BAB 1
PENDAHULUAN
1
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
1.2.2.3. Menurunkan angka kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP ) & Hospital
Acquired Pneumonia (HAP)./ Reduce the occurence of VAP and HAP
1.2.2.4. Menurunkan angka kejadian Blood Stream Infection (BSI)./ Reduce the
occurence of BSI
1.2.2.5. Mencegah terjadinya KLB ( Kejadian Luar Biasa ) infeksi nosokomial. To
prevent the occurence of nosocomial Infection epidemic.
1.2.2.6. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI/ To monitor and
evaluate infection prevention and control program
1.2.2.7. Memberi informasi kepada petugas tentang :/ to inform the health officer
regarding:
PPI penyakit menular/ Infection and prevention control of infectious disease
Fakta penyakit menular yang perlu diketahui/ facts of communicable disease
Perawatan pasien dalam isolasi/ patient care in isolation room
Menjaga kebersihan tangan (hand hygiene).
Penggunaan alat pelindung diri (APD)/ use of PPE (Personel Protective
Equipment)
Mempersiapkan petugas dalam menghadapi pandemi flu atau penyakit
menular lain yang akan muncul (New Emerging Disease)./ train the health
worker in facing pandemic of influenza or other communicable emerging
diseases.
2
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
1.3.10. Pedoman Manajerial PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
DEPKES RI tahun 2007.
1.3.11. Pedoman PPI di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya, DEPKES RI tahun 2007
1.3.12. Guidelines for the Managements of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-
associated, and Healthcare-associated Pneumonia, American Thoracic Society &
Infectious Disease Society of America & IDSA Guidelines, October 2004, in Am J
Respir Crit Care Med vol 171 p.388-416, 2005.
1.3.13. Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter Related Infections .CDC
Morbidity Weekly Report ( MMWR ), August 9, 2002 / vol.51 / No.RR 10.
1.3.14. Protocolsand Definitions Device Associated Module, Catheter Associated Urinary
Tract Infection, CDC, NHSN (National Healthcare Safety Network), Mary Andrus,
BA,RN,CIC.
1.3.15. Guidelines for the Prevention of Surgical Site Infection, 1999, Hospital Program
National Center for Infection Diseases Center for Diseases Control Prevention Public
Healthcare. US Departement of Health and Human Services.
1.3.16. Guidelines for Classification and Design of Isolation Rooms in health care facilities.
Victorian Advisory Committee on Infection, 2007.
1.3.17. WHO Guidelines on Hand Hygiene in health care, 2009.
3
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
1.6.1. Planning
1.6.1.1. Menyusun Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di SBIH
Identifikasi resiko/ Formulate Infection Prevention and Control Plan
1.6.1.2. Melakukan pengorganisasian aktivitas PPI/ organized PCI (Prevention and
Control of Infection) activities
1.6.1.3. Menyusun berbagai kebijakan dan prosedur (SOP) sehubungan dengan
aktivitas PPI./Formulates policies and procedures related to PCI activities.
1.6.1.4. Melakukan koordinasi dengan / Coordinate with:
Keperawatan - pelaksanaan pencatatan data yang diperlukan
- berbagai SOP terkait dengan infection control
Nursing : montoring data
All kind of procedures related to PCI
Laundry - manajemen linen/ linen management
Sanitasi/ sanitation - manajemen limbah infeksius/ infectious waste
management
Kamar jenazah/ mortuary - pemulasaran jenazah
4
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
1.6.2. Action
1.6.2.1. Mengumpulkan data (Surveillance) mengenai / collect surveillance data:
Angka BSI
Angka HAP/VAP
Angka CAUTI
Angka SSI
1.6.2.2. Tanggap KLB/ respond to epidemic
1.6.2.3. Penerapan Kebijakan Isolasi/ implementation of isolation policies
1.6.2.4. Penerapan Kebijakan PPI/ implementation of PCI policies
1.6.3. Monitoring
1.6.3.1. Memantau pelaksanaan program PPI/ monitoring of implementation PCI
program
1.6.3.2. Memantau pengelolaan linen/ monitoring of linen management
1.6.3.3. Memantau pengelolaan limbah/ monitoring of waste management
1.6.3.4. Memantau pengelolaan sterilisasi ( pra sterilisasi, proses sterilisasi dan pasca
sterilisasi)./ monitoring of sterilization management
1.6.3.5. Memantau pola kuman./ monitoring of microbiologic patern
1.6.3.6. Memantau pengelolaan makanan / minuman./ food and drink management
1.6.3.7. Memantau pengelolaan sanitasi lingkungan (khususnya ruangan yang
terindikasi terinfeksi)./ environmental sanitation (particularly room that
contaminated)
1.6.3.8. Memantau penerapan Kebijakan Isolasi ( kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi penularan)/ implementation of isolation
policy (standard and transmission based precaution)
1.6.4. Analisis
1.6.4.1. Analisa data surveillans/ surveillance data
5
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
6
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 2
PENGORGANISASIAN/ ORGANIZATION
Advisor Director
Chief of KPPI
Deputy KPPI
Secretary
Anggota
7
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
2.3.2. Ketua / Wakil Ketua KPPI / Chief and Deputy Chief of KPPI
2.3.2.1. Tugas
1. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
2. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola kepekaan
bakteri terhadap antibiotika.
