Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

STUDI TATA LETAK

DOSEN PENGAMPU :
NOVIA ZULVA HANUM SKM, M.KM

DISUSUN OLEH KEL 5 :

SEVIA ETIKA AMBARSARI 2010070160008


RIZKI RAHMADANI 2010070160013
ELEN GUSYULIANTI 2010070160025
GHAZI PRATAMA HIMENDRA 2110070160008
RESTU AISYAH 2110070160013
DINI SAFITRI 2010070160020

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi pada mata kuliah Studi Kelayakan Proyek .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah
Studi Kelayakan Proyek. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini

Padang 19, September 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulis 4
BAB II PEMBAHASAAN 5
2.1 Pengertian ICRA 5
2.2 Tujuan ICRA 6
2.3 Komponen - Komponen ICRA 6
2.4 Langkah - Langkah ICRA 6
2.5 Identifikasi Risiko Infeksi dalam Setting Klinik 7
2.6 Ilustrasi Aplikasi ICRA di Rumah Sakit 9
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Infeksi Rumah Sakit (Health Care Associated Infection) sampai
saat ini meningkat, mulai dari yang sifatnya sederhana sampai dengan yang kompleks,
melibatkan berbagai faktor. Terjadinya infeksi di rumah sakit (nosokomial dan
komunitas) dan upaya untuk mengendalikan infeksi ditentukan oleh komitmen rumah
sakit dalam menjaga mutu, kontrol infeksi, dan keselamatan pasien. Setiap rumah sakit
dengan berbagai tingkatannya, memiliki masalah dan kendala berbeda; kendati demikian,
walaupun dengan fasilitas pelayanan minimal, rumah sakit wajib melaksanakan ketiga
konsep tersebut. Kompleksitas infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat diukur melalui
beberapa komponen dan parameter khusus seperti kebijakan pengendalian infeksi dan ada
tidaknya Standard Operational Procedure (SOP) yang mendukung kebijakan tersebut.
Komponen tersebut adalah elemen penilaian

Risiko infeksi terutama pada pasien rujukan dari rumah sakit lain. Pasien rujukan
umumnya datang dengan berbagai komorbiditas dan sudah mendapat berbagai antibiotik
yang memungkinkan terjadinya resistensi silang dan Multi-Drug Resistance (MDR).
Metode pendekatan multidisipliner menjadi acuan manajemen di rumah sakit dalam
mengidentifikasi faktor risiko (early warning), menilai karakteristik yang meningkatkan
risiko infeksi dan upaya menurunkan risiko infeksi.

HAIs (Hospital-Acquired Infections) dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau


disebut juga sebagai infeksi di rumah sakit yang merupakan komplikasi paling sering
terjadi di pelayanan kesehatan. Infeksi merupakan efek yang paling sering didapatkan
dari rumah sakit yang mempengaruhi sekitar 5 sampai 10% dari pasien rawat inap di
Negara maju, dan menjadi beban besar di negara-negara yang berlatarbelakang rendah
(Kadi dan Salati, 2012).
Dampak yang diakibatkan infeksi nosokomial (HAIs) sangat banyak diantaranya
dapat menimbulkan risiko terpapar infeksi yang tidak hanya dialami oleh pasien tetapi
juga untuk petugas kesehatan, keluarga, dan pengunjung (Darmadi, 2008). Menurut
Weston (2013) bahwa HAIs juga berdampak pada pasien dan keluarga akan kehilangan

3
pendapatan, bahaya, cacat atau kematian, peningkatan lama perawatan, pengeluaran
tambahan bagi rumah sakit dan dapat menurunkan citra rumah sakit.
Identifikasi masalah infeksi diperlukan untuk menganalisis manajemen risiko.
Pencapaian keselamatan pasien adalah menurunkan risiko HAIs. Menyusun penilaian
risiko kontrol infeksi di rumah sakit di nilai penting sebagai upaya untuk mencegah
potensi kejadian infeksi yang tidak diharapkan. Salah satu alat untuk mengelola risiko
infeksi HAIs di rumah sakit dengan menggunakan ICRA (Infection Control Risk
Assessment). ICRA merupakan salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) dari standar akreditasi rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ICRA?
2. Apa saja tujuan ICRA?
3. Apa yang dimaksud dengan komponen ICRA?
4. Langkah- Langkah ICRA?
5. Contoh Penerapan ICRA di Rumah Sakit?

