Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STRATEGI PELAYANAN IMUNISASI DPT Hb


DI PUSKESMAS KRUI
Mata Kuliah Managemen Pemasaran
Dosen Pengajar Prof.Mahrinasari, M.S

DISUSUN OLEH :

ENNI YUNITA
NPM.20611011159

UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas

makalah Managemen Pemasaran yang berjudul “Strategi Pelayanan

Imunisasi DPT Hb Di Puskesmas Pesisir Tengah” untuk memenuhi tugas

yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Managemen Pemasaran.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun bermaksud mengucapkan

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan

makalah ini. Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih

terdapat kekurangan, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima

kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh

Pesisir Barat, April 2021


Penulis

Enni Yunita,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................... 6
D. Manfaat................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Imunisasi

10
B. Manfaat Imunisasi................................................................... 10
C. Jenis-Jenis Imunisasi.............................................................. 10
D. Pengertian Imunisasi DPT-Hb................................................. 12
E. Strategi Pelayanan Imunisasi DPT-Hb....................................
F. Pelayanan Imunisasi Diposyandu...........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................. 14
B. Saran....................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi

adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang

serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2005). Imunisasi penting untuk

mencegah penyakit berbahaya, salah satunya adalah imunisasi DPT

(Diphteria, Pertussis, Tetanus). Kebanyakan anak menderita panas setelah

mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali

ibu-ibu tegang, cemas dan khawatir (Tecyya, 2009).

Progam imuniasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah

penyakit infeksi. hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular

di Amerika Serikat dan negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di

Indonesia sejak tahun 1990, cakupan imunisasi dasar telah mencapai lebih

dari 95% (Ranuh, 2005). Di Indonesia terdapat imunisasi yang diwajibkan

oleh pemerintah sebagaimana juga yang di wajibkan WHO seperti imunisasi

BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan polio. Menurut data yang didapat dari

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Departemen Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 Mei 2011 menunjukkan

angka cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3


90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data yang
ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah

cukup tinggi, namun pada beberapa daerah masih ditemukan

angka cakupan di bawah standar nasional (Depkes RI, 2011). Jumlah

kasus cakupan imunisasi DPT/HB1-campakdi Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2012 di dapatkan Kabupaten Ponorogo sebesar 93%.

Berdasarkan data dari P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo

pada bulan Januari sampai dengan November 2013 jumlah sasaran

bayi sebesar 12.383, sedangkan bayi yang berusia di bawah 5 bulan

sebesar 1.583.sedangkan cakupan imunisasi sebesar 90,9%. Cakupan

imunisasi tertinggi di Ponorogo terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Ronowijayan sebesar 113,40% sedangkan cakupan imunisasi DPT di

Kecamatan Pudak dari sejumlah 125 anak yang berusia dibawah 5

bulan sebesar 77,13% (data P2PL, 2013). Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di wilayah kerja puskesmas kecamatan pudak dari 10

anak yang dilakukan imunisasi DPT 6 anak mengalami demam

setelah di lakukan imunisasi dan 2 mengalami bengkak pada bekas

suntikan sisanya tidak terjadi reaksi KIPI.

Imunisasi DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri

dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah

diinaktivasi dan teradopsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat.

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap

penyakit difteria, pertusis dan tetanus dalam waktu yang bersamaan.

(Hidayat, 2005 ). Imunisasi DPT diberikan secara bertahap dengan

cara disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5


ml sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan,

dosis selanjutnya diberikan interval paling cepat 1 bulan.

(Mansjoer, 2000)

Imunisasi DPT sering menimbulkan gejala bersifat sementara seperti

lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan, kadang terjadi

gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang

biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Depkes RI, 2005).

Sesuai data yang diperoleh peneliti, menurut Hidayat (2005)

80% ibu masih memiliki khawatiran dalam menghadapi Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Jika ibu belum memahami betul

tentang imunisasi akan berdampak negative dari kelancaran program

imunisasi, mengingat akan muncul kejadian sakit pasca imunisasi

atau yang disebut dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Kejadian ikutan pasca imunisasi inilah yang membuat para ibu

enggan membawa anak balitanya untuk diimunisasi dan beranggapan

bahwa dengan imunisasi anak sehat malah akan menjadi sakit,

sehingga akan enggan untuk datang lagi (Media Komunikasi Bidan,

2004). Kecemasan ibu dalam menghadapi kejadian imunisasi

tersebut sangatlah berlebihan, perlu disadari oleh ibu yang didasari

persepsi tersebut adalah keliru. Untuk mengatasi kecemasan pada

ibu dalam menghadapi anak balitanya yang akan di imunisasi perlu

dikonsultasikan pada petugas kesehatan terkait, dan konsultasi akan

mendapatkan nasehat dan penyuluhan tentang dampak/ kejadian

pasca imunisasi. Di kawatirkan apabila kecemasan ibu di biarkan


maka akan berdampak terhadap menurunya motivasi ibu untuk

mengimunisasikan anaknya, munculnya persepsi buruk terhadap

imunisasi, bahkan penolakan ibu untuk dilakukan imuniasasi pada

anaknya, dalam jangka panjangnya akan berdampak buruk pada

kesehatan nasional.

