SAKIT
Dosen Pengampu:
Melly Anisa Putri, S.Tr. Kep., M. Kes
Nama Kelompok 1
Dwi Angelica Safitri 211326110060
Ramla 211326110075
Yogi Ariyanto 211326110083
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SURVEILANCE INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari ibu Melly Anisa Putri, S.Tr.
Kep., M. Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Kesling dan Limbah.
Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca maupun penulis. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat berguna bagi perbaikan makalah kami.
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................................2
A. Kesimpulan ..........................................................................................................10
B. SARAN ................................................................................................................10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Infeksi nosokomial bersifat universal dan meliputi setiap fasilitas kesehatan dan
sistem diseluruh dunia tetapi keadaannya masih belum di ketahui di banyak Negara,
khususnya di Negara berkembang salah satunya adalah indonesia (WHO, 2011).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau
3
4
menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien,
perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah sakit.
Ratusan juta pasien di seluruh dunia terkena infeksi nosokomial setiap tahun,
menyebabkan kematian dan kerugian finansial yang signifikan pada sistem kesehatan.
Sebuah survei dilakukan di 183 rumah sakit di Amerika Serikat dengan 11.282 pasien
melaporkan bahwa 4% pasien terinfeksi dengan setidaknya satu jenis infeksi. Di negara
berpenghasilan tinggi, sekitar 30% pasien di ICU terinfeksi setidaknya satu jenis infeksi.
Sedangkan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, frekuensi infeksi yang
didapat di ICU minimal 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan di negara berpenghasilan
tinggi. Di negara Asia, kejadian infeksi nosokomial terjadi sebanyak 10%.
Prevalensi infeksi nosokomial pada pasien di negara maju bervariasi antara 3,5% dan
12%, sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia prevalensi infeksi
nosokomial 9,1% dengan variasi 6,1% -16%. Menurut data Kementerian Kesehatan,
infeksi nosokomial di Indonesia mencapai 15,74%, jauh di atas negara maju yang
berkisar 4-8-15,5%.
Program Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan salah satu
standar mutu pelayanan rumah sa kit, selain itu penerapan pencegahan infeksi yang
optimal juga akan meningkatkan tingkat keselamatan pasien. Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta proses pemantauan dan evaluasi.
Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh petugas kesehatan di rumah sakit, tetapi
diperlukan kerjasama antara rumah sakit, pasien, dan fasilitas pelayanan kesehatan
5
lainnya untuk mencegah pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung dari infeksi yang
tidak terduga. Salah satu bentuk pencegahan penularan infeksi yang saat ini dilakukan
adalah memperketat anjuran protokol kesehatan. Dari yang semula hanya 3M yaitu
mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak, kini ditambah
menjadi 5M dengan tambahan menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Penulis
seorang perawat ahli pertama yang bekerja di ruang perawatan inap dewasa Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka Timur, penulis masih mendapati masih belum
optimalnya penerapan protokol kesehatan yang diterapkan pada keluarga pasien atau
pengunjung di ruang rawat inap baik ketika mengantar, menjenguk atau menjaga pasien,
hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya keluarga pasien yang berkunjung tidak
menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan tidak mencuci tangan. Dan masih
banyak juga keluarga pasien yang dalam satu ruangan menjaga lebih daripada aturan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Batasan infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita, Ketika
penderita dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit (Septiari, 2012). Suatu
infeksi pada penderita bari bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila
menyatakan beberapa kriteria atau batasan tertentu diantaranya:
a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-
tanda klinik dari infeksi yang terlihat.
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24
jam sejak mulai perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang
6
sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial (Siregar, 2004).
b. Phlebitis
Secara umum faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial terdiri dari
dua bagian yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen meliputi umur,
jenis kelamin, riwayat penyakit, daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi tertentu.
Sedangkan faktor eksogen meliputi lama penderita dirawat, alat medis serta lingkungan
(Parhusip, 2006).
Menurut WHO (2004) faktor yang berhubungan dengan infeksi nosokomial adalah
tindakan pemasangan infus, ruangan terlalu penuh dan kurang staf, penyalahgunaan
antibiotik, prosedur sterilisasi yang tidak tepat dan ketidaktaatan terhadap peraturan
pengendalian infeksi khususnya mencuci tangan. Weinstein (2000) menyatakan bahwa
meningkatnya kejadian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh 3 hal utama yaitu
pemakaian antobiotik dan fasilitas perawatan yang lama, beberapa staf rumah sakit
gagal mengikuti program pengendalian infeksi dasar seperti mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas, saran yang di harapkan dapat menjadi masukan bagi yang
membaca.
1. Peningkatan Higiene: Penting bagi tenaga medis dan pasien untuk menjaga
kebersihan tangan dengan cermat. Protokol pencucian tangan yang benar dan
penggunaan antiseptik harus diikuti secara ketat.
2. Isolasi Pasien
DAFTAR PUSTAKA
11