Anda di halaman 1dari 73

PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN


SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG/ BACKGROUND


Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang saat ini makin berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dilain pihak rumah sakit dihadapkan dengan
tantangan yang makin besar, dimana pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan di rumah sakit,
sangat berisiko terkontaminasi penyakit / infeksi ( Healthcare Associated Infection), sehingga
perlu dilindungi dari tertularnya penyakit / infeksi. Healthcare Associated Infection (HAIs)
dapat dicegah bila petugas kesehatan, pasien, pengunjung, patuh menjalankan program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Disamping itu rumah sakit juga dituntut agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada masyarakat,
khususnya bagi jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Untuk hal tersebut diatas Santosa Bandung International Hospital (SBIH) perlu meningkatkan
pelayanannya khususnya dalam hal PPI, maka disusunlah Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi ini agar dapat digunakan sebagai acuan bagi segenap penyedia layanan
(care provider) yang meliputi dokter, perawat, profesi kesehatan lain (other health professionals)
dalam aktivitas hariannya, juga menjadi acuan bagi Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (KPPI) dalam melakukan aktivitas hariannya.
The hospital is a health facility that is currently growing, along with develompent of science
and technology, on the other hand hospitals are faced with greater challenges, in which
patients, visitors, and health workers in hospitals, are at risk of Hospital Associated Infections
(HAIs) , so that needs to be protected from the diseases / infections. HAIs (Healthcare
Associated Infecton) can be prevented if health workers, patients, visitors carry out infection
prevention and control programs. Beside that, the hospital need to deliver quality health
services, accountable and transparent to the public, especially to guarantee patient safety.
For the above case Santosa Bandung International Hospital (SBIH) need to improve services,
especially in infection control and prevention, then the guideline of Infection prevention and
control is formulated. The guideline is to be used as a reference for all care provider (includes
doctors, nurses, other health professionals) and KPPI (Committee of Infection Prevention and
Control) in performing daily activities.

1.2. TUJUAN/ Purpose


1.2.1. Tujuan Umum / General Purpose
Sebagai acuan dalam PPI, sehingga pasien, keluarga, pengunjung dapat terlindungi dari
penularan penyakit / infeksi, dan meningkatkan mutu pelayanan serta citra rumah sakit.
As reference in infection prevention and control so that patient, families and visitors are
protected from communicable disease and improving hospital services.

1.2.2. Tujuan Khusus / Special Purpose


1.2.2.1. Menurunkan angka kejadian Catheter Associated Urinary Tract Infection
(CAUTI)./ Reduce the occurence of CAUTI
1.2.2.2. Menurunkan angka kejadian Surgical Site Infection (SSI)./ Reduce the
occurence of SSI

1
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

1.2.2.3. Menurunkan angka kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP ) & Hospital
Acquired Pneumonia (HAP)./ Reduce the occurence of VAP and HAP
1.2.2.4. Menurunkan angka kejadian Blood Stream Infection (BSI)./ Reduce the
occurence of BSI
1.2.2.5. Mencegah terjadinya KLB ( Kejadian Luar Biasa ) infeksi nosokomial. To
prevent the occurence of nosocomial Infection epidemic.
1.2.2.6. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI/ To monitor and
evaluate infection prevention and control program
1.2.2.7. Memberi informasi kepada petugas tentang :/ to inform the health officer
regarding:
PPI penyakit menular/ Infection and prevention control of infectious disease
Fakta penyakit menular yang perlu diketahui/ facts of communicable disease
Perawatan pasien dalam isolasi/ patient care in isolation room
Menjaga kebersihan tangan (hand hygiene).
Penggunaan alat pelindung diri (APD)/ use of PPE (Personel Protective
Equipment)
Mempersiapkan petugas dalam menghadapi pandemi flu atau penyakit
menular lain yang akan muncul (New Emerging Disease)./ train the health
worker in facing pandemic of influenza or other communicable emerging
diseases.

1.3. LANDASAN & REFERENSI/ REFERRENCES


1.3.1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3495).
1.3.2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431).
1.3.3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit.
1.3.4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit.
1.3.5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992,
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
1.3.6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1575/Menkes/per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen Kesehatan.
1.3.7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
1.3.8. SK Direktur Santosa Bandung International Hospital Nomor 002/SK-Dir/SBIH/I/2009
tentang Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( KPPI ) Santosa
Bandung International Hospital.
1.3.9. SK Direktur Santosa Bandung International Hospital Nomor 003/SK-Dir/SBIH/I/2009
tentang Pengangkatan Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( KPPI )
Santosa Bandung International Hospital .

2
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

1.3.10. Pedoman Manajerial PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
DEPKES RI tahun 2007.
1.3.11. Pedoman PPI di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya, DEPKES RI tahun 2007
1.3.12. Guidelines for the Managements of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-
associated, and Healthcare-associated Pneumonia, American Thoracic Society &
Infectious Disease Society of America & IDSA Guidelines, October 2004, in Am J
Respir Crit Care Med vol 171 p.388-416, 2005.
1.3.13. Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter Related Infections .CDC
Morbidity Weekly Report ( MMWR ), August 9, 2002 / vol.51 / No.RR 10.
1.3.14. Protocolsand Definitions Device Associated Module, Catheter Associated Urinary
Tract Infection, CDC, NHSN (National Healthcare Safety Network), Mary Andrus,
BA,RN,CIC.
1.3.15. Guidelines for the Prevention of Surgical Site Infection, 1999, Hospital Program
National Center for Infection Diseases Center for Diseases Control Prevention Public
Healthcare. US Departement of Health and Human Services.
1.3.16. Guidelines for Classification and Design of Isolation Rooms in health care facilities.
Victorian Advisory Committee on Infection, 2007.
1.3.17. WHO Guidelines on Hand Hygiene in health care, 2009.

1.4. KEBIJAKAN/ POLICY


1.4.1. Pelaksanaan PPI di SBIH harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku dan
standar profesional terkini.
Infection Prevention and Control practices must accordance with applicable regulation
and latest professional standards.
1.4.2. Direktur SBIH membentuk KPPI yang langsung berada dibawah koordinasi Direktur.
Director of SBIH establish KPPI (Committe on Infection Prevention and Control)which
position directlu under the director.
1.4.3. Direktur mengangkat anggota KPPI yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Director appoints the member of KPPI who direct responsible to Director.
1.4.4. Untuk lancarnya kegiatan PPI, maka SBIH memiliki IPCN (Infection Prevention and
Control Nurse) yang bekerja purna waktu dengan ratio satu orang IPCN untuk setiap
150 tempat tidur.
SBIH has full timer IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) with ratio 1 IPCN
for 150 beds.
1.4.5. Dalam bekerja IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and Control Link
Nurse) dari tiap unit.
IPCN (Infection Prevention and Control Link Nurse) is assisted with IPCLN from every
units.
1.4.6. Seluruh kebijakan SBIH yang berkaitan dengan PPI, dikeluarkan oleh direktur, atas
rekomendasi dari KPPI.
All SBIH policies related to Infection Prevention and Control, released by director base
on recommendation from KPPI.

3
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

1.5. KERANGKA KERJA/ FRAME WORK

1.6. RUANG LINGKUP/ SCOPE


Sesuai dengan kerangka kerja dari pedoman ini, maka KPPI melakukan berbagai aktivitas
seperti tercantum di bawah ini :
Base on the above frame work, activities of KPPI are:

1.6.1. Planning
1.6.1.1. Menyusun Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di SBIH
Identifikasi resiko/ Formulate Infection Prevention and Control Plan
1.6.1.2. Melakukan pengorganisasian aktivitas PPI/ organized PCI (Prevention and
Control of Infection) activities
1.6.1.3. Menyusun berbagai kebijakan dan prosedur (SOP) sehubungan dengan
aktivitas PPI./Formulates policies and procedures related to PCI activities.
1.6.1.4. Melakukan koordinasi dengan / Coordinate with:
Keperawatan - pelaksanaan pencatatan data yang diperlukan
- berbagai SOP terkait dengan infection control
Nursing : montoring data
All kind of procedures related to PCI
Laundry - manajemen linen/ linen management
Sanitasi/ sanitation - manajemen limbah infeksius/ infectious waste
management
Kamar jenazah/ mortuary - pemulasaran jenazah

4
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Medic Departments - berbagai SOP terkait dengan infection control/ all


procedures related PCI
Tim K3RS/ Hospital Safety and Health Team - berbagai langkah preventif /
pencegahan /preventives actions
CSSD - pengelolaan sterilisasi ( pra sterilisasi, proses sterilisasi
dan pasca sterilisasi)/ sterilization activities (before,
during and after sterilization)
Staff Development - edukasi / training mengenai infection control/ eduction
and training regarding PCI.
Medical record - pelaporan angka kesakitan dan KLB ke Dinas
Kesehatan/ reporting morbidity and epidemic ocurence to health district office.
Mikrobiologi/ microbiogy - pemeriksaan kultur / resistensi kuman. Culture and
resistancy of bactery
Gizi/ Nutrition - pengelolaan makanan / minuman dan peralatan masak/
management of food/ drink/ utensils

1.6.2. Action
1.6.2.1. Mengumpulkan data (Surveillance) mengenai / collect surveillance data:
Angka BSI
Angka HAP/VAP
Angka CAUTI
Angka SSI
1.6.2.2. Tanggap KLB/ respond to epidemic
1.6.2.3. Penerapan Kebijakan Isolasi/ implementation of isolation policies
1.6.2.4. Penerapan Kebijakan PPI/ implementation of PCI policies

1.6.3. Monitoring
1.6.3.1. Memantau pelaksanaan program PPI/ monitoring of implementation PCI
program
1.6.3.2. Memantau pengelolaan linen/ monitoring of linen management
1.6.3.3. Memantau pengelolaan limbah/ monitoring of waste management
1.6.3.4. Memantau pengelolaan sterilisasi ( pra sterilisasi, proses sterilisasi dan pasca
sterilisasi)./ monitoring of sterilization management
1.6.3.5. Memantau pola kuman./ monitoring of microbiologic patern
1.6.3.6. Memantau pengelolaan makanan / minuman./ food and drink management
1.6.3.7. Memantau pengelolaan sanitasi lingkungan (khususnya ruangan yang
terindikasi terinfeksi)./ environmental sanitation (particularly room that
contaminated)
1.6.3.8. Memantau penerapan Kebijakan Isolasi ( kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi penularan)/ implementation of isolation
policy (standard and transmission based precaution)

1.6.4. Analisis
1.6.4.1. Analisa data surveillans/ surveillance data

5
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

1.6.4.2. Analisa pola kuman/ microbiology patern


1.6.4.3. Analisa hasil temuan lapangan/ finding analysis

1.6.5. Continuous Improvement


Merupakan tindak lanjut (rekomendasi dan pelaksanaan rekomendasi) dari hasil
pengolahan data pada tahap evaluasi. Wujudnya dapat berupa suatu projek, program
tahunan, atau revisi dari sistem (kebijakan dan prosedur) dan lain-lain
Is a follow up (recommendation and implementation of recommendation) from the result
of data processing at evaluation stage. The follow up canbe a project, annual program,
revision of system (policies and procedures) and others.

6
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 2
PENGORGANISASIAN/ ORGANIZATION

2.1. KEPEMIMPINAN & KOMITMEN/ LEADERSHIP AND COMMITMENT


Prasyarat keberhasilan program PPI adalah komitmen top-down dari Senior Manajemen.
Manajemen SBIH memiliki komitmen untuk memastikan bahwa semua sumber daya yang
dibutuhkan tersedia dalam upaya menerapkan program pencegahan dan PPI yang efektif.
Manajemen juga harus memastikan bahwa perusahaan mengembangkan budaya bisnis yang
mendukung kebijakan PPI.
Prerequisite success of prevention and control of infection is a top-down commitment from
Senior Management. SBIH Management is committed to ensuring that all necessary resources
available in an effort to implement effective prevention and control of infection. Management
also must ensure that the company developed a business culture that supports the policy of
prevention and control of infection.

2.2. STRUKTUR ORGANISASI/ ORGANIZATION STRUCTURE

Advisor Director

Chief of KPPI
Deputy KPPI

Secretary

SMF Pediatric Epidemiologi Nursing Tim K3RS


SMF Surgery Mikrobiologi IPCN Housekeeping
SMF Internal Farmasi IPCLN Mortuary
Med CSSD Sanitasi
SMF Obgyn Laundry Medical Maintenance
SMF Gizi

Anggota

2.3. URAIAN TUGAS/ JOB DESCRIPTION


2.3.1. Penasihat KPPI/ KPPI Advisor
2.3.1.1. Tugas
1. Memberi masukan kepada KPPI tentang :

7
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Kontribusi KPPI dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.


Penyusunan pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
Identifikasi kuman patogen dan pola kepekaan bakteri terhadap
antibiotika.
2. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI kepada anggota
KPPI yang berhubungan dengan prosedur terapi.
3. Memberi masukan kepada KPPI sebelum KPPI memberi
rekomendasi kepada manajemen tentang :
Tindakan yang harus dilakukan.
Konstruksi bangunan agar memperhatikan prinsip PPI.
Tentang kegiatan sterilisasi.
Pengelolaan linen.
Kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan rumah sakit
Pengadaan bahan dan alat yang berhubungan dengan pengendalian
infeksi .
2.3.1.2. Wewenang
Memberi masukan dan teguran langsung kepada anggota KPPI atau petugas
yang melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi.
2.3.1.3. Kualifikasi
1. Dokter, mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman,
mendalami masalah infeksi, mikrobiologi, epidemiologi.
2. Pernah mengikuti Pelatihan Dasar PPI atau sejenisnya.

2.3.2. Ketua / Wakil Ketua KPPI / Chief and Deputy Chief of KPPI
2.3.2.1. Tugas
1. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
2. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola kepekaan
bakteri terhadap antibiotika.
4. Bekerjasama dengan perawat PPI, dalam memonitor kegiatan surveilans
infeksi dan mendeteksi serta menyelidiki KLB.
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubung-
an dengan prosedur terapi.
6. Membuat perencanaan / program PPI.
7. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan KPPI serta memberikan saran
dan pertimbangan kepada pimpinan rumah sakit (direktur) mengenai
masalah PPI di lingkungan rumah sakit
8. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI di rumah sakit.
9. Mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil pelaksanaan program PPI
di rumah sakit kepada direktur.
2.3.2.2. Wewenang
1. Memberi rekomendasi kepada manajemen tentang :
Tindakan yang harus dilakukan.
Konstruksi bangunan agar memperhatikan prinsip PPI .

8
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Kegiatan sterilisasi.
Pengelolaan linen.
Kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan rumah sakit
Pengadaan bahan dan alat yang berhubungan dengan pengendalian
infeksi
2. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip prinsip pencegahan infeksi.
2.3.2.3. Kualifikasi
1. Dokter, mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman,
mendalami masalah infeksi, mikrobiologi, epidemiologi klinik
2. Pernah mengikuti Pelatihan Dasar PPI atau sejenisnya.
3. Memiliki kemampuan leadership.

2.3.3. Sekretaris KPPI/ Secretary of KPPI


2.3.3.1. Tugas
1. Mengelola kesekretariatan KPPI.
2. Menyusun kegiatan bulanan dan tahunan.
3. Mengakomodir semua kebutuhan yang berkaitan dengan program PPI.
4. Membantu dan mewakili ketua dan wakil ketua dalam berbagai kegiatan
apabila ketua dan wakil ketua berhalangan.
5. Membantu ketua menyusun rencana kerja dan anggaran.
2.3.3.2. Wewenang
1. Membantu ketua memberi rekomendasi kepada manajemen tentang :
Tindakan yang harus dilakukan.
Konstruksi bangunan agar memperhatikan prinsip PPI..
Kegiatan sterilisasi.
Pengelolaan linen.
Kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan rumah sakit
Pengadaan bahan dan alat yang berhubungan dengan pengendalian
infeksi .
2. Membantu ketua dalam memberi masukan dan teguran langsung kepada
petugas yang melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi
2.3.3.3. Kualifikasi
1. Perawat Senior dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi
PPI.
2. Memiliki komitmen dibidang PPI.
3. Memiliki kemampuan kesekretariatan.
4. Bekerja purna waktu.

2.3.4. Anggota/ Member of KPPI


2.3.4.1. Tugas
1. Menyusun pedoman PPI di rumah sakit.
2. Mengevaluasi hasil pelaksanaan yang dibuat.

9
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang PPI.


4. Memantau kegiatan pelaksana harian PPI .
5. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam bidang PPI.
6. Melakukan pemantauan, pengawasan, serta evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan PPI, dalam bidang ilmu dan bidang kerjanya masing-masing.
7. Bersama ketua dan wakil ketua melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap seluruh pelaksanaan program PPI.
8. Menghadiri pertemuan rutin bulanan dan pertemuan insidentil.
2.3.4.2. Wewenang
1. Bersama ketua dan wakil ketua memberi masukan atau merekomendasikan
kepada manajemen tentang :
Tindakan yang harus dilakukan.
Konstruksi bangunan, dan renovasi ruangan agar memperhatikan
prinsip PPI.
Sterilisasi : dari pra sterilisasi, proses sterilisasi, pasca sterilisasi dan
cara penyimpanan, serta penggunaannya .
Pengelolaan linen : dari linen kotor, proses dekontaminasi, pencucian,
dan penyimpanan.
Kesehatan lingkungan dan kebersihan rumah sakit.
Pengadaan bahan dan alat , baik klinis maupun non klinis agar
memperhatikan prinsip PPI.
2. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan infeksi..
2.3.4.3. Kualifikasi
1. Dokter wakil dari tiap SMF ( Staf Medis Fungsional ).
2. Dokter ahli Epidemiologi.
3. Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik / Patologi Klinik.
4. Laboratorium.
5. Farmasi.
6. Keperawatan.
7. CSSD.
8. Laundry.
9. Sanitasi.
10. Maintanance.
11. Housekeeping.
12. Semua anggota minimal pernah mengikuti pelatihan dasar PPI atau
pelatihan sejenis yang berhubungan dengan PPI.

