Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kesehatan gigi merupakan jenis pekerjaan yang dalam menjalankan


pekerjaannya rentan terpapar karena sebagian besar perawatan gigi adalah berupa
tindakan melalui kontak baik secara langsung maupun tidak langsung dengan darah,
jaringan tubuh, dan saliva pasien. Bakteri patogen yang berasal dari saliva atau darah
dapat dengan mudah berpindah ke pasien yang lain atau ke tenaga kesehatan gigi lain.
Kontrol infeksi dalam tindakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut menjadi sangat
penting untuk dilakukan. Salah satu upaya kontrol infeksi yang paling mudah
dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)(Siregar & Meliala,
2020)

Target WHO 2020 salah satunya adalah meningkatkan jumlah pelayanan


kesehatan yang kompeten untuk mengenali dan mengurangi risiko dari transmisi
penyakit menular di lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut(Riyadi &
Kurnianti, 2018). Di dunia, kepatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan secara
umum sekitar 40%(Octaviani & Fauzi, 2020) sedangkan menurut WHO, kepatuhan
cuci tangan sebagai salah satu bentuk pencegahan terhadap terjadinya infeksi harus
lebih dari 50%(Fauzia et al., 2014).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan salah satunya dengan
mencuci tangan agar dapat mencegah terjadinya penyebaran kontaminasi penyebab
penyakit karena kebersihan tangan merupakan salah satu pemutus mata rantai
penularan penyakit. Penerapan cuci tangan merupakan prosedur yang harus
dilaksanakan oleh setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, karena hal
tersebut sudah menjadi ketetapan secara internasional maupun nasional, namun hal
tersebut nampaknya masih menjadi polemik karena ditemukan persentase petugas
yang tidak patuh dalam mencuci tangan(Ilmiah et al., 2022)
Sebuah penelitian di tiga Rumah Sakit provinsi Lodz Polandia, menyebutkan
bahwa presentase kepatuhan melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien
adalah 26.4%, sedangkan sebelum kontak dengan pasien hanya sebesar 5.2%,
penelitian serupa jga dilakukan di Indonesia yaitu di IGD RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tanggal 16 januari 2017, ditemukan bahwa kepatuhan
mahasiswa melakukan cuci tangan hanya sebesar 43%.. Kepatuhan terendah adalah
sebelum kontak dengan pasien sebesar 17%(Endiyono, E., & Prasetyo, 2017),
sedangkan prasurvey yg dilakukan peneliti tanggal 7 Januari 2019 di RSUD Dr. A.
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung, diketahui bahwa 70% tenaga kesehatan
tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan kepada pasien. Karena
fasilitas yang kurang memadai membuat tenaga kesehatan malas untuk mencuci
tangan dan mengeringkan tangan dengan handuk(Zainaro & Laila, 2020)

Hasil penelitian di rumah sakit swasta di Yogyakarya menunjukan bahwa


63% tenaga kesehatan tidak hand hygiene sebelum melakukan tindakaan dan 33%
tenaga kesehatan tidak hand hygiene setelah tindakan. Alasan tenaga kesehatan tidak
hand hygiene adalah karena banyak pekerjaan, kebiasaan, dan lupa melakukan hand
hygiene(Rahayu, 2016). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di puskesmas
surabaya didapatkan 75 % dari 32 responden sering mencuci tangan sebelum
memeriksa pasien dan 87.5 % mencuci tangan setelah memeriksa pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien
merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh mahasiswa kedokteran gigi yang
ada di puskesmas Surabaya (Wibowo & Parisihni, 2009)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSGM UGM Prof. Soedomo


