Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ILMU NEGARA

disusun oleh:
NAMA : FEBRINA WINNE CHARLA
NIM : EAA 112 088

FAKULTAS HUKUM
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinNyalah penulis
masih diberikankesempatan untuk menyusun makalah ilmu negara tentang teori positivisme ini
sebagai tambahan ilmu, tugas dan pedoman. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengumpulkan
dari berbagai sumber terutama dari internet yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita menginginkan
kesempurnaan Dalam hal pembangunan dan penyempurnaan makalah ini penulis mengharapkan
kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Palangkaraya, November 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apakah itu Negara....................................................................................................... 4
2.2 Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara.................................................... 4
2.3 Apakah Tujuan dan Fungsi Negara.............................................................................. 11
2.4 Contoh Kasus atau Permasalahan Negara.................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 17
3.2 Saran............................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik,militer, ekonomi,
sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di
wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan
yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut,
dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara
adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut
sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

Sedangkan istilah susunan negara ditujukan untuk menentukan apakah negara itu merupakan negara
kesatuan, federasi atau konfederasi. Contoh negara kesatuan adalah Republik Indonesia, dan ini jelas
terdapat dalam UUD 1945 pasal 1, Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.

Adapun Negara Federal adalah suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian (deelstaten)
yang masing-masing tidak berdaulat biasa juga disebut sebagai negara serikat (boomstaat). Dan
negara konfederasi (statebond) pada hakikatnya bukanlah negara, tetapi merupakan serikat atau
perkumpulan masing-masing negara merdeka. Ikatan perkumpulan tersebut, bisa karena kepentingan
bersama atau karena perkembangan sejarah, contohnya adalah Commonwealth.

1.2 Rumusan masalah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menentukan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah itu negara ?


2. Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara ?

3. Apakah tujuan dan fungsi negara ?

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas kuliah pada mata kuliah Ilmu
Negara semester ganjil. Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta memberikan telaah materi pada mata kuliah Ilmu Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum kita membahas topik tentang Apakah itu negara ?, dibawah ini disajikan beberapa rumusan
mengenai negara itu sendiri.

Menurut Roger H. Soltau :

Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat (The state is an agency or authority managing or
controlling these (common) affairs on behalf of and in the name of the community)

Menurut Harold J. Laski :

Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang merupakan
bagian dari masyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
untuk memenuhi terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara
kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh
suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (The state is a society wich is integrated by
possesing a coercive authority legally supreme over any individual ot group wich is part of the
society. A society is a group of human beings living together and working together for the satisfaction
of their mutual wants. Such a society is a state when the way of live to wich both individuals and
associations must conform is definedby a coercive authority binding upon them all)

Menurut Max Weber :

Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara
sah dalam sesuatu wilayah (The state is a human society that (succesfully) claims the monopoli of the
legitimate use of physical force within a given territory)

Menurut Robert M. Maclver :

Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu
wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa (The state is an association which, acting through law as
pormulgalted by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a
community territorially demarcated the universal external conditions of social orders)

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik


Jikalau diperhatikan pendapat Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudulAllgemeine Staatslehre,
ilmu negara sebagai Theoristische Staatswissenschaft ataustaatslehre merupakan hasil penyelidikan
dan diperbandingkan satu sama lain,sehingga terdapat persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan diantara pelbagai sifat dan organisasi-organisasi negara itu.Karena itu dari fakta yang
bermacam-macam itu dicari sifat-sifat dan unsur-unsur pokoknya yang bersifat umum seakan-akan
intisari unsur-unsur itu merupakanpembagi persekutuan terbesar (ppt) dalam ilmu hitung atau
grootste gemenedeler-nya dari keadaan yang berbeda-beda itu. Dan jika pekerjaan yang
dikerjakanuntuk dilarapkan, dijalankan atau diterapkan di dalam praktek untuk mencapaitujuan
tertentu, tugas itu diserahkan kepada Angewandte staatswissechaft atauilmu politik. Jadi ilmu negara
selaku ilmu pengetahuan sosial yang bersifatteoritis, segala hasil penyelidikannya dipraktekkan oleh
ilmu politik sebagai ilmu pengetahuan dan bersifat praktis (angewandt, toegepast atau applied).
Dengandemikian jelaslah menurut pahamnya, bahwa ilmu politik itu tidaklah merupakanilmu
pengetahuan sosial yang berdiri sendiri.Herman Heller menganggap ilmu politik atau politikologie
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dan bertalian pula dengan pengaruh konsepsi Ango-Saxon
terutamaAmerika terhadap ilmu politik yang lebih menitikberatkan pembahasannya kepadahal-hal
yang bersifat praktis dalam masyarakat sebagai gejala sosio-politik.Maka dalam hubungan ini jelaslah
ada sifat-sifat komplementer, karena itu ilmunegara merupakan salah satu hardcore (teras inti) dari
pada ilmu politik.
Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara dalam Arti Luas
Untuk istilah ilmu hukum tata negara ini disingkat HTN sering dipakai istilah yang berlainan.
Umpamanya di negara Belanda disebutkan Staatsrecht, di negaraJerman Verfassungsrecht, di tanah
Inggris Cosntitusional-law. Sedangkan dinegara Prancis menurut sarjana yang bernama Maurice
Duverger di dalam bukunya yang berjudul Droit Constitutionnel et institutions Politiques, disebutdroit
constitutionnel.Selanjutnya menurut Prof. Usep Ranawidjaja, S.H. dalam tulisannya Himpunankuliah
hukum tata negara Indonesia. Istilah hukum tata negara merupakan hasilterjemahan dari bahasa
Belanda Staatsrecht. Sudah menjadi kesatuan pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk
membedakan antara hukum tata negaradalam arti luas (staatsrecht in ruime zin), dan hukum tata
negara dalam artisempit (staatsrecth in engezin), dan untuk membagi hukum tata negara dalam
artiluas itu atas dua golongan hukum, yaitu:1.Hukum tata negara dalam arti sempit atau untuk
singkatnya dinamakanhukum tata negara2.Hukum tata usaha negaraHukum tata usaha negara atau
disingkat HTUN sebagai hasil alih bahasa dari bahasa Belanda seringkali mempunyai istilah yang
berlainan. Umpamanya dinegara Belanda ada yang menyebutnya administratief recht ada pula
yangmenyebutnya Bestuurs recht seperti G.A. Van Poelje dan G. J. Wiarda.Di negara Jerman disebut
Verwaltungsrecht, di tanah Perancis droit administratief,sedangkan di Indonesia ada yang
menyebutnya hukum tata usaha negara sepertidi kalangan Universitas Negeri Padjajaran, akan tetapi
dikalangan Universitas
Negeri Gajah Mada disebutnya hukum tata pemerintahan,, sedangkan Prof. Dr.E. Utrech, S.H.
menyebutnya Hukum Administrasi Negara, dalam undang-undang dasar sementara republik
Indonesia (UUDSRI) tahun 1950 pada pasal 108dipakai istilah hukum tata usaha, dan disamping itu
Wirjono Prodjodikoro, S.H.dalam majalah hukum tahun 1952 nomor 1 mengintroduksi istilah
Hukum TataUsaha Pemerintahan.Maka dengan demikian jelaslah bahwa ilmu negara yang
merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendiri-
sendiri pokok negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis yang bersifat umum untuk hukum tata
negara. Oleh karena itu agar dapat mengerti dengan sebaik-baiknyadan sedalam-dalamnya sistem
hukum ketatanegaraan sesuatu negara tertentu,sudah sewajarnyalah kita harus terlebih dahulu
memiliki pengetahuan segala halikhwalnya secara umum tentang negara yang didapat dalam ilmu
negara.Menjadi teranglah bahwa dalam rangka perhubungan ini ilmu negara merupakansuatu
pelajaran pengantar dan ilmu dasar pokok bagi pelajaran hukum tata negara,karenanya hukum tata
negara tidak dapat dipelajari secara ilmiah dan teratur sebelum terlebih dahulu dipelajari pengetahuan
tentang pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari pada negara umumnya.Maka ilmu
negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk hukum tata negarayang positif. Hukum tata
negara merupakan penerapan atau pelarapan di dalamkenyataan-kenyataan konkret dari bahan-bahan
teoritis yang dihasilkan oleh ilmunegara. Karenanya ilmu hukum tata negara itu mempunyai sifat
praktis appliedscience yang bahan-bahannya diselidiki, dikumpulkan dan disediakan oleh purescience
ilmu negara.
Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara
Ilmu perbandingan hukum tata negara ini dikenal dengan sebutan
vergelijkendestaatsrechtswetenschap atau comparative government, sedangkan Prof. M. Nasroen,
S.H., menamakannya Ilmu Perbandingan Pemerintahan sebagaimana judul bukunya.Sedangkan
dengan hal tersebut di atas Roelof Kranenburg dalam bukunya; inleidinin de vergelijkende staastrecht
sweetens chap pada bab; object der vergelijkendestaastrecht sweetens chap, menyatakan bahwa dari
ilmu pengetahuan dandiferensiasi itu dihasilkan ilmu perbandingan tata negara. Kemudian yang
menjadiobjek penyelidikan ilmu perbandingan hukum tata negara, ialah bahwa dalam peninjauan
lebih lanjut, mungkin ternyata manfaat mengadakan perbandingansecara metodis dan sistematis
terhadap bentuk yang bermacam-macam dari sifat-sifat dan ketentuan-ketentuan umum dari genus
negara. Dan sekali lagi, jikalau penyelidikan itu berkembang dapatlah dicapai suatu tingkatan yang
menghendaki,agar penyelidikan dan kumpulan-kumpulan masalahnya dijadikan satu kesatuanyang
baru sekali dan sekali lagi timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan, yaituilmu perbandingan hukum
tata negara.Jadi jelaslah, bahwa ilmu perbandingan hukum tata negara bertugas menganalisissecara
teratur, menetapkan secara sistematis, sifat-sifat apakah yang melekat padanya, sebab-sebab apa yang
menimbulkannya, mengubah dan menghilangkanatau menyebabkan yang satu memasuki yang lain
terhadap bentuk-bentuk negaraitu.Maka dalam hubungan ini Roelof Kranenburg dalam buku tersebut
di atasmenyatakan bahwa dalam menunaikan tugasnya, ilmu perbandingan hukum tatanegara itu,
haruslah mempergunakan hasil yang diperoleh ilmu negara. Karena itu perkembangan ilmu negara
dan ilmu hukum merupakan syarat mutlak bagikesuburan tumbuhannya ilmu perbandingan hukum
tata negara untuk menjadiilmu yang memberi keterangan dan penjelasan atau verklarend.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Admnistrasi Negara