2.3.5. IPCN
2.3.5.1. Tugas
1. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di lingkungan kerja.
2. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SOP, kewaspadaan Isolasi.
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada KPPI.
4. Bersama KPPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI.
5. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama KPPI

10
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

memperbaiki kesalahan yang terjadi.


6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7. Bersama KPPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi
tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit

8. Audit PPI termasuk terhadap limbah, laundry, gizi, dan lain-lain dengan
menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans
infeksi.
12. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke KPPI.
13. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
15. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI.
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung, dan
keluarga, tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat dan
infeksi dengan insidens tinggi.
2.3.5.2. Wewenang
1. Sebagai koordinator antara Departemen / Unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
2. Memberi penyuluhan kepada petugas, pasien, keluarga pasien, pengunjung
tentang program PPI.
3. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip PPI.
2.3.5.3. Kualifikasi
1. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi IPCN..
2. Memiliki komitmen dibidang PPI.
3. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruangan.
4. Memiliki kemampuan leadership, inovatif, dan convident.
5. Bekerja purna waktu.

2.3.6. IPCP ( Infection Prevention and Control Professional )


2.3.6.1. Tugas
1. Bersama IPCN mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian
infeksi yang terjadi di lingkungan kerja.
2. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SOP, kewaspadaan Isolasi.
3. Memantau pelaksanaan surveilans infeksi dan melaporkan kepada KPPI.
4. Bersama KPPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI.
5. Memantau pelaksanaan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama KPPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7. Bersama KPPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi

11
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit
8. Audit PPI termasuk terhadap limbah, laundry, gizi, dan lain-lain dengan
menggunakan daftar tilik.
9. Memonitor kesehatan lingkungan.
10. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi surveilans
infeksi.
12. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI
13. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip-
prinsip PPI.
14. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI.
15. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung, dan
keluarga pasien tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat dan infeksi dengan insidens tinggi.
16. Bersama IPCN menjadi koordinator antara Departemen / Unit dalam
mendeteksi, mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
2.3.6.2. Wewenang
1. Sebagai koordinator antara Departemen / Unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit, bersama IPCN.
2. Memberi penyuluhan kepada petugas, pasien, keluarga pasien ,pengunjung
tentang program PPI.
3. Memberi masukan dan teguran langsung kepada petugas yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan infeksi.
2.3.6.3. Kualifikasi
1. Dokter umum / ahli yang mempunyai minat di PPI
2. Memiliki komitmen dibidang PPI.
3. Memiliki kemampuan leadership, inovatif, dan confident.
4. Memiliki Certifikasi Pelatihan dasar PPI /lanjutan PPI /sejenisnya

2.3.7. IPCLN/SQIC Officer


2.3.7.1. Tugas
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di Unit
Rawat Inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ,
ketika pasien pulang
2. Memberi motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI pada
setiap personil ruangan di unit rawatnya masing-masing..
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan terjadinya HAIs
pada pasien..
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi KLB infeksi nosokomial,
memberi penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawatnya masing-masing,
konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum dipahami.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
prosedur standar dan standar Isolasi.
2.3.7.2. Wewenang
1. Menjadi anggota Tim PPI

12
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

2. Mewakili IPCN dalam menangani berbagai kasus di unit kerjanya masing-


masing.
2.3.7.3. Kualifikasi
1. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi Pelatihan
Dasar PPI.
2. Memiliki komitmen di bidang PPI.

13
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 3
SURVEILLANS & IDENTIFIKASI RESIKO
/ SURVEILLANCE AND RISK IDENTIFICATION

3.1. PENGERTIAN/ DEFINITION


Surveilans adalah pengumpulan data yang sistematik, analisis dan interpretasi yang terus
menerus dari data kesehatan yang penting. Data surveilans digunakan untuk perencanaan,
penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Data
surveilans harus didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang terkait.
Kegiatan surveilans dapat menurunkan angka infeksi rumah sakit., contoh :
Di Amerika Serikat, rate infeksi turun sekitar 32 %, Tanpa surveilans rate infeksi
meningkat 18 %.
Di RS Jantung Harapan Kita 2001 2004 menurunkan rate HAIs 40 %.
Surveillance is the systematic data collection, analysis and continuous interpretation of
important health data. For use in planning, implementation and evaluation of an action related
to the health services. Surveilance data is diseminated periodically to the related parties.
Surveillance activities can reduce hospital infection rates.

3.2. TUJUAN/ PURPOSES


3.2.1. Memperoleh data dasar/ Get baseline data
3.2.2. Untuk kewaspadaan dini KLB/early awareness of epidemic.
3.2.3. Menilai standard mutu/ quality measures
3.2.4. Memonitor praktik perawatan pasien yang baik/monitoring best practices in patient
care
3.2.5. Penemuan kasus/ case detection
3.2.6. Menurunkan angka infeksi di rumah sakit/ reduce hospital infection rate
3.2.7. Sebagai sarana mengidentifikasi malpraktek./ tools to identify malpractice
3.2.8. Menilai keberhasilan suatu program PPI. / evaluate the seccesfull PCI programs
3.2.9. Meyakinkan para klinisi / ensure the clinician
3.2.10. Sebagai suatu tolok ukur akreditasi/ as accrediatation benchmark

3.3. METODE
3.3.1. Target Surveillance
Adalah surveilans yang dilakukan pada unit tertentu, tidak meliputi seluruh unit.
Surveillance perform in certain units, not cover all units.
3.3.2. Point Surveillance.
Adalah surveilans yang dilakukan secara rutin dengan selang waktu tertentu.
Surveillane perform routinely in certain interval periodeof time.
3.3.3. Outbreak threshold.
Survei dilakukan ketika terjadi / survey is performed when:
1. Out break

14
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

2. Peningkatan hasil kultur positif/ increasing in positive culture


3. Isolasi meningkat/ increasing in isolation

3.4. TAHAPAN SURVEILLANS/ SURVEILANCE STAGE


3.4.1. Kaji Populasi/ Assess the population
Untuk mencapai informasi dan mengerti karakterisrtik populasi, dapat dikaji beberapa
hal seperti / To understand the charasteristic of population, certain things to be
assessed:
1. Tipe pasien./ patient type
2. Diagnosa yang paling sering./ frequent dignosis
3. Tindakan yang sering dilakukan./ frequent procedure
4. Operasi atau tindakan invasif./ surgery or invasive procedure

3.4.2. Seleksi outcome atau process


1. Outome dan Process termasuk dalam perencanaan surveilans/ outcome and process
are including into surveillace planning.
2. Penting untuk menentukan populasi yang akan diambil/ important to determine the
population
3. Seleksi process ini terjadi pada saat pengkajian populasi/ selection is held in
population assessment
4. Pemilihan populasi boleh juga berdasarkan/ population is selected base on:
Morbiditas/ morbidity
Mortalitas atau/ mortality
Parameter yang lain (kebutuhan akreditasi atau peraturan)/ others
(accreditation or regulation)

3.4.3. Pakai definisi surveilans (CDC,WHO)/ Use definition of surveillance:


1. Pada sistem surveilans semua unsur data harus didefinisikan dengan jelas, termasuk/
on surveillance system, all component of data should be clearly define :
Outcome / process
Populasi yang berisiko/ population at risk
Faktor-faktor risiko /risk factors
2. Definisi valid akan mendapatkan data konsisten dan akurat
Valid definition will gathered data acurately
3. Definisi dapat disesuaikan menurut CDC, WHO.
Definition can be adjusted according to CDC or WHO.

3.4.4. Pengumpulan data/ Data collection


1. Proses pengumpulan data sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang sudah
mempunyai pengetahuan, pengalaman dan berkualitas.
Data collection process should be conducted by staff with knowledge, experience
and quality.
2. Petugas surveilans mencari informasi dari sumber-sumber yang tepat.
Surveillance officer find information from the correct sources.

15
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

3. Dapat dilakukan secara concurrently / prospective dan atau retrospective tergantung


pada sumber yang ada.
Can be performed by concurrently/ prospective and or retrospective depend on
available sources.

3.4.5. Menghitung dan menganalisa data infeksi


Assess and analyze infection data:
1. Dihitung data Numerator dan Denominator.
Count by numerator and denominator
2. Menurut NNISS (National Nosocomial Infection Surveillance System) denominator
adalah jumlah pasien dan jumlah hari rawat pasien atau total jumlah hari
pemakaian ventilator, central line, kateter urin, tergantung jenis infeksi yang akan
disurveilans.
According to NNIS, denominator is number of patient or patient day or total use of
ventiltor, central line, catheter urine, depends on the which infection will be
analyzed.

3.4.6. Stratifikasi/ Stratification


1. Dalam suatu studi populasi sering ditemukan kelemahan karena
dihomogenisasikan.
On population study frequently found disanvantage due to homogenization.
2. Seharusnya dibedakan menurut umur, gender, severity lakukan stratifikasi.
Should be stratified according to age, gender, severity.
3. Pasien infeksi luka operasi ( SSI ) dibagi dalam :
SSI patient is devided into:
Jenis operasi/ surgery
Usia/ age
Jenis luka dan sebagainya/ surgical wound
4. Infeksi saluran kemih dibagi menurut jenis kelamin.
Urinary tract infection is devided into gender.

3.4.7. Laporan dan rekomendasi tindak lanjut dan diseminasi


Reporting, follow up and education
1. Laporan sistematik, tepat waktu, informatif.
The report is sistematic, informatif and reliable
2. Disajikan dalam berbagai bentuk, yang penting mudah dianalisa dan di interpretasi
(dapat berupa narasi singkat, tabel dan grafik).
Presented in many forms that easy to be analyzed and interpreted.
3. Penyajian data harus jelas, sederhana, dapat dijelaskan.
Data presentation should be clear, simple and explainable.
4. Tujuan untuk / the purpose is:
Memperlihatkan pola infeksi rumah sakit dan perubahan yang terjadi (trend).
Description of infectious disease patern and changes (trend)
Memudahkan analisis dan interpretasi data.
Data analysis and interpretation

16
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

5. Laporan didiseminasikan kepada pihak-pihak terkait


The report is educated to related parties..
6. Data HAIs mengandung hal yang sensitif, oleh karenanya data ini harus
dirahasiakan.
HAIs data is containing privacy, should be confidential
7. Rate hanya dilaporkaan setiap semester dan tahun, tergantung dari data
denominator, namun data numerator boleh dilakukan sebagai gambaran
epidemiologi, termasuk kuman patogen dan faktor risikonya.
Rate only reported every semester and year, depend on denominator.

3.5. IDENTIFIKASI RESIKO/ RISK IDENTIFICATION


Selain daripada hal di atas, identifikasi resiko terjadinya infeksi atau penularan infeksi
merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas surveilans. Identifikasi resiko dilakukan
terhadap proses-proses atau prosedur yang beresiko menularkan penyakit antar pasien, antara
pasien dengan petugas kesehatan, maupun antar petugas kesehatan.
Risk iddentification is an integral part of surveillance activity. Risk identification is conducted
to processes or procedures which ha risk of disease transmitted between patients, ptient with
healthcare provide or between healthcare provider.
Adapun proses maupun prosedur yang beresiko tinggi terhadap terjadinya penularan penyakit
dan merupakan bagian dari pedoman PPI rumah sakit ini meliputi :
Processess and procedures which has risk of trnsmission of infectious disease and become part
of this document are:

3.5.1. Tindakan invasif/ Invasive procedure


Segala bentuk tindakan yang merusak integritas jaringan tubuh, secara disengaja, guna
keperluan diagnostik, terapetik, perawatan dan keperluan lain terkait dengan
penanganan pasien.
All procedures that break the integration of body tissue, on purpose, for diagnostic,
therapeutic or other services related to patient care.
Di rumah sakit, hal ini ditemukan di seluruh unit perawatan, unit intensif, unit gawat
darurat, poliklinik (OPD), kamar bedah, unit hemodialisis, dan unit bersalin. Untuk
itu, maka aktivitas PPI yang dilakukan sesuai pedoman ini, harus meliputi area-area
tersebut di atas.
In the hospital, the procedures may be conducted in inpatient, intensive units,
emergency, operating thetre, hemodialysis and delivery unit. Therefore, PCI activities
should covers above areas.

3.5.2. Pengolahan limbah/ Waste Management


Limbah merupakan hasil akhir dari beragam proses di rumah sakit, dan merupakan
salah satu sumber penularan yang sangat potensial. Dalam penanganannya, maka
limbah (terutama limbah tajam dan infeksius) harus betul-betul sesuai dengan kaidah-
kaidah PPI. Adapun pengelolaan limbah di SBIH diatur dalam Pedoman Manajemen
Limbah.
Waste is the end result of many processes in hospital and becaming potencial source
of infection. The management of waste, particularly sharp and infectious waste, must

17
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

comply with PCI principles. Waste management is arranged in Easte Management


Plan.

3.5.3. Pengelolaan linen/ Linen Management


Linen berupakan sumber kontaminasi baik terhadap petugas, maupun silang terhadap
pasien lain. Untuk itu, SBIH perlu memiliki manajemen linen yang mampu berperan
dalam proses pencegahan penularan penyakit, dan bukan hanya membersihkan saja.
Adapun kegiatan pengelolaan linen di SBIH diatur dalam Pedoman Laundry.
Linen is source of contamination for staff or other patients. Therefore the hospital
need linen management that has role in disease prevention process, not only
incleaning. Linen management acitvitis is stipulated in Laundry Plan

3.5.4. Pengelolaan makanan dan minuman/ Food and drink Management


Makanan dan minuman juga proses yang potensial dalam penularan penyakit.
Manajemen penyediaan makanan perlu diawasi guna mencegah terjadinya
kontaminasi. Adapun kegiatan pengelolaan makanan dan minuman di SBIH diatur
dalam Pedoman Nutrisi dan Pedoman Kitchen.
Food and drink are also the potential source of contamination. Food/ drink
preparation should be monitored to prevent contamination.
3.5.5. Pemeliharaan lingkungan dan sanitasi, serta kendali hama (pest control)/
Environment and sanitation, also pest control
Pemeliharaan kebersihan lingkungan dan pengendalian hama (nyamuk, tikus, kecoa,
lalat, anjing dan kucing) merupakan upaya yang tak terpisahkan dari upaya PPI rumah
sakit. Adapun kegiatan pemeliharaan lingkungan dan sanitasi serta kendali hama di
SBIH diatur dalam Pedoman Sanitasi.
The environment preservation and pest control (mosquito, mouse, cocroach, fly, dog
and cat) are an integral part from PCI activities. The activities are set in Sanitation
Plan.

3.5.6. Pemeliharaan peralatan medik dan non medik/ Maintenance of Medical


and non medicl equipments
Pemeliharaan alat medik, terutama yang dipakai berulang, perlu proses sterilisasi yang
adekuat guna mencegah penularan. Adapun kegiatan pemeliharaan peralatan medik di
SBIH diatur dalam Pedoman Central Sterilisation Supply Department (CSSD) dan
Pedoman Alat Medik, sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan peralatan non medik di
SBIH diatur dalam Pedoman Mekanikal Elektrikal.
Maintenance of medical equipments, especially on reuse, need an appropriare
sterilization to prevent contamination. The medical equipment maintenance activities
are set in CSSD Plan. For non medical equipment is set in Mecanical-Electrical Plan.
3.5.7. Kegiatan renovasi dan konstruksi/ Renovation and Construction Activities
Kegiatan renovasi dan konstruksi berpotensi mengganggu kualitas udara dan aktifitas
pengendalian infeksi lainnya. Untuk itu setiap kegiatan renovasi dan konstruksi harus
dilengkapi dengan analisa dan antisipasi dampaknya terhadap kegiatan pengendalian
infeksi. Adapun kegiatan renovasi dan konstruksi di SBIH diatur dalam kebijakan
tentang renovasi dan konstruksi.

18
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Renovation and construction activities potentially disrupt air quality and other
infection control activities. Therefore every renovation and construction activities
should be completed with analysis and anticipation of its effect to infection control
activities. Renovation and cosntruction activities in SBIH is stipulated in the policy of
renovtion and construction.
BAB 4
URINARY TRACT INFECTION (UTI)

4.1. DEFINISI/ DEFINITION


CAUTI adalah Urinary Tract Infection (UTI) yang terjadi pada pasien yang terpasang kateter
urine (indwelling cateter) dalam periode 7 hari sebelum onset UTI .
CAUTI is Urinary Tract Infection (UTI) which occurs in patients who is using indwelling
catheter within period of 7 days before the onset of UTI.
Kriteria CAUTI/ Criteria :
1. CAUTI Simptomatis/ Symptomatic CAUTI :
Pada pasien diatas 1 tahun/ age more than 1 years old
a. Harus memenuhi paling sedikit 1 tanda / gejala di bawah ini tanpa ditemukan penyebab
lain / at least one of below sign/ symptoms must exist withou other causes:
Demam ( temp > 38 o C )/ fever (temp temp > 38 o C)
Urgency
Frekuensi/ frequency
Dysuria
Nyeri supra pubic / suprapubic pain
b. Dan biakan urin porsi tengah (midstream) > 105 cfu/mL dengan kuman tidak lebih dari
2 jenis.
Midstream culture of urine ) > 105 cfu/mL and not more than 2 microorganism.

Pada pasien 1 th / patient 1 year of age


a. Didapat paling sedikit 1 gejala sebagai berikut, tanpa ada penyebab lainnya
At least one below sign/ symtomp without other causes
Demam (>380 C)/ fever
Hipotermia (< 370 C)/ hypothermia
Bradikardi < 100 / menit / bradicardia
Letargia/ letargic
Vomiting/ vomiting
b. Dan salah satu dari hasil di bawah ini/ and one of below result :
Hasil kultur urin 105 cfu/mL dengan tidak lebih dari 2 jenis kuman.
culture of urine ) > 105 cfu/mL and not more than 2 microorganism
Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama (misalnya
S.saprophyticus, S.epidermidis) dengan jumlah kuman > 105 cfu/ mL .
Two consecutive culture with 2 comensal microorganism (examples S.saprophyticus,
S.epidermidis) with > 105 cfu/ mL.

