Disusun Oleh
00000012200
Dibimbing Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER 2017
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun oleh
00000012200
Telah disetujui untuk diajukan di Ujian Tulis Karya Ilmiah Usulan Penelitian
sebagai salah satu persyaratan blok Clinical Exposure 4 tahun akademik
2017/2018.
Disetujui oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER 2017
ii
Kezia Christy
Gunawan
iii
DAFTAR SINGKATAN
ABSTRAK
Latar Belakang: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi didefinisikan sebagai kejadian Formatted: Font color: Text 1
medis yang tidak diinginkan yang terjadi setelah melakukan imunisasi dan tidak Formatted: Font color: Text 1
harus memiliki hubungan kausal dengan penggunaan vaksin. Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi dapat dibedakan menurut efek sampingnya menjadi efek
samping ringan dan berat. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ringan seperti rasa
sakit, kemerahan, dan bengkak pada lokasi suntikan hampir ada di setiap kasus.
Pengetahuan orang tua mengenai KIPI termasuk salah satu faktor yang
menentukan status imunisasi anak. Pada penelitian – penelitian sebelumnya
terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua tentang imunisasi dan
pengaruhnya terhadap status imunisasi balita namun belum ditemukan penelitian
yang spesifik mencari hubungan antara pengetahuan orang tua tentang KIPI
dengan status imunisasi balita.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik komparatif kategorik tidak
berpasangan yang dilaksanakan menggunakan metode cross sectional dengan
pengambilan data primer (langsung ke pasien). Target sampel sebanyak 180 orang
yang merupakan orang tua dari balita yang bersekolah di Tangerang. Pemilihan
sampel menggunakan consecutive sampling.
Pengambilan data akan dilakukan selama Januari – Februari 2018. Persetujuan
etik dari penelitian ini akan diajukan kepada komisi etik penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Hasil penelitian ini akan diolah dengan
SPSS versi 20.0 dengan uji khusus diagnostik menggunakan Chi Square Test dan
Mann Whitney Test.
Kata kunci: KIPI, Pengetahuan, Imunisasi
v
ABSTRACT
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... iv
ABSTRACT ..........................................................................................................................v
2.1 KIPI............................................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi............................................................................................................... 4
2.2.1 Definisi............................................................................................................. 18
2.3 Faktor - Faktor yang Menentukan Orang Tua Melakukan Imunisasi .................... 19
StatusImunisasi......................................................................................................19
4.8.2 Alat................................................................................................................... 28
Pengetahuan Orang Tua tentang KIPI terhadap Status Imunisasi Balita” ........................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN Formatted: Font color: Text 1, English (United States)
diinginkan yang terjadi setelah melakukan imunisasi dan tidak harus memiliki
hubungan kausal dengan penggunaan vaksin.1 Kejadian Ikutan Pasca
ImunisasiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit
dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. KIPI dapat
dibagi menjadi efek ringan sampaianringan sampai dengan berat ataupun Formatted: Font color: Text 1
ringan, lokcal maupun sistemik. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi KIPI ringan Formatted: Font color: Text 1
Formatted: Font color: Text 1
dapat berupa rasa sakit, kemerahan, dan bengkak pada lokasi suntikan.
Sedangkan KIPI berat dapat berupa hypotonic hyporesponsiveness
episodeepisodik hipotonik hiporesponsif, kejang, demam, ensefalopati, hingga Formatted: Font color: Text 1
dan bengkak pada lokasi suntikan hampir ada di setiap kasus Sedangkan KIPI Formatted: Font color: Text 1, Strikethrough
di Indonesia yang paling membahayakan adalah reaksi anafilaksis, angka Formatted: Font color: Text 1, Highlight
kejadian pada imunisasi DPT diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis, tetapi yang
benar – benar reaksi anafilaksis hanya 1 – 3 kasus diantara 1 juta dosis.