Kedua cabang ilmu tersebut mempunyai katian yang sanat erat, karena staatrechtin engere zein (HTN
dalam arti sempit) dan administratiet recht (HAN) adalah bagian dari staatrecht in ruimere zin (HTN)
dalam arit luas. Terdapat duakelompok dalam memandang hubungan ntar HTN dengan
HAN:Golongan yang berpendapat bahwa antara HTN da HAN terdapat perbedaan prinsipil (asasi),
karena kedua ilmu tersebut dapat dibagi secara tajam baik seistematika maupun isinya.

2.1 Apakah itu negara ?

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan
politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh
pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidpan bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat
digunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan atau asosiasi, maupu oleh negara
sendiri. Dengan demikian negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial
dari penduduknya ke arah tujuan bersama. Dalam rangka ini boleh dikatakan bahwa negara
mempunyai dua tugas :

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang bertentangan
satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonis yang membahayakan ;
2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyrakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan-kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
kepada tujuan nasional.

Pengendalian ini dilakukan berdasarkan sistem hukum dan dengan perantaraan pemerintah beserta
segala alat perlengkapannya. Kekuasaan negara mempunyai organisasi yang paling kuat dan teratur,
maka dari itu, semua golongan atau asosiasi yang memperjuangkan kekuasaan harus dapat
menempatkan diri dalam rangka ini.

2.2 Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara ?

Sifat-sifat negara

Negara mempunyai sifat khusus yang merupaka manifesti dari kedaulatan yang dimilikinya dan yang
hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada asosiasi atau organisasi lainnya. Umumnya
dianggap bahwa setiap negara mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli, dan sifat mencakup semua.

1. Sifat memaksa. Agar peraturan perundangan-undangan ditaati dan dengan demikian dan
dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka
negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan
fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara, dan sebagainya. Organisasi dan
asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai aturan, akan tetapi aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh negara lebih mengikat.

Di dalam masyarakat yang bersifat homogen dan ada konsensus nasional yang kuat mengenai tujuan-
tujuan bersama, biasanya sifat paksaanini tidak begitu menonjol ; akan tetapi di negara-negara baru
yang kebanyakan belum homogen dan konsensus nasionalnya kurang kuat, sering kali sifat paksaaan
ini akan lebih tampak. Dalam hal demikian di negara demokratis tetap disadari bahwa paksaan
hendaknya dipakai seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dipakai persuasi (meyakinkan). Lagi
pula pemakaian pemaksaan secara ketat , selain memerlukan organisasi yan ketat, juga memerlukan
biaya yang tinggi.

Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap warga negara harus
membayar pajak dan orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda, atau disita
miliknya, atau di beberapa negara malahan dapat dikenakan hukuman kurungan.

1. Sifat monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam
masyarakat. Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau
aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, oleh karena dianggap bertentangan
dengan tujuan masyarakat.
2. Sifat mencakup semua (all-encompassing, all-embracing). Semua peraturan perundang-
undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
Keadaan demikian memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang
lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-
citakan akan gagal. Lagi pula, menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri
(involuntary membership) dan hal ini berbeda dengan asosiasi lain di mana keanggotaan
bersifat sukarela.

Unsur-unsur negara

Negara terdiri atas beberapa unsur yang dapat diperinci sebagai berikut :
1. Wilayah. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai perbatasan
tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi juga laut
disekelilingnya dan angkasa diatasnya. Karena kemajuan teknologi dewasa ini masalah
wilayah lebih rumit daripada di masa lampau. Sebagai contoh, jika pada masa lampau laut
sejauh 3 mil dari pantai (sesuai dengan jarak tembak meriam) dianggap sebagai perairan
teritorial yang dikuasai sepenuhnya oleh negara itu, maka peluru-peluru missile sekarang
membuat 3 mil tidak ada artinya. Oleh karena itu, beberapa negara (termasuk Indonesia)
mengusulkan agar perairan teritorial diperlebar menjadi 12 mil. Di samping itu kemajuan
teknologi yang memungkinkan penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai, atau
yang dinamakan landas benua (continental self) telah mendorong sejumlah besar negara untuk
menuntut penguasaan atas wilayah yang lebih luas. Wilayah ini diusulkan selebar 200 mil
sebagai economic zone agar juga mencakup hak menangkap ikan dan kegiatan ekonomis
lainnya.

Dalam mempelajari wilayah suatu negara perlu diperhatikan beberapa variabel, antara lain besar
kecilnya suatu negara. Menurut hukum internasional, berdasarkan prinsip the sovereign equality of
nations, semua negara sama martabatnya. Tetapi dalam kenyataan sendiri negara kecil sering
mengalami kesukaran untuk mempertahankan kedaulatannya, apalagi kalau tetangganya negara besar.

Di lain pihak, negara yang luas wilayahnya menghadapi bermacam-macam masalah, apalagi kalau
mencakup berbagai suku bangsa, ras, dan agama. Juga faktor geografis, seperti iklim dan sumber daya
alam merupakan variabel yang perlu diperhitungkan. Juga perbatasan merupakan permasalahan ;
misalnya apakah perbatasan merupakan perbatasan alamiah (laut, sungai, gunung), apakah negara itu
tidak mempunyai hubungan dengan laut sama sekali (land-locked), atau apakah negara itu merupakan
benua atau nusantara.