Data menggambarkan bahwa cakupan imunisasi di puskesmas

Pudak belum maksimal walaupun telah dilakukan program

posyandu. Untuk melihat pelaksanaan program tersebut maka perlu

dilakukan pengukuran yang dinilai dari sudut pandang ibu tentang

tingkat kecemasan dalam menghadapi imunisasi DPT. Bila cemas

atau tidak cemas harus segera diketahui faktor penyebabnya dan

segera dilakukan koreksi atau perbaikan karena apabila tidak segera

ditangani dan berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang

lama, akan mengakibatkan menurunnya jumlah kunjungan ke

posyandu untuk diimunisasi. Cara yang dapat dilakukan oleh para

tenaga kesehatan untuk mengurangi kecemasan ibu dalam

menghadapi anaknya yang akan diimunisasi yaitu memberikan

penjelasan lewat penyuluhan tentang kejadian ikutan pasca imunisasi

(KIPI). Apabila penyuluhan sudah dilakukan, tenaga kesehatan dapat

megikut sertakan ibu- ibu untuk memberikan pengetahuan tentang

KIPI dengan cara lisan, dengan cara seperti itu masarakat akan

merasa lebih bisa menerima tentang pengalaman dari rekan mereka,

selain itu tenga kesehatan dapat menekan atau meminimalisir

kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut dengan cara


mengkonsultasikan dengan tenaga medis dengan pemberian terapi

pencegahan terjadinya KIPI. Para tenaga kesehatan hendaknya

kreatif dalam menggali perasaan orang tua.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk untuk

mengetahui lebih jauh tentang “Tingkat Kecemasan Ibu Dalam

Menghadapi Anak (Usia 1-5 Bulan) Yang Akan Diimunisasi DPT Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan permasalahan

penelitian yaitu bagaimana tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi anak

(Usia 1-5 Bulan) yang akan diimunisasi DPT Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu dalam

menghadapi anak (Usia 1-5 Bulan) yang akan diimunisasi DPT Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Bagi pendidikan keperawatan, sbagai masukan untuk mengembangkan

kurikulum khususnya mata kuliah yang terkait dengan keperawatan anak

dan keperawatan komunitas. Dapat meningkatkan asuhan keperawatan

secara komprehensif dan holistic serta sebagai dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan keperawatan dan


meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

1.4.2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan sumbangan pengetahuan dan masukan serta

bantuan dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu yang

membawa anak balitanya ke posyandu

b. Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan pemahaman tentang efek samping imunisasi DPT

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi penelitian selanjutnya dalam meneliti tentang

kecemasan, ibu, anak balita, imunisasi DPT.

1.5. Keaslian Penulisan

1. Susanti eka sari (2012) dalam penelitian yang berjudul “Gambaran

tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT/HB combo di

posyandu desa doyong kecamatan miri kabupaten sragen” dengan

tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi DPT/HB combo di posyandu desa doyong kecamatan miri

kabupaten sragen, yang menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif, dengan sampel sebanyak 30 orang dengan menggunakan

purposive sampling sebagai tehnik pengambilan sampel, alat

pengambilan data menggunakan kuesoner. Hasil penelitian yaitu dari

30 responden mendapatkan hasil 26 responden (54%) memiliki


pengetahuan yang cukup baik, sedangkan 12 responden (40%)

berpengetahuan baik 2 responden (6%) yang berpengetahuan kurang

baik dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan tidak

baik. Perbedaannya terletak pada judul penelitian, variabel penelitian

dan responden penelitian.

2. Rosita saranggih (2011) dalam penelitian yang berjudul ”tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di puskesmas

polonia” dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di puskesmas medan

polonia, menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

menggunakan data primrr dan sekunder yang didapat menggunakan

kuisoner, dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden

didapat bahwa 8 orang (22,22%) mempunyai pengetahuan baik, 18

responden (50%) mempunyai pengetahuan cukup, 10 responden

(27,78%) mempunyai pengetahuan kurang. Perbedaannya terletak

pada judul penelitian, variabel penelitian dan responden penelitian.

3. Widodo. Siswo (2011) Dalam penelitian yang berjudul “ hubungan

antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi kejadian ikutan pasca

imunisasi (KIPI) DPT/HB combo dengan kecemasan ibu sebelum

melaksanakan imunisasi di piolindesdesa karangrejo wilayah kerja

puskesmas ngasem Kediri. Dengan menggunakan metode desain

korelasi cross sectional. Dengan hasil penelitian penetahuan ibu

cukup kearah baik, responden yang mengalami cemas ringan 67,6%

(25 responden), cemas sedang 13,5%(5 responden), tidak cemas


13,5(5 responden), cemas berat 2,7% (1 responden), cemas berat

sekali 2,7% (1 responden) serta tidak ada hubungan pengetahuan ibu

bayi tentang reaksi KIPI DPT/HB combo dengan kecemasan ibu

sebelummelaksanakan imunisasi DPT/HB combo. Perbedaan penelitian

terletak padas judul, metode, variabel, responden.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu

penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem

kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.

