TENTANG
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
PROPOSAL SKRIPSI
STUDI LITERATUR
TENTANG
Oleh :
Pembimbing, Penguji,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
STUDI LITERATUR
TENTANG
Oleh :
Pembimbing, Penguji,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dimana
Akhir dengan judul “Hubungan Angka Kejadian Stunting dengan Malnutrisi pada
memahami hubungan angka kejadian stunting dengan malnutrisi pada anak balita
akibat pandemi COVID-19. Tugas Akhir ini dapat terselesaikan karena dukungan
dari berbagai pihak. OIeh sebab itu pada kesempatan ini saya sampaikan terima
kasih kepada :
kepada penuIis sehingga penuIis dapat menuIis tugas akhir ini dengan
baik.
Kusuma Surabaya.
4. Maria Juliati K, dr., MSi. sebagai dosen penguji Tugas Akhir yang teIah
v
Skripsi.
6. Seluruh keluarga besar dan teman teman yang telah memberikan doa dan
PenuIis sangat menyadari bahwa penuIisan Tugas Akhir ini masih banyak
memerlukan kritik dan saran supaya lebih sempurna lagi, oIeh karena itu penuIis
Akhirnya penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini akan memberikan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Judul ……………………………………………………………………………………………………………………………… i
Lembar Persetujuan..........................................................................................................iii
Lembar Pengesahan..........................................................................................................iv
Kata Pengantar...................................................................................................................v
Daftar Isi...........................................................................................................................vii
Daftar Tabel.......................................................................................................................ix
Daftar Gambar....................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.......................................................4
1. Rumusan Masalah..............................................................................................4
2. Pertanyaan Penelitian........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................4
1. Tujuan umum.....................................................................................................4
2. Tujuan khusus....................................................................................................4
D. Manfaat Hasil Penelitian........................................................................................5
1. Manfaat bagi peneliti.........................................................................................5
2. Manfaat bagi fakultas.........................................................................................5
3. Manfaat bagi masyarakat...................................................................................5
4. Manfaat bagi fasilitas kesehatan........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................7
A. Malnutrisi...............................................................................................................7
1. Definisi dan epidemiologi...................................................................................7
2. Etiologi dan patogenesis.....................................................................................8
3. Efek dan penatalaksanaan................................................................................10
B. Stunting................................................................................................................12
1. Definisi dan epidemiologi.................................................................................12
2. Faktor-faktor yang menyebabkan stunting......................................................13
3. Dampak stunting..............................................................................................14
vii
4. Prevensi dan intervensi....................................................................................15
C. Dampak pandemi COVID -19................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................19
A. Metode.................................................................................................................19
B. Kerangka Konsep..................................................................................................21
C. Definisi operasional..............................................................................................22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................34
A. Kesimpulan...........................................................................................................34
B. Saran....................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................35
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak masalah kesehatan yang masih belum teratasi dengan baik pada
negara berkembang, salah satunya yaitu permasalahan gizi. Pemenuhan gizi yang
tidak tercukupi bisa menimbulkan dampak yang lebih buruk ke depannya. Anak
asupan nutrisi. Malnutrisi menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius yang
dikaitkan dengan resiko kematian, terutama malnutrisi yang parah (WHO, 2020b).
tingginya angka kejadian gizi kurang. Hampir 20 juta balita mengalami malnutrisi
akut parah pada tahun 2007. Anak yang mengalami gizi buruk lebih besar
beresiko mengalami kematian 5-20 kali daripada anak yang nutrisinya tercukupi.
Malnutrisi menyebabkan 60% kematian pada balita, dimana dua pertiga lebih
terjadi pada usia kurang dari satu tahun (Kuntari, Jamil and Kurniati, 2013). Lebih
dari dua pertiga balita yang mengalami malnutrisi adalah balita yang tinggal di
Asia pada tahun 2019. Terdapat 47 juta balita malnutrisi dimana 14,3 juta
2018, prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 17,7%, sedangkan target
1
2
Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2025 yaitu <5%. Oleh karena itu,
kondisi balita yang memiliki tinggi badan kurang apabila dibandingkan dengan
umur (Kemenkes RI, 2018). Pengertian lain dari stunting merupakan keadaan
malnutrisi yang kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak dari awal
terhambat (Safitri, Lail and Indrayani, 2021). Terdapat 144 juta anak balita pada
tahun 2019 yang mengalami stunting dengan jumlah paling banyak berada di Asia
yaitu 78,2 juta dan di Afrika dengan total 57,5 juta anak balita. Prevalensi balita
stunting menurut Riskesdas 2017 sebesar 29,6%, sedangkan untuk sasaran dari
SDGs yaitu 22,3% sehingga prevalensi stunting harus diturunkan sebanyak 7,3%.
