REFERAT
PKMRS
(PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT)
Oleh:
Vivi Christin Longgorung
10119210049
Pembimbing :
dr. Sri Yati, Sp.A., M.Sc
REFERAT
PKMRS
(PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Nilai Akhir Stase
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Oleh:
Vivi Christin Longgorung
10119210049
Pembimbing :
dr. Sri Yati, Sp.A., M.Sc
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
LAMPIRAN ................................................................................................................ 14
iii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Dokumentasi PKMRS.......................................................................................... 14
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia tahun 2016-2018
yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi dasar
lengkap mengalami penurunan menjadi 85,41%. Pada tahun 2018 cakupan
imunisasi dasar lengkap kembali mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu
57,95%.7,8 Data pada tahun 2019 cakupan imunisasi rutin di Indonesia masih
dalam kategori kurang memuaskan, dimana imunisasi rutin di Indonesia masih
dalam kategori kurang memuaskan, dimana cakupan Pentabalent-3 dan MR pada
tahun 2019 tidak mencapa 90% dari target. Padahal, program imunisasi dasar
diberikan secara gratis oleh pemerintah di Puskesmas serta Posyandu. 9
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan imunisasi dasar lengkap yaitu umur ibu, umur
ibu yang lebih muda umumnya dapat mencerta informasi tentang imunisasi lebih
baik dibanding dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia lebih muda dan
baru memiliki anak biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian imunisasi.10 Pendidikan ibu,
ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak berisiko 2,2 kali pada ibu yang
pendidikan rendah dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Pekerjaan ibu,
ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk
melakukan imunisasi dasar bayi secara lengkap dibanding dengan ibu yang tidak
bekerja kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan
dengan ibu yang bekerja.11
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpejan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.12
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita.13 Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat
paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. 9
Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen
atau bakteri dari suatu pathogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan apabila
terpapar dengan penyakit tersebut.
B. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung
terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan
perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan perlindungan
kepada populasi.13
Imunisasi adalah paradigm sehat dalam upaya pencegahan yang paling
efektif. Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena
dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya
3
imunisasi dapat memberikan perlindungan kepada individu dan mencegah
seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang mahal. 13
C. Hambatan Imunisasi
Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan
terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak
mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk
atau repot. 12
Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan
efek samping yang membahayakan seperti efek farmakologis, kesalahan
tindakan atau yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
seperti nyeri pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil,
kejang hal ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi
dan balita belum mendapatkan imunisasi.13
E. Imunisasi di Indonesia
4
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak
tahun 1956, pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar.12
Kegiatan imunisasi dikembangkan menjadi PPI (Program Pengembangan
Imunisasi) pada tahun 1977, dalam upaya mencegah penularan terhadap
beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti
Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.15
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam
bidang kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi
ditandai dengan penemuan beberapa vaksin baru Rotavirus, Jappanase
Encephalitis, dan lain-lain. Selain itu perkembangan teknologi juga telah
menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang
terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan
dan kontak dengan petugas.12
5
c. Pelayanan imunisasi rutin juga dapat diselenggarakan oleh swasta
seperti rumah sakit, dokter praktik dan bidan praktik
2. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib
dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil
pemantauan dan evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan meliputi
a. Backlog fighting
Backlog adalah upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar
pada anak yang berumur 1-3 tahun. Dilksanakan di desa yang tidak
mencapai (Universal Child Imunization/UCI) selama dua tahun.
b. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai
(Universal Child Imunization/UCI)
Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relative
panjang, tenaga dan biaya yang banyak maka sangat diperlukan
adanya evaluasi indikator yang perlu ditetapkan misalnya campak,
atau campak terpadu dengan polio
c. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Pekan Imunisasi Nasional suatu kegiatan untuk memutus mata
rantai penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan
vaksin polio dan camak kepada setiap bayi dan balita tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak dan polio dan waktu PIN di samping untuk
memutus rantai penularan juga berguna sebagai imunisasi ulangan.
d. Kampanye (Catch Up Campaign)
6
Kegiatan-kegiatan imunisasi massal yang dilakukan secara
bersamaan di wilayah tertentu dalam upaya memutuskan mata rantai
penyakit penyebab PD3I.
e. Imunisasi dengan Penanggulanagan KLB
Pelaksanaan kegiatan imunisasi dalam penanganan KL.B
disesuaikan dengan situasi epidemiologi penyakit
G. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi IDAI tahun 2020.15
7
menandakan imunisasi yang direkomendasikan untuk daerah endemic.