B. Manfaat Imunisasi

Kementerian Kesehatan RI menetapkan jenis imunisasi untuk anak yang

wajib dilakukan beberapa kali sepanjang hidup si kecil. Penting untuk Anda

mengetahui manfaatnya, yaitu:

1. Melindungi anak dari risiko kematian

2. Efektif mencegah penyakit

3. Vaksin melindungi orang lain

C. Jenis-Jenis Imunisasi

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan. Vaksin BCG tidak

mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi resiko tuberculosis berat

dan tuberkulosa primer. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan,

atau pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG diberikan

secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. Deltoideus


sesuai anjuran WHO dengan dosis 0,05 mL (Ranuh dkk, 2017).

2. Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah

dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi ini

bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B.

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara

intramuskuler, sebaiknya anteroateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis,

dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan

interval minimum 4 minggu (Ranuh dkk, 2017).

3. Imunisasi Pentavalen (DPT-Hb)

Vaksin DPT-Hb adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis

(batuk rejan), dan tetanus.  Di Indonesia, vaksin DPT merupakan salah satu

vaksinasi yang wajib diberikan kepada anak-anak. Di dalam vaksin DPT,

terkandung diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens, yang akan

memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi

infeksi dari ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.

4. Imunisasi Polio

Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit

polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang

berisis virus polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan

panas dan formaldehid.

5. Imunisasi MR (Measles dan Rubella)


Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran

nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan

komplikasi yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang

otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian. Rubella biasanya berupa

penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada

trimester pertama dapat menyebabkan keguguran atau kececatn pada bayi

yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal segabai Sindroma Rubella

Konginetal di antaranya meliputi kelainan pada jantung dan mata,

ketulian dan keterlambatan perkembangan (Kemenkes RI, 2017).

D. Pengertian Imunisasi DPT-Hb

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis (batuk

rejan), dan tetanus.  Di Indonesia, vaksin DPT merupakan salah satu vaksinasi yang

wajib diberikan kepada anak-anak. Di dalam vaksin DPT, terkandung diptheria

toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens, yang akan memicu sistem kekebalan

tubuh untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari ketiga penyakit

tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.

E. Strategi Pelayanan Imunisasi DPT-Hb

Keberlangsungan pelayanan imunisasi ditentukan berdasarkan pertimbangan

risiko dan manfaat dengan langkah sebagai berikut :

1. Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan penilaian dan pemetaan risiko

berdasarkan analisis.

2. Dinas kesehatan dan puskesmas membuat rekomendasi keberlangsungan

pelaksanaan pelayanan imunisasi


3. Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan advokasi kepada pemerintah

daerah setempat untuk memperoleh dukungan dari pimpinan daerah

beserta jajarannya baik dari segi kebijakan maupun operasional agar

pelayanan imunisasi dapat berjalan untuk memberikan perlindungan

optimal kepada.

4. Dinas kesehatandan puskesmas melakukan monitoring intensif terhadap

cakupan imunisas.

F. Pelayanan Imunisasi Di Posyandu

1. Menggunakan ruang/tempat yang cukup besar dengan sirkulasi udara

yang baik.

2. Memastikan ruang/tempat pelayananimunisasibersih dengan

membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan.

3. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand

sanitizer.

4. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak.

5. Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi dan anak

sehat.

6. Jika memungkinkan sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi

orangtua atau pengantar.

7. Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orangtua atau

pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah imunisasi.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk difteri, pertusis

(batuk rejan), dan tetanus.  Di Indonesia, vaksin DPT merupakan salah satu

vaksinasi yang wajib diberikan kepada anak-anak. Keberlangsungan

pelayanan imunisasi ditentukan berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat

dengan langkah sebagai berikut ; Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan

penilaian dan pemetaan risiko berdasarkan analisis. Dinas kesehatan dan

puskesmas membuat rekomendasi keberlangsungan pelaksanaan pelayanan

imunisasi, Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan advokasi kepada

pemerintah daerah setempat untuk memperoleh dukungan dari pimpinan

daerah beserta jajarannya baik dari segi kebijakan maupun operasional agar

pelayanan imunisasi dapat berjalan untuk memberikan perlindungan optimal

kepada. dan Dinas kesehatandan puskesmas melakukan monitoring intensif

terhadap cakupan imunisas.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pelayanan imunisasi di

puskesmas berjalan dengan baik, serta dapat dilakukan sesuai dengan aturan

yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai