Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 2
C. SASARAN 2
BAB 2 KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM 3
A. KEBIJAKAN 3
B. DASAR HUKUM 3
BAB 3 PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI 5
A. PENCEGAHAN INFEKSI 5
B. PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI 5
C. PENGAWASAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA 6
D. SURVEILANS 6
E. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 9
F. AUDIT 11
BAB 4 PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR
BIASA 14
BAB 5 PENUTUP 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji sukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan, akal pikiran untuk mencurahkan segala isi pikiran kami
dalam penyusunan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU
Muhammadiyah Babat
Tak lupa kami sampaikan rasa terima kasih kepada Direktur atas kepercayaannya
yang diberikan kepada kami dalam mengelola program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di RSU Muhammadiyah Babat.
Terima kasih kepada para rekan kerja yang telah bersedia meluangkan waktu
dalam penyusunan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU
Muhammadiyah Babat.
Kepada seluruh karyawan diharapkan agar selalu mengingat menerapkan dalam
melakukan kegiatan di rumah sakit.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSU Muhammadiyah Babat
ini merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan kegiatan PPI di rumah sakit,
tentunya dapat diperjelas makna dan isinya dalam Kebijakan, Standar Prosedur
Oprasional, Panduan dan Pedoman yang terkait dengan PPI.
Demikian harapan kami agar seluruh karyawan agar dapat melaksanakan hal yang
sudah tertulis dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU
Muhammadiyah Babat. Terima Kasih

Babat,
Ketua KPPI
RSU Muhammadiyah Babat

dr.

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan


pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau
Healthcare Associated Infections (HAIs) yaitu Infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya,
dimana tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi pada saat masuk,
termasuk infeksi didapat di Rumah Sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi
karena pekerjaan pada staf di Rumah Sakit. Angka HAIs terus meningkat
mencapai sekitar 9 % ( variasi 3 – 21 ) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di
DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit infeksi Prof. Dr.
Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka HAIs untuk IDO
( infeksi daerah operasi ) 18, 9 % , ISK ( infeksi saluran kemih ) 15,1 %, IADP
( infeksi aliran darah primer ) 26,4 % , pneumonia 24,5 % , dan infeksi saluran
nafas lain 15,5 % serta infeksi lain 32,1 % (Depkes, 2008).
RSU Muhammadiyah Babat sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pasien yang menerima pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan pengunjung serta
masyarakat di RSU Muhammadiyah Babat dihadapkan pada resiko terjadinya
Healthcare Associated Infections (HAIs). Oleh karena itu RSU Muhammadiyah
Babat dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang professional, bermutu sesuai
dengan standar yang sudah ditentukan.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di RSU Muhammadiyah Babat
perlu diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan/latihan,
pengawasan/monitoring dan evaluasi.

3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan mengidentifikasi dan
menurunkan risiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga
profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan
pengunjung.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman bagi Komite PPI RSU Muhammadiyah Babat dalam
melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Menurunkan risiko dan angka kejadian infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada pasien.
c. Menurunkan risiko dan angka kejadian infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada tenaga kesehatan.

C. SASARAN
Direktur, Manager, Seluruh anggota Komite dan Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RSU Muhammadiyah Babat dan seluruh karyawan rumah
sakit.

4
BAB 2
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM

A. KEBIJAKAN
1. Rumah sakit harus melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI);
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan pedoman manajerial
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan Pedoman PPI
lainnya yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
3. Direktur RSU Muhammadiyah Babat membentuk Komite pencegahan dan
pengendalian infeksi (KPPI) dan Tim pencegahan dan pengendalian infeksi
(TPPI) yang langsung berada dibawah koordinasi Direktur;
4. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan wewenang yang jelas
sesuai dengan pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit;
5. Untuk memperlancar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, RSU
Muhammadiyah Babat wajib memiliki IPCN ( Infection Prevention Control
Nurse ).

B. DASAR HUKUM
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 270/MENKES/SK/III/2007
Tentang Pedoman Managerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesahatan
Lainnya;
4. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 382/MENKES/SK/III/2007
Tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;
5. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

5
6. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 417/MENKES/PER/II/2011 Tentang
Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
7. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 428/MENKES/SK/XII/2012
Tentang Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di
Indonesia;
8. Surat Edaran Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medis Nomor
HK.03.01/III/3744/08 Tentang Pembentukan Komite PPI dan Tim PPI
Rumah Sakit.