Kepatuhan mencuci tangan peserta didik yaitu 14,29%. Peserta didik di RSGM
UGM Prof. Soedomo sebagian besar memiliki pengetahuan dan persepsi mencuci
tangan yang sudah baik. Penyebab utama rendahnya kepatuhan cuci tangan pada awal
pengamatan adalah kurangnya fasilitas cuci tangan dan beban cuci tangan yang tinggi
pada peserta didik(Siregar & Meliala, 2020). Sedangkan Dari penelitian yg dilakukan
di Poltekkes Kemenkes Jambi hasil pre-test menunjukkan bahwa kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi silang terhadap penerapan cuci tangan
disinfeksi di Lab. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut masih sangat rendah.
Mahasiswa yang menjadi responden pada penelitian ini adalah mahasiswa semester
VI dimana telah melewati pembelajaran tentang mata kuliah disinfeksi silang baik
teori maupun ptaktiknya, tetapi belum melaksanakan metode cuci tangan sesuai
standar yang ditetapkan. Mahasiswa sudah tahu tentang cuci tangan disinfeksi
sebelum bekerja di klinik, akan tetapi banyak yang tidak melaksanakan karena
mengganggap waktunya lama untuk melaksanakan cuci tangan disinfeksi karena
harus mengejar kasus-kasus target yang sudah ditentukan dan hanya melakukan cuci
tangan biasa. (Riyadi & Kurnianti, 2018)

Hasil presurvey yg dilakukan di tingkat II kesehatan gigi poltekkes tanjung


karang dari 10 yg di survey 6 diantaranya belum menerapkan cuci tangan sebelum
dan sesudah mekakukan tindakan di klinik gigi dan mulut dimana mereka telah
melewati pembelajaran infeksi silang baik praktek maupun teori. Penyebab utama
ketidakpatuhan mahasiswa dalam mencuci tangan pada presurvey ini adalah tidak ada
peran teman dan hukuman akibat ketidakpatuhan mencuci tangan.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut , maka peneliti tertarik untuk


mengetahui “Penyebab Ketidakpatuhan Mahasiswa Dalam Mencuci Tangan
Sebelum Tindakan Di Klinik Gigi Pada Tingkat II Kesehatan Gigi Poltekkes Tanjung
Karang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah yang akan
dibahas dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu apa penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan mahasiswa daam mencuci tangan
sebelum tindakan di kinik gigi dan mulut.

2) Tujuan khusus
Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa dalam mencuci tangan
sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiwa
Sebagain penerapan ilmu pengetahuan saat perkuliahan dan untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan penelitian

2. Bagi Responen
Dapat menambah kesadaran responden untuk mematuhi aturan mencuci tangan
sebelum melakukan tindakan di klinik gigi dan mulut.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Agar calon tenaga kesehatan dapat mematuhi dan menerapkan untuk mencuci tangan
sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut

E. Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi. Penelitian ini akan dilakukan
di tingkat II kesehatan gigi poltekkes tanjung karang tahun 2023 dengan cara
memberikan kuisoner kepada responden dan melakukan observasi secara langsung
pada saat penelitian berlangsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti disiplin dan taat. Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepatuhan adalah prilaku sesuai
aturan dan berdisiplin. Sedangkan menurut Rahmawati (2015) kepatuhan
merupakan sikap disiplin atau prilaku taat terhadap suatu perintah maupun
aturan yang ditetapkan dengan kesadaran.sedangkan menurut Baron (2014 )
kepatuhan merupakan pemenuhan harapan, permintaan, atau perintah yang
tegas.
Kepatuhan adalah salah satu prilaku pemeliharaan kesehatan yaitu usaha
seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Ketidakpatuhan merupakan suatu
kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya,
tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang
menghalangi ketaatan terhadap anjuran (Notoadmodjo 2003 dalam efektifitas

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Menurut Lowren Green dalam Notoadmodjo, 2010, prilaku diperilaku oleh 3
faktor utama, yaitu faktor-faktor predesposisi (predisposing factor), yaitu
terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan sebagainya;faktor-faktor pendukung
(enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya ketersediaan fasilitas - fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya ketersediaan fasilitas untuk mencuci tangan ; dan faktor-faktor
pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, atau petugas yang lain).
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai-nilai, persepsi, tradisi dan sebagainya.. Dalam pengertian
umum dapat disimpulkan faktor predisposisi sebagai pilihan pribadi yang
memicu seseorang individu atau kelompok ke pengalaman pendidikan.