Pengetahuan orang tua terhadap vaksin, imunisasi, dan KIPI berperan
penting dalam pelaksanaan imunisasi pada balita. Banyak mitos – mitos yang
2
beredar mengenai efek samping dari imunisasi seperti autisme yang terjadi
akibat dari pemberian vaksin Mumps,Measles and Rubella (MMR) dan , Formatted: Font color: Text 1
peningkatan riesiko Sindrom Guillain Barre setelah mendapatkan vaksin flu. Formatted: Font color: Text 1, Strikethrough
Apabila orang tua enggan untuk mengimunisasi ananya karena takut akan
efek samping yang terjadi menunjukkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki
orang tua antara risiko dari imunisasi dengan keuntungan lebih besar yang
didapat dari imunisasi itu sendiri. Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua
terhadap KIPI diperlukan informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko dari
vaksinasi terkait KIPI melalui komunikasi yang baik antara penyedia layanan
kesehatan dengan orang tua. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini
diadakan untuk mencari data dan membuktikan hubungan antara pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua tentang KIPI terhadap imunisasi pada balita . Commented [kc1]: Buat kalimat yang lebih baik. Susun
paragraph lebih baik. Lihat dari jurnal!!!! Sitasi bukan ide
1.2 Rumusan Masalah awam seperti ini
Menurut WHO , KIPI didefinisikan sebagai kejadian medis yang tidak Formatted: Font: Font color: Text 1
diinginkan yang terjadi setelah melakukan imunisasi dan tidak harus memiliki
hubungan kausal dengan penggunaan vaksin. Reaksi KIPI yang terjadi sampai Commented [kc2]: Kenapa diulang???
saat ini pun masih belum dapat diketahui penyebab pastinya karena terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi seperti faktor imunitas seseorang, faktor
eksternal atau lingkungan, faktor kesalahan pada saat pemberian vaksin dan
masih banyak lagi. Meskipun penyebab pasti efek samping yang terjadi belum
diketahui, banyak orang tua yang enggan untuk mengimunisasikan anaknya
dikarenakan takut akan efek samping dari vaksin. Menurut Favin, et al. studi
menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang pentingnya imunisasi
pada anak merupakan penghalang utama orang tua dalam mengimunisasi
anaknya. Efek samping dari imunisasi jauh lebih ringan jika dibandingkan
dengan efek samping dari penyakit yang diderita akibat tidak melakukan
imunisasi yang seharusnya peyakit tersebut dapat dicegah atau setidaknya
menjadi lebih ringan jika melakukan imunisasi. Selain itu, banyak orang tua
yang beranggapan tidak apa – apa jika tidak melakukan imunisasi karena anak
mereka sehat – sehat saja sampai saat ini. Pola pikir seperti itu yang perlu
dirubah dikarenakan mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan
3
2. Tujuan Khusus
Mengetahui KIPI masing – masing vaksin Formatted: Font color: Text 1, Strikethrough
BAB II
Tinjauan Pustaka
Semua kejadian atau insiden sakit dan kematian yang terjadi dalam masa
satu bulan setelah imunisasi.
2.1.2 Epidemiologi
6
Sebanyak 764 laporan KIPI yang diterima oleh Public Health Agency of Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Text 1
Canada pada Q1 tahun 2014. Selama periode yang sama untuk 2011, 2012 dan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
2013, Agency menerima rata-rata 1.049 laporan KIPI dan terjadi penurunan Font color: Text 1
pelaporan KIPI untuk Q1 pada tahun 2014.4 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Text 1
Gambar 1. Total laporan KIPI : 2014 vs rata – rata dari 2011 - 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Text 1
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold, Font color: Text 1
Efek samping dari vaksin BCG dibagi menjadi ringan dan berat. Efek
samping ringan yang dialami oleh penerima vaksin mempunyai karakterisasi Formatted: Font color: Text 1, Strikethrough
merahdapat berupa kemerahan pada kulit, terdapat perasaan tidak nyaman ketika
7
Dapat disimpulkan bahwa efek samping dari vaksin BCG yang paling
sering terjadi meliputi abses, reaksi pada lokasi suntikan dan limfadenitis / Formatted: Font color: Text 1
Tabel 1. Ringkasan dari efek samping ringan dan berat vaksinasi BCG:
1 per
230.000 –
640.000
1 per
640.000
Tabel 3. Ringkasan dari efek samping ringan dan berat vaksin Hepatitis B
3 dalam 100
Efek samping berat yang mungkin terjadi setelah vaksinasi DPT – HiB
(pentabio) meliputi hipersensitifitas , hipotensi hiporesponsif syok dan
ensefalopati. Manifestasi yang mengindikasikan terjadinya ensefalopati adalah
kejang tanpa demam terjadi dalam waktu 3 hari setalah imunisasi dan menangis
selama ≥3 jam setelah 48 jam dari imunisasi.
