Disusun Oleh
Noor Fajrin NIM PO7120323135
Dwi Sintia Oktavia NIM PO7120323137
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penerapan PPI terkait HAIS pada beberapa kasus”.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun makalh ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi para
pembaca, dan saya juga meminta kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi saya ketika ada makalah
berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).......................................................6
B. Kewaspadaan Isolasi..............................................................................................10
C. Alat Pelindung Diri (APD).....................................................................................15
D. Kepatuhan Penggunaan APD.................................................................................26
E. Hand Hygiene / Mencuci Tangan........................................................................27
F. Healthcare-Asssociated Infections (HAIs)...........................................................28
BAB III PENUTUP..........................................................................................................32
A. Kesimpulan.............................................................................................................32
B. Saran.......................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini pelayanan kesehatan yang bermutu telah menjadi sorotan
dunia. Kualitas dari sebuah pelayanan kesehatan telah menjadi tuntutan
dari setiap lapisan masyarakat. Menyikapi hal tersebut, beberapa negara
mulai menyusun berbagai indikator terkait dengan mutu pelayanan
kesehatan tersebut yang salah satunya dikenal dengan akreditasi.
Menyikapi permasalahan mutu rumah sakit ini, berbagai negara menyusun
kebijakannya terkait dengan proses akreditasi yang diberlakukan terhadap
penyedia layanan kesehatan di wilayahnya.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan, dan analisis insiden, meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil sebuah tindakan yang
seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI 2011b).
Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infections(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan
di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak
ditemukan atau tidak sedang berinkubasi pada saat pasien masuk.
Termasuk dalam definisi ini adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs
dapat terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah sakit. (WHO2010).
Data global HAIs hingga saat ini masih sangat terbatas, namun
mengacupada laporan WHO berdasarkan tinjauan pada literatur dari
berbagai studi nasional atau multisenter pada tahun 1995 -2010 didapatkan
data bahwa prevalensi keseluruhan HAIs di dunia berkisar antara 3,5 % -
12 %, dimana prevalensi HAIs di negara maju mencapai 7,6% sedangkan
prevalensi di negara berkembang didapatkan lebih tinggi yaitu mencapai
10,1% dengan variasi 5,7% sampai 19,1%. Di negara maju yaitu Amerika
Serikat memperkirakan 1,7 juta kejadian infeksi (9,3 infeksi per 1.000 hari
pasien atau 4,5 per 100 pasien yang masuk) di rumah sakit di Amerika
Serikat dan menyumbang lebih dari 98.000 pasien meninggal pada tahun
2002. (WHO, 2011). The EuropeanCenter for Disease Control and
Prevention (ECDC) dalam WHO (2015) melaporkan prevalensi di eropa
rata-rata adalah 7,1%. Di Indonesia belum terdapat data nasional HAIs,
akan tetapi Widodo dan Astrawinata, (2004) melaporkan data HAIs di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 1999 – 2002 yaitu 1,1 , 0,9 , 0,6 dan
0,4 %. Pada tahun 2003, Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Prof. Dr. Sulianti
Saroso melakukan survey ke 11 RS di DKI Jakarta.
Untuk itu, berbagai negara telah berperan aktif melakukan upaya
untuk mengatasi hal ini, termasuk Indonesia, yaitu salah satunya dengan
membentuk Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di
Rumah Sakit. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
upaya pencegahan yang dilakukan dapat menurunkan HAIs hingga 70 %
(Office of Disease Prevention and Health 2014). Sebagai panduan dalam
pelaksanaan PPI, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan pedoman
teknis, pedoman manajerial dan surveilans yang saling melengkapi agar
PPI di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Penerapan PPI terkait HAIS pada beberapa kasus”
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui penerapan PPI terkait HAIS pada beberapa kasus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (Slamet et al, 2013). Program
pencegahan dan pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan Proses: audit
kepatuhan petugas untuk cuci tangan dan memakai APD); (3) Penerapan
kesehatan, dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan lingkungan dengan
B. Kewaspadaan Isolasi
infeksi yang disusun oleh CDC dan harus diterapkan di rumah sakit dan
menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke pekerja
2008).
11
darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
i. Kebersihan tangan.
v. Penatalaksanaan Linen.
membrane mukosa atau kulit yang tidak utuh pada semua pasien.
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008, jenis
langsung.
