Disusun Oleh
(Kelompok 3)
1. Bangun Wijonarko
2. Efa Meliyuana
3. Fifi Magfiroh
4. Iwan Setiawan
5. Muhammad Fuad
6. Rizqita Putri
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
kepada dosen mata kuliah Keselamatan Pasien san K3 dalam Keperawatan
sehingga makalah ini terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang lain atas segala bantuan dan
dukungannya. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
A. Rumusan Masalah...................................................................................3
B. Tujuan......................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Definisi Infeksi Nosokomial atau Health-care Associated Infections
(HAI s).................................................................................................................4
B. Penyebab Infeksi Nosokomial atau Health-care Associated Infections
(HAIs)..................................................................................................................4
C. Cara Infeksi Nosokomial atau Health-care Associated Infections
(HAIs)..................................................................................................................5
D. Manajemen Infeksi Nosokomial atau Health-care Associated
Infections (HAIs)................................................................................................9
E. Peran Perawat dalam Manajemen Infeksi Nosokomial atau
Health-care Associated Infections (HAIs).......................................................12
F. Medication Safety..................................................................................13
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya,
atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal
ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja pada petugas di fasilitas pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu, efektif dan
efisien untuk menjamin Patient safety .
Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan
tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya.Infeksi yang
diderita pasien dirawat di Rumah Sakit dimana sebelumnya pasien tidak
mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial. Menurut Patricia
C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat
masuk belum mengalami infeksi kemudia setelah dirawat selama 48-72 jam
klien menjadi terinfeksi.
Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh , khususnya yang
menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi.
Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Perawat berperan penting sebagai pemutus rantai infeksi untuk
menurunkan angka kejadian infeksi yang didapat di rumah sakit (HAIs).
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan
pasien dan dapat menjadi media transmisi infeksi baik bagi perawat maupun
pasien (Bartley & Russell, 2003; Kagan, Ovadia & Kaneti, 2009).
Perawat mencegah terjadinya infeksi dengan cara memutuskan rantai
penularan infeksi (Craven & Hirnle, 2007). Kegiatan ini berkaitan dengan
perilaku perawat. Perilaku perawat dalam melakukan kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi dapat dibentuk dengan aktivitas dalam
menampilkan peran dan fungsi kepala ruang sebagai pemimpin. Kepemim-
pinan kepala ruang dapat memengaruhi perilaku bawahannya (Robbins, 2003;
Sellgren, Ekval, & Tomson, 2006).
2
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya memutus rantai infeksi?
2. Bagaimana cara memutus rantai infeksi?
3. Bagaimana peran perawat dalam memutus rantai infeksi?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya memutus rantai infeksi
2. Untuk mengetahui cara memutuskan rantai infeksi
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam memutus rantai infeksi
3
BAB II
PEMBAHASAN
3. Rumah sakit sering kali melakukan tindakan invasif mulai dari sederhana
misalnya suntikan sampai tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan
tindakan sering kali petugas kurang memperhatikan tindakan aseptik dan
antiseptik.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik,
4
akibat penggunaan berbagai macam antibiotik yang sering tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antara pasien atau petugas dengan pasien, yang
dapat menularkan kuman patogen.
6. Penggunaan alat-alat kedokteran yang terkontaminasi dengan kuman
Interaksi antara pejamu (pasien, perawat, dokter, tenaga kesehatan lain), agen
(mikroorganisme pathogen) dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur
pengobatan, dll) menentukan seseorang dapat terinfeksi atau tidak.
Pejamu
Agen
Lingkungan
Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu
mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah :
5
5. Pintu masuk (port of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui : saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
6. Pejamu rentan (host suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan
faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu,
status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
Mekanisme transmisi patogen ke pejamu yang rentan melalui 3 cara (WHO, 2002)
yaitu:
AGEN
PEJAMU YANG
PEJAMU
RENTAN
PORT OF EXIT
PORT OF ENTRY
Agen memasuki
pejamu
TRANSMISI
7
Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai cara.
Cara terjadinya trasmisi mikroorganisme yaitu:
1. Contact transmission
1. Bagi pasien
Lama perawatan lebih panjang
Pembiayaan meningkat
Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit
dasarnya
2. Bagi staff: medis dan non medis
Beban kerja bertambah
Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek
E. Peran Perawat dalam Manajemen Infeksi Nosokomial atau Health-
care Associated Infections (HAIs)
12
6. Mempertahankan suplai peralatan, obat-obatan dan
perlengkapan perawatan yang aman dan memadai di ruangan.
