Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL PUBLIKASI

PENGARUH MODEL PROTECTION MOTIVATION TERHADAP


KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA TENAGA KESEHATAN GIGI DI RS. SURABAYA

SILVIA PRASETYOWATI
NIM. 25010411400094

PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A ARTIKEL PUBLIKASI

PENGARUH MODEL PROTECTION MOTIVATION TERHADAP


KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA TENAGA KESEHATAN GIGI DI RS SURABAYA
Silvia Prasetyowati 1 , Supriyana 2 , Irma HY Siregar3 , Oni Setiani4

Latar belakang : Perlindungan tenaga kesehatan terhadap dirinya sendiri agar tidak
tertular penyakit, adalah keharusan menggunakan alat pelindung diri (APD), berupa
masker, sarung tangan,pelindung wajah,jas lab.Pada pencegahan penularan terhadap
HIV/AIDS disertai dengan kaca mata pelindung, penutup rambut, dan pelindung
plastic disposable. Model teori protection motivation adalah salah satu model
perubahan perilaku yang digunakan untuk memotivasi tenaga kesehatan gigi dalam
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri, dimana dengan konsep 4 faktor, antara
lain: Ancaman,kerentanan, efektifitas respon dan keyakinan diri, dimana bila ada
bahaya/masalah dan tindakan maka kemungkinan besar individu akan berubah.
Tujuan penelitian : Membuktikan model protection motivation pada tenaga
kesehatan gigi terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat melakukan perawatan
gigi di Poli Gigi.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimen dengan
rancangan one group pretest- post test. Rancangan ini tidak memakai kontrol tetapi
dilakukan observasi terhadap variabel terikat. Jumlah responden sebanyak 56 orang.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon t-test dependent.
Hasil penelitian : Terdapat perbedaan nilai persepsi antara sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi model protection motivation dengan nilai signifikan Þ= 0,001
( Þ-value < 0,05), dan ada perbedaan nilai kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (
masker, sarung tangan, apron, pelindung wajah) sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan model Protection motivasi dengan nilai signifikan Þ= 0,001 (Þvalue < 0,05),
Kesimpulan : Ada pengaruh model protection motivation terhadap kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri.
Kata kunci : model protection motivation, kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri
Kepustakaan : 46 (1996-2013)

1.
Mahasiswa Magister Epidemiologi Konsentrasi Sain Terapan Kesehatan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang
2.
Program Studi Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
3.
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Semarang
4.
Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang
5.
A ARTIKEL PUBLIKASI

EFFECT OF PROTECTION MOTIVATION MODEL TOWARDS


COMPLIANCE USING PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT ON DENTAL
NURSE IN SURABAYA HOSPITAL.
Silvia Prasetyowati 1 , Supriyana2 , Irma HY Siregar3 , Oni Setiani4

Background : Health workers protection with themselves in order not to infected the
disease must use of personal protective equipment such as masks, gloves, face shield,
and lab coat. Prevention of infected towards HIV/AIDS accompanied by protective
glasses, hair coverings, and plastic disposable protection. Model of protection
motivation theory is one of behavior changing model used to motivate dental health
towards compliance using personal protective equipment , with four factors concept
such as threat, susceptible, effectiveness of response, and confidence, when there is
danger/problems and the actions of individuals will change.
Research Purposes : To prove model of protection motivation on dental health
towards compliance using personal protective equipment during dental treatment at
Dental Poly.
Research Method :This research is a Quasi experiments with design one group
pretest- post test. This design not use control but do observations on the dependent
variable. Number of respondent 56 people. Data analysis according to Wilcoxon
match in the dependent t-test.
Research result : The result of this study it can be concluded that There are
differences in perception between the values before and after the intervention model
of protection motivation with significant value = 0.001 Þ (Þ-value <0.05), and
differences in compliance value using personal protective equipment (masks, gloves,
apron, face shield) before and after a motivational training Protection models with
significant value = 0.001 Þ (Þ-value <0.05),
Conclusion : There was effect to compliance model of protection motivation using of
personal protective equipment on dental nurse.
Keyword : Model of protection motivation, compliance using of personal
protective equipment.
Literature : 46 (1996-2013)

1.
Student Master of Epidemiology Concentration Applied Health Science Postgraduate Programs
of Diponegoro University Semarang
2.
Master of Epidemiology Post Graduate Programs of Diponegoro University Semarang
3.
Dental Nursing Programs Of Health Polytechnic Semarang
4. ABSTRACT
Master of Environmental Health Post Graduate Programs of Diponegoro University Semarang
PENDAHULUAN terjadinya infeksi yang berbahaya, bahkan dapat
Penyakit infeksi yang gejalanya tak dapat mencegah terjadinya kematian. Sumber infeksi
segera tampak diantaranya adalah Hepatitis yang potensial pada praktek dokter gigi
karena virus, dan HIV/AIDS. Pada hepatitis, termasuk tangan, saliva, darah, sekresi hidung,
seringkali tidak menampakkan gejala prodormal baju, rambut juga alat-alat/instrumen dan
atau gejalanya sangat ringan sehingga tidak perlengkapan praktek lainnya harus dijaga
segera dapat diatasi. Gambaran hepatitis sterilitasnya untuk mengurangi resiko terjadinya
Fulminant Hepatitis dan sub acut Necrotic infeksi4.