2. CAUTI Asimptomatis / asymptomatic CAUTI

19
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Harus memenuhi paling sedikit 1 tanda / gejala di bawah ini tanpa ditemukan penyebab lain
At least found 1 below sign/ symptoms without other causes :
a. Biakan urin porsi tengah (midstream) > 105 cfu/mL dengan kuman tidak lebih dari
jenis.
Midstream culture of urine ) > 105 cfu/mL and not more than 2 microorganism
b. Tidak terdapat gejala gejala di bawah / without any beow sign/ symptoms :
Demam ( temp > 38 o C )
Urgensi
Frekuensi
Dysuria
Nyeri supra pubic

4.2. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN / PREVENTIVE & CONTROL


MEASURES
4.2.1. Pencegahan dan pengendalian CAUTI
1. Tenaga pelaksana :
Pemasangan kateter hanya dikerjakan oleh tenaga yang betul-betul memahami
dan terampil dalam teknik pemasangan kateter secara aseptik dan perawatan
kateter.
Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus
mendapatkan pelatihan secara berkala khusus dalam teknik yang benar tentang
prosedur pemasangan kateter kandung kemih dan pengetahuan tentang
komplikasi potensial yang dapat timbul.
2. Pemasangan kateter :
Pemasangan kateter dilakukan hanya bila perlu saja dan segera dilepas jika tidak
diperlukan lagi. Alasan pemasangan kateter tidak boleh hanya untuk kemudahan
personil dalam memberi asuhan pada pasien.
Cara drainase urin yang lain seperti : kateter kondom, kateter suprapubik,
kateterisasi selang seling (intermitten) dapat digunakan sebagai ganti kateterisasi
menetap bila memungkinkan.
Sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus mencuci tangan.

3. Teknik pemasangan kateter :


Lakukan kebersihan tangan dengan cara cuci tangan standar.
Gunakan kateter yang terkecil tetapi aliran tetap lancar dan tidak menimbulkan
kebocoran dari samping kateter.
Pemasangan secara aseptik dengan menggunakan peralatan steril
Gunakan peralatan seperti sarung tangan, kain penutup duk, kain kasa dan
antiseptik untuk desinfeksi hanya untuk satu kali pemasangan.
Kateter yang sudah terpasang harus difiksasi secara baik untuk mencegah tarikan
pada uretra.
4. Sistem aliran tertutup

20
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Aliran harus memakai sistem tertutup.


Sambung kateter dan pipa, tidak boleh dilepas kecuali untuk kepentingan irigasi.
Bila terjadi kesalahan pada teknik aseptik, sambungan terlepas atau bocor, maka
sistem penampungan harus diganti dengan teknik aseptik yang benar dan
sebelumnya sambungan kateter harus didesinfektan.
5. Cara irigasi kateter
Irigasi hanya dikerjakan apabila diperkirakan ada sumbatan aliran, misalnya
karena bekuan darah pada operasi prostat atau kandung kemih. Untuk mencegah
hal ini digunakan irigasi kontinyu secara tertutup. Untuk menghilangkan
sumbatan akibat bekuan darah, atau sebab lain dapat digunakan irigasi selang
seling. Irigasi dengan antibiotik sebagai tindakan rutin (pencegahan infeksi tidak
dianjurkan).
Sambungan kateter sering tersumbat dan harus sering diirigasi. Jika kateter itu
sendiri menimbulkan sumbatan, maka kateter harus diganti.
6. Pengambilan Bahan Urin
Bahan pemeriksaan urin segar dalam jumlah kecil dapat diambil dari bagian
distal kateter, atau jika ada lebih baik dari tempat pengambilan bahan yang
tersedia, dan sebelum urin diaspirasi dengan jarum dan semprit yang steril,
tempat pengambilan bahan harus dideinfeksi.
Bila diperlukan bahan dalam jumlah besar, maka urin harus diambil dari kantong
penampung secara aseptik.
7. Kelancaran Aliran Urin
Aliran urin lancar sampai ke kantong penampung. Penghentian aliran secara
sementara hanya dengan maksud mengumpulkan bahan pemeriksaan untuk
pemeriksaan yang direncanakan.
Untuk menjaga aliran perhatikan :
b. Pipa jangan tertekuk (kinking).
c. Kantong penampungan harus dikosongkan secara teratur ke wadah
penampungan urin yang terpisah bagi tiap pasien. Saluran urin dari
kantong penampungan tidak boleh menyentuh wadah penampungan.
d. Kateter yang kurang lancar / tersumbat harus diirigasi dengan teknik
no.5, bila perlu diganti dengan yang baru.
e. Kantong penampung harus selalu terletak lebih rendah dari kandung
kemih.
8. Perawatan Meatus
Dianjurkan membersihkan dan perawatan meatus (selama kateter dipasang) dengan
larutan povidone iodine, walaupun tidak mencegah kejadian infeksi saluran kemih.
9. Penggantian Kateter
Kateter urin menetap tidak harus diganti menurut waktu tertentu / secara rutin.
10. Ruang Perawatan
Untuk mencegah terjadinya infeksi silang antar pasien yang memakai kateter
menetap maka pasien yang terinfeksi harus dipisahkan dengan tidak terinfeksi.
11. Pemantauan Bakteriologik
Pemantauan bakteriologik secara rutin pada pasien yang memakai kateter tidak
dianjurkan.

21
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

12. Pengendalian lingkungan, agar lingkungan tidak mengkontaminasi.


13. Jaga kebersihan uretra.
14. Lakukan kateter sistem tertutup.
15. Membatasi penggunaan kateter sesingkat mungkin.
16. Lakukan prosedur pemasangan, pencabutan, dan penggantian kateter dengan
benar.
17. Indikasi pemasangan kateter harus benar yaitu :
Untuk penanganan inkontinensia jangka pendek atau retensi yang tidak dapat
ditolong dengan cara lain.
Untuk memberi pengobatan.
Untuk perawatan pada obstruksi saluran kencing.
Utuk penanganan pasca bedah pada pasien bedah.

4.2.2. Tips pencegahan infeksi pada pasien yang dikateterisasi :


1. Lepaskan kateter secepat mungkin.
2. Sistem pengumpulan kateter harus tetap tertutup dan tidak boleh terbuka kecuali
benar-benar perlu untuk alasan diagnostis atau pemeriksaan.
3. Ingatkan pasien saat penarikan kateter.
4. Urin yang mengalir melalui kateter harus diperiksa beberapa kali dalam sehari untuk
memastikan kateter tidak tersumbat.
5. Hindari mengangkat kantong pengumpulan urin diatas kandung kemih atau
pertahankan ketinggian kantong lebih rendah dari kandung kemih.
6. Jepit kateter bila akan mengangkat kantong diatas kandung kemih pasien selama
pemindahan pasien ke tempat tidur atau usungan.
7. Sebelum pasien berdiri, keluarkan seluruh urin dari kateter kedalam kantong.
8. Kantong drainase urin (pengumpulan) harus dikosongkan secara aseptik. Pegang
ujung kateter sampai kebagian samping kantong pengumpulan, atau harus dihindari
membiarkan ujung kateter menyentuh urin dalam bejana. Ganti kantong dengan
wadah baru dan bersih. Apabila tabung drainase tidak tersambung, jangan
menyentuh ujung kateter atau pipa. Basuh ujung kateter dan pipa dengan larutan
antiseptik sebelum disambungkan kembali.
9. Bersihkan kepala penis dan lubang uretra (pria) atau jaringan sekitar uretra
(perempuan) setelah buang air besar atau jika pasien inkontinensia.
10. Apabila pembuangan sering dilakukan, kateter harus diganti.

22
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 5
SURGICAL SITE INFECTION ( SSI )

5.1. DEFINISI
Surgical Site Infection (SSI) merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi
akibat suatu tindakan pembedahan.
Diklasifikasikan menjadi :
Infeksi insisional superfisial.
Infeksi insisional dalam.
Infeksi organ / rongga.

1. Superficial Incisional SSI :


Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu 30 hari pasca bedah.
Meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain diatas fascia.
Terdapat paling sedikit 1 keadaan berikut :
a. Keluar cairan purulen dari luka insisi atau drain di atas fascia.
b. Biakan positif dari cairan luka atau jaringan yang diambil secara aseptik.
c. Terdapat paling sedikit satu tanda peradangan : nyeri tekan, bengkak, kemerahan,
panas, kecuali bila hasil biakan negatif.
d. Dokter yg menangani menyatakan terjadi infeksi.

Di bawah ini tidak termasuk Superficial Incisional SSI :


a. Transudasi / abses luka jahitan.
b. Infeksi jahitan episiotomi.

2. Deep Incisional SSI :


Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu 30 hari pasca bedah atau sampai 1
tahun bila ada implant.
Meliputi otot dan jaringan lunak dibawah fascia.

23
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Terdapat paling sedikit 1 keadaan berikut :


a. Keluar cairan purulen dari luka insisi tapi bukan berasal dari komponen organ / rongga
daerah pembedahan.
b. Insisi dalam secara spontan mengalami dehisens atau sengaja dibuka oleh ahli bedah
dan pasien mempunyai paling sedikit 1 dari tanda berikut : demam (>38 C) atau nyeri
lokal, kecuali bila hasil biakan negatif
c. Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai insisi dalam, pada
pemeriksaan langsung, waktu pembedahan ulang atau dgn pemeriksaan histopatologis
atau radiologis.
d. Dokter yg menangani menyatakan terjadi infeksi.

3. Organ / Space SSI :


a. Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada implant.
b. Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant.
c. Paling sedikit menunjukkan 1 gejala berikut :
Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka ke dalam organ./ rongga.
Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ./ rongga.
Ditemukan abses atau tanda infeksi lain yang mengenai organ / rongga, waktu
pemeriksaan langsung pada pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan
histopatologis / radiologis.
Dokter yang menangani menyatakan infeksi organ / rongga.

5.2. KATEGORI OPERASI


5.2.1. Operasi Bersih
Ciri-cirinya :
Operasi dilakukan pada daerah / kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat
peradangan.
Tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring, traktus
urinarius atau traktus billier.
Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakaian
drain tertutup.
5.2.2. Operasi Bersih Tercemar
Ciri-cirinya :
Operasi membuka traktus digestivus, traktus billier, traktus urinarius, traktus
respiratorius sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali ovarium.
Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), contohnya operasi pada traktus
billier, apendiks, vagina atau orofaring.
5.2.3. Operasi Tercemar
Ciri-cirinya :
Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu emas
(Golden periode)
5.2.4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi
Ciri-cirinya :

24
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius yang


terinfeksi.
Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial).
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian , terdapat jaringan luas atau kotor.
Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor /
terinfeksi.

5.3. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN / PREVENTIVE & CONTROL


MEASURES
5.3.1. Persiapan Tim Bedah.
5.3.2. Pra Bedah :
1. Perawatan pasien pra bedah, satu hari untuk operasi berencana. Apabila keadaan
yang memperbesar terjadinya SSI tidak dapat dilakukan diluar rumah sakit, misal
malnutrisi berat, diabetes mellitus, obesitas, infeksi, pemakaian kortikosteroid,
yang memerlukan oral atau parenteral hiperalimentasi, maka pasien dapat di rawat
lebih awal.
2. Semua pemeriksaan dan pengobatan untuk persiapan operai hendaknya ilakukan
sebelum rawat inap agar waktu pra bedah menjadi pendek.
3. Malam sebelum pembedahan mandi dengan antiseptik.
4. Daerah pembedahan harus dibersihkan / dicuci dengan antiseptik kulit dengan
teknik dari sentral kearah luar. Antiseptik yang dianjurkan adalah Klorheksidin 2
%, yodium atau iodofor.
5. Dilarang mencukur rambut disekitar lokasi operasi. Apabila di area operasi terdapat
rambut tebal, maka harus dipotong dengan menggunakan gunting rambut elektrik
(Clipper) segera sebelum pembedahan berlangsung.
6. Dikamar operasi pasien ditutup dengan duk steril sehingga hanya daerah operasi
yang terbuka.
7. Antibiotik profilaksis diberikan secara :
a. Sistemik dengan syarat :
Tepat indikasi ( hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian
implant dan protesis, atau operasi dengan risiko tinggi seperti bedah
vaskular atau bedah jantung ).
Tepat jenis ( sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab
SSI ).
Tepat dosis.
Tepat cara pemberian ( harus diberikan secara IV 2 jam sebelum insisi
dilakukan dan dilanjutkan tidak lebih dari 48 jam ).
b. Oral : hanya digunakan untuk operasi kolorektal dan diberikan tidak lebih dari
24 jam.
5.3.3. Intra Bedah :
1. Teknik operasi :
Harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari kerusakan jaringan lunak
yang berlebihan, menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan, dan
menghilangkan tertinggalnya benda asing yang tidak diperlukan.

25
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

2. Lama operasi :
Operasi dilakukan secepat-cepatnya dalam batas yang aman.
3. Pemakaian drain :
Pemakaian drain harus dengan sistem tertutup, baik dengan cara penghisapan atau
dengan cara memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan drain harus melalui luka
tusukan diluar luka operasi.
5.3.4. Perawatan pasca bedah :
1. Untuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer.
2. Petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan standar , sebelum dan
sesudah merawat luka. Petugas tidak boleh menyentuh luka secara langsung
dengan tangan kecuali petugas memakai sarung tangan steril.
3. Kasa pembalut luka diganti apabila :
Basah
Menunjukan tanda-tanda infeksi
4. Jika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan Gram dengan biakan.

5.3.5. Pengendalian lingkungan :


1. Setiap orang yang masuk unit OT harus :
Melakukan cuci tangan standar.
Memakai masker yang efektik menutup hidung dan mulut.
Memakai tutup kepala yang menutupi semua rambut.
Memakai sandal khusus kamar operasi.
2. Anggota tim bedah sebelum masuk kamar operasi harus mencuci tangan sesuai
prosedur (cuci tangan pembedahan).
3. Anggota tim bedah harus memakai jubah steril.
4. Anggota tim bedah harus memakai sarung tangan steril, apabila sarung tangan
tersebut bocor selama operasi berlangsung maka harus segera mengganti dengan
sarung tangan steril yang baru.
5. Untuk operasi tulang atau pemasangan implant harus memakai 2 lapis sarung
tangan steril.
6. Semua pintu kamar operasi harus tertutup dan jumlah personil yang keluar masuk
kamar operasi harus dibatasi.
7. Ventilasi kamar operasi harus diperhatikan dalam hal :
Udara yang sudah disaring masuk ke kamar operasi dari atas dikeluarkan
kebawah.
Frekwensi pergantian udara 25 x / jam.
8. Alat-alat operasi harus disterilkan dengan otoklaf. Kesempurnaan kerja otoklaf
tersebut harus diperiksa seminggu sekali.
9. Kamar operasi harus dibersihkan :
Antara 2 operasi.
Tiap hari ( walaupun kamar operasi tidak dipakai).
Tiap minggu ( satu hari tanpa operasi untuk pembersihan menyeluruh ).
10. Operasi bersih dilakukan sebelum operasi kotor dilakukan. Setelah operasi kotor
apabila akan dilakukan operasi berikutnya, harus dibersihkan secara sempurna.
11. Untuk operasi pasien infeksi seperti hepatitis usahakan memakai alat sekali pakai.

26
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

12. Biakan udara, dinding, lantai di kamar operasi, secara rutin dilakukan 1 x setahun
atau bila diperlukan.

BAB 6
HOSPITAL ACQUIRED PNEUMONIA (HAP) / VENTILATOR ASSOCIATED
PNEUMONIA (VAP)

6.1. DEFINISI :
HAP didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi setelah 48 jam atau lebih setelah pasien
masuk rumah sakit, yang tidak berinkubasi pada saat masuk rumah sakit.

VAP didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial yang terjadi pada pasien setelah 48 jam
pemasangan ventilasi mekanik melalui trachea atau tracheostomy tube.

Kriteria diagnostik pneumonia :


1. Chest X Ray ditemukan adanya infiltrat, konsolidasi baru atau progresif.
2. Paling sedikit dua dari keadaan di bawah :
demam 38o C.
leukositosis atau luekopenia.
sputum purulen.

6.2. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN / PREVENTIVE & CONTROL


MEASURES
6.2.1. Strategi pencegahan pneumonia pasca bedah adalah hal-hal berikut ini :
1. Pengelolaan pra dan pasca bedah ditujukan pada :
Pasien yang akan mendapatkan pembiusan dan menjalani pembedahan toraks
dan abdomen.
Disfungsi paru berat.
Kelainan paru-paru.
Pengelolaan pra dan pasca bedah meliputi pengobatan dan instruksi medis dan
perawatan.
2. Pengelolaan pra bedah meliputi :
Pengobatan atau resolusi infeksi paru.
Mempermudah pengeluaran sekret saluran napas ( bronkodilator, drainase
postural, perkusi ).
Berhenti merokok.
3. Instruksi pra bedah meliputi :
Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya sering batuk, napas dalam dan
mobilisasi.
Pasien memperagakan batuk, napas dalam.
4. Pengobatan dan instruksi pasca bedah ditujukan untuk mendorong pasien untuk
sering batuk, napas dalam dan ambulasi jika ada kontra indikasi medis,

27
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

dikombinasikan dengan ambulasi dini (duduk dan jalan) dan membatasi


penggunaan analgesik narkotik jangka pendek, optimalkan obat nyeri untuk
memberi rasa nyaman kepada pasien pada waktu batuk.
5. Jika cara konservatif diatas gagal untuk mengeluarkan sekret saluran napas maka
dapat dikerjakan drainase postural dan perkusi.
6. Antibiotika sistemik tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.

