Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESUME GADAR DENGAN SYOK

KARDIOGENIK

DI RUANG IGD RSUD CIMACAN

Disusun Oleh : Kelompok 2

Nuraenah Wawan efendi

Asep subhan Rohendi

Febi M R Ahmad Heriawan

Firman Nursaman Fitri Nurul suci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

CIMAHI
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita (Boswick John. A, 1997, hal 44).
Kardiogenik syok merupakan syok yang disebabkan kegagalan
jantung, metabolisme miokard. Apabila lebih dari 40% miokard ventrikel
mengalami gangguan, maka akan tampak gangguan fungsi vital dan kolaps
kardiovaskular (Raharjo,S., 1997). Perkiraan terbaru kejadian syok
kardiogenik antara 5%-10% dari pasien dengan infark miokard. Perkiraan
yang tepat sulit karena pasien yang meninggal sebelum mendapat perawatan
di rumah sakit tidak mendapat diagnosa.
Dalam membandingkan monitoring awal dan agresif dapat
meningkatkan dengan jelas insiden syok kardiogenik. Insiden kardiogenik
syok 7,2% yakni sebuah rata-rata yang ditemukan pada percobaan trombolitik
multisenter yang lain . Kebanyakan penyebab dari kardiogenik syok adalah
infark miokard akut, walaupun infark yang kecil pada pasien dengan
sebelumnya mempunyai fungsi ventrikel kiri yang membahayakan bisa
mempercepat shock. Syok dengan onset yang lambat dapat menjadi infark,
reocclusi dari sebelumnya dari infark arteri atau dekompensasio fungsi
miokardial dalam zona noninfark yang disebabkan oleh metabolik abnormal.
Itu penting untuk mengenal area yang luas yang tidak berfungsi tetapi
miokardium viable dapat juga menjadi penyebab atau memberikan kontribusi
untuk terjadinya perkembangan kardiogenik syok pada pasien setelah
mengalami infark miokard (Hollenberg,S.,2003).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian syok kardiogenik


Defenisi Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya
disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan
terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index
(<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2004).

B. Etiologi
1. Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
2. Mekanis :
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel masif
3. Obstruksi :
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium
kiri/thrombus, perikarditis/efusi perikardium.
C. Patofisiologi
LV = left ventricel
SVR = systemic vascular resistance
Respon neurohormonal dan reflek adanya hipoksia akan menaikkan
denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Dengan
meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard,
akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang pada kondisi
kardiogenik syok perfusi miokard telah menurun, hal ini akan memperburuk
keadaan. Akibatnya, fungsi penurunan curah jantung, tekanan darah menurun,
dan apabila "Cardiac Index" kurang dari 1,8 ltr/menit/m2, maka keadaan
kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989; Mustafa, I, 1994).
Hipoperfusi miokard, diperburuk oleh keadaan dekompensasi, akan
menyebabkan semakin memperjelek keadaan, kerusakan miokard ditandai
dengan kenaikan ensim kardial, serta peningkatan asam laktat.
Kondisi ini akan menyebabkan; konsumsi oksigen (O2) tergantung pada
transport oksigen (Supply dependent), hutang oksigen semakin besar (oxygen
debt), asidosis jaringan. Melihat kondisi tersebut, obyektif resusitasi
bertujuan menghilangan VO2 yang "supplay-dependent", "oxygen debt" dan
asidosis.
Di sisi lain dengan kegagalan fungsi ventrikel, akan meningkatkan tekanan
kapiler pulmoral, selanjutnya diikuti dengan meningkatnya tekanan
hidrostatis untuk tercetusnya edema paru, disertai dengan kenaikan
"Pulmonary capilary wedge pressure" (PCWP), serta penurunan isi sekuncup
yang akan menyebabkan hipotensi. Respon terhadap hipotensi adalah
vasokontriksi sistimik yang akan meninggikan SVR ("Sistimik Vaskuler
Resistan") dan meninggikan "After load" (Raharjo, S., 1997) Gambar akhir
hemodinamik, penurunan isi sekuncup, peninggian SVR, LVEDP dan
LVEDV.
D. Gambaran Klinik
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri,
vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada
kardiogenik syok.
Arythmia akan muncul dalam bentuk yang bervariasi yang merupakan
perubahan ekstrem dari kenaikan denyut jantung, ataupun kerusakan miokard.
Dengan adanya kerusakan miokard, enzim-enzim kardiak pada pemeriksaan
laboratorium akan meningkat (Raharjo, S., (1997).
Sebagian besar penderita kardiogenik syok dengan edema paru
disertai naiknya PCWP, LVEDP (Left Ventrikel Diastolic Pressure). Edema
paru akan mencetuskan dyspnoe yang berat ditunjukkan dengan
meningkatnya kerja nafas, sianosis, serta krepitasi. Sedang kardiogenik syok
yang tidak tertangani akan diikuti gagal multi organ, metabolik asidosis,
kesadaran yang menurun sampai koma, yang semakin mempersulit
penanganannya.
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan:
Keluhan Utama Syok Kardiogenik
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
3. Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental
E. Penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :

1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut


2. Memulihkan kesehatan miocardium
3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :


1. Patikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2. Anti ansietas, bila cemas.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi
jaringan.
9. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel
Obat alternatif
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan
oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena.
Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion
dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba;
hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien
dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan
dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10
menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat
permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-
80 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit,
dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan
tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan
menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka
dapat dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang
lebih kuat. Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SYOK KARDIOGENIK
DI RUANG IGD RSUD CIMACAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas :
Nama : Tn. H
Usia : 52 thn
Jenis kelamin : Laki – laki
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 09-06-2021
Tanggal Pengkajian : 09-06-2021
NO RM : 00303999
Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik

b. Penangggung jawab :
Nama : Ny. D
Usia : 50 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. Keluhan Utama


Klien datang ke IGD RSUD Cimacan dengan keluhan lemas, pusing, mual,
muntah pada saat menunggu di poli jantung RSUD Cimacan .

III. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga mengatakan sudah 5 hari pasien sesak nafas dan mengeluh pusing
Kemudian pada tanggal 09-06-2021 klien di bawa keluarganya untuk
berobat ke poli klinik jantung RSUD Cimacan. Pada saat menunggu
panggilan untuk diperiksa dokter klien tiba-tiba merasa pusing, mual,
muntah , berkeringat dingin dan sesak akhirnya klien di rujuk ke IGD untuk
penanganan emergency.
b.Riwayat Kesehatan yang lalu
Keluarga mengatakan klien sudah 2 kali menderita penyakit seperti
sekarang ini 6 bulan yang lalu klien juga masuk RSUD Cianjur dengan
keluhan sesak nafas dan penyakit jantung

c, Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
tekanan darah tinggi penyakit jantung

d. Pola fungsional
1. Manajemen Fungsional
Keluarga klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit akan di
bawa ke pelayanan kesehatan( puskesmas, klinik swasta, RS )
2. Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak sulit makan. Mkan
seperti biasa 3 x sehari , minum 7-8 gelas sehari ( 1,5 liter )

Selama sakit

a. BB 56 kg
TB 155 cm
b. Rambut distribusi rata, tidak rontok , kering
Tonus otot : Ekstermitas atan kanan - kiri 3
Ekstermitas bawah kanan – kiri 2
c.Nasi lunak

3. Eliminasi
Sebelum sakit
BAB : Frekwensi 2 x/ hari
Konsistensi Lembek
Jumlah sedikit
Warna Kuning
BAK : Frekwensi 4 x/ hari
Warna Kuning
Jumlah -
Selam sakit ( di IGD )
BAB : -
BAK : -

4. Aktivitas dan latihan

Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien bisa berkegiatan secara mandiri
. Klien juga mengatakan kalu klien suka jalan-jalan

Selama skit ( di IGD )

Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan sendiri, klien akan


meminta tolong pada perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk
membantunya dalam memenuhi kebutuhannya. Klien tergantung
sebagian . Semua aktifitas klien di bantu oleh perawat dan keluarga.

