Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SURVEILANCE INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH

SAKIT

Dosen Pengampu:
Melly Anisa Putri, S.Tr. Kep., M. Kes

Nama Kelompok 1
Dwi Angelica Safitri 211326110060
Ramla 211326110075
Yogi Ariyanto 211326110083

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUTIARA MAHAKAM
SAMARINDA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SURVEILANCE INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari ibu Melly Anisa Putri, S.Tr.
Kep., M. Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Kesling dan Limbah.

Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca maupun penulis. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat berguna bagi perbaikan makalah kami.

Samarinda, 22 Agustus 2023

Dwi Angelica safitri


Ramla
Yogi Ariyanto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................2

C. Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

A. Definisi Infeksi Nosokomial .................................................................................3

B. Batasan Infeksi Nosokomial .................................................................................5

C. Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial .............................................................................6

D. faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya infeksi nosokomial ..........................8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................10

A. Kesimpulan ..........................................................................................................10

B. SARAN ................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surveilans infeksi nosokomial merupakan salah satu kegiatan dalam program


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit. Pada studi pendahuluan
menunjukkan kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial di RSUD Dr. Iskak
Tulungagung (minimal 1 parameter) jauh lebih rendah dari Standar Pelayanan Minimal
(SPM), meskipun sudah tersedia Tim PPI yang terlatih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
menentukan solusi dari faktor penyebab kurangnya kinerja surveilans infeksi
nosokomial di RSUD Dr. Iskak Tulungagung. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan mempelajari dokumen-dokumen, wawancara
terstruktur dan observasi dengan checklist.
Pencarian akar masalah dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion
dengan peserta 19 perawat Infection Prevention Control Nurse (IPCN) dan Infection
Prevention Control Link Nurse (IPCLN).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar komponen surveilans infeksi
nosokomial belum dijalankan dengan benar sesuai Petunjuk Teknis Surveilans dari
Kemenkes tahun 2010.
Hal tersebut disebabkan belum adanya kebijakan untuk sosialisasi program
kepada Tim PPI, kurangnya dukungan manajemen terhadap program dan sarana
penunjang, serta belum adanya fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan program
surveilans infeksi nosokomial.
Kesimpulan hasil tapisan pilihan solusi terbaik dengan metode Nominal Group
Technique (NGT) dan metode CARL adalah pengadaan program pendidikan dan
pelatihan yang berkesinambungan kepada Tim PPI untuk meningkatkan pengetahuan,

1
2

ketrampilan dan sikap demi menunjang keberhasilan program surveilans infeksi


nosokomial di rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

A. Menjelaskan definisi infeksi nosokomial


B. Menjelaskan batasan infeksi nosokomial
C. Menjelaskan jenis-jenis infeksi nosokomial
D. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya infeksi
nososkomial

C. Tujuan

A. Untuk mengetahui definisi infeksi nosokomial


B. Untuk mengetahui batasan infeksi nosokomial
C. Untuk mengetahui jenis-jenis infeksi nosokomial
D. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya infeksi
nososkomial
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi Nosokomial

Pengetahuan tentang infeksi sangat penting. Infeksi nosokomial atau sekarang


disebut Health-care Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapat pasien saat
perawatan atau kondisi pembedahan dan efek samping yang paling sering terjadi selama
dirawat (WHO, 2011). Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang
yang artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat
untuk merawat atau rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi
yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, 2008). Rumah sakit sebagai tempat
pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi
permulaan infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada
penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi
yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui
petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi
rumah sakit (Septiari, 2012).

Infeksi nosokomial merupakan masalah utama bagi keselamatan pasien dan


dampaknya mengakibatkan rawat inap menjadi lama, cacat permanen, meningkatnya
resistensi mikroorganisme terhadap agen antimikroba menambah beban untuk biaya
kesehatan, dan resiko meningkatnya kematian.

Infeksi nosokomial bersifat universal dan meliputi setiap fasilitas kesehatan dan
sistem diseluruh dunia tetapi keadaannya masih belum di ketahui di banyak Negara,
khususnya di Negara berkembang salah satunya adalah indonesia (WHO, 2011).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau

3
4

menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien,
perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah sakit.