Hepatis sampai menyebabkan angka kematian di Infeksi nosokomial atau infeksi silang,
atas 19% 1, dan bahkan mempengaruhi kualitas adalah infeksi yang terdapat dalam sarana
sumber daya manusia di bidang politik, kesehatan. Infeksi nosokomial adalah infeksi
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan yang terjadi atau didapat di rumah sakit dan
keamanan. Diterbitnya Kepres RI no.36 th 1994 merupakan infeksi yang sangat khas, karena
tentang komisi penanggulangan HIV/AIDS hanya terjadi di rumah sakit. Kondisi ini
menunjukkan bahwa masalah penularan merujuk pada keadaan bahwa pada saat pasien
penyakit dapat mempengaruhi kehidupan masuk kerumah sakit,pasien tidak mengalami
bernegara.Memperhatikan kedua contoh infeksi atau tidak dalam masa inkubasi.Infeksi
keadaan tersebut di atas, salah satu komponen Nosokomial merupakan fokus penting
yang berpengaruh pada penularan adalah tenaga pencegahan infeksi disemua negara,namun
kesehatan, termasuk tenaga dokter gigi dan dinegara berkembang infeksi ini adalah
perawat gigi. Tenaga kesehatan harus penyebab utama penyakit dan kematian yang
melaksanakan kewaspadaan (universal dapat dicegah.Kejadian infeksi nosokomial
Precaution) dalam perawatan penderita untuk dinegara berkembang jauh lebih tinggi,terutama
melindungi dirinya dan penderita lain2. infeksi yang umumnya dapat dicegah. Dinegara-
negara ini terjadinya infeksi nosokomial tinggi
Di bidang kedokteran gigi, tindakan karena kurangnya pengawasan, praktik
perawatan yang beresiko penularan penyakit pencegahan infeksi yang buruk, pemakaian
antara lain berupa tindakan pencabutan gigi. sumber terbatas yang tidak tepat,dan rumah sakit
Pembersihan karang gigi, pengasahan gigi yang penuh sesak. Sebetulnya rumah sakit
terutama di daerah servikal (daerah berbatasan memang sumber penyakit. Di negara maju pun,
dengan gusi), insisi serta tindakan lain yang infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi
dapat menimbulkan luka. Atas dasar itulah Oral dengan angka yang cukup tinggi.4
Health Departement WHO menghimbau para Pekerja di rumah sakit merupakan
dokter gigi di seluruh dunia agar melakukan sumberdaya potensial yang harus dibina menjadi
tindakan kontrol infeksi untuk melindungi produktif dan berkualitas.Namun ternyata dalam
dokter gigi, perawat gigi dan pasien.Resiko melaksanakan jasa kemasyarakatannya sehari-
terinfeksinya petugas kesehatan gigi oleh hari khususnya dalam lingkungan kerjanya,
penyakit ini merupakan resiko akibat pekerja rumah sakit banyak terpapar dengan
pekerjaannya.4 berbagai faktor yang dapat menimbulkan
Tenaga pelaksana pelayanan kesehatan dampak negatif dan mempengaruhi derajat
gigi dan mulut di Rumah sakit adalah dokter kesehatan mereka. Pekerja rumah sakit yang
gigi dan perawat gigi. Kedua tenaga kesehatan sangat bervariasi dari segi jenis maupun
tersebut sangat berisiko terhadap tertularnya jumlahnya dalam melaksanakan tugasnya selalu
penyakit melalui peralatan yang berhubungan dengan berbagai bahaya potensial
digunakan.Penyakit infeksi yang dapat bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar
ditularkan selama perawatan gigi, antara lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
TBC, sifilis, hepatitis A, B, C, AIDS, ARC, keselamatan dan kesehatannya, yang pada
herpes, dan lain-lain. Dengan melakukan akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas
tindakan pencegahan infeksi dapat dicegah kerjanya. Produktivitas kerja yang rendah pada
akhirnya akan berdampak pula terhadap Sampeli penelitian ini adalah seluruh tenaga
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah kesehatan gigi yang berjumlah 56 orang, baik
sakit. Melihat kondisi tersebut sudah dokter gigi, perawat gigi, dan tehniker gigi.
sewajarnyalah pekerja rumah sakit menjadi HASIL PENELITIAN
sasaran prioritas progam kesehatan dan A. Karakteristik Responden
keselamatan kerja6 Prevalensi infeksi pada Tabel 1.1 Distribusi Responden Menurut
tenaga kesehatan gigi di Amerika serikat oleh KarakteristikTenaga Kesehatan Di Poli Gigi
American Dental Association (ADA) berupa Rs. Surabaya
infeksi HepatitisB diantaranya adalah 38,5% ahli Karakteristik F %
bedah mulut mempunyai serologi positif untuk
infeksi HBV. Hygienist gigi 16,9% , tekniker USIA
/laboratorium 14,2%, asisten dokter gigi 12,9%, < 40 29 51,8 51,8
dan pegawai administrasidi klinik gigi didapati
positif HBV28. >= 40 27 48,2
Berdasarkan data dari hasil penelitian
Puspita (2008) bahwa tingkat kepatuhan Jumlah 56 100
pelaksanaan kewaspadaan umum oleh responden
PENDIDIKAN
masih rendah yakni hanya 64 responden dari 220
responden (33,5%). Dari penelitian Fatimah S3 1 1,8
(2012) bahwa pengetahuan tenaga kesehatan Spesialis 12 21,4
tentang infeksi nosokomial dan APD terhadap S1 5 8,9
perilaku tenaga kesehatan dalam penggunaan D4 3 5,4
APD saat melakukan perawatan pada pasien D3 23 41,1
dipoli gigi diseluruh Puskesmas Surabaya SPRG 12 21,4
Jumlah 56 100
dengan hasil kurang (76%).
MASA KERJA
Setelah dilakukan pengamatan oleh
peneliti pada waktu antara tanggal 15 April 2013 < 11 16 28,6
s/d tanggal 08 Mei 2013 di poli gigi pada Rumah
Sakit di surabaya ditemukan (85%) dari 56 11 -20 25 44,6
tenaga kesehatan gigi, tenaga kesahatan gigi
yang tidak patuh dalam penggunaan APD yang > 20 15 26,8
semestinya(sarungtangan,masker,apron, Jumlah 56 100
pelindung mata) pada waktu melakukan
perawatan kepada pasien. Menurut sebagian Berdasarkan tabel 1.1 hasil menunjukkan
besar pendapat tenaga kesehatan gigi bahwa sebagian besar responden berumur
penggantian pemakaian alat pelindung diri kurang dari 40 tahun sebesar 51,8%, responden
(masker dan sarung tangan) setiap kali dengan umur dari 40 sampai lebih dari 40 adalah
perawatan gigi pasien menyita waktu, mengingat 48,2%. Dari Karakteristik Pendidikan
banyaknya pasien yang akan melakukan menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan
perawatan gigi, juga dalam penggunaan apron responden sebagian besar D3 sebesar 41,1%,
seringkali mengembun pada wajah sehingga untuk tingkat pendidikan responden yang
menganggu pandangan. spesialis sebesar 21,4%, responden dengan
Berdasarkan adanya perbedaan antara fakta dan tingkat pendidikan SPRG sebesar 21,4%,
standar kewaspadaan universal, responden dengan tingkat pendidikan S1 sebesar
maka masalah dalam penelitian ini adalah 8,9%, responden dengan tingkat pendidikan D4
Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan gigi sebesar 5,4%, dan responden dengan tingkat
dalam penggunaan APD pada saat melakukan pendidikan S3 sebesar 1,8%. Ini berarti bahwa
perawatan di Poli Gigi Rumah Sakit Surabaya . pada pendidikan terbanyak berpendidikan D3.
