PROMOSI KESEHATAN
OLEH:
KELOMPOK 2:
DEALITHA PO713211181051
HASNI PO713211181057
IRNA PO713211181061
ROHANI PO713211181072
TAHUN 2019/2020
KATAPENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Promosi Kesehatan di Layanan Kesehatan.Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
mata Promosi Kesehatan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai layanan
internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
untuk kami maupun untuk semuanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan………………………………………………………………………8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit selain untuk rnencari kesembuhan juga merupakan surnber dari berbagai penyakit,
yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang dilingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan
benda-benda peralatan medis maupuu non medis (Nugraheni, dkk, 2012).
Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya
akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah
(Darmadi, 2008).Penderita yang sedang dalam proses perawatan di rumah sakit, baik dengan
penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum
keadaan umumnya tentu tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi
adalah masuk dan berkembangnyamikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang
disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry, 2005). Oleh karenaitu,
di dalam makalah ini membahas tentang infeksi yang ada di rumah sakit atau biasa disebut
dengan infeksi nosokomial.
1.3 Tujuan
a.Tujuan UmumTujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas promosi
kesehatan
b.Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam prosesasuhan keperawatan ini
disebut infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dariBahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya
penyakit dan komeoyang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk untuk merawat/rumah
sakit. Jadi,infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di
rumah sakit (Darmadi, 2008).
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnyaangka kesakitan
(morbidity) dan angka kematian (mortility) di rumah sakitsehingga dapat menjadi masalah kesehatan
baru, baik di negara berkembangmaupun di negara maju. Infeksi ini dikenal pertama kali pada
tahun 1847 oleh Semmelweis dan saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita
perhatian(Nasution, 2012). Di Indonesia, RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta danRSUD dr.
Soetomo Surabaya, pada tahun 1983-1984 mulai aktif meneliti danmenangani infeksi
nosokomial.
Infeksi nosokomial tidak hanya merugikanpenderita, tetapi juga merugikan pihak rumah sakit
serta perusahaan ataupemerintah dimana penderita bekerja (Darmadi, 2008).Penelitian yang
dilakukan National Nosokomial Infections Surveillance(NNIS) dan Centers of Disease Control
and Prevention’s (CDCP’s) pada tahun 2002 melaporkan bahwa 5 sampai 6 kasus infeksi
nosokomial darisetiap 100 kunjungan ke rumah sakit. Diperkirakan 2 juta kasus infeksi
nosokomial terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Penelitian di berbagaiuniversitas di Amerika
Serikat menyebutkan bahwa pasien yang dirawat diIntensive Care Unit (ICU) mempunyai
kecenderungan terkena infeksinosokomial 5-8 kali lebih tinggi dari pada pasien yang dirawat
diruang rawatbiasa. Infeksi nosokomial banyak terjadi di ICU pada kasus pasca bedah dankasus dengan
pemasangan infus dan kateter yang tidak sesuai dengan prosedurstandar pencegahan dan pengendalian
infeksi yang diterapkan di rumah sakit(Salawati, 2012).Menurut Darmadi (2008), rumah sakit
sebagai institusi pelayanan medistidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba
pathogen.
3.Cara membebaskan sumber dari kuman. Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah
proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu,
penyinaran(cahaya), dan lain-lain.
4.Cara penularan. cara penularan seperti kontak langsung, melaluimakanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
5.Cara masuknya kuman. Proses penyebaran kuman berbeda, tergantungdari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernafasan, saluranpencernaan, kulit, dan lain-lain.
6.Daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambatproses infeksi atau mempercepat
proses penyembuhan. Demikian pulasebaliknya, daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk
prosesinfeksi.Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi ataunutrisi, tingkat
stres pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat
1.Faktor-faktor yang ada dari diri penderita (instrinsic factors) Seperti umur, jenis kelamin,
kondisi umum penderita, resiko terapi atauadanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar
(multipatologi) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini merupakan faktor presdisposisi.
3.Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkatkemampuan merusak
jaringan, lamanya pemaparan(length ofexposure) antara sumber penularan(reservoir)dengan
penderita.
2.3 Proses Terjadinya Infeksi Nosokomial
a.Venicle borne
b.Vector-borne
Sebagai media prantara penularan adalah vector (serangga), yangmemindakan mikroba pathogen
ke pejamu dengan cara berikut.
1.Cara mekanis:Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum (mikrobapatogen), lalu hinggap pada
makanan atau minuman, di manaakan masuk seluruh cerna penjamu.
c.Food-borne
Makanan dan miniman adalah media perantara yang cukupevektif untuk menyebarkan mikroba pathogen
ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna
d.Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif-terutama untuk kebutuhan rumah
sakit.
2.4Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pencegahan infeksi adalah mencegah dan mendeteksi infeksi pada pasienyang beresiko infeksi.
Pencegahan infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya resiko penularaninfeksi mikroorganisme dari lingkungan rumah sakit
(Maryunani, 2011).