a) Pengetahuan
Menurut notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu(), pengetahuan adalah informasi, pemahaman, dan
keterampilan yang anda peroleh dari pendidikan dan pengalaman
( oxpord,2020), pengetahuan yang tinggi akan lebih cenderung berprilaku
baik terntang kesehatan. Sedangkan tingkat pengetahuan paling rendah
yaitu hanya dapat menyebutkan,, menguraikan, mendefinisikan dan
menyatakan tanpa dapat memahami, mengaplikasikan, menganalisis serta
mengevalusi kemampuan yang sudah dimiliki (teori green dikutip dari
notoadmodjo, 2003,2007).dengan demikian pengetahuan itu sangatlah
penting, dengan adanya pengetahuan maka dapat memberikan wawasan
yang luas pada setiap individu, dan dapat mengaplikasikannya dalam
situasi tertentu (tingkat pengeta

1) pengetahuan yang dalam ranah kognitif memiliki 6 tingkatan menurut


benyamin bloom yaitu:
a) tahu (know)
b) tahu merupakan tingkatan paling awal,yaitu mangingat kembali suatu
materi yang telah dipelajari, termasuk mengingat kembali sesuatu yang
spesifik.
c) Memahami (comprehension)
d) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpresentasikan materi tersebut secara benar.
e) Aplikasi (aplication)
f) Kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian.
g) Analisa (analysis)
h) Mampu menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain
i) Sintesis (synthesis)
j) Menunjuk kepada kemampuan meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya
dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan rumusan yang telah
ada sebelumnya.
k) Evaluasi (evaluation)
l) Kegiatan ini berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


menurut mubarak (2007) ada tujuh faktor=faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
a). Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepda
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami
2. Pekerjaan
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Umur
dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
aspek psikis dan psikologis (mental).
4. minat.
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu.
5. pengalaman
adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.

b). Faktor eksternal


1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. informasi
kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mmpercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

b). Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb dalam atmodjo (2007)
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu(efektifitas
kepatu
1). Indikator untuk sikap kesehatan
a) Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana atau pendapat
seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab
penyakit, cara penularan penyakit, cara mencegahan penyakit, dan
sebagainya.
b) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau
pendapatan seseorang terhadap cara-cara memeliharaan dan cara-cara
(berperilaku) hidup sehat.
c) Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembangunan
limbah, polusi dan sebagainya.

2). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah :


a) Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap ,
pengalamam pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
b) Pengaruh orang lain dianggap penting
individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting.
c) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor penentu
pembentukan sikap seseorang.
d) Media masa Dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibat
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut
mempengaruhi pembentukan sikap.
f) Faktor emosional ,Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi sebagai bentuk pertahanan egonya.

c). Praktik atau Tindakan


Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respons. Sikap dapat
terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana dan
prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam
tindakan nyata(notoadmodjo,2012 dalam dasar dasar komunikasi kesehatan

2) Faktor Pendukung (Enabling Factor)


Faktor Pendukung Kepatuhan Perilaku Cuci Tangan Selain faktor
predisposisi yang mendasari terbentuknya perilaku cuci tangan tenaga
kesehatan, faktor pendukung (enabling factor) seperti fasilitas cuci tangan
di rumah sakit juga mempengaruhi. Fasilitas yang memadai akan
menimbulkan motivasi dan semangat dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu tindakan. Pada perilaku cuci tangan tenaga kesehatan,
penyediaan alat cuci tangan yang memadai seperti wastafel, sabun, air yang
mengalir lancar, handuk tu tisu sekali pakai,larutan antiseptic,poster
mencuci tangan dan letaknya yang mudah dijangkau, akan membuat tenaga
kesehatan semakin semangat dan termotivasi dalam melakukan cuci tangan
tangan.

3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)


Merupakan faktor yang dapat membuat pekerja mempertahankan dan
mengulangi perilaku yang diharapkan, diantaranya adalah pengawasan atau
supervisi dari atasan atau supervisor(pimpinan atau dosen) atau dukungan
dari rekan kerja (teman sejawat) serta dukungan keluarga yang dapat
menjadi pendorong dan penguat bagi seseorang untuk terus berperilaku
sehat (Kurniawidjaja, 2020 dalam) Faktor penguat merupakan faktor yang
datang sesudah perilaku dalam memberikan ganjaran atau hukuman atas
perilaku dan berperan dalam menetapkan atau lenyapnya perilaku tersebut.