Sedangkan Masa Kerja responden terbanyak
adalah 11-20th (25 0rang ), dari karakteristik (46,4%). Berdasarkan tabel 1.2 diketahui
Masa Kerja responden hasil bahwa responden persentase kategori yakin lebih banyak sesudah
dengan masa kerja 11-20 tahun sebagian besar (64,3%) daripada sebelum dilakukan intervensi
44,6%, responden dengan masa kerja < 11 tahun (33,9 %). Persentase kategori tidak Yakin lebih
sebesar 28,6%, dan responden yang masa kerja > banyak sebelum intervensi (39,3%) daripada
20 tahun 26,8% sesudah dilakukan intervensi (33,9%).
B.Analisis Univariat Tabel 1.3 Distribusi Variabel Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Tabel 1.2 Distribusi Variabel Model
Variabel Sebelum Sesudah
Protection Motivation Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat F % F %
Pelindung Diri MASKER
Kategori Sebelum Sesudah
Tdk 13 23,2 10 17,9
F % F % Menggunakan
ANCAMAN Menggunakan 38 67,9 8 14,3
Terancam 36 64,3 38 67,9 Tanpa Diganti
Tidak Terancam 20 35,7 18 32,1 Menggunakan 5 8,9 38 67,9
Jumlah 56 100 Setiap 4 jam
KERENTANAN Diganti
Rentan 31 55,4 37 66,1 Jumlah 56 100
Tidak Rentan 25 44,6 19 33,9 SARUNG
Jumlah 56 100 TANGAN
EFEKTIFITAS Tdk 35 62,5 26 46,4
RESPON Menggunakan
Efektif 26 46,9 30 53,6 Menggunakan 21 37,5 5 8,9
Tidak Efektif 30 53,6 26 46,4 Tanpa Diganti
Jumlah 56 100 Menggunakan 0 0 25 44,6
KEYAKINAN Diganti Setiap
DIRI Pasien
Yakin 34 60,7 36 64,3 Jumlah 56 100
Tidak Yakin 22 39,3 19 33,9
Jumlah 56 100 APRON
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa Tdk 45 80,4 35 62,5
persentase kategori terancam lebih banyak Menggunakan
sesudah (67,9%) daripada sebelum dilakukan Menggunakan 7 12,5 5 8,9
intervensi( 64,3%). Persentase kategori tidak Tanpa diganti
terancam lebih banyak sebelum intervensi Menggunakan 4 7,1 16 28,6
(35,7%) daripada sesudah dilakukan intervensi Diganti Sesuai
kondisi
(32,1%).Berdasarkan tabel 1.2 diketahui Jumlah 56 100
persentase kategori rentan lebih banyak
sesudah (66,1%) daripada sebelum dilakukan PELINDUNG F % F %
intervensi (55,4%). Persentase kategori tidak WAJAH
rentan lebih banyak sebelum intervensi (44,6 Tdk 46 82,1 26 46,4
%) daripada sesudah dilakukan intervensi Menggunakan
(33,9%).Berdasarkan tabel 1.2 diketahui Menggunakan 5 8,9 12 21,4
persentase kategori efektif lebih banyak Tanpa Diganti
sesudah (53,6%) daripada sebelum dilakukan Menggunakan 5 8,9 18 32,1
intervensi (46,4%). Persentase kategori tidak Diganti Sesuai
efektif lebih banyak sebelum intervensi (53,6 Kondisi
%) daripada sesudah dilakukan intervensi Jumlah 56 100
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa Persepsi Efektifitas 24(19-26)
kepatuhan menggunakan masker sebelum Respon Sesudah
intervensi lebih banyak pada kategori Persepsi Keyakinan 23(19-26)
menggunakan tanpa diganti (67,9%), sedangkan Diri sebelum 0,02
kepatuhan menggunakan masker sesudah Persepsi Keyakinan 24(19-27)
Diri Sesudah
intervensi lebih banyak pada kategori a:
Uji Wilcoxon, b: T-Tes Dependent
menggunakan setiap 4 jam diganti (67,9%).
Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa nilai
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa
signifikan lebih kecil dari nilai p-value (p <
kepatuhan menggunakan sarung tangan sebelum
0,05), pada pengetahuan sebelum dan sesudah
intervensi lebih banyak pada kategori tidak
diberikan intervensi, maka Ho ditolak, artinya
menggunakan (62,5 %), sedangkan sesudah
ada perbedaan pengetahuan model protection
intervensi tetap lebih banyak pada kategori tidak
motivasi sebelum dan sesudah intervensi.
menggunakan sarung tangan tetapi ada
Tabel 1.5 Hasil Uji Beda Skor Kepatuhan
penurunan menjadi (46,4%).
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa
Variabel Alat Median p.Value
kepatuhan menggunakan apron sebelum Pelindung Diri (minimum-
intervensi lebih banyak pada kategori tidak maksimum)
menggunakan (80,4 %), sedangkan sesudah Masker 20(10-30)
intervensi tetap lebih banyak pada kategori tidak Sebelum 0,00
menggunakan apron tetapi ada penurunan Masker 30(10-30)
menjadi (62,5 %). Sesudah
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa Sarung Tangan 10(10-20)
kepatuhan menggunakan pelindung wajah Sebelum 0,00
sebelum intervensi lebih banyak pada kategori Sarung Tangan 20(10-30)
tidak menggunakan (82,1 %), sedangkan Sesudah
sesudah intervensi tetap lebih banyak pada Apron Sebelum 10(10-30)
0,02
kategori tidak menggunakan pelindung wajah Apron Sesudah 10(10-30)
tetapi ada penurunan menjadi (46,4 %).