6.2.2. Strategi pencegahan pneumonia pada pemasangan ventilasi mekanik adalah hal-hal
berikut ini :
1. Untuk meminimalkan infeksi silang lakukan hal-hal berikut :
Ventilasi mekanik harus digunakan hanya kalau diperlukan dan hanya selama
diperlukan.
Gunakan sarung tangan steril pada saat mengisap lendir pasien dengan
ventilator.
Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan serta sebelum
dan sesudah menyentuh pasien.
Jangan menyentuh barang lain dalam kamar atau pasien setelah melakukan
pengisapan dan sewaktu masih memakai sarung tangan.
Cegah cairan yang mengental dalam pipa ventilator supaya tidak mengalir ke
pasien karena mengandung sejumlah besar mikroorganisme.(setiap cairan
dalam pipa harus dikeluarkan dan dibuang, serta jaga jangan sampai cairan
mengalir ke pasien).
Gunakan hanya bola nebulizer yang kecil karena nebulizer menghasilkan
aerosol yang dapat menembus jauh kedalam paru (nebulizer volume besar yang
terkontaminasi jangan dipakai sebab ada hubungannya dengan pneumonia
gram negatif). Untuk mencegah bola nebulizer volume kecil menjadi
terkontaminasi, harus dibersihkan dan dikeringkan diantara pemakaian,
diproses ulang setiap hari (dekontaminasi, dibersihkan, dan di DTT dengan uap
panas) dan gunakan hanya cairan steril.
Humidifier dapat menjadi sumber kontaminasi silang, sehingga harus dicuci
dan didisinfeksi antara penggunaan dari pasien ke pasien lain.
Sikuit pernapasan harus di dekontaminasi, dibersihkan, dan disinfeksi tingkat
tinggi dengan penguapan panas atau direndam dalam disinfektans kimia tingkat
tinggi.
Alat resusitasi seperti Ambubags, sulit untuk didekontaminasi, dibersihkan dan
didisinfeksi tingkat tinggi. Untuk mencegah hal ini, segera memproses ulang
atau mengganti setelah pemakaian.
Cegah reflux gaster pada pemakaian pipa makanan, dengan cara memberi
makanan sedikit demi sedikit tapi sering, dan meninggikan kepala tempat tidur,
30 derajat.

28
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 7
BLOOD STREAM INFECTION ( BSI ) /
INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)

7.1. DEFINISI & SKALA PERMASALAHAN / DEFINITION & SCOPE OF


PROBLEMS

Catheter Related Blood Stream Infection (CRBSI) adalah bakteriemia / fungemia pada pasien
dengan kateter intravaskuler dengan paling sedikit satu kultur darah positif yang diambil dari
vena perifer, adanya manifestasi klinik infeksi (yaitu demam, menggigil dan atau hipotensi) dan
tidak ada sumber infeksi BSI lain kecuali kateter.
Kateter yang dimaksud adalah kateter vena sentral (CVC Central Venous Catheter) sebagai
penyebab mayoritas komplikasi BSI di ICU.
BSI dikatakan berhubungan dengan kateter vena sentral bila kateter tersebut telah dipakai
selama 48 jam sebelum perkembangan BSI.
Kriteria Diagnosa BSI :
Harus memenuhi salah satu dari 3 kriteria berikut :
1. Kriteria 1.
Pasien mengalami infeksi kuman patogen yang berasal dari satu atau lebih biakan darah dan
kuman patogen tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
2. Kriteria 2.
Pasien mengalami minimal salah satu gejala dan tanda berikut : demam (>38 oC), menggigil
atau hipotensi; dan salah satu dari berikut :
a. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari 2 atau
lebih biakan darah yang diambil dalam waktu terpisah.
b. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari
minimal satu biakan darah pada pasien dengan kateter vena sentral, dan dokter telah
memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai.
c. Test antigen darah positif (contoh untuk Hemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitides, or group B Streptococcus) dan test yang positif
tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
3. Kriteria 3.
Pasien berumur < 1 tahun dengan minimal satu gejala / tanda berikut : demam (>38 oC),
hipotermi (<37oC), apneu, bradikardi dan minimal salah satu dari berikut :
a. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari 2 atau
lebih biakan darah yang diambil dalam waktu terpisah.
b. Terdapat kontaminan kulit yang lazim (misalnya Diptheroids, Bacillus spp.,
Propionibacterium spp., Coagulase-negative Staphylococci atau Micrococci) dari

29
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

minimal satu biakan darah pada pasien dengan kateter vena sentral, dan dokter telah
memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai.
c. Test antigen darah positif (contoh untuk Hemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitides, or group B Streptococcus) dan test yang positif
tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat lain.

7.2. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN / PREVENTIVE & CONTROL


MEASURES
7.2.1. Identifikasi populasi berisiko sebagai berikut :
1. Populasi berisiko BSI adalah semua pasien yang menggunakan alat intravaskuler
dalam waktu > 2 X 24 jam
2. Faktor risiko adalah :
Lama penggunaan alat intravaskuler.
Kondisi immunocompromized.
Malnutrisi.
Luka bakar.
Luka operasi tertentu.

7.2.2. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi :


adalah memutuskan rantai penularan untuk mencegah masuknya mikrobakterial
kedalam sistem kardiovaskuler.
Strategi tersebut adalah hal-hal berikut ini :
1. Melakukan cuci tangan standar. Cuci tangan adalah salah satu prosedur yang sangat
penting untuk mencegah infeksi.
2. Gunakan sarung tangan steril untuk insersi dan mengganti verban.
3. Penggunaan cairan steril.
4. Penggunaan peralatan steril.
5. Teknik aseptik pada pemasangan intra-vena atau intra-arteri.
6. Mengganti verban pada luka tusukan / insersi.
7. Perhatian pada pemberian obat, darah atau produk darah.
8. Jika ditemukan bulu pada tempat insersi IV, maka bulu tersebut digunting untuk
mengurangi risiko kontaminasi dari bakteri pada bulu.
9. Menggunakan jarum intravaskuler yang sesuai dengan keadaan vena / arteri.
10. Pertahankan lingkungan yang bersih.
11. Pada kateter perifer :
Bila tempat insersi tanpak kotor, bersihkan dulu dengan anti septik
Setiap hari dilakukan monitoring pada tempat insersi (apakah ada nyeri?)
Ganti IV kateter setiap 72-96 jam
12. Pada kateter vena sentral :
Bila tempat insersi tanpak kotor, bersihkan dulu dengan antiseptik.
Pemasangan dilakukan di ruang tindakan (bukan di ruang perawatan) dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) sebagai berikut : sarung tangan steril,
apron, masker bedah, duk steril.

30
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

13. Penggantian cairan dan set infuse.


Ganti plaboth / botol cairan infuse setiap 24 jam.
Set infuse harus diganti apabila rusak atau secara rutin setiap 72 jam.
Set infuse yang dipakai untuk memberikan darah, produk darah, emulsi lemak
harus diganti setiap 24 jam.

31
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 8
KEWASPADAAN ISOLASI / ISOLATION PRECAUTION

8.1. ISOLASI / ISOLATION


Isolasi merupakan upaya pembatasan penyebaran penyakit infeksi. Baik dari luar SBIH,
maupun interna SBIH, dari satu pasien ke pasien lain, dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya atau yang disebut sebagai HAIs (Healthcare Associated Infections). HAIs dapat
dicegah bila petugas kesehatan, pasien / pengunjung, patuh menjalankan program PPI.
Isolation is an effort to limit the spread of infectious diseases. From the outside hospital, as
well as internal SBIH, from one patient to another, from patients to health workers or vice
versa, or the so-called HAIs (Hospital-associated infections). HAIs can be prevented if health
workers, patients / visitors, dutifully carry out PPI program
Prinsip dasar PPI berdasarkan pedoman baru yang dikeluarkan CDC tahun 2007 adalah :
Kewaspadaan standar : diterapkan pada pasien, staf dan semua orang yang datang ke
rumah sakit.
Kewaspadaan berdasarkan Penularan / Transmisi : hanya diterapkan pada pasien rawat
inap, sampai diagnosis tersebut dapat dikesampingkan.
Basic principles of infection prevention and control based on the new guidelines issued by
CDC in 1996 include:
Standard precautions: apply to patients, staff and all hospital visitors
Transmission base precautions: Only applicable to inpatients, until a diagnosis can be
excluded

8.1.1. Kewaspadaan standar (Standar Precaution)


Oleh karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus melalui darah seperti HIV dan
Hepatitis B/C dan lain sebagainya, tidak menunjukan gejala setelah tertular, maka
kewaspadaan standar dirancang untuk perawatan bagi semua orang, pasien, petugas,
pengunjung, tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi atau tidak,.termasuk bagi
orang-orang yang baru terinfeksi dengan penyakit menular melalui cara lain dan
belum menunjukkan gejala. Kewaspadaan standar diterapkan untuk sekreta
pernapasan, darah dan semua cairan tubuh lainnya, serta semua ekskreta (kecuali
keringat), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa. Penerapan ditujukan untuk
mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme dari sumber infeksi yang diketahui
ataupun yang tidak diketahui, dalam sistem pelayanan kesehatan seperti pasien, benda
yang tercemar, jarum atau spuit yang telah digunakan.
Because most people who are infected through blood such as HIV and Hepatitis B / C,
etc., do not show symptoms after infected, so standard precautions are designed to
care for all people, patients, staff, visitors, regardless of whether they are infected or
not, including for those people newly infected with a communicable disease through
other means and not showing any symptoms. Standard precautions apply to secret of
breathing, blood and all other body fluids, and all excreta, (except sweat),not intact
the skin and mucous membrane. The aim is to reduce the risk of spread of

32
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

microorganisms from known or unknown source of infection, in the health services


systems such as patient, contaminated objects, used needles or syringes.

Komponen utama kewaspadaan standar/ main components of standard precaution :


8.1.1.1. Kebersihan tangan/ Hand Hygiene
Dari sudut pandang PPI, praktek membersihkan tangan dimaksudkan untuk
mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit tangan. Mikroorganisme ini tidak hanya
mencakup sebagian besar organisme yang diperoleh dari kontak dengan
pasien dan lingkungan tetapi juga sejumlah mikroorganisme permanen yang
tinggal dilapisan terdalam kulit. Selain memahami panduan dan rekomendasi
untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami
keuntungan dan terutama keterbatasan pemakaian sarung tangan. Kegagalan
untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat, dianggap
sebagai sebab utama HAIs dan penyebaran mikroorganisme, multiresisten di
fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang
penting terhadap timbulnya wabah ( Boyce da Pittet 2002 ). Mencuci tangan
dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang paling penting dan efektif
untuk mencegah penularan infeksi. Idealnya mencuci tangan harus dilakukan
selama minimal 15 sampai 20 detik. Penting sekali untuk mengeringkan
tangan setelah mencuci tangan. Pemakaian sabun dan air tetap penting ketika
tangan terlihat kotor. Untuk kebersihan tangan rutin ketika tangan tidak
kelihatan kotor atau debris, alternatif cuci tangan dengan menggunakan hand
rub berbasis alkohol dapat diterima.
From the perspective of prevention and infection control, the practices is
intended to prevent infection spread by hand by removing all dirt and debris
and inhibit or kill microorganisms on the skin. Microorganism covers most
of the organisms obtained from the contact with the patient and the
environment but also a number of microorganisms that live permanently in
skin layers. Beside understand the guidelines and recommendations for hand
hygiene, health workers need to understand the advantages and limitations
of the use of gloves. Fail to perform hand hygiene, is considered a major
cause of HAIs and spread of multiresistancy microorganisms in healthcare
facilities and has been recognized as an important contributor to outbreaks
(Boyce da Pittet 2002). Washing your hands properly is the only most
important and effective element to prevent transmissionof infection . Hand
washing should be done for at least 40 to 60 seonds. It is important to dry
hands after washing hands. The use of soap and water remains important
when hands look dirty. For routine hand hygiene when hands do not look
dirty or debris, alternative hand-washing using alcohol-based hand rub can
be accepted.

8.1.1.2. Hygiene respirasi / etika batuk dan atau bersin/ Respiratory Hygiene
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
Cover mouth and nose during cough and sneeze

33
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Pakai tissue, saputangan, masker kain / medis bila tersedia, buang ke


tempat sampah medis.
Use paper tissue, mask if available, dispose to infectious waste bin,
Lakukan cuci tangan.
Perform hand washing

8.1.1.3. Praktek menyuntik yang aman/ safe injection


Pakai jarum yang steril dan sekali pakai pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
Use sterile and disposable injection to prevent contamination
Bila memungkinkan sekali pakai walaupun multidose. Jarum atau spuit
yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat
dipakai untuk pasien lain.
If possible use disposable even the drug is multidose. Reuse neddle and
syringe which is use to take drug in multidose vial may produce
contamination.

8.1.1.4. Praktek pencegahan untuk prosedur lumbal punksi/ Prevention pactice


for lumbal punctie procedur
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat kedalam area
spinal / epidural melalui prosedur lumbal punksi misalnya saat melakukan
anestesi spinal dan epidural, myelogram, untuk mencegah transmisi droplet
flora orofaring.
Use of mask during catheter insertion or medication injection into spinal/
epidural area, example in spinal/ epidural anesthesia, myelogram, to prevent
oropharyng droplet transmission.
8.1.1.5. Penggunaan alat pelindung diri/ use of PPE (Personel Protective
Equipments)
Pelindung barier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri
(APD) telah digunakan bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan
munculnya HIV dan Hepatitis C serta meningkatnya kembali tuberkulosis di
banyak negara maka pemakaian APD menjadi sangat penting untuk
melindungi petugas kesehatan.
PPE is used for many years to protect patient from microorganism spread
from helathcare provider. But with the occurence of HIV and Hepatitis B/C
in many countries and increasing tuberculosis cases then the use of PPE
becaming very important to protect healthcare providers.

Demikian jga munculnya Emerging Infectious Diseases seperti Flu burung


( H5N1), SARS, pemakaian APD semakin dianjurkan dan semakin penting
untuk digunakan. Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar.
Similarly with the occurence of Emerging Infectious Diseases such as Bird
Flu, SARS, the use of PPE more recomended and is very important to be
used. To be effective, PPE should be used correcly.

34
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Misalnya gaun dan duk telah terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya
bila dalam keadaan kering, sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi
sebagai spons yang menarik bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan
kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai
konsekuensinya, semua petugas kesehatan harus mengetahui dengan baik
tentang kegunaan, keterbatasan, serta peran APD dalam mencegah penyakit
infeksi, sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
For example dress and products have been proven to prevent infection in
wounds only when dry condition, while in wet conditions, the fabric acts as
a sponge that attract bacteria from skin or equipment through the fabric so it
can contaminate surgical wounds. As cosequences, all health workers
should know about the usefulness, limitations, and the role of APD in
preventing infectious diseases, which can be used effectively and efficiently

Jenis alat pelindung diri dapat dilihat dalam Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, sementara standar penggunaan APD dalam
pencegahan infeksi dapat dilihat dalam lampiran 2.
Types of personal protective equipment can be seen in the Guidelines for
Occupational Safety and Health, while the standard use of APD in the
prevention of infection can be seen in appendix 2.

8.1.1.6. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai/


Management of reuse medical equipments
Petugas kesehatan menghadapi risiko terkena infeksi serius karena penularan
virus lewat darah sepeti HBV, HCV dan HIV. Risiko terbesar bagi petugas
adalah :
Saat melakukan atau membantu prosedur bedah.
Saat menangani instrumen operasi dan peralatan.
Saat membersihkan ruangan dan sampah, termasuk pembuangan sampah
yang terinfeksi.
Health workers face the risk of serious infection due to virus transmission
through blood n case of HBV, HCV and HIV. Largest Risk for officers are:
When performing or assisting surgical procedures
When handling instruments surgery and equipment
When cleaning the room and waste, including disposal of infected waste.

Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan


penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barang-barang lain yang dipakai kembali adalah : Dekontaminasi,
Pembersihan, Disinfeksi dan Sterilisasi atau Disinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT).
Basic infection prevention process that is recommended to reduce
transmission of disease from dirty instruments, surgical gloves, and other

35
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

reusedequipment are: Decontamination, cleaning, disinfection and


sterilization or high level disinfection (DTT).

Apapun jenis tindakan prosedur bedah, langkah-langkah dalam memproses


barang-barang bekas pakai sama. Dekontaminasi dan Pembersihan
merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif dalam meminimalisasi
risiko penularan kepada petugas kesehatan. Tindakan-tindakan ini
merupakan langkah yang penting untuk memutuskan rantai penularan
infeksi. Setelah menyelesaikan pembedahan atau tindakan medis invasif, dan
sementara masih memakai sarung tangan, dokter atau asisten harus
membuang benda-benda terkontaminasi kedalam kantong plastik atau
kontainer tertutup yang tahan bocor, selanjutnya pilahkan antara benda tajam
lalu benda tajam dibuang pada kontainer khusus yang tahan tembus.
Akhirnya semua benda-benda yang akan diproses ulang / dipakai kembali
harus didekontaminasi dengan merendam selama 10 menit dalam
disinfektans ( misal larutan klorin 0,5 % ). Langkah ini sangat penting dan
harus dilakukan sebelum benda-benda tersebut disterilkan, atau DTT.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan /
instrumen bedah.
Whatever type of surgical procedure, steps in the processing of used
equipments are the same. Decontamination and cleaning are preventive
measures that are effective in minimizing the risk of transmission to health
workers. This action is an important step to break the chains of transmission
of infection. After finishing surgery or invasive procedure, and while still use
glove, the physician or assistant must remove contaminated object into
plastic bags or sealed containers leakproof, then sharps are disposed into in
special containers. Finally, all reuse equipments are decontaminated by
soaking for 10 minutes in disinfectans (eg 0.5% chlorine solution). This step
is very important and must be done before the equipments are sterilized or
DTT. Decontamination is the first step in handling equipment / surgical
instruments.
Kemudian untuk/ Then for:
Barang-barang yang kontak dengan aliran atau bersentuhan dengan
jaringan steril dibawah kulit atau menembus jaringan atau sistem
vaskuler (critical items) harus melalui proses sterilisasi. Bila sterilisasi
tidak mungkin dilakukan atau alatnya tidak ada, DTT dengan dididihkan
atau diuap (steam) atau direndam dalam disinfektans kimiawi merupakan
satu-satunya alternatif yang dapat diterima.
Equipments in contact with the bloodstream or into contact with sterile
tissue under the skin or through vascular system (Critical items) must be
sterilide. If sterilization process is not possible or the equipments is not
availabe, DTT with boiled or steamed or soaked in the chemical
disinfectans is the only acceptable alternative.