1.3 Tujuan Penulis


1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan ICRA
2. Mendeskripsikan dimaksud dengan tujuan ICRA
3. Mendeskripsikan Tentang Komponen ICRA
4. Mendeskripsikan Langkah- Langkah ICRA
5. Mendeskripsikan Contoh penerapan ICRA di Rumah Sakit

4
BAB II
PEMBAHASAA
N

2.1 Pengertian ICRA


Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem pengontrolan
pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan probabilitas aplikasi
pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan;
mencakup penilaian beberapa aspek penting pengendalian infeksi seperti kepatuhan cuci
tangan, pencegahan penyebaran infeksi, manajemen kewaspadaan kontak, dan
pengelolaan resistensi antibiotik. ICRA adalah suatu proses berkesinambungan yang
memiliki fungsi preventif dalam peningkatan mutu pelayanan.
Menurut definisi APIC (Association for Professionals In Infection Control and
Epidemiology), ICRA merupakan suatu perencanaan proses dan bernilai penting dalam
menetapkan program dan pengembangan kontrol infeksi. Proses ini berdasarkan
kontinuitas surveilans pelaksanaan regulasi jika terdapat perubahan dan tantangan di
lapangan. ICRA merupakan bagian proses perencanaan pencegahan dan kontrol infeksi,
sarana untuk mengembangkan perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan,
menjaga fokus surveilans dan aktivitas program lainnya, serta melaksanakan program
pertemuan reguler dan upaya pendanaan. Tim yang dibentuk multidisiplin mencakup
personil pengendalian infeksi, staf medis, perawat, dan unsur pimpinan yang memiliki
prioritas dalam kebijakan, mendokumentasikan risiko dan implementasinya.
Kewaspadaan standar dirancang di rumah sakit sebagai langkah awal untuk tindakan
pencegahan infeksi nosokomial.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah
pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(Permenkes RI, 27 th 2017)

5
2.2 Tujuan ICRA
1. Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit dari
risiko infeksi.
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah sakit.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di seluruh
area rumah sakit (Subhan, 2011).

2.3 Komponen - Komponen ICRA


Adapun Komponen metode ICRA meliputi:
1. Standar prosedur operasional (SPO),
2. Monitoring kelayakan fasilitas seperti: alat medik, non medik, kelayakan bangunan,
kebersihan lingkungan, pengelolaan limbah,
3. Edukasi dan kepedulian staf.
4. Penilaian infeksi terhadap dampak renovasi di rumah sakit

2.4 Langkah - Langkah ICRA


Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk Assessment/ICRA) terdiri dari
4 (empat) langkah, yaitu:
1. Identifikasi risiko Proses, manajemen risiko bermula dari identifikasi risiko dan
melibatkan:
a. Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan
frekuensi munculnya risiko.
b. Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan pasien,
tenaga kesehatan dan pengunjung pada risiko.
c. Identifikasi agen infeksius yang terlibat, dan
d. Identifikasi cara transmisi.
2. Analisa risiko
a. Mengapa hal ini terjadi?
b. Berapa sering hal ini terjadi?
c. Siapa saja yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut?
d. Dimana kejadian tersebut terjadi?

6
e. Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang sesuai tidak
dilakukan?
f. Berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut?
3. Kontrol risiko
a. Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi risiko atau mengurangi kemungkinan risiko yang ada menjadi
masalah.
b. Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah.
4. Monitoring risiko
a. Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan
umpan balik kepada staf dan manajer terkait.

Dalam bentuk skema langkah - langkah ICRA digambarkan sebagai berikut:

2.5 Identifikasi Risiko Infeksi dalam Setting Klinik

No. Identifikasi Risiko Prosedur Uraian


1. Menghindari risiko Manajemen ● Apakah diperlukan perencanaan/

7
menghindari risiko intervensi.
dengan ● Apakah ada prosedur alternatif
mem-pertimbangkan yang dapat mengeliminasi atau
beberapa nilai meminimalkan beberapa pajanan
potensial agen infeksi dari pasien
atau petugas.
2. Identifikasi Risiko Pendekatan ● Agen potensial yang terlibat
berdasarkan pola (sumber).
klinik dan durasi saat ● Cara transmisi (langsung/ tidak
terjadinya transmisi langsung).
HAI. ● Siapa yang berisiko infeksi
(pasien, petugas kesehatan atau
area perawatan pasien).
3. Analisis Risiko Melaksanakan ● mengapa hal ini terjadi (aspek
analisis identifikasi tugas/prosedur yang menyebarkan
risiko terkait infeksi).
penugasan ● Apakah sudah ada kontrol dan
tempat untuk meminimalkan risiko
(apakah prosedur atau protokol dan
tempat tersebut dapat
meminimalkan risiko transmisi).
● Bagaimana hal ini dapat terjadi
(kemungkinan transmisinya).
● Apa yang dapat menjadi
konsekuensi (Apakah berhubungan
dengan morbiditas atau mortalitas
dihubungkan dengan HAI dan lama
perawatan.
● Faktor apa yang dapat
meningkatkan atau menurunkan
risiko (ketersediaan alat yang
sesuai, tingkat pengalaman klinik,
dan riwayat penyakit pasien
sebelumnya.
4. Evaluasi Risiko Melakukan penilaian ● Apakah risiko rendah tidak
apakah tingkat risiko dianggap masalah? (Misalnya
dapat diterima dan pemeriksaan tekanan darah pada
faktor yang individu sehat dipertimbangkan
mempengaruhi memiliki risiko rendah transmisi
kondisi tersebut infeksi).
● Apakah perlu dilakukan analisis
kemungkinan risiko transmisi HAI
? (misalnya pasien diduga karier
MRSA memerlukan isioterapi
untuk total knee replacement:
terapi seharusnya di ruangan