1. Penduduk. setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau semua
penduduk di dalam wilayahnya. Dalam mempelajari soal penduduk ini, perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan,
homogenitas, dan masalah nasionalisme. Dalam hubungan antara dua negara yang kira-kira
sama tingkat industrinya, negara yang sedikit penduduknya sering lebih lemah kedudukannya
daripada negara yang banyak penduduknya. (Prancis terhadap Jerman dalam Perang Dunia
II). Sebaliknya, negara yang padat penduduknya (India, China) menghadapi persoalan
bagaimana menyediakan fasilitas yang cukup sehingga rakyatnya dapat hidup secara layak.
Di masa lampau ada negara yang mempunyai kecerendungan untuk memperluas negaranya
melalui ekspansi. Dewasa ini cara yang dianggap lebih layak adalah meningkatkan produksi
atau menyelenggarakan program keluarga berencana untuk membatasi pertambahan
penduduk. Dalam memecahkan persoalan semacam ini faktor-faktor seperti tinggi-rendahnya
tingkat pendidikan, kebudayaan, dan teknologi dengan sendirinya memainkan peran yang
sangat penting.
2. Pemerintah. Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam
wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk undang-undang dan peraturan-
peraturan lain. Dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan
kekuasaan dari negara. Bermacam-macam kebijaksanaan ke arah tercapainya tujuan-tujuan
lasyarakat dilaksanakannya sambil menertibkan hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat. Negara mencakup semua penduduk, sedangkan pemerintah hanya mencakup
sebagian kecil daripadanya. Pemerintah sering berubah, sedangkan negara terus bertahan
(kecuali kalau ada pengaruh dari negara lain). Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

3. Kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai
kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar menaati undang-
undang serta peraturan-peraturannya (kedaulatan ke dalam-internal sovereignty). Di samping
itu negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan
mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty). Untuk itu negara menuntut
loyalitas yang mutlak dari warga negaranya.

Kedaulatan merupakan suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak terlalu sama dengan
komposisi dan letak dari kekuasaan politik. Kedaulatan yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada,
sebab pemimpin kenegaraan (raja atau diktator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan dan faktor-
faktor yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan secara mutlak. Apalagi kalau menghadapi
masalah dalam hubungan internasional ; perjanjian-perjanjian internasional pada dasarnya membatasi
kedaulatan suatu negara. Kedaulatan umumnya tidak dapat dibagi-bagi, tetapi dalam negara federal
sebenarnya kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian.
A. Pengertian Negara
Istilah negara di terjemahkan dari kata-kata asing yaitu steat (bahasa Belanda dan Jerman).
state (Bahasa Inggris). Etat (bahasa Perancis). Kata Staat, State, etat itu diambil dari kata bahasa
latin yaitu status atau statum yang artinya keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat yang tegak dan tetap. Kata status atau statum lazim diartikan sebagai standing
atau station (kedudukan) yang dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia
sebagaimana diartikan dalam istilah Status Civitatis atau Status Republicae.
Menurut sejarah pengertian Negara memang selalu berubah-ubah hal ini memang sejalan
dengan perkembangan masyarakat saat itu. Beberapa pendapat para ahli hukum mengenai pengertian
Negara yaitu:
1. Aristoteles
Merumuskan Negara dalam bukunya yang berjudul politica yang disebutnya sebagai Negara
polis, yang pada saat itu masih dipahami dengan pengertian Negara dalam lingkup wilayah yang
kecil. Dalam pengertiannya itu Negara disebut sebagai Negara hukum yang di dalamnya terdapat
warga Negara yang ikut dalam permusyawaratan. Oleh karena itu keadilan merupakn syarat mutlak
bagi terbentuknya Negara yang baik dan terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
2. Agustinus
Agustinus merupakan seorang tokoh katolik. Ia membagi Negara dalam dua pengertian yaitu
Civitas dei yang artinya Negara Tuhan dan Civitas terrene atau Civitas diaboli yang artinya Negara
duniawi. Civitas Terrena ini ditolak agustinus dan yang dianggap baik adalah Civitas Dei atau nagara
Tuhan.
3. Nicollo Machiavelli
Dalam bukunya II principle ia memandang bahwa dalam suatu Negara harus ada suatu
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan
Negara tidak mungkin hanya mengandalkan satu kekuasaan saja jadi dengan kata lain raja mempunyai
kekuasaan yang luas dan dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya tersebut. Teori
mendapat tentangan dari filsuf yang lain seperti Thomas Hobbes, John Locke, Rousseau. Mereka
mengartikan Negara sebagai suatu badan/organisasihasil dari perjanjian masyarakat bersama. Menurut
mereka manusia itu sudah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak
kemeredekaan, tetapi yang menjadi masalah ialah tidak adanya yang menjamin perlindungan hak-hak
tersebut yang selanjutnya menimbulkan perbenturan kepentingan berkaitan dengan hak-hak
masyarakat tersebut.
4. Roger H. Soltau
Negara adalah sebagai alat agency atau wewenang/authority yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
5. Harold J. Lasky
Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memepunyai
wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok,
yang merupakan bagian dari masyarakat itu
6. Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yan mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan
secara fisik di suatu wilayah
B. Sifat Hakikat Negara (Das Wessen Des States)

Kalau kita ingin mengetahui tentang sifat dan hakikat suatu negara, maka dapat pula
pertayaan dirumuskan apa sebenarnya negara itu. Hal ini jelas tergantung darimana kita meninjaunya.

Secara Historis, Pada zaman yunani Negara itu adalah polis yang berarti Negara kota
dengan sifat yang khusus. Di abad pertengahan kita lihat bahwa Negara adalah suatu organisasi yang
terbentuk. Di permulaan abad modern kita jumpai pandangan bahwa Negara adalah milik
dinasti/imperium.

Secara historis akhirnya kita jumpai pula pandangan bahwa Negara itu sifat hakikatnya adalah
suatu ikatan tertentu atau status tertentu, yaitu status bernegara sebagai lawan dari status belum
bernegara.

Pada zaman modern kemudian kita lihat peninjauan-peninjauan dari segi sosiologis dan
yuridis yang dalam batas-batas tertentu diterapkan di dalam Ilmu Negara khusus.

Pendapat para sarjana mengenai sifat hakikat Negara dalam peninjauan sosilogis.

a. Pandangan Socrates

Semua manusia menginginkan kehidupan aman, tenteram, dan lepas dari gangguan yang
memusnahkan harkat manusia. Kala itu, orang-orang yang mendambakan ketenteraman menuju bukit
dan membangun benteng, serta mereka berkumpul disana menjadi kelompok. Kelompok inilah yang
oleh Socrates dinamakan polis (suatu kota saja) . organisasi yang mengatur hubungan antara orang-
orang yang ada dalam polis itu tidak hanya mempersoalkan organisasinya saja, tapi juga tentang
kepribadian orang-orang yang disekitarnya. Socrates menganggap polis identik dengan masyarakat,
dan masyarakat identik dengan Negara.

b. Pandangan Plato

Plato adalah murid dari Socrates. Ia banyak menulis buku, diantaranya yang terpenting adalah
politeia (Negara), Politicos (Ahli Negara), dan Nomoi (Undang-undang). Paham Plato
mengenai Negara adalah keinginan kerjasama antara manusia untuk memenuhi kepentingan mereka.
Kesatuan mereka inilah kemudian disebut masyarakat, dan masyarakat itu adalah Negara. Terdapat
persamaan antara sifat-sifat manusia dan sifat-sifat Negara.

c. Pandangan Aris Toteles

Menurut Aris toteles Negara itu adalah gabungan keluarga sehingga menjadi kelompok yang
besar. Kebahagiaan dalam Negara akan tercapai bila terciptanya kebahagiaan individu (perseorangan).
Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia, dia harus bernegara, karena manusia saling membutuhkan
satu dengan yang lain dalam kepentingan hidupnya. Manusia tidak lepas dari kesatuannya. Kesatuan
manusia itu adalah Negara. Negara menyelenggarakan kemakmuran warganya. Oleh karena itu,
Negara sebagai alat agar kelompok manusia bertingkah laku mengikuti tata tertib yang baik dalam
masyarakat. Dengan demikian Negara sekaligus merupakan organisasi kekuasaan.

d. Pandangan Kranenburg dan Rudolf Smend

Yang dipersoalkan dalam peninjauan sosiologis ini adalah bagaimana kelompok manusia
sebelum terjadinya Negara. Karena kelompok itu perlu diatur, maka dibentuklah organisasi sebagai
alat untuk mengatur kelompok tersebut, yaitu organisasi Negara. Agar alat itu dapat bermamfaat,
maka alat itu harus mempunyai kekuasaan/kewibawaan. Dengan demikian, maka muncul sifat hakikat
Negara Dwang organisatie, Zwang ordnung dan Coercion instrument.