2. Mencuci Tangan
a. Pengertian mencuci Tangan
mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit infeksi . mencuci
tangan yaitu membasahi kedua tangan pada air mengalir yang bertujuan untuk
menghilangkan kuman yang menempel di tangan dan menghindari penyakit.
Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan
dan lengan (haerawati idris,2022). Mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun dan air. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat
perlingungan diri lain (linda tietjen,dkk 2004).WHO menjelaskan bahwa
mencuci tangan merupakan tindakan atau prosedur memebersihkan tangan
menggunakan sabun dan air mengalir atau dengan hand rub menggunakan
hand sanitier berbasil alkohol yang bertujuan untuk mengurangi dan
mencegah berkembangnya mikroorganisme di tangan (haerawati idris,2022)

c. Tujuan Hand Hygiene


tujuan mencuci tangan secara umum(haerawati idris,2022), yaitu:
1) Menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan
2) mencegah infeksi silang
3) menjaga kondisi steril
4) melindungi diri dari pasien dan infeksi
5) memberikan perasaan segar dan bersih

adapun tujuan mencuci tangan menurut dapartemen kesehatan RI (2008),


yaitu
1) meminimalkan atau menghlangkan mikroorganisme yang ada di
tangan.
2) Mencegah perpindahan mikroorganisme dari lingkungan ke pasien dan
dari pasien ke petugas.

d. Indikasi mencuci tangan


Indikasi saat melakukan hand hygiene adalah (susan D,dkk 2000)
1) sebelum dan setelah kontak dengan pasien atau melakukan prosedur,
seperti mengganti balutan, menggunakan tempat sputum, melakukan
injeksi, penggantian infus, drainase atau darah.
2) Sebelum dan sesudah memegang pelatanan yang digunakan pasien.
3) Sebelum dan setelah melepas sarung tangan
4) Setelah kontak dengan cairan tubuh dan sebelum prosedur aseptic
5) Setelah menggunakan ruang istirahat dan setelah membersihkan atau
mengelap hidung.
6) Sebelum dan setelah makan
7) Sebelum dan sesudah mengambil spesimen
8) Bila tangan kotor
9) Bila akan bertugas dan bila selesai bertugas.

e. Sarana mencuci tangan


Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan ketersediaan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja (haerawati idris,2022)
1) Air mengalir
Sarana utama utama hand hygiene adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air
mengalir tesebut maka mekroorganisme yang terlepas karena gesekan
mekanis atau kimiawi saat hand hygiene akan terhalau dan tidak menempel
lagi dipermukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau
dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara menguyur dengan
gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinyaa pencermaran, baik
melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak
penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus PAM, namun dapat
diupayakan secara sederhana dengan tangki 48 berkran di ruang
pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas
kesehatan.

2) Sabun dan deterjen


Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tertapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan
permukaan sehingga mikroogarnisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang
dengan meningkat frekuensi hand hygiene, namun di lain pihak dengan
seringnya menggunakan sabun dan deterjen maka lapisan lemak kulit akan
hilang dan membuat kulit terjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya
lapisan lemak akan memberikan peluang untuk tumbuhnya kembali
mikrooganisme.

3) Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topical, dipakai pada kulit
atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh
mikrooganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang
memungkinkan untuk mengunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa
pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik
tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat
disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah
mikrooganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.

Menurut permenkes no.27 tahun 2017 Kreteria memilih antiseptik adalah


sbb :
1. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikrooganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, basilus dan
tuberkulisis, fungsi, endospora)
2. Efektif dalam mengurangi dan mencegah mikroorganisme
3. tidak membuat iritasi
4. tidak menyebabkan elergi.
Macam-macam Hand Hygiene Hand hygiene medis dibedakan menjadi 3
jenis yaitu (linda tietjen,dkk 2004) :
a. Handcrub: menggunakan gel dengan alkohol selama 20-30 detik
(dilakukan 4 gerak setiap langkah hand hygiene secara berulang) dilakukan
pada saat tangan tidak kotor.
b. Handwash; menggunakan air mengalir dengan sabun selama 40-60 detik
(dilakukan 6 gerakan setiap langkah hand hygiene berulang).
c. cuci tangan bedah; suatu upaya membersihkan tangan dari benda asing
dan mikrooganisme dengan menggunkan metode yang paling maksimal
sebelum melakukan prosedur bedah. Upaya mengurangi mikrooganisme
potoge pada area tangan, hand hygiene metode bedah dilakukan dengan
sangat hati-hati dan dalam waktu relatif lama. Pelaksanaan tangan dengan
hand hygiene efektif membutuhkan waktu sekitar 2-4 menit.
f. Metode mencuci tangan
(linda tietjen,dkk 2004)
1) menggunakan sabun dan air
Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir . Tuangkan sabun kurang
lebih 5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan.
2. Mulai teknik enam langkah :
a. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak tangan
b. Gosok telapak tangan kanan diatas punggun tangan kiri dengan jarijari
saling menjalin dan sebaliknya.
c. Gosok kedua telapak tangan dan jari-jari saling menjalin
d. Gosok punggung jari-jari pada telapak tangan yang berlawanan dengan
jari-jari saling mengunci.
e. Gosok memutar ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci pada ibu
jari tangan kiri dan sebaliknya.
f. Gosok kuku jari-jari kiri memutar pada telapak tangan kanan dan
sebaliknya.
3. Bilas tangan dengan air mengalir
4. Keringkan tangan sekering mungkin dengan tisu.
6. Gunakan tisu untuk mematikan kran.

2) Cuci tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol (handrub)


Teknik menggunakan handcrub Pelaksanaan membersihkan tangan
dengan menggunakan alkohol based handcrub efektif membutuhkan
waktu sekitar 20-30 detik melalui 6 langkah kebersihan tangan. Prosedur
ini dimulai dengan menuangkan 3-5 ml handrub kedalam telapa tangan :
1. gunakan antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan
tangan dan jari jemari
2. gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah
tangan, kkhususnya diantara jari jemari dan di bawah kuku hingga
kering

3) cuci tangan bedah.


Cuci tangan bedah adalah suatu upaya membersihkan tangan dari benda
asing dan mikroorganisme dengan menggunakaan metode yang paling
maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Dengan tujuan tertinggi
dalam upaya mengurangi mikoorganisme patogen pada area tangan, hand
hygiene metode bedah melakukan dengan sangat hati-hati dalam waktu
yang relatif lebih lama. Pelaksanaan membersihkan dengan hand hygiene
efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit melalui 3 tahap dengan
langkah-langkah :

1. Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang


2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga siku dengan
sabun dan air bersih.
3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku.
4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air.
5. Gunakanlah bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan sampai
bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat selama
sekurang –kurangnya 2 menit
6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah
seluruhnya dengan air bersih.
7. Tegakkan kedua tangan keatas dan jaukan dari badan. Jangan sentuh
permukaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan
lap bersih dan kering atau keringkan degan diangin-anginkan.
8. Pakailah sarung tangan bedah yang steril pada kedua tangan
5 momen mencuci tangan menurut who, yaitu:
a) melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien.
b) sebelum melakukan prosedur bersih dan steril
c) setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
d) setelah bersentuhan dengan pasien
e) setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

g. Hal-hal yang Diperhatikan Dalam mencuci tangan menurut word health


organization (2009) antara lain :
1) Rawatatur menggunakan tangan secara teratur menggunakan krim tangan
pelindung atau lotion, minimal satu kali per hari
2) Jangan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air segera sebelum atau
setelah menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol
3) Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan.
4) Setelah mencuci tangan menggunakan antiseptik dan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air, biarkan tangan benar-benar kering.
5) Sebelum memakai sarung tangan
6) Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung
dengan pasien.
7) Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek

B. Kerangka Teori
Green dalam
natoadmodjo(2010) :

a.Faktor predisposisi

-pengetahuan
-sikap
-tindakan
Kepatuhan
b. Faktor pendukung mahasiswa dalam
mencuci tangan
- Ketersedian Fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan
lainnya.