6
BAB 3
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. PENCEGAHAN INFEKSI
Kegiatan pencegahan infeksi yang dilaksanakan di RSU Muhammadiyah
Babat dengan menerapkan Bundle of HAIs yang meliputi :
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Kemih melalui Kateter
Urin / Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI) / Infeksi
Saluran Kemih (ISK).
2. Pencegahan dan pengendalian Plebitis
3. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Luka Operasi (ILO).
4. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Ventilator Associated
Pneumonia (VAP).

B. PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI


Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi untuk memutus rantai infeksi. Kewaspadaan Isolasi terdiri
dari Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berdasar Transmisi.
Kewaspadaan Standar Meliputi :
1. Kebersihan Tangan.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
3. Penanganan Limbah.
4. Pengendalian Lingkungan.
5. Penanganan Peralatan Perawatan Pasien.
6. Penanganan Linen.
7. Perlindungan Kesehatan Karyawan.
8. Penempatan Pasien.
9. Penyuntikan Yang Aman.
10. Etika Batuk.
11. Praktek Lumbal Pungsi Yang Aman.
Kewaspadaan bedasar Transmisi meliputi :
1. Kewaspadaan terhadap transmisi infeksi melalui cara Aerosol.

7
2. Kewaspadaan terhadap transmisi infeksi melalui cara Droplet.
3. Kewaspadaan terhadap transmisi infeksi melalui cara Kontak.

C. PENGAWASAN DAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA


Sebaiknya diarahkan oleh komisi terapeutik / komisi antibiotika / Panitia
PPI agar antibiotika dapat dipakai secara tepat. Usaha yang dapat dilakukan
komisi / panitia tersebut antara lain :
1. Melakukan monitoring penggunaan antibiotika / obat misalnya dengan
melakukan drug utilization study;
2. Menyusun pedoman penggunaan antibiotika / obat baik untuk
profilaksis maupun terapi, khususnya untuk infeksi yang menjadi
masalah setempat;
3. Membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang
dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang
resisten terhadap obat yang lazim dipakai;
4. Pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obat lainnya seperti
kortikosteroid, imunosupresif dan sitostatika.

D. SURVEILANS
Surveilans merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistemik,
analisa dan interpretasi yang terus menerus dari data kesehatan yang penting
untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan didesemenasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Tujuan dari program surveilans, yaitu :


1. Menurunkan angka infeksi di rumah sakit;
2. Mendapatkan data dasar endemik;
3. Mengidentifikasi KLB;
4. Meyakinkan petugas medis dalam kaitannya penilaian efikasi tindakan
pencegahan dan teknik pelaksanaan asuhan keperawatan;
5. Mengevaluasi sistem pengendalian;

8
6. Mengantisipasi tuntutan malpraktek;
7. Memenuhi persyaratan administratif (akreditasi).
Tujuan akhir dari kegiatan surveilans adalah menurunkan risiko Healthcare
Associated Infection HAIs di suatu rumah sakit.
Metode yang digunakan dalam program surveilans ini, yaitu :
1. Surveilans komprehensif
Merupakan surveilans dengan tujuan melakukan pemantauan
menyeluruh kejadian HAIs pada semua pasien di suatu rumah sakit.
Dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.
2. Surveilans selektif (target surveilans)
Merupakan pemantauan jenis infeksi tertentu yang dilakukan
oleh masing-masing unit dan masing masing pasien yang berisiko atas
suatu tindakan medis tertentu.
Kegiatan surveilans terdiri atas:
1. Pengumpulan data
Jenis data minimal yang harus dikumpulkan, yaitu :
a. Nama pasien
b. Nomor register
c. Umur dan jenis kelamin
d. Ruangan dan tanggal masuk
e. Tanggal mulai adanya tanda-tanda infeksi
f. Hasil kultur dan tes kepekaan kuman atau pendukung diagnosis
HAIs baik berupa gejala dan tanda klinik maupumn hasil
pemeriksaan laboratorium lainnya.
g. Diagnosis primer
h. Tindakan diagnostic / terapetik yang invasive sebelum terjadi
infeksi
i. Terapi antibiotik, dosis, rute dan lamanya pemberian.

9
Cara pengumpulan data yang dilakukan :
a. Cara aktif
Merupakan cara yang dianjurkan, selain lebih lengkap,
Infention Prevention Control Nurse (IPCN) yang bertugas dapat
secara langsung memantau sendiri masalah yang dijumpai dan
dapat berkonsultasi dengan dokter yang merawat.
b. Cara pasif
Dapat dilakukan dengan cara memeriksa formulir khusus
untuk surveilance HAIs yang dibuat Infection Prevention
Control Link Nurse (IPCLN) ruangan, evaluasi catatan medis
pasien saat pulang.
2. Analisa data
a. Mengolah dan tabulasi data
Dimulai dengan menghitung jumlah infeksi menurut satu
variabel misalnya jumlah infeksi menurut tempat infeksi,
menurut unit, menurut bakteri penyebab menurut jenis infeksi
(CAUTI, ILO, Plebitis dan VAP), Kemudian menghitung
jumlah infeksi menurut dua variabel misalnya tempat infeksi
dalam tiap unit, bakteri penyebab dalam tiap unit, bakteri
penyebab dan tempat infeksi dan lain-lain.
b. Menghitung rate
Rate adalah angka yang menggambarkan peluang
(probabilitas) untuk terjadinya suatu kejadian infeksi tertentu,
dengan kata lain rate menggambarkan besarnya risiko pada
seseorang yang mempunyai risiko yang berkaitan. Dengan
melihat jumlah HAIs yang terjadi dapat diperoleh petunjuk
mengenai terjadinya masalah infeksi.
Jenis rate yang perlu diketahui :
a. Angka prevalensi
Adalah jumlah kasus aktif baik lama maupun baru
yang terdapat pada suatu populasi tertentu selam periode

10
waktu tertentu (periode prevalensi) atau pada suatu titik
tertentu (point prevalensi).
b. Angka insidensi
Yaitu jumlah kasus baru yang terjadi pada suatu
populasi tertentu selama jangka waktu tertentu.
c. Angka serangan
Merupakan suatu bentuk khusus angka insidensi dan
digunakan untuk menyatakan besarnya insidensi dalam
suatu kejadian luar biasa (KLB).
3. Analisis
Proses analisis mencakup membandingkan angka infeksi pada
saat ini untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna diantara
kelompok pasien. Jenis analisis lain adalah membandingkan rate pada
saat ini dengan rate pada masa lalu.
4. Pelaporan data
Pelaporan data dimaksudkan untuk member informasi serta
menunjukkan kepada personil yang bergerak dibidang pelayanan
medis dan administrasi rumah sakit akan adanya masalah HAIs yang
memerlukan tindakan intervensi. Informasi yang diperoleh disebarkan
secara teratur kepada pihak yang berwenang dalam rangka
menurunkan angka kejadian HAIs di rumah sakit.

E. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


Program pendidikan dan latihan adalah suatu program yang dikembangkan
di RSU Muhammadiyah Babat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan sumber daya manusia RSU Muhammadiyah Babat dalam
memberikan pelayanan pengandalian HAIs yang diberikan kepada semua petugas
PPI.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan kemampuan staff dalam menangani
Pengendalian HAIs.

11
b. Tujuan Khusus :
1. Agar staf mengerti prinsip-prinsip pengendalian HAIs.
2. Agar staf yang terkait dengan program pengendalian infeksi
mengerti tentang pencegahan HAIs.
3. Agar staf Pokja Pengendalian HAIs mengerti tentang pentingnya
pelaksanaan surveilans.
2. Metode
a. In-house training :
1. Metode on the job training;
2. Diseminasi protap.
b. Ex-house training :
1. Seminar / symposium;
2. Pelatihan.
3. Tempat
a. In-house training di RSU Muhammadiyah Babat
b. Ex-house training sesuai dengan informasi dari instalasi / Departemen
/ Rumah Sakit yang mengadakan.
4. Sasaran
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
d. Karyawan umum
5. Materi Pelatihan
a. In-house training :
1. Kebijakan dan sistem manajemen PPI.
2. Dasar-dasar HAIs.
3. Menganal penyakit-penyakit yang menyebabkan HAIs.
4. Cara-cara penanggulangan infeksi.
5. Ruang isolasi.
6. Dasar-dasar sterilisasi.
7. Pengelolaan linen, limbah dan sampah.
8. Surveilans.

12
9. Hal-hal yang berkaitan dengan program pengendalian infeksi.
10. Penggunaan antimikroba rasional.
11. Kewaspadaan isolasi.
12. Melakukan kebersihan tangan.
13. Bundle of HAIs.
b. Ex-house training :
1. Seminar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
2. Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
6. Waktu
a. Bila ada program pelatihan (ex-house training).
b. Jadwal menyesuaikan / tiap 3 bulan sekali (in-house training).
c. Orientasi karyawan baru.

F. AUDIT
Audit merupakan pemeriksaan atau pengecekan penerapan yang sesuai
standar berupa membandingkan dengan kebijakan yang ada yang sudah
distandarisasi. Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi penting untuk melihat
kepatuhan petugas kesehatan dalam pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi. Audit PPI bertujuan untuk meningkatkan mutu secara komprehensif dan
menyeluruh dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Audit perlu isu
yang sudah memiliki standard prosedur operasional dan identifikasi area yang
perlu ditingkatkan. Tidak berhenti hanya pengamatan dan berlanjut pada
intervensi (upaya perbaikan) dan evaluasi keberhasilan.
Kegiatan Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi meliputi:
1. Plan : perencanaan tindakan berdasarkan hasil asesmen risiko
tahunan.
2. Do : menerapkan rencana tindakan perbaikan atau perubahan sesuai
hasil asesmen risiko.
3. Study/Check : menilai bagaimana hasil pelaksanaan perbaikan atau
perubahan.
4. Action : menetapkan tindakan selanjutnya atas hasil penilaian
pelaksanaan perbaikan / perubahan.

13
Langkah-langkah dalam melakukan Audit Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi meliputi :
1. Menyusun Rencana:
a. Mengumpulkan anggota terpilih untuk bekerjasama dalam
penyusunan rencana kerja
b. Ketua Tim dapat berasal dari PPI, Mutu atau Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS) sesuai kesepakatan.
c. Menetapkan prioritas audit sesuai temuan masalah hasil
surveilans, Infection Control Risk Assessment (ICRA) atau
asesmen risiko.
d. Menetapkan kerangka waktu pelaksanaan.
e. Menunjukkan para auditor anggota Tim dan petugas di
lapangan.
f. Menjalin komunikasi aktif dengan Kepala / Ketua area
yang di audit.
2. Menetapkan Sasaran:
Sasaran perlu disepakati bersama atas dasar data nyata, hindari
pemborosan waktu, tenaga, biaya
Menetapkan sasaran dapat menggunakan metode seperti :
a. Root Cause Analysis (RCA) :
b. Flowcharts
c. Cause and Effect Diagrams (Ishikawa, Fishbone)
d. Pareto charts
e. Run charts
3. Membuat Daftar Titik:
Dapat dilakukan dengan membuat kuisoner atau berdasarkan
hasil temuan risiko atau hasil survailans.
4. Menetapkan Kerangka Waktu:
Membuat matrix kegiatan audit berdasarkan waktu.
5. Menunjuk Auditor:
a. Anggota Tim.
b. Petugas lapangan (Kepala Ruangan, Ketua Grup).

14
c. Menyamakan tatacara penilaian dan persepsi.
d. Bila perlu, melakukan pelatihan / simulasi audit terlebih
dahulu sebelum pelaksanaan sebenarnya.
6. Menentukan Tatacara Pelaksanaan:
a. Lakukan pada fokus area, tidak manfaat dilakukan secara
acak, gambaran menyeluruh tidak mewakili keadaan
sebenarnya.
b. Lakukan kuesioner awal secara anonim untuk pertajam
fokus audit.
7. Melaporkan Hasil Audit:
a. Hasil dilaporkan menurut prosentase yang seharusnya
(YA) dibanding seluruh jumlah item yang ditilik.
b. Hasil diumpan-balikkan ke unit / fokus area yang diaudit.
c. Laporan berbentuk diagram atau grafik agar pesan yang
ingin ditampilkan mudah dipahami.
d. Laporan disertai usulan tindakan terhadap masalah yang
belum sesuai standar (Action).