Jadi Negara dalam hal ini semata-mata sebagai alat yang dapat memaksakan manusia-
manusia dalam kelompok itu tunduk pada kekuasaannya, agar berlaku tata tertib yang baik dalam
masyarakat.

Yang memiliki kekuasaan/kewibawaan ini pertama-tama dilihat dalam masyarakat keluarga,


maka seorang ayah muncul sebagai yang mempunyai kekuasaan itu. Kemudian masyarakat itu
menjadi makin besar yang disebut Negara, kekuasaan demikian masih tetap terbawa oleh pemimpin
Negara itu (form the family to state). Perkembangan lebih lanjut, teryata bahwa tidak semua
kelompok masyarakat terjadi dengan sendirinya seperti masyarakat keluarga itu, melainkan
adapulakelompok masyarakat yang sengaja dibuat. Kelompok masyarakat itu sengaja dibuat, karena
orang-orang yang berkelompok itu merasa dirinya senasib, sekeinginan, sekemauan dan setujuan.
Untuk itu, Kranenburg mencoba mengadakan system pengelompokan manusia di dalam masyarakat
berdasarkan dua ukuran, yaitu
- Apakah pengelompokan itu ada disuatu tempat tertentu atau tidak;
- Apakah kelompok itu teratur atau tidak.

Dari dua unsur tersebut, diperoleh empat macam kelompok masyarakat sebagai berikut:
- Kelompok yang ada di satu tempat tertentu dan teratur, contohnya, kelompok orang-orang dalam
ruang kuliah, atau kelompok orang-orang yang menonton bioskop.
- Kelompok yang ada disatu tempat tertentu, namun tidak teratur, misalnya, massa dalam
demonstrasi liar.
- Kelompok yang tidak setempat dan tidak teratur; misalnya, kelompok tukang jual kacang rebus,
kelompok penjaja Koran.
- Kelompok yang tidak setempat tetapi teratur; kelompok inilah yang disebut Negara oleh
Kranenburg karena kelompok ini terbentuk bukan karena kesamaan tempat, melainkan membentuk
kelompok yang teratur.

Usaha mereka untuk mengadakan pengelompokan karena adanya rasa bersatu yang erat di
samping mereka menghadapi bahaya bersama. Jadi yang penting menurut Kranenburg adalah
pengelompokan itu terjadi atas dasar bahaya bersamaan tujuan kelompok itu adalah mengatur diri
mereka sendiri dengan peraturan yang dibuat. Sebaliknya dari segi individu, timbul keinginan untuk
menaati peraturan-peraturan yang dibuat (adanya ikatan keinginan). Ikatan keinginan itu lalu
menjelma dalam ikatan kemauan bersama, yang terkenal dengan istilah willenverhaltnis, baru
kemudian secara logis timbul suatu tujuan bersama.

Kesatuan akan tujuan bersama disebut teleologische einheit. Setelah adanya ikatan kemauan
baru timbul soal penguasaan, yaitu persoalan siapa yang menguasai dan siapa yang dikuasai. Yang
memegang kekuasaan adalah ikatan penguasa atau yang disebut dengan istilah Herrschaftsverhaltnis.
Ikatan penguasa dilihat dari adanya kekuatan yang mengharuskan ditaatinya peraturan dalam Negara
tersebut. Peninjauan sosiologis yang menimbulkan taraf demi taraf sampai timbulnya hubungan antara
yang menguasai dan yang dikuasai inilah merupakan suatu peninjauan ilmiah yang sistematis.

Sebagai spesifikasi dari peninjauan sosiologis ini adalah peninjauan politis. Menurut Rudolf
Smend, fungsi dari Negara yang terpenting ialah untuk integrasi (mempersatukan). Kerangka berfikir
Rudolf Smend adalah Negara sebagai ikatan keinginan yang diusahakan agar selalu tetap (statis),
dengan cara mengadakan faktor-faktor integrasi tersebut. Ikatan keinginan dikatakan sebagai faktor
integrasi, karena jika ikatan keinginan itu lepas dari Negara, maka Negara menjadi tidak ada (lenyap)
dan menimbulkan separatisme. Oleh karena Rudolf Smend mengatakan bahwa tugas Negara yang
terpenting adalah integrasi, maka peninjauannya bersifat politis.

e. Pandangan Heller dan Logemann


Berbeda dengan pendapat Kranenburg, Heller dan Logemann menyatakan, bahwa yang
terlihat adalah bukan Negara sebagai suatu kesatuan bangsa, melainkan kewibawaan atau kekuasaan
tertinggi ada pada siapa atau berlakunya untuk siapa.
Logemann mengatakan bahwa Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan
yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi, pertama-
tama Negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, dalam mana terkandung pengertian dapat
memeksakan kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi ini. Maka, Logemann
berpendapat bahwa yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya, yaitu Negara. sedangkan
kelompok manusianya adalah sekunder.

Heller juga mengatakan bahwa teori Kranenburg itu tidak benar karena jika dalam Negara
jajahan maka antara yang menguasai dengan yang dikuasai tidak meupakan satu kesatuan bangsa.
Demikian pula, seperti di Commenwealth Inggris.

f. Pandangan Openheimer dan Gumplowicks

Bertolak dari herrschaftsverhaltnis, mereks berpendapat bahwa suatu Negara itu ada karena
penaklukan kelompok yang satu dengan yang lain. Jadi, sifat hakikat Negara adalah organisasi yang
melaklukan kelompok-kelompok lain.

g. Pandangan Leon Duguit

Sebagaimana pandangan-pandangan sebelumnya yang bertolak belakang dari


herrschaftsverhaltnis, demikian pula Leon Duguit, namun dengan versi yang berbeda. Leon Duguit
mengatakan, bahwa sifat hakikat Negara adalah organisasi dari orang-orang yang kuat untuk
melaksanakan kehendaknya terhadap orang-orang yang lemah.

h. Pandangan Harold J. Laski

Dengan adanya herrschaftsverhaltnis berarti adanya kekuasaan tertentu, yang biasanya


disebut adanya suatu kedaulatan tertentu. Laski berpendapat, bahwa akibat perkembangan peradaban
manusia, maka banyak kelompok masyarakat yang terbentuk karena kesadaran akan bahaya bersama.
Kelompok-kelompok itu memiliki kedaulatannya sendiri dalam bidannya sendiri pula (misalnya
perkumpulan/ organisasi mahasiswa, pemuda, sepakbola). Jika dibandingkan dengan Negara, maka
organisasi Negara memiliki kedaulatan tertinggi (top organisatie).