Ratusan juta pasien di seluruh dunia terkena infeksi nosokomial setiap tahun,
menyebabkan kematian dan kerugian finansial yang signifikan pada sistem kesehatan.
Sebuah survei dilakukan di 183 rumah sakit di Amerika Serikat dengan 11.282 pasien
melaporkan bahwa 4% pasien terinfeksi dengan setidaknya satu jenis infeksi. Di negara
berpenghasilan tinggi, sekitar 30% pasien di ICU terinfeksi setidaknya satu jenis infeksi.
Sedangkan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, frekuensi infeksi yang
didapat di ICU minimal 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan di negara berpenghasilan
tinggi. Di negara Asia, kejadian infeksi nosokomial terjadi sebanyak 10%.

Sedangkan di Amerika kejadian infeksi nosokomial terjadi pada ± 5% dari 40 juta


pasien yang dirawat setiap tahun dengan angka kematian mencapai 1% dan beban biaya
penanganan mencapai 4,5 milyar rupiah pertahun.

Prevalensi infeksi nosokomial pada pasien di negara maju bervariasi antara 3,5% dan
12%, sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia prevalensi infeksi
nosokomial 9,1% dengan variasi 6,1% -16%. Menurut data Kementerian Kesehatan,
infeksi nosokomial di Indonesia mencapai 15,74%, jauh di atas negara maju yang
berkisar 4-8-15,5%.

Program Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan salah satu
standar mutu pelayanan rumah sa kit, selain itu penerapan pencegahan infeksi yang
optimal juga akan meningkatkan tingkat keselamatan pasien. Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta proses pemantauan dan evaluasi.

Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh petugas kesehatan di rumah sakit, tetapi
diperlukan kerjasama antara rumah sakit, pasien, dan fasilitas pelayanan kesehatan
5

lainnya untuk mencegah pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung dari infeksi yang
tidak terduga. Salah satu bentuk pencegahan penularan infeksi yang saat ini dilakukan
adalah memperketat anjuran protokol kesehatan. Dari yang semula hanya 3M yaitu
mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak, kini ditambah
menjadi 5M dengan tambahan menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Penulis
seorang perawat ahli pertama yang bekerja di ruang perawatan inap dewasa Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Kolaka Timur, penulis masih mendapati masih belum
optimalnya penerapan protokol kesehatan yang diterapkan pada keluarga pasien atau
pengunjung di ruang rawat inap baik ketika mengantar, menjenguk atau menjaga pasien,
hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya keluarga pasien yang berkunjung tidak
menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan tidak mencuci tangan. Dan masih
banyak juga keluarga pasien yang dalam satu ruangan menjaga lebih daripada aturan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

B. Batasan Infeksi Nosokomial

Batasan infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita, Ketika
penderita dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit (Septiari, 2012). Suatu
infeksi pada penderita bari bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila
menyatakan beberapa kriteria atau batasan tertentu diantaranya:

a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-
tanda klinik dari infeksi yang terlihat.
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24
jam sejak mulai perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang
6

sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial (Siregar, 2004).

C. Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial

Jenis-jenis infeksi nosokomial adalah sebagai berikut:

a. Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated Pneumonia


(VAP)

HAP merupakan pneumonia yang didapatkan di rumah sakit atau tidak


berada pada masa inkubasi saat dirawat dan terjadi lebih dari 48 jam setelah
perawatan di rumah sakit (Pangalila, 2019). Faktor resiko umum untuk
berkembangnya HAP ialah umur lebih tua dari 70 tahun, co-morbiditas yang
serius, malnutrisi, penurunan kesadaran, berlama lama tinggal di rumah sakit,
dan penyakit obstruksi paru yang kronis(Warganegara, 2017). VAP diartikan
sebagai pneumonia yang terjadi > 48 jam setelah inkubasi trachea. Ventilator
mekanik adalah alat yang dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang di
depan leher dan masuk ke dalam paru. Umumnya penyebab pneumonia
nosokomial berasal dari bakteri flora endogen (Warganegara, 2017).