Penerima vaksin DPT – HiB (pentabio) dikaitkan dengan peningkatan Formatted: Font: Font color: Text 1
risiko kejang demam hanya pada hari vaksinasi (risiko relatif, 5,70; interval Formatted: Font: Font color: Text 1
kejadian 95 persen, 1,98-16,42).Angka kejadian kejang demam yang terhjadi karena Formatted: Font: Font color: Text 1, Superscript
vaksinasi DTP adalah 6 sampai 9 per 100.000.9 Formatted: Font: Font color: Text 1
Tabel 2. Ringkasan persentase dari efek samping ringan dan berat setelah
dilakukan vaksinasi DPT – HiB (pentabio).
Demam 0,3 (0 – 0,8 (0 1,7 (0 – 2,8 (1,6 – 3,0 3,9 7,3 12,4
38,4 – 38,9 1,6) – 1,8) 3,5) 4,2)
Demam 0,1 (0 – 0,4 0,5 (0 – 0,9 (0 – 0,0 1,4 2,6 3,5
≥40 0,9) (0- 1,7) 1,7)
0,9)
Kemerahan 12,2 16,2 19,8 (9 31,4 (15,1 40,8 41,6 44,4 56,3
1 – 20 mm (4,4 – (9,6 – – 25,8) – 44)
20,2) 27,2)
Kemerahan 1,3 (0- 0,9(0 1,7 (0 – 3,3 ( 1,4 – 8,6 6,1 3,2 16,4
> 20 mm 2,9) – 3,8) 3,8) 5,9)
Bengkak 1 7 (9,7 – 10,7 11,1 20,1 (10,9 23,2 24,6 30,1 38,5
– 20 mm 4,1) (4,4 – (5,4 – – 28,6)
16,5) 18,4)
Bengkak > 1,7 (0 – 1,4 (0 2,2 (0 – 4,2 ( 0,8 – 16,5 9,5 5,6 22,4
20 mm 4,2) – 3,8) 6) 8,0)
Rasa sakit 3,6 (1,6 1,9 (0 2 (0 - 6,5 (1,6 – 17,6 12,6 12,0 25,8
sedang – 7,4) – 5,1) 3,8) 12,5)
Rasa sakit 0,2 (0 – 0,1 (0 0,1 (0 – 0,4 (0 – 9,7 6,1 3,8 14,3
berat 4,7) – 0,9) 0,9) 1,7)
Fussiness 4,6 (2,7 6 (4,1 5,4 (1,9 12,4 (8,4 – 16,8 16,5 12,6 29,1
sedang – 5,4) – – 8,5) 20,2)
10,2)
Fussiness 2 (0,7 – 1,6 (0 1,3 (0 – 3,8 7,0 4,7 12,4
4,7(1,5 –
berat 3,7) – 4,9) 3,5)
8,0)
Mengantuk 29,9 17,6 12,9 42,7 (29,4 43,5 31,0 24,6 62,0
(19,3 – (10,5 (4,6 – –52,2)
37,5) – 18,1)
26,7)
Anorexia 9,3 (7,5 8,9 8,9 (3,9 21,7 (17,7 19,5 16,5 14,3 35,0
– 13) (4,5 – – 12,3) – 27,2)
12
13,5)
Muntah 6,3 ( 3 4,5 4,2 (0.9 12,6 9 7,4 7,0 4,5 5,3 13,7
– 12,9) (1,5 – – 7,5) – 21,6)
10,6)
Efek samping dari vaksin Measles and Rubella (MR) dapat dibagi
menjadi efek sampiing ringan dan berat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Iran, terdapat laporan
sebanyak 792 kasus KIPI. Dari 14.109 anak yang divaksinasi pada usia 12 bulan
terjadi KIPI sebagai berikut: parotitis sebanyak 147, demam dan kejang sebanyak
8, konvulsi sebanyak 7, ensefalopati sebanyak 1, dan reaksi anafilaksis sebanyak
1. Dari 29.338 anak yang divaksinasi pada usia 4 sampai 6 tahun, parotitis,
demam dan konvulsi, ensefalopati, dan anafilaksis terjadi pada anak-anak 626, 5,
1, dan 1; Tidak ada kejang tanpa demam yang dilaporkan pada kelompok usia
ini.11
Berdasarkan studi – studi yang sudah ada dapat disimpulkan bahwa efek
samping yang paling banyak terjadi dari vaksinasi MR adalah reaksi ringan pada
lokasi suntikan dan parotitis. Sedangkan efek samping berat seperti ensefalopati
dan anafilaksis sangat jarang ditemukan. Arthralgia ditemukan sebanyak 10%
pada vaksinasi Rubella.