Pelindung 10(10-20)
C.Analisis Hasil Uji Beda Wajah Sebelum 0,00
Pelindung 20(10-30)
Perbedaan Skor pengetahuan model Wajah sesudah
a:
protection motivation sebelum dan sesudah Uji Wilcoxon, b: T-Tes Dependent
diberikan intervensi. Berdasarkan tabel 1.5 dapat diketahui
Tabel 1.4 Hasil Uji Beda Skor Pengetahuan bahwa nilai signifikan kepatuhan penggunaan
Model Protection Motivation alat pelindung diri ( masker, sarung tangan,
Variabel Median p.Value apron, pelindung wajah) sebelum dan sesudah
(minimum- dilakukan intervensi lebih kecil dari nilai p-
maksimum) value (p<0,05), maka Ho ditolak, artinya ada
Persepsi Ancaman 23(19-26) perbedaan nilai sugnifikan kepatuhan
Sebelum 0,00 penggunaan alat pelindung diri sebelum dan
Persepsi Ancaman 24(19-27) sesudah dilakukan intervensi.
Sesudah PEMBAHASAN
Persepsi 24(19-27) A Karakteristik Subyek Penelitian.
Kerentanan 0,01
Dalam penelitian ini yang menjadi
Sebelum
responden adalah seluruh tenaga kesehatan gigi
Persepsi
KerentanaanSeblm 26(16-30) dipoli gigi Rumah sakit Surabaya berjumlah 56
Persepsi Efektifitas 22(16-25) 0rang. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar
Respon Sebelum 0,04 responden berumur kurang dari 40 tahun sebesar
51,8%, responden dengan umur dari 40 sampai orang lain, media massa, dan pelatihan15.
lebih dari 40 adalah 48,2%. Secara fisiologis Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat
pertumbuhan dan perkembangan seseorang besar pengaruhnya terhadap peningkatan
dapat digambarkan dengan pertambahan umur. produktifitas kerja yang dilakukan, semakin
Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar
pertumbuhan kemampuan motorik sesuai skemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan
dengan tumbuh kembangnya, yang identik melaksanakan pekerjaannya16.Pendidikan
dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
tenaga yang prima. Semakin cukup umur, pendidikan seeorang makin mudah orang
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, pendidikan tinggi maka seseorang akan
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dewasa akan lebih dipercaya daripada orang dari orang lain maupun dari media massa.
yang belum cukup tinggi tingkat Semakin banyak informasi yang masuk semakin
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
pengalaman dan kematangan jiwanya, semakin kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dewasa seseorang maka cara berfikir semakin dengan pendidikan dimana diharapkan
matang dan teratur melakukan pekerjaaannya.15 seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
Dari karakteristik Masa Kerja responden hasil tersebut akan semakin luas pula
bahwa responden dengan masa kerja 11-20 pengetahuannya. Pengetahuan adalah wawasan
tahun sebagian besar 44,6%, responden dengan yang diperoleh secara formal maupun non
masa kerja < 11 tahun sebesar 28,6%, dan formal. Secara formal didapatkan dari
responden yang masa kerja > 20 tahun 26,8%, pendidikan yang merupakan dasar dari
sehingga responden juga memiliki masa kerja pengetahuan. Pendidikan berhubungan positif
cukup lama dimana pengalaman selama terhadap pengetahuan dalam pengembangan
melakukan praktek yang akan berdampak pada sikap dan keterampilan, sedangkan secara
pengetahuan tentang pentingnya penggunaan informal didapatkan dari pengalaman. Setelah
alat pelindung diri. Pengalaman dalam bekerja seseorang memiliki pengetahuan atau
yang dikembangkan memberikan pengetahuan mengetahui stimulus , kemudian mengadakan
dan ketrampilan profesional selama bekerja yang penilaian atau pendapat terhadap apa yang
dapat mengembangkan kemampuan mengambil diketahuinya dalam bentuk sikap, proses
keputusan yang merupakan manifestasi dari selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang atau mempraktikkan apa yang diketahui atau
bertolak dari masalah nyata dalam bidang disikapinya. Mempraktikkan sesuatu inilah yang
kerjanya15. disebut perilaku15.
Pada karakteristik Pendidikan menunjukkan B. Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
hasil bahwa tingkat pendidikan responden Diri ( Masker, Sarung Tangan, Apron,
sebagian besar D3 sebesar 41,1%, untuk tingkat Pelindung Wajah) pada Saat Melakukan
pendidikan responden yang spesialis sebesar Perawatan Gigi.
21,4%, responden dengan tingkat pendidikan
SPRG sebesar 21,4%, responden dengan tingkat Berdasarkan hasil analisis uji beda pada
pendidikan S1 sebesar 8,9%, responden dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (
tingkat pendidikan D4 sebesar 5,4%, dan masker, sarung tangan, apron, pelindung wajah)
responden dengan tingkat pendidikan S3 sebesar dengan menggunakan uji Wilcoxon nilai
1,8%. Ini berarti bahwa pada pendidikan signifikan lebih kecil dari nilai Þ-value= 0,00 (
terbanyak berpendidikan D3, dimana termasuk p< 0,05) artinya ada perbedaan kepatuhan
dalam jenjang pendidikan tinggi, makin tinggi penggunaan apd sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan seseorang makin mudah orang pelatihan Protection motivasi. Sebagian besar
tersebut untuk menerima informasi, baik dari responden dalam menggunakan apd (masker,
sarung tangan, apron, pelindung wajah) sebelum
dilakukannya pelatihan Protection motivasi C.Pengaruh Model Protection Motivasi
(80,4%) yang tidak menggunakan daripada Terhadap Kepatuhan Penggunaaan Alat
sesudah dilakukan pelatihan (46,4%) yang Pelindung Diri Pada Saat Melakukan
berarti ada penurunan. Perawatan Gigi
Hasil penelitian ini didukung penelitian 1.Variabel Ancaman terhadap Kepatuhan
kartika,dkk bahwa bahwa ada hubungan antara Penggunaan Alat Pelindung Diri
pengetahuan dan sikap dalam kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri46 . Dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
penelitian ini penerapan model protection pengaruh signifikan pada hasil uji beda
motivasi dilakukan 21 hari, selama itu selalu pengetahuan ancaman sebelum dan sesudah
diberikan motivasi dalam penggunaan apd diberikan pelatihan model protection motivasi
(masker, sarung tangan, apron, pelindung nilai Þ= 0,00 (Þ-value <0,05),dapat disimpulkan
wajah), hal ini secara tidak langsung bahwa ada perbedaan setelah dilakukan
mempengaruhi perilaku responden selama intervensi model protection terhadap kepatuhan
melakukan perawatan gigi untuk selalu patuh penggunaan alat pelindung diri. Pada Variabel
menggunakan apd guna pencegahan infeksi ancaman disini responden merasa bahwa dengan
silang dengan pasien.Dari hasil penelitian yang menggunakan APD mereka merasa yakin dapat
telah dilakukan memperjelas bahwa penerapan mencegah dari bahaya penularan penyakit
model Protection motivasi efektif memotivasi infeksi dari pintu masuk manapun sehingga
perubahan perilaku responden berupa tindakan mereka merasa terlindungi dari semua resiko
yang telah dilakukan cukup baik daripada penularan penyakit dari awal sebelum dilakukan
sebelumnya. Patuh disini adalah sikap positif intervensi dengan sesudah dilakukan intervensi .