8
dengan terapis menggunakan APD
atau penggunaan alat sesuai prinsip
pembersihan di ruangan.
● Apa yang dapat dilakukan untuk
menurunkan atau mengeliminasi
risiko ? (Apa yang harus dilakukan
untuk memotong rantai infeksi
dengan mengembangkan daftar
prioritas aksi).
● Dapatkah meminimalkan atau
mengurangi risiko (teknik aseptik
pembersihan luka atau
menggunakan sarung tangan dan
pakaian jika kontak dengan pasien
diduga MRSA).
● Bagaimana dapat diterapkan
dalam situasi tertentu (Beberapa
pertimbangan lingkungan klinik
seperti perawatan intensif vs rawat
jalan berpengaruh pada aksi
memutus rantai penularan).
5. Penatalaksanaan Setiap hasil analisis ● Menghindari risiko: alternatif
Risiko dan evaluasi mengurangi prosedur berisiko.
transmisi HAI ● Menurunkan risiko: melalui
dipertimbangkan tindakan pencegahan
bersama untuk terukur, sistem kontrol yang
keputusan, berjalan
pertimbangan dan terhadap kebijakan dan prosedur di
aksi dalam strategi rumah sakit, petunjuk
mengurangi risiko melaksanakan tugas dan
meminimalkan risiko.
● Transfer risiko: Manfaatkan
individu atau tim yang lebih baik
atau lebih berpengalaman
menangani hal tersebut.
● Mempertahankan risiko dan
mengelolanya: termasuk strategi
penggunaan APD dan alat-alat
teknik.

2.6 Ilustrasi Aplikasi ICRA di Rumah Sakit


Aplikasi ICRA sebenarnya berdasarkan pelaporan lapangan periodik. Salah satu
yang akan diuraikan adalah implementasi ICRA terhadap kasus VAP (Ventilator
Associated Pneumonia) yang cukup tinggi di suatu rumah sakit, langkah tindak lanjut
kontrol infeksi terhadap VAP di rumah sakit tersebut.

9
Strategi penanggulangan HAIs dapat dilakukan dengan memutus mata rantai
infeksi, identifikasi bakteri menggunakan HAIs, penggunaan antibiotik rasional,
optimalisasi surveilans HAIs, pelaksanaan pertemuan rutin berkala, pelaporan, kerjasama,
evaluasi, sosialisasi, monitoring dan pencegahan, penguatan SOP untuk jenis HAI.

10
BAB III
PENUTU
P

3.3 Kesimpulan
ICRA (Infection Control Risk Assessment) merupakan kelengkapan penting dalam
menyusun perencanaan, pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan upaya membuat
pertimbangan dari berbagai tahap dan tingkatan risiko infeksi, yakni VAP (Ventilator-
Associated Pneumonia), IADP (Infeksi Aliran Darah Primer), Cathether Urinary Tract
Infection (CAUTI), dan ILO (Infeksi Luka Operasi) di setiap area pelayanan. Aplikasi
ICRA tidak terbatas hanya dalam menghadapi kejadian risiko infeksi, namun membuat
alat pengendalian infeksi terukur berdasarkan aspek pencegahan dan penyebaran infeksi
yang didukung oleh kebijakan dan manajemen rumah sakit. Melalui ICRA tahap
pengendalian infeksi akan berjalan dinamik dan mencapai optimasi terbaik terutama
untuk mutu dan keselamatan pasien.

3.2 Saran
Saran bagi manajemen Rumah Sakit agar lebih memperhatikan proses pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi mikroorganisme melalui kontak langsung dan tidak
langsung, infeksi, lama perawatan, keterlambatan pulang, kecacatan, petugas kesehatan,
pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lardo, S., Prasetyo, B., & Purwaamidjaja, D. B. (2016). Infection control risk assessment
(ICRA). Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 215-219.

12

Anda mungkin juga menyukai