jenis coronavirus (Yuzar, 2020). Virus ini pertama muncul di Wuhan, Provinsi
2020a) yaitu masalah kesehatan masyarakat yang luar biasa yang menjadi
gizi anak. Asupan gizi anak tidak tercukupi karena faktor ekonomi, sehingga
rutin juga mengalami gangguan karena semua sumber daya yang ada diarahkan ke
layanan darurat terkait pandemi seperti tenaga medis, alat-alat kesehatan dan
kesehatan dasar dan rutin terabaikan dan terhambat, salah satunya adalah layanan
kejadian stunting dengan malnutrisi pada anak balita akibat pandemi COVID-19.
4
1. Rumusan Masalah
2. Pertanyaan Penelitian
anak balita?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
yaitu dapat menulis suatu karya ilmiah dengan baik dan benar,
mahasiswa FK UWKS dan dapat menjadi referensi untuk tugas akhir dan
dimanfaatkan.
19.
6
malnutrisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Malnutrisi
menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius yang dikaitkan dengan resiko
kematian, terutama malnutrisi yang parah. Pengertian lain dari malnutrisi yaitu
maupun lebih, istilah umunya biasa disebut gizi kurang dan gizi lebih (Mulyati,
2017).
Permenkes (2020) membagi status gizi anak sesuai Indeks Massa Tubuh
menurut Umur (IMT/U) anak usia 0-60 bulan menjadi gizi buruk (severely
wasted) dengan ambang batas <-3 SD, gizi kurang (wasted) dengan ambang batas
-3 SD sd <-2 SD, gizi baik (normal) >-2 SD sd +1 SD, berisiko gizi lebih
+3 SD, dan obesitas >-3 SD. Malnutrisi juga dibagi menjadi 4 bentuk, under
periode tertentu, spesific deficiency yaitu kekurangan asupan gizi tertentu seperti
contoh kekurangan yodium, over nutrition yaitu bentuk kelebihan dalam hal
7
8
diakibatkan karena disproporsi zat gizi. Dari keempat bentuk malnutrisi di atas,
program dan perhatian pemerintah lebih tertuju kepada permasalahan gizi kurang
dan buruk pada balita dan anak usia sekolah (Triawanti et al., 2018).
Data dari UNICEF tahun 2020 mencantumkan bahwa 45,4 juta (6,7%)
balita di dunia mengalami gizi kurang dan 13,6 juta (2%) gizi buruk. Anak balita
yang mengalami malnutrisi lebih banyak yang berasal dari Afrika dan Asia, 70%
balita di Asia dan 27% balita di Afrika mengalami gizi kurang. Malnutrisi di
saat ini. Riskesdas 2018 menunjukkan di Indonesia terjadi perbaikan status gizi
pada balita. Proporsi status gizi kurang dan gizi buruk dari 19,6% turun menjadi
17,7%, namun demikian, angka tersebut masih dikategorikan tinggi sesuai batas
ambang prevalensi malnutrisi yang ditetapkan oleh WHO menurut de Onis, dkk
(2019). Proporsi status gizi kurang dan gizi buruk pada balita tertinggi berada di
provinsi Nusa Tenggara Timur dengan total 29,5%, diikuti oleh Nusa Tenggara
Barat dengan total 26,4% lalu Gorontalo dengan total 26,1%, sedangkan jumlah
terendah berada di provinsi Kepulauan Riau yaitu 13%, kemudian di DKI Jakarta
2018.
Masa balita membuat anak semakin aktif dan membutuhkan energi yang
banyak karena anak balita usia di atas satu tahun mulai memahami bahasa dan
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Asupan makanan yang cukup sangat
diperlukan agar tidak menimbulkan malnutrisi. Kurangnya asupan gizi pada anak
9
balita dapat disebabkan karena banyaknya faktor seperti faktor ekonomi karena
sekunder. Malnutrisi bersifat primer apabila kebutuhan balita yang sehat akan
protein, energi ataupun keduanya tidak terpenuhi oleh makanan yang adekuat.