Pandangan ini disebut pliralistis karena mengakui kedaulatan ditiap kelompok organisasi, atau
istilah lainnya polyaarchisme. Harold J, Laski adalah salah seorang tokohnya. Kedaulatan dalam
organisasi yang bukan Negara ini yang bukan Negara ini yang kemudian oleh serjana-serjana belanda
disebut souverinitet in eigen kring atau subsidiariteits beginsel, misalnya gereja-gereja yang
mempunyai kedaulatan sendiri.
Sifat hakikat Negara ditinjau dari segi yuridis, dalam peninjauan yuridis ini, ada tiga pokok
persoalan dalam masyarakat yang perlu diketahui sebelumnya, yaitu; Rechts objek, Rechts subjek dan
Rechts verhaltnis.

a. Negara sebagai Rechts Objek

Negara sebagai Rechts objek berarti Negara dipandang sebagai objek dari orang untuk
bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang Negara sebagai alat dari manusia tertentu untuk
melaksanakan kekuasaannya. Oleh karena itu, manusia tertentu itu mempunyai status lebih tinggi dari
Negara sebagai objek tadi.

Teori-teori ini ini dijumpai dalam abad pertengahan, dimana panglima, raja, dan tuan-tuan
tanah sebagai Rechts subjek, dan Negara hanyalah Rechts objek, yaitu alat untuk menguasai orang
yang ada di atas tanah. Jadi, status Negara lebih rendah daripada orang-orang tertentu tersebut. Negara
ini terjadi karena tuan tanah tidak dapat mengawasi tanahnya yang begitu luas sehingga diangkatlah
panglima, dengan memberikan tanah sebagai hadiah.

Selain tuan tanah mempunyai hak atas tanah, dia mempunyai hak untuk memungut pajak
terhadap orang yang berada diatas tanah tersebut, mempekerjakan orang yang tinggal disitu, dan
menghukum orang-orang yang tidak patuh pada peraturan yang dibuatnya. Agar orang tersebut dapat
tunduk pada kekuasaan tuan tanah dan panglima itu, lau dibentuklah Negara. Maka Negara sebagai
alat dari tuan tanah dan panglima tersebut.

b. Negara sebagai Rechts verhaltnis

Pandangan pertama mengenai Negara sebagai alat, sedangkan yang kedua ini mengenai
Negara sebagai hasil perjanjian. Setelah ada perjanjian masyarakat, lalu timbul ikatan (verhaltnis) dan
ikatan inilah yang dinamakan Negara itu.

Dalam setiap perjanjian, termasuk ajaran Rousseau mengenai pejanjian pembentuk Negara,
terjadilah pertemuan pentingan. Pandangan dualism pada abad pertengahan mengatakan bahwa para
petani, pedagang, tukang, dan lainnya selaku warga masyarakat yang tidak dapat menjamin
keselamatannya, maka mereka memerlukan perlindungan dengan mengadakan kontrak dengan
penguasa sebagai orang sekotanya. Dalam hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda, yang satu
pihak menghendaki jaminan keselamatan, sedangkan pihak lain menghendaki uang (berupa pajak). Ini
perjanjian yang timbale balik atau disebut verdrag.

Sisi lain dari teori Rousseau, dimana melihat rakyat mempunyai keinginan yang satu,
kemudian bersama-sama berjanji membentuk Negara, atau biasa disebut gesamtakt (suatu tindak
hukum bersama).

Baik verdrag maupun gesamtakt, sama-sama membentuk verhaltnis. Maka, sifat hakikat
Negara jika dipandang sebagai Rechts verhaltnis, Negara adalah perjanjian yang merupakan tampat
pertemuan kepentingan. Meskipun demikian, kontruksi tentang sifat hakikat Negara berdasarkan
verhaltnis ini ada dua macam, yaitu:
- Pertemuan yang timbale balik (verdrag); dan
- Pertemuan kepentingan yang sama (tidak timbal balik) atau gesamtakt.

c. Negara sebagai Rechts subjek

Pandangan Negara sebagai Rechts subjek berarti Negara sebagai pembuat hukum. Oleh
karena Negara merupakan organisasi kekuasaan, maka Negara juga dipandang sama dengan
organisasi lainnya yang dipandang sebagai orang atau persoon atau subjek hukum (Rechts persoon)
sebagai Rechts persoon, Negara juga mempunyai hak dan kewajiban, termasuk hak untuk membuat
hukum, dan kewajiban untuk melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sifat
hakikat Negara jika di pandang dari sudut Rechts subjek, maka Negara adalah Rechts person.

C. Fase-fase terjadinya Negara

Dalam teori ini dkandung pengertian bahwa urutan pentahapan yang berkembang dari hal
yang sangat sederhana dari terjadinya Negara sampai kepada lahirnya Negara modern. Untuk
memahami terjadinya Negara banyak dasar-dasar ataupun teori-teori yang dikemukakan para ahli
Negara dan hukum.
Proses terjadinya Negara secara primer
Proses terjadinya Negara dilihat secara primer (primaries staatswording) adalah teori yang
membahas tentang terjadinya Negara yang tidak di hubungkan dengn Negara yang telah ada
sebelumnya. Menurut teori ini perkembangan Negara secara primer melalui fase :
a. Fase genootschap (genossenschaft) pada fase ini merupakan perkelompokan dari orangorang yang
menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama, dan didasarkan pada persamaan mereka
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan kepemimpinan disini dipilih secara
primus inter pares atau terkemuka diantara yang sama jadi yang penting pada masa ini adalah unsur
bangsa.
b. Fase reich (kerajaan). Pada fase ini, kelompok orangorang yang menggabungkan diri telah sadar
akan hak milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa atas tanah dan orangorang yang
menyewa tanah, sehingga timbul system feodalisme. Jadi, yang penting pada masa ini adalah unsur
wilayah.
c. Fase staat (Negara). Pada faase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara dan
telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok. Jadi, yang penting pada masa ini adalah bahwa
unsur daripada Negara yaitu bangsa, wilayah dan pemerintah yang berdaulat telah terpenuhi.
d. Fase democratische natie, pada fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari pada fase staat,
dimana democratische natie, ini terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan
adanya kedaulatan di tangan rakyat.
e. Fase dictator, mengenai fase ini timbul 2 pendapat:
- menurut sarjana jerman: mereka berpendapat bahwa bentuk dictator ini merupakan perkembangan
lebih lanjut dari padademocratische natie
- menurut sarjana lainnya: mereka berpendapat bahwa dictator ini bukanlah merupakan
perkembangan lebih lanjut daripada democratic natie, tetapi merupakan variasi atau penyelewengan
daripada democratische natie
Proses Terjadinya Negara Secara Sekunder
Secondaires staats wording adalah teori yang membahas tentang terjadinya Negara yang
dihubungkan dengan negaranegara yang telah ada sebelumnya. Jadi, yang penting dalam
pembahasan terjadinya Negara skunder ini adalah masalah pengakuan (erkening).
Pengakuan ini meliputi 3 macam:
1. Pengakuan de fakto (sementara), pengakuan yang bersifat sementara terhadap muculnya atau
terbentuknya suatu Negara baru, karena kenyataannya Negara baru itu ada namun apakan prosedurnya
melalui hukum, hal ini masih dalam penelitian, hingga akibatnya pengakuan yang diberikan adalah
bersifat sementara.
2. Pengakuan de jure, yaitu pengakuan yang seluasluasnya dan bersifat tetap terhadap munculnya atau
timbulnya atau terbentuknya suatu Negara, dikarenakan terbentuknya negara baru adalah berdasarkan
yuridis atau berdasarkan hukum.
3. Pengakuan atas pemerintahan de facto, pengakuan ini diciptakan oleh van huller. Pengakuan ini
adalah suatu pengakuan hanya terhadap pemerintahan daripada suatu Negara jadi, yang diakui hanya
terhadap pemerintahan sedangkan terhadap wilayahnya tidak diakui, sedangkan unsurunsur adanya
Negara adalah harus ada pemerintahan wilayah dan rakyat, jikalau hanya pemerintahan saja yang ada,
maka bukanlah merupakan Negara karena tidak cukup unsur.
2.3 Apakah tujuan dan fungsi negara ?