4. Bekerjasama dengan perawat PPI, dalam memonitor kegiatan surveilans
infeksi dan mendeteksi serta menyelidiki KLB.
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubung-
an dengan prosedur terapi.
6. Membuat perencanaan / program PPI.
7. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan KPPI serta memberikan saran
dan pertimbangan kepada pimpinan rumah sakit (direktur) mengenai
masalah PPI di lingkungan rumah sakit
8. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI di rumah sakit.
9. Mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil pelaksanaan program PPI
di rumah sakit kepada direktur.
2.3.2.2. Wewenang
1. Memberi rekomendasi kepada manajemen tentang :
Tindakan yang harus dilakukan.
Konstruksi bangunan agar memperhatikan prinsip PPI .
8
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Kegiatan sterilisasi.
Pengelolaan linen.
Kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan rumah sakit
Pengadaan bahan dan alat yang berhubungan dengan pengendalian
infeksi
2. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip prinsip pencegahan infeksi.
2.3.2.3. Kualifikasi
1. Dokter, mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman,
mendalami masalah infeksi, mikrobiologi, epidemiologi klinik
2. Pernah mengikuti Pelatihan Dasar PPI atau sejenisnya.
3. Memiliki kemampuan leadership.
9
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
2.3.5. IPCN
2.3.5.1. Tugas
1. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di lingkungan kerja.
2. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SOP, kewaspadaan Isolasi.
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada KPPI.
4. Bersama KPPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI.
5. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama KPPI
10
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
8. Audit PPI termasuk terhadap limbah, laundry, gizi, dan lain-lain dengan
menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans
infeksi.
12. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke KPPI.
13. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
15. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI.
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung, dan
keluarga, tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat dan
infeksi dengan insidens tinggi.
2.3.5.2. Wewenang
1. Sebagai koordinator antara Departemen / Unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
2. Memberi penyuluhan kepada petugas, pasien, keluarga pasien, pengunjung
tentang program PPI.
3. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip PPI.
2.3.5.3. Kualifikasi
1. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi IPCN..
2. Memiliki komitmen dibidang PPI.
3. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruangan.
4. Memiliki kemampuan leadership, inovatif, dan convident.
5. Bekerja purna waktu.
11
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit
8. Audit PPI termasuk terhadap limbah, laundry, gizi, dan lain-lain dengan
menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans
infeksi.
12. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI
13. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
14. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI.
15. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung, dan
keluarga pasien tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat dan infeksi dengan insidens tinggi.
16. Bersama IPCN menjadi koordinator antara Departemen / Unit dalam
mendeteksi, mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
2.3.6.2. Wewenang
1. Sebagai koordinator antara Departemen / Unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit, bersama IPCN.
2. Memberi penyuluhan kepada petugas, pasien, keluarga pasien ,pengunjung
tentang program PPI.
3. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan infeksi.
2.3.6.3. Kualifikasi
1. Dokter umum / ahli yang mempunyai minat di PPI
2. Memiliki komitmen dibidang PPI.
3. Memiliki kemampuan leadership, inovatif, dan confident.
4. Memiliki Certifikasi Pelatihan dasar PPI /lanjutan PPI /sejenisnya
12
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
13
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 3
SURVEILLANS & IDENTIFIKASI RESIKO
/ SURVEILLANCE AND RISK IDENTIFICATION
3.3. METODE
3.3.1. Target Surveillance
Adalah surveilans yang dilakukan pada unit tertentu, tidak meliputi seluruh unit.
Surveillance perform in certain units, not cover all units.
3.3.2. Point Surveillance.
Adalah surveilans yang dilakukan secara rutin dengan selang waktu tertentu.
Surveillane perform routinely in certain interval periodeof time.
3.3.3. Outbreak threshold.
Survei dilakukan ketika terjadi / survey is performed when:
1. Out break
14
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
15
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
16
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
17
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
18
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Renovation and construction activities potentially disrupt air quality and other
infection control activities. Therefore every renovation and construction activities
should be completed with analysis and anticipation of its effect to infection control
activities. Renovation and cosntruction activities in SBIH is stipulated in the policy of
renovtion and construction.