Pada malnutrisi yang bersifat primer umumnya dikaitkan dengan gangguan sosial
kelaparan pada anak hingga disertai efeknya yang berpengaruh buruk pada
gangguan metabolisme, pada sistem saluran cerna, atau karena kelainan bawaan
jantung dan ginjal (Suri Agung, 2016)(Bastari, Zainuddin and Apsari, 2015).
Penyebab malnutrisi pada anak bisa juga karena Air Susu Ibu (ASI) yang
diberikan sangat kurang ketika bayi. Sejumlah 14% ibu di Indonesia hanya
memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai umur enam bulan, sisanya sebanyak
86% diberikan susu formula, atau campuran dari ASI dan susu formula berupa
makanan padat. ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi hingga
umur enam bulan yang kemudian disempurnakan sampai umur 2 tahun dengan
diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), hal ini merupakan hasil dari riset
yang sudah dibuktikan di seluruh dunia. ASI ini mengandung gizi yang lumayan
10
lengkap dan mengandung antibodi yang akan melindungi dari infeksi sehingga
apabila balita diberikan ASI, dia tidak mudah terkena penyakit (Liansyah, 2015).
kedepannya terkait kejadian malnutrisi. Apabila pada saat umur 6 bulan anak
tidak diberikan ASI dan sampai umur dua tahun tidak diberikan ASI dan MP-ASI,
(2007) secara patofisiologi, pada anak balita (12-59 bulan) yang dilabeli gizi
kurang dan gizi buruk adalah mereka yang mengalami kekurangan energi protein,
penyakit GAKI.
menurunkan perilaku negatif seperti anti sosial dan agresif. Perilaku ini
merupakan penyebab IQ anak rendah. Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa
menderita malnutrisi 15 poin lebih rendah daripada anak yang tidak malnutrisi
(Chamidah, 2020).
11
masyarakat (Sari, 2018). Efek lain yang dari malnutrisi yaitu berpengaruh
terhadap perkembangan motorik. Selain itu, malnutrisi pada balita juga dapat
langsung dari kematian tetapi secara tidak langsung, gizi kurang pada anak
UNICEF telah membuat program The First 1.000 days yang dimulai dari
ibu mengandung hingga melahirkan dan dirayakan ulang tahunnya yang kedua,
karena masa yang kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan dimulai sejak bayi
dalam kandungan hingga berusia dua tahun, maka dari itu apabila anak
mengalami malnutrisi di masa ini masih dapat ditangani, namun jika sudah lebih
dari usia dua tahun maka malnutrisi ini akan menetap dan irreversible (Candra,
2017).
dari itu untuk memenuhinya perlu dilakukan 5 cara yang berulang dan urut yang
membuat diagnosis dari masalah nutrisi yang ada, mementukan kebutuhan nutrisi
balita, memilih cara pemberian zat gizi yang baik, memilih sediaan zat gizi dan
balita dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mencegah dan
suhu tubuh rendah, pucat dan kesadaran menurun. Hipoglikemi dapat diatasi
yang dilarutkan dalam air sebanyak 15g (2-3 sendok makan) glukosa (Rusdi,
2020). Tubuh anak bisa disebut hipotermi apabila suhu tubuh mencapai <35˚C.
hipotermi dapat ditangani dengan tetap membuat anak agar selalu hangat, diberi
pakaian yang menutupi seluruh tubuh, apabila popok sudah basah segera cepat
untuk diganti, dan dilakukan pengukuran suhu sampai >36,5˚C tiap 2 jam.
diberikan kotrimoksazol selama 5 hari apabila tidak ada komplikasi, namun jika
ada dapat diberikan amoksisilin tiap 8 jam selama 5 hari sebanyak 15mg/kgBB.
Cara terakhir yaitu koreksi kurangnya zat gizi mikro, minimal 2 minggu setiap
B. Stunting
apabila dibandingkan dengan umur (Kemenkes RI, 2018). Stunting ialah keadaan
dimana tinggi badan seseorang kurang dari normal apabila berdasarkan usia dan
jenis kelamin. Stunting ini merupakan dampak dari malnutrisi kronis yang
13
bertahun-tahun tidak segera diatasi. (Candra, 2020). Pengertian lain dari stunting
adalah keadaan status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U yang pada standar
antropometri penilaian status gizi anak hasilnya berada pada ambang batas (Z-
(Rahmadhita, 2020).