36
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Instrumen atau barang-barang lain yang hanya menyentuh selaput lendir


atau kulit yang terluka atau membran mukosa (semi critical items) hanya
memerlukan DTT.
Instrumens which only contact with mucuous membrane membrane or
non-intact skin/ membrane mucuos (semi critical items) only need DDT.
Barang-barang yang dipakai pada permukaan kulit (non critical item )
hanya menggunakan Disinfeksi Tingkat Rendah (DTR).
Equipments only use in the surface of skin (non critical items) are only
need Low level Desinfectant (DTR).

DEFINISI/ Definition
DEKONTAMINASI/ DECONTAMINATION :
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani sebelum
dibersihkan (menginaktivasi virus atau mikroba lainnya) dan mengurangi
jumlah tetapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang
mengontaminasi.
The process that makes equipments more secure before cleaning
(inactivate viruses or other microbes) and reducing the number, but does
not eliminate the amount of contaminating microorganisms.

DISINFEKSI TINGKAT TINGGI ( DTT ) :


Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa
endospora bakteri dari objek, dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektans kimiawi.
Process to eliminate all microorgnism, except several endospora bacteria
from the object by boiling,steaming or use chemical desinfectant
PEMBERSIHAN/ CLEANING :
Proses yang secara fisik membuang semua debu yang tampak, kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya, dari benda mati atau membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau menangani objek. Proses terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air bersih, membilas dengan
air bersih lalu mengeringkannya.
Physical process to dispose all visible dirt, blood or any other body fluid
or disposed several microorganism to reduce risk for staff who contact
with the skin or handling the objects. The process are cleaning by soap or
detergent and clean water, rinse with clean waters the dry it.
STERILISASI/ STERILIZATION:
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap
tekanan tinggi ( autoklaf ), panas kering ( oven ), sterilisasi kimiawi, atau
radiasi.
Process to eliminate all microorganism (viruses, bacteria, fungus and
paracytes) including endospore of bacterial by high pressure steam
(autoclav), dry heat (oven), chemical sterilization or radiation.

37
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

8.1.1.7. Sterilisasi/ Sterilization


Dibahas lebih lanjut dalam Pedoman Kamar Bedah dan CSSD.
Discusse further in CSSD Plan.

8.1.1.8. Pengelolaan benda tajam, Sanitasi Lingkungan RS & Pengelolaan


Sampah Medik (limbah infeksius)./ Management of Sharp, Hospital
Environment and Infectous WAste
Dibahas dalam Pedoman Pengolahan Limbah yang dikeluarkan oleh Unit
Sanitasi.
Discussed further in Waste Management Plan released by Sanitation Unit

8.1.1.9. Pengelolaan linen/ linen management


Dibahas dalam Pedoman Unit Laundry.
Discussed further in Laundy Plan.

8.1.1.10. Pengelolaan makanan & minuman/ Food and Drink Management


Dibahas dalam Pedoman Unit Kitchen.
Discussed further in Kitchen Plan

8.1.1.11. Pemeliharaan alat AC & mesin sterilisasi / Maintenance of AC and


sterilization Machine
Dibahas dalam Pedoman Unit Maintenance (Medic & Building).
Discussed further in Maintenance Unit Plan (Medical and Building)

8.1.2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission Based Precaution)


Berdasarkan Pedoman Pencegahan HAIs DEPKES RI tahun 2001maka pedoman yang
digunakan untuk Isolasi pasien di SBIH adalah Transmission Based Precaution yang
didasarkan atas cara penularan / transmisi penyakit yang terdiri dari tiga jenis :
Base on HAIs Prevention Guideline Ministry of Health RI on 2001, the guidline use
for patient isolation in SBH is transmission based precaution which is base on disease
transmission:
1. Isolasi berdasarkan transmisi penyakit/ isolation base on disease
transmission:
a) Airbone precaution (kewaspadaan penularan lewat udara).
Airbone Precaution digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan halus di udara,
yaitu : Tuberkulosis Paru pada orang dewasa (bila suspect dan atau BTA
positif, Campak (sampai dengan 4 hari setelah rash muncul ), varisela,
termasuk herpes zoster yang menyebar/disseminated ( 1-2 hari sebelum rash /
lesi kulit muncul sampai semua rash berbentuk krusta ).
Airborne precaution apply to patient who is suspected or confirmed suffered
from serious disease which is transmitted through droplet nuclei in air:
tuberculosis in adult (for suspect of Positive AFB), measles (until 4 days
after the rash appears), and varicella, including disseminated zooster (1-2
days before skin rash untul all rash become crusta).
TATA LAKSANA / MANAGEMENT:

38
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

1) Penempatan pasien/ Patient care:


Tempatkan pasien pada tempat / ruang yang memenuhi standar sebagai
berikut ( standar ruang Isolasi penularan melalui udara )
Place patient in room with below requirements :
Bertekanan negatif termonitor ( negative air flow ) - 2,5 Pascal dan
ada kamar mandi didalam ruangan pasien.
Montored negative airflow - 2,5 Pascal with ensuite bathroom.
Ruang isolasi tidak boleh memakai AC sentral, lebih baik memakai
exhausted fan.
Do not use centralized Air Conditioner, use exhaust fan.
Ruang isolasi mempunyai pintu tertutup (selalu tertutup), pintu tidak
boleh dibuka bila tidak perlu.
The door must always be closed, not to be opened unless necesarry.
Memiliki jendela yang dapat dibuka keluar atau ke udara bebas.
Has window that can be opened to free air.
Ada ruang antara yang dilengkapi / has anteroom equipped with:
Loker untuk penyimpanan APD dan peralatan medis.
Locker to store PPE and medical equipments
Fasilitas cuci tangan (wastafel, tissue, sabun dan cairan
antiseptik).
Hand wash facility (wash basin, tissuen soap and antiseptic
liquid)
Minimal pergantian udara 12 ( duabelas ) kali setiap jam yang
dipantau terus menerus.
Minimal air changes is 12 times/ hour and continuously monitored.
Pembuangan udara keluar yang memadai dan penggunaan filter
tingkat tinggi termonitor sebelum udara beredar keseluruh rumah
sakit.
Appropriate air drainage and the use of monitored high eficiency
filter before the air spread to hospital area.
Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan
dengan pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan
tidak ada infeksi lain.
If the single room is not available, place the patient in the same
room with other patient with the same infectous disease nd no other
infection.

2) Alat pelindung diri (APD) / PPE (Personel Protective Equipments)


Masker Efisiensi Tinggi, misalnya masker N 95
High eficiency Mask, example N95 mask
Gaun / gown.
Sarung tangan disposibel/ disposable gloves.
Plastik apron ( bila diperlukan )./ plastic apron if necesarry.

3) Peralatan perawatan pasien/ Patient care equipments :

39
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Semua peralatan hanya digunakan untuk satu pasien/all equipments


are only used for one patient :
Termometer
Stetoskop/ stethoscope
Sphygmomanometer / Tensimeter.
Tourniquet.
IV set.
Baskom mandi/ bath wash comb
Troly tindakan./ trolley
Bedpan/Urinal.

4) Transport pasien/ patient transport :


Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal
yang penting saja.
Limit the patient transport or mobilizaton oly for important things
Bila pemindahan atau pengangkutan pasien diperlukan, hindari
penyebaran droplet nucleus dengan memberi pasien masker bedah.
Give the patient surgical mask during trasportation

b) Droplet precaution (kewaspadaan penularan lewat droplet).


Droplet Precaution digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan pratikel besar
(>5m), yaitu :
Droplet precaution is applied to patient which is suspectedor confirmed to
have serious disease spread by large particle in air (>5m):
Invasive H.Influenzae tipe B, termasuk meningitis, pneumonia dan sepsis..
Invasive N.meningitidis, termasuk meningitis, pneumonia dan sepsis.
Invasive S.penumoniae multidrug resisten, termasuk meningitis, pneumonia,
sinusitis dan otitis media.
Bakteri infeksi saluran nafas lain dengan transmisi droplet/ other respiratory
tract infection with droplet transmission :
Diphteria (pharyngeal).
Mycoplasma pneumoniae.
Pertussis.
Pneumonia plague.
Streptococcal pharyngitis, pneumonia, atau scarlet fever pada bayi dan
anak-anak.
Infeksi virus serius dengan transmisi droplet, termasuk / viral infection with
droplet transmission:
Adenovirus.
Influenzae.
Mumps.
Parvovirus B19.
Rubella.

40
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

TATA LAKSANA/ MANAGEMENT:


1 Penempatan pasien/ location of patient :
Tempatkan pasien pada ruang tersendiri dengan kamar mandi di
dalam.
Place the patient in single room with ensuite bathroom
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara
kohort (bersama pasien lain dengan infeksi aktif organisme yang
sama, tetapi tidak ada infeksi lain).
If single room is not available, place the patient in cohort (with other
patient who has same microorganism and no other infection)

2 Alat pelindung diri (APD)/ PPE


Masker digunakan apabila petugas berada dengan jarak kurang dari
atau sama dengan 3 feet (1 meter) dari pasien.
Mask is used if the healthcare provider within 3 feet (1 metre) from
the patient

3 Transport pasien/ patient transport


Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan
mendesak.
Limit the patient transport or mobilizaton oly for important things
Bila pemindahan atau pengangkutan pasien diperlukan, hindari
penyebaran droplet nucleus dengan memberi pasien masker bedah.
Give the patient surgical mask during trasportation

c) Contact precaution (kewaspadaan penularan lewat kontak).


Contact Precaution digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius yang mudah menular melalui kontak secara
langsung atau tidak langsung pasien (kontak dengan sesuatu di lingkungan
pasien), yaitu : infeksi gastrointestinal; respirasi; kulit atau luka dengan
kolonisasi bakteri yang multidrug resistant.
Contact precaution is applied to patient which is suspected or confirmed to
have serious disease spread by direct and indirect contact:gastrointestinal
infection, respiration, skin or wound with bacteria colonization multidrug
resistant.
- Infeksi enterik dengan gradasi rendah atau berkepanjangan termasuk/
enteric infection with low grdtion or prolong, including :
Clostridium difficile.
Enterohemorrhage, E.coli, Shigella, Hepatitis A, atau Rotavirus
pada pasien incontinentia.
- Respiratory Syncitial Virus, Para Influenza Virus, atau infeksi enterovirus
pada bayi dan anak anak.
- Infeksi kulit yang sangat menular atau yang bisa timbul pada kulit kering
termasuk/ skin infection tht highly contgious arise on dry skin, including: :
Diphteri.

41
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Herpez simplex virus ( neonatus atau mucocutaneus ).


Impetigo.
Abses besar, selulitis atau dekubitus.
Pediculosis.
Scabies.
Staphylococcal furuncolosis pada bayi dan anak anak.
Staphylococcal scalded skin syndrome.
Zoster ( disseminata atau immunocompromised host )
Viral / hemorrhagic conjunctivitis.
Viral hemorrhagic fever ( Lassa fever atau Marburg virus )
MRSA (Methycillin Resistance Staphylococcus Aureus)
ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase)

TATALAKSANA/ MANAGEMENT :
1) Penempatan pasien/ patient placement :
Tempatkan pasien pada ruang tersendiri dengan kamar mandi di
dalam
Place the patient in single room with bathroom inside
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara
kohort (bersama pasien lain dengan infeksi aktif organisme yang
sama, tetapi tidak ada infeksi lain)
B. If single room is not available, place the patient in cohort (with other
patient who has same microorganism and no other infection)

2) Alat pelindung diri (APD) / PPE:


Sarung tangan / gloves

3) Peralatan perawatan Pasien/ patient care equipment :


Gunakan peralatan pasien non kritis seperti stetoskop, tensimeter,
rectal thermometer masing masing satu untuk satu pasien atau
sekelompok pasien kohort untuk menghindari pemakaian bersama.
Bila pemakaian bersama tidak dapat dihindari, peralatan tersebut harus
selalu dibersihkan dan didisinfeksi sebelum dipakai untuk satu atau
sekelompok pasien lain.
Use non criticl patient care equipment such as stethoscope, tensimeter,
rectal thermometer for each patient or a group of patient with cohort.
Iing is unavoidabe, sich equipments should always be cleaned and
desinfected before being used for one or a group of pastient.

4) Transport pasien/ patient transport


Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang penting.
Bila terpaksa harus memindahkan pasien keluar dari kamar, usahakan
tetap melaksanakan precautions untuk mengurangi resiko penularan
kuman ke pasien lain dan kontaminasi lingkungan dan peralatan lain.

42
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Limit the transport patient into important occasions. If unavoidble, use


precaution to reduce the risk of transmission of microorganism to other
patient or environment or equipment.

8.1.3. Kewaspadaan dengan pendekatan sindromik dan kewaspadaan terhadap


mikroorganisme khusus/ sindromic aproach and special
microorganismPrecaution

Sindrom / Kondisi Klinik Penyebab Potensial Precaution Empiris


Diare/ diarrhea :
(1) Diare akut dengan Enteric pathogen Contact
kemungkinan infeksi pada
pasien inkontinensia/ Acute
diarrhea with possibility of
infection in incotinentia
patient
(2) Diare pada dewasa dengan Clostridium difficile Contact
riwayat pemakaian antibiotik
broad spectrum / jangka lama
Diarrhea in adult patient with
prolong use of antibiotic
broad spectrum
Meningitis :
Rash atau eksantema umum
dengan etiologi tidak diketahui
Rash or general eksanthema with
unknown etiology:
(1) Petechiae / echymose with Neisseria meningitidis Droplet
fever
(2) Vesicular Varisela Airborne / contact
(3) Makulopapuler with sneeze Rubeola (measles) Airborne
nd fever
Infeksi Respirasi/ respiratory
infection:
(1) Batuk / demam / infiltrat M. tuberculosis Airborne
lobus atas paru pada pasien
HIV negatif atau pasien
dengan resiko HIV yang kecil.
Cough/ fever/ upper lobe
infiltrt in patient with HIV (-)
or low risk.
(2) Batuk / demam / infiltrat paru M. tuberculosis Airborne
di lokasi manapun pada
pasien HIV positif atau pasien

43
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

dengan resiko tinggi terinfeksi


HIV.
Cough/ fever/ infiltrat in lung
in patient with HIV (+) or
high risk
(3) Batuk paroksismal atau yang Bordetella pertussis Droplet
menetap selama periode
pertusis.
Periode pertusis paroxismal
cough or residiv
(4) Infeksi respirasi terutama RSV atau parainfluenza Contact
bronchitis dan croup pada virus
bayi dan anak-anak.
Bronchitis and croup in baby
and child
Infeksi Pada Kulit / Luka
Abses atau luka basah yang tidak Staphylococcus aureus Contact
bisa ditutup. Grup A Streptococcus

2. Isolasi untuk organisme khusus/ isolation for special microorgnism


Isolasi precaution ini untuk mikro-organisme yang secara surveilans terbukti
mengakibatkan masalah tertentu yang berkaitan dengan obat antimikroba atau
penularan nosokomial.
For micro-organisms in surveillance proved to cause particular problems
associated with antimicrobial drug or nosocomial transmission.
Precautions berkaitan dengan organisme khusus diberlakukan dengan melihat
kasus per kasus pada keadaan sebagai berikut
Precution related to the specific microorganism enforced by looking at case by
case basis in the following sircumstances:
a) Bila pasien mengalami infeksi atau kolonisasi dengan organisme yang multi
drug resisten yang tidak dapat diobati dengan antibiotik biasa dan atau
If the patient has an infection or colonisation of multidrug resisteent
microorgnism cant be terated with common antibiotic, or
b) Bila organisme tertentu diketahui memiliki potensi merusak orang lain dan
atau ekologi sekitar rumah sakit karakteristik dari antibiogram, patogenitas,
virulensi, atau sifat epidemiologis organisme tersebut.
If particular organism is known have potention to damage people or ecology
round hospitl with chrcteristic from antibiogram, patogenity, virulency or
epidemiology of the microorganism.
c) Yang dimaksud dengan hal tersebut diatas adalah sebagai contoh/ for
example :
MRSA (Methycillin Resistant Staphylococcus Aureus ).
VRE ( Vancomycin Resistant Enterococci ).
MDR ( Multi Drug Resistant ).
ESBL ( Extended Spectrum Beta Lactamase ).