BAB 4
URINARY TRACT INFECTION (UTI)
19
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Harus memenuhi paling sedikit 1 tanda / gejala di bawah ini tanpa ditemukan penyebab lain
At least found 1 below sign/ symptoms without other causes :
a. Biakan urin porsi tengah (midstream) > 105 cfu/mL dengan kuman tidak lebih dari
jenis.
Midstream culture of urine ) > 105 cfu/mL and not more than 2 microorganism
b. Tidak terdapat gejala gejala di bawah / without any beow sign/ symptoms :
Demam ( temp > 38 o C )
Urgensi
Frekuensi
Dysuria
Nyeri supra pubic
20
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
21
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
22
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 5
SURGICAL SITE INFECTION ( SSI )
5.1. DEFINISI
Surgical Site Infection (SSI) merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi
akibat suatu tindakan pembedahan.
Diklasifikasikan menjadi :
Infeksi insisional superfisial.
Infeksi insisional dalam.
Infeksi organ / rongga.
23
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
24
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
25
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
2. Lama operasi :
Operasi dilakukan secepat-cepatnya dalam batas yang aman.
3. Pemakaian drain :
Pemakaian drain harus dengan sistem tertutup, baik dengan cara penghisapan atau
dengan cara memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan drain harus melalui luka
tusukan diluar luka operasi.
5.3.4. Perawatan pasca bedah :
1. Untuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer.
2. Petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan standar , sebelum dan
sesudah merawat luka. Petugas tidak boleh menyentuh luka secara langsung
dengan tangan kecuali petugas memakai sarung tangan steril.
3. Kasa pembalut luka diganti apabila :
Basah
Menunjukan tanda-tanda infeksi
4. Jika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan Gram dengan biakan.
26
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
12. Biakan udara, dinding, lantai di kamar operasi, secara rutin dilakukan 1 x setahun
atau bila diperlukan.
BAB 6
HOSPITAL ACQUIRED PNEUMONIA (HAP) / VENTILATOR ASSOCIATED
PNEUMONIA (VAP)
6.1. DEFINISI :
HAP didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi setelah 48 jam atau lebih setelah pasien
masuk rumah sakit, yang tidak berinkubasi pada saat masuk rumah sakit.
VAP didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial yang terjadi pada pasien setelah 48 jam
pemasangan ventilasi mekanik melalui trachea atau tracheostomy tube.
27
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
6.2.2. Strategi pencegahan pneumonia pada pemasangan ventilasi mekanik adalah hal-hal
berikut ini :
1. Untuk meminimalkan infeksi silang lakukan hal-hal berikut :
Ventilasi mekanik harus digunakan hanya kalau diperlukan dan hanya selama
diperlukan.
Gunakan sarung tangan steril pada saat mengisap lendir pasien dengan
ventilator.
Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan serta sebelum
dan sesudah menyentuh pasien.
Jangan menyentuh barang lain dalam kamar atau pasien setelah melakukan
pengisapan dan sewaktu masih memakai sarung tangan.
Cegah cairan yang mengental dalam pipa ventilator supaya tidak mengalir ke
pasien karena mengandung sejumlah besar mikroorganisme.(setiap cairan
dalam pipa harus dikeluarkan dan dibuang, serta jaga jangan sampai cairan
mengalir ke pasien).
Gunakan hanya bola nebulizer yang kecil karena nebulizer menghasilkan
aerosol yang dapat menembus jauh kedalam paru (nebulizer volume besar yang
terkontaminasi jangan dipakai sebab ada hubungannya dengan pneumonia
gram negatif). Untuk mencegah bola nebulizer volume kecil menjadi
terkontaminasi, harus dibersihkan dan dikeringkan diantara pemakaian,
diproses ulang setiap hari (dekontaminasi, dibersihkan, dan di DTT dengan uap
panas) dan gunakan hanya cairan steril.
Humidifier dapat menjadi sumber kontaminasi silang, sehingga harus dicuci
dan didisinfeksi antara penggunaan dari pasien ke pasien lain.
Sikuit pernapasan harus di dekontaminasi, dibersihkan, dan disinfeksi tingkat
tinggi dengan penguapan panas atau direndam dalam disinfektans kimia tingkat
tinggi.
Alat resusitasi seperti Ambubags, sulit untuk didekontaminasi, dibersihkan dan
didisinfeksi tingkat tinggi. Untuk mencegah hal ini, segera memproses ulang
atau mengganti setelah pemakaian.
Cegah reflux gaster pada pemakaian pipa makanan, dengan cara memberi
makanan sedikit demi sedikit tapi sering, dan meninggikan kepala tempat tidur,
30 derajat.