5. Istirahat dan tidur

Sebelum sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam istirahat dan tidurnya.
Klien bisa tidur pada pukul 22.00 wib – 04.00 wib Terkadang klien
yterbangun untuk BAK.

Selama sakit ( di IGD)


Klien selama di IGD tidak bisa tidur nyenyak karena terganggu dengan
suara berisik dari pasien – pasien IGD lainnya.

6. Kognitif dan sensori

Sebelum sakit
Klien mengatakan panca indranya masih berfungsi dengan baik, kecuali
matanya yang sudah kabur karena usia

Selama sakit ( di IGD )


Klien mengatakan panca indranya masih berfungsi dengan baik. Klien
tidak mengalami gangguan kognitif. Klien tidak mengalami disorientasi
tempat, orang dan waktu.

7. Konsep diri
a. Identitas
Klien berjenis kelamin laki-laki berusia 52 tahun , klien merasa puas
bisa membesarkan dan menghidupi anaknya dengan cara
berwiraswasta hingga ia sekarang mempunyai cucu 3 orang .

b. Body image
Klien mengatakan bahwa dia merasa senang dengan seluruh
anggota tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki ,. Klien
juga menerima seluruh kekurangan apa adanya.

c. Ideal diri
Klien berharap dirinya bisa cepat sembuh dan tidak kembali ke RS
lagi, Menurut klien lebih enak di rumah sendiri
d. Harga diri
Klien memiliki percaya diri yang tinggi , dia berkeyakianan akan
cepat sembuh

e. Peran diri
Sebagai seorang kepala keluarga dan kakek , klien berusaha
untuk tidak merepotkan anak dan cucunya. Di masyarakat klien
bisa bersosialisasi dengan warga sekitar., saat ada kegiatan
pengajian misalnya .

8. Peran
Selama sakit
Peran klien terganggu . Klien merasa telah merepotkan anak dan
cucunya.

9. Mekanisme koping
Klien meminta tolong pada perawat atau petugas lainnya/keluarga
jika ada masalah. Klien menggunakan pernafasn mulut jika sesak
nafas

10. Reproduksi dan seksualitas


Klien berusia 52 tahun , memiliki 2 anak dan 2 cucu.

11. Nilai kepercayaan


Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam, klien menganggap
penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan noleh karena itu selama di
rawat di IGD tetap berdoa walaupun tidak bisa salat dan memiliki
keyakinan untuk sembuh

12. Pengkajian
A. Pengkajian Primer

1. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas dan penumpukan sikret

2. Breathing
Bunyi nafas Vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan
RR: 28 x /mnt, terpasang oksigen nasal kanul 3 ltr/mnt

3. Circulation
Nadi dalam , CRT < 2 detik

4. Disability
Klien tidak mengalami disorientasi waktu tempat dan orang
GCS : 15 = E: 4 V: 5 M: 6

B. Pengkajian Sekunder Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis E: 4 V:5 M:6
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 50/palpasi
Nadi : 120 x / mnt
Pernafasan : 28 x/mnt
Suhu tubuh : 35,5 celcius

Kepala
Bentuk kepala Normal bersih tidak ada lesi, distribusi rambut pendek
beruban , kering

Wajah
Simetris

Mata
Simetris, anikterik, konjungtiva tidak anemis, reflek cahaya (+)

Telinga
- Daun telinga : Simetris antar kanan dan kiri, bersih tidak ada
kelainan
- Liang telinga : Bersih , serumen tidak ada

Hidung
Sekret ( - ) , deviasi septum ( - ) , mukosa hiperemis ( - )

Mulut
Bibir sianosis, caries dentis ( + ) , atropi papil lidah ( - ) , uvula ditengah ,
tonsil TI/TI

Leher
Tidak ada pembesaran thiroid, nadi karotis teraba , JVP meningkat

Dada
Spider naevi (-), ginekomasti (-) , Bentuk simetris

Paru
Insppeksi : Simetris, pergerakan dada sewaktu bernafas simetris tidak
ada pergerakan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal permitus normal antara sisi kanan dan sisi kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler

Jantung
Inspeksi : Simertis, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba mild klavikula linea sinistra IC ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi: SI > S2, regulair , gallop (+), mur-mur (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusa (-),
Palppasi : Dinding abdomen supel, nyeri tekan (-), hepar 4 jari di bawah
arcus co hepatojugullar refluks (-), ballottement (-)
Perkusi : Hipertimpani
Auskultasi : Peristaltik usus (+) 6x/mnt

Ekstermitas
Ekstermitas atas
- Terpasang infus Rldi tangan kanan
- Tidak ada pitting edema, uji kekuatan otot nilainya ektermitas atas 3
dan ekstermitas bawah 2 , tampak sianosis, CRT < 2 detik

Ekstermitas bawah
Tidak ada edema, kulit kering

Genetalia
Tidak Terpasang DC

C. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hb 15,1 L 12.0 – 16.0
Hematokrit 46,4 L 35 - 47
Eritrosit 5.76 3.80 – 5.20
MCV 81,6 L 80.0 – 94.0
MCH 26,2 26.0 – 34.0
MCHC 32,5H 10.6 – 14.9
Trombosit 110.000 150.000 – 400.000
RDW-CV 0.100 0.100 – 0.500
PDW 17,7 10.0 – 18.0
MPV 8.8 8.0 – 12.0
4.500 L 4.800 – 10.800
Leukosit
Differential 20,7 L 20.0 – 40.0
Lym# 0,5 L 2.0 – 8.0
Mxd# 78,8 H 50.0 – 70.0
Gra#
Absolut 0,9 1.0 – 4.3
Lym# 0.0 0.1 – 0.9
Mxd# 3,6 H 2.4 – 7.6
Gra# 97 60 – 180
Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


KIMIA DARAH
Analisa Gas Darah
pH 7.406 7,350 – 7,450
PC02
42,4 35-45 mmHg
PO2
36 L 80 -105 mmHg
Beecf
2 (-2) – (+3) mmol/L
HCO3 26,6 H 22 – 26 mmol/L
TCO2 28 H 23 – 27 mmol/L
sO2 69 L 95 – 98 %
Na
138 138 – 146 mmol/L
K
4,3 3,5- 4,9 mmol/L
iCa
1,13 1,12 – 1,32 mmol/L

c. Pemeriksaan Thorax PA
Hasil:
Kardiomegali tanpa bendungan paru DD/ Posisi
Bronkhopneumonia kanan
d. Pemeriksaan EKG
Hasil : N Stemi

D. Terapi
- Infus RL Loding dose 250 cc
- Oksigen 3 ltr/mnt Nasal Kanul
- RO Thorax
- EKG
Pasang monitor
Terapi injeksi
- Omeprazol 40 mg ( IV) Intra vena
- Ondancetron 4 mg ( IV) Intra Vena
- Dobutamin 6 mcg/kg BB

E. Daftar Masalah

N Data Fokus Etiologi Masalah


O
1. DS: Klien mengeluh sesak Hipoksia dan iskemi Gangguan Pertukaran
nafas jaringan sekunder Gas
DO: terhadap sumbatan arteri
-Klien gelisah
-RR: 28x/mnt
-SPO2 90 %
-Tampak sianosis
-Terpasang O2 Nasal
kanul 3 ltr/mnt

