisi Tindakan pengobatan yang dilakukan sesuai dengan rekam
medis
2. Farmakologi
a. Pemberian antibiotik
Eschrichia colli → Trimetopin/sulfametoksasol
(TMP/SMX), Cephalosporins.
Campylobacter → Eritromisin.
Variable Komplikasi
“Menjadi Rumah Sakit Dambaan Warga TNI dan Masyarakat di kawasan Barat
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
2.1. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap
Berdasarkan Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin).
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan Hasil karakteristik pasien (umur dan jenis
kelamin) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Diare Akut pada pasien anak rawat
inap di RSU Putri Hijau Tahun 2015 Berdasarkan Umur
Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi Diare Akut pada
pasien anak rawat inap tertinggi berdasarkan kelompok umur adalah umur
0-5 tahun, yaitu berjumlah 52 orang (52%), sedangkan proporsi terendah
adalah umur 11-16 tahun, yaitu berjumlah 17 orang (17%).
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Jenis
Kelamin
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak rawat inap tertinggi berdasarkan jenis kelamin adalah anak
perempuan, yaitu berjumlah 53 orang (53%) dan anak laki-laki berjumlah
47 orang (47%).
2.2. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Keluhan Utama
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Keluhan
Utama
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah diare, yaitu berjumlah
100.
2.3. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap
Berdasarkan Keluhan Tambahan
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan keluhan tambahan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Diare Akut Pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau Tahun 2015 Berdasarkan
Keluhan Tambahan
No Keluhan Tambahan f Proporsi (%)
1 Demam + Mual + Muntah 12 12
2 Demam + Mual + Muntah + Sakit 17 17
Kepala
3 Demam + Mual + Muntah + Sakit 31 31
Kepala + Nyeri Perut
4 Demam + Mual + Muntah + Nyeri 20 20
Perut
5 Demam + Mual 7 7
6 Mual + Muntah+ Nyeri Perut 8 8
7 Mual + Nyeri Perut 5 5
Jumlah 100 100
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak rawatt inap tertinggi berdasarkan keluhan tambahan adalah demam
dengan mual dan muntah serta sakit kepala dan nyeri perut yaitu berjumlah
31 orang (31%), sedangkan proporsi terendah adalah mual disertai nyeri
perut, yaitu berjumlah 5 orang (5%).
2.4.Distribusi Proporsi Diare Akut pada Anak Berdasarkan Pemeriksaan
Fisik
Hasil penelitian Diare Akut pada pasien anak rawat inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan pemeriksaan fisik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan
Pemeriksaan Fisik
Jumlah
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi diare akut pada pasien
anak tertinggi berdasarkan pemeriksaan fisik adalah peristaltik usus
meningkat, yaitu berjumlah 58 orang (58%), sedangkan proporsi terendah
adalah mata cekung dengan ubun-ubun besar dan peristaltik usus
meningkat yaitu berjumlah 9 orang (9%).
Pada Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada pasien anak berdasarkan pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan
darah lengkap disertai dengan kultur tinja, yaitu berjumlah 79 orang
(79%), sedangkan proporsi terendah adalah pemeriksaan darah lengkap,
yaitu berjumlah 21 orang (21%).
2.6. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan Terapi
Cairan
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi cairan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Pasien Diare Akut pada Pasien Anak
Rawat Inap Berdasarkan Terapi Cairan di RS Putri
Hijau Tahun 2015
No Terapi Cairan f Proporsi (%)
1 Ringer Laktat (RL) 66 66
2 Natrium Klorida (NaCL) 34 34
Jumlah 100 100
Pada Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada anak berdasarkan terapi cairan adalah ringer laktat (RL), yaitu
berjumlah 66 orang (66%) dan natrium klorida (NaCL) berjumlah 34
orang (34%).
2.7. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan Terapi
Antibiotik
Hasil penelitian diare akut pada pasien anak rawat inap di RS Putri
Hijau tahun 2015 berdasarkan terapi antibiotik dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Diare Akut pada Pasien Anak Rawat
Inap di RS Putri Hijau tahun 2015 Berdasarkan Terapi
Antibiotik
Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada Anak berdasarkan terapi antibiotik adalah golongan chepalosporins,,
yaitu berjumlah 78 orang (78%) dan proporsi terendah adalah Eritromisin
berjumlah 0 orang (0%).
Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Diare Akut pada Pasien Anak
Rawat Inap di RS Putri Hijau Tahun 2015
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
Mean 3,27
Standar Deviasi 1,332
Minimum 1
Maximum 7
Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata pasien
diare akut adalah 3,27 hari dengan standar deviasi (SD) 1,332 hari. Lama
rawatan yang paling singkat adalah 1 hari sedangkan yang paling lama
adalah selama 7 hari.
3 Tanpa Komplikasi 71 71
Jumlah 100 100
Pada Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi diare akut
pada pasien anak berdasarkan komplikasi adalah tanpa komplikasi , yaitu
berjumlah 71 orang (71%) dan terendah adalah syok hipovolemik yaitu
berjumlah 2 orang (2%).
3. Pembahasan
3.1. Distribusi Proporsi Diare Akut Pada Pasien Anak Berdasarkan
Karakteristik Pasien (Umur dan Jenis Kelamin).
Hasil penelitian Diare Akut pada pasien anak rawat inap di RS
Putri Hijau tahun 2015. berdasarkan karakteristik pasien (umur dan jenis
kelamin) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
3.10. Distribusi Proporsi Pasien Diare Akut pada Pasien Anak Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang.
Hasil penelitian Diare Akut pada Pasien Anak Rawat Inap di RS
Putri Hijau tahun 2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.11. Diagram Batang Proporsi Diare Akut pada Pasien
Anak Rawat Inap di RS Putri Hijau tahun 2015
Berdasarkan Kedaan Sewaktu Pulang.
Berdasarkan gambar 5.11 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi
diare akut pada pasien anak yang pulang berobat jalan yaitu 87%.
1. Kesimpulan
a. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
karakteristik pasien (umur dan jenis kelamin) adalah umur 0-5 tahun,
yaitu sebanyak 52 orang (52%) dengan proporsi perempuan lebih
banyak yaitu 53 orang (53%).
b. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keluhan utama adalah diare, yaitu sebanyak 100 orang (100%).
c. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keluhan tambahan adalah demam dengan mual dan muntah serta sakit
kepala dan nyeri perut, yaitu sebanyak 31 orang (31%).
d. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
pemeriksaan fisik adalah peningkatan peristaltik usus, yaitu sebanyak
58 orang (58%).
e. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan darah lengkap disertai
kultur tinja, yaitu sebanyak 79 orang (79%).
f. Distribusi proporsi tertinggi berdasarkan diare akut pada pasien anak
terapi cairan adalah ringer laktat (RL), yaitu sebanyak 66 orang
(66%).
g. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
terapi antibiotik adalah golongan cephalosporins, yaitu sebanyak 78
orang (78%).
h. Lama rawatan rata-rata diare akut pada pasien anak adalah 3,27 hari
dengan standar deviasi (SD) 1,332 hari. Lama rawatan yang paling
singkat adalah 1 hari sedangkan yang paling lama adalah selama 7
hari.
i. Distribusi proporsi tertinggi diare akut pada pasien anak berdasarkan
keadaaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan , yaitu
sebanyak 87 orang (87%).
j. Distribusi proporsi diare akut pada pasien anak tertinggi berdasarkan
komplikasi adalah tanpa komplikasi, yaitu sebanyak 71 orang (71). %
2.1. Saran
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor yang berhubungan
dengan pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut pada Anak
di RSUP dr Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran UNDIP
Semarang
Aman, Mona C.U. 2015, Gambaran Gejala dan Tanda Klinis Diare Akut
pada Anak. Fakultas Kedokteran UNSRAT : Manado
CDC 2015 Laboratory Identification of Parasitic Disease of Public Helath
Concern dari http/www.cdc.gov/dpdx/ [diakses pada 8 oktober 2016]
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance, Alih Bahasa Rahmalia. Jakarta :
Penerbit Erlangga