Berikut adalah pengertian-pengertian yang perlu diketahui dalam pencegahan infeksi menurut
Hidayat (2006), yaitu :
a.Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.istilahini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan untukmencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinanbesar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangiatau
menghilangkan jumlah mikroorganisme,baik pada permukaan bendahidup maupun benda mati
agar alat-alat kesehatan dapat dengan amandigunakan.
c.Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditanganioleh petugas
kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medissebelum pencucian dilakukan
contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi
oleh darah ataucairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
e.Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasite, dan
virus) termasuk bakteri endospore dari benda mati. Desinfeksi,yaitu tindakan menghilangkan
sebagian besar (tidak semua)mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati .Desinfeksi
tingkattinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutankimia.Tindakan ini dapat
menghilangkan semua mikroorganisme,kecualibeberapa bakteri endospore.
a.Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir dandengan sabun yang digosokkan
selama 15 sampai 20 detik. Mencuci tangan dengan sabun biasa dan air bersih adalah sama
efektifnyamencuci tangan dengan sabun antimikroba. Ada beberapa kondisi yangmengharuskan petugas
kesehatan menggunakan sabun antiseptik ini,yaitu saat akan melakukan tindakan invasif,
sebelum kontak denganpasien yang dicurigai mudah terkena infeksi (misalnya: bayi yang
barulahir dan pasien yang dirawat di ICU).
Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari bahanyang telah diolah atau bahan
sintetik yang tidak tembus oleh cairan.
1.Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapatmenularkan penyakit dan dapat
melindungi pasien darimikroorganisme yang terdapat di tangan petugas kesehatan.
2.Masker dipakai untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuhmemasuki hidung atau mulut
petugas kesehatan, juga menahancipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara,
bersindan batuk.
3.Pelindung mata dan wajah harus dipakai pada prosedur yangmemiliki kemungkinan terkena
percikan darah atau cairan tubuh.Pelindung mata harus jernih, tidak mudah berembun,
tidakmenyebabkan distorsi, dan terdapat penutup disampingnya.
4.Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju dankulit petugas kesehatan dari
sekresi respirasi. Gaun pelindung jugaharus dipakai saat ada kemungkinan terkena darah, cairan
tubuh.
5.Apron terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahanair sepanjang bagian depan
tubuh petugas kesehatan. Apron harusdikenakan dibawah gaun pelindung ketika melakukan
perawatanlangsung pada pasien, membersihkan pasien atau melakukanprosedur saat terdapat
risiko terkena tumpahan darah dan cairan tubuh.
Praktik keselamatan kerja berhubungan dengan pemakaianinstrumen tajam seperti jarum suntik,
dll.
d.Perawatan pasien
Perawatan pasien yang sering dilakukan meliputi tindakan:pemakaian kateter urin, pemakaian
alat intravaskular, transfusi darah,pemasangan selang nasogastrik, pemakaian ventilator dan
perawatanluka bekas operasi. Kateterisasi kandung kemih membawa risiko tinggiterhadap
infeksi saluran kemih (ISK). Penggunaan alat intravaskular untuk memasukkan cairan steril,
obat atau makanan serta untukmemantau tekanan darah sentral dan fungsi hemodinamik
meningkattajam pada dekade terakhir.Transfusi darah memiliki kesamaan dalam beberapa hal
denganpenggunaan pemberian pengobatan melalui pembuluh darah. Terdapatrisiko serius bagi
pasien yang menerima transfusi darah. Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial dan komplikasitransfusi meliputi: transfusi dilakukan jika dibutuhkan, seleksi
donorpotensial secara penuh untuk menghindari penularan infeksi serius,donor darah diambil
secara aseptik dan dengan sistem tertutup, simpandarah pada suhu yang tepat, pastikan darah
cocok agar tidakmembahayakan penerima donor, terapkan teknik aseptik saatmelakukan
transfusi, pantau tanda vital dan reaksi pasien sertahentikan transfusi jika reaksi berlawanan.
e.Penggunaan antiseptic
Larutan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan terutamapada tindakan bedah,
pembersihan kulit sebelum tindakan bedah atautindakan invasif lainnya. Instrumen yang kotor,
sarung tangan bedahdan barang-barang lain yang digunakan kembali dapat diproses dengandekontaminasi,
pembersihan dan sterilisasi atau disinfeksi tingkattinggi (DTT) untuk mengendalikan infeksi.
f.Dekontaminasi
Dekontaminasi dan pembersihan merupakan dua tindakanpencegahan dan pengendalian yang sangat
efektif meminimalkan risiko penularan infeksi. Proses pembersihan penting dilakukan
karenatidak ada prosedur sterilisasi dan DTT yang efektif tanpa melakukanpembersihan terlebih
dahulu. Pembersihan dapat dilakukan denganmenggunakan sabun cair dan air untuk membunuh
mikroorganisme.Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat yang kontak langsungdengan aliran
darah atau cairan tubuh lainnya dan jaringan. Sterilisasidapat dilakukan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi(autoclafe), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi dan fisik
Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan kesehatan menurutMaryunani (2011), antara lain :
3.Memberikan perlindungan terhadap klien dan tenaga kesehatan daripenularan penyakit yang
mengancam jiwa, misalnya hepatitis danHIV/AIDS.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan
komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk untukmerawat/rumah sakit. Jadi,
infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksiyang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.
Infeksi nosokomial saat inimerupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity)dan
angka kematian (mortility) di rumah sakit sehingga dapat menjadi masalahkesehatan baru, baik
di negara berkembang maupun di negara maju. Infeksiini dikenal pertama kali pada tahun 1847
oleh Semmelweis dan saat ini tetapmenjadi masalah yang cukup menyita perhatian.
Pencegahan infeksi adalah mencegah dan mendeteksi infeksi pada pasien yangberesiko infeksi.
Pencegahan infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai suatuusaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko penularan infeksimikroorganisme dari lingkungan rumah sakit. Cara mencegahnya
yaitumencuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, praktik keselamatan kerja,perawatan
pasien, dan penggunaan antiseptic serta dekontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P. A and Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4 Volume 1. Penerjemah Yasmin Asih, dkk.Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).Jakarta : Trans
Info Media (TIM).