28
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 7
BLOOD STREAM INFECTION ( BSI ) /
INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)
Catheter Related Blood Stream Infection (CRBSI) adalah bakteriemia / fungemia pada pasien
dengan kateter intravaskuler dengan paling sedikit satu kultur darah positif yang diambil dari
vena perifer, adanya manifestasi klinik infeksi (yaitu demam, menggigil dan atau hipotensi) dan
tidak ada sumber infeksi BSI lain kecuali kateter.
Kateter yang dimaksud adalah kateter vena sentral (CVC Central Venous Catheter) sebagai
penyebab mayoritas komplikasi BSI di ICU.
BSI dikatakan berhubungan dengan kateter vena sentral bila kateter tersebut telah dipakai
selama 48 jam sebelum perkembangan BSI.
Kriteria Diagnosa BSI :
Harus memenuhi salah satu dari 3 kriteria berikut :
1. Kriteria 1.
Pasien mengalami infeksi kuman patogen yang berasal dari satu atau lebih biakan darah dan
kuman patogen tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
2. Kriteria 2.
Pasien mengalami minimal salah satu gejala dan tanda berikut : demam (>38 oC), menggigil
atau hipotensi; dan salah satu dari berikut :
a. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari 2 atau
lebih biakan darah yang diambil dalam waktu terpisah.
b. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari
minimal satu biakan darah pada pasien dengan kateter vena sentral, dan dokter telah
memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai.
c. Test antigen darah positif (contoh untuk Hemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitides, or group B Streptococcus) dan test yang positif
tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
3. Kriteria 3.
Pasien berumur < 1 tahun dengan minimal satu gejala / tanda berikut : demam (>38 oC),
hipotermi (<37oC), apneu, bradikardi dan minimal salah satu dari berikut :
a. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari 2 atau
lebih biakan darah yang diambil dalam waktu terpisah.
b. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari
29
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
minimal satu biakan darah pada pasien dengan kateter vena sentral, dan dokter telah
memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai.
c. Test antigen darah positif (contoh untuk Hemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitides, or group B Streptococcus) dan test yang positif
tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
30
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
31
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 8
KEWASPADAAN ISOLASI / ISOLATION PRECAUTION
32
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
8.1.1.2. Hygiene respirasi / etika batuk dan atau bersin/ Respiratory Hygiene
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
Cover mouth and nose during cough and sneeze
33
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
34
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Misalnya gaun dan duk telah terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya
bila dalam keadaan kering, sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi
sebagai spons yang menarik bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan
kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai
konsekuensinya, semua petugas kesehatan harus mengetahui dengan baik
tentang kegunaan, keterbatasan, serta peran APD dalam mencegah penyakit
infeksi, sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
For example dress and products have been proven to prevent infection in
wounds only when dry condition, while in wet conditions, the fabric acts as
a sponge that attract bacteria from skin or equipment through the fabric so it
can contaminate surgical wounds. As cosequences, all health workers
should know about the usefulness, limitations, and the role of APD in
preventing infectious diseases, which can be used effectively and efficiently
Jenis alat pelindung diri dapat dilihat dalam Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, sementara standar penggunaan APD dalam
pencegahan infeksi dapat dilihat dalam lampiran 2.
Types of personal protective equipment can be seen in the Guidelines for
Occupational Safety and Health, while the standard use of APD in the
prevention of infection can be seen in appendix 2.
35
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
36
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
DEFINISI/ Definition
DEKONTAMINASI/ DECONTAMINATION :
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani sebelum
dibersihkan (menginaktivasi virus atau mikroba lainnya) dan mengurangi
jumlah tetapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang
mengontaminasi.
The process that makes equipments more secure before cleaning
(inactivate viruses or other microbes) and reducing the number, but does
not eliminate the amount of contaminating microorganisms.
37
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
38
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
39
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
40
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
41
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
TATALAKSANA/ MANAGEMENT :
1) Penempatan pasien/ patient placement :
Tempatkan pasien pada ruang tersendiri dengan kamar mandi di
dalam
Place the patient in single room with bathroom inside
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara
kohort (bersama pasien lain dengan infeksi aktif organisme yang
sama, tetapi tidak ada infeksi lain)
B. If single room is not available, place the patient in cohort (with other
patient who has same microorganism and no other infection)
42
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
43
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
44
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
TATALAKSANA/ Mnagement :
1. Tempatkan pasien pada ruang tersendiri bila mungkin.
Place patient in single room if possible
2. Lakukan precaution perlindungan secara ketat untuk semua kontak
dengan pasien atau dengan lingkungan dekatnya.