UNICEF 2020 mengeluarkan data bahwa 149,2 juta (22%) balita di dunia
ini mengalami stunting. Jumlah stunting terbanyak berada di Asia dan Afrika
dengan total 53% balita di Asia dan 41% balita di Afrika mengalami stunting.
Prevalensi angka kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2018 turun dari yang
awalnya 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% (Satriawan, 2018). Menurut data
dari Riskesdas 2018, proporsi tertinggi balita stunting berasal dari Nusa Tenggara
Timur dengan total 42,7%, diikuti oleh Sulawesi Barat dengan total 41,6% dan
Aceh dengan total 37,1%, sedangkan terendah berasal dari DKI Jakarta yang
ketika terjadi malnutrisi kronis, tubuh akan kekurangan asupan gizi sehingga akan
berdampak pada stunting. Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor
penyebab stunting karena tinggi badan orang tua yang pendek dan juga kurangnya
asupan gizi selama masa kehamilan. Ada beberapa faktor lain juga yang
pendidikan bukanlah hal yang penting serta kurangnya dukungan keluarga untuk
14
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan ibu ini secara tidak
terutama mengenai gizi. Selain itu, penyebab dari masalah gizi serta pertumbuhan
anak balita salah satunya karena krisis ekonomi. Gangguan pertumbuhan yang
dialami oleh sebagian besar anak balita dikarenakan memiliki status ekonomi
yang rendah.
ASI ekslusif, dimana ini menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting pada
anak balita yang dapat berdampak pada masa depan. Faktor lain yaitu umur
gangguan pertumbuhan yang ada disebabkan karena kurangnya asupan gizi sejak
bayi, pemberian MP-ASI yang terlalu dini atau terlalu terlambat, tidak cukupnya
gizi pada MP-ASI sesuai kebutuhan bayi, dan kurang memadainya perawatan
pada bayi (Al-Rahmad, Miko and Hadi, 2013). Pada usia 0-6 bulan ibu
memberikan ASI eksklusif yang dapat membentuk imunitas atau kekebalan tubuh
pada anak sehingga terhindar dari penyakit infeksi. Setelah itu diberikan MP-ASI
dalam jumlah yang cukup pada usia 6 bulan anak balita sehingga terpenuhinya
3.Dampak stunting
kemiskinan dan risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (UNICEF, 2012; and
dan timbulnya penyakit degeneratif saat memasuki usia dewasa (Ekayanthi and
ketika anak sudah menginjak usia remaja, menurut Segal dan Webb (2015) remaja
Pada penelitian fungsi kognitif yang diukur melalui tes verbal dan
nonverbal untuk anak Bangladesh usia 6-9 tahun hasilnya menunjukkan bahwa
anak yang stunting memiliki hubungan negatif dengan skor kognitif, yang mana
artinya semakin stunting anak, semakin rendah skor kognitifnya. Sehingga, jika
membuat angka stunting menjadi tinggi, maka dari itu prevensi ini perlu
dilakukan yaitu pada ibu hamil dan bersalin dilakukan dengan meningkatkan
Menyusui Dini (IMD), dan juga pelayanan dan penyuluhan KB. Tindakan
2017)
mengatasi masalah gizi yaitu dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
untuk ibu hamil, calon pengantin dan remaja putri, promosi ASI eksklusif, MP-
ASI, makanan berfortifikasi salah satunya garam beryodium, suplemen gizi makro
(Taburia) dan mikro (PMT), manajemen diare dengan pemberian obat cacing dan
Makanan Tambahan (PMT) pada balita, pengembangan program PMT pada balita
ini dirasa perlu karena melihat grafik pertumbuhan balita yang semakin jauh dari
17
standar, stimulasi dini perkembangan anak, program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) merupakan salah satu bentuk ideal stimulasi dini perkembangan anak
yang sudah cukup berkembang, namun perlu tenaga pendidik, sarana dan biaya
yang tidak sedikit. Maka dari itu, penyederhanaan perlu dilakukan agar hasil
stimulasi tetap optimal dengan biaya yang murah dan efisien yaitu dengan