44
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

TATALAKSANA/ Mnagement :
1. Tempatkan pasien pada ruang tersendiri bila mungkin.
Place patient in single room if possible
2. Lakukan precaution perlindungan secara ketat untuk semua kontak
dengan pasien atau dengan lingkungan dekatnya.
Contct protection with ptient or sorrounding environment
3. Keharusan cuci tangan diberlakukan secara ketat setelah melepas sarung
tangan dan semua pakaian pelindung.
Always wash hand after remove glove or protective cloth
4. Pakailah sarung tangan untuk semua kontak dengan pasien, peralatan
pasien, sekitar tempat tidur dan lingkungan dekat pasien.
Use glove for every contact with ptient, equipment, and patient
environment
5. Gantilah sarung tangan sebelum menangani peralatan dan setiap kali
kotor.
Change the gloves before handling equipment and whenever dirty
6. Pakailah jubah disposable untuk kontak langsung dengan pasien,
peralatan yang berpotensial terkontaminasi dengan permukaan kamar.
Bukalah jubah sebelum meninggalkan kamar
Use disposable cloth for direct contact with patient, equipment and
surfce of room potentially contaminated by patient.
7. Pakailah masker dan kaca mata pengaman waktu melakukan prosedur
yang mengeluarkan aerosol misalnya suction, bronkoskopi, induksi
sputum, terapi aerosol dan lain-lainnya. Masker harus dibuka waktu
keluar dari ruangan.
Use mask nd google during procedure with aerosol producing, such as
suction, bonchoscopy, sputum induction, aerosol etc. Mask is removed
whenever left the room.
8. Sediakan perlengkapan satu set untuk masing-masing pasien dan
perlengkapan tidak boleh dipakai bersama (kecuali kalau didisinfeksi
secara baik), seperti termometer, stetoskop, kursi roda, stretcher dan
lainnya. Setelah pasien pulang, semua peralatan harus didisinfeksi.
Provide a set of equipment for each patient and equipment must not be
used together (unless properly disinfected), such as thermometers,
stethoscopes, wheel chairs, stretcher and others. After the patient's
home, all equipment must be disinfected.
9. Petugas kebersihan ditugaskan untuk membersihkan semua permukaan
ruangan seperti palang tempat tidur, meja overbed, lantai dan semua alat
lain yang kontak langsung dengan pasien, dengan germicide. Kain lap
yang digunakan untuk satu pasien tidak boleh digunakan untuk pasien
lain. Kain tersebut harus dicuci sebelum dipakai kembali atau dibuang.
Janitor is assigned to clean up all the room surfaces such as cross beds,
overbed tables, floors and all the other tools in direct contact with
patients, with a germicide. Cloths used for one patient may not be used

45
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

for other patients. The cloth should be washed before being used again or
disposed of.

8.2. KEBIJAKAN ISOLASI/ ISOLATION POLICY


1. Kriteria indikasi pasien yang menggunakan ruangan isolasi ditentukan oleh kesepakatan
antara Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI), Komite Keselamatan Pasien
dan Manajemen Resiko Klinis (KKP & MRK), Komite Medik, Komite Keperawatan dan
Perwakilan Direksi.
Criteria indicative of patients who use the isolation room is determined by
agreement between the Committee on the Prevention and Control of Infection
(KPPI), Committee on Patient Safety and Clinical Risk Management (KKPMRK),
Medical Committee, Nursing Committe and board of director.
2. Yang membuat daftar penyakit yang akan menempati ruang isolasi adalah Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI), Komite Keselamatan Pasien dan
Manajemen Resiko Klinis (KKP & MRK), Komite Medik, Komite Keperawatan dan
Perwakilan Direksi.
List of disese will use isolation room are made by Committee on the Prevention and
Control of Infection (KPPI), Committee on Patient Safety and Clinical Risk
Management (KKPMRK), Medical Committee, Nursing Committe and board of
director.
3. Kriteria indikasi pasien yang menggunakan ruangan isolasi dituangkan dalam sebuah
Daftar Indikasi Ruang Isolasi dan daftar tersebut disimpan di unit yang ada ruang
isolasinya dan di Bed Management.
Criteria indicative of patients who will use the isolation room is listed in an
Isolation Room Indicative List and the list is stored in the units with isolation
rooms and in the Bed Management.
4. Yang memutuskan pasien membutuhkan ruang isolasi adalah dokter yang merawat
dengan mempertimbangkan tipe isolasi dan jenis transmisi penyakit.
Who decides patient requires isolation room is the treating physician taking into
account the type of isolation and type of disease transmission.
5. Pasien yang indikasinya tidak sesuai dengan Daftar Indikasi Ruang Isolasi, maka pasien
tersebut tidak dibenarkan untuk ditempatkan di ruangan isolasi.
Patients who are not in accordance with the indications of Isolation Room List, then the
patient is not allowed to be placed in isolation rooms.
6. Bila ruangan isolasi sudah penuh dan kemudian ada pasien yang indikasinya sesuai
dengan Daftar Indikasi Ruang Isolasi, maka pasien tersebut harus dirujuk ke rumah sakit
lain yang mempunyai ruang isolasi.
If the isolation room is full and then there are patients who are indications in
accordance with the List of Indications Isolation Room, then the patient should be
referred to other hospitals that have isolation rooms.
7. Semua petugas yang bertugas / memasuki ruang isolasi harus menggunakan APD dan
melaksanakan prosedur sesuai dengan indikasi pasien yang dirawat di ruang isolasi
tersebut.

46
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

All officers on duty / entering the isolation room should use PPE and perform procedures
in accordance with the indication of patients treated in the isolation room

BAB 9
DETEKSI DAN PENANGGULANGAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA

9.1. KEJADIAN LUAR BIASA


Penularan HAIs dapat terjadi meskipun ada upaya terbaik untuk mencegahnya. Saat terjadi
wabah hal penting yang harus dilakukan adalah mengenal dan menghentikan proses secepatnya
untuk meminimalisasi risiko pada pasien dan petugas.

Wabah atau KLB adalah suatu kenaikan luar biasa yang secara statistik bermakna dari insidens
suatu penyakit tertentu. Batasan ini tidak begitu saja, namun untuk mengamati adanya
perubahan incidence rate dari waktu ke waktu guna mendeteksi lonjakan insidens diluar
kebiasaan yang secara statistik bermakna, harus dengan mengumpulkan data secara terus
menerus.

PENANGANAN WABAH (OUTBREAK)


Penyelidikan dan penanganan wabah yang mencurigakan dapat menjadi sangat kompleks,
sehingga membutuhkan bantuan dari ahli epidemiologi dan orang yang berpengalaman
menangani pencegahan infeksi dari Badan Nasional maupun Internasional (P2M,CDC). Bila
terjadi penularan, identifikasi masalah dengan cara yang mudah yaitu yang berhubungan dengan
sumber yang umum, praktek perawatan pasien atau non praktek dan dapat diatasi tanpa
memerlukan penyelidikan yang komplit. Penanganan wabah lebih baik secara langsung.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN WABAH / KLB


Tidak boleh dengan asumsi, tapi konfirmasi diagnosis yang tepat, cari kasus tambahan dan
tetapkan apakah peningkatannya signifikan sebelum menyimpulkan wabah / KLB.
Isolasi organisme jarang menentukan wabah.
Pembiakan negatif tidak dapat disimpulkan bahwa wabah tidak terjadi, karena pembiakan
negatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penanganan spesimen yang salah,
teknik pembiakan yang buruk, atau penggunaan reagen yang salah dan kesalahan dalam
pengumpulan spesimen yang tepat.
Segera setelah wabah ditemukan, praktek perawatan pasien yang mungkin menjadi
penyebabnya harus segera dievaluasi dan setiap masalah harus diidentifikasi dan dikoreksi,
tanpa menunggu hasil investigasi.
Praktek lain yang sama harus dievaluasi, dan diperbaiki segera mungkin, seperti
pemrosesan kembali peralatan, atau paktek perawatan khusus.

47
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

9.2. PENANGGULANGAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA


Jika ada suatu isu terjadinya KLB terkait dengan penyakit infeksi di SBIH, maka langkah-
langkah berikut diambil :
1. Mendefinisikan terjadinya KLB, apakah itu tingkat rumah sakit, regional, nasional, atau
global.
2. Jika KLB sifatnya terlokalisir rumah sakit, maka kebijakan disusun sesuai dengan hasil
pertemuan tim KPPI dan Komite Medik serta Manajemen pada saat itu.
3. Pimpinan investigasi kecurigaan KLB intra rumah sakit adalah ketua KPPI, dan dalam
menjalankan tugasnya, ketua KPPI bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Hasil investigasi KPPI membuahkan rekomendasi, yang akan dibawa oleh direktur dalam
rapat manajemen untuk ditindak lanjuti.
5. Untuk KLB yang tingkatnya regional, nasional ataupun global, mengikuti langkah 6 12
berikut.
6. Mengadopsi status epidemik kasus ke Dinas Kesehatan baik kota / propinsi, Departemen
Kesehatan, ataupun institusi kesehatan global seperti WHO.
7. Mencari protokol deteksi kasus yang telah disepakati, baik untuk kasus suspect, probable,
ataupun confirmed.
8. Menyusun SOP deteksi dan penanganan sesuai dengan protokol yang berlaku secara
regional, nasional ataupun global.
9. Melakukan pengadaan logistik terkait dengan protokol tersebut.
10. Melakukan sosialisasi kepada staf dan pengunjung (public awareness) terhadap protokol
yang dimiliki.
11. Melakukan pemantauan / monitoring terhadap status epidemi kasus tersebut sesuai tingkat
epidemik yang ada.
12. Menyesuaikan kebijakan SBIH dengan kebijakan yang berlaku regional, nasional ataupun
global.

48
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 10
KASUS KHUSUS / EMERGING DISEASES

10.1. AIDS / HIV


Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency virus ( HIV ). HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh,
sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru
penyebaran HIV / AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna narkotik suntikan
(IDU / Injecting Drug User), dan angka kejadiannya 18 %. Penularan pada kelompok IDU
terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Pada tahun 2002 angka tersebut
meningkat cepat menjadi lebih dari 50 % pengguna suntik terinfeksi HIV. Kejadian awal yang
timbul setelah infeksi HIV disebut Sindroma Retroviral Akut atau Acute Retroviral Syndrome,
yang diikuti dengan penurunan CD4 dan peningkatan kadar bRNA-HIV dalam plasma. Hitung
CD4 secara perlahan akan menurun sampai pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Pada fase akhir
penyakit ditemukan CD4 <200/mm3, diikuti dengan infeksi oportunistik.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Dalam pengendalian infeksi, penerapan kewaspadaan baku ( Kewaspadaan Standar )
merupakan hal mendasar dalam asuhan pasien tanpa memandang status infeksinya.
Kewaspaaan baku harus merupakan kegiatan rutin. Perlu dilakukan penyediaan alat dan bahan
yang cukup, pengawasan serta pemantauan untuk memastikan penerapan kewaspadaan baku
tersebut. Selain itu perlu diperhatikan bahwa semua linen dan peralatan kesehatan lainnya telah
melalui proses dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi dengan baik dan benar. Limbah
dikelola sesuai engan peraturan. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
lainnya, cuci tangan setelah menangani benda yang tercemar.

RUANG PERAWATAN
Secara umum ODHA ( orang dengan HIV / AIDS ) yang dirawat di rumah sakit tidak perlu
diisolasi / ruangan khusus. Isolasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu misalnya diare
berat, atau keadaan lain yang menyebabkan perlunya isolasi demi kebaikan pasien dan rumah
sakit. ODHA dirawat dalam kamar dengan tata ruang seperti pasien penyakit infeksi lain.

PERALATAN
Linen, alat makan, alat kedokteran, dipersiapkan seperti pasien infeksi lainnya. Alat-alat
pelindung seperti sarung tangan, masker, baju pelindung, topi, dan sepatu khusus dipersiapkan
dan digunakan sesuai kebutuhan.

TENAGA
Tenaga kesehatan untuk merawat ODHA tidak pelu dipilih khusus, namun perlu mendapat
pelatihan agar mampu menerapkan kewaspadaan baku dengan baik dan memahami tentang
infeksi HIV / AIDS.

49
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

PEMBERSIHAN
Linen yang tercemar dengan darah atau cairan tubuh lainnya, perlu dipisahkan dengan linen
lainnya, lalu didekontaminasi sebelum dilakukan pencucian.
Alat makan : pencucian alat makan dilakukan seperti biasa yaitu dicuci dengan deterjen dan
air mengalir.
Pembersihan ruang rawat pasien dilakukan seperti membersihkan ruang rawat lainnya yaitu
dengan menggunakan disinfektans.
Pada intinya menurunkan risiko penularan ditempat kerja dapat dilakukan dengan cara :
Memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan baku, pada semua pasiem tanpa
memandang status infeksinya.
Menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lainnya yang tidak perlu.
Mengupayakan ketersediaan sarana agar dapat selalu menerapkan pengendalian infeksi
secara standar, meskipun dalam keterbatasan sumber daya.
Mematuhi kebijakan dan pedoman yang sesuai tentang penggunaan bahan dan alat secara
baik dan benar, pedoman pendidikan dan pelatihan serta supervisi.
Menilai dan menekan risiko melalui pengawasan yang teratur.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman meliputi antara lain :
Pendidikan para petugas tentang risiko kerja, cara pencegahan HIV, tatacara pelaporan
pajanan.
Penyediaan APD yang memadai.
Penyediaan wadah tahan tusukan.
Menjamin bahwa kewaspadaan baku diterapkan dengan baik, terpantau dan dievaluasi.
Memberikan konseling pasca pajanan, pengobatan, tindak lanjut dan perawatan.
Menerapkan kewaspadaan baku secara konsisten.

RISIKO PENULARAN HIV DI SARANA KESEHATAN


HIV dapat menular melalui berbagai cara seperti berikut :
Kepada pasien :
Melalui alat kesehatan yang tercemar, yang dipakai ulang tanpa didisinfeksi atau disterilkan
secara memadai, transfusi dengan donor HIV positif, cangkok kulit, cangkok organ, dan
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya dari petugas kesehatan, atau dari
orang lain yang HIV positif.
Kepada petugas kesehatan :
Perlukaan di kulit oleh karena tusukan jarum atau alat tajam lainnya yang telah tercemar
dengan darah atau cairan tubuh lainnya dari pasien yang HIV positif, pajanan pada kulit
yang luka dan percikan darah, atau cairan tubuh lain yang mengenai selaput mukosa mulut,
hidung atau mata.

10.2. HEPATITIS B
Etiologi :
Virus Hepatitis B (HBV), Virus DNA hepatotropik dari Famili Hepadnaviridae. Inti HBV
mengandung protein polimerase dengan aktivitas reverse transcriptase, HBcAg, dan HBeAg.
Selubung lipoprotein mengandung HBsAg.

50
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

TRANSMISI :
Terutama melalui darah.
Hubungan seksual.
Penetrasi jaringan atau mukosa.
Transmisi maternal-neonatal.
Tidak ada bukti penyebaran fekal-oral.

PENCEGAHAN :
Vaksin Hepatitis B.
Setia pada satu pasangan.
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBV (+) diberikan HBIG.
Hati-hati menggunakan peralatan yang mungkin terkontaminasi darah dan cairan tubuh.

VAKSIN :
Imunoprofilaksis sebelum paparan : vaksin Hepatitis B.
Imunoprofilaksis pasca paparan : vaksin Hepatitis B dan HBIG.

10.3. HEPATITIS C
Etiologi :
Virus Hepatitis C (HCV) dari famili Flaviviridae, memiliki selubung glikoprotein, RNA rantai
tunggal. Terdiri dari 6 genotipe dan beberapa subtipe.

TRANSMISI :
Transmisi darah.
Transmisi seksual.
Transmisi maternal-neonatal.
Tidak terdapat bukti transmisi fekal-oral.

PENCEGAHAN :
Setia pada 1 pasangan.
Hati-hati menggunakan peralatan yang mungkin terkontaminasi darah.
Tidak ada vaksin yang tersedia untuk Hepatitis C.

10.4. NEW EMERGING INFECTIOUS DISEASES


Akan dibuatkan protokol / SOP penanganan sesuai kebijakan pemerintah saat itu.

10.5. PENANGANAN PASCA PAPARAN (POST EXPOSURE MANAGEMENT)


10.5.1. Definisi / Batasan
1. Paparan (exposure) adalah kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
tercemar darah.
2. Jenis paparan termasuk :
Paparan non parenteral, kulit utuh yang jelas terpapar dengan darah / cairan
tubuh.

51
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Paparan parenteral yang meragukan, misalnya cedera kulit superfisial


dengan jarum / instrumen yang dianggap bersih dari darah / cairan tubuh,
luka lama yang tercemar oleh cairan non darah.
Paparan yang mungkin bersifat parenteral, misalnya cedera superfisial /
intradermal oleh jarum / instrumen yang tercemar darah / cairan tubuh,
luka lama yang terpapar darah, selaput lendir yang terpapar darah.
Paparan parenteral pasti (definitif), cedera menembus kulit oleh jarum
yang tercemar darah atau cairan tubuh, penyuntikan darah / cairan tubuh
yang tidak masuk kategori paparan masif, laserasi atau luka serupa oleh
instrumen yang nyata tercemar cairan tubuh, didalam laboratorium, setiap
inokulasi dengan jaringan HIV atau bahan yang kemungkinan mengandung
HIV/HBV/HCV.
Paparan masif, misalnya tranfusi darah, injeksi dengan cairan tubuh > 1ml,
paparan parenteral oleh sediaan laboratorium dengan kadar virus tinggi.

3. Individu yang terpapar (IP) adalah orang yang terpapar cairan tubuh.
4. Individu sumber (IS) adalah orang yang darahnya atau cairan tubuhnya
mengenai IP.

10.5.2. Prosedur Penanganan


A. BAGI INDIVIDU YANG TERPAPAR (IP)
Tindakan segera :
1. Bila kulit tertembus, bilas bagian yang terpapar memakai sabun dan air (sabun
pembasuh tangan berbasis alkohol). Bila air tidak tersedia, pakai alkohol 60
90%.
2. Bila darah mengenai kulit, baik ada luka atau tidak, cuci bersih memakai sabun
dan air.
3. Bila mata terpapar, bilas mata dengan lembut tetapi sebersih mungkin dengan air
atau larutan garam fisiologis dengan mata terbuka.
4. Bila darah masuk ke mulut, ludahkan segera, dan bilas mulut memakai air
beberapa kali.
5. Bila darah masuk ke hidung, segera hembuskan dan bersihkan dengan air.
6. Laporkan kejadian pada supervisor dan koordinator keselamatan kerja (Tim
K3RS) / dokter pemeriksa tenaga kerja, segera setelah kejadian, karena
pemberian profilaksis sebaiknya dimulai dalam waktu kurang dari 4 jam.