c. Faktor penguat

- Sikap dan perilaku petugas


kesehatan atau petugas lain

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian mengacu pada latar belakang dan tujuan pustaka
yang telah dipaparkan sebelumnya. Kerangka konsep ini telah dikembangkan
untuk menjadi dasar penelitian ini, adapun kerangka konsep dari penelitian ini
adalah:

pengetahuan
Kepatuhan mahasiswa
sikap kesehatan gigi dalam
mencuci tangan
fasilitas sebelum tindakan di
klinik gigi
Peran dosen dan
teman sejawat
D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kesehatan gigi
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi
2. Ada pengaruh sikap dengan kepatuhan mahasiswa kesehatan gigi dalam
mencuci tangan sebelum tindakan di kloinik gigi
3. Ada pengaruh ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan mahasiswa
kesehatan gigi dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi
4. Ada pengaruh peran dosen dan teman sejawat dengan kepatuhan mahasiwa
kesehatan gigi dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian
yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Penelitian analitik berupaya menjelaskan suatu keadaan atau situasi.
Pengumpulan data dengan observasi secara diam-diam. Alat pengumpulan data
yang digunakan adalah kuesioner. Adapun yang menjadi variabel bebas
(Independen) yaitu (pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas dan peran dosen
dan teman sejawat sedangkan variabel yang terikat (dependen) yaitu (Kepatuhan
mahasiswa dalam mencuci tangan).

B. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi merupakankeseluruhan sumber data yang diperukan dalam suatu
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat II
jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang.

2. Sampel
Sempel adalah objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yaitu
sebanyak orang (total sampling)

C. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang,
kegiatan ini akan dilakukan bulan mei-juni 2023

D. Variabel dan data operasional penelitian


No variabel Definisi Cara dan Skala value Jenis
operasional alat ukut ukur skala
ukur
1 2 3 4 5 6 7
Vriabel bebas
1 Pengetahuan Pengetahuan Menghitung Skor > Baik (1) ordinal
yaitu skor 5 Skor Kurang
pemahaman pengetahua <5 (0)
mahasiswa n (skor
dalam mencuci maksimal
tangan yang 10
meliputi
pengertian hand
hygiene, tujuan
hand hygiene,
langkah hand
hygiene, momen
hand hygiene.
Pengukuran
pengetahuan
dilakukan
dengan
ketentuan untuk
pertanyaan
dengan jawaban
“benar” diberi
skor 1 dan untuk
jawaban “salah”
diberi skor 0.
Jumlah
Pertanyaan
untuk
pengetahuan
yaitu 10
2 Sikap sikap mahasiswa Menghitung Skor > Baik (1) Ordinal
dalam skor sikap 5 Skor kurang
melakukan (skor <5 (0)
tindakan maksimal
mencuci tangan 10
serta reaksi atau
kepatuhan
mahasiswa
dalam mencuci
tangan dengan
baik dan benar
sesuai prosedur.
Pengukuran
sikap dilakukan
dengan
ketentuan
menjawab
alternatif
pernyataan
positif : Setuju
(S) nilai 3,
Tidak Setuju
(TS) nilai 2 dan
Sangat tidak
setuju (STS)
nilai 1 dan
sebaliknya
apabila
pertanyaan
dalam bentuk
negatif maka
penilaiannya
adalah : Setuju
(S) nilai 1
3 Ketersediaan Ketersediaan Menghitung Skor >2 Ada (1) Ordinal
fasilitas fasilitas yaitu skor Skor ≤ Tidak
prasarana yang ketersediaan 2 ada (0)
diperlukan oleh fasilitas
mahasiswa atau (skor
tersedianya maksimal 5)
segala sesuatu
yang dapat
digunakan untuk
mencuci tangan
seperti :
Washtafel
dengan air
mengalir bersih
dan jernih,
sabun antiseptic,
handuk atau tisu
sekali pakai,
larutan
antiseptic dan
poster cuci
tangan.
Pengukuran
ketersediaan
fasilitas
dilakukan
dengan
ketentuan untuk
pertanyaan
dengan jawaban
“ya” diberi skor
1 dan untuk
jawaban “tidak”
diberi skor 0
4 Peran dosen Peran dosen dan Menghitung Skor > Berpera Ordinal
dan teman teman sejawat skor peran 5 Skor n (1)
sejawat yaitu adanya dosen dan <5 Tidak
kegiatan teman Berpera
mengawasi, sejawat n (0)
memeriksa, (skor
meneliti yang maksimal
dipandang 10)
sebagai proses
yang dinamis
dengan
memberikan
dorongan dan
yang tidak
melakukan akan
diberi sanksi
atau hukuman
dalam
melakukan
tindakan
mencuci tangan
Variabel
bebas
5 Kepatuhan Kepatuhan Menghitung Patuh Nominal
mahasiswa dalam mencuci skor (1)
dalam tangan adalah kepatuhan Tidak
mencuci tindakan nyata mahasiswa Patuh
tangan yang dilakukan dalam (0)
mahasiswa mencuci
secara langsung tangan (skor
dalam 11)
melakukan cuci
tangan atau
kegiatan yang
dilakukan
mahasiswa
dalam 6 langkah
mencuci tangan
dan dalam setiap
5 moment
mencuci tangan,
yaitu melakukan
kebersihan
tangan pada
saat, sebelum
menyentuh
pasien, sebelum
melakukan
tindak aseptik,
setelah terpapar
cairan tubuh
pasien, setelah
kontak pasien,
dan setalah
kotak
lingkungan
disekitar pasien.
Pengukuran
kepatuhan
dilakukan
dengan
observassi
langsung
mahasiswa
terhadap 6
langkah
mencuci tangan
dan 5 moment
mencuci tangan