mengakibatkan dampak yang besar dari berbagai bidang. Pandemi COVID-19 ini
dalam jaringan (daring), akibatnya banyak masalah yang muncul yang dihadapi
siswa dan guru, seperti banyaknya tugas yang diberikan, adanya gangguan
internet sehingga pembelajaran tidak maksimal (Siahaan, 2020). Pandemi ini juga
Rumayar, 2021). Di sisi lain, orang tua lebih memilih untuk tidak membawa
kesehatan rutin juga terganggu (Felicia and Suarca, 2020). Imunisasi dasar yang
tidak lengkap menyebabkan berkurangnya kekebalan tubuh pada balita dan mudah
terserang penyakit, hal ini secara tidak langsung memiliki dampak pada kejadian
gizi buruk (Novitasari, 2012). Imunisasi yang diberikan secara lengkap akan
meningkatkan status gizi anak karena kekebalan yang terbentuk pada anak dari
kalangan atas hingga kalangan bawah. Hal ini menyebabkan pendapatan keluarga
pendapatan keluarga dan juga pola makan merupakan salah satu faktor pengaruh
status gizi anak. Apabila pendapatan keluarga memadai maka akan menunjang
tumbuh kembang balita karena kebutuhan anak baik primer dan sekunder dapat
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder anak. Hal
ini yang menyebabkan kurangnya gizi pada ibu hamil dan menyusui yang bisa
berdampak pada gizi anak (Sutrio et al., 2021). Gizi anak yang tidak terpenuhi
19
dengan baik menyebabkan anak akan mengalami malnutrisi yang bisa juga
METODE PENELITIAN
A. Metode
yaitu :
Mulai
Mengumpulkan jurnal
dan sumber terkait
Pemilihan jurnal
Mencatat hasil
Analisis data
Kesimpulan
20
21
terbitan dari pemerintah, dan lembaga resmi lainnya. Pemilihan jurnal dengan
dengan topik, jurnal yang dapat diakses secara keseluruhan, menemukan minimal
hasil dilakukan dengan membuat tabel yang berisi kolom nama peneliti, tahun
diterbitkan, metode, dan hasil penelitian. Analisis data dengan cara membaca
dengan yang lainnya, lalu untuk pendekatan yang terakhir yaitu menarik
kesimpulan berupa garis besar yang didapatkan dari beberapa artikel yang sudah
diperoleh.
22
B. Kerangka Konsep
Dampak COVID-19
Tingkat pendapatan
menurun Pasien Tenaga Terbatasnya
kesehatan ketersediaan
obat
Kebutuhan primer dan Orang tua
khawatir Banyak yang
sekunder tidak tercukupi
membawa berfokus pada
anaknya untuk penanganan
imunisasi COVID-19
Kurangnya gizi ibu hamil
dan menyusui
1. Penurunan jumlah
Gizi anak tidak terpenuhi kunjungan ke
fasilitas kesehatan
dari tingkat dasar
hingga tingkat
tertinggi
2. Program imunisasi
tidak maksimal
3. Pelayanan
kesehatan tidak
maksimal.
Malnutrisi
Stunting
Keterangan :
= variabel diteliti
diawali karena dampak dari pandemi COVID-19 yang berdampak pada bidang
pendapatan menurun sehingga kebutuhan primer dan sekunder tidak tercukupi, hal
ini menyebabkan ibu hamil dan menyusui kekurangan gizi yang berdampak pada
gizi anak yang tidak terpenuhi. Kemudian pada bidang layanan kesehatan terbagi
dari sisi pasien, tenaga kesehatan, dan terbatasnya ketersediaan obat. Pada sisi
pasien, orang tua khawatir membawa anaknya untuk imunisasi, kemudian pada
tidak berjalan dengan maksimal, . Hal ini akan menyebabkan anak mengalami
malnutrisi yang kemudian jika tidak segera diatasi akan menyebabkan stunting
pada anak.
C. Definisi operasional
.
24
pelayanan kesehatan.
stunted).
database
Demographic
Health Information
System-2 (DHIS-2)
di Wilayah Tigray,
Ethiopia Utara.
dirawat di rumah
sakit universitas.
kovaarian terklaster
berdasarkan
keanggotaan desa
dalam rumah
tangga. Sampel
rumah tangga di
714 desa di 30
kabupaten di
Rwanda.
perkotaan) dipilih
tuanya setuju
dimasukkan dalam
penelitian.
anak balita.
terstruktur dan
menggunakan
sampel anak-anak
health surveys
prasekolah usia 0-
59 bulan.
system surveilans
antropometri dan
gizi.
Kecamatan Balen,
Kabupaten
Bojonegoro dengan
teknik simple
random sampling.