Contct protection with ptient or sorrounding environment
3. Keharusan cuci tangan diberlakukan secara ketat setelah melepas sarung
tangan dan semua pakaian pelindung.
Always wash hand after remove glove or protective cloth
4. Pakailah sarung tangan untuk semua kontak dengan pasien, peralatan
pasien, sekitar tempat tidur dan lingkungan dekat pasien.
Use glove for every contact with ptient, equipment, and patient
environment
5. Gantilah sarung tangan sebelum menangani peralatan dan setiap kali
kotor.
Change the gloves before handling equipment and whenever dirty
6. Pakailah jubah disposable untuk kontak langsung dengan pasien,
peralatan yang berpotensial terkontaminasi dengan permukaan kamar.
Bukalah jubah sebelum meninggalkan kamar
Use disposable cloth for direct contact with patient, equipment and
surfce of room potentially contaminated by patient.
7. Pakailah masker dan kaca mata pengaman waktu melakukan prosedur
yang mengeluarkan aerosol misalnya suction, bronkoskopi, induksi
sputum, terapi aerosol dan lain-lainnya. Masker harus dibuka waktu
keluar dari ruangan.
Use mask nd google during procedure with aerosol producing, such as
suction, bonchoscopy, sputum induction, aerosol etc. Mask is removed
whenever left the room.
8. Sediakan perlengkapan satu set untuk masing-masing pasien dan
perlengkapan tidak boleh dipakai bersama (kecuali kalau didisinfeksi
secara baik), seperti termometer, stetoskop, kursi roda, stretcher dan
lainnya. Setelah pasien pulang, semua peralatan harus didisinfeksi.
Provide a set of equipment for each patient and equipment must not be
used together (unless properly disinfected), such as thermometers,
stethoscopes, wheel chairs, stretcher and others. After the patient's
home, all equipment must be disinfected.
9. Petugas kebersihan ditugaskan untuk membersihkan semua permukaan
ruangan seperti palang tempat tidur, meja overbed, lantai dan semua alat
lain yang kontak langsung dengan pasien, dengan germicide. Kain lap
yang digunakan untuk satu pasien tidak boleh digunakan untuk pasien
lain. Kain tersebut harus dicuci sebelum dipakai kembali atau dibuang.
Janitor is assigned to clean up all the room surfaces such as cross beds,
overbed tables, floors and all the other tools in direct contact with
patients, with a germicide. Cloths used for one patient may not be used
45
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
for other patients. The cloth should be washed before being used again or
disposed of.
46
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
All officers on duty / entering the isolation room should use PPE and perform procedures
in accordance with the indication of patients treated in the isolation room
BAB 9
DETEKSI DAN PENANGGULANGAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA
Wabah atau KLB adalah suatu kenaikan luar biasa yang secara statistik bermakna dari insidens
suatu penyakit tertentu. Batasan ini tidak begitu saja, namun untuk mengamati adanya
perubahan incidence rate dari waktu ke waktu guna mendeteksi lonjakan insidens diluar
kebiasaan yang secara statistik bermakna, harus dengan mengumpulkan data secara terus
menerus.
47
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
48
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 10
KASUS KHUSUS / EMERGING DISEASES
RUANG PERAWATAN
Secara umum ODHA ( orang dengan HIV / AIDS ) yang dirawat di rumah sakit tidak perlu
diisolasi / ruangan khusus. Isolasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu misalnya diare
berat, atau keadaan lain yang menyebabkan perlunya isolasi demi kebaikan pasien dan rumah
sakit. ODHA dirawat dalam kamar dengan tata ruang seperti pasien penyakit infeksi lain.
PERALATAN
Linen, alat makan, alat kedokteran, dipersiapkan seperti pasien infeksi lainnya. Alat-alat
pelindung seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, topi, dan sepatu khusus dipersiapkan
dan digunakan sesuai kebutuhan.
TENAGA
Tenaga kesehatan untuk merawat ODHA tidak pelu dipilih khusus, namun perlu mendapat
pelatihan agar mampu menerapkan kewaspadaan baku dengan baik dan memahami tentang
infeksi HIV / AIDS.
49
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
PEMBERSIHAN
Linen yang tercemar dengan darah atau cairan tubuh lainnya, perlu dipisahkan dengan linen
lainnya, lalu didekontaminasi sebelum dilakukan pencucian.
Alat makan : pencucian alat makan dilakukan seperti biasa yaitu dicuci dengan deterjen dan
air mengalir.
Pembersihan ruang rawat pasien dilakukan seperti membersihkan ruang rawat lainnya yaitu
dengan menggunakan disinfektans.