B. BAGI PETUGAS K3
1. Bila kejadian merupakan paparan kemungkinan parenteral, parenteral pasti atau
parenteral masif, lakukan :
Pastikan bahwa bagian yang terpapar telah dicuci bersih.
Lakukan pengambilan spesimen darah dari OP sesegera mungkin (sesuai
kebijakan).
Selidiki sampel darah dari IS sesegera mungkin (jika IS diketahui).
Dalam pengambilan sampel darah IS maupun IP perlu dilakukan konseling.
2. Pastikan menghubungi dokter dengan keahlian di bidang pencegahan infeksi.
3. Pastikan segala formulir telah dilengkapi.

52
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

4. Pastikan IP mendapatkan pelayanan menyeluruh berupa pemeriksaan,


pencegahan, konsultasi ahli serta konseling sehubungan dengan paparan yang
dialami.
5. Pastikan kerahasiaan rekam medik.

C. BAGI PRAKTISI MEDIK YANG MENANGANI KASUS PAPARAN


Penatalaksanaan segera :
Bagi IP (individu yang terpapar)

IP diperiksa untuk memastikan jenis


paparan, dan diberi konseling
mengenai resiko penularan penyakit

Paparan parenteral meragukan Paparan kemungkinan parenteral


Paparan non parenteral Paparan parenteral pasti
Paparan parenteral masif

Test lanjutan tidak Identifikasi status IS (konseling dan ambil


diperlukan, konseling spesimen)
sesuai kebutuhan pasien Ambil spesimen darah dari IP (jenis
pemeriksaan tergantung hasil dari IS)
Atur follow up bagi IP jika status IS sudah
diperoleh

1 IS harus diperiksa untuk anti-HIV, HBsAg dan anti-HCV (setelah sebelumnya


mendapat konseling).
2 Pemeriksaan dilakukan sesegera mungkin agar pencegahan dapat dilakukan
sesegera mungkin untuk memperoleh hasil terbaik (dalam hitungan jam).
3 Jika IS menolak untuk diperiksa, maka kasus harus dilaporkan kepada
koordinator kesehatan kerja untuk ditindak lanjuti.
4 Penatalaksanaan terhadap IP sesuai status IS sebagai berikut :

I. IS negatif terhadap HIV, HCV, HBV


Konseling dan pengambilan darah IP.
Jika hasil IS negatif dan tidak dianggap sedang dalam window period maka
darah disimpan untuk jika kelak diperlukan pemeriksaan.
Jika IP bekerja di lingkungan kemungkinan pemaparan bagi pasien lain, maka
IP harus ditawari kesempatan untuk memastikan status mereka dengan
pemeriksaan.
Status vaksinasi IP ditinjau ulang (tetanus, hepatitis).

53
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

II. IS positif anti-HIV


Segera konsultasi ke dokter yang berpengalaman dalam memberikan regimen
post exposure prophylaxis HIV.
Segera periksa anti-HIV dari spesimen IP yang telah diambil sebelumnya.
IP harus di follow up untuk memastikan penyebab demam jika IP mengalami
demam dalam periode 3 bulan sejak paparan.
IP yang seronegatif harus di ulang dalam periode 3 minggu dan 3 bulan setelah
paparan.
Selama 3 bulan sejak paparan, IP dianjurkan untuk :
- Tidak mendonorkan darah atau jaringan tubuh lainnya.
- Lindungi partner kelamin dengan menggunakan kondom.
- Jangan sampai hamil (gunakan pencegahan).
- Pertimbangkan pemindahan cara kerja / tempat kerja.

III. IS beresiko tinggi mengidap HIV (tapi anti-HIV negatif)


Dianggap IS mungkin sedang dalam window period. Dalam keadaan ini, IS
perlu di follow up dalam 3 bulan. Jika IS tidak bersedia, masuk ke protokol di
mana IS tidak diketahui.
IP diperiksa anti-HIV dan diperiksa ulang minggu ke-3 dan bulan ke-3.
Konseling dan dukungan diberikan.

IV. IS positif HBsAg


Pemeriksaan tergantung apakah IP pernah divaksin Hepatitis B atau belum.
- IP pernah divaksin Hepatitis B.
Ambil sampel untuk pemeriksaan anti-HBs. Batas proteksi 10 IU/L.
- IP belum pernah divaksin Hepatitis B
Ambil darah untuk pemeriksaan anti-HBc, HbsAg.

Jika IP tidak pernah kena Hepatitis B, tidak imun (anti-HBs negatif atau kurang
dari 10 IU/L), maka diberikan HBIG dalam 48 jam, jika IS positif, atau tidak
diketahui.
Kemudian IP juga mendapat vaksinasi Hepatitis B.
Bila IP sudah imun, berikan penanganan sesuai titer antibodi. Jika vaksinasi
sudah lebih dari 5 tahun, cek kadar Anti-HBs. Bila kadar Anti-HBs < 10 IU/L
maka dilakukan booster 3 x, sedangkan kalau kadar Anti-HBs 10 100 IU/L di-
kukan booster 1x.

V. IS positif anti-HCV
Pencucian yang benar.
Konsul ke dokter yang berpengalaman menangani penderita Hepatitis C.
IP harus diperiksa pada bulan ke-0 dan ke-3.

VI. Sumber tidak diketahui / IS menolak diperiksa


Konsultasi ke dokter yang berpengalaman menangani kasus HIV, Hepatitis B
dan Hepatitis C.

54
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Pemeriksaan IP tergantung jenis paparan, kemungkinan IS menderita sumber


penyakit, prevalensi penularan dari rute paparan.
Follow up diberikan dan dapat dipertimbangkan pemberian suntikan anti
tetanus, dan satu seri vaksinasi DT.

55
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 11
MONITORING, ANALYSIS & CONTINUOUS IMPROVEMENT

11.1. DOKUMENTASI ANGKA DAN JENIS DOKUMEN / DOCUMENTATION &


DOCUMENTS
11.1.1. Form Pencatatan
11.1.1.1. Form Surveillans HAIs (terlampir).
11.1.2. Form Pelaporan
11.1.2.1. Form Incident Report.
11.1.2.2. Form Pelaporan ke instansi pemerintah terkait.

11.2. KOORDINASI
11.2.1. Koordinasi dengan Departemen Mutu
Koordinasi dengan Departemen Mutu dilakukan mulai dari penetapan
Indikator Mutu, pengumpulan data untuk keperluan monitoring , analisa data
yang terkumpul dan penyusunan rekomendasi untuk menurunkan angka
infeksi.

11.2.2. Korrdinasi dengan Komite Keselamatan Pasien Dan Manajemen Resiko


Klinis (KKP & MRK)
KPPI memberikan tembusan laporan bulanan maupun 6 bulanan kepada KKP &
MRK sebagai rekapitulasi manajemen resiko rumah sakit, terutama angka infeksi.

11.2.3. Koordinasi dengan Unit Sanitasi


Koordinasi dilakukan berupa pengawasan terhadap proses pembuangan limbah
infeksius :
Pembuangan Limbah Infeksius Cair.
Pembuangan Limbah Infeksius Padat (PCI.7.2).
Pembuangan Limbah Infeksius Benda Tajam (PCI.7.3).
Detail proses penanganan limbah ada di Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit (Hospital Waste Management Plan).

11.2.4. Koordinasi dengan Tim K3RS


KPPI memberikan tembusan laporan bulanan maupun 6 bulanan kepada tim K3RS
sebagai rekapitulasi manajemen resiko rumah sakit, terutama di bidang kendali
biological hazard.

11.2.5. Koordinasi dengan Unit Laundry


Unit Laundry merupakan unit pengolah linen di SBIH. KPPI berkoordinasi dengan
Unit Laundry dalam hal pengawasan kualitas hasil proses pengolahan linen SBIH.

11.2.6. Koordinasi dengan Keperawatan


Keperawatan merupakan tulang punggung PPI di rumah sakit. Di setiap unit yang
terdapat tenaga perawat perlu ada IPCLN (perawat yang telah mendapat pelatihan)

56
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

sebagai perpanjangan tangan KPPI, guna melakukan identifikasi awal, pembuatan


laporan harian serta ujung tombak program-program PPI di SBIH.

11.2.7. Koordinasi dengan Komite Medik


Dokter merupakan komponen penting dalam PPI mengingat perannya dalam
melakukan tindakan medik, melakukan diagnosis infeksi, serta merupakan leader
dalam penanganan pasien di rumah sakit.
PPI juga berhubungan sekali dengan Standar Profesi Medik serta Clinical Pathway.
Untuk itu KPPI perlu melakukan koordinasi dengan frekuensi yang sering dengan
Komite Medik, baik per SMF maupun per individu dokter, ataupun dengan Komite
Medik sebagai suatu badan.
Dalam koordinasi ini, KPPI mendiskusikan berbagai isu PPI yang sedang hangat,
kemudian menyusun protokol, atau merevisi protokol tentang penanganan penyakit
infeksi, ataupun aspek pencegahan yang dapat dilakukan.

11.2.8. Koordinasi dengan Unit Nutrisi


Makanan merupakan suatu media penularan penyakit, baik kepada pasien
maupun kepada staf. Untuk itu, bersama dengan tim K3RS, KPPI perlu
melakukan upaya pengawasan terhadap proses pengolahan dan penyiapan
makanan baik untuk pasien maupun staf. (also see K3RS)

11.2.9. Koordinasi dengan Facility Management


PPI tidak terlepas dari penggunaan berbagai peralatan seperti wastafel, sink, soap
dispenser, sistem air bersih, sistem pembuangan limbah, tempat sampah, gudang, dan
lain sebagainya.
Beberapa komponen dari PPI juga berhubungan dengan struktur bangunan seperti
ventilasi, ruangan isolasi, aspek security (pembatasan jumlah pengunjung) dan
berbagai aspek lain.
Untuk itu, KPPI perlu melakukan koordinasi dengan pihak facility management di
bawah Chief Operating Officer, General Affairs Senior Manager serta Maintenance
Manager.
Koordinasi dilakukan berupa joint visit ke area-area beresiko biological hazard, dan
mendiskusikan perbaikan yang diperlukan.

11.3. AKTIVITAS MONITORING / MONITORING ACTIVITY


Monitoring merupakan aktivitas yang bertujuan mengawasi proses dan hasil dari aktivitas PPI
di SBIH. Aktivitas monitoring program pengendalian ini merupakan bagian integral dari
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Dilakukan dengan 2 cara, yakni :

11.3.1. Kunjungan Lapangan / Field Survey


Microbiological monitoring
Linen
Instrumen & equipment
CSSD

57
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Operating Theatre
Procedure room (outpatient)
UGD (A&E)
ICU / HCU / NICU
Area (baku mutu udara, dinding, lantai)
Operating Theatre
UGD
ICU / NICU
Outpatient
Delivery
Nursery
Isolation Room
Laboratorium
Radiologi
Dapur
Ruang Delivery

Process Monitoring
Di sini diawasi kesesuaian SOP dengan pelaksanaan, serta pengetahuan dan perilaku
(behaviour) dari staf SBIH mengenai PPI.
Proses cuci tangan (seluruh area dan petugas).
Penggunaan ruang isolasi yang meliputi : Ketepatan Penggunaan Ruang
Isolasi, monitoring Tekanan Udara.
Proses pemasangan infus / kanulasi intravena lain.
Proses pemasangan kateter.
Proses perawatan luka.
Proses perawatan endotracheal tube (airway devices).
Proses penggunaan APD.

Facility & Condition Monitoring


Jumlah & fungsi wastafel, sink, soap dispenser & kualitas cairan disinfektans.
Kondisi gudang / trolley (linen, instrumen, medical equipment, crash cart, obat /
farmasi, alkes).

11.3.2. Monitoring laporan / Report Monitoring


Pengumpulan data dari para IPCLN di seluruh unit mengenai angka-angka HAP /
VAP, CAUTI, BSI, SSI.
Pengumpulan data kultur di Laboratorium Mikrobiologi SBIH yang berasal dari
pasien SBIH, guna menyusun pola kuman SBIH.

11.4. ANALISA
Data yang sudah terkumpul dilakukan analisa oleh KPPI dengan melibatkan unit terkait.
Analisa yang dilakukan meliputi risk, rate, dan trend. HAIs. Dalam melakukan analisis

58
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

menggunakan data-data dari rumah sakit lain dan latest Evidence Based Medicine sebagai
acuan / standar / pembanding / dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh KPPI.
Studi literatur dilakukan oleh KPPI dengan menggunakan acuan-acuan berstandar nasional &
internasional seperti :
Depkes (www.depkes.go.id).
WHO (World Health Organization) (www.who.int).
CDC (Center for Disease Control) (www.cdc.org).
IDSA (Infectious Disease Society of America) (www.idsa.org).
Berbagai textbook di bidang Infectious Disease.

Adapun acuan-acuan yang dimaksud berupa :


1. Angka Indikator Klinis dan Manajerial.
2. Definisi, Batasan, Kriteria Diagnosis.
3. Pola kuman.
4. Prosedur terkini dalam hal infection prevention and control.
5. Pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi.

Data harus dianalisa cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah HAIs
yang perlu penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
Interpretasi harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka HAIs :
1. Apakah ada penyimpangan ?
2. Apakah terjadi kenaikan atau penurunan yang tajam ?

Perhatikan kecenderungan (trend) menurut :


1. Jenis infeksi.
2. Ruang perawatan.
3. Patogen penyebab bila ada.
4. Perlu dijelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan angka HAIs, jika ada data yang
mendukung / relevan dengan masalah yang dimaksud.

Menentukan dan menghitung rates


Rate adalah suatu probabilitas suatu kejadian. Biasa dinyatakan dalam formula sebagai berikut :
X = numenator, adalah jumlah kali kejadian selama kurun waktu tertentu.
Y = denominator, jumlah populasi dari mana kelompok yang mengalami kejadian tersebut
berasal selama kurun waktu yang sama.
K = angka bulat yang dapat membantu agar rates dapat mudah dibaca (100, 1000 atau
10.000). Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator
sehingga rates tersebut mempunyai arti.
Ada tiga macam rates yang dipakai dalam surveilans HAIs :

1. INCIDENCE
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok populasi
tertentu dalam kurun waktu tertentu. Didalam surveilans nosokomial maka incidence
adalah jumlah kasus HAIs baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien
dengan risiko untuk mendapatkan HAIs yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.

59
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

2. PREVALENCE
Adalah total kasus baik baru maupun lama dalam suatu kelompok populasi dalam satu
kurun waktu tertentu (period prevalence) atau dalam satu titik waktu tertentu (point
prevalence).
Point prevalence nosokomial rate adalah jumlah kasus HAIs yang didapat, dibagi
dengan jumlah pasien dalam survey.
Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai berikut :

I = P { LA / ( LN INTN ) }.

I = Incidence rates.
P = Prevalence rates.
LA = Nilai rata-rata dari lama rawat semua pasien.
LN = Nilai rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau lebih HAIs.
INTN = Adalah interval rata-rata antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama
terjadinya HAIs pada pasien-pasien yang mengalami satu atau lebih HAIs
tersebut.

Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan over estimasi
untuk resiko infeksi oleh karena lama rawat dari pasien yang tidak mendapat HAIs
biasanya lebih pendek dari lama rawat pasien dengan HAIs.
Hal ini dapat dilihat dari formula seperti dibawah ini :

P = I ( LN INTN ) / LA

dimana prevalence = incidence x lama infeksi.

3. INCIDENCE DENSITY

Adalah rata-rata instant di mana infeksi terjadi, relatif terhadap besaran populasi yang
bebas infeksi. Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan
orang per satuan waktu. Incidence density sangat berguna bila infection rate nya
merupakan fungsi linier dari waktu pajanan yang dialami pasien terhadap faktor risiko
(misalnya semakin lama pasien terpajan semakin besar risiko mendapat infeksi ).

Cara penyajian data bisa dalam bentuk :


Tabel : biasanya menunjukkan frekuensi kejadian dengan kategori yang
berbeda atau sub bagian suatu variable.
Grafik : menggambarkan kecenderungan menurut waktu.
Diagram batang : menggambarkan perbandingan.
Diagram pie : menggambarkan proporsi.

60
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

11.5. CONTINOUS IMPROVEMENT


Setelah dilakukan analisis, maka hasil dilaporkan kepada Direksi / jajaran Manajemen dan
Komite Medik serta tim K3RS. Tindak lanjut akan berupa :
1. Perbaikan Kebijakan / Prosedur atau Pembuatan Kebijakan / Prosedur Baru.
2. Perbaikan Clinical Pathway, Standar Profesi Medik atau Pembuatan Clinical Pathway /
Standar Profesi Medik baru.
3. Pelatihan / Sosialisasi baik ke staf, dokter, jajaran manajerial, maupun pengunjung
SBIH.
4. Pengadaan alat / bahan habis pakai baru, perubahan merk , type, sesuai hasil analisa.
5. Perbaikan dari pedoman PPI.
6. Rekomendasi terhadap penyediaan obat sehubungan dengan pola kuman dan resistensi.

11.6. PELAPORAN / REPORTING


11.6.1. Pelaporan internal
1. KPPI memberikan laporan data bulanan kepada direktur SBIH dan
dipresentasikan dalam laporan bulanan.
Adapun yang dilaporkan dalam laporan bulanan meliputi :
Angka HAP / VAP.
Angka CAUTI.
Angka BSI.
Angka SSI.
2. KPPI memberikan analisis risk, rate, dan trend, disertai saran dan
rekomendasi untuk continuous improvement setiap 6 bulan kepada direktur
SBIH, Komite Medik , Komite Keperawatan , KKP & MRK dan Tim K3RS.
Laporan ini meliputi :
Rate dan Trend masing-masing angka di atas.
Laporan surveillans Mikrobiologi.
Laporan surveillans perilaku dan proses.
Pola kuman dan resistensi di SBIH (1 tahun sekali).
Rekomendasi perubahan kebijakan, prosedur.
Rekomendasi perbaikan / penambahan alat, sarana, prasarana.
Rekomendasi penambahan SDM atau pelatihan SDM.

