Kel.8 Dan 13 Manajemen Resiko
Kel.8 Dan 13 Manajemen Resiko
DOSEN PENGAMPU :
NOVIA ZULVA HANUM SKM, M.KM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi pada mata kuliah Studi Kelayakan Proyek .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah
Studi Kelayakan Proyek. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulis 4
BAB II PEMBAHASAAN 5
2.1 Pengertian ICRA 5
2.2 Tujuan ICRA 6
2.3 Komponen - Komponen ICRA 6
2.4 Langkah - Langkah ICRA 6
2.5 Identifikasi Risiko Infeksi dalam Setting Klinik 7
2.6 Ilustrasi Aplikasi ICRA di Rumah Sakit 9
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
2
BAB I
PENDAHULUA
N
Risiko infeksi terutama pada pasien rujukan dari rumah sakit lain. Pasien rujukan
umumnya datang dengan berbagai komorbiditas dan sudah mendapat berbagai antibiotik
yang memungkinkan terjadinya resistensi silang dan Multi-Drug Resistance (MDR).
Metode pendekatan multidisipliner menjadi acuan manajemen di rumah sakit dalam
mengidentifikasi faktor risiko (early warning), menilai karakteristik yang meningkatkan
risiko infeksi dan upaya menurunkan risiko infeksi.
3
pendapatan, bahaya, cacat atau kematian, peningkatan lama perawatan, pengeluaran
tambahan bagi rumah sakit dan dapat menurunkan citra rumah sakit.
Identifikasi masalah infeksi diperlukan untuk menganalisis manajemen risiko.
Pencapaian keselamatan pasien adalah menurunkan risiko HAIs. Menyusun penilaian
risiko kontrol infeksi di rumah sakit di nilai penting sebagai upaya untuk mencegah
potensi kejadian infeksi yang tidak diharapkan. Salah satu alat untuk mengelola risiko
infeksi HAIs di rumah sakit dengan menggunakan ICRA (Infection Control Risk
Assessment). ICRA merupakan salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) dari standar akreditasi rumah sakit.
4
BAB II
PEMBAHASAA
N
5
2.2 Tujuan ICRA
1. Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit dari
risiko infeksi.
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah sakit.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di seluruh
area rumah sakit (Subhan, 2011).
6
e. Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang sesuai tidak
dilakukan?
f. Berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut?
3. Kontrol risiko
a. Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi risiko atau mengurangi kemungkinan risiko yang ada menjadi
masalah.
b. Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah.
4. Monitoring risiko
a. Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan
umpan balik kepada staf dan manajer terkait.
7
menghindari risiko intervensi.
dengan ● Apakah ada prosedur alternatif
mem-pertimbangkan yang dapat mengeliminasi atau
beberapa nilai meminimalkan beberapa pajanan
potensial agen infeksi dari pasien
atau petugas.
2. Identifikasi Risiko Pendekatan ● Agen potensial yang terlibat
berdasarkan pola (sumber).
klinik dan durasi saat ● Cara transmisi (langsung/ tidak
terjadinya transmisi langsung).
HAI. ● Siapa yang berisiko infeksi
(pasien, petugas kesehatan atau
area perawatan pasien).
3. Analisis Risiko Melaksanakan ● mengapa hal ini terjadi (aspek
analisis identifikasi tugas/prosedur yang menyebarkan
risiko terkait infeksi).
penugasan ● Apakah sudah ada kontrol dan
tempat untuk meminimalkan risiko
(apakah prosedur atau protokol dan
tempat tersebut dapat
meminimalkan risiko transmisi).
● Bagaimana hal ini dapat terjadi
(kemungkinan transmisinya).
● Apa yang dapat menjadi
konsekuensi (Apakah berhubungan
dengan morbiditas atau mortalitas
dihubungkan dengan HAI dan lama
perawatan.
● Faktor apa yang dapat
meningkatkan atau menurunkan
risiko (ketersediaan alat yang
sesuai, tingkat pengalaman klinik,
dan riwayat penyakit pasien
sebelumnya.