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mengejar
beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir setiap negara ialah menciptakan
kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common wealth).

Menurut Roger H. Soltau tujuan negara ialah : Memungkinkan rakyatnya berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (The freest possible development and creative
self-expression of its members)

Dan menurut Harold J. Laski : Menciptakan keadaan di mana rakyat dapat mencapai keinginan-
keinginan mereka secara maksimal (Creation of those conditions under wich the members of the state
may attain the maximum satisfaction of their desires).

Tujuan negara Republik Indonesia sebagai tercantum sebagai di dalam Undang-Undang Dasar 1945
ialah : Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan yang
Mahaesa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pancasila) .

Negara yang berhaluan Marxisme-Leninisme bertujuan untuk membangun masyarakat komunis,


sehingga bonul publicum selalu ditafsirkan dalam rangka tercapainya masyarakat komunis. Tafsiran
itu memengaruhi fungsi-fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan. Negara dianggap sebagai
alat untuk mencapai komunisme dalam arti segala alat kekuasaannya harus dikerahkan untuk
mencapai tujuan itu. Begitu pula fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan (termasuk hak-
hak asasi warga negara) terutama ditekankan pada aspek kolektifnya, dan sering mengorbankan aspek
perseorangannya.

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa minimum fungsi
yang mutlak, yaitu :

1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara harus melaksanakan penertiban. Dapat
dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi ini sangat
pentng, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan di Indonesia tercermin dalam usaha
pemerintah untuk membangun suatu rentetan Repelita.

3. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk ini
negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

Sarjana lain, Charles E. Merriam, menyebutkan lima fungsi negara, yaitu :

1. Keamanan ektern
2. Ketertiba intern

3. Keadilan

4. Kesejahteraan umum

5. Kebebasan

Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
2.4 Kasus atau Permasalahan Negara

PERMASALAHAN DI PERBATASAN ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA


Adanya rekruitmen warga negara Indonesia menjadi anggota pasukan paramiliter Malaysia
(Askar Wataniah) di perbatasan Indonesia-Malaysia kawasan Kalimantan bergulir dan menjadi
komoditas politik.

Masalah perbatasan antarnegara menjadi perhatian publik internasional saat masalah kejahatan
transnasional dianggap sebagai ancaman serius. Salah satu kawasan yang dianggap rentan karena
suburnya sindikat kejahatan transnasional adalah kawasan perbatasan di Asia Tenggara, baik di darat
maupun perairan. Keseriusan (atau kecemasan) global ini dipicu serangan 11 September 2001 dan
kebijakan penangkalnya dalam war against terrorism regime.

Masalah Kesejahteraan
Mengurut ke belakang, masalah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan menyisakan
persoalan historis dan berakibat hingga kini. Perbatasan Kalimantan merupakan kawasan konflik saat
Soekarno melancarkan konfrontasi mengganyang Malaysia. Ribuan pasukan reguler dan paramiliter
dikerahkan untuk menyokong politik konfrontasi itu.

Realitas kawasan perbatasan Kalimantan yang rentan dan pertahanan yang rapuh
menyuburkan bisnis-bisnis ilegal yang terkait kejahatan transnasional, misalnya illegal
logging, perdagangan perempuan, dan pengerahan buruh migran tak berdokumen
(undocumented migrant workers).
Ironinya, banyak perkebunan swasta dan BUMN Malaysia memanfaatkan buruh migran
Indonesia tak berdokumen yang diselundupkan lewat jalur-jalur tikus yang jumlahnya ratusan
di sepanjang perbatasan Kalimantan (Investigasi Migrant CARE, 2004-2005). Kajian Sidney
Jones (ICG) mengindikasikan, kawasan perairan Laut Sulawesi atas yang membatasi
Indonesia, Malaysia, dan Filipina adalah pasar gelap senjata dan amunisi untuk konflik di
Ambon, Poso, dan Moro (Filipina Selatan).

Dengan menelisik kompleksnya masalah di perbatasan Indonesia-Malaysia, kabar rekruitmen


warga Indonesia menjadi paramiliter Askar Wataniah tidak harus ditanggapi secara reaksioner dan
menjadi komoditas politik, tetapi harus menjadi pembelajaran dari kegagalan kita mengelola
perbatasan. Masalah perbatasan bukan hanya masalah menjaga, tetapi juga menyejahterakan
masyarakat pemangku perbatasan.
Melihat kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh Malaysia kali ini, tentunya kita harus
mengantisipasinya dengan tepat. Pihak TNI sendiri memberi solusi dengan membangun sabuk
perbatasan, yaitu jalan perbatasan yang dianggap penting untuk mengatasi kondisi medan yang sulit
ditempuh.

Dengan dibangunnya sabuk perbatasan tersebut, oleh beberapa kalangan diyakini pencurian
kayu oleh Malaysia dan pemindahan patok batas tidak akan berani dilakukan. Di samping itu,
ketegasan pemerintah terhadap Malaysia yang berulangkali melakukan kecurangan hubungan bilateral
sangat perlu dilakukan.
A. Masalah Perbatasan

1. Selat Malaka

Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia, masalah perbatasan


merupakan masalah yang kerap dihadapi. Tumpang tindih pengaturan ZEE dengan beberapa
negaratetangga juga berpotensi melahirkan friksi dan sengketa yang dapat mengarah pada konflik
internasional. Kaitannya dengan hubungan Indonesia-Malaysia, masalah perbatasan dapat terlihat
dalam kasus Selat Malaka dimana kawasan perairan tersebut diklaim oleh beberapa negara yaitu
Singapura, Malaysia, dan termasuk Indonesia. Kenapa Selat Malaka begitu penting? Karena Selat
Malaka merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang menghubungkan antara negara-negara barat
dengan negara-negara timur, sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang strategis bagi jalur
perdagangan. Masalah Selat Malaka sempat akan diinternasionalisasikan, namun tidak jadi karena
cukup negara-negara pantai yang menjaga perairan tersebut, yaitu Singapura, Malaysia, dan
Indonesia. Penjagaan Selat Malaka dilakukan dengan cooperative security, dimana masing-masing
angkatan laut negara-negara pantai melakukan patroli bersama di sekitar wilayah perairan selat
Malaka. Hingga sekarang masih belum jelas status dari Selat Malaka merupakan bagian dari wilayah
negara mana.

2. Hilangnya Pulau Sipadan-Ligitan dan masalah Ambalat

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau dan terdapat
pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Namun kondisi geografis tersebut
kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dari Indonesia. Hal ini
terbukti dengan hilangnya Pulau Sipadan-Ligitan, kejadian ini membuat hubungan Indonesia-
Malaysia makin memanas. Sebenarnya skenario pengambilalihan Pulau Sipadan-Ligitan telah
dipersiapkan sejak lama oleh Malaysia tinggal menunggu waktu yang tepat dan tiba-tiba pada tahun
2000 Malaysia membawa masalah Sipadan-Ligitan ke International Court of Justice (ICJ) yang pada
kahirnya dimenangkan oleh Malaysia. Kejadian membuat hubungan Indonesia-Malaysia merenggang
dan slogan ganyang Malaysia!! kembali terdengan di Indonesia.

Hubungan RI-Malaysiapun makin tegang dan menyeret konflik yang lebih luas. Setelah
mendapatkan Sipadan-Ligitan, Malaysia berambisi menduduki Ambalat yang diduga mengandung
minyak dan gas bumi yang nilainnya amat besar mencapai miliaran dollar Amerika4. Krisis hubungan
ini dimulai sejak PETRONAS (perusahaan minyak milik Malaysia) memberikan konsesi pengeboran
minyak lepas pantai Sulawesi yaitu di blok Ambalat kepada SHELL (perusahaan milik Inggris
danBelanda) yang mengakibatkan hubungan Indonesia-Malaysia mengalami ketegangan yang
mencemaskan. Dengan munculnya isu Ambalat tersebut, barulah Indonesia meresponnya dengan
mengirim armada-armada angkatan lautnya untuk mengamankan blok Ambalat dan bahkan beberapa
kali kapal-kapal perang Indonesia dan Malaysia salilng berhadapan dan nyaris baku tembak5. Namun
kedua pihak dapat menahan diri, jika salah satu pihak mulai menembak maka dapat terjadi perang
terbuka antara Indonesia-Malaysia.