individu yang ditunjukkan dengan adanya Responden setelah dilakukan intervensi yang
perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan merasa terancam jika tidak menggunakan apd
yang ditetapkan, suka menurut perintah, taat lebih banyak daripada yang merasa tidak
pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan terancam jika tidak menggunakan (67,9%). Hal
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. ini baru disadari responden setelah dilakukan
Seseorang dikatakan patuh bila mau intervensi model protection motivasi bahwa
menggunakan alat pelindung diri setiap kali dia selama ini tindakan perawatan yang dilakukan
akan melakukan perawatan terhadap pasien sangat rentan tertular penyakit infeksi jika
sesuai dengan sop yang telah ditetapkan serta mengabaikan dalam penggunaan alat pelindung
mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh diri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
rumah sakit19.Sedangkan menurut Niven dilakukan Kartika,dkk menyatakan bahwa faktor
kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta predisposisi terutama pengetahuan yang tinggi,
dan berbentuk melalui proses dari serangkaian dan pengetahuan yang baik pada responden akan
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, mempunyai sikap yang positif yang selanjutnya
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. akan terwujud dalam perilaku kepatuhan dalam
Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi penggunaan alat pelindung diri selama bekerja,
atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, pendidikan, umur, masa kerja dan lingkungan
bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila tempat bekerja mempermudah kepatuhan dalam
mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana penggunaan alat pelindung diri. Hasil pada
lazimnya42. penelitian Kartika, didapatkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dan sikap dalam
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri46 .
2.Variabel Kerentanan terhadap Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang merasa rentan jika tidak
menggunakan alat pelindung diri sebelum Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
dilakukan intervensi model protection melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
motivation terdapat peningkatan sesudah suatu materi atau obyek, dimana tenaga
dilakukan intervensi (66,1%) dari responden kesehatan gigi mampu memahami kebutuhan
yang merasa tidak rentan jika tidak alat pelindung diri lebih lanjut. Jadi disini
menggunakan apd. Responden merasa rentan menunjukkan bahwa hasil pengetahuan sesudah
dengan selalu menggunakan APD dikarenakan diberikan pelatihan protection motivation
mereka menyadari bahwa resiko penularan merupakan faktor predisposisi untuk
penyakit infeksi silang sangat besar terjadi pada terbentuknya perilaku, dengan selalu
mereka saat melakukan perawatan gigi, baik menggunakan alat pelindung diri( masker,
melalui udara, cairan ludah,darah,alat dan sarungtangan, apron, pelindung wajah). Ini
selaput lendir. Pengetahuan model protection sejalan dengan penelitian Megawati tentang
motivation yang didapatkan setelah dilakukan hubungan pengetahuan dan sikap perawat
intervensi dapat memotivasi responden untuk dengan kepatuhan dalam pelaksanaan
selalu menggunakan alat pelindung diri selama pemasangan infus diRS.Bandung mendapatkan
melakukan perawatan gigi. hasil bahwa pengetahuan yang baik mempunyai
Menurut Bloom dalam Notoadmodjo kecenderungan lebih besar untuk mematuhi SOP
menyatakan bahwa domain pengetahuan berasal dalam melakukan tindakan.
dari tahu hingga evaluasi.Domain tahu diartikan 3.Variabel Efektifitas Respon terhadap
sebagai pengingat materi PMT yang didapat. Kepatuhan Penggunaan Alat pelindung Diri.
Dengan menggunakan pengetahuan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
didapat,maka mendapatkan fakta atau informasi responden yang merasa efektif dalam
baru tentang bahaya bila tidak menggunakan alat penggunaan alat pelindung diri sesudah
pelindung diri. Setelah responden tahu dilakukan intervensi model protection
selanjutnya memahami,yang diartikan sebagai motivation terjadi peningkatan yang signifikan
suatu kemampuan untuk menjelaskan obyek sebelum dilakukan intervensi (53,6%) dari
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan responden yang merasa tidak efektif .Disini
obyek tersebut secara benar.Dimana tenaga responden sudah merasa efektif menggunakan
kesehatan gigi mampu menguraikan secara alat pelindung diri karena dapat mencegah dan
spesifik bagaimana alat pelindung diri dapat melindungi mereka dari bahaya penularan
meningkatkan perlindungan terhadap dirinya. penyakit baik melalui percikan cairan dari
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk pasien pada saat dilakukan perawatan gigi.