b. Phlebitis

Phlebitis merupakan infeksi atau peradangan pada pembuluh darah vena


yang disebabkan oleh kateter vena ataupun iritasi kimiawi zat adiktif dan
obatobatan yang diberikan sebagai perawatan di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Phlebitis juga diartikan sebagai inflamasi pada vena yang
disebabkan oleh iritasi kimia, mekanik, maupun oleh bakteri. Ditandai oleh
adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukkan atau
sepanjang vena, pembengkakan, nyeri atau rasa keras di sekitar daerah
penusukan atau sepanjang vena dan dapat keluar pus atau cairan (Patricia, 2011)
7

c. Infeksi saluran kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih (ISK) infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen yang naik dari uretra ke kandung kemih dan
berkembang biak serta meningkat jumlahnya sehingga menyebabkan infeksi
pada ureter dan ginjal (Yulika, 2020). Kateterisasi urine merupakan proses
atau tindakan pengeluaran urine dengan memasukkan kateter urine dari uretra
ke menuju kandung kemih. Kateterisasi urine dilakukan apabila pasien tidak
mampu mengeluarkan urine secara normal (retensi atau obstruksi urine).
Pemasangan kateter urine menjadi port of entry bagi mikroorganisme untuk
masuk ke dalam kandung kemih pada kateter yang terkontaminasi (Sari, 2014).

d. Infeksi luka operasi (ILO)


Infeksi luka operasi atau surgical site infection (SSI) adalah infeksi pada
tempat operasi merupakan salah satu komplikasi utama operasi yang
meningkatkan morbiditas dan biaya perawatan penderita di rumah sakit,
bahkan meningkatkan mortalitas penderita (Alsen, 2014). Peningkatan
kejadian ILO tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain diabetes
melitus, nilai American Society of Anesthesiologist (ASA), pemberian
antibiotik profilaksis, lama persalinan, lebar luka membran, lama monitoring
perawatan luka dan jumlah dari bedah sesar, persalinan emergensi, lama
operasi, kehilangan darah, keterampilan operasi, lama perawatan pasca-
operasi, body mass index (BMI), dan teknik penutupan luka dengan metode
staples (Rivai dan Koentjoro, 2013).
e. Dekubitus
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi
ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan
eksternal dalam jangka waktu lama (Patricia, 2011). Penyebab utama dari
ulkus dekubitus berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika
tekanan mengakibatkan terputusnya aliran darah, maka kulit akan mengalami
8

kekurangan oksigen, pada mulanya akan tampak merah kemudian meradang


menghasilkan luka terbuka (Damanik, 2016)

D. faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

Secara umum faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial terdiri dari
dua bagian yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen meliputi umur,
jenis kelamin, riwayat penyakit, daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi tertentu.
Sedangkan faktor eksogen meliputi lama penderita dirawat, alat medis serta lingkungan
(Parhusip, 2006).

Menurut WHO (2004) faktor yang berhubungan dengan infeksi nosokomial adalah
tindakan pemasangan infus, ruangan terlalu penuh dan kurang staf, penyalahgunaan
antibiotik, prosedur sterilisasi yang tidak tepat dan ketidaktaatan terhadap peraturan
pengendalian infeksi khususnya mencuci tangan. Weinstein (2000) menyatakan bahwa
meningkatnya kejadian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh 3 hal utama yaitu
pemakaian antobiotik dan fasilitas perawatan yang lama, beberapa staf rumah sakit
gagal mengikuti program pengendalian infeksi dasar seperti mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien.
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi nosokomial atau sekarang disebut Health-care Associated Infection (HAIs)


adalah infeksi yang didapat pasien saat perawatan atau kondisi pembedahan dan efek
samping yang paling sering terjadi selama dirawat (WHO, 2011).

Infeksi nosokomial, juga dikenal sebagai infeksi terkait perawatan kesehatan,


merupakan infeksi yang timbul pada pasien selama atau setelah perawatan di fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit atau klinik. Infeksi ini merupakan permasalahan utama
karena dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, biaya perawatan, dan durasi
perawatan pasien. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial sangat
penting untuk menjaga keselamatan pasien dan kualitas perawatan kesehatan

B. SARAN

Dari kesimpulan di atas, saran yang di harapkan dapat menjadi masukan bagi yang
membaca.

1. Peningkatan Higiene: Penting bagi tenaga medis dan pasien untuk menjaga
kebersihan tangan dengan cermat. Protokol pencucian tangan yang benar dan
penggunaan antiseptik harus diikuti secara ketat.
2. Isolasi Pasien
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta.


Betty bea septiari (2012) Infeksi nosokomial. Penerbit nuha medica. Jakarta
WHO. (2011). Healh Profile. World Health Organization, 561–565.
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia

11

Anda mungkin juga menyukai