Semua kelalaian pemerintah tersebut berakibat fatal terhadap utuhnya wilayah NKRI.
Pertahanan dan keamanan kita terlalu berfokus pada aspek darat dan mengabaikan kondisi geografis
Indonesia sebagai negara kepulauan. Pemerintah juga terlalu lama berkutat dalam masalah ekonomi,
politik, korupsi, lalu kurang memperhatikan kondisi pulau-pulau terluar wilayah Indonesia yang
menjadi pintu masuk bagi berbagai ancaman dari luar sehingga pada saat muncul konflik pada saat itu
pula pemerintah baru sadar dan bertindak untuk mengamankannya.

B. Persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ilegal

Masalah tenaga kerja asal Indonesia, khususnya TKI ilegal, telah sejak lama menjadi ganjalan
dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia adalah pemasok tenaga
kerja (baik legal, maupun ilegal) paling banyak ke Malaysia yang rata-rata bekerja sebagai buruh
pabrik atau pembantu rumah tangga. Banyaknya kejadian penganiayaan, pelecehan seksual, hingga
tidak dibayarkannya gaji oleh majikan merupakan masalah yang kerap dihadapi oleh para TKI ilegal
di Malaysia dan jika masalah ini diperkarakan secara hukum maka para TKI akan terbentur status
mereka yang ilegal. Memang benar Malaysia akan menghukum semua tenaga kerja ilegal dari negara
manapun. Tetapi tenaga kerja pendatang paling banyak di Malaysia berasal dari Indonesia (TKI) dan
yang menjadi persoalan mengapa pemerintah Malaysia hanya menghukum para TKI ilegal, bukan
menghukum para majikan yang senang memakai TKI ilegal dan memperlakukan mereka secara
semena-mena. Pemerintah Malaysia terkesan hanya keras terhadap TKI ilegal tanpa mau bersikap
keras terhadap warganya yang sengaja menjadi penadah TKI ilegal.

Persoalan TKI ilegal termasuk dalam Trans Orginized Crime (TOC) yang bersifat lintas batas
negara sehingga diperlukan pengawasan di daerah perbatasan, baik di laut maupun darat terhadap lalu
lintas penyaluran penyaluran TKI ilegal. Hal ini untuk menghindari makin banyaknya TKI ilegal di
negara-negara tetangga. Diplomasi Indonesia dalam melakukan lobi-lobi untuk membela hak-hak TKI
ilegal termasuk kurang greget, Indonesia kurang berani menekan untuk membela warganya
sehingga masih terdapat TKI-TKI ilegal yang mengalami pelanggaran HAM. Hingga saat ini, 330.000
TKI yang sudah tiba di tanah air dengan memanfaatkan amnesti, sementara sekitar 400.000 TKI akan
dideportasi karena tidak memiliki dokumen.

Data Perbatasan Milik Indonesia Dinilai Tidak Lengkap

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufik Kiemas menyarankan pemerintah melakukan


perundingan soal perbatasan kedua negara di Camar Bulan dan Tanjung Datu, wilayah Kalimantan
Barat, dengan Malaysia. Karena, jika permasalahan ini dibawa ke Mahkamah Internasional, ia yakin
Indonesia bakal kalah.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengungkap informasi intelijen


soal adanya pergeseran batas wilayah di Dusun Camar Bulan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Menurutnya, batas wilayah Indonesia bergeser hingga 3,3 kilometer dari posisi asal. Indonesia pun
berpotensi kehilangan wilayah sebesar 1.500 hektare. Menurutnya, sejumlah Polisi Diraja Malaysia
juga dikabarkan telah berpatroli di wilayah ini.

Selain itu, di Tanjung Datu, Malaysia juga dikabarkan telah membangun pusat konservasi
penyu. Mereka juga membangun taman nasional yang dijadikan sebagai daerah tujuan pariwisata
bertaraf internasional. Malaysia kabarnya juga telah membangun dua mercusuar di wilayah ini. TB
Hasanuddin mengatakan pencaplokan ini sudah terjadi sejak lima tahun lalu

Namun, kabar ini dibantah oleh Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Djoko Suyanto.
Menurutnya tak ada batas wilayah Indonesia yang dicaplok oleh Malaysia. Pemerintah melalui
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa beberapa hari lalu di Komisi I DPR menyatakan bahwa
masalah ini terjadi karena terdapat perbedaan standar peta yang digunakan oleh DPR dan pemerintah.

DPR menggunakan peta perjanjian Belanda-Inggris tahun 1891. Sementara pemerintah berpedoman
pada MoU 1978 antara Indonesia dan Malaysia. MoU inilah yang dipertanyakan oleh DPR. Mereka
mempertanyakan mengapa batas wilayah pada 1978 dengan 1891 terjadi perbedaan.

Berdasarkan pemaparan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri dalam rapat dengan
Panja Perbatasan di DPR kemarin, memang terungkap data bahwa peta tahun 1891 yang digunakan
DPR sebagai acuan memang tidak sedetil milik Malaysia. Menurutnya, peta milik pemerintah
Indonesia berskala 1:1.500.000, sedangkan Malaysia memiliki peta dengan skala yang lebih detil
1:50.000. Karena itulah, Indonesia kesulitan untuk mengklaim batas wilayah perbatasan.
Dalam pemaparan itu, Kemendagri juga mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya telah dua
kali meminta perundingan kembali batas wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu pada 2001 dan
2002. Namun, Malaysia malah balik mengancam tak mau membahas sembilan masalah batas wilayah
lainnya jika Indonesia mempermasalahkan wilayah ini. Menurut mereka, masalah Camar Bulan dan
Tanjung Datu telah selesai dengan MoU 1978 itu.

Soal ancaman Malaysia ini, Taufik Kiemas membantahnya. Menurut Taufik, Malaysia
bersedia untuk merundingkan kembali soal ini dengan Indonesia. Ia mendapatkan kepastian itu dari
mantan Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi, yang juga pejabat teras di partai bepengaruh
Malaysia, UMNO. "Kalau kemarin yang dikatakan Abdullah Badawi beliau mau-mau saja
berunding," ujarnya.

Konflik antar dua negara

1963: Pada tahun 1963, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang ini berawal
dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan
Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 (Lihat: Konfrontasi Indonesia-Malaysia).

2002: Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat memburuk


pada tahun 2002 ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan diklaim oleh Malaysia sebagai
wilayah mereka, dan berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional (MI) di Den Haag,
Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia. Sipadan dan Ligitan
merupakan pulau kecil di perairan dekat kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi
Kalimantan Timur, yang diklaim dua negara sehingga menimbulkan persengkataan yang
berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sipadan dan Ligitan menjadi ganjalan kecil dalam
hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara mengajukan klaim atas kedua pulau itu.
Kedua negara tahun 1997 sepakat untuk menyelesaikan sengketa wilayah itu di MI setelah
gagal melakukan negosiasi bilateral. Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada
Mei 1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI. MI diserahkan tanggung jawab
untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan. Kedua belah pihak juga sepakat untuk
menerima keputusan pengadilan sebagai penyelesaian akhir sengketa tersebut.

2005: Pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan


kepemilikan Ambalat.