4. Evaluasi Risiko Melakukan penilaian ● Apakah risiko rendah tidak
apakah tingkat risiko dianggap masalah? (Misalnya
dapat diterima dan pemeriksaan tekanan darah pada
faktor yang individu sehat dipertimbangkan
mempengaruhi memiliki risiko rendah transmisi
kondisi tersebut infeksi).
● Apakah perlu dilakukan analisis
kemungkinan risiko transmisi HAI
? (misalnya pasien diduga karier
MRSA memerlukan isioterapi
untuk total knee replacement:
terapi seharusnya di ruangan
8
dengan terapis menggunakan APD
atau penggunaan alat sesuai prinsip
pembersihan di ruangan.
● Apa yang dapat dilakukan untuk
menurunkan atau mengeliminasi
risiko ? (Apa yang harus dilakukan
untuk memotong rantai infeksi
dengan mengembangkan daftar
prioritas aksi).
● Dapatkah meminimalkan atau
mengurangi risiko (teknik aseptik
pembersihan luka atau
menggunakan sarung tangan dan
pakaian jika kontak dengan pasien
diduga MRSA).
● Bagaimana dapat diterapkan
dalam situasi tertentu (Beberapa
pertimbangan lingkungan klinik
seperti perawatan intensif vs rawat
jalan berpengaruh pada aksi
memutus rantai penularan).
5. Penatalaksanaan Setiap hasil analisis ● Menghindari risiko: alternatif
Risiko dan evaluasi mengurangi prosedur berisiko.
transmisi HAI ● Menurunkan risiko: melalui
dipertimbangkan tindakan pencegahan
bersama untuk terukur, sistem kontrol yang
keputusan, berjalan
pertimbangan dan terhadap kebijakan dan prosedur di
aksi dalam strategi rumah sakit, petunjuk
mengurangi risiko melaksanakan tugas dan
meminimalkan risiko.
● Transfer risiko: Manfaatkan
individu atau tim yang lebih baik
atau lebih berpengalaman
menangani hal tersebut.
● Mempertahankan risiko dan
mengelolanya: termasuk strategi
penggunaan APD dan alat-alat
teknik.
9
Strategi penanggulangan HAIs dapat dilakukan dengan memutus mata rantai
infeksi, identifikasi bakteri menggunakan HAIs, penggunaan antibiotik rasional,
optimalisasi surveilans HAIs, pelaksanaan pertemuan rutin berkala, pelaporan, kerjasama,
evaluasi, sosialisasi, monitoring dan pencegahan, penguatan SOP untuk jenis HAI.
10
BAB III
PENUTU
P
3.3 Kesimpulan
ICRA (Infection Control Risk Assessment) merupakan kelengkapan penting dalam
menyusun perencanaan, pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan upaya membuat
pertimbangan dari berbagai tahap dan tingkatan risiko infeksi, yakni VAP (Ventilator-
Associated Pneumonia), IADP (Infeksi Aliran Darah Primer), Cathether Urinary Tract
Infection (CAUTI), dan ILO (Infeksi Luka Operasi) di setiap area pelayanan. Aplikasi
ICRA tidak terbatas hanya dalam menghadapi kejadian risiko infeksi, namun membuat
alat pengendalian infeksi terukur berdasarkan aspek pencegahan dan penyebaran infeksi
yang didukung oleh kebijakan dan manajemen rumah sakit. Melalui ICRA tahap
pengendalian infeksi akan berjalan dinamik dan mencapai optimasi terbaik terutama
untuk mutu dan keselamatan pasien.
3.2 Saran
Saran bagi manajemen Rumah Sakit agar lebih memperhatikan proses pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi mikroorganisme melalui kontak langsung dan tidak
langsung, infeksi, lama perawatan, keterlambatan pulang, kecacatan, petugas kesehatan,
pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Lardo, S., Prasetyo, B., & Purwaamidjaja, D. B. (2016). Infection control risk assessment
(ICRA). Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 215-219.
12