7. Perawat yang bertanggung jawab dalam pengendalian infeksi
adalah perawat yang menjadi anggota dari tim pengendalian
infeksi yang bertanggung jawab untuk :
1. Mengidentifikasi infeksi nosokomial
F. Medication Safety
Medication Safety adalah distribusi frekuensi gambaran
pemberian obat oleh perawat dalam kategori baik, distribusi freskuensi
gambaran pemberian obat berdasarkan benar pasien, benar obat,
berdasarkan dosis, benar waktu, benar cara, benar dokumentasi dan benar
informasi dalam kategori yang baik. Kesalahan dapat dilakukan oleh
anggota tim kesehatan dan dapat terjadi setiap saat selama proses
pelayanan kesehatan, khususnya dalam pengobatan pasien. Kejadian
Medication Error merupakan suatu kejadian yang dapat merugikan dan
membahayakan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan, khususnya
dalam hal pengobatan pasien.
Pengobatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pemberian obat yang
13
aman merupakan perhatian utama ketika memberikan obat kepada pasien
(Kuntarti, 2005). Penerapan pemberian obat yang baik bisa juga
disebabkan oleh pengalaman kerja yang sudah lama ( lebih dari 5 tahun)
dan adanya kerja sama yang baik antar tim medis sehingga dalam
memberikan pelayanan sudah banyak yang sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
Faktor penyebab dari Medication Error dapat berupa:
14
dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter
yang menulis resep ataau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika perawat ragu ragu dalam perhitungan dosis mengenai rasio
dan proporsi maka dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain
4. Benar Rute Perawat diharapkan mampu menilai kemampuan
klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat obat per oral
dan juga memberikan obat obat pada tempat yang sesuai. Perawat
juga harus tetap bersama klien sampai obat oral telah ditelan.
Pada pemberian obat dengan rute parenteral maka dibutuhkan
tehnik steril.
5. Benar Waktu Pemberian obat harus benar benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat
yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Benar Dokumentasi Dalam hal terapi, setelah obat diberikan
harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat
itu tidak dapat diminum harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
7. Benar Informasi Perawat memberikan informasi yang benar
tentang obat untuk menghindari kesalahan dalam menerima obat,
memberikan informasi cara kerja dan efek samping obat yang
diberikan.
Kemampuan perawat benar-benar menentukan, perawat harus
terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan obat
untuk diminum ( oral) atau obat injeksi melalui pembuluh darah
(intravena ), namun juga mengobservasi respon pasien terhadap
pemberian obat tersebut (Potter & Perry, 2005). Perawat juga harus
mengetahui jenis obat yang diberikan kepada pasien dan kemungkinan
terjadinya efek samping dari obat.
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi yang terjadi di rumah sakit sekarang lebih dikenal dengan
Healthcare- associated infections (HAIs) adalah infeksi yang diperoleh dari
rumah sakit yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien tersebut
selama dirawat maupun sesudah dirawat yang dapat terjadi karena intervensi
yang dilakukan di rumah sakit. Cara Infeksi Nosokomial atau Health-care
Associated Infections (HAIs) yaitu interaksi antara pejamu (pasien, perawat,
dokter, tenaga kesehatan lain), agen (mikroorganisme pathogen) dan
lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan, dll) menentukan
seseorang dapat terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan (Precautions) dirancang
untuk mengurangi risiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan
baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
Kewaspadaan berupa mencuci tangan, memakai alat pelindung diri (APD)
seperti sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face shield
(pelindung wajah). Medication Safety adalah distribusi frekuensi gambaran
pemberian obat oleh perawat dalam kategori baik, distribusi freskuensi
gambaran pemberian obat berdasarkan benar pasien, benar obat, berdasarkan
dosis, benar waktu, benar cara, benar dokumentasi dan benar informasi dalam
kategori yang baik, prinsip medication safety sangat berpengaruh terhadap
keselamatan pasien. Karena, jika terjadi medication error yang dilakukan oleh
seorang perawat, akan memberikan dampak merugikan kepada pasien dan
telah melanggar prinsip etik Nonmaleficience.
B. Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa
memahami teori dan dapat mengaplikasikan teori tersebut dalam
melaksanakan proses keperawatan. dengan adanya teori tersebut maka
dapat mengurangi kejadian infeksi pada pasien dan perawat itu sendiri,
tidak akan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada pasien
dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori tersebut.
DAFTAR PUSTAKA