menggunakan materi yang telah dipelajari pada Efektifitas disini terkait dengan kemampuan
situasi nyata. Disini tenaga kesehatan gigi individu untuk mengatasi ancaman dalam
mampu menerapkan prinsip penggunaan alat pencegahan penyakit lebih serius, karena
pelindung diri yang sudah diketahui paa saat individu merasa tindakan yang dilakukan sudah
melakukan tindakan. Analisis adalah suatu efektif dengan selalu menggunakan alat
kemampuan untuk menjabarkan materi atau pelindung diri12. Jika seseorang menerima
obyek kedalam komponen-komponen.Dimana informasi yang menakutkan tentang bahaya jika
tenaga kesehatan gigi dapat membandingkan mengabaikan penggunaan alat pelindung diri,
manfaatnya menggunakan alat pelindung diri maka seseorang akan termotivasi untuk
dengan kondisi sebelumnya yang tidak menurunkan kondisi emosional yang tidak
menggunakan. Sintesis menunjukkan suatu menyenangkan. Jika informasi juga mengandung
kemampuan untuk meletakkan atau saran untuk berperilaku patuh dalam
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu penggunaan alat pelindung diri, seseorang akan
bentuk keseluruhan yang baru. Tenaga mengikuti saran tersebut yang merupakan salah
kesehatan gigi disini mampu memilih alat satu cara untuk menurunkan ancaman. Jika saran
pelindung diri yang sesuai dengan kondisi saat untuk berperilaku patuh dalam penggunaan alat
melakukan tindakan perawatan (Apron). pelindung diri dapat menurunkan ketakutan,
maka perilaku tersebut akan diperkuat dan mereka selalu menggunakan apd tidak akan
kemungkinan untuk melakukan perilaku di masa terkena infeksi silang, dikarenakan mereka
yang akan datang akan meningkat. Tetapi jika merasa bahwa menggunakan APD merupakan
saran selalu patuh menggunakan alat pelindung satu bentuk tanggungjawab dalam melakukan
diri tersebut tidak menurunkan ketakutan atau pekerjaannya dan bukan merupakan sesuatu
tidak ada saran untuk melakukan perubahan yang dipaksakan. Keyakinan atau persepsi
perilaku, pilihan coping maladaptif, seperti seseorang tentang suatu penyakit akan
menghindar atau menyangkal, akan digunakan mempengaruhi seseorang tersebut untuk mencari
untuk menurunkan tingkat ketakutan10. Menurut strategi- strategi dalam mengurangi apa yang
Notoadmodjo, kerentanan yang dialami mungkin akan terjadi. Keyakinan sejauhmana
responden merupakan juga suatu tindakan seseorang berpikir bahwa dirinya memiliki
pencegahan terhadap suatu penyakit yang akan kendali melakukan suatu perilaku, dimana dia
timbul bila seseorang tersebut merasakan ia akan patuh dalam penggunaan alat pelindung
rentan terhadap tertularnya penyakit, ini timbul diri. Menurut Maslow ada lima kebutuhan
dari persepsi subyektif individu terhadap resiko manusia, salahsatunya adalah kebutuhan rasa
dengan asumsi yang dialaminya. Persepsi aman meliputi keamanan akan jiwanya sewaktu
tertentu dapat timbul karena responden bekerja, perasaan aman sewaktu bekerja dan
mengalami kecemasan terhadap tertularnya juga menyangkut keamanan terhadap masa
penyakit apabila tidak menggunakan alat depan. Berkaitan dengan rasa aman waktu
pelindung diri12. Solita Sarwono juga bekerja meliputi terhindar dari bahaya
mengatakan bahwa seorang responden yang tertularnya penyakit, resiko kecelakaan kerja dan
menyadari bahwa dirinya tergolong rentan terhindar dari penyakit akibat kerja selama
terhadap tertularnya penyakit akan lebih cepat melaksanakan pekerjaannya. Bertolak dari itu
merasa terancam tertular penyakit apabila tidak kebutuhan manusia akan kesehatan dan rasa
patuh dalam pemakaian alat pelindung diri45. aman serta motif rasa aman akan mendorong
Penularan penyakit dikursi gigi sangat rentan seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk
sekali terjadi, banyak penyakit infeksi ditularkan berbuat atau berperilaku yang aman. Motivasi
selama perawatan gigi, antara lain TBC, Sifilis, yang kuat untuk memperoleh rasa aman dalam
hepatitis A,B,C, AIDS,Herpes,dan lainnya. melakukan perawatan terhadap pasien dalam
Dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi melaksanakan tugas dan pekerjaannya akan
dapat dicegah terjadinya infeksi yang berbahaya, memberikan dorongan yang kuat bagi tenaga
bahkan dapat mencegah terjadinya kematian. kesehatan untuk berbuat atau berperilaku aman
Sumber infeksi yang potensial pada praktek dan sehat guna menghindari resiko tertular dan
perawatan gigi termasuk tangan, saliva, darah, terkena penyakit-penyakit akibat tidak
sekresi hidung, baju, rambut juga alat- menggunakan alat pelindung diri. Jadi
alat/instrumen dan perlengkapan praktek lainnya kebutuhan seseorang mendorong munculnya
harus dijaga sterilitasnya untuk mengurangi motif dan motif itu sendiri akhirnya yang
resiko terjadinya infeksi 9. mendorong motivasi seseorang muncul10.
Keadaan yang didapatkan setelah penelitian
4.Variabel Keyakinan Diri terhadap Kepatuhaan bahwa ada hubungan responden yang merasa
Penggunaan Alat Pelindung Diri. terncam dan mersa rentan dengan dia selalu
patuh dalam menggunakan alat pelindung diri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ini sudah sesuai dan sejalan dengan teori model
responden yang merasa yakin dengan selalu Protection motivasi.Peningkatan hasil setelah
menggunakan alat pelindung diri sesudah dilakukan intervensi model protection motivasi
dilakukan intervensi terdapat peningkatan yang terlihat cukup signifikan pada variabel ancaman
signifikan sebelum dilakukan intervensi model dan variabel kerentanan.Dimana Model
protection motivasi (64,3%) dari responden yang protection motivasi disini merupakan suatu
tidak yakin. Responden merasa bahwa dengan bentuk penjabaran dari sosio-psikologis,
munculnya teori ini didasarkan pada kenyataan (3) perceived response efficacy, dan (4)
bahwa masalah- masalah kesehatan dapat Percieved self-efficacy.Teori ini mengatakan
dilakukan usaha-usaha pencegahan terhadap bahwa apakah kita melakukan coping yang
suatu penyakit dengan memunculkan teori adaptif atau maladaptif diperoleh dari hasil dua
perilaku, salahsatunya dengan model Protection penilaian, yaitu proses penilaian ancaman
motivasi, dimana seorang individu bertindak dan (process of threat appraisal) dan proses
terlibat untuk mencegah suatu penyakit dengan penilaian coping (process of coping appraisal).
sebuah tindakan (penggunaan alat pelindung diri Penilaian ini dilakukan untuk melakukan
). Berdasarkan model ini intensi berperilaku perilaku yang dapat mengurangi ancaman.
dipengaruhi oleh sikap seseorang tentang Kedua penilaian ini merupakan hasil dari intensi
melakukan perilaku, keyakinan individu untuk untuk melakukan respon yang adaptif
menyetujui pentingnya penggunaan alat (protection motivation) atau yang maladaptif.
pelindung diri adalah merupakan keyakinan Respon maladaptif ialah dimana seseorang
seseorang dalam mengontrol perilaku karena melakukan perilaku beresiko yang dapat
individu merasa yakin akan hasil yang diperoleh menyebabkan konsekuensi negatif10.