Pada intinya menurunkan risiko penularan ditempat kerja dapat dilakukan dengan cara :
Memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan baku, pada semua pasiem tanpa
memandang status infeksinya.
Menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lainnya yang tidak perlu.
Mengupayakan ketersediaan sarana agar dapat selalu menerapkan pengendalian infeksi
secara standar, meskipun dalam keterbatasan sumber daya.
Mematuhi kebijakan dan pedoman yang sesuai tentang penggunaan bahan dan alat secara
baik dan benar, pedoman pendidikan dan pelatihan serta supervisi.
Menilai dan menekan risiko melalui pengawasan yang teratur.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman meliputi antara lain :
Pendidikan para petugas tentang risiko kerja, cara pencegahan HIV, tatacara pelaporan
pajanan.
Penyediaan APD yang memadai.
Penyediaan wadah tahan tusukan.
Menjamin bahwa kewaspadaan baku diterapkan dengan baik, terpantau dan dievaluasi.
Memberikan konseling pasca pajanan, pengobatan, tindak lanjut dan perawatan.
Menerapkan kewaspadaan baku secara konsisten.
10.2. HEPATITIS B
Etiologi :
Virus Hepatitis B (HBV), Virus DNA hepatotropik dari Famili Hepadnaviridae. Inti HBV
mengandung protein polimerase dengan aktivitas reverse transcriptase, HBcAg, dan HBeAg.
Selubung lipoprotein mengandung HBsAg.
50
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
TRANSMISI :
Terutama melalui darah.
Hubungan seksual.
Penetrasi jaringan atau mukosa.
Transmisi maternal-neonatal.
Tidak ada bukti penyebaran fekal-oral.
PENCEGAHAN :
Vaksin Hepatitis B.
Setia pada satu pasangan.
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBV (+) diberikan HBIG.
Hati-hati menggunakan peralatan yang mungkin terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
VAKSIN :
Imunoprofilaksis sebelum paparan : vaksin Hepatitis B.
Imunoprofilaksis pasca paparan : vaksin Hepatitis B dan HBIG.
10.3. HEPATITIS C
Etiologi :
Virus Hepatitis C (HCV) dari famili Flaviviridae, memiliki selubung glikoprotein, RNA rantai
tunggal. Terdiri dari 6 genotipe dan beberapa subtipe.
TRANSMISI :
Transmisi darah.
Transmisi seksual.
Transmisi maternal-neonatal.
Tidak terdapat bukti transmisi fekal-oral.
PENCEGAHAN :
Setia pada 1 pasangan.
Hati-hati menggunakan peralatan yang mungkin terkontaminasi darah.
Tidak ada vaksin yang tersedia untuk Hepatitis C.
51
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
3. Individu yang terpapar (IP) adalah orang yang terpapar cairan tubuh.
4. Individu sumber (IS) adalah orang yang darahnya atau cairan tubuhnya
mengenai IP.
B. BAGI PETUGAS K3
1. Bila kejadian merupakan paparan kemungkinan parenteral, parenteral pasti atau
parenteral masif, lakukan :
Pastikan bahwa bagian yang terpapar telah dicuci bersih.
Lakukan pengambilan spesimen darah dari OP sesegera mungkin (sesuai
kebijakan).
Selidiki sampel darah dari IS sesegera mungkin (jika IS diketahui).
Dalam pengambilan sampel darah IS maupun IP perlu dilakukan konseling.
2. Pastikan menghubungi dokter dengan keahlian di bidang pencegahan infeksi.
3. Pastikan segala formulir telah dilengkapi.
52
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
53
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Jika IP tidak pernah kena Hepatitis B, tidak imun (anti-HBs negatif atau kurang
dari 10 IU/L), maka diberikan HBIG dalam 48 jam, jika IS positif, atau tidak
diketahui.
Kemudian IP juga mendapat vaksinasi Hepatitis B.
Bila IP sudah imun, berikan penanganan sesuai titer antibodi. Jika vaksinasi
sudah lebih dari 5 tahun, cek kadar Anti-HBs. Bila kadar Anti-HBs < 10 IU/L
maka dilakukan booster 3 x, sedangkan kalau kadar Anti-HBs 10 100 IU/L di-
kukan booster 1x.
V. IS positif anti-HCV
Pencucian yang benar.
Konsul ke dokter yang berpengalaman menangani penderita Hepatitis C.
IP harus diperiksa pada bulan ke-0 dan ke-3.
54
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
55
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 11
MONITORING, ANALYSIS & CONTINUOUS IMPROVEMENT
11.2. KOORDINASI
11.2.1. Koordinasi dengan Departemen Mutu
Koordinasi dengan Departemen Mutu dilakukan mulai dari penetapan
Indikator Mutu, pengumpulan data untuk keperluan monitoring , analisa data
yang terkumpul dan penyusunan rekomendasi untuk menurunkan angka
infeksi.