15
BAB 4
PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA

Tindakan yang dilakukan bila ditemui adanya Healthcare Associated Infection


(HAIs) yang terjadi pada seorang pasien :
1. Bila infeksi Contagious / menular
a. Terhadap penderita / pasien
Isolasi pasien.
1. Hilangkan sumber atau dugaan asal infeksi.
2. Berikan Pengobatan yang sesuai untuk pasien berdasarkan
kondisinya dan infeksinya.
3. Bila pasien bersama penderita lain (> 2 orang) dipindah ke
kamar isolasi.
4. Bila pasien dalam kamar 2 orang, maka yang sehat dipindahkan
dan kamar tersebut menjadi kamar isolasi.
5. Bila pasien sendirian, maka kamar berubah menjadi kamar
isolasi.
6. Diambil bahan dari lokasi sumber infeksi untuk biakan dan
antibiogram, secara berkala minimal 1 kali seminggu.
7. Semua linen yang dipakai dipisahkan dari linen pasien lain
dalam kantong plastik dengan tanda / label tertentu (kuning yang
diberi tanda).
8. Semua kotoran dari pasien, tinja / urin dikumpulkan dan
dibuang secara terpisah.
9. Semua alat bekas pakai yang tidak habis pakai dicuci,
didesinfeksi dan disterilkan secara terpisah.
b. Terhadap lingkungan
1. Kamar diperlakukan seperti isolasi pasien dan kamar tersebut
diberi tanda tertentu agar mudah diketahui sebagai kamar
isolasi.
2. Ditentukan perawat yang boleh masuk, demikian pula dokter
dan petugas lainnya.

16
3. Pengunjung hanya diperbolahkan masuk, bagi yang memang
sangat perlu saja.
4. Semua yang masuk harus memakai masker jika penularan
diduga melewati percikan (droplet).
5. Semua orang yang masuk (medis / non medis) harus melakukan
kebersihan tangan dengan air mengalir atau cairan berbasis
alkohol sebelum dan sesudah memasuki ruangan.
6. Semua yang masuk menggunakan Alat Pelindung Diri
Seperlunya, menyesuaikan dengan tindakan yang dilakukan.
2. Bila infeksi Non Contagious / tidak menular
a. Terhadap penderita / pasien
1. Hilangkan sumber atau dugaan asal infeksi.
2. Berikan Pengobatan yang sesuai untuk pasien berdasarkan
kondisinya dan infeksinya.
3. Ambil bahan dari lokasi sumber infeksi untuk biakan
antibiogram, secara berkala minimal 1 kali seminggu.
b. Terhadap lingkungan
1. Tempat tidur pasien diberi tanda khusus untuk menunjukkan
adanya HAIs.
2. Kamar / ruangan diberi tanda khusus.
3. Semua yang masuk ruangan / kamar tersebut Memakai Alat
Pelindung Diri seperlunya sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan.
4. Semua orang yang masuk (medis / non medis) harus melakukan
kebersihan tangan dengan air mengalir atau cairan berbasis
alkohol sebelum dan sesudah memasuki ruangan.
Tindakan yang dilakukan apabila ada Kejadian Luar Biasa sama seperti pada
infeksi perorangan atau lebih (dengan catatan kamar isolasi dapat berjumlah lebih dari
satu kamar), kemudian, mencari sumber infeksi dengan upaya pemeriksaan
mikrobiologik dan panitia mengusulkan kepada direktur, apabila diperlukan untuk
menutup ruangan yang dianggap tercemar oleh infeksi. Tindakan yang dilakukan pada
waktu isolasi, yaitu :

17
1. Setiap pengunjung diharuskan melaporkan kepada perawat jaga untuk
mendapatkan penjelasan mengenai isolasi yang berlaku untuk penderita.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengunjung atau petugas yang
merawat penderita adalah :
1. Cuci tangan harus dikerjakan sebelum dan sesudah masuk ruang
isolasi, menyentuh bagian tubuh penderita atau menyentuh pakaian /
alat yang ada di ruang isolasi, cuci tangan minimal harus
menggunakan sabun atau antiseptik dan dengan air bersih yang
mengalir.
2. Sarung tangan khusus hanya dipakai bagi mereka yang kontak
langsung dengan penderita atau bahan yang menular (bahan
pemeriksaan laboratorium, pakaian / sprei bekas pakai yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien).
3. Masker tidak diperlukan kecuali apabila penderita mengidap penyakit
yang ditularkan lewat udara (droplet), misalnya difteri.
4. Jas khusus hanya dipakai mereka yang kontak langsung dengan
pederita atau bahan yang menular.
3. Bagi petugas yang merawat penderita penyakit menular atau bertugas di
ruang isolasi sebaiknya kebal atau sudah mendapatkan vaksinasi beberapa
penyakit menular tertentu, misalnya variola, difteri, dan lain-lain.

18
BAB 5
PENUTUP

Demikian Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSU


Muhammadiyah Babat agar dapat digunakan sebaik-baiknya guna meningkatkan mutu
pelayanan di RSU Muhammadiyah Babat.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious
Disease, 2008.
2. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Tahun 2008.
3. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, First Global Patien Safety
Challenge Clean Care is Safer Care, 2009

20

Anda mungkin juga menyukai