E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti dengan cara melakukan
observasi dan membagikan kuisoner

F. Pengolahan Dan Analisis Data


1) PengolahanData
a. Editing
Editing yaitu pengecekan dan perbaikan kembali data sehingga diperoleh
datayang sebenarnya.
b. Coding.
Coding yaitu pemberian kode berupa angka atau bilangan pada aspek
yang diteliti agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengolahannya.
c. Entry
Entry yaitu memasukkan data yang diperolehdan dikelompokkan kedalam
komputer untuk diolah lebih lanjut.
d. Tabulating
Tabulating yaitu data yang dikelompokkan kemudian disajikan dlam
bentuk tabel.
e. Analisa Data
Data yang dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat

1) Analisi univariat
Analisis univariat yaitu menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel.hasil analisis ini disajikan dalam bentuk
tabel meliputi :
a. Pengetahuan mengenai mencuci tangan
b. Sikap mengenai mencuci tangan
c. Ketersediaan fasilitas cuci tangan
d. Peran dosen dan teman sejawat mengenai mencuci tangan
e. Kepatuhan mengenai mencuci tangan

2) Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara 2 variabel
yaitu masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat

DAFTAR PUSTAKA
Endiyono, E., & Prasetyo, F. D. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand
Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The 6th
University Research Colloquium, 445–450.
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur
Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95–98.
Ilmiah, J., Batanghari, U., Aini, K., Idris, H., & Zulkarnain, M. (2022). Kepatuhan
Cuci Tangan Petugas Non Kesehatan: Literatur Review. 22(3), 1985–1990.
Octaviani, E., & Fauzi, R. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Mencuci Tangan pada Tenaga Kesehatan di RS Hermina Galaxy
Bekasi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(1), 12–19.
Rahayu. (2016). Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruang Perawatan Anak Rumah
Sakit Swasta di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 401, 21–26.
Riyadi, S., & Kurnianti, R. (2018). Efektivitas penerapan cuci tangan disinfeksi
dalam meningkatkan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi silang di
laboratorium pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat, 2(2), 139–146.
Siregar, F. R., & Meliala, A. (2020). Penerapan Cuci Tangan Peserta Didik Di Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Gadjah Mada Prof. Soedomo. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 23(02), 44–50. Wibowo, T., & Parisihni, K.
(2009). Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang. Journal
PDGI, 58(2), 6–9.
Zainaro, M. A., & Laila, S. A. (2020). Hubungan Motivasi Dan Sikap Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Di Ruang Rawat Inap
Rsud Dr. a. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Malahayati Nursing
Journal, 2(1), 68–82. https://doi.org/10.33024/manuju.v2i1.1679

Anda mungkin juga menyukai