10. Jesmin et al. 2011 Penelitian cross Lebih dari 43% anak
tahun di Kota
Dhaka,
Bangladesh.
malnutrisi akut sedang, jumlah anak yang diskrining <5 tahun dan
sangat tinggi.
“Stunting, food security, markets and food policy in Rwanda”. Hasil dari
berkaitan dengan jenis kelamin, berat badan dan usia anak. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah diperlukan berbagai kebijakan dan program salah
satunya yang berfokus pada resiko gizi terkait gender dari awal hingga
yaitu untuk mencegah stunting pada anak sekolah dapat dilakukan skrining
penelitian ini adalah bahwa stunting pada anak balita merupakan masalah
pada anak usia 6-69 bulan di Somalia memiliki faktor resiko yang sama
menunjukkan bahwa prevalensi wasting dan stunting pada anak usia 0-59
32
Apabila ibu hamil kekurangan gizi maka akan mengakibatkan janin juga
ibu akan melahirkan anak yang mengalami kurang gizi. Hal ini apabila
terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama akan menyebabkan anak
mengalami stunting .
Pembahasan
Hasil dari penelitian di atas menunjukkan bahwa stunting dapat terjadi karena
adanya malnutrisi pada anak dalam jangka waktu yang relatif lama. Sehingga
oleh penelitian yang dilakukan oleh Kinyoki, Saaka, Lailatul, Weatherspoon, dan
Hamed bahwa kekurangan zat gizi akan berpengaruh pada tinggi badan anak
karena faktor signifikan yang berhubungan dengan stunting salah satunya adalah
indeks massa tubuh yang rendah. Kemudian dari penelitian Desta, Bedock,
kegiatan pelayanan gizi dan kesehatan pada anak. COVID-19 ini menyebabkan
peningkatan gizi buruk pada balita bahkan hingga terjadi peningkatan angka bayi
pangan dan dapat merusak nutrisi secara global, maka dari itu untuk mengurangi
yaitu terjadi peningkatan gizi lebih pada anak selama masa pandemi COVID-19.
Hal ini terjadi karena adanya pengaruh peran orang tua terhadap gizi lebih pada
remaja. Kekurangan dari penelitian ini adalah bahwa peran orang tua yang
berpengaruh pada pola makan anak. Sedangkan faktanya tidak semua orang tua
mempunyai bekal ilmu terkait pentingnya nutrisi yang harus diberikan kepada
yang menandakan bahwa target respondennya adalah orang tua yang termasuk
dalam kategori mampu. Sedangkan faktanya tidak semua orang tua mampu
pendamping. Penelitian ini juga tidak dapat digunakan sebagai rujukan karena
tidak memenuhi target usia dari variabel penulis, dimana pada penelitian ini
ditujukan pada usia remaja. Anggraeni, Palupi dan Ayustina juga melakukan
penelitian mengenai gambaran status gizi balita pada masa pandemi COVID-19
yang menyatakan hasil bahwa status gizi balita mengalami peningkatan pada
balita yang beresiko gizi lebih, gizi lebih, dan obesitas berdasarkan BB/TB. Hal
rumah, sanitasi lingkungan dan kondisi balita yang sudah memiliki berat badan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil literature review di atas, dapat diketahui bahwa angka kejadian
gizi pada anak balita sehingga dapat menyebabkan malnutrisi. Adanya malnutrisi
pada anak dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan stunting.
B. Saran
2. Metode studi literature review ini adalah hasil dari menelaah dari beberapa
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rahmad, A. H., Miko, A. and Hadi, A. (2013) ‘Kajian stunting pada anak
balita ditinjau dari pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, status imunisasi dan
karakteristik keluarga di Kota Banda Aceh’, J Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, 6(2),
pp. 169–184.
Andriani, R., Wismaningsih, E. R. and Indrasari, O. R. (2015) ‘Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Status Gizi Kurang pada BalitaUmur1-
5 Tahun’, Jurnal Wiyata, 2(1), pp. 44–47. Available at:
https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/35/35.
Anggraeni, E., Palupi, M. and Ayustina, A. A. (2021) ‘GAMBARAN STATUS
GIZI BALITA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI DESA SEMANDING
KECAMATAN PAGU Description Of The Nutritional Status Of Children During
The Covid-19 Pandemi In Semanding Village , Pagu District’, 1(1), pp. 33–42.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N. and Ririanty, M. (2015) ‘Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban
Areas)’, Pustaka Kesehatan, 3(1), pp. 163–170.