2. DS: Gangguan sistem Intoleransi aktivitasI


Klien mengatakan transportasi oksigen
tubuhnya seakan tidak
bertenaga dan lemas

DO:
-Satu rasi oksigen 90 %
-TD 50/Palpasi
-Nadi 120x/mnt
NO Diagnosa Tindakan Keperawatan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan 1. Evaluasi perubahan 1. Mengukur TTV Tgl : 09-06-2021
Pertukaran Gas tingkat kesadaran , TD : 50/plp DS:Klien mengatakan
sianosis dan Nadi : 120x/mnt masih sesak nafas
perubahan warna RR: 28X/MNT
kulit termasuk Suhu : 35,5 c DO:
membrane mukosa SPO2 : 90% RR: 28x/mnt
dan kuku 2. Mengevaluasi
adanya sianosis A; Masalah teratasi
2. Berikan terapi
(Tampak sianosis sebagian
oksigen nasal kanul 3
dikuku dan
ltr/mnt
mukosa P:Lanjutkan intervensi
3. Pantau kadar HB 1. Evaluasi
bibirpucat )
4. Berikan posisi perubahan
3. Mempertahankan
semipowler tingkat
pemberian
5. Kolaborasi dalam kesadaran ,
oksigen nasal
pemberian obat sianosis dan
kanul 3 ltr/mnt
4. Memberikan perubahan warna
lingkungan yang kulit termasuk
nyaman dan membrane
kondusif mukosa dan kuku
5. Membantu/ 2. Berikan terapi
mengatur posisi oksigen nasal
klien semi powler kanul 3 ltr/mnt
6. Memberikan 3. Pantau kadar HB
terapi sesuai 4. Berikan posisi
dengan intruksi semipowler
dokter
-Inf. RL loding
250cc
-Omz 40 mg (IV)
- Ondancetron 4
mg ( IV)
- Dobutamin 6
mcg/
Kg BB

Setelah dilakukan
loding RL 250 cc
dan
dobutamin 6
mcg/kg
BB
TD: 90/60 mmHg
Nadi : 74 x/mnt
RR : 27 x/mnt
SPO2 : 95 %

2. Intoleransi 1. Pantau respon klien 1. Membantu Tanggal: 09-06-2021


aktivitas terhadap aktivitas aktivitas klien
2. Monitor respon meninggikan DS: Kliien mengatakan
pemberian oksigen tempat tidur masih lemah
3. Anjurkan klien untuk klien
nafas dalam setelah 2. Menganjurkan DO: Klien tampak
berpindah posisi atau klien untuknafas lemah
beraktivitas dalam setelah
4. Bantu saktivitas klien berganti posisi A: Masalah teratasi
5. Tingkatkan aktivitas atau beraktivitas sebagian
secara bertahap dengan
6. Berikan istirahat yang mencontohkan P: Lanjutkan intervensi
adekuat cara nafas dalam 1. Pantau respon
dan klien untuk klien terhadap
mengikutinya aktivitas
3. Memantau
respon klien 3..Anjurkan klien
terhadap untuk nafas
aktifitas, saat dalam
membantu klien setelah
makan dan berpindah
minum Nadi posisi atau
74x/mnt beraktivitas
TD: 90/70
mmHg 5.Tingkatkan
SPO2 90% aktivitas secara
setelah makan bertahap
Nadi : 80X/mnt
TD: 100/70
mmHg
RR : 27 x/mnt
SPO2 : 98%
4. Memberikan
istirahat yang
adekuat
Memantau
respon klien
terhadap
aktivitas yaitu
saat membantu
klien makan dan
minum
TD: 100/70
mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 27 X/mnt
SPO2 : 98 %
Setelah makan
dan minum
TD: 110/70
mmHg
Nadi: 82x/mnt
SPO2 : 99%
5. Menganjurkan
klien untuk
nafas dalam
setelah berganti
posisi atau
beraktivitas. ,
klien bisa
mempraktekan
cara nafas dalam
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan
terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index
(<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg,
2004).
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri,
vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada
kardiogenik syok.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
sebagai acuan dalam Asuhan Keperawatan Gawat Darurat tentang
penatalaksanaan syok kardiogenik
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, R.W. &Griendling, K.K. (2009) Pathogenesis of
Hypertension:Vascular Mechanism. In:Hollenberg, N.K., ed. Atlas of
Hypertension. New York:Springer.
Boswick John. A, 1997., 1997., Perawatan Gawat Darurat., EGC., Jakarta
Mubin, H. 2008,PanduanPraktisIlmuPenyakitDalam: Diagnosis danTerapi. Edisi
2.Jakarta. EGC.

Tambunan Karmell., et. All., 1990., Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat


Darurat., FKUI, Jakarta
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002. Updates in Neuroemergencies.BalaiPenerbit
FK UI, Jakarta

Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.

Anda mungkin juga menyukai