jika melakukan perilaku pencegahan penyakit. D.Keterbatasan Penelitian
Menurut model Protection motivasi, seseorang Ada beberapa hal yang mempengaruhi
berintensi melakukan sesuatu karena memiliki proses penelitian yang dilakukan antara lain
motivasi untuk melindungi (protection yaitu :
motivation) dirinya. Motivasi untuk melindungi
diri10. 1. Pada saat melakukan penelitian, peranan
Protection Motivation dikembangkan oleh pimpinan tempat penelitian dalam ikut serta
Roger (1983) menjadi teori yang lebih luas mempengaruhi hasil penelitian yang
mengenai dampak komunikasi yang dilakukan, dimana dalam proses penelitian
menekankan pada proses kognitif sebagai sarana semua hal yang dilakukan peneliti harus
perubahan perilaku.Komunikasi yang sepengetahuan dari pembimbing penelitian
disampaikan bersifat mengancam sehingga yang ditunjuk hal ini dilakukan untuk
berdampak pada perubahan perilaku. Teori ini menjaga nama baik institusi tempat
beranggapan bahwa orang memiliki motivasi penelitian.
untuk melindungi dirinya dari bahaya fisik, 2. Keterbatasan sarana APD di Rumah Sakit
sosial dan psikologis10. Proses penilaian dalam memberikan pelayanan sehari-hari
ancaman dan proses penilaian koping,dimana berbeda dengan pada saat proses penelitian.
pilihan melakukan sesuatu perilaku untuk Pada saat penelitian dilakukan (proses
mengurangi ancaman kesehatan dapat observasi), sarana alat pelindung diri (
dievaluasi. Boer,seydel (1996) penilaian masker, sarung tangan,apron, pelindung
terhadap ancaman kesehatan dan koping wajah) disediakan secara tercukupi oleh
terhadap masalah kesehatan menjadi dasar peneliti sehingga hal ini memungkinkan
dalam niat untuk mengadopsi respon (protection apabila proses penelitian selesai
motivation) atau justru menolak mengadopsi keterbatasan sarana APD akan terjadi lagi
suatu tindakan. Maladaptive respon ini yang akan membawa konsekuensi yaitu
menyebabkan seseoarang pada kondisi resiko para responden tidak menggunakan APD.
kesehatan. Termasuk didalamnya perilaku yang 3. Pada saat dilakukan observasi pihak Rumah
mengarah pada tindakan negatif10. Sakit sedang diadakan penilaian akreditasi
Menurut model protection motivasi, Internasional, yang merupakan salah satu hal
seseorang berintensi melakukan sesuatu karena yang mempengaruhi hasil penelitian yang
memiliki motivasi untuk melindungi (protection dilakukan, dimana seluruh responden harus
motivation) dirinya. Motivasi untuk melindungi mematuhi segala hal yang dianjurkan pihak
diri bergantung pada empat faktor, yaitu: (1) rumah sakit.
perceived severity, (2) perceived vulnerability,
protection motivasi, dimana individu
BAB VI bertindak dan terlibat untuk melakukan
SIMPULAN DAN SARAN pencegahan.
2. Terdapat perbedaan nilai kepatuhan
A.SIMPULAN penggunaan alat pelindung diri ( masker,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sarung tangan, apron, pelindung wajah)
yang dipaparkan pada bab IV dan V, maka dapat sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan
disimpulkan sebagai berikut: model Protection motivasi dengan nilai
1. Terdapat perbedaan nilai persepsi antara signifikan Þ= 0,001 (Þ-value <
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi 0,05), artinya ada pengaruh model
model protection motivation dengan nilai protection motivasi terhadap kepatuhaan
signifikan Þ= 0,001 ( Þ-value < penggunaan alat pelindung diri selama
0,05) artinya ada pengaruh penerapan melakukan perawatan gigi. Pada
Model Protection Motivation terhadap penelitian ini terbukti bahwa responden
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri yang memiliki persepsi yang baik tentang
pada tenaga kesehatan gigi sebelum dan ancaman, kerentanan, efektifitas respon,
sesudah dilakukan intervensi terutama dan keyakinan diri, akan memiliki
pada persepsi ancaman dan motivasi berperilaku yang baik pula pada
kerentanan,dimana teori ini memiliki saat melakukan perawatan gigi dengan
motivasi untuk melindungi dirinya dari selalu patuh menggunakan alat pelindung
bahaya fisik, sosial,dan psikologis, jika diri ( masker, sarung tangan, apron,
seseorang menerima informasi yang pelindung wajah), oleh karena itu
menakutkan, maka seseorang tersebut penerapan model protection motivasi ini
akan termotivasi untuk menurunkan dilakukan agar seorang individu
kondisi emosional yang tidak melakukan sebuah tindakan pencegahan
menyenangkan, jika informasi terhadap suatu penyakit pada tenaga
mengandung saran untuk berperilaku kesehatan gigi.
tertentu,maka seseorang mengikuti saran
merupakan salah satu cara untuk B.SARAN
menurunkan ancaman. Saran untuk 1. Bagi Rumah Sakit
berperilaku dapat menurunkan Dapat dijadikan bahan informasi dan
ketakutan,maka perilaku tersebut akan pertimbangan dalam meningkatkan
diperkuat dan perilaku dimasa yang akan Kesehatan Keselamatan Kerja dengan
datang akan meningkat. Kerentanan menerapkan Model Protection Motivasi
terhadap suatu masalah akan semakin pada seluruh pegawai di Rumah Sakit
beresiko terkena masalah atau penyakit, dengan mengadakan pelatihan model
semakin seseorang merasa bahwa masalah tersebut pada segenap pegawai Rumah
atau penyakit itu rentan maka seseorang sakit secara berkala dan kontinyu
tersebut akan semakin ingin melakukan diadakan pelatihan tersebut guna
tindakan. Peningkatan persepsi responden peningkatan kinerja pegawai dalam
setelah dilakukan intervensi akan pencegahan penularan penyakit
mencerminkan perilaku yang baik pada nosokomial.