Tabel 4. Ringkasan dari efek samping ringan dan berat vaksin MR
Vaccine
- Kejang demam 4 per 10.000
(dengan vaksin
MMR via
suntikan terpisah)
Kombinasi MMRV umur
12 – 23 bulan
- Kejang demam 9 per 10.000
Terdapat dua tipe vaksin polio, yaitu Oral Poliovirus Vaccine (OPV) dan
Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV). Menurut WHO efek samping dari OPV
dibagi menjadi ringan dan berat. Efek samping ringan dari OPV secara umum
dapat ditoleransi dengan baik oleh penerima vaksin. Sedangkan efek samping
berat dari OPV terdiri dari :
OPV membawa risiko VAPP terutama pada bayi yang baru pertama kali
menerima vaksin atau kontak dengan penerima OPV. Kejadian VAPP yang
dilaporkan di Brazil dari 1 kasus per 10,7-13 juta dosis OPV diberikan (atau 1
kasus per 2,4-5,1 juta dosis OPV pertama.2
Kejadian polio paralitik pada penerima OPV telah terdokumentasi
dengan baik dan lebih besar dengan dosis vaksin pertama. CDC memperkirakan
bahwa insiden penyakit paralitik keseluruhan terkait dosis adalah 1 kasus per
520.000 dosis pertama diberikan terhadap 1 kasus per 12,3 juta dosis selanjutnya
diberikan (Nkowane et al., 1987). Dapat disimpulkan bahwa risiko VAPP lebih
tinggi pada dosis pertama OPV daripada dosis yang selanjutnya.
Onset dari gejala VAPP biasanya terjadi dalam jangka waktu 4 – 30 hari setelah
menerima OPV atau 4 – 75 hari setelah melakukan kontak dengan penerima OPV.
WHO Collaberative Studies menemukan bahwa tingkat kejadian VAPP adalah
15
satu per 5,9 juta dosis pada penerima vaksin dan satu per 6,7 juta dosis untuk
penularan kontak.
Menurut WHO efek samping dari IPV dibagi menjadi ringan dan berat.
Efek samping ringan dari IPV adalah erythema pada lokasi suntikan (0,5 – 1%),
indurasi (3 – 11%), dan rasa tidak nyaman jika disentuh / tenderness (14-29%)
(WER 2003). Sedangkan efek samping berat dari IPV disebabkan karena reaksi
alergi dari antibiotik seperti streptomycin,polymixin B dan neomycin yang
terkandung dalam IPV. Tidak ada laporan tentang anafilaksis,trombositopenia,dan
transverse myelitis.12
Tabel 6. Ringkasan dari efek samping ringan dan berat vaksin Polio
Inaktivasi Ringan :
- Reaksi pada lokasi 0,5 – 1,5per 100
16
suntikan
- Erythema pada
lokasi suntikan 3 – 11 per 100
- Indurasi
- Tenderness
14 – 29 per 100
Sangat penting untuk diketahui reaksi terkait produk vaksin dapat menjadi
predisposisi pada individu yang memiliki risiko tinggi terhadap efek
samping buruk yang dapat terjadi. Sebagai contoh, demam merupakan
reaksi umum dari respon inflamasi sebagai efek samping dari pengunaan
vaksin. Demam yang terjadi pada hampir semua vaksin berdurasi singkat
dan tidak memiliki efek merugikan lainnya. Meskipun demikian, anak
yang memiliki kecenderungan kejang, atau anak dengan riwayat kejang
demam, demam akibat vaksin dapat memacu kejadian kejang.