56
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
57
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Operating Theatre
Procedure room (outpatient)
UGD (A&E)
ICU / HCU / NICU
Area (baku mutu udara, dinding, lantai)
Operating Theatre
UGD
ICU / NICU
Outpatient
Delivery
Nursery
Isolation Room
Laboratorium
Radiologi
Dapur
Ruang Delivery
Process Monitoring
Di sini diawasi kesesuaian SOP dengan pelaksanaan, serta pengetahuan dan perilaku
(behaviour) dari staf SBIH mengenai PPI.
Proses cuci tangan (seluruh area dan petugas).
Penggunaan ruang isolasi yang meliputi : Ketepatan Penggunaan Ruang
Isolasi, monitoring Tekanan Udara.
Proses pemasangan infus / kanulasi intravena lain.
Proses pemasangan kateter.
Proses perawatan luka.
Proses perawatan endotracheal tube (airway devices).
Proses penggunaan APD.
11.4. ANALISA
Data yang sudah terkumpul dilakukan analisa oleh KPPI dengan melibatkan unit terkait.
Analisa yang dilakukan meliputi risk, rate, dan trend. HAIs. Dalam melakukan analisis
58
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
menggunakan data-data dari rumah sakit lain dan latest Evidence Based Medicine sebagai
acuan / standar / pembanding / dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh KPPI.
Studi literatur dilakukan oleh KPPI dengan menggunakan acuan-acuan berstandar nasional &
internasional seperti :
Depkes (www.depkes.go.id).
WHO (World Health Organization) (www.who.int).
CDC (Center for Disease Control) (www.cdc.org).
IDSA (Infectious Disease Society of America) (www.idsa.org).
Berbagai textbook di bidang Infectious Disease.
Data harus dianalisa cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah HAIs
yang perlu penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
Interpretasi harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka HAIs :
1. Apakah ada penyimpangan ?
2. Apakah terjadi kenaikan atau penurunan yang tajam ?
1. INCIDENCE
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok populasi
tertentu dalam kurun waktu tertentu. Didalam surveilans nosokomial maka incidence
adalah jumlah kasus HAIs baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien
dengan risiko untuk mendapatkan HAIs yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.
59
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
2. PREVALENCE
Adalah total kasus baik baru maupun lama dalam suatu kelompok populasi dalam satu
kurun waktu tertentu (period prevalence) atau dalam satu titik waktu tertentu (point
prevalence).
Point prevalence nosokomial rate adalah jumlah kasus HAIs yang didapat, dibagi
dengan jumlah pasien dalam survey.
Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai berikut :
I = P { LA / ( LN INTN ) }.
I = Incidence rates.
P = Prevalence rates.
LA = Nilai rata-rata dari lama rawat semua pasien.
LN = Nilai rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau lebih HAIs.
INTN = Adalah interval rata-rata antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama
terjadinya HAIs pada pasien-pasien yang mengalami satu atau lebih HAIs
tersebut.
Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan over estimasi
untuk resiko infeksi oleh karena lama rawat dari pasien yang tidak mendapat HAIs
biasanya lebih pendek dari lama rawat pasien dengan HAIs.
Hal ini dapat dilihat dari formula seperti dibawah ini :
P = I ( LN INTN ) / LA
3. INCIDENCE DENSITY
Adalah rata-rata instant di mana infeksi terjadi, relatif terhadap besaran populasi yang
bebas infeksi. Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan
orang per satuan waktu. Incidence density sangat berguna bila infection rate nya
merupakan fungsi linier dari waktu pajanan yang dialami pasien terhadap faktor risiko
(misalnya semakin lama pasien terpajan semakin besar risiko mendapat infeksi ).
60
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
61
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
BAB 12
EDUKASI/ EDUCATION
62
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Lampiran 1
Air bersih :
Adalah air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk
diminum atau untuk pemakaian lainnya.
Emollient :
Cairan organik seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang ketika ditambahkan pada
handrub dan lotion tangan akan melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit
akibat pencucian tangan dengan sabun dan air yang sering.
Handsrub antiseptik :
Antiseptik yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau mengurangi mikroorganisme
penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa air.
Cuci Tangan :
Cuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan air bersih dan sabun biasa .
TUJUAN
Menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit.
Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan.
Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan.
63
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
INDIKASI
JENIS
Cuci Tangan Standar.
Cuci Tangan dengan Antiseptik.
Cuci Tangan Steril (Scrub), tidak merupakan bagian dari pedoman ini. Akan dibahas dalam
pedoman Operating Theatre (Kamar Bedah).