saat melakukan perawatan gigi terhadap 2. Bagi Tenaga Kesehatan Gigi
pasien dimasa mendatang. Munculnya Mempertahankan kepatuhan dalam
teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan alat pelindung diri (masker,
masalah-masalah kesehatan dapat sarung tangan, apron, pelindung wajah),
dilakukan usaha-usaha pencegahan dengan penuh kesadaran demi
terhadap suatu penyakit dengan terhindarnya penularan infeksi
salahsatunya menerapkan model
nosokomial selama dilakukan tindakan 15. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan.
perawatan gigi. Jakarta Rineka Cipta.hal 90-91.2010
16. Ravianto.J. Produktivitas dan tenaga Kerja
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Lembaga sarana Informasi
1. Soedarto. Penyakit-Penyakit Infeksi Di Usaha dan produktivitas. Jakarta 1990
Indonesia.1996. 17. Silalahi. R.B. Manajemen Keselamatan dan
2. Depkes RI.Himpunan Peraturan kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman
Perundang-Undangan tentang Pressindo, Jakarta .1985
Penanggulangan HIV/AIDS.1997 18. Pandji, A. Psikologi Kerja. Penerbit Liberty,
3. Yusran, Muhammad. Kepatuhan Penerapan Jakarta. 2001.
Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi 19. Nurbaiti. Ilmu Perilaku dan
(Universal Precaution). Pada Perawat Tingkat Kepatuhan.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel http://www.alnurses.com.Jakarta.2004
Muluk Bandar Lampung Prosiding 20. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori
Seminar Nasional Sains dan Teknologi- dan Aplikasi. Jakarta Rineka Cipta.2005
II 2008 Universitas Lampung, 17-18 21. Elizabeth. Jenis penyakit Menular hepatitis
November 2008 A,B,C.http/id.wikipedia.org/wiki/
4. Mulyanti Sri, H.P.Megananda. Pengendalian Hepatitis.2001
Infeksi Silang di Klinik Gigi . Jakarta 22. Misnadiarly. Penyakit Hepatitis
EGC,2011 B.http/id.wikipedia.org/Hepatitis B.2007.
5. Rachimhadhi Trijatmo, Anthony.L. Ronald, 23. Dalimartha. Penyakit Menular Hepatitis B.
Hendarmin soeniati.L.M. Sindroma AIDS. http/id.wikipedia.org/Hepatitis B.2004
Penanggulangan dan Penyebarannya 24. Depkes.RI. Pedoman Kewaspadaan
dalam praktek dokter gigi. EGC. Universal di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta.1992 Jakarta 2008
6. Aditama Tjandra Yoga, Hastuti Tri . 25. Anonim, Satu abad K3 di Indonesia, Balzi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pustaka .Jakarta.2000
Jakarta (UI- Press), 2002 26. Boediono, Sugeng. Higiene Perusahaan,
7. Nursalam, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bunga rampai Hiperkes dan K3. 2003
Terinfeksi, Jakarta. Salemba Medika. 27. Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan
2007. Pencegahan Kecelakaan, P.T. Gunung
8. Bachroen, Prinsip Pelaksanaan agung. Jakarta.1992.
Precation.http:digilib.ac.id/files/disk/111/j 28. Cotton, JA, Terezhalmy, GT, dan Molinari,
tpunimus-gdldewirifaha-5534.2007 JA Practical Infection control in Practice
9. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Dendistry edisi alih bahasa : Lilian
Kewaspadaan Universal di Pelayanan Juwono. Widya Medika. Jakarta. 1998
Kesehatan. Jakarta.2003. 29.Astoeti, T.E. Quality Management dalam
10. Heri.D.J.Maulana. Promosi Kesehatan. Pendidikan kesehatan Gigi di sekolah,
Jakarta.EGC.2009 Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2006
11. Meliono, Irmayanti,dkk. MPKT Modul 1. 30.Graeff.a.Judith.Elder.P.John,Booth Mills
Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. 2007 Elizabeth Alih bahasa Hasanbasri
12. Notoatmodjo, S. Perilaku Pendidikan dan Mubasyir.. Komunikasi Untuk
Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. Kesehatan Dan Perubahan
2003. Perilaku.1996
13. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku 31.Munindjaya, A.A.G.Manajemen kesehatan.
Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.2007. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku
14.Herijulianti,E,Indriani,TS, Artini, S. Kedokteran EGC. 2004.
Pendidikan Kesehatan Gigi . Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran.2002.
32.Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi 40. Anonim, Model- Model perilaku Kesehatan,
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka http//www.geocitics.com/juniorbio, 2004
Cipta. 2012. 41. Depkes.RI. Pencegahan dan Pengendalian
33.Notoatmodjo S.. Promosi Kesehatan Dan Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur
Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Patient Safety, Jakarta 2013
Cipta. 2012 42. Niven, Psikologi Kesehatan: Pengantar
34. Wawan.A. M. Dewi. Teori dan Pengukuran Untuk Perawat Dan Profesional, Jakarta,
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku EGC, 2008
Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta. 43. Kurnia.Putra.Moch.Udin, Hubungan Tingkat
2010. Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
35. Smet, Bart. Psikologi Kesehatan.Jakarta. PT. Penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Grasindo. 1994. Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu
36. Kathsa, S. El, Labeeb, S., Wats, S., Younis Keperawatan UI, Jakarta 2012.
A.. Informal Health Provider And The 44. Pranoto, Ilmu Kebidanan, Yogyakarta,
Transmission Of Hepatitis C Virus : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
pilot study in two Egyptian village. Prawirohardjo. 2007
Eastern Mediterranian Health Journal 45.Sarwono,Solita, Sosiologi Kesehatan,
vol 12 no 6 November 2006. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
37.Admin. Cara Belajar Membiasakan Anak 1997
Untuk Menyikat gigi (online) available: 46.Kartika.Rhomi.Anawati,Hubungan
http//www.sceer.com.2012/05/03/cara- Pengetahuan Dan Sikap Dengan
belajar-membiasakan-anak=untuk- Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan
menyikat gigi (25 mei 2013) Alat Pelindung diri DiRumah Sakit umum
38. Musfah, J, Peningkatan Kompetensi Guru Daerah Ambarawa, STIKES Ungaran,
Melalui Pelatihan dan sumber Belajar Jawa Tengah.
teori dan praktek, Kencana, Jakarta
2011
39. Komite PPIRSCM, Standar Operasional
Prosedur Penggunaan Alat Pelindung diri
pada Ruang Perawatan, Jakarta.2000

Anda mungkin juga menyukai