Beberapa jenis reaksi terkait produk vaksin dan kecacatan kualitas vaksin
antara lain,
Reaksi yang terkait dengan rute pemberian vaksin
o Bell’s palsy dapat terjadi pada pemberian vaksin melalui
rute pemberian intranasal pada vaksin spesifik influenza.
o Rasa nyeri pada tempat suntikan vaksin akibat proses
fisiologis
Reaksi vaksin yang dimediasi sistem kekebalan tubuh (imunne-
mediated)
18
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
2.3 Faktor - Faktor yang menentukan Orangtua Melakukan Imunisasi pada Formatted: Font: Bold, Font color: Text 1
Anaknya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Negussie, Abel et al di Formatted: Font color: Text 1
Arbegona, Ethiopia Selatan pada tahun faktor – faktor yang menentukan status Formatted: Font color: Text 1
Formatted: Indonesian, Do not check spelling or
imunisasi yang tidak lengkap secara signifikan berkaitan dengan ibu usia muda,
grammar
anak yang lahir kedua sampai keempat, anak yang lahir urutan ke 5 atau lebih di Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Text 1
dalam keluarga dibandingkan dengan anak yang lahir pertama, kurangnya
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi, serta persepsi negatif ibu tentang efek
samping dari vaksin. (15)
2.3 2.4 Hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang KIPI terhadap Status Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold, Font color: Text 1
Imunisasi
Formatted: Normal, No bullets or numbering
Bab III
Faktor
Pemungkin: Keputusan orang tua untuk Faktor
Karakteristik melakukan imunisasi Penguat :
layanan Edukasi &
imunisasi Komunikasi
mencakup Program
(sarana,biay pemerintah
a, dan
lokasi)
: Faktor Predisposisi
: Faktor Pemungkin
: Faktor Penguat
Perancu :
Program Pemerintah
Peraturan
keagamaan &
moral
Karakteristik
layanan imunisasi
A
Kerangka konsep menunjukkan variabel dependen ( Pengetahuan orang tua
tentang KIPI) dan variabel independen ( Status Imunisasi) yang akan diteliuti
pada penelitian ini. Variabel perancu diidentifikasikan sebagai tingkat pendidikan
orang tua, peraturan keagamaan & moral serta karakteristik layanan imunisasi.
3.3 Hipotesis
26
Pengetahuan orang tua tentang KIPI dapat tercermin dari status imunisasi
balita. Bila pengetahuan tentang KIPI baik, maka status imunisasi akan
semakin lengkap.
imunisasi yang
sesuai dengan
umur anak huan
dan ketrampilan,
bisa didapat
melalui lembaga
formal maupun
non formal.
2. Pengetah Mengetahui Kuesioner Wawancara Ordinal
uan informasi tentang Kartu Skoring
tentang vaksin, isi dari Imunisasi dari setiap
KIPIStat vaksin, serta pertanyaan
us Kejadian Ikutan diberi nilai
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
(0.57-0.41)2
n= (1.372 + 0.5796)2
(0.16)2
n = 148.77 ≈ 149
Keterangan :
N = jumlah sampel penelitian
Z∝ = Deviasi baku alpha = Z (5%) = 1,96
Z𝛽 = Deviasi baku beta = Z (20%) = 0,84
P1 = Proporsi pada berisiko atau kasus = 0.57
Q1 = 1- P1 = 0.43
P2 = Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau control = 0.41
Q2 = 1 - P2 = 0.59
P = Proporsi total = 0.49
Q = 1-P = 0.51
P1- P2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0.16
Besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 149 sampel. Dari besar sampel
yang didapatkan, akan ditambahkan 20% untuk mengantisipasi sampel yang tidak
sengaja memenuhi kriteria eksklusi.
n = 149 + 20%
n = 149 + 29,8
n = 178,8 ≈ 179
Sehingga, total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 180 sampel.
30
Lembar Persetujuan
Pensil
Penghapus
Suvenir untuk apresiasi partisipasi responden
4.9 Cara Penelitian
Subjek yang masuk kriteria inklusi akan diwawancarai dengan cara
diberikan lembar persetujuan setelah diberikan penjelasan.
Subjek yang setuju untuk mengikuti penelitian akan diminta
waktunya selama kurang lebih 15 menit untuk mengisi kuesioner
yang diberikan.
Pencarian data dilakukan sampai jumlah subjek memenuhi besaran
sampel yang diperlukan.