Imunisasi yang menandakan imunisasi yang direkomendasikan untuk
daerah endemik. Imunisasi yang merupakan rekomendasi IDAI Tahun
2020 antara lain: 15
a. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi
segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsag
positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin Hepatitis B
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah
lahir.
b. Vaksin Polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila
lahir di fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada
kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama
DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum
berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera
mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau
lebih.. BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif.
d. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin
DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2,3,4 bulan atau
2,4,5 bulan.
e. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2,3, dan 4 bulan. Kemudian
booster Hib diberikan pada usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent.
f. Vaksin Pneumokokus (PCV)
PCV diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan dengan booster pada
umur 12-15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan
8
PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan
jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya.
g. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalent diberikan 2 kali, dosis pertama mulai
umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, harus
selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval
4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
h. Vaksin Influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap
tahun.
i. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR/MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila
sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan
MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan
MR (dalam program BIAS kelas 1) MMR.
j. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau
yang akan berpergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka
panjang dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian.
k. Vaksin Varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan.
l. Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-
2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudia.
m. Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan
diulang setiap 3 tahun.
n. Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
9
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2
kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6).
o. Vaksin Dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 bulan dengan
seropositive dengue yang diberkan adanya riwayat pernah dirawat
dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji
serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
pemeriksaan serologi IgG anti positif.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpejan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.12
Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat
memberikan perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan
perlindungan kepada populasi.13
imunisasi wajib antara lain: Polio, Tuberculosis, Hepatitis B,
Difteri, Campak Rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella
(congenital rubella syndrome/CRS). Pada imunisasi yang dianjurkan
antara lain: tetanus, pneumonia (radang paru), meningitis (radang selaput
otak), cacar air. 2
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Nandi, A., & Shet, A. 2020. Why vaccines matter: understanding the broader
health, economic, and child development benefits of routine vaccination.
Human Vaccines and Immunotherapeutics, 16(8), 1900–1904.
https://doi.org/10.1080/21645515.2019.1708669
2. InfoDatin Kementerian Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.
In InfoDATIN. https://doi.org/ISSN 2442-7659
3. UNICEF. 2020. Laporan UNICEF tentang mitos atau fakta tentang
imunisasi. https://www.unicef.org/indonesia/id/cerita/mitos-atau-fakta-
tentang- imunisasi
4. He, C., Liu, L., Chu, Y., Perin, J., Dai, L., Li, X., Miao, L., Kang, L.,
Li, Q.,Scherpbier, R., Guo, S., Rudan, I., Song, P., Chan, K. Y., Guo, Y.,
Black, R. E., Wang, Y., & Zhu, J. 2017. National and subnational all-cause
and cause- specific child mortality in China, 1996–2015: a systematic
analysis with implications for the Sustainable Development Goals. The Lancet
Global Health, 5(2), e186–e197. https://doi.org/10.1016/S2214-
109X(16)30334-5
5. Liu, L., Oza, S., Hogan, D., Perin, J., Rudan, I., Lawn, J. E., Cousens, S.,
Mathers, C., & Black, R. E. 2015. Global, regional, and national causes of
child mortality in 2000-13, with projections to inform post-2015 priorities:
An updated systematic analysis. The Lancet, 385(9966), 430–440.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)61698-6
6. Sari, W., & Nadjib, M. 2019. Determinan Cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap pada Penerima Program Keluarga Harapan. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 4(1), 1–9. https://doi.org/10.7454/eki.v4i1.3087
7. Azis, A., Nurbaya, S., & Sari, A. P. 2020. Pattingalloang. 15, 168–174.
Budastra, I. K. (2020). Dampak Sosial Ekonomi COVID-19 dan Program
Potensial Untuk Penanganannya : Studi Kasus Di Kabupaten Lombok Barat.
Jurnal Agrimansion, 20(1), 48–57
8. Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). In
12
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8).
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknis
Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Covid-19. In Covid-19
Kemenkes (p.47). https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/petunjuk-
teknis-pelayanan- imunisasi-pada-masa-pandemi-covid-19/#.X6IYy6ozbIU
10. Prihanti, G. S., Rahayu, M. P., Abdullah, M. N., Kedokteran, F.,
Muhammadiyah, U., Bendungan, J., & Malang, S. A. 2016. Faktor – Faktor
yang Mempengaruhi Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas X Kota Kediri. 12, 120–128.
11. Rakhmawati, N., Utami, R. D. P., & Mustikarani, I. K. 2020. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunissai Dasar Bayi Di Posyandu Balita
Kalinga Kelurahan Bayuanyar Surakarta. 8(2), 74–86.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku ajar imuniasi. In
Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
13. Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan
Kabupaten Karawang. Journal of Indonesia Midwifery, 11(1), 17.
https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i1.322
14. Permenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
15. IDAI. 2020. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), tahun 2020 (p. 2020).
13
LAMPIRAN
1. Dokumentasi PKMRS
14
2. Leaflet Imunisasi
15