1. Kontak langsung
atau scabies.
dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien
berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari
suction, bronkhoskopi.
syncitial virus (RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin,
resusitasi kardiopulmoner.
15
partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat
terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari
a. Pengertian APD
bahan yang menular (Centers for Disease Control and Prevention). APD
merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-
16
bahaya akibat bahan kimia. APD digunakan untuk melindungi kulit dan
ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir pasien serta semua jenis
alat seperti perawatan gigi, tindakan bedah tulang, otopsi dan tindakan
c. Jenis-Jenis APD
i. Sarung tangan
serta saat akan memegang atau kontak dengan peralatan steril atau luka
(Kozier, 2002; WHO, 2009). Sarung tangan tidak perlu digunakan saat
2002).
dan tindakan yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan tubuh
memilih jenis sarung tangan yang paling tepat yang akan digunakan.
ii. Masker
diganti dan masker hanya digunakan satu kali (Potter & Perry, 2005).
19
pelindung wajah saat ikut serta dalam prosedur invasif yang dapat
pas sekeliling wajah sehingga cairan tidak dapat masuk antara wajah
melalui udara. Gaun pelindung harus dipakai bila kontak dalam ruang
bedah, otopsi dan perawatan gigi. Saat membuka gaun harus berhati-
rambut dan kulit kepala tidak masuk atau jatuh ke daerah atau alat
(KEMENKES, 2010).
melindungi kaki petugas dari tumpahan atau percikan darah atau cairan
transmisi
dengan kemungkinan transmisi yang mungkin terjadi. Hal ini juga sesuai
tahun 2015.
rawat luka pasien resiko rendah (pasien tanpa HIV, Hepatitis B/C,
cairan tubuh) :
dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di double
Penumonia) :
dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di double
i. Pengawasan
Procedure (SOP).
iv. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan tahu terjadi dari proses
adalah:
mencegah kontaminasi.
26
optimal jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif
(Evaldiana, 2013).
berakibat rendanya mutu asuhan itu sendiri (Setiadi, 2007). Penggunaan APD
perawat, jika perawat mengalami penyakit akibat kerja yaitu infeksi akan
tangan. The Center for Diesease Control and prevention (CDC) 2002,
mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting dan paling mendasar
dalam mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter & Perry, 2006).
secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas
yang kemudian dibilas dengan air yang mengalir (Potter & Perry, 2005).
membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk
mengurangi jumlah mikroba yang ada saat itu serta mencegah perpindahan
organism multi resisten dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan dari pasien
KEMENKES, 2010).
sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan
(misalnya, ketika mengukur tekanan darah atau nadi, dan mengangkat klien),
28
dengan klien, dan setelah melepaskan sarung tangan (Potter & Perry, 2006).
Menurut WHO (2009) ada 5 moments hand hygiene, yaitu: (1) sebelum
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi, (4) setelah kontak
a. Definisi HAIs
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, infeksi yang terjadi sebagai
penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas
b. Dampak HAIs
HAIs mempunyai dampak yang luas bagi pasien, keluarga pasien dan
i. Pasien.
Dampak HAIs bagi pasien ada banyak, antara lain: fungsi organ
Jika suatu rumah sakit banyak terjadi kasus HAIs pada pasiennya
pun dapat menuntut pihak rumah sakit, selain itu jika petugas
30
petugas tersebut.
c. Rantai Penularan
ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang
ii. Reservoir
selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir
yang umum.
2. Droplet.
3. Airborne.
5. Melalui vector
Penjamu yang rentan adalah orang yang tidak memilki daya tahan
tubuh yang cukup kuat untuk melawan agen infeksi serta mencegah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Allegranzi, B. & Pittet, D., 2009. Role of hand hygiene in healthcare-associated infection
prevention. Journal of Hospital Infection, 73(4), pp.305–315. Available at: http://dx.doi.org/
10.1016/j.jhin.2009.04.019.
Astuti, Y., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam
Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Intensif RS Medistra Tahun 2004. Thesis.
Universitas Indonesia. Available at: www.lib.ui.ac.id.
Cardo, D.M. & Soule, B.M., 1999. Hospital infection prevention and control: A global
perspecti
World Health Organization, 2015. Health care-associated infections Fact sheet, Available at:
http://www.who.int/gpsc/country_work/gpsc_ccisc_fact_sheet_en.pd