4.10 Organisasi Penelitian
31
Persiapan Penelitian
Kriteria Inklusi
ya
Kriteria Eksklusi
tidak
Informed Consent
Edukasi
Pengisian kuesioner
knowledge practice (KP)
BAB V
DANA PENELITIAN
BAB VI
JADWAL PENELITIAN
November
Agustus 2018 Januari Februari Februari
2017 - 2018 2018 2018
- - - -
Oktober Desember 2018 Maret Maret
2017 2018 2018
Proposal Penelitian
Kaji Etik
Proof reading
Persiapan lapangan
Pengambilan data awal
Pengolahan dan Analisis
Data
Laporan dan Publikasi
36
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Who.int (2017). WHO | Adverse events following immunization (AEFI).
[diakses 13 Desember 2017]
2. Arora K, Program B, Arbor A. HHS Public Access. 2015;210(0 1):165–87.
3. Observed Rate of Vaccine Reactions – MMR Vaccines Global Vaccine
Safety Essential Medicines & Health Products. [dikutip 20 September
2017];
4. adverse-events-following-immunization-aefi-quarterly-report-2014-q1 @
www.canada.ca. [diakses 18 September 2017]
5. Global Vaccine Safety, Immunization, Vaccines and Biologicals The
Vaccines. [dikutip 20 September 2017]
6. Puthanakit T, Oberdorfer P, Punjaisee S, Wannarit P, Sirisanthana T,
Sirisanthana V. Immune reconstitution syndrome due to bacillus Calmette-
Guérin after initiation of antiretroviral therapy in children with HIV
infection. Clin Infect Dis. 2005;41(7):1049–52.
7. Communication S. Bacille Calmette-Guérin osteomyelitis. 2015;291:291–
5.
8. hepatitis B vaccine reaction. [dikutip 20 September 2017]
9. The risk of seizures after receipt of whole- cell pertussis or Measles,
Mumps, and Rubella vaccine. N Engl J Med. 2001 [dikutip 10 September
2017];345:656–61.
10. DPT vaccines. [dikutip 20 September 2017]; Available from:
http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/DTP_vaccine_rates_info
rmation_sheet.pdf?ua=1
11. Esteghamati A, Keshtkar A, Heshmat R, Gouya MM, Amoli MS, Armin S,
et al. Adverse reactions following immunization with MMR vaccine in
children at selected provinces of Iran. Arch Iran Med. 2011;14(2):91–5.
12. Observed Rate of Vaccine Reactions – Polio Vaccines Global Vaccine
Safety Essential Medicines & Health Products Types of vaccines.
[dikutip 20 September 2017]
No telp : 089523285524
Email :kezia_christy@yahoo.com
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
41
No. Penelitian:………….
Bersama ini saya menyatakan telah memberi penjelasan mengenai penelitian saya
berupa gambaran umum, tujuan, manfaat, kerugian, dan kerahasiaan penelitian
dengan ini yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terhadap status imunisasi balita” dan telah
dimengerti oleh Bapak / Ibu.
Peneliti
Persetujuan Pasien
Usia : ___________________________________
___________________________________
___________________________________
No. HP : ___________________________________
Tanggal : ____________________
Pasien : ____________________________________________
Tanda Tangan & Nama Jelas
43
No. Form:
Judul Penelitian:
Hubungan antara Pengetahuan Orang Tua tentang Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi terhadap Status Imunisasi Balita
Peneliti :
Kezia Christy Gunawan
Tanggal :
Lokasi :
Kuesioner Penelitian
I. Identitas
1. Mohon memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling
sesuai dan mohon mengisi bagian yang membutuhkan jawaban tertulis.
44
III. Pertanyaan
Isilah jawaban ini dengan memberi tanda silang (x) pada kolom ya atau tidak
di bawah ini
1. Imunisasi
Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi
setelah menerima imunisasi dan diduga disebabkan oleh imunisasi
45
a. Puskesmas
b. Posyandu
c. Rumah sakit
d. Klinik dokter
e. Bidan
2. Apakah anak bapak / ibu sudah melakukan imunisasi dasar lengkap ( Hepatitis
B, BCG , DPT – HiB, MR, Polio). Jika salah satu atau lebih dari imunisasi dasar
tersebut belum dilakukan maka dikategorikan sebagai tidak lengkap.
a. Belum sempat