64
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
65
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Lampiran 2
Standar Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan & Penanggulangan Infeksi
TUJUAN
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
JENIS
1. Sarung tangan.
2. Masker.
3. Alat pelindung mata.
4. Topi.
5. Gaun pelindung.
6. Apron.
7. Pelindung kaki.
1. SARUNG TANGAN :
Sarung tangan merupakan penghalang ( barrier ) fisik paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang
dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di
tangan petugas kesehatan. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu
pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang. Yang penting yang harus
diingat adalah sarung tangan tidak dapat mengganti tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan. Penggunaan sarung tangan dan
kebersihan tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit
dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi. Selain itu pemahaman mengenai
kapan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung
tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat biaya dengan
tetap menjaga keamanan pasien dan petugas kesehatan.
66
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
67
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
68
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
Reaksi alergi terhadap sarung tangan semakin banyak dilaporkan oleh petugas kesehatan,
jika memungkinkan gunakan sarung tangan bebas lateks (nitril) atau rendah lateks. Selain
itu pemakaian sarung tangan bebas bedak lebih direkomendasikan, karena sarung tangan
dengan bedak dapat menimbulkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan
dapat membawa lateks keudara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan
kain atau vinil dibawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitivitas pada
membran mukosa mata dan hidung. Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang
muncul adalah merah pada kulit, hidung berair, dan gatal pada mata yang mungkin
berulang atau bertambah parah.
2. MASKER :
Masker adalah alat pelindung mulut dan hidung. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, atau bersin
dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi, masuk
kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Ukuran masker harus cukup besar untuk
menutup hidung, mulut, muka bagian bawah, rahang. Masker harus terbuat dari bahan
tahan cairan, bila tidak maka tidak akan efektif untuk mencegah hal tersebut diatas. Bila
melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker merupakan bagian
yang paling banyak terkontaminasi. Masker terbuat dari beberapa bahan, seperti kain katun
ringan, kain kasa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa diantaranya tahan cairan. Pada
perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah membran mukosa dari petugas
kesehatan. Masker dengan efisiensi tinggi merupakan masker yang direkomendasikan, bila
penyaringan udara menjadi penting, misalnya pada perawatan pasien dengan flu burung
atau SARS, salah satu contoh masker jenis ini adalah N95.
4. TOPI :
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Gunanya untuk melindungi kepala dari percikan darah atau cairan tubuh
lainnya.
5. GAUN PELINDUNG :
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam pada saat petugas
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui percikan
(droplet) atau airborne. Penggunaan gaun untuk melindungi petugas dari sekresi respirasi.
69
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
6. APRON :
Berfungsi sebagai penghalang tahan air untuk melindungi tubuh bagian depan. Apron harus
terbuat dari bahan karet atau plastik. Digunakan bila petugas merawat pasien dimana ada
risiko tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya.
7. PELINDUNG KAKI :
Berguna untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja diatas kaki. Dianjurkan untuk menggunakan sepatu
booth karet atau sepatu kulit tertutup.
Lampiran 3
70
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
No Jenis tindakan / alkes Lokasi Tanggal pemasangan Total hari Tanggal infeksi Catatan
Mulai s/d
1 Intra vena kateter 1
Vena Sentral 2
3
Vena Perifer 1
2
3
4
5
6
Arteri Line 1
2
Umbilikal
3
2 Urine kateter 1
Urethra kateter 2
3
4
Suprapubik kateter 1
2
3 Ventilasi Mekanik 1
2
3
Tube endotrakeal 1
2
3
4
Trakeostomi Tube 1
2
3
4 Lain-lain .................. 1
Drain/IABP/NGT/WSD 2
3
4
5
5. Nomor telpon :
II. DIAGNOSIS
1. DIAGNOSIS KERJA : ........................................................................................................................
2. DIAGNOSIS TAMBAHAN :..
III. Pindah ke Ruangan1.tgl /../....../ jam ....................
2.........................................................tgl/../......./ jam ....................
3.........................................................tgl /
../...../ jam ....................
IV. Faktor risiko selama dirawat :
71
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
V. TINDAKAN / OPERASI :
1. DIAGNOSIS ......................................................................................................
.......................................................................................................
72
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL
...................................................... .................................................................................
Nama jelas Nama jelas
Catatan : Formulir Surveilans berada dalam dokumen medik pasien dan diisi bila pada pasien dilakukan tindakan
seperti pada point IV dan V.
1. Diisi oleh perawat yang bertanggung jawab pada pasien tersebut
2. Diperiksa oleh perawat pengendali infeksi setiap hari ( IPCLN )
3. Setelah pasien pulang formulir dikumpulkan sekretariat KPPI
73