11.6.2. Pelaporan eksternal


Pelaporan ke Dinas Kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.

11.6.3. Diseminasi Pelaporan


Data infeksi mengandung hal yang sensitif, oleh karenanya data ini harus
dirahasiakan.
Data surveilans disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik serta disampaikan
kepada staf keperawatan, staf medik dan staf terkait lainnya.

61
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

BAB 12
EDUKASI/ EDUCATION

12.1. Sasaran Edukasi/ Target


Sasaran Edukasi Pencegahan & Pengendalian infeksi meliputi :
1. Karyawan./ employees
2. Pasien / keluarga / pengunjung lainnya/ patient,families, visitors.
12.2. Waktu Edukasi/ Education time:
Edukasi PPI dilakukan pada/ PCI eduction is conducted in:
1. Ketika karyawan pertama kali bekerja di SBIH/ when staff first worked in
hospital
2. Secara periodik / periodically
3. Ketika ada perubahan dalam kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan
PPI.
When there is change in policy and procedures related to PCI
12.3. Metode Edukasi/ education methods:
1. Bagi Karyawan/ for staffs
Kegiatan Orientasi Umum Karyawan Baru/ New Employee Orientation
Pelatihan IPCN / IPCLN / training of IPCN-IPCLN
Sosialisasi (ceramah) dengan target audiens manajemen, dokter dan staf./
socialization with the target audience are mngement, physicin and staffs
Pembuatan poster/ posters
Memasukkan artikel tentang KPPI di Santosa Health News/ articles in santosa
health news
Sosialisasi unit spesifik / isu spesifik./ education in specific unit
2. Bagi Pasien/ For patient:
Poster./ posters
Brosur./ brochures
12.4. Isi Edukasi / Content
Informasi hasil kerja tim KPPI, berupa risk, rate dan trend HAIs.,
Information regrding PCI activities: risk, rate nd trend of HAI
Fakta penyakit menular yang perlu diketahui.
Need to know facts regarding contagious disease
Perawatan pasien dalam ruang isolasi.
Patient care in isoltion room
Menjaga kebersihan tangan (hand hygiene).
Penggunaan APD/ PPE use
Mempersiapkan petugas dalam menghadapi pandemi flu atau penyakit
menular lain yang akan muncul.
Prepare the health officer to face Pndemic Fluor other emerging contagious
disease

62
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Lampiran 1

KETENTUAN KEBERSIHAN TANGAN SANTOSA BANDUNG


INTERNATIONAL HOSPITAL (Sesuai ketetntuan WHO Guidelines on Hand
Hygiene in healthcare 2009)

PENGERTIAN - PENGERTIAN / DEFINISI

Agen antiseptik atau antimikroba :


Adalah bahan kimia yang diaplikasikan diatas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat
atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara atau yang merupakan penghuni tetap),
sehingga mengurangi jumlah hitung bakteri total.
Contoh :
Alkohol 60 90 % .
Klorheksidin glukonat 2 4 %, Klorheksidin glukonat dan cetrimide, dalam berbagai
konsentrasi.
Yodium 3 %, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture.
Iodofor 7,5 10 % berbagai konsentrasi.
Klorosilenol 0,5 4 % berbagai konsentrasi.
Triklosan 0,2 2 %.

Air bersih :
Adalah air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk
diminum atau untuk pemakaian lainnya.
Emollient :
Cairan organik seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang ketika ditambahkan pada
handrub dan lotion tangan akan melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit
akibat pencucian tangan dengan sabun dan air yang sering.
Handsrub antiseptik :
Antiseptik yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau mengurangi mikroorganisme
penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa air.
Cuci Tangan :
Cuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan air bersih dan sabun biasa .

TUJUAN
Menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit.
Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan.
Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan.

63
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

INDIKASI

Sebelum & sesudah melakukan tindakan seperti :


Kontak dengan pasien.
Sebelum menangani alat invasif untuk pasien, baik memakai sarung tangan maupun tidak.
Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi tubuh, membran mukosa, kulit yang tidak
utuh atau pembalut luka.
Bila berpindah dari bagian tubuh pasien yang terkontaminasi ke bagian tubuh pasien
lainnya selama perawatan pasien yang sama.
Setelah kontak dengan benda-benda (termasuk peralatan medis) dan permukaan di
lingkungan sekitar pasien.
Setelah melepaskan sarung tangan steril dan non-steril.
Ke kamar mandi / toilet.
Apabila tangan kotor.

Cuci tangan menggunakan sabun dan air dilakukan ketika :


Tangan terlihat kotor.
Terkena darah / cairan tubuh lainnya.

Cuci tangan menggunakan alcohol-based handrub dilakukan untuk situasi-situasi :


Tangan tidak terlihat kotor.
Sebelum menangani obat-obatan dan menyiapkan makanan, dilakukan cuci tangan
menggunakan alcohol-based handrub atau cuci tangan dengan air.

JENIS
Cuci Tangan Standar.
Cuci Tangan dengan Antiseptik.
Cuci Tangan Steril (Scrub), tidak merupakan bagian dari pedoman ini. Akan dibahas dalam
pedoman Operating Theatre (Kamar Bedah).

CUCI TANGAN STANDAR (SABUN & AIR) :


PRINSIP
Menggunakan sabun tanpa antiseptik dan air bersih yang mengalir.
Waktu : 40 60 detik.
Menggunakan lap tangan sekali pakai.
Cincin dan perhiasan tangan dilepas.
Sabun dan alcohol-based handrub tidak boleh digunakan secara bersamaan.

PROSEDUR : Lihat lampiran 1 a.


1. Buka kran air lalu basahi kedua tangan.
2. Beri sabun lalu ratakan sabun pada telapak tangan.
3. Gosokkan kedua telapak tangan.
4. Gosokkan punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan meletakkan telapak
tangan kanan diatasnya, lalu lakukan sebaliknya.

64
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

5. Gosokkan sela-sela jari dengan cara kedua telapak tangan berhadapan .


6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci lalu lakukan gerakan keatas dan
kebawah.
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
8. Kuncupkan jari-jari tangan kanan lalu gosokkan dengan memutar pada telapak tangan
kiri dan lakukan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air yang mengalir.
10. Keringkan tangan dengan tissue sampai benar-benar kering.
11. Tutup kran dengan menggunakan tissue bekas lap tangan tadi.
12. Dan tangan anda kini sudah aman.

CUCI TANGAN DENGAN ANTISEPTIK :


PRINSIP :
Antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga bila tangan kotor atau
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya, harus mencuci tangan dengan sabun dan
air terlebih dahulu.

PROSEDUR: Lihat lampiran 1 b.


1. Tuangkan kira-kira 3 cc cairan antiseptik berbasis alkohol ke telapak tangan.
2. Ratakan pada telapak tangan lalu gosokkan kedua telapak tangan.
3. Gosokkan punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan meletakkan telapak
tangan kanan diatasnya, lalu lakukan sebaliknya.
4. Gosokkan sela-sela jari dengan cara kedua telapak tangan berhadapan .
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, lalu lakukan gerakan keatas dan
kebawah.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
7. Kuncupkan jari-jari tangan kanan, lalu gosokkan dengan memutar pada telapak tangan
kiri dan lakukan sebaliknya.
8. Dan tangan anda kini sudah aman.

Lihat lampiran 1 a. Lihat lampiran 1 b.

65
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Lampiran 2
Standar Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan & Penanggulangan Infeksi

TUJUAN
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.

JENIS
1. Sarung tangan.
2. Masker.
3. Alat pelindung mata.
4. Topi.
5. Gaun pelindung.
6. Apron.
7. Pelindung kaki.

1. SARUNG TANGAN :
Sarung tangan merupakan penghalang ( barrier ) fisik paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang
dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di
tangan petugas kesehatan. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu
pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang. Yang penting yang harus
diingat adalah sarung tangan tidak dapat mengganti tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan. Penggunaan sarung tangan dan
kebersihan tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit
dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi. Selain itu pemahaman mengenai
kapan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung
tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat biaya dengan
tetap menjaga keamanan pasien dan petugas kesehatan.

KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN ?


Meskipun pemakaian sarung tangan efektif dalam mencegah kontaminasi, namun
pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan,
karena kerusakan sarung tangan sekecil apapun dapat menyebabkan kontaminasi, selain itu
tangan dapat terkontaminasi paa saat melepas sarung tangan.
Sarung tangan periksa atau serbaguna, bersih dan atau steril digunakan oleh semua petugas
ketika :
Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lainnya, membran
mukosa atau kulit yang terlepas.
Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya memasukkan sesuatu
kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus, harus menggunakan sarung tangan
steril.

66
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Menangani bahan-bahan bekas pakai, yang telah terkontaminasi atau menyentuh


permukaan yang tercemar.
Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak baik pada kasus
yang sudah diketahui atau yang dicurigai, mengharuskan semua petugas menggunakan
sarung tangan bersih, tidak steril, ketika memasuki ruang pasien. Petugas kesehatan
harus melepaskan sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien,
kemudian mencuci tangan dengan air dan sabun, boleh juga setelah mencuci tangan
dengan sabun dan air, menggunakan handrub ( antiseptik ).
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya
menghindari kontaminasi silang. Pemakaian sarung tangan yang sama atau mencuci tangan
yang masih menggunakan sarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien
lainnya, atau ketika melakukan perawatan dibagian tubuh yang kotor kemudian berpindah
kebagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
Bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya atau petugas yang menangani atau
membuang limbah medis, harus menggunakan sarung tangan rumah tangga. Bila tidak
tersedia sarung tangan rumah tangga, gunakan 2 lapis sarung tangan periksa yang bersih.

BAGAN ALUR PEMILIHAN JENIS SARUNG TANGAN :

67
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMKAKAIAN SARUNG TANGAN :


Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan
bedah, karena ukuran yang tidak sesuai dapat mengganggu ketrampilan dan memudahkan
sarung tangan robek.
Jaga agar kuku selalu pendek untuk mencegah / menurunkan risiko sarung tangan robek.
Tarik sarung tangan keatas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk melindungi
pergelangan tangan.
Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk mencegah
kulit tangan kering / keriput.
Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak karena akan merusak sarung tangan.
Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Jangan menyimpan sarung tangan pada suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin,
karena dapat merusak sarung tangan sehingga dapat mengurangi efektifitasnya sebagai
pelindung.

REAKSI ALERGI PADA SARUNG TANGAN :

68
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

Reaksi alergi terhadap sarung tangan semakin banyak dilaporkan oleh petugas kesehatan,
jika memungkinkan gunakan sarung tangan bebas lateks (nitril) atau rendah lateks. Selain
itu pemakaian sarung tangan bebas bedak lebih direkomendasikan, karena sarung tangan
dengan bedak dapat menimbulkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan
dapat membawa lateks keudara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan
kain atau vinil dibawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitivitas pada
membran mukosa mata dan hidung. Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang
muncul adalah merah pada kulit, hidung berair, dan gatal pada mata yang mungkin
berulang atau bertambah parah.

2. MASKER :
Masker adalah alat pelindung mulut dan hidung. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, atau bersin
dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi, masuk
kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Ukuran masker harus cukup besar untuk
menutup hidung, mulut, muka bagian bawah, rahang. Masker harus terbuat dari bahan
tahan cairan, bila tidak maka tidak akan efektif untuk mencegah hal tersebut diatas. Bila
melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker merupakan bagian
yang paling banyak terkontaminasi. Masker terbuat dari beberapa bahan, seperti kain katun
ringan, kain kasa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa diantaranya tahan cairan. Pada
perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah membran mukosa dari petugas
kesehatan. Masker dengan efisiensi tinggi merupakan masker yang direkomendasikan, bila
penyaringan udara menjadi penting, misalnya pada perawatan pasien dengan flu burung
atau SARS, salah satu contoh masker jenis ini adalah N95.

3. ALAT PELINDUNG MATA :


Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari percikan darah atau cairan tubuh lainnya.
Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan,
petugas harus menggunakan pelindung wajah. Bila tidak ada gunakan kacamata dan
masker.

4. TOPI :
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Gunanya untuk melindungi kepala dari percikan darah atau cairan tubuh
lainnya.

5. GAUN PELINDUNG :
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam pada saat petugas
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui percikan
(droplet) atau airborne. Penggunaan gaun untuk melindungi petugas dari sekresi respirasi.

69
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

6. APRON :
Berfungsi sebagai penghalang tahan air untuk melindungi tubuh bagian depan. Apron harus
terbuat dari bahan karet atau plastik. Digunakan bila petugas merawat pasien dimana ada
risiko tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya.

7. PELINDUNG KAKI :
Berguna untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja diatas kaki. Dianjurkan untuk menggunakan sepatu
booth karet atau sepatu kulit tertutup.

Lampiran 3

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


FORMULIR SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL

Ruangan :Tgl masuk/Jam :......../.............


Unit :.Cara dirawat : Emergency/elektif
No.Rekam Medik :
I. Identitas Pasien
1. Nama Pasien :......................................
2. Umur :.th/.bln/....hr.
3. Jenis Kelamin : Laki laki / Perempuan.
4. Alamat :

70
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

No Jenis tindakan / alkes Lokasi Tanggal pemasangan Total hari Tanggal infeksi Catatan
Mulai s/d
1 Intra vena kateter 1
Vena Sentral 2
3
Vena Perifer 1
2
3
4
5
6
Arteri Line 1
2
Umbilikal
3
2 Urine kateter 1
Urethra kateter 2
3
4
Suprapubik kateter 1
2
3 Ventilasi Mekanik 1
2
3
Tube endotrakeal 1
2
3
4
Trakeostomi Tube 1
2
3
4 Lain-lain .................. 1
Drain/IABP/NGT/WSD 2
3
4
5
5. Nomor telpon :
II. DIAGNOSIS
1. DIAGNOSIS KERJA : ........................................................................................................................

2. DIAGNOSIS TAMBAHAN :..
III. Pindah ke Ruangan1.tgl /../....../ jam ....................
2.........................................................tgl/../......./ jam ....................
3.........................................................tgl /
../...../ jam ....................
IV. Faktor risiko selama dirawat :

71
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

V. TINDAKAN / OPERASI :
1. DIAGNOSIS ......................................................................................................
.......................................................................................................

2. Tanggal / Lama operasi : Operasi Ke I : tanggal....../..... /..... / Lama Operasi..................jam,...............menit


Operasi Ke II: tanggal....../....../..... / Lama Operasi..................jam,...............menit
3. Nama Operator :...................................... Asisten : ...................................... Instrumen : ............................
4. Nomor kamar bedah & Giliran / Ronde operasi :
Operasi Ke I Kamar : ............... Giliran ke : ............
Operasi Ke II Kamar : ............... Giliran ke : ............
Operasi Ke III Kamar : ............... Giliran ke : ............
5. Jenis Operasi : Bersih Bersih tercemar Tercemar Kotor
6. Tindakan Operasi : Cito Semi Elektif E Elektif
7. ASA`score :1 2 3 4 5

8.Monitoring keadaan Luka ;

Keadaan Luka Pasca Bedah :


KEADAAN HARI KE
LUKA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 9
Keadaan
Luka :
a. Kering.
b. Keluar
Pus.
c. Nyeri
dilokasi luka
d.
Kemerahan.
e. Edema

VI. KEJADIAN INFEKSI :


1. SSI : ada / tidak ada Terjadi hari ke........... Dilakukan Kultur : Ya / Tidak
Hasil kultur : ...........................................................................................................................
Jenis SSI : Superficial / Deep / Organ ( coret yang tidak perlu )
2. CAUTI : ada / tidak ada Terjadi hari ke............ Dilakukan Kultur : Ya / Tidak.
Hasil kultur : ...........................................................................................................................
3. HAP / VAP : ada / tidak ada Terjadi hari ke.............. Dilakukan Kultur : Ya/ Tidak
Hasil kultur : ...........................................................................................................................
4. BSI : ada / tidak ada Terjadi hari ke.............. Dilakukan Kultur : Ya/ Tidak
Hasil kultur : ...........................................................................................................................
5. Lain-lain ( Phlebitis/ dekubitus) : ada / tidak ada Terjadi hari ke.....Dilakukan Kultur : Ya/ Tidak
Hasil kultur : ...........................................................................................................................

72
PEDOMAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
HOSPITAL INFECTION PREVENTION & CONTROL PLAN
SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL

VII. Pemakaian Antimikroba : Profilaksis / Pengobatan


1..................................................dosis ......................mulai tgl....................s/d.....................
2..................................................dosis.........mulai tgl....................s/d.....................
3..................................................dosis ........mulai tgl....................s/d.....................
4..................................................dosis ........mulai tgl....................s/d.....................
Waktu pemberian : Preoperasi / selama / sesudah operasi

VIII. TGL PASIEN KELUAR RS / PINDAH / MENINGGAL..................................................


PINDAH KE RS ............................................................
DIAGNOSIS AKHIR .......................................................................................................
TANGGAL PASIEN KONTROL KE DOKTER : ..........................................................

Perawat Pengisi Format IPCLN ( Infection Prevention and Control Nurse )

...................................................... .................................................................................
Nama jelas Nama jelas

Catatan : Formulir Surveilans berada dalam dokumen medik pasien dan diisi bila pada pasien dilakukan tindakan
seperti pada point IV dan V.
1. Diisi oleh perawat yang bertanggung jawab pada pasien tersebut
2. Diperiksa oleh perawat pengendali infeksi setiap hari ( IPCLN )
3. Setelah pasien pulang formulir dikumpulkan sekretariat KPPI

73

Anda mungkin juga menyukai