2007: Pada Oktober 2007 terjadi konflik akan kepemilikan lagu Rasa Sayang-Sayange
dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan
kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata
Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu
Kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu
bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang
telah membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya mengada-
ada. Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange
merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor
menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange
merupakan lagu rakyat Indonesia.
April 2011: Pada bulan April 2011 dua negara ini kembali digegerkan dengan kasus
penangkapan nelayan Malaysia yang tertangkap tangan oleh petugas Departemen Kelautan
dan Perikanan Indonesia. Belakangan terungkap bahwa posisi dari penangkapan yang terjadi
tidak akurat dikarenakan alat GPS petugas Indonesia yang tidak berfungsi.

April 2011: Pada bulan yang sama, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan didirikannya
Museum Kerinci di Malaysia. Gedung ini berdiri atas kerja sama Malaysia dengan Pemkab
Kerinci, Indonesia. Kedua pihak berharap keberadaan museum akan mempererat hubungan
Kerinci-Malaysia. Namun masyarakat Indonesia banyak yang menyayangkan pendirian
museum ini.

Oktober 2011: Pada Oktober 2011 Komisi I DPR RI menemukan adanya perubahan tapal
batas negara di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yaitu Camar Bulan & Tanjung Datuk.
Pemerintah Indonesia diminta untuk menginvestigasi masalah ini secara hati-hati.

Teori Lenyapnya Negara


1. Faktor Alam
contoh : Indonesia
Beberapa daerah istimewa di Indonesia ternyata juga diistimewakan oleh Allah.
- Nanggroe Aceh Darussalam, luluh lantah akibat diterjang tsunami yang dahsyat. mungkin salah satu
akibatnya adalah karena tentara GAM yang telah banyak membunuh orang.
- Daerah Istimewa Yogyakarta, tanahnya rata akibat gempa bumi berkekuatan hebat beberapa tahun
silam. DIY memang kota pendidikan, tetapi malah sangat banyak orangtua yang takut menyekolahkan
anaknya karena sangat banyak sekali terjadi pergaulan bebas terjadi pada anak-anak sekolahnya.

2. Faktor Sosial
contoh : Perang antara Uni Soviet melawan Afghanistan
Uni Soviet memang salah satu negara yang hebat dulu, Uni Soviet menguasai teknologi teknologi
canggih, khususnya dalam mengembangkan senjata perangnya. Sedangkan Afghanistan tidak terlalu
maju perkembangan teknologinya, tetapi mereka sangat menguasai alam, menggunakan taktik yang
memanfaatkan alam negara mereka. Jadi saat Uni Soviet akan menyerang, negara Afghanistan
membuat bunker-bunker didalm tanah yang berisi senjata-senjata yang ditempatkan di tempat-tempat
kemungkinan datangnya tentara Uni Soviet. Tentara Uni Soviet tidak pernah mengetahui itu, mereka
sangat tidak menguasai alam yang akan ditempuhnya. Jadi deh beratus-ratus ribu tentara Uni Soviet
mati, tidak kembali dari Afganistan.
Uni Soviet pun menjadi negara miskin karena telah kalah perang.

TEORI LENYAPNYA SEBUAH NEGARA YANG DIUNGKAPKAN AHLI LAIN


1. Teori Organisme
yaitu, pada mulanya sebuah negara muncul, tumbuh, berkembang, lalu mencapai tahap take off (lepas
landas) maju, menjadi negara superpower, tapi lama kelamaan menurun kembali (mundur), dan
lenyaplah negara tersebut.
contoh : Uni Soviet, dulunya adalah negara superpower bersama Amerika, tetapi sekarang
telahhancur.
Kalau Indonesia bahkan belum mencapai tahap take off, melainkan "lepas kandas!"
- di negara berkembang seperti di Indonesia, orang tingkat ekonomi rendah (miskin) bergentayangan.
sedangkan di negara maju, yang ekonominya sangat berkembang pesat, orang kaya bergentayangan.
2. Teori Anarkis
An = tidak ada
Archeis = pemerintahan
Menurut teori ini, pada mulanya, manusia itu baik, maka dibiarkan berkembang. Kalau ada
keterpaksaan di dalam negara, maka negara akan bubar. Jadi teori anarkis adalah negara yang
rakyatnya hidup tanpa ada keterpaksaan. Menurut teori ini, kalau ada suatu keterpaksaan maka negara
akan lenyap.
- biarlah indah pada waktunya, walau sesat pada akhirnya.
- janganlah kita memaksakan sesuatu, karena hal itu juga akan kembali seperti sebelumnya. Waktulah
yang menentukan, seiring berjalannya waktu, semuanya akan berubah.

3. Teori Mati Tuanya sebuah Negara


- Kalau syarat- syaratnya dipenuhi, maka akan menjadi negara yang sesungguhnya dan menjadi eksis.
- Kalau syaratnya tidak dipenuhi, maka lenyaplah negara itu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apakah itu negara ?

Jadi, sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis terhadap
kekuasaan yang sah.

Bagaimana sifat-sifat dan unsur-unsur suatu negara ?

Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya dan
yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada asosiasi lainnya. Setiap negara
mempunyai sifat, yaitu :

- Sifat memaksa

- Sifat monopoli

- Sifat mencakup semua

Dan negara terdiri atas beberapa unsur, yaitu :

- Wilayah

- Penduduk

- Pemerintah

- Kedaulatan
Apakah tujuan dan fungsi negara ?

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mengejar
beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir setiap negara ialah menciptakan
kebahagiaan bagi rakyatnya.

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa minimum fungsi
yang mutlak, yaitu :

- Melaksanakan penertiban

- Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya

- Pertahanan

- Menegakkan keadilan

3.2 Saran

Mewujudkan suatu negara yang sempurna sangtlah sulit. Dibutuhkannya seorang pemimpin yang
baik dan bertanggung jawab, wilayah strategis yang kaya akan sumber daya alam, penduduk yang
bernasionalisme tinggi dan pemerintahan yang profesional dan berdaulat.

Untuk tercapainya cita-cita suatu negara, yang paling utama tentu saja adalah adanya niat yang besar
untuk membangun negara secara idealis dan utopis. Memahami nilai-nilai suatu negara diperlukan
pembelajaran, yaitu belajar dari pengalaman dan kesalahan negara-negara yang sekarang telah
menjadi pemegang kuasa global. Dalam usaha mewujudkan cita-cita negara, kadang kita mengalami
kegagalan dan penghambatan dimana-mana, tetapi itu bukan alasan bagi kita bangsa Indonesia untuk
melemahkan niat dan tekad kita untuk terus berusaha agar Tanah Air dapat berjaya kembali.

Suatu saat, saya yakin bahwa Indonesia akan sembuh dari penyakit-penyakitnya dan bangkit
kembali, Merah-Putih akan berkibar dengan gagah, globalisasi ideologi Pancasila di seluruh dunia dan
Macan Asia akan kembali kedalam masa kejayaan!

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Soltau, An introduction to politic.

3. Harold J. Laski, The State in Theory and Practice (New York : The Viking Press, 1947).

4. H.H. Gerth and C. Wright Mills, trans., eds and introduction, From Max Weber : Essays in
Sociology (New York : Oxford University Press, 1958).

5. Charles E. Merrian, Systematic politics (Chicago : University of Chicago Press, 1947).

6. Soehino. 2005. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty


7. Becker,Gary S, (1984, Human Capitl, A theoretical and Emprical Analysis with special
referens to education,third edition, The Univercity of Chicagho Press, Chicago n London.

8. Bouilding, Kenneth, E,1987 Principles Economic policy (diterjemahkan oleh Mubyarto dan
Boediono), yayasan badan penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

9. Feibleman, James K., Understanding Philosophy :A Popular History of Ideas,Billing & Sons
Ltd, London, 1986
10. Johnson, Doyle Paul, Teori Sosilogi : Klasik dan Modern, Jil. 1Cet. 3, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1994
11. Taryadi, Alfons, Epistemologi Pemecahan Masalah : Menurut Karl R. Popper, PT. Gramedia,
Jakarta, 1989
12. Wuisman, J.J.J.M, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, jilid 1, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta,
1996

Anda mungkin juga menyukai