Bastari, Z., Zainuddin, M. and Apsari, N. C. (2015) ‘PENANGANAN GIZI
BURUK DENGAN PERSPEKTIF PERSON IN ENVIRONMENT OLEH
PEKERJA SOSIAL’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
2(3).
Bedock, D. et al. (2020) ‘Prevalence and severity of malnutrition in hospitalized
COVID-19 patients’, Clinical nutrition ESPEN, 40, pp. 214–219.
Candra, A. (2017) ‘Suplementasi mikronutrien dan penanggulangan malnutrisi
pada anak usia di bawah lima tahun (Balita)’, Diponegoro Journal of Nutrition
and Health, 5(3), p. 195819.
Candra, A. (2020) Epidemiologi Stunting.
Chamidah, A. N. (2020) ‘DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK: FAKTOR RISIKO DAN
PENCEGAHANNYA’, JURNAL MAJELIS, p. 51.
Desta, A. A. et al. (2021) ‘Impacts of COVID-19 on essential health services in
Tigray, Northern Ethiopia: A pre-post study.’, PloS one, 16(8), p. e0256330. doi:
10.1371/journal.pone.0256330.
Ekayanthi, N. W. D. and Suryani, P. (2019) ‘Edukasi Gizi pada Ibu Hamil
Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil’, Jurnal Kesehatan, 10(3), p. 312. doi:
10.26630/jk.v10i3.1389.
Felicia, F. V. and Suarca, I. K. (2020) ‘Pelayanan Imunisasi Dasar pada Bayi di
Bawah Usia 12 Bulan dan Faktor yang Memengaruhi di RSUD Wangaya Kota
38
Denpasar Selama Masa Pandemi COVID-19’, Sari Pediatri, 22(3), p. 139. doi:
10.14238/sp22.3.2020.139-45.
Hamed, A., Hegab, A. and Roshdy, E. (2020) ‘Prevalence and factors associated
with stunting among school children in Egypt’, Eastern Mediterranean Health
Journal, 26(7), pp. 787–793. doi: 10.26719/emhj.20.047.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011) ‘Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care)’, Paediatric, 3(2),
pp. 5–6.
Irawati, N. A. V. (2020) ‘Imunisasi Dasar dalam Masa Pandemi COVID-19’,
Jurnal Kedokteran Unila, 4(2), pp. 205–210. Available at:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2898/2820.
Al Jawaldeh, A. et al. (2020) ‘Tackling childhood stunting in the eastern
mediterranean region in the context of covid-19’, Children, 7(11), pp. 1–16. doi:
10.3390/children7110239.
Jesmin, A. et al. (2011) ‘Prevalence and determinants of chronic malnutrition
among preschool children: A cross-sectional study in Dhaka City, Bangladesh’,
Journal of Health, Population and Nutrition, 29(5), pp. 494–499. doi:
10.3329/jhpn.v29i5.8903.
Kemenkes RI (2018) ‘Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi
Balita Pendek di Indonesia’, Kementerian Kesehatan RI, p. 20.
Kinyoki, D. K. et al. (2016) ‘Assessing comorbidity and correlates of wasting and
stunting among children in Somalia using cross-sectional household surveys:
2007 to 2010’, BMJ Open, 6(3), pp. 1–9. doi: 10.1136/bmjopen-2015-009854.
Kuntari, T., Jamil, N. A. and Kurniati, O. (2013) ‘Faktor risiko malnutrisi pada
balita’, Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health
Journal), 7(12), pp. 572–576.
Lailatul, M. and Ni’mah., C. (2015) ‘Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting pada Balita
Keluarga Miskin’, Media Gizi Indonesia, 10(2015), pp. 84–90. doi: Vol. 10, No. 1
Januari–Juni 2015: hlm. 84–90 terdiri.
Liansyah, T. M. (2015) ‘Malnutrisi pada anak balita’, Jurnal Buah Hati, 2(1), pp.
1–12.
Maryani, D. and Yuliwati (2018) ‘HUBUNGAN POLA ASUH, STATUS
IMUNISASI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA STATUS GIZI
BALITA’, 4(2).
Moynihan, R. et al. (2021) ‘Impact of COVID-19 pandemic on utilisation of
healthcare services: a systematic review’, BMJ open, 11(3), p. e045343.
Mulyati, S. (2017) ‘Sadar Gizi Dalam Lingkup Rumah Sakit’, Cermin Dunia
Kedokteran, 44(1), pp. 58–64.
39